Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa merupakan individu yang sedang menempuh pendidikan

tinggi. Masa mahasiswa meliputi rentang usia 18 atau 19 tahun sampai usia 24

atau 25 tahun. Rentang usia tersebut masih terbagi-bagi dalam beberapa periode.

Periode waktu usia 18 atau 19 tahun sampai 20 atau 21 tahun, yaitu mahasiswa

semester I sampai dengan semester IV, dan periode waktu usia 21 atau 22 tahun

sampai dengan 24 atau 25 tahun, yaitu mahasiswa semester V sampai semester

VIII (Winkel & Hastuti, 2004).

Pada dasarnya mahasiswa memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan

dengan siswa sekolah yang menempuh pendidikan tingkat SD, SMP, ataupun

SMA (Pendidikan Dasar& Menengah). Pada jenjang pendidikan di sekolah, kita

tidak mengenal istilah-istilah seperti Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), Satuan

Kredit Semester (SKS), skripsi, dosen dan lain sebagainya. Selain itu, dari segi

waktu pembelajaran pun tak sepadat seperti sekolah-sekolah formal pada

biasanya, cukup dengan 3 sampai 4 jam dalam sehari. Di sisi lain, kita sering kali

melihat mahasiswa seperti tidak pernah kuliah. Datang ke kampus, kuliah,

menunggu dosen, jika dosen yang ditunggu tidak datang maka mahasiswa akan

pulang atau ke kantin (Jazimah, 2014).

Banyak tuntutan tanggung jawab dari kewajiban yang harus dihadapi dan

dijalankan oleh mahasiswa dalam aktivitas perkuliahan seperti kewajiban

dalam mengerjakan tugas-tugas akademis. Mahasiswa dapat mengembangkan

1
2

potensi kemahasiswaannya melalui kegiatan-kegiatan positif di luar jam

akademik perkuliahan seperti BEM, organisasi keagamaan, maupun unit-unit

kegiatan mahasiswa lainnya yang ada di perguruan tinggi tersebut (Ardini, 2017).

Setiap mahasiswa memiliki kesibukan yang berbeda-beda sehingga mahasiswa

tidak bisa jika hanya mengandalkan bantuan dari temannya. Kehidupan di kampus

bisa dikatakan individual, karena pastinya jadwal kuliah akan berbeda-beda antar

teman belum lagi jika mahasiswa tersebut mengikuti organisasi. Mahasiswa yang

mengikuti organisasi otomatis akan lebih sibuk jika dibandingkan dengan

mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi, karena selain kuliah mereka juga

harus melaksanakan program kerja yang telah disusun dalam organisasinya

sehingga lebih sering berada dalam lingkungan kampus.

Adanya organisasi dalam kampus menjadikan mahasiswa memiliki

kemampuan di luar akademik yaitu ketrampilan atau softskill. Kewajiban

mahasiswa bukan hanya sebatas menyelesaikan kuliah di kampus dengan

mendapatkan nilai atau IPK yang tinggi. Saat ini kemampuan akademik atau

intelektual belum bisa menjamin seseorang dapat meraih sebuah kesuksesan. Hal

ini dikarenakan kemampuan intelektual atau hardskill hanya menyumbangkan

20% dari pencapaian keberhasilan dan prestasi seseorang. Sementara 80% sisanya

didapatkan dari kemampuan ketrampilan atau softskill (Gusti, 2008).

Menurut Staf Ahli Bidang Manajemen Kementrian Luar Negeri,

Wajid Fauzi setidaknya ada 7 softskill yang harus dimiliki mahasiswa sebelum

memasuki dunia kerja. Softskill tersebut yaitu mempunyai kemampuan

komunikasi yang baik, memiliki etika kerja yang baik, mempunyai jiwa
3

kepemimpinan, mampu bekerja sama dengan tim, memiliki kemauan untuk terus

belajar, memiliki kemampuan memecahkan masalah serta mempunyai

kemampuan wirausaha yang baik (Ika, 2017).

Organisasi mahasiswa merupakan sarana yang bertujuan untuk melatih

mahasiswa belajar memecahkan berbagai permasalahan dan mendapatkan ilmu

yang tidak diperoleh dari perkuliahan serta sebagai wadah pengembangan diri

untuk hidup bermasyarakat. Selain itu juga memberikan kesempatan untuk

bertemu dengan banyak orang hebat (Damayanti, 2016; Kurniawati & Leonardi,

2013). Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan salah satu universitas

yang memiliki berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) baik di tingkat

universitas maupun tingkat fakultas. UKM tersebut meliputi bidang kesenian,

olahraga, penerbitan, bela diri, dan bidang khusus (Bagmawa, 2013). Di Fakultas

Psikologi sendiri terdapat beberapa organisasi mahasiswa yaitu BEM, DPM,

IMM. Kemudian dibawah naungan BEM terdapat Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) yaitu Teater Lugu, Suof, Psychopala, Psyche dan Al-Qolam.

Organisasi bagi mahasiswa memiliki banyak manfaat. Selain itu organisasi

juga merupakan media pendukung bagi kegiatan akademik. Apabila dalam

kegiatan perkuliahan mahasiwa sebatas memperoleh teori, maka organisasi

merupakan media untuk mengaktualisasikan teori yang telah diperoleh sebelum

terlibat langsung dalam dunia pekerjaan (Oktaenal, 2015). Organisasi juga

dibutuhkan karena tugas mahasiswa tidak hanya belajar dan sibuk dengan tugas-

tugas, melainkan juga membumi ke masyarakat (Dzil & Harta, 2012). Mahasiswa

dengan pola pikir yang berkembang akan selalu berusaha untuk belajar dan
4

mengembangkan kemampuan mereka sehingga mampu menghadapi tantangan,

mampu berjuang dan tahan terhadap kemunduran (Rattan, Savani, Chugh, &

Dweck, 2015). Pola pikir tersebut bisa diasah melalui organisasi. Mahasiswa yang

mengikuti organisasi biasanya memiliki dinamika permasalahan lebih banyak dan

yang paling sering dihadapi adalah tentang manajemen waktu. Mereka harus bisa

membagi waktu antara tanggung jawab yang ada diorganisasi namun juga

melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa yang harus kuliah dan mengerjakan

berbagai tugas yang ada.

Bukan hal yang mudah menjadi mahasiswa yang aktif dalam organisasi.

Hal ini dikarenakan mahasiswa organisasi memiliki tugas yang lebih banyak dan

bervariasi. Selain itu mereka juga harus bisa mengelola waktu dengan efisien dan

memiliki energi yang lebih banyak. Mereka memiliki peran ganda sebagai

mahasiswa dan juga sebagai aktivis organisasi. Sehingga mereka yang aktif dalam

organisasi dituntut untuk dapat mengatur waktu yang dimiliki supaya dapat

menghadapi tugas-tugas kuliah maupun kegiatan dalam organisasi (Caesari,

Listiara, & Ariati, 2013). Dengan demikian kemampuan memanajemen diri sangat

diperlukan untuk mahasiswa aktivis organisasi.

Manajemen diri merupakan kemampuan untuk memonitor dan

mengendalikan pikiran, perilaku serta peraasaan diri sendiri yang dimiliki oleh

individu guna mencapai sebuah tujuan (Prijosaksono, 2001). Selain itu menurut

(Gie, 2000) self management (manajemen diri) merupakan usaha mendorong diri

sendiri untuk maju dan menjadi lebih baik, mengatur semua elemen kepribadian,

mengontrol kemampuan diri. Manajemen diri memiliki manfaat yaitu seorang


5

individu dapat mempercepat proses belajar (accelerated learning), dapat mengatur

kembali pikiran-pikiran dalam bawah sadar (subconscious reprogramming),

menumbuhkan keyakinan baru akan suatu hal sehingga tujuan hidup dapat

tercapai (imprinting beliefs), serta dapat memecahkan masalah dengan lebih

kreatif (creative problem solving) (Prijosaksono, 2001).

Mengikuti organisasi bukan berarti mengesampingkan akademik. Justru

dengan berorganisasi dapat meningkatkan prestasi akademik mahasiswa.

Fenomena mahasiswa organisasi yang berprestasi juga banyak ditemukan di

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari tim mahasiswa

dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang lolos maju dalam Pekan

Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2017 di Makassar sebanyak 8 tim dengan 8

judul Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Jumlah tersebut mengalami

peningkatan 100 persen jika dibandingkan tahun lalu yang hanya 4 judul PKM

yang lolos dalam Pimnas (Suhamdani, 2017).

Tidak hanya tingkat Universitas mahasiswa organisasi dan memiliki

prestasi, namun juga banyak dari tingkat fakultas. Seperti halnya pada Fakultas

Psikologi Universitas muhammadiyah Surakarta, banyak mahasiswa organisasi

berprestasi baik akademik maupun non akademik. Pada hari Rabu tanggal 27

Oktober peneliti melakukan wawancara dengan salah satu ketua organisasi

mahasiswa atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Fakultas Psikologi UMS.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu mahasiswa yang

juga turut mengikuti beberapa lomba tersebut dapat diketahui bahwa organisasi

tinggkat fakultas juga memiliki banyak prestasi di bidang akademik maupun non
6

akademik. Seperti mengisi undangan pentas tari tingkat Jawa Tengah, Olimpiade

APSI PTM cabang Psycho-debate, Oimpiade Psikologi Indonesia cabang:

psychovoice, psychoclimb, psycho-futsal dan psycho-poster serta masih banyak

lainnya. Selain itu mahasiswa yang aktif organisasi juga banyak yang menjadi

asisten dosen mata kuliah praktikum. Hal tersebut menunjukkan bahwa

mahasiswa yang aktif berorganisasi juga mampu berprestasi.

Namun tidak semua mahasiswa yang aktif berorganisasi mampu

menyelesaikan studinya dengan baik. Seperti hasil wawancara yang dilakukan

peneliti dengan salah satu anggota UKM di Fakultas Psikologi pada hari Sabtu, 9

Desember 2017 mengatakan bahwa banyak juga aktivis mahasiswa yang tidak

bisa menyeimbangkan antara kuliah dengan organisasi. Banyak anggota UKM

yang akademiknya terbengkalai akibat terlalu fokus dengan kegiatan dan

tanggung jawab di organisasi. Hal tersebut membuat mereka berujung pada

kelulusan yang terlambat atau bahkan tidak melanjutkan kuliah. Begitu

sebaliknya, ada juga mahasiswa yang hanya memikirkan akademik sehingga tugas

serta tanggung jawab dalam organisasi tidak dilaksanakan dengan maksimal.

Mereka yang mampu menyelesaikan studinya dengan baik bahkan

mendapatkan prestasi disebabkan karena mereka memiliki manajemen diri yang

baik. Manajemen diri adalah ketika seseorang mampu mengendalikan dirinya baik

secara kognitif, afektif maupun konatif untuk mencapai tujuannya. Dengan

demikian mereka yang mampu memanajemen dirinya dan mengatur waktunya

antara tanggung jawab terhadap organisasi, tangung jawab sebagai mahasiswa

yaitu kuliah dan kegiatan lainnya akan menjadikan dirinya mahasiswa yang
7

berprestasi di dalam hal akademik sekaligus aktif dalam suatu organisasi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa manajemen waktu memprediksi kinerja.

Jika seorang individu tidak berniat untuk terlibat dalam perilaku baru atau tidak

tahu perilaku mana yang akan lebih produktif, maka tidak akan mengharapkan

manajemen waktu yang lebih baik untuk meningkatkan kinerja (Grissom, Loeb, &

Mitani, 2015).

Manajemen diri ini pernah diteliti oleh Khoiratunnisaa (2016) manajemen

diri yang dilakukan oleh mahasiswa yang bekerja, kuliah dan organisasi yaitu

dengan menyusun jadwal kegiatan sehingga dapat melaksanakan kegiatannya

dengan baik. Dengan begitu maka mahasiswa dapat melakukan semua

kegiatannya sesuai skala prioritas tanpa mengorbankan salah satu kegiatannya.

Bentuk manajemen diri lainnya yaitu dengan mensugesti diri sendiri. Ketika

seorang mahasiswa merasa sudah lelah menjalani segala rutinitasnya maka akan

mampu memotivasi dirinya sendiri agar tidak mudah menyerah.

Manajemen diri adalah ketika seseorang mampu mengandalikan dirinya

baik secara kognitif, afektif maupun konatif untuk mencapai tujuannya.

Memanajemen diri secara kognitif maka mahasiswa harus mengerjakan dan

menyelesaikan tugas-tugas yang dimiliki dengan maksimal. Mahasiswa harus

dapat mengerjakan tugas kapanpun seperti jeda jam kuliah, di sela-sela kegiatan

organisasi dan malam hari seteah selesai semua kegiatan dan juga dapat

mengerjakan dimanapun tempatnya seperti di kampus, sekretariat organisasi,

perpustakaan maupun dirumah. Dengan demikian tugas-tugas selesai sesuai

dengan deadline yang ada.


8

Secara afektif, mahasiswa memanajemen dirinya dengan memiliki

motivasi dalam dirinya agar dapat mencapai tujuan, berprestasi baik akademik

maupun non akademik dan mengembangkan diri. Selain itu mahasiswa harus

mampu mengendalikan dirinya agar terhindar dari hal-hal negatif dan tetap fokus

pada tujuannya. Kemudian secara konatif, mahasiswa harus mengelola energinya

agar dapat melakukan segala kegiatan yang dimiliki mulai dari kegiatan kuliah

hingga kegiatan organisasi. Oleh karena itu mahasiswa harus selalu menjaga

kesehatan dengan menjaga pola makan, istirahat cukup dan olah raga agar

memiliki fisik yang sehat sehingga mempu melakukan kegiatan dari pagi hingga

malam.

Berdasar realita diatas maka muncul permasalahan yaitu bagaimana

mahasiswa yang aktif berorganisasi dapat memanajemen dirinya baik secara

pikiran, perasaan dan perilakunya agar dapat menjalankan tugasnya sebagai

mahasiswa yang harus kuliah dan menjalankan tangung jawab di organisasi. Dari

hal tersebut rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah

“bagaimana manajemen diri mahasiswa yang aktif berorganisasi di Fakultas

Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta”

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami & mendeskripsikan

manajemen diri mahasiswa yang aktif berorganisasi di Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.


9

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun

manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan informasi kajian teori-teori psikologi, khususnya

mengenai manajemen diri pada mahasiswa organisasi yang berprestasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Fakultas Psikologi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu

pengetahuan psikologi bagi pengembangan bidang minat sosial serta

dapat dijadikan referensi peneitian dengan topik-topik terkait.

b. Bagi Organisasi Mahasiswa

Memberikan gambaran pada pihak lembaga organisasi mahasiswa

dandalam hal manajemen diri untuk setiap anggota organisasi agar dapat

berprestasi.

c. Bagi Aktivis Organisasi

Diharapkan dapat memberikan saran bagi mahasiswa terutama

yang mengikuti organisasi dalam mengelola manajemen diri agar dapat

berprestasi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi atau

pertimbangan untuk melaksanakanpenelitian selanjutnya yang terkait

manajemen diri.

Anda mungkin juga menyukai