SKRIPSI
Disusun oleh:
DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Meskipun memiliki banyak manfaat positif, aktif dalam kegiatan kuliah sekaligus
aktif dalam kegiatan berorganisasi merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Mahasiswa
harus dapat membagi waktu dan konsentrasi serta tanggung jawab terhadap komitmen
dari aktivitas kuliah maupun aktivitas berorganisasi. Apabila hal tersebut tidak dapat
dilakukan, maka mahasiswa dapat mengalami penurunan prestasi akademik. Tidak
jarang mahasiswa yang aktif berorganisasi mengalami kegagalan dalam mata kuliah
sehingga harus mengulang di semester berikutnya dan berakibat tidak dapat lulus tepat
waktu (Prabawati et al., 2019).
Sejalan dengan itu, (Hakam et al., 2015) juga mengatakan bahwa akan menjadi
masalah bagi mahasiswa jika kesibukan pada organisasi tidak seimbang dengan tanggung
jawab utamanya sebagai pelajar. Mahasiswa sering belum dapat membagi waktunya
dengan baik antara kesibukan berorganisasi dengan waktu belajarnya, oleh karena itu,
mahasiswa yang aktif berorganisasi perlu untuk memiliki motivasi berprestasi yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan prestasi akademiknya meskipun memiliki kesibukan di
organisasi.
(Damanik, 2020) berpendapat bahwa dalam menempuh pendidikan di perguruan
tinggi, mahasiswa sangat memerlukan motivasi berprestasi dalam memperoleh
pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang berhubungan dengan keilmuannya.
Setiap individu memiliki kondisi internal yang berperan dalam aktivitasnya sehari-hari.
Salah satu kondisi internal tersebut adalah motivasi. Menurut (Asrori, 2020a) motivasi
adalah suatu dorongan atau keinginan individu dalam melakukan suatu keinginan atau
usaha untuk tercapainya tujuan yang diharapkan. Slavin (Marvianto et al., 2020)
menjelaskan motivasi sebagai sebuah dorongan dari dalam individu yang mendorong,
mengarahkan dan mempertahankan sebuah perilaku. Dorongan dalam diri untuk meraih
prestasi disebut motivasi berprestasi.
Menurut (Mulyana, 2013) motivasi berprestasi merupakan motivasi intrinsik dalam
diri individu yang menjadi daya penggerak untuk mencapai prestasi. Motivasi berprestasi
adalah motivasi yang memberikan dorongan pada individu untuk sukses dan memiliki
tujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (standard of
excelence). Ukuran keunggulan dalam hal ini adalah patokan yang berhubungan dengan
tugas, yaitu penilaian berdasarkan pada pencapaian hasil dan patokan yang berhubungan
3
4
dengan prestasi yang pernah dicapai pada masa lalu. Penelitian para ahli pada beberapa
dekade terakhir menunjukkan bahwa para mahasiswa yang berhasil memperoleh nilai
tinggi, ternyata tidak hanya karena cerdas saja, namun juga terbukti memiliki motivasi
berprestasi yang lebih tinggi. Motivasi berprestasi yang dimiliki merupakan modal bagi
seseorang untuk sukses, karena kinerja seseorang secara khusus dipengaruhi oleh
motivasi yang muncul untuk menyelesaikan tugasnya (Dirwan, 2014).
Salah satu faktor penting bagi individu untuk memiliki motivasi berprestasi adalah
harga diri, karena individu yang memiliki harga diri yang baik bisa mengendalikan
dirinya sendiri ketika sedang mengerjakan tugas dalam mencapai tujuannya (Lew &
Harklau, 2018). Harga diri juga merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang dapat
memberikan perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna meskipun memiliki
kelemahan dan pernah mengalami kegagalan (Palupi, 2020).
Harga diri merupakan evaluasi individu mengenai dirinya sendiri baik secara positif
atau negatif. Evaluasi tersebut memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya
sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya
(Santrock, 2010). Individu yang memiliki harga diri tinggi menyadari kelebihan-
kelebihan yang dimilikinya, dan memandang bahwa kelebihan tersebut lebih penting
daripada kelemahannya (Dalila et al., 2021). Seseorang yang memiliki harga diri yang
baik mempunyai keyakinan akan kemampuannya, percaya diri untuk tampil di depan
publik, memiliki banyak teman, mau mendengarkan serta menerima pendapat orang lain
tanpa harus terpengaruh oleh orang lain, serta mempunyai jiwa kepemimpinan yang lebih
baik (McKay & Fanning, 2016; Sheilla et al., 2017).
Hasil wawancara sebagai studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada
tanggal 3 – 4 Juni 2023 dengan 5 (lima) mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
yang aktif berorganisasi, mahasiswa menerangkan bahwa sebagai akibat lain dari aktif
berorganisasi adalah mereka pernah mengalami penurunan pada nilai indeks kumulatif
(IPK) karena mahasiswa tidak bisa membagi waktu antara kegiatan organisasi dengan
belajar, mahasiswa juga mengatakan bahwa mereka beberapa kali absen kelas karena
harus mengikuti kegiatan organisasi, menunda untuk mengerjakan tugas karena terlalu
lelah dengan aktivitas organisasi sehingga terlambat mengumpulkan tugas.
4
5
Sementara itu, hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Juni 2023
dengan mahasiswa yang pernah peneliti wawancarai sebelumnya, mahasiswa
mengatakan bahwa mengikuti organisasi tidak semestinya menjadi penghambat bagi
dirinya dalam belajar dan justru menjadi tantangan untuk membuktikan bahwa dirinya
dapat tetap fokus belajar meskipun sibuk dengan aktivitas organisasi. Mahasiswa
mengakui bahwa dirinya berharap dapat tetap belajar dan meningkatkan prestasi
akademiknya untuk membuktikan bahwa dirinya tidak hanya aktif di organisasi, tetapi
juga dapat unggul di prestasi akademiknya. Hasil wawancara lainnya yang peneliti
lakukan pada tanggal 9 Juni 2023, dengan 5 mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi,
menunjukkan bahwa mereka beranggapan bahwa mahasiswa yang aktif berorganisasi
memiliki jadwal dan kegiatan yang padat sehingga waktu untuk belajarnya cenderung
lebih sedikit daripada mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi, sehingga wajar saja
jika mereka tidak bisa mempertahankan atau meningkatkan prestasi akademiknya.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti berasumsi bahwa motivasi
berprestasi pada mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang aktif berorganisasi
masih rendah, meskipun harga dirinya cukup baik yang ditunjukkan dengan pernyataan
bahwa mahasiswa merasa mampu untuk berprestasi meskipun disibukkan dengan
aktivitas organisasi. Motivasi berprestasi yang rendah apabila dibiarkan akan berdampak
pada kegagalan dalam mata kuliah bahkan dapat menjadikan mahasiswa lulus tidak tepat
waktu.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Akhrima & Rinaldi, 2019)
mengenai hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi pada anak panti asuhan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara harga diri dengan
motivasi berprestasi. Harga diri dan motivasi berprestasi dalam penelitian tersebut
menggunakan alat ukur yang disusun dengan mengacu pada teori motivasi berprestasi
yang dikemukakan oleh McClelland (1985), sedangkan harga diri diukur dengan
menggunakan skala milik Rosenberg. Penelitian lainnya oleh Park & Son (2023) yang
berjudul “Efek Mediasi Harga Diri Terhadap Hubungan Antara Stres Akulturasi dan
Motivasi Berprestasi pada Remaja dari Keluarga Multikultural” juga menunjukkan
adanya korelasi positif antara motivasi berprestasi dengan harga diri pada remaja dari
keluarga multikultural.
5
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan motivasi
berprestasi pada mahasiswa yang aktif berorganisasi di Universitas Pendidikan Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan manfaat dalam
keilmuan di bidang psikologi yang berkaitan dengan harga diri dan motivasi
berprestasi pada mahasiswa yang aktif berorganisasi. Selain itu, penelitian ini
6
7
7
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Stets & Burke (2014) mengatakan bahwa harga diri merupakan penilaian terhadap
sikap diri sendiri secara keseluruhan, dapat berupa penilaian secara positif maupun
penilaian secara negatif. Dimana penilaian positif ini dapat ditandai dengan perasaan
seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, menghargai, mengapresiasi, serta
berhasil menurut standart dan nilai pribadinya (Jordan dkk, 2017; Xu dkk., 2020; Bleidorn
dkk., 2016; Griffiths dkk., 2010; Evelin & Adishesa, 2020). Sedangkan penilaian negatif
dapat berupa perasaan tidak suka terhadap diri sendiri, berharap untuk gagal dan
seringkali mudah untuk menyerah (Sholiha, S & Aulia, L. A. A, 2020).
Menurut (Orth & Robins, 2014) harga diri merupakan suatu bentuk evaluasi diri
yang hasilnya tidak selalu menunjukan kelebihan diri atau sifat yang berlebihan di
hadapan orang lain. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana individu menilai
dirinya sendiri yang tercermin dalam sikap positif maupun sikap negatif. Sejalan dengan
itu, Simamora et a., (2019) juga menjelaskan bahwa harga diri adalah penilaian terhadap
diri sendiri yang dilakukan oleh individu sebagai manusia agar mampu menerima segala
kekurangan dan kelebihan diri dalam berhubungan dengan individu lain.
Dalam aspek kognitif harga diri dapat diartikan sebagai gambaran beberapa bagian
dari dalam diri seperti kekuatan, kepercayaan diri, dan pemikiran yang mencerminkan
seperti apa individu tersebut (Mruk, 2006). Dalam aspek afektif harga diri adalah sebuah
sifat individu yang memiliki perasaan dasar tentang nilai-nilai, kesukaan, dan penerimaan
(Guindon 2010).
8
9
Self-worth adalah seberapa jauh individu merasa dirinya sendiri positif, merasa
bahwa diri mereka baik dan berharga. Self-worth adalah penerimaan diri bahwa mereka
ingin melihat dirinya sendiri dengan baik, menjaga dirinya sendiri dan meningkatkan
pandangan diri dengan positif.
b. Self-efficacy
Self-efficacy adalah seberapa jauh individu merasa dirinya bisa memengaruhi
lingkungan sekitarnya. Self-efficacy adalah keyakinan yang dimiliki individu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Self-efficacy dapat diartikan sebagai keyakinan
seseorang tentang kemampuan dirinya untuk mencapai tujuan tertentu.
c. Authenticity
Authenticity adalah perasaan positif yang dimiliki individu yang berhubungan
dengan pemenuhan harapan atau komitmen pribadi seseorang. Authenticity bertindak
sesuai dengan apa yang dirasakan, apa yang di pikirkan, dan pemahaman yang dimiliki
oleh dirinya. Authenticity bisa disebut juga dengan tindakan otentik yang berasal dari
dirinya sendiri, bukan dari orang lain.
Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung bisa mengekspresikan dirinya
sendiri dengan baik, yakin akan dirinya sendiri atas kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya, selalu berprasangka baik terhadap dirinya, dan bisa mengatur emosinya
dengan baik. Tingginya harga diri dapat dilihat juga dari individu yang selalu memberi
kasih sayang dan perhatian pada dirinya dan individu di sekitarnya, selalu bisa
mengontrol emosi untuk selalu bahagia (Pervin, 2011).
Harga diri yang tinggi bisa ditandai dengan individu yang memiliki perasaan
percaya diri, merasa berharga, dan hal-hal positif lainnya. Biasanya individu yang
memiliki harga diri yang tinggi mampu mengendalikan keadaan, dapat beradaptasi
dengan lingkungan, dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik. referensi!
b. Harga diri rendah
9
10
b. Mengurangi kecemasan
Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung mampu dalam mengatasi
kecemasannya, hal ini disebabkan individu tersebut percaya diri akan kemampuan
dirinya dalam mencapai tujuannya.
c. Dapat mengendalikan diri untuk tidak bermusuhan dengan orang lain
Individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung untuk tidak membuat
permusuhan dengan siapapun.
d. Memengaruhi hubungan dengan orang lain
Individu yang memiliki harga diri tinggi mampu memperlakukan orang lain
dengan baik, sehingga hubungan yang terjalin akan berdampak baik dan
menguntungkan untuk diri sendiri maupun orang lain.
B. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi secara umum didefinisikan sebagai dorongan fisiologi. Motivasi
selanjutnya dapat diartikan sebagai dasar perilaku yang akan dilakukan oleh individu
untuk mencapai tujuan atau tindakan yang diinginkan (Guay dkk., 2003). Menurut
Saputra (2012); (Ariani, 2011) & (Fuertes dkk., 2020) motivasi adalah dorongan
10
11
11
12
Setiap orang dengan motivasi berprestasi yang tinggi biasanya akan cepat bosan
menjalani hal-hal yang rutin dan mencoba untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda,
serta berpartisipasi dalam kegiatan yang memiliki inovasi. Individu tersebut cenderung
bertindak kreatif dan inovatif. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
berusaha mencari metode atau cara baru dalam menyelesaikan pekerjaan secara lebih
efektif dan efisien.
b. Ukuran atas hasil dan umpan balik
Umpan balik dibutuhkan oleh individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
untuk mengetahui hasil atau dampak dari tindakannya supaya dapat memperbaiki
kesalahannya. Umpan-balik berarti sebuah reward atau hadiah berupa keuntungan,
pendapat yang diberikan orang lain, dan penghargaan yang diberikan.
c. Tanggung jawab
Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi memiliki rasa tanggung jawab
dalam penyelesaian tugas yang sedang di kerjakan dan akan berusha sampai selesai
mengerjakan pekerjaan tersebut.
d. Pemilihan tugas
Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung suka terhadap
pekerjaan yang menantang dan menguji kemampuannya. Seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi akan memilih risiko yang tidak terlalu tinggi atau relatif
sedang (moderat) hal ini dilakukan agar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan
lebih dibandingkan memperoleh kegagalan. Sedangkan pekerjaan dengan tingkat
kesulitan yang rendah dipilih oleh individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang
rendah pula.
e. Berorientasi sukses
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu menetapkan target yang ingin
diperoleh dan setiap individu mempunyai tolak ukur yang berbeda. Individu tersebut
selalu merasa optimis bahwa keberhasilan akan dia raih dan ketika mengerjakan tugas
akan terdorong oleh sebuah harapan meraih kesuksesan daripada menghindar yang
berakhir dengan kegagalan.
Berdasarkan uraian di atas, maka aspek motivasi berprestasi yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah aspek motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh
12
13
McClleland yaitu berdaya cipta, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung jawab,
pemilihan tugas, dan berorientasi untuk sukses.
13
14
yang tinggi juga dapat membantu individu mengatasi rasa takut dan cemas
ketika menghadapi tantangan atau hambatan yang menghalanginya mencapai
tujuan.
5. Rasa kuat untuk sukses
Orang dengan rasa pencapaian yang kuat lebih termotivasi untuk mencapai
tujuan mereka dan cenderung lebih sukses di bidang yang mereka minati. Rasa
pencapaian yang kuat juga membantu individu menghadapi tantangan dan
hambatan dengan fokus dan tekad untuk mencapai tujuan mereka.
6. Potensi dasar yang dimiliki.
Potensi dasar tersebut, baik berupa kemampuan akademis, keterampilan
sosial, atau bakat dalam bidang tertentu, dapat menjadi modal yang
memungkinkan seseorang mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Potensi dasar
yang dimilikinya juga membantu individu mengembangkan rasa percaya diri
yang kuat terhadap kemampuan dirinya dan meningkatkan motivasinya untuk
mencapai tujuan serta mencapai kinerja tingkat tinggi.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu atau
lingkungan. Faktor ekstrinsik ini terdiri dari:
1. Faktor situasional
Faktor situasional meliputi kondisi lingkungan yang mendukung atau
menghambat motivasi berprestasi, seperti dukungan sosial dari keluarga dan
teman, lingkungan belajar yang kondusif, atau adanya penghargaan dan
pengakuan atas prestasi.
2. Norma kelompok
Norma kelompok dapat berupa harapan atau tuntutan terhadap kinerja
akademik atau non-akademik dari kelompok sosial seperti keluarga, teman
sebaya, atau masyarakat umum.
3. Resiko yang ditimbulkan sebagai akibat dari prestasi yang diperoleh
Risikonya adalah setelah mencapai tingkat kesuksesan tertentu, muncul
tekanan dan tanggung jawab yang lebih besar, seperti kebutuhan untuk
mempertahankan kesuksesan atau mencapai kesuksesan yang lebih besar lagi.
14
15
5. Kerangka Pemikiran
Individu dengan harga diri yang tinggi dianggap mampu untuk mengendalikan
dirinya sendiri ketika sedang mengerjakan tugas dalam mencapai tujuannya (Lew &
Harklau, 2018). Menurut (Rahayu, 2017) harga diri adalah dorongan individu dalam
mencapai tujuan, pada saat individu dapat mengaktualisasikan kemampuan dirinya maka
motivasi untuk berprestasi akan muncul dan tumbuh dalam dirinya.
Harga diri menjadikan individu memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk
mencapai tujuan. Seperti yang disampaikan oleh (Palupi, 2020) bahwa individu dengan
harga diri tinggi memiliki perasaan bahwa dirinya berhasil, mampu dan berguna
meskipun memiliki kelemahan dan pernah mengalami kegagalan. Keyakinan tersebut
yang kemudian menjadi dorongan bagi individu untuk memiliki keinginan yang kuat
dalam usaha mencapai tujuan dan meraih keberhasilan, termasuk dalam hal prestasi.
Keterkaitan antara harga diri dengan motivasi berprestasi dijelaskan oleh (Djaali,
2012) bahwa faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi diantaranya adalah faktor
intrinsik yang berasal dari dalam diri individu. Faktor intrinsik ini terdiri dari tujuan yang
ditetapkan, harapan yang diinginkan, cita-cita, harga diri yang tinggi, rasa kuatt untuk
sukses, dan potensi dasar yang dimiliki. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
harga diri memiliki hubungan yang penting dengan prestasi akademik. Penelitian telah
menunjukkan bahwa siswa dengan harga diri yang tinggi akan menghasilkan prestasi
akademik yang lebih baik dan juga lebih percaya diri selama masa studi daripada siswa
dengan harga diri yang rendah (Penelitian et al., 2022)
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dijelaskan melalui variabel harga diri
sebagai variabel yang memengaruhi motivasi berprestasi pada mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia yang aktif berorganiasi. Harga diri pada mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia yang aktif berorganiasi dalam penelitian ini ditinjau melalui aspek-
aspek self-worth, self-efficacy, dan authenticity¸ sedangkan motivasi berprestasi akan
15
16
diungkap menggunakan aspek berdaya cipta, ukuran atas hasil dan umpan balik, tanggung
jawab, pemilihan tugas, dan berorientasi untuk sukses. Berikut bagan kerangka pemikiran
penelitian ini: mahasiswa yang memiliki harga diri tinggi memiliki keyakinan yang kuat. dengan
keyakinan ini mahasisiwa akan memilih tujuan atau keiatan yang mampu diatasi yang
memungkinkan bisa mendapat pretasi.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
6. Hipotesis Penelitian
H0: Apabila tingkat harga diri pada mahasiswa tinggi, maka tingkat motivasi
berprestasinya juga tinggi.
H1: Apabila tingkat harga diri pada mahasiswa rendah, maka tingkat motivasi
berprestasinya juga rendah.
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang desain penelitian, populasi penelitian,
partisipan penelitian, variable penelitian, definisi operasional, instrument penelitian,
analisis data dan posedur penelitian.
1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
bertujuan untuk meneliti hubungan antar variabel-variabel yang diteliti menggunakan
analisis statistik dan hasil data penelitiannya digunakan untuk menjawab rumusan
masalah penelitian dan hipotesis yang diajukan peneliti terbukti atau tidak (Creswell,
2014).
Pada penelitian ini, peneliti mengkaji hubungan antara harga diri dengan motivasi
prestasi. Teknik penelitian yang akan digunakan adalah teknik regresi yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan harga diri (X) dengan motivasi berprestasi (Y) pada
mahasiswa yang mengikuti organisasi di Universitas Pendidikan Indonesia.
No Dimensi Indikator
Perasaan positif terhadap diri sendiri
1 Self-worth
Merasa setara dengan orang lain
Percaya akan kemampuan diri sendiri
2 Self-efficacy
Memiliki kendali akan kehidupan diri sendiri
Menjadi diri sendiri
3 Authenticity
Asertif
19
1 Favorable 1 2 3 4 5
2 Unfavoravble 5 4 3 2 1
Nomor Item
No Dimensi Indikator Jml
F U
Perasaan positif terhadap diri sendiri 1 2 2
1 Self-worth
Merasa setara dengan orang lain 3 4 2
Percaya akan kemampuan diri sendiri 5 6, 7 3
2 Self-efficacy
Memiliki kendali akan kehidupan diri sendiri 8 9 2
19
20
Kategorisasi Skor
Tinggi M+1SD≦X
Rendah X<M-1SD
No Teori Dimensi
No Item STS TS N S SS
1 Favorable 1 2 3 4 5
2 Unfavoravble 5 4 3 2 1
20
21
JUMLAH 18 14 32
Kategorisasi Skor
Tinggi M+1SD≦X
Rendah X<M-1SD
21
Akhrima, H., & Rinaldi. (2019). Hubungan antara Harga Diri dengan Motivasi
Berprestasi pada Anak Panti Asuhan. Jurnal Riset Psikologi, 2019(3), 1–11.
Akpan, I. D., & Umobong, M. E. (2013). Analysis of Achievement Motivation and
Academic Engagement of Students in the Nigerian Classroom. Academic Journal of
Interdisciplinary Studies, 2(3), 385–390.
https://doi.org/10.5901/ajis.2013.v2n3p385
Arnett, J. J. (2013). Adolescence and Emerging Adulthood (Fifth Edit). Pearson
Education.
Asrori. (2020). Psikologi Pendidikan. CV. Pena Persada.
Atamimi, N. (2014). Perbedaan Peran Jenis Kelamin, Skala Akademik,Dan Peran Aktif
Berorganisasi Dengan Prestasi Akademik. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2(2), 236–
244. https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.2163
Cahyorinartri, N. (2018). Motivasi Mahasiswa Berorganisasi di Kampus. Jurnal
Psikologi Insight, 2(2), 27–38. https://doi.org/10.17509/insight.v2i2.14158
Cast, A. D., & Burke, P. J. (n.d.). A THEORY OF SELF-ESTEEM* A Theory of Self-
Esteem A THEORY OF SELF-ESTEEM A THEORY OF SELF-ESTEEM.
Dalila, F., Putri, A. M., & Harkina, P. (2021). Hubungan Antara Intensitas Penggunaan
Media Sosial Instagram Dengan Harga Diri. Jurnal Psikologi Malahayati, 3(1), 47–
55. https://doi.org/10.33024/jpm.v3i1.3769
Damanik, R. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Mahasiswa. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 51–55.
https://doi.org/10.37755/jsap.v9i1.252
Denny, O. :, Saputra, D., Azza, A., & Suryaningsih, Y. (n.d.). HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN HARGA DIRI NARAPIDANA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KLAS IIA JEMBER. http://fikes.unmuhjember.ac.id
Dewi, A. P. A., & Ansyah, H. (2018). Hubungan antara Efikasi Diri dengan Motivasi
Berprestasi pada Mahasiswa yang Bekerja. In Proceeding National Conference
Psikologi UMG 2018, 1(10), 103–110.
Dirwan, A. (2014). Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Komitmen Mahasiswa Terhadap
Motivasi Berprestasi Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 3(3), 379–391. https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.2382
23
23
24
McKay, M., & Fanning, P. (2016). Self-Esteem (Fourth Edi). New Harbinger
Publications.
Mulyana, B. (2013). Hubungan Konsep Diri, Komitmen, dan Motivasi Berprestasi
dengan Prestasi Renang Gaya Bebas. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3, 488–498.
Nanda, S. V. (2017). Hubungan Kebiasaan Belajar dan Keaktifan Berorganisasi
terhadap Mahasiswa Tahun Ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Universitas Lampung Bandar Lampung.
Orth, U., & Robins, R. W. (2014). The Development of Self-Esteem. Current Directions
in Psychological Science, 23(5), 381–387.
https://doi.org/10.1177/0963721414547414
Palupi, T. N. (2020). Konsep Diri, Harga Diri dan Motivasi Berprestasi pada Siswa-siswi
SMP NEHERI 79 Jakarta Pusat. 9(1), 33–52.
Penelitian, J. H., Kepustakaan, K., & Pendidikan, B. (2022). Jurnal Kependidikan: 8(2).
Prabawati, N. I., Widodo, & Duskarnaen, M. F. (2019). Kinerja Algoritma Classification
a nd Regression Tree ( Cart ) da lam Mengklasifikasikan Lama Masa Studi
Mahasiswa y ang Mengikuti Organisasi d i Universitas Negeri Jakarta Avalaiable
at : Avalaiable at : Jurnal Pinter, 3(2), 139–145.
Rahayu, D. M. (2017). Hubungan antara harga diri dengan motivasi berprestasi siswa
kelas xi di sma negeri 1 salatiga artikel tugas akhir.
Rupa, M. K. (2018). Alasan-Alasan Mahasiswa/I Tidak Ingin Terlibat dalam Organisasi
Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Universitas Sanata Dharma.
Santrock, J. W. (2010). Life-Span Development (13th ed.). McGraw-Hill.
Sheilla, F., Hardjono, & Istar, Y. (2017). Perbedaan Kepercayaan Diri dan Ketahanan
Stres antara Mahasiswa yang Aktif dengan Mahasiswa yang Tidak Aktif dalam
Organisasi Internal Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Wacana, 9(1),
39–51.
Stussi, Y., Ferrero, A., Pourtois, G., & Sander, D. (2019). Achievement motivation
modulates Pavlovian aversive conditioning to goal-relevant stimuli. Npj Science of
Learning, 4(1). https://doi.org/10.1038/s41539-019-0043-3
Susanti. (2020). Peran Organisasi Kemahasiswaan dalam Pembentukan Karakter
Mahasiswa. Ejournal Kopertais, 20(2), 13–29.
24
25
Taştan, S. B., Davoudi, S. M. M., Masalimova, A. R., Bersanov, A. S., Kurbanov, R. A.,
Boiarchuk, A. V., & Pavlushin, A. A. (2018). The impacts of teacher’s efficacy and
motivation on student’s academic achievement in science education among
secondary and high school students. Eurasia Journal of Mathematics, Science and
Technology Education, 14(6), 2353–2366. https://doi.org/10.29333/ejmste/89579
Untuk, D., Sebagian, M., Dalam, P., Gelar, M., & Psikologi, S. (n.d.). HUBUNGAN
KONTROL DIRI DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA KORBAN BULLYING
DI SMK TELKOM SANDHY PUTRA MEDAN SKRIPSI.
Vita, V. P. M. (2015). Attachment to God Mahasiswa Angkatan 2014 yang Menjadi
Anggota di Lembaga Pelayanan “X” Bandung. In repository.maranatha.edu (Vol.
5, Issue 1983). Universitas Kristen Maranatha.
25