Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA DETERMINASI DIRI DENGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR


PADA SISWA SMA

Utari, Rinaldi
Universitas Negeri Padang
email: Tiarautari29@yahoo.co.id

Abtsract: The relationship between determination and career decision making in


students. This study aims to study the relationship between determination and career in
students at SMAN 1 Kota Sungai Penuh. This type of research used in this study is a
quantitative method with a quantitative correlational research design. The population
in this study were students of SMAN 1 Kota Sungai Penuh. The sampling technique in
the study used purposive sampling with 150 students from the department of natural
sciences/social sciences at SMAN 1 Kota Sungai Penuh. The data collection tool used a
scale of self-determination and career decision making. Data analysis uses product
moment correlation coefficient from karl pearson. The results of the study with (r) of
0.188 and p= 0.021 (p <0.05) which showed a positive relationship between self-
determination and career decision making in students at SMAN 1 Kota Sungai Penuh. .

Keywords: Self-determination, career decision making, students.

Abstrak: Hubungan antara determinasi diri dengan pengambilan keputusan karir


pada siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara determinasi diri
dengan pengambilan keputusan karir pada siswa di SMAN 1 Kota Sungai Penuh. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan desain
penelitian menggunakan kuantitatif korelasional. Populasi dalam penelitian ini
adalahsiswa SMAN 1 Kota Sungai Penuh. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
menggunakan purposivesampling dengan mengambil subjek sebanyak 150 orang siswa
Jurusan IPA/IPS SMAN 1 Kota Sungai Penuh.. Alat pengumpulan data menggunakan
skala determinasi diri dan pengambilan keputusan karir. Analisis data menggunakan
product moment correlation coefisien dari Karl Pearson.. Hasil penelitian dengan nilai r xy
sebesar 0,188 dengan p=0,021 (p<0,05)menunjukkan hubungan positif antara determinasi
diri dengan pengambilan keputusan karir pada siswa di SMAN 1 Kota Sungai Penuh.

Kata kunci: Determinasi diri, pengambilan keputusan karir, siswa

1
2

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang masih kurang memiliki kesadaran tentang
sangat penting bagi penerus bangsa ke pentingnya karir dimasa depan sehingga,
depannya. Dunia pendidikan setiap membutuhkan dukungan dari orang-orang
tahunnya mengalami perkembangan yang terdekat serta labilnya emosi remaja akan
sangat pesat mengikuti perkembangan menyebabkan seringnya terjadi konflik dan
zaman serta teknologi hingga saat ini. keraguan untuk mengambil sebuah
Dunia pendidikan merupakan salah satu keputusan yang sangat penting bagi masa
sarana sebagai permulaan untuk depannya, Pernyataan tersebut memiliki
merencanakan masa depan untuk menjadi kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
seseorang yang professional didunia oleh Peilow dan Nursalim (2013).
pekerjaan nantinya. Perencanaan tersebut Faktor yang mempengaruhi pilihan
dimulai pada masa SMA. karir menurut (Kazi & Akhlaq, 2017),
Menurut Santrock (2003), siswa SMA adalah kurangnya kesadaran tentang
(Sekolah Menengah Atas) dikategorikan pekerjaan yang akan dihadapi siswa. Siswa
sebagai remaja karena berada pada rentang memiliki kesalahpahaman tentang
usia 16 hingga 18 tahun (Puspitaningrum & pekerjaan karena kurangnya informasi,
Kustanti, 2017). Siswa SMA membutuhkan yang menghambat mereka memilih karir
pendidikan. Pendidikan yang dimiliki oleh (Kazi & Akhlaq, 2017). Kesadaran dan
individu akan menciptakan individu keyakinan untuk dapat memenuhi
tersebut merasa dirinya memiliki potensi kebutuhan hidup untuk keberlangsungan
untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup disebut dengan determinasi diri.
hidupnya. Pengambilan keputusan karir Determinasi diri merupakan salah satu
merupakan keterampilan penting yang bentuk dari motivasi intrinsik. Determinasi
dapat digunakan selama satu rentang diri adalah kemampuan diri dalam
kehidupan seseorang. Tahapan dalam mengidentifikasi dan mencapai tujuan
proses pengambilan keputusan karir dilalui berdasarkan pengetahuan dan penilaian
dengan mengindentifikasikan dan individu terhadap dirinya sendiri (Field &
ketrampilan pengolahan informasi Hoffman dalam Mamahit, 2014).
(Arjanggi, 2017). Teori determinasi diri merupakan
Proses pengambilan keputusan karir sebuah teori motivasi yang mengajukan
tidak mudah bagi siswa/siswi SMA yang terdapat tiga kebutuhan organismik dasar
berada dimasa perkembangan yaitu masa (kompetensi, otonomi, dan keterhubungan)
remaja. Masa remaja merupakan transisi yang mencirikan motivasi intrinsik.
perkembangan antara masa kanak-kanak Menurut Ries, et al (2000) kompetensi
dan masa dewasa yang mngandung adalah ketika kita merasa bahwa kita
perubahan besar fisik, kognitif, dan mampu untuk mencapai suatu hasil yang
psikososial (Papalia, 2008). Masa remaja diharapkan (King, 2010). Menurut King
3

(2010) keterhubungan adalah kebutuhan Penelitian dari Aminah (2018) mengenai


untuk terlibat dalam hubungan yang hangat hubungan determinasi diri dengan
dengan orang lain. Menurut King (2010) pengambilan keputusan karir juga
otonomi adalah perasaan bahwa kita dapat mengatakan bahwa determinasi diri
mengendalikan kehidupan kita. Menurut memiliki hubungan positif dengan
Ryan dan Deci (2006) otonomi adalah kemampuan penggambilan keputusan karir
kemampuan mengatur diri sendiri. Individu sehingga dapat dikatakan individu dengan
otonom mampu mengatur motivasi, determinasi diri yang tinggi akan memiliki
menjalani keputusannya dengan sepenuh pengambilan keputusan karir yang baik.
hati, dan paham akan kepentingan social Pengambilan keputusan karir untuk usia
dari tindakan sendiri (Ryan & Deci, 2006; remaja membutuhkan level pemahaman
Deci & Ryan, 2000a). karir yang mapan, yaitu tampak dari sikap
Menurut Deci (1991) otonomi dan kompetensi yang dimiliki. Saat siswa
khususnya akan memfasilitasi yang memiliki kebebasan dalam mengungkapkan
memotivasi tindakan ditentukan dengan pilihan, memiliki keinginan atau dorongan
sendirinya (alih-alih dikendalikan). Dengan untuk menguasai hal yang diperlukan dalam
demikian, misalnya, dukungan untuk karirnya, memiliki kemampuan interaksi
kompetensi (misalnya, umpan balik positif) sosial yang baik, dan didukung dengan
akan meningkatkan motivasi secara umum dorongan untuk berprestasi, maka siswa
tetapi akan meningkatkan motivasi intrinsik mampu menentukan pilihan atau dengan
dan internalisasi yang terintegrasi hanya kata lain dapat membuat keputusan karir
jika dikelola dengan cara yang mendukung yang baik. Hal ini sesuai dengan yang
otonomi (Ryan & Deci, 2006). Demikian dipaparkan oleh Mamahit dan Situmorang
pula, dukungan untuk keterkaitan (2016) bahwa pengambilan keputusan karir
(misalnya, keterlibatan interpersonal dari untuk usia remaja membutuhkan level
orang tua dan guru) akan meningkatkan pemahaman karir yang mapan, yaitu
motivasi secara umum tetapi akan tampak dari sikap dan kompetensi yang
meningkatkan motivasi intrinsik dan dimiliki. Kontribusi determinasi diri dan
internalisasi yang terintegrasi hanya jika motivasi berprestasi terhadap kemampuan
yang terlibat lainnya mendukung secara pengambilan keputusan karir adalah sebesar
otonom (Ryan & Deci, 2006). 78%. Hal ini menggambarkan bahwa siswa
Penelitian dari Munfarida (2017) mampu membuat keputusan karir perlu
menyatakan bahwa determinasi diri didasari dengan keyakinan dan dorongan
memiliki hubungan yang positif dengan yang kuat dari dalam dirinya untuk berhasil.
pengambilan keputusan karir, hubungan
positif tersebut menjelaskan semakin tinggi METODE
determinasi diri maka, pengambilan Desain penelitian yang digunakan
keputusan karir siswa juga akan meningkat. dalam penelitian ini adalah penelitian
4

kuantitatif korelasional. Menurut Azwar aitem. Pada skala determinasi diri tidak
(2007) pengukuran kuantitatif berwujud terdapat aitem yang gugur dari 21 aitem.
angka. Metode kuantitatif yaitu metode Koefisien reliabilitas pada skala
penelitian yang berlandasakan pada filsafat pengambilan keputusan karir adalah 0,874
positivism dan data yang dikumpulkan pada dan skala determinasi diri adalah 0,867.
penelitian kuantitatif berupa angka-angka Azwar (2012) mengatakan bahwa nilai
dan dianalisis menggunakan statistik Alpha Cronbach’s dianggap memuaskan
(Sugiyono, 2013). apabila koefisiennya mendekati 1. Uji
Populasi dalam penelitian ini adalah normalitas pada penelitian ini menggunakan
semua siswa SMAN 1 Kota Sungai Penuh. metode One Sample Kolmogorov Smirnov
Teknik pengambilan sampel dalam Test. Skala pengambilan keputusan karir
penelitian ini adalah pusposive sampling memperoleh nilai K-SZ=1,214 dengan
yang merupakan teknik penentuan sampel p=0.105 (p>0,05) dan skala determinasi diri
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, memperoleh nilai K-SZ=1,119 dengan
2013). Sampel dalam penelitian ini adalah p=0,163 (p>0,05). Jadi kedua variabel
sebagian dari siswa SMAN 1 Kota Sungai dalam penelitian ini berdistribusi normal.
Penuh yang memiliki kriteria siswa/siswi Uji linearlitas pada penelitian ini
kelas XI Jurusan IPA dan IPS karena, menggunakan F-linearlity. Berdasarkan
siswa/siswi SMA di kategorikan sebagai hasil pengolahan data diperoleh nilai
remaja. Tugas utama dari perkembangan linearlitas pada pengambilan keputusan
remaja adalah mencapai kesuksesan karir dan determinasi diri adalah sebesar F
disekolah pada level akademis untuk = 5,576 yang memiliki p=0,018 (p<0,05)
menjadi jaminan di masa yang akan datang yang berarti asumsi linear dalam penelitian
(Arjanggi, 2017). ini terpenuhi. Teknik analisis data yang
Skala yang digunakan dalam digunakan pada penelitian ini teknik
penelitian ini adalah skala Likert, yaitu analisis data product moment dari Pearson.
skala determinasi diri dan pengambilan Hasil korelasi didapatkan nilai koefisien
keputusan karir. Koefisien validitas korelasi r=0,188 dengan signifikansi
pengukuran pada penelitian ini dapat dilihat p=0,021 (p<0,05) yang menandakan bahwa
berdasarkan koefisien korelasi total aitem H0 ditolak dan Ha diterima.
(Corrected aitem total correlation) dengan
batas minimum koefisien korelasi sudah HASIL DAN PEMBAHASAN
dianggap memuaskan jika nilai r=0,30 Hasil
(Azwar, 2012). Setelah dilakukan uji coba Berdasarkan dari hasil penelitian rata-
terdapat beberapa aitem yang gugur pada rata empiris pengambilan keputusan karir
skala pengambilan keputusan karir dari subjek penelitian sebesar 65,41 dan
didapatkan 2 aitem tidak valid dari 24 rata-rata hipotetiknya sebesar 55. Pada
skala determinasi diri rata-rata empiris dari
5

subjek penelitian diperoleh sebesar 58,58 subjek dalam penelitian ini sudah
dan rata-rata hipotetiknya sebesar 52,5. Ini mengetahui konsekuensi dari keputusan
menunjukkan bahwa secara umum skor yang diambil, mampu bertanggungjawab
rata-rata data penelitian lebih tinggi atas keputusan yang diambil, dan masih
daripada dugaan peneliti. membutuhkan dukungan dari orang-orang
Berdasarkan aspek dalam variabel terdekat. Berdasarkan hasil pengolahan data
pengambilan keputusan karir rata-rata pengambilan keputusan karir dapat dilihat
empiris lebih tinggi dari pada rata-rata sebagai berikut berdasarkan kategori:
hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa

Tabel 1. Pengkategorian Subjek Berdasarkan Aspek Pengambilan Keputusan Karir


Subjek
Aspek Skor Kategori
F Persentase (%)
26< X Sangat Tinggi 22 14,67%
22 < X ≤ 26 Tinggi 81 54%
Perencanaan 18 < X ≤ 22 Sedang 39 26%
14 < X ≤ 18 Rendah 8 5,33%
X ≤ 14 Sangat Rendah 0 0%
Total 150 100%
22,75< X Sangat Tinggi 33 22%
19,25 < X ≤ 22,75 Tinggi 82 54,67%
Intuitif 15,75 < X ≤ 19,25 Sedang 30 20%
12,25 < X ≤ 15,75 Rendah 3 2%
X ≤ 12,25 Sangat Rendah 2 1,33%
Total 150 100%
22,75< X Sangat Tinggi 30 20%
19,25 < X ≤ 22,75 Tinggi 73 48,67%
Dependen 15,75 < X ≤ 19,25 Sedang 43 28,67%
12,25 < X ≤ 15,75 Rendah 4 2,66%
X ≤ 12,25 Sangat Rendah 0 0%
Total 150 100%

Tabel 1, dapat dilihat bahwa pada sebanyak 73 orang (48,67%). Dari data
aspek perencanaan berada pada kategori tersebut dapat digambarkan bahwa subjek
tinggi sebanyak 81 orang (54%). Pada penelitian (n=150) memiliki pengambilan
aspek intuitif berada pada kategori tinggi keputusan karir yang berada pada kategori
sebanyak 82 orang (54,67%). Pada aspek tinggi disetiap aspeknya.
depneden berada pada kategori tinggi
6

Berdasarkan aspek dalam variabel kompetensi (competency), dan


determinasi diri rata-rata empiris lebih keterkaitan/keterhubungan (relatedness)
tinggi dari pada rata-rata hipotetiknya. Hal yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil
ini menunjukkan bahwa subjek penelitian pengolahan data determinasi diri diperoleh
ini memiliki otonomi (Autonomy), sebagai berikut berdasarkan kategori:

Tabel 2. Pengkategorian Subjek Berdasarkan Aspek Determinasi Diri


Subjek
Aspek Skor Kategori
F Persentase (%)
22,75< X Sangat Tinggi 18 12%
19,25 < X ≤ 22,75 Tinggi 60 40%
Otonomi (Autonomy) 15,75< X ≤19,25 Sedang 52 34,67%
12,25< X ≤15,75 Rendah 19 12,67%
X ≤ 12,25 Sangat Rendah 1 0,66%
Total 150 100%
22,75< X Sangat Tinggi 14 9,33%
19,25 < X ≤ 22,75 Tinggi 49 32,67%
Kompetensi
15,75 < X ≤ 19,25 Sedang 57 38%
(Competency)
12,25 < X ≤ 15,75 Rendah 26 17,33%
X ≤ 12,25 Sangat Rendah 4 2,67%
Total 150 100%
26< X Sangat Tinggi 25 16,67%
22 < X ≤ 26 Tinggi 71 47,33%
Keterkaitan/Keterhub-
18< X ≤22 Sedang 42 28%
ungan (relatedness)
14 < X ≤18 Rendah 11 7,33%
X ≤ 14 Sangat Rendah 1 0,67%
Total 150 100%

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat pada pada kategori sangat rendah. Sebanyak 71
aspek otonomi berada pada kategori tinggi orang (47,33%) pada aspek keterkaitan atau
sebanyak 60 orang (40%), yang lainnya keterhubungan berada pada kategori yang
berada pada kategori sangat tinggi, sedang, juga tinggi, yang lainnya berada pada
rendah dan sebanyak 1 orang (0,66%) yang kategori sangat tinggi, sedang, rendah dan 1
berada pada kategori sangat rendah. Pada orang (0,67%) \ yang berada pada kategori
aspek kompetensiberada pada kategori sangat rendah. Dari data tersebut dapat
sedang yaitu sebanyak57 orang (38%), yang digambarkan bahwa subjek penelitian
lainnya berada pada kategori sangat tinggi, (n=150) memiliki determinasi diri yang
sedang, rendah dan 4 orang (2,67%) berada berada pada kategori tinggi pada aspek
7

otonomi dan keterkaitan atau mempertanggungjawabkan keputusan yang


keterhubungan dan berada pada kategori telah diambilnya.
sedang pada aspek kompetensi. Hasil penelitian ini juga
memperlihatkan bahwa subjek dalam
Pembahasan penelitian ini memiliki tingkat determinasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diri dalam kategori tinggi. Menurut Kazi
telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa dan Akhlaq (2017) factor yang
mayoritas subjek penelitian ini memiliki mempengaruhi pilihan karir adalah
tingkat pengambilan keputusan karir dalam kurangnya kesadaran tentang pekerjaan
kategori tinggi. Menurut Santrock (2008) yang akan dihadapi siswa. Siswa memiliki
pengambilan keputusan adalah sebuah kesalahpahaman tentang pekerjaan karena,
pemikiran dimana individu mengevaluasi kurangnya informasi yang menghambat
berbagai pilihan dan memutuskan pilihan mereka memilih karir. Kesadaran dan
dari sekian banyak pilihan. Dasar dari keyakinan untuk dapat memenuhi
pendekatan Tiedeman untuk pengembangan kebutuhan hidup dalam keberlangsungan
karir dan pengambilan keputusan adalah hidup disebut dengan determinasi diri.
asumsi bahwa seseorang bertanggung jawab Determinasi diri adalah kemampuan diri
atas perilaku seseorang karena ia memiliki dalam mengidentifikasi dan mencapai
kapasitas untuk memilih dan hidup di dunia tujuan berdasarkan pengetahuan dan
yang tidak deterministic (Harren, 1976). penilaian individu terhadap dirinya sendiri
Berdasarkan aspek dari pengambilan (Field & Hoffman dalam Mamahit, 2014).
keputusan karir, keseluruhan subjek dalam Determinasi diri merupakan sebuah teori
penelitian ini berada dalam kategori tinggi. motivasi yang mengajukan terdapat tiga
Menurut Harren (1976) individu yang kebutuhan organismic dasar (kompetensi,
memiliki gaya perencanaan yang tinggi otonomi, dan keterhubungan) yang
dalam pengambilan keputusan karir mencirikan motivasi intrinsic. Menurut
merupakan individu yang sudah memiliki Ries, et al (2000) kompetensi adalah ketika
kemampuan dalam mengenali konsekuensi ia merasa bahwa kita mampu untuk
dari keputusan sebelumnya. Kemudian, mencapai suatu hasil yang diharapkan.
Harren (1976) juga menjelaskan gaya Keterhubungan adalah kebutuhan untuk
intuitif dimana, individu yang memiliki terlibat dalam hubungan yang hangat
gaya intuitif yang tinggi dalam dengan orang lain, dan otonomi adalah
pengambilan keputusan karir artinya perasaan bahwa kita dapat mengendalikan
individu tersebut dapat menerima tanggung kehidupan kita (King, 2010).
jawab atas pengambilan keputusan karir itu, Berdasarkan aspek determinasi diri,
dan individu yang memiliki gaya dependen keseluruhan subjek dalam penelitian ini
yang tinggi dalam pengambilan keputusan berada dalam kategori tinggi dengan aspek
karir artinya individu tersebut tidak dapat otonomi dan keterkaitan dan aspek
8

kompetensi berada dalam kategori sedang. maksudnya dapat disimpulkan bahwa


Menurut Ryan dan Deci (2006) otonomi terdapat hubungan positif antara
merupakan konsep inti dari teori determinasi diri dengan pengambilan
determinasi diri. Ryan dan Deci (2006) juga keputusan karir pada siswa/siswi di SMAN
menyatakan bahwa individu yang memiliki 1 Kota Sungai Penuh.
otonomi bukan berarti tidak memiliki Hasil penelitian ini memperkuat hasil
pengaruh eskternal, tekanan untuk penelitian dari peneliti yang telah dilakukan
bertindak. Menurut Ryan dan Deci (2017) oleh Munfarida (2017) yang menunjukkan
otonomi adalah fungsi integrasi, dan untuk korelasi positif antara determinasi diri
integrasi terjadi, orang perlu dengan bebas dengan pengambilan keputusan karir,
memproses dan menemukan alasan untuk hubungan positif tersebut menjelaskan
pengesahan tindakan tertentu. Kemudian semakin tinggi determinasi diri maka,
Ryan dan Deci (2006) juga menjelaskan pengambilan keputusan karir siswa juga
individu yang memiliki kompetensi sedang akan meningkat. Hasil penelitian dari
cenderung akan memiliki sedikit peluang Aminah (2018), sejalan dengan penelitian
dan dukungan untuk latihan, ekspansi, dan ini bahwa determinasi diri berhubungan
ekspresi kapasitas dan bakat seseorang. dengan kemampuan pengambilan
Selain itu, juga dijelaskan tentang keputusan karir pada siswa SMKN 1
keterhubungan yang tinggi dimana individu Sumatera Barat. Menurut Creed, Patton dan
memiliki perasaan terhubung dan terlibat Prideaux (2006) membuat keputusan
dengan orang lain dan memiliki rasa mengenai karir adalah tugas penting bagi
memiliki yang tinggi. orang kaum muda.
Berdasarkan penelitian yang telah Berdasarkan pembahasan diatas,
peneliti lakukan hasilnya menunjukkan maka teori-teori yang telah diungkapkan
bahwa terdapat hubungan positif antara oleh para ahli yang berkaitan dengan hasil
determinasi diri dengan pengambilan penelitian yang telah diteliti, mennjukkan
keputusan karir pada siswa/siswi di SMAN bahwa determinasi diri yang tinggi
1 Kota Sungai Penuh. Semakin tinggi berhubungan dengan pengambilan
determinasi diri maka semakin tinggi keputusan karir yang tinggi. Menurut
pengambilan keputusan karir siswa/siswi. Mamahit dan Situmorang (2016)
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa determinasi diri memiliki hubungan dengan
determinasi diri pada siswa/siswi di SMAN motivasi dan pengambilan keputusan karir
1 Kota Sungai Penuh berada pada kategori disebabkan oleh determinasi diri merupakan
tinggi dan pengambilan keputusan karir bentuk dari motivasi yang mendorong
pada siswa/siswi di SMAN 1 Kota Sungai tindakan seseorang. Sehingga dapat
Penuh berada dalam kategori tinggi. Dalam disimpulkan bahwa siswa dengan
penelitian ini hipotesis yang peneliti determinasi diri tinggi memiliki
temukan Ha diterima dan H0 ditolak,
9

kemampuan yang baik dalam mengambil 1. Bagi Sekolah


keputusan karir. Sekolah hendaknya mengupayakan
dalam memberikan fasilitas yang
SIMPULAN DAN SARAN lebih baik dalam menciptakan
Simpulan lingkungan belajar yang nyaman dan
Berdasarkan hasil pemaparan diatas membentuk generasi penerus bangsa
maka dapat disimpulkan beberapa hal yang berkompeten dan professional
antara lain: dalam dunia pekerjaan nantinya.
1. Tingkat pengambilan keputusan karir 2. Bagi Siswa/siswi
pada siswa/siswi SMAN1 Kota Kepada para siswa/siswi agar dapat
Sungai Penuh dari 150 orang subjek lebih meningkatkan konsentrasi,
penelitian berada pada kategori tinggi. motivasi, dan kemampuan dalam
hal ini menunjukkan pengambilan proses belajar mengajar. Selain itu,
keputusan karir di SMAN1 Kota siswa/siswi juga hendaknya
Sungai Penuh dapat dikatakan baik menentukan program studi yang
dengan persentase sebanyak 65,33%. diinginkan dan sesuai dengan minat
2. Tingkat determinasi diri pada dan bakat.
siswa/siswi SMAN1 Kota Sungai
Penuh dari 150 orang subjek 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
penelitian berada pada kategori tinggi Adapun saran bagi peneliti
dan sedang. Hal ini menunjukkan selanjutnya yang tertarik dengan topic
bahwa siswa/siswi SMAN1 Kota yang sama yaitu hubungan antara
Sungai Penuh memiliki tingkat determinasi diri dengan pengambilan
determinasi diri yang tinggi dengan keputusan karir agar menggunakan
persentase sebesar 39,33%. teknik pengumpulan data dan analisis
3. Terdapat hubungan antara determinasi data yang berbeda agar memperkaya
diri dengan pengambilan keputusan kajian determinasi diri dengan
karir. Hal ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan karir.
semakin tinggi determinasi diri maka, Kemudian, agar dapat memilih
pengambilan keputusan karir juga variabel lain yang memiliki
akan semakin tinggi. keterkaitan dengan determinasi diri
atau pengambilan keputusan karir
Saran serta dapat mengganti subjek
Adapun saran yang dapat penelitian sesuai dengan kebutuhan
disampaikan bagi beberapa pihak antara peneliti
lain:
DAFTAR RUJUKAN
Aminah, S. (2018). Hubungan antara pengambilan keputusan karir pada
determinasi diri dengan kemampuan siswa smkn1 sumatera barat.
10

Skripsi. Universitas Islam Negeri, pengambilan keputusan siswa sma.


Padang. Psikologi psibernertika, 9,78-92.

Arjanggi, R. (2017). Identifikasi Munfarida, Y. I. (2017). Hubungan antara


permasalahan pengambilan determinasi diri dengan
keputusan karir remaja. Psikologika. pengambilan keputusan karir pada
22, 28-35. siswa sman 1 tumpang kabupaten
malang. Skripsi. 1-172.
Azwar, S. (2007). Dasar-dasar psikometri .
Yogyakarta: pustaka belajar. Papalia, D. E., Old, S. W., & Feldman, R.
D. (2008). Human development.
Azwar. S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Jakarta: prenada media group.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Peilouw, F. J., & Nursalim, M.. (2013).
Hubungan antara Pengambilan
Creed, P., Patton., W., & Prideaux, L.A. Keputusan dengan Kematangan
(2006). Causal relationship between Emosi dan Self-Efficacy pada
career indecision and career Remaja, 01 (2). 1-6
decision-making. Journal of career
development. Puspitaningrum, I, & Kustanti.E.R (2017).
Deci, E. L. (1991). Psikologis pendidikan. Hubungan antara konformitas
Motivasi dan pendidikan, 325-346. dengan efikasi diri pengambilan
keputusan karir pada siswa sma
Harren, V. A. (1976). Tiedeman's approach kelas xii. jurnal empati.6.
to carer. Career development from
the perspective of super,tiedeman, Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2006).
and erikson, 1-9. Pengaturan diri dan masalah
otonomi manusia: apakah psikologi
Kazi, A. S., & Akhlaq, A. (2017). Factors membutuhkan pilihan, penentuan
affecting students’ career choic. nasib sendiri, dan akankah?. Jurnal
Journal of research and reflections kepribadian.74(6),15601582.Doi:10
in education. .1111/ j. 1467-6494. 2006.00420.

King, L. A. (2010). Psikologi umum. Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2017). Self-
Jakarta: salemba humanika. determination theory. New york,
london: library of congress
Mamahit, H. C. (2014). Hubungan antara cataloging-in-publication.
determinasi diri dan kemampuan
pengambilan keputusan karir siswa Santrock, J. (2008). Psikologi
sma. Jurnal psiko-edukasi. pendidikan.edisi kedua. Jakarta: kencana

Mamahit, H. C., & Situmorang, D. D. B. Sugiyono. (2013). Metode penelitian


(2016). Hubungan self- kuantitatif kualitatif dan r&d.
determination dan motivasi Bandung: alfabeta.
berprestasi dengan kemampuan

Anda mungkin juga menyukai