Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Teori Belajar Behavioristik, Kognitivisme,


Konstruktivisme & Humanistik
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan yang diampu oleh Bapak Dr. Suherman, M.Pd.

Disusun Oleh :
Hafidz Galih Fachrureza

NIM: 1504550

Program Studi Pendidikan Ilmu


Pengetahuan Sosial

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan


Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan karuniaNya

kami

dapat

menyelesaikan

makalah

yang

berjudul

Teori

Belajar

Behavioristik, Kognitivisme, Konstruktivisme & Humanistik. Meskipun banyak


hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Suherman,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membantu
dan

membimbing

kami

dalam

mengerjakan

makalah

ini.

Kami

juga

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi


kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari
makalah ini. Karena itu, kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Bandung, November 2015


1

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan
pendidikan. Tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, proses belajar ada
proses yang sangat penting demi keberlangsungannya pendidikan.
Demi keberlangsungannya proses belajar tentu saja memerlukan
langkah atau cara yang efektif demi berlangsungnya proses belajar di
dalam kelas. Ada banyak aliran yang telah dikemukakan oleh para ahli
dalam menerapkan sistem belajar. Hal ini tentu saja akan memberikan
gambaran bagi seorang guru untuk dapat memilih metode yang tepat
dalam pembelajaran di kelas.

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Pengertian Teori Belajar.


Teori Belajar Behavioristik.
Teori Belajar Kognitivisme & Konstruktivisme.
Teori Belajar Humanistik.
Aplikasi Teori Belajar Behavioristik, Kognitivisme &

Konstruktivisme, dan Humanistik.


6. Implikasi Teori Belajar Behavioristik, Kognitivisme &
Konstruktivisme, dan Humanistik.

C. Tujuan Penulisan
1. Menyelesaikan tugas UTS mata kuliah Psikologi Pendidikan.
2. Menambah pengetahuan, pemahaman dan wawasan terkait dengan
Teori Belajar.

BAB II
TEORI BELAJAR

A. Pengertian & Teori Belajar


Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau

gagalnya

pencapai

tujuan

pendidikan

itu

amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik


ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri. (Muhibbin Syah, 2013: 87) Oleh karena
itu, belajar juga dapat dikatakan sebagai komponen ilmu
pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan
interaksi,

baik

yang

bersifat

eksplisit

maupun

implisit

(tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka


dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan
pada ranah-ranah:
1. Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuuan,
kategori

penalaranatau

pengetahuan,

pikiran

pemahaman,

terdiri

dari

penerapan,

analisis, sintesis, dan evaluasi


2. Afektif, yaitu kemampuan yang menggunakan perasaan,
emosi,

dan

penalaran

reaksi-reaksi

yang

terdiri

yang

dari

berbeda

kategori

dengan

penerimaan,

partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan


pola hidup.
3. Psikomotorik, yaitu kemampuan yang mengutamakan
keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan,
gerakan

terbimbing,

gerakan

terbiasa,

gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.


(Syaifurrahman, (t.t.): 55-56)
Di dalam menerapkan belajar dalam sistem pembelajaran,
para ahli kemudian mengemukakan beberapa penelitiannya.
Sehingga muncul teori-teori belajar yang telah dikenal hingga

saat

ini.

Diantara

teori-teori

belajar

tersebut

ialah

Behavioristik, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanistik.


B. Teori Belajar Behavioristik
Teori perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam
perspektif

behaviorisme,

pembelajaran

diartikan

sebagai

proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus)


dan

balas

(respons).

Pembelajaran

merupakan

proses

pelaziman (pembiasaan). Hasil pembelajaran yang diharapkan


adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan. (Agus Suprijono,
2009: 16)
Teori behavioristik sering disebut stimulus-respons (S-R)
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement
dari lingkungan. Dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan
erat antara reaksi-reaksi behaviorial dan stimulinya. Guru yang
menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku
peserta didik merupakan reaksi terhadap lingkungan dalam
tingkah laku adalah hasil belajar.(Agus Suprijono, 2009: 17)
Berikut ini adalah teori-teori yang dikemukakan oleh
penganut-penganut aliran behavioristik.
1. Edward L. Thorndike
Prinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara
kesan panca indra (sense impression) dengan impuls
untuk bertindak (impuls to action). Asosiasi itulah yang
menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya
atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itulah,
teori

Thorndike

disebut

connectionism

psychology. (Baharuddin, 2009 : 166)


Menurut Baharuddin (2009) teori

atau

bond

koneksionisme

disebut juga S.R. Bond Theory dan S.R. Psychology atau


dikenal dengan sebutan trial and error learning. Teori
ini mempunyai ciri-ciri belajar sebagai berikut.

a. Adanya motif yang mendorong aktivitas.


b. Adanya berbagai respon terhadap situasi.
c. Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau
salah.
d. Adanya kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai
tujuan. (Baharuddin, 2009 : 167)
Menurut Thorndike pada Baharuddin (2009), dasar
proses belajar pada hewan maupun pada manusia
adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun pada
manusia, mengacu pada tiga hukum belajar pokok,
yaitu :
a. Law of readiness ialah reaksi terhadap stimulus
yang didukung oleh kesiapan untuk bertindak dan
bereaksi itu-reaksi itu menjadi memuaskan.
b. Law of exercise ialah hubungan stimulus respon
apabila sering digunakan akan makin kuat melalui
repetition (pengulangan).
1) Law of use : hubungan

stimulus

respon

bertambah kuat jika ada latihan.


2) Law of disuse : hubungan stimulus respon
bertambah lemah jika latihan dihentikan.
c. Law of Effect ialah menunjukkan kepada makin
kuat atau makin lemahnya hubungan sebagai
akibat dari pada hasil repon yang dilakukan.
2. Ivan Petrovitch Pavlov
Pavlov adalah seorang psikolog asal Rusia. Beliau
dikenal

dengan

Conditioning.

teorinya

yang

bernama

Classical

Ketika itu, Pavlov sering menggunakan

anjing dalam proyek penelitiannya dan menyajikan daging


supaya anjing-anjing itu mengeluarkan air liurnya (Jeanne
Ellis Ormrod, 2009: 426).
Teori classical conditioning yang ditemukan Pavlov
didasarkan pada tiga proses atau tahap. Tahap pertama
adalah

pra-eksperimental

atau

relasi

alami

antara

stimulus

dan

reaksi.

Pada

tahap

kedua

periset

memasangkan stimulus asli dengan stimulus yang baru


yang

tidak

ada

kaitannya

dengan

reaksi.

Setelah

beberapa kali pengulangan, yang disebut percobaan,


stimulus baru dapat menimbulkan reaksi (tahap ketiga).
(Jeanne Ellis Ormrod, 2009)
3. Burrhus Frederic Skinner
Teori operant conditioning oleh B. F. Skinner tahun
1930, melalui eksperimen seekor tikus yang ditempatkan
dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama
Skinner Box. Eksperimen Skinner mempunyai kemiripan
dengan teori trial and error learning oleh Thorndike.
Tingkah laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan
kepuasan.

Sedangkan

menurut

Skinner,

fenomena

tersebut melibatkan reinforcement (penguatan). Kedua


teori ini secara langsung atau tidak mengakui arti penting
law of effect. (Baharuddin, 2009: 169)
C. Teori Belajar Kognitivisme & Konstruktivisme
Aliran kognitif berupaya mendeskripsikan apa yang terjadi
dalam diri seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh
perhatian pada peristiwa-peristiwa internal. Belajar adalah
proses pemaknaan informasi dengan jalan mengaitkannya
dengan struktur informasi yang telah dimiliki. Peristiwa belajar
yang dialami manusia bukan semata masalah respon terhadap
stimulus (rangsangan), melainkan adanya pengukuran dan
pengarahan diri yang dikontrol oleh otak (Baharuddin, 2009:
171).
Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan filosofis
yang memandang bahwa masing-masing individu membentuk
atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka
pelajari dan pahami (Dale H. Schunk 2012 : 320).

Dari pemaparan di atas, terdapat sebuah kemiripan antara


kognitivisme dan konstruktivisme. Persamaan dari kedua teori
ini adalah bahwa pola belajar yang dialami seseorang itu
bergantung kepada perkembangan kognitif yaitu pengetahuan
dan pengalaman individu itu sendiri.
Berikut ini adalah beberapa teori

kognitivisme

dan

konstruktivisme yang telah dikemukakan oleh para ahli.


1. Pemahaman Pencerahan (Insight) (Teori Gestalt)
Menurut aliran Gestalt, kegiatan belajar menggunakan
insight adalah pemahaman terhadap hubungan-hubungan,
terutama hubungan antar-bagian dan keseluruhan. Tingkat
kejelasan dari apa yang diamati dalam situasi belajar
adalah lebih meningkatkan belajar seseorang daripada
hukuman dan ganjaran (Baharuddin 2009: 172)
Orang yang dipandang didapatkan pemecahan problem
yang merupakan inti belajar. Jadi, yang terpenting bukanlah
mengulang-ulang hal yang harus dipelajari, melainkan
mengertinya, dan mendapatkan insight.
2. Teori Piaget
Piaget adalah seorang psikolog terkenal berkebangsaan
Swiss, Jean Piaget (1896-1980) mengajukan sebuah teori
penting mengenai perkembangan kognitif. Teori Piaget
menyatakan bahwa individu secara aktif membangun
pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap
perkembangan kognitif. (John W. Santrock, 2007:52)
Piaget juga berpendapat bahwa ada empat tahap yang
kita lalui ketika memahami dunia. Setiap tahap yang terkait
dengan usia ini mengandung cara berfikir yang berbeda.
Menurut

teori

Piaget,

cara

memahami

dunia

secara

berbeda itulah yang membuat sebuah tahap lebih tinggi


dibandingkan

tahap

lainnya,

hanya

sekedar

memiliki

informasi lebih banyak tidak berarti membuat pemikiran


seseorang itu lebih tinggi menurut Piaget, kognisi anak

disebuah tahap secara kualitatif berbeda dibandingkan


dengan tahap lainnya. (John W. Santrock, 2007: 53)
Asumsi-asumsi Dasar Piaget menurut Jeanne

Ellis

Ormrod (2008: 36-38):


a. Anak-anak adalah

dan

pembelajar

yang

aktif

termotivasi. Piaget meyakini bahwa anak-anak secara


alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif
mencari

informasi

yang

dapat

memahami dunia tersebut.


b. Anak-anak mengonstruksi

membantu

mereka

pengetahuan

mereka

berdasarkan pengalaman. Anak-anak tidak hanya sekedar


mengumpulkan hal-hal yang telah mereka pelajari menjadi
suatu

koleksi

fakta-fakta

yang

terisolasi.

Mereka

menggabungkan pengalaman-pengalaman mereka menjadi


suatu pandangan terintegrasi mengenai cara kerja dunia
disekitar mereka.
c. Anak-anak belajar melalui dua proses yang saling
melengkapi yakni asimilasi dan akomodasi. Sekalipun
skema-skema anak berubah seiring berlalunya waktu,
proses perkembangan skema tersebut tetaplah sama.
terjadi sebagai hasil sebuah proses yang komplementer
(yang saling melengkapi) : asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi (assimilation) melibatkan respons terhadap objek
atau peristiwa sesuai dengan skema yang sudah ada.
Sebagai contoh, seprang bayi mungkin mengasimilasikan
sebuah boneka beruang ke skema memasukkan semua
benda ke mulutnya.
3. Teori Vygotsky
Teori Vygotsky adalah teori kognisi sosio-budaya yang
menekankan bagaimana budaya dan interaksi sosial mengarahkan
perkembangan kognitif. Vygotsky melakukan perkembangan sebagai
sesuatu yang tak terpisahkan dari aktivitas sosial dan budaya. Ia
berpendapat bahwa perkembangan memori, atensi, dan penalaran,
7

mencakup kegiatan belajar untuk menggunakan temuan-temuan seperti


bahasa, sistem matematika, dan strategi memori. Dalam suatu budaya, hal
ini dapat meliputi kegiatan belajar berhitung dengan bantuan komputer. Di
hari lainnya, individu juga dapat belajar berhitung dengan menggunakan
tangannya atau manik-manik. (John W. Santrock, 2008 : 54)
Asumsi-asumsi dasar Vygotsky menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008:
55-56)
a. Melalui percakapan informal dan sekolah formal, orang-orang
dewasa menyampaikan kepada anak bagaimana kebudayaan
mereka menafsirkan dan merespons dunia. Vygotsky mengemukakan
bahwa saat berinteraksi dengan anak-anak, orang-prang dewasa
membagikan makna yang mereka lekatkan ke objek, peristiwa, dan
secara lebih umum, kepengalaman manusia. Dalam proses tersebut,
mereka mengubah, atau memediasi situasi-situasi yang dijumpai anak.
Makna-makna tersebut disampaikan melalui beragam mekanisme,
diantaranya, bahasa (bahasa lisan, tulisan), simbol-simbol matematika,
kesenian, musik, literatur dan sebagainya.
b. Setiap kebudayaan menanamkan perangkat-perangkat fisik dan
kognitif yang menjadikan kehidupan sehari-hari semakin produktif
dan efisien. Orang dewasa tidak hanya mengajari anak cara-cara
spesifik menafsirkan pengalaman, tapi juga sejumlah perangkat
spesifik yang dapan membantu anak mengatasi berbagai tugas dan
permasalahan yang dihadapinya. Sejumlah perangkat misalnya
gunting, mesin jahit, dan komputer adalah objek-objek fisik. Dalam
pandangan Vygotsky, keberhasilan memperoleh perangkat-perangkat
yang bersifat simbolik atau mental, perangkat-perangkat kognitif
secara signifikan meningkatkan kemampuan berfikir anak.
Pikiran dan bahasa menjadi semakin interdependent dalam tahuntahun kehidupan. Sebuah perangkat kognitif yang sangat penting
adalah bahasa. Bagi kita orang dewasa, pikiran dan bahasa saling
terkait erat. Vygotsky mengemukakan bahwa pikiran merupakan fungsi
yang terpisah bagi bayi dan anak kecil yang baru belajar berjalan.
D. Teori Belajar Humanistik
Pada penganut aliran humanistik, proses belajar harus
berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat
teori belajar, teori belajar humanistik inilah yang paling
abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia

pendidikan. Meskipun, teori ini sangat menekankan pentingnya


isi dari proses belajar, dalam kenyataannya teori ini lebih
banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalan bentuknya yang paling ideal
daripada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa
kita amati dalam dunia keseharian. Teori ini bertujuan untuk
memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan
sebagainya itu). (Hamzah B. Uno, 2008 : 13)
Berikut ini adalah beberapa teori belajar humanistik yang
telah dikemukakan oleh para ahli.
1. Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima
tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut,
kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk
kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan
spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima
kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua
hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga
sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan
dasar Maslow adalah sebagai berikut sebagaimana
dikutip dari Wikipedia.
a. Kebutuhan Fisiologis.
b. Kebutuhan rasa aman.
c. Kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang.
d. Kebutuhan akan penghargaan.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
2. Teori Carl Rogers
Rogers mengemukakan bahwa siswa yang belajar
hendaknya

tidak

bebas,

siswa

sendiri

dan

dipaksa,

diharapkan
berani

melainkan
dapat

dibiarkan

mengambil

bertanggungjawab

atas

belajar

keputusan
keputusan-

keputusan yang diambilnya sendiri (Eveline Siregar, 2010:

35). Inilah yang menjadi dasar asumsi dari teori belajar


bermakna yang dikemukakan oleh Carl Rogers.

BAB III
APLIKASI & IMPLIKASI

A. Aplikasi Teori Belajar Dalam Proses Pendidikan


1. Teori Belajar Behaviorisme

10

Pada aliran behavioristik ini, umumnya proses belajar


bergantung kepada tingkah laku dan juga pembiasaan yang
dilakukan oleh seorang guru. Aplikasi yang dapat dilakukan
oleh guru jika menganut aliran behavioristik ini adalah
dengan cara menerapkan reward sebagai sebuah stimulus
agar siswa mau merespon dengan baik apa yang diajarkan
kepadanya. Reward ini bisa berupa dalam bentuk apapun
sebagai contoh misalnya guru membuat sebuah daftar nama
siswa yang disana juga terdapat sebuah kolom pengumpulan
bintang. Jika siswa berhasil menjawab satu pertanyaan guru
maka siswa tersebut akan mendapatkan satu buah bintang.
Kemudian bintang tersebut terus diakumulasikan sampai
akhir

semester

sehingga

siswa

mampu

mengumpulkan

bintang sebanyak-banyaknya. Kemudian di akhir semester


guru

memberikan

reward

kepada

pengumpul

bintang

terbanyak berupa hadiah.


Aplikasi lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan pemberian latihan secara terus-menerus kepada
siswa. Sehingga siswa akan terbiasa. Ini merupakan mirip
dengan teori dasar Pavlov.
2. Teori Belajar Kognitivisme & Konstruktivisme
Peranan Guru. Dalam belajar konstruktivistik guru
atau

pendidik

berperan

membantu

agar

proses

pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar.


Guru

hanya

membantu

siswa

untuk

membentuk

pengetahuannya sendiri. Guru dituntut lebih memahami


jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru
tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang
tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah
pengendalian, yang meliputi:

11

1)

Menumbuhkan kemandiriran dengan menyediakan

kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.


2)
Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan
dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan siswa.
3)
Menyediakan sistem dukungan yang memberikan
kemudahan

belajar

agar

siswa

mempunyai

optimal untuk berlatih. (Ria Arum Sari, 2012)


3. Teori Belajar Humanistik
Dalam prakteknya teori humanistik ini

peluang

cenderung

mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan


pengalaman,

serta

membutuhkan

keterlibatan

siswa

secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun


secara ekspilsit belum ada pedman baku tantang langkahlangkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik,
namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan humanistik, namun paling tidak langkahlangkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan
Prasetya Irawan dalam Hasanudin (2012) dapat digunakan
sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah
sebagi berikut :
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
b. Menentukan materi pembelajaran.
c. Mengidentifikasi kemampuan awal (entri behvior)
siswa.
d. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang
memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri
atau mengalami dalam belajar.
e. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan
media pembelajaran.
f. Membimbing siswa belajar secara aktif.
g. Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna
dari pengalaman belajarnya.

12

h. Membimbing siswa membuat konseptualisasi


pengalaman belajarnya.
i. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsepkonsep baru ke situasi nyata.
j. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
B. Implikasi Teori Belajar Terhadap Proses Pendidikan
1. Teori Belajar Behaviorisme
Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah
dipaparkan,

maka

secara

ringkas

implikasi

teori

behavioristik dalam pembelajaran dapat dideskripsikan


sebagai berikut (Tanpa Nama, 2015):
1. Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru
kepada siswa.
2. Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana
menambah pengetahuan.
3. Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan
keterampilan yang terisolasi dengan akumulasi fakta yang
berbasis pada logika liner.
4. Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat
dan

belah

lebih

ditekankan

pada

keterampilan

mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.


5. Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan
dalam

penambahan

sebagai

kesalahan

keberhasilan

pengetahuan dikategorikan
yang

perlu

dihukum,

dan

atau kemampuan dikategorikan sebagai

bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.


6. Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif melalui
sistem paper and pencil test dan menuntut
satu

jawaban

evaluasi

yang

benar.

Dengan

hanya

ada

demikian,

lebih ditekankan pada hasil dan bukan pada

proses, atau sintesis antara keduanya,


2. Teori Belajar Kognitivisme & Konstruktivisme
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang
dewasa. Oleh karena itu, guru mengajar dengan

13

menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara

berfikir anak.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat
menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.
Bahan yang harus dipelajari

dirasakan baru tetapi tidak asing.


Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap

perkembangannya.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang

anak

hendaknya

untuk saling berbicara dan diskusi dengan temantemanya. (Nur Ernawati, 2013)
3. Teori Belajar Humanistik
Implikasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran
guru adalah (Baharuddin, 2009: 175) :
a. Memberi perhatian kepada pencintaan suasana awa,
situasi kelompok atau pengalaman kelas.
b. Membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuantujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuantujuan kelompok yang bersifat lebih umum.
c. Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan muda dimanfaatkan para
siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

14

BAB IV
SIMPULAN
Simpulan
Teori perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam
perspektif behaviorisme, pembelajaran diartikan sebagai proses
pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas
(respons).

Pembelajaran

(pembiasaan).

Hasil

merupakan

pembelajaran

proses

pelaziman

yang diharapkan

adalah

perubahan perilaku berupa kebiasaan.


Aliran kognitif berupaya mendeskripsikan apa yang terjadi
dalam diri seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh
perhatian pada peristiwa-peristiwa internal. Belajar adalah proses
pemaknaan informasi dengan jalan mengaitkannya dengan
struktur informasi yang telah dimiliki. Peristiwa belajar yang
dialami
stimulus

manusia

bukan

(rangsangan),

semata
melainkan

masalah
adanya

respon

terhadap

pengukuran

dan

pengarahan diri yang dikontrol oleh otak.


Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan filosofis yang
memandang bahwa masing-masing individu membentuk atau
membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan
pahami.
Teori Belajar Humanistik adalah teori yang menekankan
kepada manusia sebagai mahluk yang memiliki keinginan dan
hasrat tersendiri dapat dikatakan pula sebagai teori yang
memanusiakan manusia.

15

Daftar Pustaka

Baharuddin. (2009). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Hasanudin. (2012). Teori Belajar Humanistik Dan Penerapannya
Dalam Pembelajaran.
https://hasanudin18.wordpress.com/2012/02/09/teori-belajarhumanistik-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/ diakses
pada 17 November 2015 19.20
Ormord, Jeanne Ellis. (2008). Education of Psychology, Jakarta:
Erlangga.
Santrock, John W.. (2007). Adolescene. Jakarta: Erlangga.
Sari, Ria Arum. (2012). Teori Konstrutivistik (Konstruktivisme)
dan Implikasinya.
http://riaarumsari.blogspot.co.id/2012/06/teori-konstruktivistikkonstruktivisme.html diakses pada 17 November 2015 19.20
Schunk, Dale H.. (2012). Learning Theories. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Siregar, Eveline. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.

16

Suprijono, Agus. (t.t.). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Syaifurrahman & Tri Ujiati. (t.t.). Manajemen Dalam
Pembelajaran. Jakarta: Indeks.
Uno, Hamzah B.. (2008). Orientasi Baru dalam Psikologi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Tanpa Nama. (2015). Implikasi Teori Behaviorisme.
http://dokumen.tips/documents/implikasi-teori-behaviorisme55b0897fd5f2b.html diakses pada 17 November 2015 19.20
Wati, Nur Erna. (2013). Teori Kognitivisme, Humanisme, dan
Behaviorisme. http://nurernawatii.blogspot.co.id/2013/12/teorikognitivisme-humanisme-dan.html diakses pada 17 November
2015 19.20
Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow diakses
pada 17 November 2015 19.20

17

Anda mungkin juga menyukai