Abstak
A. Latar Belakang
Perguruan tinggi sebagai institusi Pendidikan memiliki peran yang
besar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan
peningkatan daya saing seorang mahasiswa. Salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan meningkatkan keaktifan berorganisasi, yang di
nilai penting untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa yang menjadi
salah satu faktor utama diterima dilapangan kerja (Anonim, 2010, h.1).
Banyak mahasiswa yang mementingkan kuliah dan kurang
berminat bergabung dengan organasi (study oriented). Tidak sedikit pula
mahasiswa yang lebih mementingkan kenikmatan dan kesenangan seperti
bergaul, bergadang di malam hari serta bermain game. Dan ada pula
mahasiswa tipe aktivis, yakni orang-orang yang memiliki idealisme akan
sebuah perubahan dan biasanya tergabung dalam suatu organisasi.
Selama ini berkembang stereotip dan stigma negatif yang melekat
pada diri mahasiswa aktivis terkait dengan prestasi akademik dan masa
studinya. Mahasiswa aktivis hampir selalu diasosiasikan dengan prestasi
akademik yang rendah dan lulus telat waktu, atau bahkan drop out.
Prestasi akademik yang tinggi dan lulus studi tepat waktu bagi sebagian
besar mahasiswa mungkin juga bagi para pendidik dan pakar pendidik
menjadi dua standar utama kesuksesan studi, tetapi bagi para mahasiswa
aktivis, makna prestasi ternyata bukan sekedar IPK tinggi atau cepat lulus
studi (Khoirul Anwar,2012).
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
155/U1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan
dijelaskan bahwa organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa kea rah perluasan wawawsan dan
peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai
tujuan Pendidikan tinggi. Universitas Negeri Malang merupakan salah satu
Universitas Negeri yang peduli akan pentingnya sebuah organisasi
kemahasiswaan sebagai sarana untuk mencapai tujuan Pendidikan tinggi.
Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control
sebenarnya adalah penyambung lidah rakyat. Konsekuensinya, tugas
mahasiswa tidak hanya belajar dan sibuk dengan tugas-tugas, melainkan
juga membumi ke masyarakat. Hal ini sesuai dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang menyiratkan aspek Pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Namun, terkadang aktivis mahasiswa
menemui kendala dalam membagi waktu antara akademis dan organisasi.
Manajer waktu yang baik adalah perencanaan dan oraganisasi (DiPipi-Hoy
2009)
B. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas kedalam
permasalahan lainnya maka diberikan Batasan permasalahan sebagai
berikut :
1. Penelitian hanya terbatas pada organisasi kampus
2. Penelitian dibatasi dalam permasalahan manajemen waktu
3. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh organisasi terhadap
manajemen waktu mahasiswa
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, adapun
rumusan masalah dalam penelitian eksperimen ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi ?
2. Bagaimana pengaruh organisasi terhadap manajemen waktu
mahasiswa?
3. Apakah organisasi berpengaruh dalam manajemen waktu mahasiswa ?
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi
2. Mengetahui bagaimana pengaruh organisasi terhadap manajemen
waktu mahasiswa
3. Mengetahui apakah organisasi berpengaruh dalam manajemen waktu
mahasiswa
E. Hipotesis
1. Manajemen waktu seorang aktivis organisasi yang lebih
memprioritaskan organisasinya ketika ada program kerja maka
waktunya tersita lebih banyak untuk oeganisasi daripada kuliah. Waktu
luang digunakan kepentingan organisasi
2. Manajemen waktu seorang aktivis oraganisasi yang mementingkn
akademiknya mengikuti rapat untuk organisasi saat mempunyai waktu
luang. Ketika terdapat program kerja dan mempunyai tugas serta
tanggungjawab maka akan hadir.
F. Metode
Instrument data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
jurusan teknologi Pendidikan offering B8 berjumlah 34. Sampel dari
penelitian ini adalah sebanyak 9 mahasiswa atau 25% dari populasi dengan
teknik Propotional random sampling.
G. Pembahasan
Individu yang berada di fase transisis remaja akhir menuju dewasa
awal diharapkan sudah dapat melepaskan diri dari ketergantungan
orangtua. Pada fase transisi dari remaja menuju dewasa muda, individuliki
memiliki tuntuntan-tuntutan yang harus terpenuhi hingga ia bisa dikatakan
sebagai manusia dewawa yaitu mulai mandiri untuk mencapai tujuan
dalam dirinya (Santrock, 2002 : 72-74). Mahasiswa diharapkan mampu
mengendalikan dirinya mulai belajar mandiri dalam menjalankan kegiatan
sehari -hari, sehingga dapat memperoleh pengetahuan yang tidak hanya
untuk memenuhi keinginan mereka semata.
Aktivis mahasiswa mempunyai kewajiban tidak hanya belajar dan
sibuk dengan tugas kuliah, melainkan juga turun ke masyarakat. Hal ini
sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menyiratkan aspek
Pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari konsep ini
dapat terlihat jelas bahwa ruang lingkup mahasiswa adalah studi dan
masyarakat.
Manusia sebagai mahluk sosial pastinya membutuhkan bantuan
dari orang lain supaya tercapainya tujuan tertentu yaitu melangsungkan
kehidupan sehari hari. Organisasi juga dalam mencapai tujuannya
membutuhkan bantuan dan kerjasama oranglain, sehinggga organiisasi
membutuhkan suatu kerjasama dan kelompok orang agar mencapai tujuan.
Nama :
Jurusan :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
No Pernyataan STS TS S SS