Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA

MAHASISWA YANG AKTIF BERORGANISASI DI UNIVERSITAS


PENDIDIKAN INDONESIA

SKRIPSI

Disusun untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di


Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia

Disusun oleh:

Annisa Salsabila Munawwaroh


1700901

DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................2
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................2

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ............................................................6

1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................6

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Mahasiswa adalah generasi muda yang bergerak dengan mengikuti kata hatinya
untuk menciptakan bangsa ke arah yang lebih baik (Susanti, 2020). Menurut (Hartaji,
2012) mahasiswa merupakan individu yang sedang dalam proses menimba ilmu di
perguruan tinggi yang kisaran usianya dari 18 - 25 tahun dimana pada masa itu mahasiswa
akan memiliki keingintahuan yang tinggi karena sedang di tahap peralihan dari masa
remaja ke masa dewasa (Hayani & Wulandari, 2017; Vita, 2015). Hal itu ditandai dengan
adanya perubahan dan keinginan untuk menjadi individu yang mandiri dan berani
mengeksplorasi hal-hal yang dianggapnya baru (Arnett, 2013). Mahasiswa mulai
membangun pribadi yang mandiri dan mulai menemukan jati dirinya melalui eksplorasi
dengan cara turut serta dalam kegiatan organisasi (Jeany, 2014; Rupa, 2018).
Tugas mahasiswa selama menempuh pendidikan di tingkat perkuliahan tidak hanya
untuk mengemban ilmu secara akademik. Sebelum mahasiswa siap untuk memenuhi
permintaan dunia kerja, diperlukan adanya penguasaan berbagai jenis keterampilan yang
harus dimiliki (Cahyorinartri, 2018). Salah satu untuk menguasai banyak keterampilan
adalah dengan mengikuti organisasi kemahasiswaan (Kosasih, 2016). Menurut
(Hasbianti, 2005); (Kosasih, 2016), dan (Nanda, 2017) organisasi kemahasiswaan
merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri, membangun
dan membentuk rasa tanggung jawab dan simpati, serta kepedulian terhadap lingkungan
sekitar.
Mahasiswa dengan peran organisasi akan menjadi individu yang turut terlibat
dalam pengambilan keputusan, memberikan dampak kemajuan atau produktivitas
organisasi dan memberikan loyalitas serta komitmen untuk terlibat pada kegiatan atau
program organisasi (Atamimi, 2014). Kegiatan organisasi yang ada di perguruan tinggi
biasanya diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan
Mahasiswa (DPM), Himpunan Mahasiswa (HIMA), Keluarga Mahasiswa (KEMA), dan
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang selanjutnya disebut sebagai organisasi
kemahasiswaan.
3

Meskipun memiliki banyak manfaat positif, aktif dalam kegiatan kuliah sekaligus
aktif dalam kegiatan berorganisasi merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Mahasiswa
harus dapat membagi waktu dan konsentrasi serta tanggung jawab terhadap komitmen
dari aktivitas kuliah maupun aktivitas berorganisasi. Apabila hal tersebut tidak dapat
dilakukan, maka mahasiswa dapat mengalami penurunan prestasi akademik. Tidak
jarang mahasiswa yang aktif berorganisasi mengalami kegagalan dalam mata kuliah
sehingga harus mengulang di semester berikutnya dan berakibat tidak dapat lulus tepat
waktu (Prabawati et al., 2019).
Sejalan dengan itu, (Hakam et al., 2015) juga mengatakan bahwa akan menjadi
masalah bagi mahasiswa jika kesibukan pada organisasi tidak seimbang dengan tanggung
jawab utamanya sebagai pelajar. Mahasiswa sering belum dapat membagi waktunya
dengan baik antara kesibukan berorganisasi dengan waktu belajarnya, oleh karena itu,
mahasiswa yang aktif berorganisasi perlu untuk memiliki motivasi berprestasi yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan prestasi akademiknya meskipun memiliki kesibukan di
organisasi.
(Damanik, 2020) berpendapat bahwa dalam menempuh pendidikan di perguruan
tinggi, mahasiswa sangat memerlukan motivasi berprestasi dalam memperoleh
pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang berhubungan dengan keilmuannya.
Setiap individu memiliki kondisi internal yang berperan dalam aktivitasnya sehari-hari.
Salah satu kondisi internal tersebut adalah motivasi. Menurut (Asrori, 2020a) motivasi
adalah suatu dorongan atau keinginan individu dalam melakukan suatu keinginan atau
usaha untuk tercapainya tujuan yang diharapkan. Slavin (Marvianto et al., 2020)
menjelaskan motivasi sebagai sebuah dorongan dari dalam individu yang mendorong,
mengarahkan dan mempertahankan sebuah perilaku. Dorongan dalam diri untuk meraih
prestasi disebut motivasi berprestasi.
Menurut (Mulyana, 2013) motivasi berprestasi merupakan motivasi intrinsik dalam
diri individu yang menjadi daya penggerak untuk mencapai prestasi. Motivasi berprestasi
adalah motivasi yang memberikan dorongan pada individu untuk sukses dan memiliki
tujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of
excelence). Ukuran keunggulan dalam hal ini adalah patokan yang berhubungan dengan
tugas, yaitu penilaian berdasarkan pada pencapaian hasil dan patokan yang berhubungan

3
4

dengan prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu. Penelitian para ahli pada beberapa
dekade terakhir menunjukkan bahwa para mahasiswa yang berhasil memperoleh nilai
tinggi, ternyata tidak hanya karena cerdas saja, namun juga terbukti memiliki motivasi
berprestasi yang lebih tinggi. Motivasi berprestasi yang dimiliki merupakan modal bagi
seseorang untuk sukses, karena kinerja seseorang secara khusus dipengaruhi oleh
motivasi yang muncul untuk menyelesaikan tugasnya (Dirwan, 2014).
Salah satu faktor penting bagi individu untuk memiliki motivasi berprestasi adalah
harga diri, karena individu yang memiliki harga diri yang baik bisa mengendalikan
dirinya sendiri ketika sedang mengerjakan tugas dalam mencapai tujuannya (Lew &
Harklau, 2018). Harga diri juga merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang dapat
memberikan perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna meskipun memiliki
kelemahan dan pernah mengalami kegagalan (Palupi, 2020).
Harga diri merupakan evaluasi individu mengenai dirinya sendiri baik secara positif
atau negatif. Evaluasi tersebut memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya
sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya
(Santrock, 2010). Individu yang memiliki harga diri tinggi menyadari kelebihan-
kelebihan yang dimilikinya, dan memandang bahwa kelebihan tersebut lebih penting
daripada kelemahannya (Dalila et al., 2021). Seseorang yang memiliki harga diri yang
baik mempunyai keyakinan akan kemampuannya, percaya diri untuk tampil di depan
publik, memiliki banyak teman, mau mendengarkan serta menerima pendapat orang lain
tanpa harus terpengaruh oleh orang lain, serta mempunyai jiwa kepemimpinan yang lebih
baik (McKay & Fanning, 2016; Sheilla et al., 2017).
Hasil wawancara sebagai studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada
tanggal 3 – 4 Juni 2023 dengan 5 (lima) mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
yang aktif berorganisasi, mahasiswa menerangkan bahwa sebagai akibat lain dari aktif
berorganisasi adalah mereka pernah mengalami penurunan pada nilai indeks kumulatif
(IPK) karena mahasiswa tidak bisa membagi waktu antara kegiatan organisasi dengan
belajar, mahasiswa juga mengatakan bahwa mereka beberapa kali absen kelas karena
harus mengikuti kegiatan organisasi, menunda untuk mengerjakan tugas karena terlalu
lelah dengan aktivitas organisasi sehingga terlambat mengumpulkan tugas.

4
5

Sementara itu, hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Juni 2023
dengan mahasiswa yang pernah peneliti wawancarai sebelumnya, mahasiswa
mengatakan bahwa mengikuti organisasi tidak semestinya menjadi penghambat bagi
dirinya dalam belajar dan justru menjadi tantangan untuk membuktikan bahwa dirinya
dapat tetap fokus belajar meskipun sibuk dengan aktivitas organisasi. Mahasiswa
mengakui bahwa dirinya berharap dapat tetap belajar dan meningkatkan prestasi
akademiknya untuk membuktikan bahwa dirinya tidak hanya aktif di organisasi, tetapi
juga dapat unggul di prestasi akademiknya. Hasil wawancara lainnya yang peneliti
lakukan pada tanggal 9 Juni 2023, dengan 5 mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi,
menunjukkan bahwa mereka beranggapan bahwa mahasiswa yang aktif berorganisasi
memiliki jadwal dan kegiatan yang padat sehingga waktu untuk belajarnya cenderung
lebih sedikit daripada mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi, sehingga wajar saja
jika mereka tidak bisa mempertahankan atau meningkatkan prestasi akademiknya.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti berasumsi bahwa motivasi
berprestasi pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang aktif berorganisasi
masih rendah, meskipun harga dirinya cukup baik yang ditunjukkan dengan pernyataan
bahwa mahasiswa merasa mampu untuk berprestasi meskipun disibukkan dengan
aktivitas organisasi. Motivasi berprestasi yang rendah apabila dibiarkan akan berdampak
pada kegagalan dalam mata kuliah bahkan dapat menjadikan mahasiswa lulus tidak tepat
waktu.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Akhrima & Rinaldi, 2019)
mengenai hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada anak panti asuhan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara harga diri dengan
motivasi berprestasi. Harga diri dan motivasi berprestasi dalam penelitian tersebut
menggunakan alat ukur yang disusun dengan mengacu pada teori motivasi berprestasi
yang dikemukakan oleh McClelland (1985), sedangkan harga diri diukur dengan
menggunakan skala milik Rosenberg. Penelitian lainnya oleh Park & Son (2023) yang
berjudul “Efek Mediasi Harga Diri Terhadap Hubungan Antara Stres Akulturasi dan
Motivasi Berprestasi pada Remaja dari Keluarga Multikultural” juga menunjukkan
adanya korelasi positif antara motivasi berprestasi dengan harga diri pada remaja dari
keluarga multikultural.

5
6

Penelitian-penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian ini, yaitu


perbedaan pada subjek penelitian, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa
subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang aktif berorganisasi.
Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah
disebutkan di atas. Bahwa dalam penelitian ini, peneliti menetapkan mahasiswa yang
aktif berorganisasi di Universitas Pendidikan Indonesia sebagai subjek penelitian, yang
mana sejauh pengetahuan peneliti belum ada yang meneliti hubungan antara harga diri
dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa yang aktif berorganisasi. Selain itu,
penelitian ini mengacu pada teori motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh
(Mcclelland, 1985) dan dalam pengukurannya menggunakan Achievement Motivation
Inventory (AMI) yang diadaptasi oleh (Muthee & Thomas, 2009), sementara itu teori
harga diri yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan
oleh Stets & Burke (2014).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan antara harga diri dan motivasi pada mahasiswa yang aktif
berorganisasi di Universitas Pendidikan Indonesia, dengan judul “Hubungan Antara
Harga Diri dan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa yang Aktif Berorganisasi di
Universitas Pendidikan Indonesia”.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Apakah terdapat hubungan antara harga diri dan motivasi berprestasi pada
mahasiswa yang aktif berorganisasi di Universitas Pendidikan Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan motivasi
berprestasi pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Universitas Pendidikan Indonesia.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan manfaat dalam
keilmuan di bidang psikologi yang berkaitan dengan harga diri dan motivasi
berprestasi pada mahasiswa yang aktif berorganisasi. Selain itu, penelitian ini

6
7

diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengembangkan harga diri positif


sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi keberhasilan akademik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa yang aktif berorganiasi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai perlunya
untuk memenuhi tanggung jawab sebagai mahasiswa, yaitu belajar,
meskipun memiliki tanggung jawab lain sebagai anggota organisasi.
b. Bagi Dosen
Penelitiaan ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi dosen dalam
meningkatkan motivasi berprestasi pada mahasiswa.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan harga
diri dan motivasi berprestasi, sehingga diharapkan hasil penelitian
selanjutnya akan lebih baik dari penelitian yang sudah ada sebelumnya.

7
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Stets & Burke (2014) mengatakan bahwa harga diri merupakan penilaian terhadap
sikap diri sendiri secara keseluruhan, dapat berupa penilaian secara positif maupun
penilaian secara negatif. Dimana penilaian positif ini dapat ditandai dengan perasaan
seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, menghargai, mengapresiasi, serta
berhasil menurut standart dan nilai pribadinya (Jordan dkk, 2017; Xu dkk., 2020; Bleidorn
dkk., 2016; Griffiths dkk., 2010; Evelin & Adishesa, 2020). Sedangkan penilaian negatif
dapat berupa perasaan tidak suka terhadap diri sendiri, berharap untuk gagal dan
seringkali mudah untuk menyerah (Sholiha, S & Aulia, L. A. A, 2020).
Menurut (Orth & Robins, 2014) harga diri merupakan suatu bentuk evaluasi diri
yang hasilnya tidak selalu menunjukan kelebihan diri atau sifat yang berlebihan di
hadapan orang lain. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana individu menilai
dirinya sendiri yang tercermin dalam sikap positif maupun sikap negatif. Sejalan dengan
itu, Simamora et a., (2019) juga menjelaskan bahwa harga diri adalah penilaian terhadap
diri sendiri yang dilakukan oleh individu sebagai manusia agar mampu menerima segala
kekurangan dan kelebihan diri dalam berhubungan dengan individu lain.
Dalam aspek kognitif harga diri dapat diartikan sebagai gambaran beberapa bagian
dari dalam diri seperti kekuatan, kepercayaan diri, dan pemikiran yang mencerminkan
seperti apa individu tersebut (Mruk, 2006). Dalam aspek afektif harga diri adalah sebuah
sifat individu yang memiliki perasaan dasar tentang nilai-nilai, kesukaan, dan penerimaan
(Guindon 2010).

2. Dimensi Harga Diri


Stets dan Burke (2014) mengatakan bahwa harga diri memiliki tiga dimensi yaitu,
Self-worth, Self-efficacy, dan authenticity. Berikut penjelasan mengenai Self-worth, Self-
efficacy, dan authenticity di bawah ini.
a. Self-Worth

8
9

Self-worth adalah seberapa jauh individu merasa dirinya sendiri positif, merasa
bahwa diri mereka baik dan berharga. Self-worth adalah penerimaan diri bahwa mereka
ingin melihat dirinya sendiri dengan baik, menjaga dirinya sendiri dan meningkatkan
pandangan diri dengan positif.
b. Self-efficacy
Self-efficacy adalah seberapa jauh individu merasa dirinya bisa memengaruhi
lingkungan sekitarnya. Self-efficacy adalah keyakinan yang dimiliki individu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Self-efficacy dapat diartikan sebagai keyakinan
seseorang tentang kemampuan dirinya untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Authenticity
Authenticity adalah perasaan positif yang dimiliki individu yang berhubungan
dengan pemenuhan harapan atau komitmen pribadi seseorang. Authenticity bertindak
sesuai dengan apa yang dirasakan, apa yang di pikirkan, dan pemahaman yang dimiliki
oleh dirinya. Authenticity bisa disebut juga dengan tindakan otentik yang berasal dari
dirinya sendiri, bukan dari orang lain.

3. Karakteristik Harga Diri


Menurut Coopersmith 1967 (dalam Agnin, 2021), harga diri individu terdiri dari
dua karakteristik, yaitu:
a. Harga diri tinggi cari penelitian yang menmpatkan harga sebagai variabel X

Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung bisa mengekspresikan dirinya
sendiri dengan baik, yakin akan dirinya sendiri atas kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya, selalu berprasangka baik terhadap dirinya, dan bisa mengatur emosinya
dengan baik. Tingginya harga diri dapat dilihat juga dari individu yang selalu memberi
kasih sayang dan perhatian pada dirinya dan individu di sekitarnya, selalu bisa
mengontrol emosi untuk selalu bahagia (Pervin, 2011).
Harga diri yang tinggi bisa ditandai dengan individu yang memiliki perasaan
percaya diri, merasa berharga, dan hal-hal positif lainnya. Biasanya individu yang
memiliki harga diri yang tinggi mampu mengendalikan keadaan, dapat beradaptasi
dengan lingkungan, dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik. referensi!
b. Harga diri rendah

9
10

Individu yang memiliki harga diri rendah cenderung kurang dalam


mengekspresikan diri, takut gagal dalam membina hubungan sosial, selalu takut untuk
mencoba segala sesuatu dan memiliki kontrol emosi yang buruk. Biasanya individu yang
memiliki harga diri rendah kurang termotivasi untuk mengubah suasana hati negatif, dan
kurang rasa memiliki antara satu dengan yang lain (Pervin, 2011).

4. Manfaat Harga Diri cari terutama berkaiatan dnegan pencapaian!


Beberapa manfaat harga diri yang di kemukakan oleh (Cast & Burke, n.d.,
2002), yaitu: jangan hanya dari satu referensi!
a. Mengurangi perasaan negatif
Individu yang memiliki harga diri tinggi cenerung mampu mengelola perasaan
negatif yang ada pada dirinya seperti kesedihan, merasa sulit dalam mengatasi
sesuatu, hingga gangguan depresi. kaitkan dengan prestasi atau motivasi

b. Mengurangi kecemasan
Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung mampu dalam mengatasi
kecemasannya, hal ini disebabkan individu tersebut percaya diri akan kemampuan
dirinya dalam mencapai tujuannya.
c. Dapat mengendalikan diri untuk tidak bermusuhan dengan orang lain
Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung untuk tidak membuat
permusuhan dengan siapapun.
d. Memengaruhi hubungan dengan orang lain
Individu yang memiliki harga diri tinggi mampu memperlakukan orang lain
dengan baik, sehingga hubungan yang terjalin akan berdampak baik dan
menguntungkan untuk diri sendiri maupun orang lain.

B. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi secara umum didefinisikan sebagai dorongan fisiologi. Motivasi
selanjutnya dapat diartikan sebagai dasar perilaku yang akan dilakukan oleh individu
untuk mencapai tujuan atau tindakan yang diinginkan (Guay dkk., 2003). Menurut
Saputra (2012); (Ariani, 2011) & (Fuertes dkk., 2020) motivasi adalah dorongan

10
11

seseorang untuk berusaha memunculkan perilaku yang memenuhi kebutuhannya.


Perilaku tersebut mengarahkan individu untuk melakukan suatu aktivitas hingga
mencapai tujuan tertentu.

2. Pengertian Motivasi Berprestasi


(McCleland & Mcclelland, 1985) menyatakan bahwa orang yang berorientasi pada
prestasi sangat termotivasi untuk mencapai tujuan hidup mereka; mereka memiliki
keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan mereka dan fokus pada kinerja, keinginan
untuk meningkatkan diri sendiri, menemukan solusi, dan menguasai kesulitan yang sulit.
Bigge dan Hunt (Taştan et al., 2018) menggambarkan motivasi berprestasi sebagai
dorongan untuk bekerja dengan penuh semangat, untuk fokus pada tujuan, untuk
menghadapi tugas-tugas yang menantang dan akhirnya untuk mengembangkan
pembelajaran dan pencapaian. Sejalan dengan Bigge dan hunt (Stussi et al., 2019) juga
berpendapat bahwa motivasi berprestasi mengacu pada kebutuhan atau kepedulian untuk
berkembang atau menunjukkan kemampuan yang tinggi, dan untuk mencapai standar
keunggulan atau tujuan untuk sukses.
Gestinde (Akpan & Umobong, 2013) mengatakan bahwa dorongan untuk
berprestasi bervariasi dari satu individu ke individu lainnya sementara kebutuhan untuk
berprestasi yang sangat tinggi pada beberapa individu, mungkin sangat rendah untuk
individu lainnya berdasarkan proses sosialisasi dan pengalaman belajar (Akpan &
Umobong, 2013). Hal tersebut dikarenakan motivasi berprestasi merupakan aspek
psikologis yang memengaruhi pencapaian seseorang untuk menyelesaikan suatu
tindakan. Jika seseorang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi untuk mencapai tujuan
mereka, mereka akan memiliki tekad yang kuat untuk melakukannya (Dewi & Ansyah,
2018).

3. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi


Menurut (McCleland & Mcclelland, 1985) aspek-aspek motivasi berprestasi adalah
sebagai berikut:
a. Berdaya cipta

11
12

Setiap orang dengan motivasi berprestasi yang tinggi biasanya akan cepat bosan
menjalani hal-hal yang rutin dan mencoba untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda,
serta berpartisipasi dalam kegiatan yang memiliki inovasi. Individu tersebut cenderung
bertindak kreatif dan inovatif. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
berusaha mencari metode atau cara baru dalam menyelesaikan pekerjaan secara lebih
efektif dan efisien.
b. Ukuran atas hasil dan umpan balik
Umpan balik dibutuhkan oleh individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
untuk mengetahui hasil atau dampak dari tindakannya supaya dapat memperbaiki
kesalahannya. Umpan-balik berarti sebuah reward atau hadiah berupa keuntungan,
pendapat yang diberikan orang lain, dan penghargaan yang diberikan.
c. Tanggung jawab
Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi memiliki rasa tanggung jawab
dalam penyelesaian tugas yang sedang di kerjakan dan akan berusha sampai selesai
mengerjakan pekerjaan tersebut.
d. Pemilihan tugas
Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung suka terhadap
pekerjaan yang menantang dan menguji kemampuannya. Seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi akan memilih risiko yang tidak terlalu tinggi atau relatif
sedang (moderat) hal ini dilakukan agar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan
lebih dibandingkan memperoleh kegagalan. Sedangkan pekerjaan dengan tingkat
kesulitan yang rendah dipilih oleh individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang
rendah pula.
e. Berorientasi sukses
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu menetapkan target yang ingin
diperoleh dan setiap individu mempunyai tolak ukur yang berbeda. Individu tersebut
selalu merasa optimis bahwa keberhasilan akan dia raih dan ketika mengerjakan tugas
akan terdorong oleh sebuah harapan meraih kesuksesan daripada menghindar yang
berakhir dengan kegagalan.
Berdasarkan uraian di atas, maka aspek motivasi berprestasi yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah aspek motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh

12
13

McClleland yaitu berdaya cipta, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung jawab,
pemilihan tugas, dan berorientasi untuk sukses.

4. Faktor yang memengaruhi Motivasi Berprestasi


Menurut (Djaali, 2012) faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi yaitu:
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor
intrinsik terdiri dari:
1. Tujuan yang ditetapkan
Tujuan yang ditetapkan dapat berupa tujuan pendidikan, karir atau tujuan
pribadi lainnya yang ingin dicapai oleh individu. Tujuan yang ditetapkan ini
dapat memotivasi individu untuk berusaha keras mencapainya dan
meningkatkan motivasi untuk berhasil. Penetapan tujuan juga dapat membantu
individu memfokuskan dan mengarahkan usahanya pada hal-hal yang penting
dan relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Harapan yang diinginkan
Harapan yang diinginkan dapat berupa keberhasilan dalam pendidikan,
karir, atau tujuan pribadi lainnya yang ingin dicapai oleh individu. Harapan
yang diinginkan ini dapat memotivasi individu untuk berusaha mencapainya
dan meningkatkan motivasinya untuk berhasil.
3. Cita-cita
Cita-cita dapat berupa sasaran karier, sasaran pendidikan, atau sasaran
pribadi lainnya yang ingin dicapai individu dalam jangka panjang. Cita-cita
tersebut dapat memotivasi individu untuk berusaha mencapainya dan
meningkatkan motivasi untuk sukses. Mimpi juga dapat membantu individu
memiliki visi masa depan yang jelas dan mengarahkan upayanya terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan mimpi tersebut.
4. Harga diri yang tinggi
Individu dengan harga diri yang tinggi seringkali mempunyai keyakinan
yang kuat terhadap kemampuan dan potensi yang dimilikinya, sehingga lebih
termotivasi untuk mencapai tujuan dan mencapai prestasi yang besar. Harga diri

13
14

yang tinggi juga dapat membantu individu mengatasi rasa takut dan cemas
ketika menghadapi tantangan atau hambatan yang menghalanginya mencapai
tujuan.
5. Rasa kuat untuk sukses
Orang dengan rasa pencapaian yang kuat lebih termotivasi untuk mencapai
tujuan mereka dan cenderung lebih sukses di bidang yang mereka minati. Rasa
pencapaian yang kuat juga membantu individu menghadapi tantangan dan
hambatan dengan fokus dan tekad untuk mencapai tujuan mereka.
6. Potensi dasar yang dimiliki.
Potensi dasar tersebut, baik berupa kemampuan akademis, keterampilan
sosial, atau bakat dalam bidang tertentu, dapat menjadi modal yang
memungkinkan seseorang mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Potensi dasar
yang dimilikinya juga membantu individu mengembangkan rasa percaya diri
yang kuat terhadap kemampuan dirinya dan meningkatkan motivasinya untuk
mencapai tujuan serta mencapai kinerja tingkat tinggi.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu atau
lingkungan. Faktor ekstrinsik ini terdiri dari:
1. Faktor situasional
Faktor situasional meliputi kondisi lingkungan yang mendukung atau
menghambat motivasi berprestasi, seperti dukungan sosial dari keluarga dan
teman, lingkungan belajar yang kondusif, atau adanya penghargaan dan
pengakuan atas prestasi.
2. Norma kelompok
Norma kelompok dapat berupa harapan atau tuntutan terhadap kinerja
akademik atau non-akademik dari kelompok sosial seperti keluarga, teman
sebaya, atau masyarakat umum.
3. Resiko yang ditimbulkan sebagai akibat dari prestasi yang diperoleh
Risikonya adalah setelah mencapai tingkat kesuksesan tertentu, muncul
tekanan dan tanggung jawab yang lebih besar, seperti kebutuhan untuk
mempertahankan kesuksesan atau mencapai kesuksesan yang lebih besar lagi.

14
15

4. Sikap terhadap kehidupan dan lingkungan


Sikap terhadap kehidupan dan lingkungan adalah suatu kesiapan emosional
dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.
5. Pengalaman yang dimiliki.

5. Kerangka Pemikiran
Individu dengan harga diri yang tinggi dianggap mampu untuk mengendalikan
dirinya sendiri ketika sedang mengerjakan tugas dalam mencapai tujuannya (Lew &
Harklau, 2018). Menurut (Rahayu, 2017) harga diri adalah dorongan individu dalam
mencapai tujuan, pada saat individu dapat mengaktualisasikan kemampuan dirinya maka
motivasi untuk berprestasi akan muncul dan tumbuh dalam dirinya.
Harga diri menjadikan individu memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk
mencapai tujuan. Seperti yang disampaikan oleh (Palupi, 2020) bahwa individu dengan
harga diri tinggi memiliki perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna
meskipun memiliki kelemahan dan pernah mengalami kegagalan. Keyakinan tersebut
yang kemudian menjadi dorongan bagi individu untuk memiliki keinginan yang kuat
dalam usaha mencapai tujuan dan meraih keberhasilan, termasuk dalam hal prestasi.
Keterkaitan antara harga diri dengan motivasi berprestasi dijelaskan oleh (Djaali,
2012) bahwa faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi diantaranya adalah faktor
intrinsik yang berasal dari dalam diri individu. Faktor intrinsik ini terdiri dari tujuan yang
ditetapkan, harapan yang diinginkan, cita-cita, harga diri yang tinggi, rasa kuatt untuk
sukses, dan potensi dasar yang dimiliki. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
harga diri memiliki hubungan yang penting dengan prestasi akademik. Penelitian telah
menunjukkan bahwa siswa dengan harga diri yang tinggi akan menghasilkan prestasi
akademik yang lebih baik dan juga lebih percaya diri selama masa studi daripada siswa
dengan harga diri yang rendah (Penelitian et al., 2022)
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dijelaskan melalui variabel harga diri
sebagai variabel yang memengaruhi motivasi berprestasi pada mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia yang aktif berorganiasi. Harga diri pada mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia yang aktif berorganiasi dalam penelitian ini ditinjau melalui aspek-
aspek self-worth, self-efficacy, dan authenticity¸ sedangkan motivasi berprestasi akan

15
16

diungkap menggunakan aspek berdaya cipta, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung
jawab, pemilihan tugas, dan berorientasi untuk sukses. Berikut bagan kerangka pemikiran
penelitian ini: mahasiswa yang memiliki harga diri tinggi memiliki keyakinan yang kuat. dengan
keyakinan ini mahasisiwa akan memilih tujuan atau keiatan yang mampu diatasi yang
memungkinkan bisa mendapat pretasi.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Harga Diri Motivasi Berprestasi

Aspek-aspek harga diri: Aspek-Aspek motivasi berprestasi:


1. Self-worth, 1. Berdaya cipta,
2. Self-efficacy, dan 2. Ukuran atas hasil dan umpan
3. Authenticity balik,
3. Tanggung jawab,
4. Pemilihan tugas, dan
5. Berorientasi untuk sukses

6. Hipotesis Penelitian
H0: Apabila tingkat harga diri pada mahasiswa tinggi, maka tingkat motivasi
berprestasinya juga tinggi.
H1: Apabila tingkat harga diri pada mahasiswa rendah, maka tingkat motivasi
berprestasinya juga rendah.

16
BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang desain penelitian, populasi penelitian,
partisipan penelitian, variable penelitian, definisi operasional, instrument penelitian,
analisis data dan posedur penelitian.

1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
bertujuan untuk meneliti hubungan antar variabel-variabel yang diteliti menggunakan
analisis statistik dan hasil data penelitiannya digunakan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian dan hipotesis yang diajukan peneliti terbukti atau tidak (Creswell,
2014).
Pada penelitian ini, peneliti mengkaji hubungan antara harga diri dengan motivasi
prestasi. Teknik penelitian yang akan digunakan adalah teknik regresi yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan harga diri (X) dengan motivasi berprestasi (Y) pada
mahasiswa yang mengikuti organisasi di Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Populasi dan Sampel Penelitian


2.1 Populasi Penelitian
Sugiyono (2021:130) menjelaskan bahwa populasi terdiri dari subjek penelitian
yang memiliki kuantitas serta karakteristik yang sesuai dengan penelitian untuk dianalisis
dan ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa yang
mengikuti organisasi di Universitas Pendidikan Indonesia.
2.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi yang ditetapkan melalui
perhitungan teknik sampling yang digunakan peneliti. Teknik sampling yang digunakan
adalah teknik probability sampling. Menurut sugiyono (2021:134), probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama terhadap
populasi yang dipilih menjadi anggota sampel. Sampel dari penelitian ini adalah
mahasiswa yang mengikuti organisasi di Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu variable harga diri sebagai variabel
independent (X) serta variabel motivasi berprestasi sebagai variabel dependent (Y).
4. Definisi Operasional
4.1 Variabel Harga diri
Tinggi rendahnya harga diri pada mahasiswa terlihat dari percaya akan kemampuan
diri sendiri, mampu memutuskan sesuatu atau asertif, memiliki perasaan positif pada diri
sendiri, memiliki control penuh atas dirinya, dan merasa setara dengan orang lain.
4.2 Variabel Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi dapat terlihat pada dorongan yang terjadi pada diri individu
yang dipicu oleh harga diri untuk mencapai tujuannya. Individu memiliki keinginan yang
kuat untuk mencapai tujuan mereka dan fokus pada kinerja, keinginan untuk
meningkatkan diri sendiri, menemukan solusi, dan menguasai kesulitan.

5. Instrumen Penelitian Harga Diri


5.1 Instrumen Harga Diri
Instrumen harga diri yang digunakan pada penelitian ini menggunakan alat ukur
yang dikembangkan oleh Stets dan Burke (2014) dan telah diadaptasi oleh Adiba (2020).
Terdapat 3 dimensi untuk mengukur harga diri. Tiga dimensi ini adalah self-worth, self-
efficacy, dan authenticity. Instrumen harga diri memiliki reliabilitas 0.78 dapat diartikan
tinggi (Adiba, 2020).

No Dimensi Indikator
Perasaan positif terhadap diri sendiri
1 Self-worth
Merasa setara dengan orang lain
Percaya akan kemampuan diri sendiri
2 Self-efficacy
Memiliki kendali akan kehidupan diri sendiri
Menjadi diri sendiri
3 Authenticity
Asertif
19

5.2 Penyekoran Instrumen


Penyekoran yang digunakan pada istrumen harga diri adalah menggunakan skala
liker 1 hingga 5 dengan 5 jawaban, yaitu Sangat Tidak Seperti saya (STSS), Tidak Seperti
Saya (TSS), Netral (N), Seperti Saya (SS), dan Sangat Seperti Saya (SSS). Terdapat 2
jenis item dalam instrument ini, yaitu item unfavorable dan favorable. Berikut cara
penyekoran instrument berdasarkan tiap jenis itemnya.

No Item STSS TSS N SS SSS

1 Favorable 1 2 3 4 5

2 Unfavoravble 5 4 3 2 1

5.3 Kisi – kisi Instrumen


Dibawah ini merupakan kisi-kisi instrument harga diri yang disusun peneliti.

Nomor Item
No Dimensi Indikator Jml
F U
Perasaan positif terhadap diri sendiri 1 2 2
1 Self-worth
Merasa setara dengan orang lain 3 4 2
Percaya akan kemampuan diri sendiri 5 6, 7 3
2 Self-efficacy
Memiliki kendali akan kehidupan diri sendiri 8 9 2

Menjadi diri sendiri 12 10, 11 3


3 Authenticity
Asertif 13, 14 15 3
JUMLAH 15

19
20

5.4 Kategorisasi Skor Instrumen


Kategorisasi skor pada instrument harga diri seperti berikut:

Kategorisasi Skor

Tinggi M+1SD≦X

Rendah X<M-1SD

6. Instrumen Motivasi Berprestasi


6.1 Instrumen Motivasi Berprestasi
Instrumen motivasi berprestasi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
alat ukur yang dikembangkan oleh Muthee dan Thomas (2009) yang telah diadaptasi oleh
Nurul Isnaini (2022). Instrument motivasi berprestasi terdiri dari 32 item pernyataan.

No Teori Dimensi

1 Motivasi berprestasi Achievement Motivation

6.2 Penyekoran Instrumen


Penyekoran yang digunakan pada instrumen motivasi berprestasi adalah
menggunakan skala likert 1 hingga 5 dengan 5 jawaban, yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS),
Tidak Sesuai (TS), Netral (N), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Terdapat 2 jenis item
dalam instrumen ini, yaitu item unfavorable dan favorable. Berikut cara penyekoran
instrument berdasarkan tiap jenis itemnya.

No Item STS TS N S SS
1 Favorable 1 2 3 4 5
2 Unfavoravble 5 4 3 2 1

20
21

6.3 Kisi – kisi Instrumen


Dibawah ini merupakan kisi-kisi instrumen harga diri yang disusun peneliti.

Nomor Item Jml


No Dimensi
F U

3, 4, 5, 6, 11, 13, 14, 16, 1, 2, 7, 8, 9, 10, 12, 15,


Motivasi
1 17, 20, 23, 24, 26, 28, 29, 18, 19, 21, 22, 25, 27
Berprestasi
30, 31, 32

JUMLAH 18 14 32

6.4 Kategorisasi Skor Instrumen


Kategorisasi skor pada instrumen motivasi berprestasi seperti berikut:

Kategorisasi Skor
Tinggi M+1SD≦X
Rendah X<M-1SD

7. Teknik Analisis Data

21
Akhrima, H., & Rinaldi. (2019). Hubungan antara Harga Diri dengan Motivasi
Berprestasi pada Anak Panti Asuhan. Jurnal Riset Psikologi, 2019(3), 1–11.
Akpan, I. D., & Umobong, M. E. (2013). Analysis of Achievement Motivation and
Academic Engagement of Students in the Nigerian Classroom. Academic Journal of
Interdisciplinary Studies, 2(3), 385–390.
https://doi.org/10.5901/ajis.2013.v2n3p385
Arnett, J. J. (2013). Adolescence and Emerging Adulthood (Fifth Edit). Pearson
Education.
Asrori. (2020). Psikologi Pendidikan. CV. Pena Persada.
Atamimi, N. (2014). Perbedaan Peran Jenis Kelamin, Skala Akademik,Dan Peran Aktif
Berorganisasi Dengan Prestasi Akademik. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2(2), 236–
244. https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.2163
Cahyorinartri, N. (2018). Motivasi Mahasiswa Berorganisasi di Kampus. Jurnal
Psikologi Insight, 2(2), 27–38. https://doi.org/10.17509/insight.v2i2.14158
Cast, A. D., & Burke, P. J. (n.d.). A THEORY OF SELF-ESTEEM* A Theory of Self-
Esteem A THEORY OF SELF-ESTEEM A THEORY OF SELF-ESTEEM.
Dalila, F., Putri, A. M., & Harkina, P. (2021). Hubungan Antara Intensitas Penggunaan
Media Sosial Instagram Dengan Harga Diri. Jurnal Psikologi Malahayati, 3(1), 47–
55. https://doi.org/10.33024/jpm.v3i1.3769
Damanik, R. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Mahasiswa. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 51–55.
https://doi.org/10.37755/jsap.v9i1.252
Denny, O. :, Saputra, D., Azza, A., & Suryaningsih, Y. (n.d.). HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN HARGA DIRI NARAPIDANA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KLAS IIA JEMBER. http://fikes.unmuhjember.ac.id
Dewi, A. P. A., & Ansyah, H. (2018). Hubungan antara Efikasi Diri dengan Motivasi
Berprestasi pada Mahasiswa yang Bekerja. In Proceeding National Conference
Psikologi UMG 2018, 1(10), 103–110.
Dirwan, A. (2014). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Komitmen Mahasiswa Terhadap
Motivasi Berprestasi Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 3(3), 379–391. https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.2382
23

Djaali. (2012). Psikologi Pendidikan. PT Gramedia.


Hakam, M., Sudarno, & Hoyyi, A. (2015). Analisis Jalur Terhadap Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Mahasiswa Statistik UNDIP.
Jurnal Gaussian, 4(1), 61–70.
https://doi.org/https://doi.org/10.14710/j.gauss.4.1.61-70
Hartaji, R. D. A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Yang Berkuliah Dengan
Jurusan Pilihan Orang Tua. 5.
Hasbianti, R. (2005). Hubungan Keaktifan Berorganisasi dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa Faklutas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Hayani, I. M. N., & Wulandari, P. Y. (2017). Perbedaan Kecenderungan Perilaku Agresi
ditinjau dari Harga Diri pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan
Perkembangan, 6, 32–42.
Heckhausen, J., & Heckhausen, Heinz. (2008). Motivation and action. Cambridge
University Press.
Jeany, H. (2014). Studi Deskriptif Mengenai Academic Adjustment pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Angkatan 2012 Universitas “X” di Kota Bandung. In
repository.maranatha.edu (Vol. 5, Issue 1983). Universitas Kristen Maranatha.
Kosasih, K. (2016). Peranan Organisasi Kemahasiswaan dalam Pengembangan Civic
Skills Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(2), 64–74.
https://doi.org/10.17509/jpis.v25i2.6196
Lew, S., & Harklau, L. (2018). Too Much of a Good Thing? Self-Esteem and Latinx
Immigrant Youth Academic Achievement. Journal of Advanced Academics, 29(3),
171–194. https://doi.org/10.1177/1932202X18760280
Marvianto, R. D., Ratnawati, A., & Madani, N. (2020). Motivasi Berprestasi sebagai
Moderator pada Peranan Kecerdasan Emosi terhadap Prestasi Akademik
Mahasiswa. Jurnal Psikologi, 16(1), 74. https://doi.org/10.24014/jp.v16i1.9538
McCleland, D. C., & Mcclelland, D. C. (1985). <McClelland, D. C. (1985). How motives,
skills, and values determine what people do.pdf>. American Psychologist, 40(7),
812–825.

23
24

McKay, M., & Fanning, P. (2016). Self-Esteem (Fourth Edi). New Harbinger
Publications.
Mulyana, B. (2013). Hubungan Konsep Diri, Komitmen, dan Motivasi Berprestasi
dengan Prestasi Renang Gaya Bebas. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3, 488–498.
Nanda, S. V. (2017). Hubungan Kebiasaan Belajar dan Keaktifan Berorganisasi
terhadap Mahasiswa Tahun Ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Universitas Lampung Bandar Lampung.
Orth, U., & Robins, R. W. (2014). The Development of Self-Esteem. Current Directions
in Psychological Science, 23(5), 381–387.
https://doi.org/10.1177/0963721414547414
Palupi, T. N. (2020). Konsep Diri, Harga Diri dan Motivasi Berprestasi pada Siswa-siswi
SMP NEHERI 79 Jakarta Pusat. 9(1), 33–52.
Penelitian, J. H., Kepustakaan, K., & Pendidikan, B. (2022). Jurnal Kependidikan: 8(2).
Prabawati, N. I., Widodo, & Duskarnaen, M. F. (2019). Kinerja Algoritma Classification
a nd Regression Tree ( Cart ) da lam Mengklasifikasikan Lama Masa Studi
Mahasiswa y ang Mengikuti Organisasi d i Universitas Negeri Jakarta Avalaiable
at : Avalaiable at : Jurnal Pinter, 3(2), 139–145.
Rahayu, D. M. (2017). Hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi siswa
kelas xi di sma negeri 1 salatiga artikel tugas akhir.
Rupa, M. K. (2018). Alasan-Alasan Mahasiswa/I Tidak Ingin Terlibat dalam Organisasi
Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Universitas Sanata Dharma.
Santrock, J. W. (2010). Life-Span Development (13th ed.). McGraw-Hill.
Sheilla, F., Hardjono, & Istar, Y. (2017). Perbedaan Kepercayaan Diri dan Ketahanan
Stres antara Mahasiswa yang Aktif dengan Mahasiswa yang Tidak Aktif dalam
Organisasi Internal Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Wacana, 9(1),
39–51.
Stussi, Y., Ferrero, A., Pourtois, G., & Sander, D. (2019). Achievement motivation
modulates Pavlovian aversive conditioning to goal-relevant stimuli. Npj Science of
Learning, 4(1). https://doi.org/10.1038/s41539-019-0043-3
Susanti. (2020). Peran Organisasi Kemahasiswaan dalam Pembentukan Karakter
Mahasiswa. Ejournal Kopertais, 20(2), 13–29.

24
25

Taştan, S. B., Davoudi, S. M. M., Masalimova, A. R., Bersanov, A. S., Kurbanov, R. A.,
Boiarchuk, A. V., & Pavlushin, A. A. (2018). The impacts of teacher’s efficacy and
motivation on student’s academic achievement in science education among
secondary and high school students. Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education, 14(6), 2353–2366. https://doi.org/10.29333/ejmste/89579
Untuk, D., Sebagian, M., Dalam, P., Gelar, M., & Psikologi, S. (n.d.). HUBUNGAN
KONTROL DIRI DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA KORBAN BULLYING
DI SMK TELKOM SANDHY PUTRA MEDAN SKRIPSI.
Vita, V. P. M. (2015). Attachment to God Mahasiswa Angkatan 2014 yang Menjadi
Anggota di Lembaga Pelayanan “X” Bandung. In repository.maranatha.edu (Vol.
5, Issue 1983). Universitas Kristen Maranatha.

25

Anda mungkin juga menyukai