Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP

PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

Sri Wiworo Retno Indah Handayani


Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang
woroindah68@gmail.com
Nadiya Andromeda
Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang
diyasaja@gmail.com
Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya pengaruh antara gaya pengambilan
keputusan dengan prokrastinasi akademik atau perilaku menunda Alat ukur prokrastinasi
akademik menggunakan skala yang merupakan adaptasi dari skala Sri Wiworo (2013).
Sedangkan skala gaya pengambilan keputusan akan dikembangkan dari indikator ciri-
cirinya.Respondennya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi semester II Universitas
Wisnuwardhana Malang yang II angkatan tahun 2014/2015 yang berjumlah 56 orang.
Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Product Moment. Hasil
penelitian ini dengan menggunakan program statistik (SPS-2000) menunjukkan
pengaruh sangat signifikan antara gaya pengambilan keputusan dengan
prokrastinasi akademik artinya gaya pengambilan keputusan, mempengaruhi
prokrastinasi akademik sehingga hipotesa yang menyatakan adanya pengaruh
antara gaya pengambilan keputusan dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa Universitas Wisnuwardhana Malang diterima pada taraf kepercayaan 99
%.Pada penelitian ini juga diperoleh variabel gaya pengambilan keputusan memberikan
sumbangan efektif sebesar 70,5 % terhadap variabel Prokrastinasi akademik, sedangkan
sisanya 29,5% disebabkan faktor lain.
Kata kunci : Gaya pengambilan keputusan, prokrastinasi akademik

Abstract

The research objective was to determine the influence of the style of decision
making with academic procrastination or delay the conduct academic
procrastination measuring instrument using a scale which is an adaptation of the
scale Sri Wiworo (2013). While the scale of the decision-making style will be
developed on the indicators of the students of the Faculty of Psychology
cirinya.Respondennya is the second half of the II University of Malang
Wisnuwardhana force in 2014/2015 which amounted to 56 people. While the
analytical technique used is the product moment correlation. The results of this
study using the statistical program (SPS-2000) edition Sutrisno Hadi and Yuni
Pamardiningsih show the influence is significant between the style of decision
making with academic procrastination means that the style of decision-making,
influencing academic procrastination thus hypothesized that the influence of the
style of decision making with academic procrastination on Wisnuwardhana
Malang University students accepted at the level of 99% .In this study also
acquired decision-making style variables contribute effectively amounted to
70.5% of the academic Procrastination variable, while the remaining 29.5% is
due to other factors.
Keywords: style of decision-making, academic procrastination
2
3

1. PENDAHULUAN Aristoteles menyatakan bahwa kita


A. Latar Belakang adalah apa yag biasa kita lakukan. Artinya,
setiap hasil usaha kita apakah dalam hal
Pendidikan nasional diharapkan mampu belajar, pekerjaan, sosial, maupun
mewujudkan manusia-manusia pengembangan pribadi sangat ditentukan
pembangunan dan rnembangun dirinya oleh perilaku yang biasa kita jalankan
sendiri serta bertanggung jawab atas dalam hidup sehari–hari. Apabila
pembangunan bangsa. Depdikbud (1999). kebiasaan kita dalam melakukan sesuatu
Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka bersifat positif maka hasilnya cenderung
pemerintah tidak hanya memperhatikan positif, demikian pula sebaliknya (Yusita,
pembangunan fisik tapi juga membangun 2009). Tuntutan yang demikian tidak akan
non fisik, seperti pepatah mengatakan “Di tercapai jika SDM (Sumber Daya
dalam jiwa yang sehat terdapat badan yang Manusia) di Indonesia tidak memiliki
sehat”, artinya pemerintah melalui bidang kepekaan terhadap kualitas diri . SDM
pendidikan hendaknya membangun yang berkualitas bukan hanya tergantung
softskills antara lain karakter peserta didik pada sarana prasarana yang ada, tingkat
agar nantinya mereka bisa menjadi pendidikan ataupun skills yang dimiliki
pelaksana pembangunan diberbagai bidang tetapi bagaimana dia berperilaku dan
dengan hasil yang memuaskan dan tepat bagaimana cara seseorang mengambil
sasaran. Fakta menunjukkan bahwa tingkat suatu keputusan menjadi salah satu unsur
pengangguran di Indonesia pada tahun yang penting pula. Intisari dari
2003 mencapai 9.53% atau sekitar 9.5 juta pengambilan keputusan adalah harapan
warga negara sama sekali tidak memiliki akan terciptanya suatu hasil yang baik.
pekerjaan, dan bahkan Januari tahun 2005 Secara umum pembahasan mengenai
angka pengangguran di Indonesia pengambilan keputusan tidak hanya
meningkat menjadi 9,86%. Hal ini membahas pengambilan keputusannya saja
diperparah dengan semakin sempitnya tetapi juga proses yang terjadi didalamnya.
lapangan pekerjaan, sehingga akan terjadi
persaingan yang sangat ketat antara sarjana Berkaitan dengan keunikan atau
tersebut. Terbukti pada tahun dari tahun keanekaragaman pengambilan keputusan
2003 sampai 2005 terjadi penyusutan antara individu yang satu dengan individu
lapangan pekerjaan di kota dari 1,2 juta yang lain. Dalam hal mengambil
lapangan pekerjaan menjadi 564.000 keputusan, antar individu yang satu dengan
lapangan pekerjaan, proporsi penyusutan individu yang lain melakukan pendekatan
yang sama terjadi pula di pedesaan dengan cara yang tidak sama. Jadi ada
(Hidayati, 2005). Persoalannya, untuk gaya yang berbeda-beda antar individu
menjadi SDM yang memiliki bekal yang satu dengan yang lain dalam
performa yang diminati oleh dunia kerja melakukan pengambilan keputusan
adalah tidak mudah. Faktor kebiasaan (Brigham Young University, 1999).
menjadi hal yang sangat menentukan bagi Greeberg dan Baron mendefinisikan
performa seseorang. Karena bagaimanapun pengambilan keputusan sebagai proses
kebiasaan (habit) merupakan faktor yang membuat pilihan diantara beberapa pilihan
sangat berpengaruh dalam kehidupan (dalam Dewi,2006). Banyak teori-teori
manusia. Bahkan, kesuksesan atau yang berupaya menjelaskan model
kegagalan suatu usaha sangat ditentukan pengambilan keputusan di dalam individu
oleh kebiasaan yang dilakukan maupun kelompok.
sebelumnya. Hal ini disebabkan
Sebagai makhluk yang berkesadaran dan
kebiasaan adalah perilaku yag konsisten,
bebas menentukan pilihannya sendiri, jalan
sering tidak disadari, dilaksanakan
yang diemban manusia terlihat demikian
sehari–hari, serta menjadi karakter.
banyak. Apalagi pada jaman yang
4

sekompleks ini , permasalahan seperti menjadi malas sehingga menunda


memilih sekolah, jurusan sekolah, penyelesaian tugas, tergantung dari kondisi
universitas, jurusan kuliah, pekerjaan, psikisnya. Selanjutnya perilaku ini menjadi
bidang pekerjaan, kantor, pemimpin, pacar menguat dan diulangi lagi sehingga
dll. Mengharuskan manusia mengambil menjadi kebiasaan.
keputusan yang tepat dan akan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
menghasilkan sesuatu yang baik korelasi antara konsep diri dan stres
( Sarlito,2009). denagan prokrastinasi pada mahasiswa,
Cara orang mengambil keputusan dapat ada korelasi negatif antara konsep diri dan
digambarkan melalui gaya pengambilan Prokrastinasi dan ada korelasi negatif
keputusannya Ada dua dimensi dalam antara stres dan prokrastinasi pada
gaya pengambilan keputusan, yakni: mahasiswa (Sri Wiworo,2013).
Orientasi nilai (values orientation) dan Pengambilan keputusan terdiri dari dua
Kompleksitas kognitif (cognitive karakteristik yaitu pengambilan keputusan
complexity). Tipe pengambil keputusan individual dan pengambilan keputusan
yang berorientasi nilai, fokus pada tugas kelompok, pada penelitian ini peneliti
(masalah teknis) dan fokus pada orang mengambil gaya pengambilan keputusan
(sosial).Sedangkan tipe pengambil individu yaitu mahasiswa yang di dalam
keputusan yang menunjukkan perkembangannya masuk pada masa
kompleksitas kognitif mengindikasikan dewasa awal.
tingkat di mana seseorang memiliki Dengan pernyataan tersebut di atas
toleransi terhadap ambiguitas dan peneliti ingin meneliti tentang pengaruh
kebutuhan terhadap struktur. Menurut gaya pengambilan keputusan terhadap
Rowe & Boulgarides (1994), dua dimensi prokrastinasi akademik pada mahasiswa
di atas (orientasi nilai & kompleksitas UNIDHA Malang.
kognitif) apabila dikombi-nasikan
menghasilkan 4 gaya pengambilan B. Perumusan Masalah
keputusan, yakni , Directive, analitis, Adakah pengaruh gaya pengambilan
konseptual dan behavioral. keputusan terhadap prokrastinasi akademik
Hasi penelitian Rowe dan Bulgarides pada mahasiswa UNIDHA Malang.
(dalam Muti 2003) tentang perbedaan gaya C. Tujuan Penelitian
pengambilan keputusan antara laki-laki Tujuan penelitian adalah untuk
dan perempuan menunjukkan bahwa “ mengetahui adanya pengaruh antara
Didalam pekerjaan yang sama laki-laki variabel bebas terhadap variabel
dan perempuan secara umum tidak tergantung,Variabel bebasnya gaya
memiliki perbedaan yang signifikan pengambilan keputusan , sedangkan
mengenai gaya pengambilan keputusan”. variabel tergantungnya adalah
Seperti yang terjadi pada mahasiswa prokrastinasi akademik.
semester II Universitas Wisnuwardhana
(UNIDHA) Malang yang terdiri dari Alat ukur prokrastinasi akademik
berbagai daerah dan tentunya memiliki menggunakan skala yang merupakan
latar belakang budaya yang berbeda. adaptasi dari skala Sri Wiworo (2012).
Banyak hal mempengaruhi seseorang Sedangkan skala gaya pengambilan
sehingga ia dapat melakukan aktivitas keputusan akan dikembangkan dari
dengan baik. Baik secara internal maupun indikator ciri-cirinya.
eksternal . akan tetapi aspek internal Respondennya adalah mahasiswa Fakultas
individu menjadi penentu utama seseorang Psikologi semester II Universitas
menjadi produktif. Dalam suatu waktu, Wisnuwardhana Malang yang II angkatan
seseorang menjadi bergairah melakukan tahun 2014 yang berjumlah 50 orang.
aktivitas atau mungkin diwaktu lain ia Sedangkan teknik analisis yang akan
5

digunakan adalah korelasi Product prokrastination adalah suatu penundaan


Moment. dalam mengambil keputusan. Bentuk
D. Batasan Masalah prokrastinasi ini merupakan sebuah
1. Analisis yang digunakan dalam anteseden kognitif dalam menunda untuk
penelitian ini adalah korelasi product mulai melakukan suatu kerja dalam
Moment menghadapi situasi yang dipersepsikan
2. Variabel yang digunakan dalam penuh stres. Selanjutnya Ferrari ( Mierrina,
penelitian ini adalah gaya pengambilan 2005) menjelaskan prokrastinasi dilakukan
keputusan dan prokrastinasi sebagai suatu bentuk coping yang
akademik. digunakan untuk menyesuaikan diri dalam
3. Subyek penelitian ini adalah pembuatan keputusan pada situasi-situasi
mahasiswa Fakultas Psikologi semester II yang dipersepsikan penuh stres. Jenis
UNIDHA Malang. prokrastinasi ini terjadi akibat kegagalan
dalam mengindentifikasikan tugas, yang
E. Target Luaran kemudian menimbulkan konflik dalam diri
Target luaran dari hasil penelitian ini akan individu, sehingga akhirnya seseorang
diterbitkan dalam bentuk jurnal menunda untuk memutusakan masalah.
sehingga dapat diakses oleh publik dan Decisional procrastination berhubungan
diharapkan dapat memberikan kontribusi dengan kelupaan, kegagalan proses
bagi institusi dan bagi mahasiswa. kognitif, akan tetapi tidak berkaitan
II. KAJIAN PUSTAKA dengan kurangnya tingkat intelegensi
1. Pengertian Prokrastinasi seseorang. Avoidance procrastination atau
Pengertian Prokrastinasi Istilah behavioral procrastination adalah suatu
prokrastinasi berasal dari bahasa Latin penundaan dalam perilaku tampak.
procrastination dengan awalan pro yang Penundaan dilakukan sebagai cara untuk
berarti mendorong maju atau bergerak dan menghindari tugas yang dirasa tidak
akhiran crastinus yang berarti keputusan menyenangkan dan sulit untuk dilakukan.
hari esok atau jika digabungkan menjadi Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari
menangguhkan atau menunda sampai hari kegagalan dalam menyelesaiakan
berikutnya (Gufron, 2003). Sehingga, pada pekerjaan.
abad lalu, prokrastinasi bermakna positif Ellis (1986) menyatakan bahwa menunda
jika penundaan sebagai upaya konstruktif (procrastination) melaksanakan
untuk menghindari keputusan impulsive tugas/pekerjaan dikonsepsikan sebagai
dan tanpa pemikiran yang matang, dan tindakan negatif (Hidayat, 2004) Lebih
bermakna negative jika dilakukan karena spesifik lagi Ellis menyatakan bahwa
malas atau tanpa tujuan yang pasti. Ferrari menunda melaksanakan tugas merupakan
(dalam Mierrina, 2005) membagi satu dari beberapa problem “psikis kecil”
prokrastinasi menjadi dua : (a) Functional yang mencerminkan kesulitan psikis yang
procrastination, yaitu penundaan lebih besar. Yang sering mereka
mengerjakan tugas yang bertujuan untuk gambarkan tentang dirinya adalah keluhan
memperoleh informasi yang lebih lengkap bahwa dirinya tidak mampu melakukan
dan akurat, (b) disfunctional kegiatan apapun, merasa terlambat, lebih
procrastination, yaitu penundaan yang suka menangguhkan tugas dsb.
tidak bertujuan, berakibat buruk dan Prokrastinasi merupakan sikap dan
menimbulkan masalah. perilaku yang memiliki karakteristik
Ada dua bentuk prokrastinasi yang mengulur-ulur atau memperpanjang waktu
disfunctional berdasarkan tujuan mereka dalam melakukan suatu hal, bias berupa
melakukan penundaan, yaitu decional pekerjaan, tugas, hak, maupun kewajiban.
procrastination dan avoidance Prokrastinasi ini sering dilakukan oleh
procrastination. Decisional kebanyakan orang. Ariely & Wertenbroch
6

menyatakan bahwa seseorang masalah-masalah kehidupan yang bahan-


procrastinator akan melakukan penundaan bahannya seharusnya diperoleh dari
dalam mengerjakan tugasnya sampai pangalaman bekerja sebelumnya.
mendekati batas waktu akhir (Mierrina, Sebagaimana perilaku prokrastinasi
2005). dilakukan pada berbagai jenis tuigas atau
Selanjutnya Chu & Choi (2005) pekerjaan, maka hal tersebut juga dibahas
berpendapat bahwa prokrastinasi dalam teori-teori konseling dari semua
merupakan suatu hambatan perilaku yang aliran, baik afektif, kognitif, maupun
mengarah pada tindakan membuang-buang behavioristik. Ketiganya memiliki cara
waktu, tampilan kerja buruk dan pandang serupa terhadap kebiasaan
meningkatkan tingkat stres. menunda pekerjaan yang difokuskan pada
Kebiasaan menunda tugas dikatagorikan penundaan belajar, yaitu sebagai tindakan
sebagai gaya hidup yang keliru, yaitu tidak yang patologis. Corey (1986) menyatakan
berusaha mencapai superioritas, kurang dalam pendekatan afektif, teori gestalt
memiliki self-control, dan kurang memiliki menyebut avoidance, yaitu kebiasaan
penilaian positif pada bekerja (Adler menghindar untuk melakukan kegiatan
dalam Hidayat, 2004). Menurut Adler, belajar. Orang yang bersangkutan selalu
manusia memiliki pembawaan untuk atau hampir selalu lebih memilih
mengatasi rendah diri (inferioritas) dan melakukan pekerjaan lain atau diam. Teori
kelemahan untuk mencapai superioritas Person Centered menyatakan sebagai tidak
serta kesempurnaan dengan kemampuan dapat mengaktualisasi diri. Klien belum
dan penguasaan yang dimiliki yaitu mengetahui, belum menyadari, dan belum
dengan cara mengubah kelemahan menjadi dapat mengembangkan potensi-potensi
kekuatan, mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Selanjutnya Corey (1986)
secara maksimal, mencapai sesuatu yang menjelaskan bahwa teori Adler yang juga
lebih unggul melalui lapangan lain. termasuk pada aliran afektif
Sebaliknya dengan self-control yang menamakannya sebagai gaya hidup yang
lemah, seseorang kurang mandiri serta keliru. Menurut Adler (1986) setiap orang
kendali diri. Ia tidak pernah berusaha memiliki gaya hidup yang khas, yaitu
untuk segera menyelesaikan tugas namun pandangan individu tentang diri mereka,
karena dikalahkan oleh kenyakinan diri dunia luar, perilaku, serta kebiasaan yang
yang rendah maka aktifitas bekerjanya digunakan untuk mencapai tujuan pribadi.
tidak bertahan. Ia memiliki penilaian yang Seseorang yang terbiasa menunda belajar
kurang positif terhadap tugas kuliah. Tugas berarti keliru mamandang diri sebagai
kuliah dianggap bukan wahana yang dapat orang yang tidak mampu belajar dan
mengantarkan keunggulan dirinya. meningkatkan prestasi belajar (Hidayat,
Akhirnya ia kembali menghindar. 2004).
Ellis (1986) juga menyatakan bahwa orang Fee dan Tangney ( Mierrina, 2005)
yang suka menunda pekerjaan atau tugas mengatakan bahwa procrastinator bukan
berarti mengutamakan hedonisme jangka hanya sekedar masalah dalam manajemen
pendek, menghindari berfikir tuntas, dan waktu, melainkan suatu proses kompleks
menghindari aktualisasi diri. Orang yang yang melibatkan komponen afeksi,
demikian berimplikasi merusak diri kognisi, dan perilaku.
(Hidayat, 2004). Menurut Ellis, salah satu Prokrastinasi berarti perilaku penundaan
ide irrasional seseorang menyatakan kita tugas, tanpa memperhatikan alasan
dapat menghasilkan kesenangan yang melakukan penundaan, sehingga
tinggi dengan sikap malas dan pasif. prokrastinasi dapat dibedakan menjadi
Ketidakrasionalan ide ini akan terbukti prokrastinasi yang menguntungkan dan
pada kenyataan jangka panjang yaitu yang menimbulkan masalah (Burka &
ketika seseorang dituntut memecahkan Yuen, dalam Nur Lailatul M, 2008). Albert
7

Ellis dan William Knaus (2004) akademik adalah jenis penundaan yang
menyatakan prokrastinasi sebagai suatu dilakukan pada jenis tugas formal yang
kegagalan untuk memulai melakukan berhubungan dengan akademik, misalnya
maupun menyelesaikan suatu tugas atau tugas sekolah atau kursus. Prokrastinasi
aktivitas pada waktu yang ditentukan. non akademik adalah penundaan yang
Mereka melihat prokrastinasi sebagai suatu dilakukan pada jenis tugas non formal atau
perilaku yang berasal dari pikiranpikiran tugas yang berhubungan dengan kehidupan
irrasional yang telah menjadi kebiasaan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga,
(traits). tugas sosial, tugas kantor, dan sebagainya.
Selanjutnya, dalam penelitian ini dibatasi Di kalangan ilmuan, istilah prokrastinasi
pengertian prokrastinasi sebagai suatu untuk menunjukan pada suatu
penundaan yang dilakukan secara sengaja kecenderungan menunda –nunda
dan berulang-ulang, dengan melakukan penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan,
aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pertama kali digunakan oleh Brown dan
pengerjaan tugas, dengan jenis Holzman (Manual surveys of study habits
disfungsional procrastination, yaitu and attitude, 1967). Istilah prokrastinasi
penundaan yang dilakukan pada tugas digunakan untuk menggambarkan suatu
yang penting, penundaan tersebut tidak kecenderungan menunda-nunda
bertujuan, dan bisa menimbulkan akibat penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan
yang negatif baik yang kategori decisional sehingga seseorang gagal menyelesaikan
procrastination atau avoidance tugas-tugas tersebut tepat pada waktunya
procrastination (Wie, 2008).
2. Pengertian Akademik Solomon dan Rothblum (dalam Mierrina
Berdasarkan Keputusan Menteri 2005) menyatakan suatu penundaan
Pendidikan Nasional RI Nomor dikatakan sebagai prokrastinasi, apabila
178/U/2001, akademik merupakan sebuah penundaan itu dilakukan pada tugas
penyampaian ilmu yang diarahkan penting, dilakukan berulang-ulang secara
terutama pada penguasaan dan sengaja dan meninbulkan perasaan tidak
pengembangan disiplin ilmu nyaman, secara subyektif dirasakan oleh
pengetahuan,teknologi, dan/atau seni seseorang procrastinator. Ferrari, dkk
tertentu, yang mencakup program (dalam Yusita, 2009) menyimpulkan
pendidikan. Program Pendidikan bahwa pengertian prokrastinasi dapat
Akademik adalah program pendidikan dipandang dari berbagai batasan tertentu,
yang diarahkan terutama pada penguasaan yaitu : (1) prokrastinasi hanya sebagai
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. perilaku penundaan, yaitu bahwa setiap
Program Pendidikan Akademik terdiri dari perbuatan untuk menunda dalam
Program Sarjana, Program Magister, dan mengerjakan suatu tugas disebut sebagai
Program Doktor. prokrastinas, tanpa mempermasalahkan
3. ProkrastinasiAkademik tujuan serta alasan penundaan yang
dilakukan. (2) prokrastinasi sebagai suatu
Schouwenberg (dalam Nur Lailatul M, kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki
2008) mengatakan bahwa prokrastinasi individu, yang mengarah kepada trait,
akademik sebagai suatu perilaku penundaan yang dilakukan sudah
penundaan dapat termanifestasi dalam merupakan respon tetap yang selalu
indikator tertentu yang dapat diukur dan dilakukan seseorang dalam menghadapi
diamati. Joseph Ferrari (1995) membagi tugas, biasanya disertai oleh adalanya
prokrastinasi menjadi 2 jenis tugas, yaitu kenyakinan-kenyakinanyang irrasional. (3)
prokrastinasi akademik dan non akademik. prokrastinasi sebagai suatu trait
Prokrastinasi akademik yaitu prokrastinasi kepribadian, dalam pengertian ini
akademik dan non akademik. Prokrastinasi prokrastnasi tidak hanya sebuah perilaku
8

penundaan saja, akan tetapi prokrastinasi dinasehati oleh orang lain(suka


merupakan suatu trait yang melibatkan menentang), suka disebut penunda karena
komponen-komponen perilaku maupun dengan kebiasaan pada umumnya; Crisis
struktur mental lain yang saling terkait Maker, suka membuat masalah dalam
yang dapat diketahui secara langsung pekerjaan karena terlambat memulai,
maupun tidak langsung. Procrastinator suka menunda mengerjakan
Berdasarkan uraian di atas, prokrastinasi tugas menjelang batas akhir waktu yang
akademik adalah perilaku menunda-nunda disediakan, sehingga sering tidak dapat
pengerjaan tugas-tugas formal yang menyelesaikan tugas pada waktunya; Over
berhubungan dengan akademik pada waktu Doer, terlalu banyak tugas, selalu
yang telah ditetapkan, yang dilakukan menyatakan ‘ya’ pada tugas yang
secara sadar oleh individu tersebut. diberikan, cenderung kurang dapat
4. Faktor-faktor penyebab mengatur waktu, sumber daya yang ada
prokrastinasi dan menyelesaikan konflik yang terjadi.
Takut akan kegagalan dan keengganan Akhirnya sering menunda tugas yang
pada tugas adalah dua komponen penting harus diselesaikan.
dari penundaan (Yusita, 2009). Sejalan hal Burka dan Yuen (1983) berpendapat
tersebut, Burka dan Yuen (1983) bahwa stres dapat meningkatkan
menyatakan fear of the failure adalah prokrastinasi. Bahkan ditegaskan oleh
ketakutan yang berlebihan untuk gagal. mereka (dalam Yusita, 2009) bahwa ada
Seseorang menunda-nunda mengerjakan aspek irrasional yang dimiliki oleh
tugas karena takut jika gagal seseorang procrastinator, yaitu bahwa
menyelesaikannya sehingga akan suatu tugas harus diselesaikan dengan
mendatangkan penilaian yang negatif akan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman
kemampuannya. Akibatnya seseorang untuk tidak melakukannya segera, karena
menunda-nunda untuk mengerjakan tugas itu akan manghasilkan sesuatu yang tidak
yang dihadapinya. maksimal, dengan kata lain penundaan
Ferrari (dalam Mierrina, 2005) yang dikatagorikan sebagai prokrastinasi
menyebutkan bahwa procrastinator adalah apabila penundaan tersebut sudah
sebagai sikap malas atau manja, dimana merupakan kebiasaan atau pola yang
individu itu tidak mampu untuk mengatur penundaan tersebut sudah merupakan
dirinya. Selanjutnya Sapadin (1996) kebiasaan atau pola yang menetap yang
mengenalkan enam gaya prokrastinasi selalu dilakukan seseorang ketika
yang pokok yaitu : Perfection. Seseorang menghadapi suatu tugas, dan penundaan
memiliki prinsip untuk mengerjakan tugas tersebut disebabkan oleh adanya
secara sempurna, sehingga individu keyakinan-keyakinan yang irrasional
memilih menunda mengerjakan tugas; dalam memandang tugas.
Dreamer. Banyak mempunyai ide besar Ferrari, dkk (dalamYusita, 2009)
tetapi tidak dilakukan, procrastinator lebih mengatakan bahwa seorang procrastinator
banyak mengabiskan waktunya untuk menghabiskan waktu secara berlebihan,
mempersiapkan diri, mencari buku-buku maupun melakukan hal-hal yang tidak
yang diperlukan, dan menyusun rencana dibutuhkan dalam penyelesaian suatu
pelaksanaan tugas secara teliti tetapi tugas, tanpa memperhitungkan
sebenarnya berlebihan sehingga dia keterbatasan waktu yang dimilikinya.
menunda mengerjakan tugas; Worrier, Lebih lanjut dijelaskan seseorang
tidak berfikir tugas berjalan baik, tetapi procrastinator mempunyai kesulitan untuk
takut apa yang dilakukan lebih jelek atau melakukan sesuatu sesuai dengan batas
gagal, individu khawatir gagal sehingga waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
memilih untuk menunda mengerjakan Seorang procrastinator sering mengalami
tugas; Defier, tidak mau diperintah atau keterlambatan dalam memenuhi deadline
9

yang telah ditentukan, baik oleh orang lain berguna bagi dirinya, akan tetapi dia
maupun rencana-rencana yang telah dia menunda-nunda untuk menyelesaikan dan
tentukan sendiri. Seorang procrastinator berguna bagi dirinya, akan tetapi dia
juga dengan sengaja tidak segera menunda-nunda untuk menyelesaikan
melakukan tugasnya, akan tetapi sampai tuntas jika sudah mulai
menggunakan waktu yang dia miliki untuk mengerjakan sebelumnya.
melakukan aktivitas lain yang dipandang b. Keterlambatan dalam mengerjakan
lebih menyenangkan dan mendatangkan tugas. Orang yang melakukan
hiburan seperti membaca (Koran, majalah, prokrastinasi memerlukan waktu yang
atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, lebih lama dalam mengerjakan suatu tugas
jalan, mendengarkan music, dan daripada waktu yang dibutuhkan pada
sebagainya, sehingga menyita waktu yang orang lain umumnya. Seorang
dia miliki untuk mengerjakan tugas yang prokrastinator menghabiskan waktu yang
harus diselesaikan. dimilikinya untuk mempersiapkan diri
Sedangkan Millgram (dalam secara berlebihan, maupun melakukan hal-
Yusita, 2007) mengatakan bahwa hal yang tidak dibutuhkan dalam
prokarastinasi adalah suatu perilaku menyelesaikan suatu tugas, tanpa
spesifik yang meliputi : (1) suatu perilaku memperhitungkan keterbatasan waktu
yang meibatkan unsur penundaan baik yang dimilikinya untuk mempersiapkan
untuk memulai maupun menyelesaikan diri secara berlebihan, maupun melakukan
suatu tugas atau aktivitas. (2) hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam
menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih menyelesaikan suatu tugas tanpa
jauh, misalnya keterlambatan memperhitungkan keterbatasan waktu
menyelesaikan tugas maupun kegagalan yang dimilikinya. Kadang-kadang kegiatan
dalam mengerjakan tugas., (3) melibatkan tersebut mengakibatkan seseorang tidak
suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku berhaasil menyelesaikan tugasnya secara
prokarstinasi sebagai suatu tugas yang memadai. Keterlambatan, dalam arti
penting untuk dikerjakan, misalnya tugas lambatnya kerja seseorang dalam
kantor, tugas sekolah maupun tugas rumah melakukan suatu tugas dapat menjadi diri
tangga, (4) menghasilkan keadaan yang utama dalam prokrastinasi akademik.
emosional yang tidak menyenangkan, c. Kesenjangan waktu antara rencana
misalnya perasaan cemas, perasaan dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator
bersalah, marah, panik, dan sebagainya. mempunyai kesulitan untuk melakukan
Berdasarkan pendapat tersebut sesuatu sesuai dengan batas waktu yang
dapat disimpulkan bahwa perilaku telah ditetapkan sebelumnya. Seorang
prokrastinasi dapat menimbulkan prokrastinator sering tidak memenuhi
keterlambatan dan kegagalan dalam deadline yang telah ditentukan, baik oleh
penyelesaian tugas serta menimbulkan orang lain maupun rencana-rencana yang
stres. telah dia tentukan sendiri. Seseorang
5. Ciri-ciri Prokrastinasi Ferrari dkk. mungkin telah merencanakan untuk mulai
(1995) menyatakan bahwa sebagai suatu mengerjakan tugas pada waktu yang telah
perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dia tentukan sendiri, akan tetapi ketika
dapat memanivestasikan dalam indikator saatnya tiba dia tidak juga melakukan
tertentu yang dapat diukur dan diamati sesuai dengan apa yang telah direncanakan
melalui ciri-ciri tertentu berupa : sehingga menyebabkan keterlambatan
a. Penundaan untuk memulai maupun maupun kegagalan untuk menyelesaikan
menyelesaikan kerja pada tugas yang tugas .
dihadapi. Seseorang yang melakukan d. Melakukan aktivitas lain yang lebih
prokrastinasi tahu bahwa tugas yang menyenangkan daripada melakukan tugas
dihadapi harus segera diselesaikan dan yang harus dikerjakan. Seorang
10

prokrastinasi dengan sengaja tidak segera Dalam penjelasan berikutnya, Harren


melakukan tugasnya, akan tetapi (1980) juga menyatakan bahwa tanpa
menggunakan waktu yang dia miliki untuk memperhatikan keputusan-keputusan yang
melakukan aktivitas lain yang dipandang dibuatnya, tiap-tiap orang mempunyai cara
lebih menyenangkan dan mendatangkan unik untuk mengambil keputusan. Tidak
hiburan, seperti membaca (koran, majalah, ada satupun cara terbaik yang dapat
atau buku cerita lainnya), nonton, ngobrol, berlaku bagi semua orang. Setiap orang
jalan, mendengarkan musik dan belajar mengandalkan suatu cara terbaik
sebagainya, sehingga menyita waktu yang yang berlaku atas dirinya sesuai
dia miliki untuk mengerjakan tugas yang pengalamannya. Berdasarkan batasan-
harus diselesaikannya. batasan tentang gaya pengambilan
Ciri prokrastinasi tersebut akan digunakan keputusan ini, maka diketahui bahwa  gaya
untuk susunan skala prokrastinasi pengambilan keputusan ini bersifat
akademik. individual, yaitu terkait dengan kondisi
b. Gaya Pengambilan Keputusan masing-masing individu. Hal ini jelas ikut
1. Pengertian Gaya Pengambilan menentukan gaya pengambilan keputusan
Keputusan yang dimiliki seseorang.
Sweeney dan Mc Farlin (2002)
Harren, dkk. (1978) membedakan
mendefinisikan pengambilan keputusan
pengambilan keputusan ke dalam dua (2)
sebagai proses dalam mengevaluasi satu
gaya pengambilan keputusan yang
atau lebih pilihan dengan tujuan untuk
berseberangan yaitu gaya rasional dan
meraih hasil terbaik yang diharapkan.
intuitif  Penggolongan dua gaya ini di
Sedangkan Kinicky dan Kreiner (2003)
dasarkan atas: 
mendefinisikan pengambilan keputusan
sebagai suatu proses mengidentifikasi dan a.   Tingkat individu dalam menggunakan
memilih solusi yang mengarah pada hasil strategi pengambilan keputusan yang
yang diinginkan. bersifat logis berlawanan dengan strategi
Pengambilan keputusan memiliki pengambilan keputusan yang bersifat
tujuan dan makna yang berbeda-beda emosional.
terhadapkeputusan yang diambil. Ada
orang memilih berdasarkan pertimbangan b. Cara individu dalam mengolah dan
ekonomi, ada yang dikarenakan menanggapi informasi serta melakukan
pertimbangan kekerabatan,kedekatan, evaluasi dalam situasi pengambilan
pertimbangan rasional, ikut orang lain dan keputusan.
lain sebagainya. Hal tersebut tergantung ii. Jenis Gaya Pengambilan
kebutuhan masing-masing individu. Ketika Keputusan
manusia menyadari dirinya membutuhkan
uang maka tujuan yang akan digapai Menurut Rowe dan Boulgardes
adalah mendapatkan uang, dan tujuan ini (1992) cara orang mengambil keputusan
mengarahkan tingkah lakunya.Gaya dapat digambarkan melalui gaya
pengambilan  keputusan     dipahami pengambilan keputusannya. Ada beberapa
sebagai  cara  respon  yang dipelajari atau faktor yang menentukan yaitu :
dibiasakan dimana melaluinya individu a. Cara seseorang menerima dan
melakukan pendekatan dan melakukan memahami tanda isyarat-isyarat tertentu
pengambilan keputusan ( Bruce & Scott, b. Suatu yang penting menurut
1999). Batasan yang lain menyatakan penilaian seseorang
bahwa gaya pengambilan keputusan adalah c. Faktor konteks atau situasional saat
cara-cara unik yang dilakukan seseorang di pengambilan keputusan dilakukan
dalam membuat keputusan-keputusan Bagaimana ia menginterpretasi
penting dalam hidupnya (Harren, 1980). atau memahami, bagaimana merespons,
11

dan apa yang dipercaya oleh seseorang mereka sangat baik dalam menemukan
sebagai sesuatu yang penting mengartikan kreativitas pemecahan masalah. Disamping
bahwa gaya pengambilan keputusan itu, tingkat kompleksitas kognitif dan
merefleksikan cara seseorang bereaksi orientasi..→ orientasi pada manusia tinggi.
terhadap situasi yang dihadapinya Ada kepercayaan dan kebutuhan dalam
Terdapat dua dimensi yang hubungan dengan bawahan. Cenderung
berbeda di dalam gaya pengambilan idealis, menekankan pada etika dan nilai.
keputusan, yaitu orientasi nilai dan Kreatif, cepat memahami hubungan yang
toleransi terhadap ambiguitas. Tipe kompleks. Fokusnya pada jangka panjang
pengambilankeputusan yang fokusnya dengan komitment organisasi yang tinggi.
pada tugas dan masalah teknis atau fokus Berorientasi ke masa depan pada prestasi
terhadap orang lain dan masalah sosial dan penghargaan, pengakuan, dan
adalah pengambil keputusan yang kemandirian. Lebih sebagai “pemikir”
berorientasi nilai. Toleransi terhadap daripada pelaksana.
ambiguitas mengindikasikan tingkat d. Behavioral
dimana seseorang memiliki kebutuhan Individu dengan gaya behavioral,
yang tinggi terhadap struktur atau kendali memiliki tingkat kompeksitas kognitif
dalam hidupnya . Dua dimensi ini ketika yang rendah, namun mereka memiliki
dikombinasikan akan menghasilkan 4 gaya perhatian yang mendalam terhadap
pengambilan keputusan yaitu directive, organisasi dan perkembangan orang lain.
analitis, konseptuaal dan behavioral. Peduli dengan prestasi rekan-rekan dan
a. Directive Individu bawahan, menerima saran dari orang lain,
dengan gaya direktif, toleransinya rendah serta mengandalkan pertemuan-pertemuan
terhadap ambiguitas, ia mencari (meeting) untuk berkomunikasi. Memiliki
rasionalitas. Efisien dan logis. Keputusan keinginan untuk kompromi. Fokus pada
dibuat dengan informasi yang minimal, jangka pendek, menghindari konflik untuk
dengan menilai beberapa alternatif. mencari penerimaan, namun kadangkala
Membuat keputusan yang cepat dan fokus merasa tidak aman.
pada jangka pendek Cenderung fokus pada Tabel.1 . Gaya apengambilan Keputusan
hal-hal yang bersifat teknis, lebih
menyukai hal-hal yang terstruktur, Analitis Konseptual
seringkali agresif, serta cenderung 1Menyukai 1Orientasi
mendominasi orang lain. pemecahan terhadap prestasi
b. Analytical masalah 2Berwawasan
Individu dengan gaya analitis, 2Menginginkan luas
toleransinya lebih besar terhadap jawaban terbaik 3Kreatif
ambiguitas. Fokus terhadap keputusan 3Menginginkan 4Humanistik/
yang bersifat teknis. Berkeinginan mencari kontrol artistik
informasi lebih lanjut dan 4Menggunakan 5Memberikan
mempertimbangkan lebih banyak berbagai data ide-ide baru
alternatif. Dicirikan sebagai pengambil 5Menyukai 6Berorientasi
keputusan yang terbaik dalam hal kehati- keragaman masa depan
hatiannya dan kemampuannya dalam 6Inovatif 7Independen
beradaptasi, sehingga tidak cepat dalam 7Melakukan 8Menginginkan
mengambil keputusan. analisis secara pengakuan
c. Conceptual hati-hati
Individu dengan gaya konseptual, 8Mengnginkan
cenderung luas pan-dangannya dalam tantangan (N-
mempertimbangkan berbagai alternatif. Ach)
Fokus mereka adalah jangka panjang, dan
12

Directive Behavioral ( Bruce & Scott, 1999). Mengingat akan


1Mengharapkan 1Bersikap hal ini, maka dalam penelitian ini akan
hasil suportif digunakan dua dimensi gaya pengambilan
2Agresif 2Menggunakan keputusan yang telah dikemukakan oleh
3Bertindak cepat persuasi Harren, dkk. (1978), yaitu gaya
4Menggunakan 3Empati pengambilan keputusan rasional dan
aturan 4Mudah intuitif.
5Menggunakan berkomunikasi Berdasarkan uraian tersebut, penulis
intuisi 5Menyukai mengambil kesimpulan bahwa dalam hal
6Memiliki pertemuan melakukan pengambilan keputusan,
kemampuan 6Menggunakan individu dapat digolongkan kepada salah
verbal data yang satu gaya pengambilan keputusan. Setiap
7Kebutuhan akan terbatas cara atau gaya pengambilan keputusan
kekuasaan 7Kebutuhan merupakan cara yang terbaik bagi masing-
akan afiliasi masing individu. Hal ini sekaligus
memperlihatkan eksistensi gaya
pengambilan keputusan sebagai keunikan
Harren, dkk. (1978) membedakan individual. Berikut ini akan dipaparkan
pengambilan keputusan ke dalam dua (2) secara ringkas mengenai masing-masing
gaya pengambilan keputusan yang
berseberangan yaitu gaya rasional dan Persepsi dan Nilai Pengambilan
intuitif  Penggolongan dua gaya ini di Keputusan
dasarkan atas: 
a.Persepsi
a.   Tingkat individu dalam menggunakan
Persepsi merupakan unsur penting, sebagai
strategi pengambilan keputusan yang
“gerbang awal” masuknya informasi dari
bersifat logis berlawanan dengan strategi
lingkungan. Berangkat dari stimulus,
pengambilan keputusan yang bersifat
individu pengambil keputusan akan
emosional.
mengguna-kan frame of reference-nya
b. Cara individu dalam mengolah dan dalam bereaksi terhadap informasi yang
menanggapi informasi serta melakukan diterimanya, di mana hal ini merupakan
evaluasi dalam situasi pengambilan fungsi dari pengalaman dan kompleksitas
keputusan. kognitif.
Persepsi yang “bias,” tentu akan
Pada penelitian selanjutnya Harren, dkk. mempengaruhi interpre-tasi dan reaksi
(1978) menemukan bahwa ada dimensi individu terhadap situasi.
ketiga yang muncul dalam gaya Pada akhirnya akan membedakan antara
pengambilan keputusan, yaitu gaya individu yang satu dengan individu lainnya
pengambilan keputusan dependen, yaitu dalam mengambil keputusan.
individu yang menghindari tugas b.Nilai Pengambilan Keputusan
pengambilan keputusan dan menyerahkan
pada orang lain untuk mengambil Unsur penting yang tidak kalah
keputusan.   Namun dalam penelitian pentingnya dalam memahami pengambilan
empiris yang dilakukan setelah penemuan keputusan adalah nilai (values). Nilai
tersebut,  Harren        kembali sebagai faktor kunci dalam menentukan
menunjukan  bahwa  gaya  pengambilan gaya pengambilan keputusan. Nilai dapat
keputusan dependen ini bersifat dimaknai sebagai pedoman normatif pada
independen atau terpisah dari gaya diri seseorang yang mempengaruhinya
pengambilan keputusan rasional dan dalam memilih sejumlah alternatif untuk
intuitif (Sarwono, 2009) bertindak. Nilai dapat dilihat sebagai
13

penyediaan kerangka perseptual yang 2. Sampel Penelitian


stabil dalam mempengaruhi perilaku Sampel dalam penelitian ini diambil
seseorang, karena dibangun dan dengan menggunakan teknik stratified
berkembang melalui pengalaman. sampling, yaitu proses pemilihan sampel
Singkatnya, nilai dapat dilihat sedemikian rupa sehingga semua sub
sebagai refleksi dari keyakinan yang kelompok pada populasi diwakili pada
mengarahkan tindakan, pertimbangan, dan sampel dengan perbandingan sesuai
pengambilan keputusan sebagai akhir dari dengan jumlah yang ada dalam populasi
proses yang terjadi dalam individu. (Sumanto, 1995). ).jumlah sampel dalam
Bila persepsi berperan penelitian ini adalah 56
dalam mengartikan informasi sesuai mahasiswa.masing-masing kelas diambil
realitas subjektif, maka nilailah yang 28 orang.
menggerak-kan (melalui motif) perilaku
(gaya) tertentu dalam men-capai tujuan. C. Instrumen Penelitian
III.METODE PENELITIAN Instrumen yang
A. Rancangan Penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
Pengumpulan data dalam dengan menggunakan skala prokrastinasi
penelitian ini untuk variabel Prokrastinasi dan skala gaya pengambilan keputusan.
menggunakan skala prokrastinasi , variabel
gaya pengambilan keputusan D. Teknik Pengumpulan Data
menggunakan skala gaya pengambilan Pengumpulan data dalam
keputusan dengan menggunakan skala penelitian ini untuk variabel Prokrastinasi
Likert dengan empat alternative jawaban. dan variabel gaya pengambilan keputusan
Aitem pernyataan dalam kuesioner bersifat menggunakan skala Prokrastinasi dan
favourable dan unfavourable. Dalam skala gaya pengambilan keputusan dengan
memberikan penilaian terhadap jawaban- menggunakan skala Likert dengan empat
jawaban yang ada, untuk setiap pernyataan alternative jawaban. Aitem pernyataan
favourable bernilai dari 4 sampai 1. dalam kuesioner bersifat favourable dan
Pilihan sangat setuju diberi nilai 4, pilihan unfavourable. Dalam memberikan
setuju diberi nilai 3, pilihan tidak setuju penilaian terhadap jawaban- jawaban yang
diberi nilai 2, pilihan sangat tidak setuju ada, untuk setiap pernyataan favourable
diberi nilai 1. Sebaliknya untuk pertanyaan bernilai dari 4 sampai 1. Pilihan sangat
unfavourable nilainya bergerak dari 4 setuju diberi nilai 4, pilihan setuju diberi
sampai 1. Pilihan sangat setuju diberi nilai nilai 3, pilihan tidak setuju diberi nilai 2,
1, pilihan setuju diberi nilai 2, pilihan tidak pilihan sangat tidak setuju diberi nilai 1.
setuju diberi nilai 3, pilihan sangat tidak Sebaliknya untuk pertanyaan unfavourable
setuju diberi nilai 4. nilainya bergerak dari 4 sampai 1. Pilihan
B. Tempat dan waktu Penelitian sangat setuju diberi nilai 1, pilihan setuju
Tempat penelitian akan dilakukan diberi nilai 2, pilihan tidak setuju diberi
di Universitas Wisnuwardhana Malang nilai 3, pilihan sangat tidak setuju diberi
dengan lama penelitian 10 bulan dimulai nilai 4. Khusus untuk skala gaya
bulan April 2016 dan menurut jadwal pengambilan keputusan adaptasi dari skala
berakhir pada bulan Desember 2016. prokrastinasi Sri Wiworo RIH (2013)
Subyek Penelitian F.Teknik analisa data.
1. Populasi Alat analisis data yang digunakan dalam
Penelitian ini populasi yang hendak diteliti penelitian ini adalah teknik korelasi
adalah mahasiswa semester II UNIDHA momen tangkar lebih dikenal dengan nama
Malang yang berjumlah 120 orang, yang Korelasi Product Moment dari Pearson.
terdiri dari 2 kelas angkatan 2013/2014. Statistik ini disediakan untuk menguji
. korelasi antara dua variabel sinambung
14

(interval atau rasio) dengan asumsi bahwa menunda, dengan adanya gaya
korelasi itu bersifat linier. Program ini pengambilan keputusan seorang
memerlukan hanya dua masukan utama, mahasiswa akan segera memutuskan suatu
yaitu nomor-nomor rekaman dari variabel- pilihan untuk meraih hasil yang
variabel yang akan dicari korelasinya. Jika diharapkan, jadi bila ada situasi atau
variabel yang satu disebut variabel bebas kesempatan yang dapat menunda
X dan satunya variabel terikat Y, masukan penyelesaian tugas akademik akan
yang diperlukan adalah nomor rekaman diabaikan karena sudah memutuskan untuk
variabel Y. mencapai hasil yang terbaik. Hal ini
didukung oleh GaySweeney dan Mc Farlin
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN (2002) mendefinisikan pengambilan
1. Hasil keputusan sebagai proses dalam
Hasil penelitian menunjukkan ada mengevaluasi satu atau lebih pilihan
pengaruh yang sangat signifikan dengan tujuan untuk meraih hasil terbaik
pengambilan gaya keputusan dengan yang diharapkan. Demikian pula Kinicky
prokrastinasi akademik pada mahasiswa dan Kreiner (2003) mendefinisikan
Universitas Wisnuwardhana Malang . Hal pengambilan keputusan sebagai suatu
ini dapat diketahui dari tabel koefisien beta proses mengidentifikasi dan memilih
dan korelasi parsial model penuh pada seri solusi yang mengarah pada hasil yang
program statistik (SPS-2000) edisi diinginkan. Seorang mahasiswa pasti
Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, menginginkan hasil yang terbaik dalam
diperoleh nilai r = 0,840 dengan p sebesar studinya, prokrastinasi atau perilaku
0,000 taraf signifikansi 1% maka menunda khususnya pada masalah
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini akademik merupakan salah satu
ada pengaruh sangat signifikan antara gaya penghambat harapan atau keinginan
pengambilan keputusan dengan tersebut.Adanya gaya pengambilan
prokrastinasi akademik artinya gaya keputusan membuat mahasiswa segera
pengambilan keputusan, mempengaruhi mengambil suatu keputusan agar keinginan
prokrastinasi akademik sehingga hipotesa atau harapannya untuk menyelesaikan
yang menyatakan adanya pengaruh antara tugas dan menyelesaikan studi tepat waktu
gaya pengambilan keputusan dengan tercapai.
prokrastinasi akademik pada mahasiswa Pada penelitian ini juga diperoleh
Universitas Wisnuwardhana Malang nilai R² = 0,705 artinya variabel gaya
diterima pada taraf kepercayaan 99 %. pengambilan keputusan memberikan
sumbangan efektif sebesar 70,5 %
Pada penelitian ini juga diperoleh
terhadap variabel Prokrastinasi akademik,
nilai R² = 0,705 artinya variabel gaya
sedangkan sisanya 29,5% disebabkan
pengambilan keputusan memberikan
faktor lain. Faktor lain tersebut bisa Stres,
sumbangan efektif sebesar 70,5 %
konsep diri, motivasi belajar dan lain-lain.
terhadap variabel Prokrastinasi akademik,
Stres bisa mempengaruhi prokrastinasi
sedangkan sisanya 29,5% disebabkan
akademik, Stres pada mahasiswa bisa
faktor lain.
terjadi karena beban tugas terlalu banyak,
permasalahan dengan teman maupun
2. Pembahasan
teman dekat bisa memicu stres. Seorang
Hasil penelitian menunjukkan ada
yang mengalami stres cenderung
Pengaruh yang sangat signifikan antara
melakukan prokrastinasi akademik,
gaya pengambilan keputusan dengan
sebagaimana pendapat Burka dan Yuen
prokrastinasi akademik pada mahasiswa
(1983) bahwa penundaan dapat semakin
Universitas Wisnuwardhana Malang .
meningkatkan stres, dan stres dapat
Gaya pengambilan keputusan sangat
meningkatkan penundaan. Siklus ini sulit
diperlukan untuk meminimalisir perilaku
15

untuk istirahat, dan dapat menyebabkan


kerusakan pada tubuh dan kemampuan Hadi, Sutrisno. 2000. Manual Seri
untuk bekerja efektif. Mengakibatkan Program Statistik (SPS) Paket Midi.
perasaan gugup dan tertekan. Sebaliknya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
belajar mengelola stres lebih efektif dapat
membantu membuat kemajuan (Yusita, _________ 2003. Komunikasi
2009). Dapat dikatakan dengan mengelola Intrapersonal dan Interpersonal. Kanisius
stres bisa meminimalisir prokrastinasi, Yogyakarta.
karena seseorang yang menginginkan
kemajuan tidak akan melakukan Hidayat, A. 2004. Kebiasaan Menunda
prokrastinasi, hal ini juga pernah diteliti Belajar dan Prestasi Belajar Siswa. Tesis
oleh peneliti dalam penelitian terdahulu Universitas Negeri Malang.
degan judul “Hubungan Konsep diri, Stres
dan Prokrastinasi pada Mahasiswa” (Sri Hidayati, Nur, 2005, Menghitung Angka
Wiworo,2013) Pengangguran Dan Harapan Yang Raib
Konsep diri menjadi sebuah gaya http://www.Kompas, co.id/kompas
kepribadian yang penting untuk ditelaah cetak/0502/12Fokus/1552012.htm.
lebih jauh dalam penelitian dibidang ini
karena seseorang cenderung bertindak Hurlock, Elizabeth, B. Psikologi
sejalan dengan konsep diri yang ia miliki, Perkembangan. (Terjemahan, Istiwidyanti
sementara hasil dari tindakannya juga dan Jakarta. Kaifa. Bandung.
mempengaruhi konsep diri awal orang itu http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-
(Shavelson dkk., dalam Marsh & Hattie, ilmiah/9098-pengertian-gaya-
1996). Dalam konteks prokrastinasi pengambilan- keputusan.html
akademik, kecenderungan penundaan
tugas yang dilakukan seorang pelajar bisa Joseph Ferrari, 1995., Self Handicapping
dilihat dari kepercayaan, persepsi, atau by Procrastinator : Protecting Self-
perasaan tertentu yang dimiliki pelajar itu Esteem, Social Esteem, or Both?, Journal
mengenai dirinya sendiri dalam ranah Research in Personality, Vol.25. No.2,
akademik.(Andreas, 2007). Hal.245-261,
http://www.sciencedirect.com. Diakses 09
DAFTAR PUSTAKA November 2011 | 02.30 PM.

Albert Ellis, William Knaus, 2004, Lazarus, R.S. 1996. Psychological Stres
Overcoming Procrastination, New and Coping Process. Mc. Graw Hill. New
American Library, New York, America. York.
Azwar, Saifuddin, 2003. Sikap Manusia Lewis, A, Barbara, 2004, Character
dan Teori Pengukurannya. Pustaka Building, Karisma Publising Group, Batam
Belajar, Yogyakarta.
Makin, P.E dan Lindley,P.A, 1994.
______________ , 2003. Reliabilitas dan Mengatasi Stres Secara Positif. PT.
Validitas. Pustaka Belajar, Yogyakarta. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Choulun, F. & Acocella, Joan Ross, 1990. Mierrina.2005. Pengaruh Pelatihan Sholat
Psikologi tentang Penyesuaian dan terhadap Prokrastinasi dan Stres kerja.
Hubungan Kemanusiaan (Edisi ketiga), Tesis.
IKIP Semarang Press. Semarang.
16

Mappiare,A. 1992.Psikologi Remaja.


Rajawali Press. Jakarta

Nur Lailatul Maghfiroh, 2008, Hubungan


antara Distress dengan Prokrastinasi
Akademik pada Mahasiswa yang sedang
Menyusun

Anda mungkin juga menyukai