Anda di halaman 1dari 21

GAYA HIDUP HEDONISME MAHASISWA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Kasus
Dosen Pengampu: Ariadi Nugraha, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 9
Ahmad Supri Nando 1600001145
Putri Pratiwi Krisna 1700001118
NadyahChusnul CH 1700001129
Purnamawati 1700001137
M. Habib Ridha 1700001149
Kelas: 5C

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam kehidupan manusia tentunya tak bisa lepas dengan keperluan logistic baik
itu sandang, pangan, maupun akomodasi.Ciri khas dalam perilaku hedonisme dimana
kebahagiaan diperoleh dengan mencari perasaan-perasaan yang menyenangkan dan
sedemikian mungkin menjauhi perasaan-perasaan yang tidak enak. Sebagai contoh dalam
kasus berbelanja, manusia akan selalu membutuhkan barang-barang, sandang, pangan
dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan, tetapi belanja dengan tidak sesuai pada kebutuhan
dengan kata lain berlebihan, akan berdampak negative bagi diri seseorang, hal tersebut
bisa diartikan juga sebagai perilaku pembelian impulsive.

Sikap hedonistik menurut pengamatan Teuku Jacob (1988) telah menggejala di


seluruh dunia (Sudarsih, 2015). Gejala ini sangat mencemaskan.Dimana dalam
pandangan umum, sikap hedonisme identing dengan foya-foya, kerap kali tidak melihat
akibat-akibat pada lingkungannya. Hedon dalam pengertian ini merujuk pada ancaman
masa depan manusia dan lingkungannya. Hedon lebih menuhankan kenikmatan dan
kebahagiaan dalam sisi materi.Nilai jasmaniah sebagai nilai utama.

Kepribadian individu berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang.Kepribadian


tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan semisal lingkungan tempat tinggal,
lingkungan kampus, maupun lingkungan di dalam masyarakat. Kepribadian seseorang
juga dapat disebabkan oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat sehingga
menimbulkan dampak globalisasi informasi, mode, serta menjamurnya berbagai macam
perangkat media massa dan elektronik, seperti televisi, internet, dan alat-alat komunikasi
yang mengakibatkan perubahan serta pola atau gaya hidup masyarakat.

Pengaruh globalisasi berimbas kepada pemenuhan kebutuhan gaya hidup anak


zaman sekarang. Menurut Adler (2005: 97) bahwa gaya hidup merupakan cara yang unik
dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu
dalam kehidupan tertentu dimana seorang individu berada. Perilaku gaya hidup

i
hedonisme yang tampak di kalangan mahasiswa saat ini, disamping adanya perubahan
dari kehidupan masyarakat modern, diyakini pula adanya perubahan pada proses
perkembangan individu. Hal ini ditandai dengan keinginan untuk mandiri dan mencari
konsep diri.

Gaya hidup hedonisme menimbulkan kecenderungan munculnya tingkah laku


individu melalui interaksi sosial antara individu satu dengan individu lain, guna
memperoleh kesenangan dan kebebasan untuk mencapai kenikmatan hidup. Budaya
hedonisme ini tidak hanya dapat merusak generasi penerus bangsa, namun juga dapat
mengakibatkan dampak yang buruk bagi perkembangan dunia pendidikan serta bagi
kehidupan bangsa Indonesia.Melihat hal tersebut maka perlu ada antisipasi baik dari
pemerintah maupun bagi mahasiswa.

Pengaruh gaya hidup hedonisme begitu nyata di kalangan masyarakat terutama


pada mahasiswa. Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang masih mengalami
krisis identitas dalam mencari jati diri, mahasiswa akan mulai mengenali diri mereka
melalui lingkungan sekitar. Mahasiswa sangat antusias dengan hal-hal baru, gaya hidup
hedonisme ini dianggap menarik, mengingat gaya hidup hedonisme ini memiliki daya
tarik yang besar terhadap kehidupan mahasiswa.

Mahasiswa bimbingan dan konseling merupakan calon pendidik yang memiliki


tugas serta tanggung jawab besar dikemudian hari untuk mendidik generasi penerus
bangsa, namun tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa bimbingan dan konseling
menganut paham gaya hidup hedonisme yang dapat berpengaruh terhadap
tanggungjawabnya di kemudian hari. Meski tidak keseluruhan mahasiswa bimbingan dan
konseling menganut paham tersebut namun ada beberapa diantara mahasiswa bimbingan
dan konseling yang sulit untuk melepaskan jerat gaya hidup hedonisme. Semua orang
sebenarnya memiliki gaya hidup hedonisme, yang membedakannya adalah tingkatanya,
hedonis sedang dan hedonis berat yang sudah menganggap bahwa kesenangan adalah
tujuan hidupnya. Masalah inilah yang banyak meracuni mahasiswa sekarang ini, gaya
hidup hedonisme yang menganggap kepuasan materi menjadi tujuan utamanya.

Banyak dari mahasiswa yang masih bergantung kepada orang tua, tentu ketika ada
keinginan yang tidak terpenuhi akan merasa terancam dengan tuntutan dan perubahan

ii
gaya hidup yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, merasa takut gagal,
gelisah, dan tertekan takut akan di cap orang yang ketinggalan zaman apabila tidak
mengikuti trend masa kini apabila terus-menerus dibiarkan dapat menyebabkan tekanan.
Dalam hal ini orang tua menjadi salah satu faktor yang paling bertanggung jawab dalam
mengontrol pola perilaku mahasiswa.Setiap orangtua tentunya menginginkan dan
mendambakan hasil yang terbaik dari seorang anak, terkadang kebebasan yang diberikan
orang tua disalahartikan oleh sebagian individu.Sikap yang terpuji dari orangtua bukanlah
dengan memanjakan dan memenuhi setiap permintaan uang tanpa melihat kepentingan
yang bermanfaat ataupun tidak bermanfaat.

Sebagai orang tua, sebaiknya selalu memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa, selain itu juga perlunya kontrol terhadap mahasiswa supaya tidak
menyalahartikan kebebasan yang diberikan oleh orang tua.Meskipun kontrol orang tua
secara umum sangat menurun, namun pengaruh peranan orang tua dalam mendidik dan
membimbing sangatlah besar dalam kehidupan putra dan putri mereka, agar terhindar
dari perilaku merusak diri.Pada titik inilah orangtua yang mendukung dan mendorong
komunikasi positif, rasional, dan interaktif sebelum menerapkan disiplin moral yang
tegas dan konsisten. Berangkat dari fenomena-fenomena yang ada, mendorong peneliti
untuk mengetahui lebih mendalam berkaitan dengan penelitian “Studi Kasus Tentang
Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2017
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta” untuk mengatasi segala persoalan di kalangan
masyarakat maupun lingkup pergaulan mahasiswa khususnya mahasiswa bimbingan dan
konseling angkatan 2017. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa akan memberikan
pengaruh positif untuk melakukan suatu perubahan yang bermanfaat untuk masa depan.
Penelitian ini dispesifikkan pada tingkatan gaya hidup hedonisme dalam kehidupan
mahasiswa.

B. Identifikasi masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :

1. perilaku hedonisme di kalangan mahasiswa bimbingan dan konseling universitas


ahmad dahlan

iii
2. dampak negatif dari perilaku hedonisme di kalangan mahasiswa bimbingan dan
konseling universitas ahmad dahlan

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka masalah yang akan
dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini yaitu hanya dibatasi pada tingkat perilaku gaya
hidup hedonismMahasiswa Bimbingan dan Koseling Universitas Ahmad Dahlan

D. Rumusan masalahApa yang dimaksud dengan perlaku Hedonisme ?


1. Apa yang dimaksud perilau honisme ?

2. Bagaimana ciri-ciri perilaku Hedonisme dapat terjadi ?

3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi perilaku hedonisme ?

E. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui apa itu perilaku Hedonisme

2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku Hedonisme di kalangan mahasiswa dapat


terjadi

3. Untuk mengetahui factor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hedonisme.

F. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi terhadap mahasiswa mengenai pengaruh gaya hidup


hedonisme terhadap mahasiswa.

b. Dapat membantu peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai


pengaruh gaya hidup hedonisme,agar penelitian yang dilakukannya lebih baik lagi

c. Membantu mahasiswa yang lain untuk selanjutnya menyusun skripsi penelitian

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan acuan bagi para peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji lebih dalam
lagi atausebagai lanjutan penelitian kualitatif .

iv
v
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................i

A. Latar belakang....................................................................................................................i

B. Identifikasi masalah.........................................................................................................iii

C. Batasan Masalah..............................................................................................................iv

D. Rumusan masalahApa yang dimaksud dengan perlaku Hedonisme ?.............................iv

E. Tujuan masalah.................................................................................................................iv

F. Manfaat penelitian............................................................................................................iv

DAFTAR ISI...................................................................................................................................v

BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................................1

A. Kajian teori........................................................................................................................1

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................................6

A. Desain Penelitian...............................................................................................................6

B. Variabel Penelitian............................................................................................................6

C. Subjek Penelitian...............................................................................................................7

D. Lokasi Penelitian...............................................................................................................7

E. Teknik Pengumpulan Data................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

vi
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian teori
1. Pengertian

Perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang dipengaruhi oleh faktor-


faktor sosiologis di dalam kehidupannya yang dituntut untuk mengkonsumsi secara
berlebihan atau pemborosan dan tidak terencana terhadap barang dan jasa yang
kurang atau bahkan tidak perlu (Aprilia & Hartono, 2014).Kemudian Sumartono
(2012) menyatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu tindakan memakai produk
yang tidak tuntas, membeli barang karena hadiah, membeli produk karena banyak
orang yang memakai produk tersebut. Menurut Praja (Kosasih, 2018) gaya hidup
hedonism adalah suatu pola hidup yang aktiitasnya untuk mencari kesenangan, seperti
lebih banyak mengahabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada
keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu
menjadi pusat perhatian.

2. Ciri-ciri Gaya Hedonisme

Gambaran mengenai gaya hidup hedonis menurut Susianto (dalam, Pontania


2016) memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Mengerahkan aktivitas untuk mencapai kenikmatan. Hidup

b. Sebagian besar perhatiannya ditujzlkan keluar rumah,

c. Merasa mudah berteman walaupun memilih milih,

d. Menjadi pusat perhatian,

e. Saat luang hanya untuk bermain dan kebanyakan anggota kelompokadalah orang
yang berada.

Menurut Eramadina (dalam, Kosasih, & Uyun, 2018) Gaya hidup hedonis
memiliki sifat dan karakteristik perilaku atau budaya yang menginginkan keseluruhan
kehjdupan penuh dengan kesenangan-kesenangan yang bisa dirasakan dan

1
memuaskan keinginan, sehingga tujuan akhir dari kehidupan ini adalah
kesenangan.Dalam perkembangannya, gaya hidup hedonis cenderung menyerang
remaja. Karena pada masa nnaja individu sedang dalam keadaan mencari jati diri.

3. Faktor-faktor perilaku hedonism

Menurut Takariani (2013), hedonisme adalah pandangan hidup yang


menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama dari
hidup. Veenhoven (2003) mengatakan individu yang hidup dengan gaya hidup
hedonis adalah individu yang memandang secara positif mengenai kesenangan dan
akan mengambil atau memanfaatkan kesempatan sekecil apapun untuk mencapai
kesenangan yang diharapkan. Individu dengan gaya hidup hedonis di satu sisi
diasosiasikan dengan citra hidup yang baik dan seni dalam hal hidup dengan baik
sedangkan di sisi lain gaya hidup hedonis dapat menjadi adiktif, superfisial, sikap
yang tidak bertanggung jawab dan cara berpikir yang egois.
Menurut Sholihah dan Kuswardani (2006), aspek-aspek gaya hidup hedonisme yaitu:
a. Memperoleh kesenangan hidup, yaitu cenderung ingin mendapatkan kesenangan
dalam hidup.

b. Interest (minat), yaitu tertarik pada sesuatu yang baru, dan peka akan inovasi baru

c. Kepribadian, seperti kecenderungan impulsif, suka menjadi pusat perhatian, suka


ikut-ikutan.

Sedangkan Kotler (dalam Rianton, 2013) menyatakan bahwa faktor-faktor


yangmempengaruhi gaya hidup seorang individu adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal

1) Sikap: Suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.

2) Pengalaman dan pengamatan: Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan


social dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua

2
tindakannya di masa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar individu dapat
memperoleh pengalaman.

3) Kepribadian: Konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang


menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

4) Konsep diri: Konsep diri yaitu bagaimana individu memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek.

5) Motif: Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa
aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang
motif.

6) Persepsi: Proses dimana individu memilih, mengatur dan menginterpretasikan


informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

b. Faktor eksternal yaitu:

1) Kelompok referensi: Kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau


tidak langsung terhadap sikap dan perilaku individu.

2) Keluarga: Peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan


perilaku individu.

3) Kelas sosial: Sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama
dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan para
anggota pada setiap jenjang memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang
sama.

4) Kebudayaan: Meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,


adat istiadat dan kebiasaankebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota
masyarakat.

4. Dampak perilaku hedonisme

Dampak perilaku hedonism yaitu dapat membuat seseorang menjadi


konsumtif. Sulusy Audia Zulkha (Jurnal, Pengaruh Hedonisme 2019) Konsumtif
merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli barang barang yang

3
kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Dalam psikologi dikenal istilah
compulsive buying disorder (kecanduan belanja) orang yang terjebak didalamnya
tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumtif adalah
tindakan konsumen membeli produk yang kurang diperlukan untuk memuaskan
kesenangan dan keinginan dari pada fungsi atau kebutuhannya. Perilaku ini didorong
oleh dominannya features emotional lain yang dijadikan identifikasi bagi dirinya,
demi pengakuan serta dilakukan tanpa berpikir realistis. Perilaku ini dapat
menimbulkan pemborosan dan infisiensi biaya, kecemasan dan rasa tidak aman,
semangat pengabdian yang menurun pada perusahaan dan masyarakat, menimbulkan
sifat permissive, mengurangi solidaritas sosial dan menimbulkan kecemburuan sosial.
Budaya konsumtif yang muncul dalam diri mahasiswa ini tentunya tidak terlepas dari
watak individu sebagai makhluk yang hedonis dimana rasa tidak puas akan sesuatu
hal akan timbul dalam diri manusia, perkembangan sosial dan teknologi juga turut
mempengaruhi di dalamnya, inilah yang akhirnya mempercepat lahirnya watak
konsumtif dan budaya (brand it) khususnya dalam diri mahasiswa sebagai salah satu
golongan menengah keatas yang ada di masyarakat. Mahasiswa sebagai agen
perubahan harus menunjukkan perubahan yang lebih baik. Untuk menghindari
perilaku hedonisme kaitannya dengan perilaku konsumtif tersebut dengan cara
bersikap lebih bijak dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam perilaku
konsumtif, dapat mengontrol keuangan dengan baik maksudnya kita lebih hemat
dalam setiap pengeluaran, serta memiliki kesadaran diri tinggi bahwa perilaku
konsumtif adalah salah satu bentuk dari gaya hidup hedonisme.
5. Cara penangan perilaku hedonism

Amrin Ra’uf (dalam Trimartati, 2014) mengatakan bahwa setiap individu


memiliki cara tersendiri untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk
yang bisa mengancam dirinya terperosok pada ruang hedonism”. Cara mengantisipasi
gayahidup hedonisme:

a. Membangun Kesadaran yang Baik Setiap individu semestinya memang harus


membangun kesadaran yang terbaik dalam kehidupannya sehingga ruang
kehidupannya bisa lebih baik. Hidup dalam lingkungan masyarakat yang

4
hedonism maka seseorang harus mampu berupaya agar tidak terpengaruh oleh
mereka yang ada dalam kumpulan suasana orang-orang penganut hedonisme,
sebab bersikap hedonisme akan membuat hilangnya identitas diri sendiri yang
mandiri dan memiliki akal sehat untuk membedakan baik dan buruk, yang harus
dilakukan dan tidak dilakukan.

b. Menahan Keinginan untuk Bersikap Hedonisme, Dolai G. Bramovic (dalam


Trimarti, 2014) mengatakan bahwa hal yang paling sulit dalam kehidupan
seseorang adalah mengekang segala sesuatu yang kurang baik untuk dirinya
sendiri. Mencari sesuatu yang baikuntuk dapat dilakukan dalam
kehidupanseseorang sehingga ruang kehidupannya menjadisalah satu yang luar
biasa dan tidak monoton. Individu harus mampu menahan keinginannyauntuk
bersikap hedonisme agar dapatmengendalikan dirinya dengan sebaik-baiknya.

c. Memanfaatkan Kekayaan Menjadi Lebih Berkualitas Manusia yang dikuasai oleh


harta kekayaannya akan mengikuti segala sesuatu yang menjadi kecenderungan
harta kekayaannya, yakni mendorong dirinya untuk bergaya hidup hedonisme.

d. Berproses dalam Kehidupan Nuruddin Suryadi melalui Amrin Ra’uf (dalam


Trimartati, 2014), mengatakan bahwa “setiap manusia membutuhkan proses yang
panjang untuk menciptakan jalan hidup yang lebih baik dan lebih nyaman
termasuk diantaranya adalah mencoba untuk memanfaatkan kekayaannya pada
sesuatu yang lebih bermanfaat”. Memilih langkah dan cara yang tepat untuk
menjadikan nilai kehidupan lebih bermanfaat dan lebih bermakna untuk menjadi
manusia yang berkualitas. Menjadikan sebuah proses sebagai sebuah pengalaman
dan guru yang paling berharga dalam mencari nilai-nilai kehidupan untuk menjadi
lebih baik di masa depan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup


hedonisme dapat dicegah dengan adanya membangun kesadaran diri sendiri, menahan
sikap hedonisme, menggunakan kekayaan lebih bermanfaat dan sebagai proses dalam
kehidupan agar lebih terarah dan terhindar dari dampak gaya hidup hedonisme yang
dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Dimana pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses,
hipotesis, turun ke lapangan, analisis data sampai kesimpulan data mempergunakan
aspek-aspek kecernderungan, non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview
mendalam, analisis isi, bola salju dan story. Desain penelitian kualitatif tidak disusun
secara apriori, namun disusun secara lentur dan terbuka disesuaikan dengan kondisi
realitas di lapangan, dengan berbagai masalahnya yang tidak diketahui sebelumnya.
Dalam menyusun desain penelitian kualitatif, perlu disadari bahwa tidak satu pun elemen
di dalam desain konvensional dengan spesifikasi sebelumnya dapat dipakai. Desain
kualitatif merupakan bentuk perencanaan bagi ketidakpastian, karena disusun tanpa
pernyataan secara pasti mengenai apa yang akan dilakukan dan hubungan
antarelemennya. Peneliti kualitatif perlu merasa tidak tahu mengenai apa yang
sebenarnya belum diketahuinya, sehingga segalanya bersifat terbuka, bahkan termasuk
juga mengenai hasil akhirnya

G. Variabel Penelitian
Sugiyono (2017:38) mengartikan variabel penelitian sebagai “segala sesuatu
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Selain itu Sugiyono
(2017) juga membagi variabel ke dalam lima jenis, yaitu variabel independen, variabel
dependen, variabel moerator, variabel intervening, dan variabel kontrol. Dalam penelitian
ini terdapat dua variabel, yaitu Konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
sebagai variabel independen, dan Perilaku Hedonisme sebagai variabel dependen.
Variabel independen atau yang dikenal sebagai variabel bebas merupakan variabel yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel dependen. Sedangkan variabel
independen atau disebut juga sebagai variabel terikat merupakan variabel yang menjadi

6
akibat adanya variabel dependen, dengan kata lain dipengaruhi oleh adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2017).
 

H. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang diambil berdasarkan kriteria berikut:
1. Mahasiswa pada jenjang perguruan tinggi di Yogyakarta.
2. Mahasiswa aktif kuliah.
3. Mahasiswa yang memiliki perilaku hedonisme.

I. Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian yaitu pada tanggal  Desember 2019. Kemudian penelitian
disesuaikan dengan waktu perkuliahan agar tidak menggangu kegiatan perkuliahan
sehingga penelitian dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2. Tempat Penelitian
Penelitian di laksanakan di Universitas Ahmad Dahlan Kampus 4. Pemilihan lokasi
penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan terkait masalah yang berkenaan
dengan fokus penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan dalam latar belakang.

7
J. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Nasution (Menurut Sugiyono (2013:l)) menyatakan bahwa, Observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui Observasi. Data yang
dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga benda-
benda yang sangat kecil (proton dan elektron)maupun yang sangat jauh (benda ruang
angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Sanifah Faisal (1990) mengklasifikasikan Observasi menjadi Observasi berpartisipasi
(partisipant observation), Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation dan covert observation), dan Observasi yang tak berstruktur
(unstructured observation). Selanjutnya Spradley, dalam susan Stainback (1968)
membagi Observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu Pasive partication, moderate
participation, active partication, dan complete participation.

8
Table 3.1
Pedoman observasi gaya hidup hedonisme
 
No Bagian yang diamati Y Tidak Deskripsi
a
1 Ekspresi wajah ketika
berbelanja happy
2 Melihat banyaknya
barang yang dibeli
3 Gaya penampilan
yang fashionable
4 Cara bergaul yang
highclass
5 Melihat Bagaimana
penampilan teman-
teman disekelilingnya
6 Ketertarikan individu
terhadap barang-
barang mahal
7 Membeli barang-
barang yang bermerk
8 Menghabiskan waktu
yang cukup lama
berada dalam mall
9 Makan di tempat
mewah
10 Gaya bicara yang
meninggi
11 Menggunakan
Handphone bermerk
12 Menggunakan
perhiasan yang
mencolok

9
13 Berbelanja beberapa
barang denagn
menghabikan harga
yang cukup mahal
14 Mencari kesenangan
yang tidak penting
dengan mengeluarkan
budget yang cukup
besar
15 Membayar belanja
menggunakan kartu
kredit
16 Membeli kebutuhan
yang bermanfaat
17 Terlihat dari kalangan
yang mampu
18 Memperhatikan alat
tranformasi yang
digunakan

2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2013173) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
pennasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam. Berikut macam-macam wawancara menurut
Djunaidi Ghony, dkk (dalam, Sugiyono (2013273):
a. Wawancara terstruktur (Structured Interview) Wawancara terstruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data yang telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dalam
melakukan wawancara harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk

10
wawancara maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara lancar.
b. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview) jenis wawancara ini sudah
termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih
bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara
jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara ini peneliti harus bisa mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara Tak Berstruktur (unstructured interview) wawancara tak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering
digunakan dalam penelitian pendahuluan. Pada penelitian pendahuluan berusaha
mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalhan yang ada
pada obyek. Dalam wawancara tidak terstruktur si peneliti tidak mengetahui pasti
apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan responden, berdasarkan analisis setiap jawaban dari responden
tersebut maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang
terarah pada suatu tujuan. Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face
maupun yang menggunakan pesawat telepon akan selalu texjadi kontak pribadi,
oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat
memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara.

Table 3.2
Pedoman wawancara gaya hidup hedonism

No Pertanyaan jawaban

11
1 Mangapa memilih melampiaskan stress dengan
berbelanja?
2 Biasanya uang bulanan anda belikan apa saja?
3 Berapa kali anda belanja baju dalam seminggu?
4 Apakah setiap kali anda berpakaian demi
mendapat pujian dari orang lain?
5 Sebrapa tertariknya anda dengan barang branded?
6 Barang branded apa saja yang anda punya?
7 Berapa kali dalam seminggu anda makan
direstoran?
8 Berapa uang yang anda habiskan untuk sesekali
berbelanja?
9 Jika diberi pilihan lebih penting mana keperluan
sehari-hari atau shooping?
10 Jika ada barang diskon apakah anda akan
langsung membelinya atau memikirkannya
terlebih dahulu?
11 Seandainya anda meilhat teman anda membeli
barang baru, apakah anda mengikuti membelinya
juga?
12 Cukup atau tidak uang bulanan anda jelaskan?
13 Bagaimana awal mulanya anda memiliki
kebiasaan seperti ini?
14 Mengapa nada tidak ingin kalah saing dengan
teman-teman anda?
15 Bagaimana tanggapan anda terhadapperilaku
hedonism?
16 Bagaimana tanggpan anda terhadap orang yang
berpenampilan biasa saja (tidak mengikuti trend)?
17 Mengapa anda selalu mengikuti penampilan
sesuai trend jelaskan?
18 Dakah keinginan untuk menghentikan kebiasaan
belanja ini berikan lasannya?

12
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka
dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah. Dokumentasi
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi silabus, RPP dan profil sekolah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, J., Sulaiman, M., Zailani, S., Shaharudin, M. R., Saw, B., Wu, C. L., …
Challoumis, C. (2015). PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS TERHADAP PERILAKU
PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA JURUSAN PPB 2013 FIP UNY ARTIKEL.
Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 16(2), 39–55.
https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625

Felicia, F., Elvinawaty, R., & Hartini, S. (2014). Kecenderungan Pembelian Kompulsif: Peran
Perfeksionisme dan Gaya Hidup Hedonistik. Psikologia: Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Psikologi, 9(3).

Sudarsih, S. (2015). Konsep hedonisme epikuros dan situasi indonesia masa kini. Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Dipenogoro, 2.

Trimartati, N. (2014). StudiKasusTentang Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa Bimbingan dan


Konseling Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal Psikopedagogia, 3(1), 23-27.

Oktafikasari, E., & Mahmud, A. (2017).Konformitas Hedonis dan Literasi Ekonomi terhadap
Perilaku Konsumtif Melalui Gaya Hidup Konsumtif. Economic Education Analysis
Journal, 6(3), 684-697.

Zulkha, Audia Sulusy, (2014). Perilaku Konsumtif Akibat Pengaruh Hedonisme di Kalangan
Mahasiswa Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang. Jurnal Pengaruh Hedonisme.

14

Anda mungkin juga menyukai