Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TEORI BELAJAR CONNECTIONISME DAN TEORI BELAJAR SOSIAL

Dosen Pembimbing:
Imroatul Hayyu Erfantinni,M. Pd

Disusun oleh:

Nur Ayub Amaliyani (230105110002)


Azmi Firda Rizma (230105110004)
Dhea Alfa Vina (230105110042)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas makalah Psikologi
Perkembangan dan Teori Belajar.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap agar makalah ini bisa pembaca terapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................5
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................6
2.1 Pengertian Teori Belajar Connectionisme.....................................................................6
2.2 Hukum – Hukum Yang Dikemukakan Oleh Thorndike................................................6
2.3 Pengertian Teori Belajar Sosial.....................................................................................7
2.4 Proses Modeling Dalam Teori Belajar Sosial................................................................8
BAB III : PENUTUP...........................................................................................................9
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................9
3.2 Saran .............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................10

Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak kita terlahir ke dunia ini, sebenarnya kita telah belajar dan ada yang mengajarnya.
Tiap orang tua mendidik anaknya, mengajarnya berbagai pengetahuan, keterampilan, norma-
norma, dan sebagainya. Rasanya semua lancar walaupun tak seorangpun memikirkan atau
menghiraukan ada tidaknya dasar teorinya belajar. Namun ternyata, bermacam-macam teori telah
ditemukan dan mencoba menjelaskannya. Ditinjau dari segi tertentu, dengan dasar filosofis yang
berbeda tentang hakikat manusia.
Belajar merupakan suatu kegiatan yang cukup urgen dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan. Tanpa belajar seseorang tidak mungkin bisa menjadi orang yang terdidik. Dengan
kata lain orang yang terdidik adalah orang yang selalu gemar belajar. Dalam kehidupannya selalu
berusaha untuk belajar, sehingga tertanam suatu prinsip pada dirinya “tiada hari tanpa belajar”.
Suatu teori belajar sendiri merupakan suatu pandangan terpadu yang sistematis tentang
cara manusia berintekrasi dengan lingkungan sehingga terjadi suatu perubahan. Ada banyak
sekali jenis teori. Dua diantarannya adalah yang telah dicetuskan oleh Edward Lee Thorndike
dan Alber Bandura.
Penelitian Thorndike merupakan analisa eksperimen yang pertama mengenai urutan
situasi stimulus, tingkah laku dan konsekuensinya. Teori tersebut telah menyusun hukum-hukum
pokok dan yang kurang utama dalam mengatur hal belajar yang berlaku. Baik pada binatang
maupun manusia. Sedangkan Alber Bandura mencetuskan teori belajar sosial. Yang dikenal juga
dengan belajar observasional atau belajar vicarious atau belajar dari model.

Page 4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar connectionisme?
2. Bagaimana hukum – hukum yang dikemukakan oleh Thorndike?
3. Apa yang dimaksud dengan teori belajar sosial?
4. Bagaimana proses modeling?

1.4 Tujuan
1. Mendeskripsikan teori belajar connectionisme
2. Memaparkan hukum – hukum yang dikemukakan oleh Thorndike.
3. Mengetahui pengertian teori belajar sosial.
4. Memahami proses modeling.

Page 5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Connectionisme

Teori belajar connectionisme ini pertama kali dikenalkan oleh Edward Lee Thorndike.
Teori ini merupakan salah satu pendukung dari teori belajar behavioristik. Pemikiran
behaviorisme Thorndike dalam hal belajar adalah pada proses interaksi antara rangsangan dan
tanggapan. Beliau meyakini bahwa asosiasi merupakan prinsip dasar dalam proses belajar. Teori
belajar yang dibuat oleh Thordike menggunakan konsepsi asosiasi antara rangsangan dan
tanggapan. Proses antara rangsangan dan tanggapan menjadi pembentuk asosiasi.
Thorndike kemudian menjadi salah satu tokoh pengembang behaviorisme. Beliau
merupakan perintis dari hubungan asosiasi yang memakai rangsangan. Konsep ini kemudian
digunakan dalam behaviorisme dalam membahas proses belajar. Proses belajar dalam
behaviorisme telah menghubungkan antara rangsangan dan tanggapan. Hukum akibat merupakan
salah satu bentuk tanggapan terhadap rangsangan yang menjadi fokus dalam behaviorisme.
Pemikiran Thorndike mengenai konsepsi kecerdasan sosial juga menjadi salah satu gerakan
reformasi pendidikan di awal abad ke-20. Ia mengemukakan konsepsi ini pada tahun 1920.
Pemikiran Thorndike mengenai konsepsi kecerdasan sosial juga menjadi salah satu gerakan
reformasi pendidikan di awal abad ke-20. Ia mengemukakan konsepsi ini pada tahun 1920.
Beliau juga mengatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indra
(senseimpression) dan impuls untuk bertindak (impuls to action) atau terjadinya hubungan
antara stimulus (S) dan response (R) disebut BOND, sehingga dikenal dengan teori S-R Bond.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupa pikiran, perasaan, atau gerakan).

2.2 Hukum – Hukum Yang Dikemukakan Oleh Thorndike


Hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu, lebih dilengkapi dengan prinsip-
prinsip, sebagai berikut:
A. Hukum kesiapan (the law of readiness)
1. Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka diperlukan adanya
kesiapan dari organisme untukmelakukan belajar. Apabila individu sudah siap

Page 6
untuk melakukan suatu tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
memberi atau mendatangkan kepuasan.
2. Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku
tersebut tidak dilaksanakan maka akan menimbulkan kekecewaan baginya,
sehingga menyebabkan dilakukannya tingkah laku lain untuk mengurangi
kekecewaannya.
3. Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkahlaku, tetapi ia terpaksa
melakukannya, maka akan menimbulkan ketidakpuasan.
4. Apabila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku, dan menunda untuk
melakukan tingkah lakutersebut, maka akan menimbulkan kepuasan.
B. Hukum Latihan (the law of exercise)
1. Hukum penggunaan; prinsip hukum ini adalahhubungan antara stilumus dan
respons yang akan menjadi semakin kuat jika sering digunakannya.
2. Hukum tidak ada penggunaan; prinsip hukum ini adalah hubungan antara stimulus
dan respons yang akan melemah jika tidak diikuti dengan pengulangan(latihan).
C. Hukum Akibat (the law of effect)
Hukum ini berbunyi “hubungan antar stimulus dan respons diperkuat apabila
akibatnya memuaskan dan akan melemah apabila akibatnya tidak memuaskan”. Suatu
perbuatan yang menyebabkan kesenangan atau kepuasan cenderung untuk diulang,
sebaliknya apabila tidak menyenangkan akan cenderung dihentikan.

2.3 Pengertian Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, menekankan pada komponen kognitif
dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Menurut Bandura, Teori belajar sosial sering disebut
sebagai jembatan antara teori behavioristik dan kognitivistik karena meliputi perhatian, memori,
dan motivasi.
Teori belajar sosial menjelaskan bahwa perilaku manusia mempunyai interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Kebanyakan
perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain.
Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.

Page 7
2.4 Proses Modeling Dalam Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial dikenal juga dengan belajar observasional atau belajar vicarious atau
belajar dari model, yaitu: suatu proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan,
penguasaan, dan dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain. Teori belajar
sosial sendiri menjelaskan bahwa perilaku manusia memiliki interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan.
Berbeda dengan teori perkembangan anak lainnya, Albert Bandura menganggap setiap
anak tetap bisa belajar hal baru meski tidak melakukannya secara langsung. Syaratnya, anak
sudah pernah melihat orang lain melakukannya, Terlepas dari apapun medianya.
Menurutnya, perilaku manusia terbentuk dari sebuah proses peniruan yang disebut dengan
teknik modeling dari lingkungan sekitarnya. Sekalipun begitu, ia berpendapat bahwa bahwa
manusia dapat berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri sehingga mereka bukan semata-
mata budak yang menjadi objek dari pengaruh lingkungan. Jadi, walaupun bandura ini menganut
aliran behaviorisme tetapi bukan berarti manusia itu hanya sekedar mencontoh dari
lingkungannya tetapi juga mempunyai kapasitas untuk mengatur diri sendiri sesuai dengan kultur
pribadinya. Artinya, manusia itu cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam keahlian
dalam bersikap maupun berperilaku.
Lebih dari itu, bagi manusia pembelajaran terbaik dari sebuah perilaku adalah melalui
pengalaman-pengalaman yang tak terduga dari yang ia temui dari lingkungannya. Ketika
manusia menemukan pengalaman yang tak terduga tersebut, ia akan beradaptasi melibatkan
kultur dan potensi yang ada dalam dirinya dan mengolah pengalaman tersebut menjadi perilaku
yang baik bagi dirinya. Dalam menghadapi pengalamannya, manusia akan banyak mengamati
lingkungan. Melalui pengamatannya, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan,
keterampilan-keterampilan, strategi strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap.

Page 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar connectionism ini pertama kali dikenalkan oleh Edward Lee Thorndike. Teori
ini merupakan salah satu pendukung dari teori belajar behavioristik. Pemikiran behaviorisme
Thorndike dalam hal belajar adalah pada proses interaksi antara rangsangan dan tanggapan.
Beliau meyakini bahwa asosiasi merupakan prinsip dasar dalam proses belajar. Teori belajar
yang dibuat oleh Thordike menggunakan konsepsi asosiasi antara rangsangan dan tanggapan.
Proses antara rangsangan dan tanggapan menjadi pembentuk asosiasi.
Teori belajar sosial menjelaskan bahwa perilaku manusia mempunyai interaksi timbal balik
yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Kebanyakan
perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain.
Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.
Teori belajar sosial dikenal juga dengan belajar observasional atau belajar vicarious atau
belajar dari model, yaitu: suatu proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan,
penguasaan, dan dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang lain. Teori belajar
sosial sendiri menjelaskan bahwa perilaku manusia memiliki interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan dan terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari seluruh pihak yang membaca isi makalah ini yang sifatnya membangun. Agar makalah
ini dapat lebih baik kedepannya dan bermanfaat bagi semua pihak yang membaca isi makalah
ini.

Page 9
DAFTAR PUSTAKA
Alber Bandura, Pencetus Teori Social Model (2023). Diakses pada 21 November 2023 dari
http://hmps.bk.uad.ac.id/alber-bandura-pencetus-teori-social-model/#

Firliani, Ibad N., DH N., & Nurhikmayati L., Teori Throndike Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran Matematika (2019). Diakses pada 21 November 2023 dari file:///C:/Users/D%20E
%20L%20L/Downloads/118-Article%20Text-232-1-10-20191029.pdf

Makki Ali, Mengenal Sosok Edward Lee Thorndike Aliran Fungsionalisme Dalam Teori Belajar
(2019). Diakses pada 21 November 2023 dari
file:///C:/Users/D%20E%20L%20L/Downloads/3353-Article%20Text-9023-1-10-20190511.pdf

Qadir Abdullah, Teori Belajar Humanistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (2017).
Diakses pada 21 November 2023 dari file file:///C:/Users/D%20E%20L%20L/Downloads/17-33-
1-SM.pdf

Widya Freddy, Implementasi Teori Belajar Sosial Dalam Pandangan Albert Bandura Dan Lev
Vygotsky (2021). Diakses pada 21 November 2023 dari
https://pgsd.binus.ac.id/2021/07/08/implementasi-teori-belajar-sosial-dalam-pandangan-albert-
bandura-dan-lev-vygotsky/

Page
10

Anda mungkin juga menyukai