Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya di dalam suatu lembaga pendidikan baik formal

maupun non formal pada saat ini menjadi salah satu perhatian dari

stakeholder nya, dalam dunia pendidikan lembaga formal yaitu sekolah

yang mana sekolah menjadi wahana penting bagi peserta didik untuk

mengembangkan berbagai potensi dan sebagai ajang berprestasi baik

akademik maupun non akademik. Sekolah pun menjadi salah satu faktor

penting penentu sebagai pengembangan karakter peserta didik, baik dalam

cara berfikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah juga sebagai

pendidikan pelengkap bagi keluarga dan orang tua. Sebaiknya sekolah

dapat menciptakan iklim kondusif atau suatu kondisi yang dapat

memfasilitasi peserta didik yang pada umunya masih berusia remaja

dalam rangka untuk mencapai pengembangan potensi dan kompetensinya.


Dalam hal pengembangan peserta didik, tugas-tugas pihak-pihak

sekolah yaitu dapat berupa menyangkut aspek-aspek kematangan dalam

melakukan interaksi sosial, kematangan personal, kematangan dalam

mencari jati diri dan kematangan beriman kepada Tuhan yang Maha Esa.1

Untuk itu pihak sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan penunjang

selain penyampaian materi pembelajaran di dalam kelas. Sehingga dalam


1
Wahyu Suminar, “ Manajemen Peserta Didik Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa”, Muslim
Heritage, 2 ( 2017-2018), hlm. 390

1
lembaga sekolah selain kepala sekolah yang sebagai seorang high

manager terdapat waka kesiswaan (wakil ketua kesiswaan) dengan tupoksi

mengelola peserta didik dalam menjembatani peserta didik untuk lebih

bisa mengeksplore dirinya agar menjadi manusia yang matang di

kemudian hari. Manajemen kesiswaan sangatlah penting dalam suatu

lembaga sekolah keberadaannya sangatlah dibutuhkan karena siswa

merupakan objek sekaligus sabjek dalam proses transformasi ilmu,

keterampilan dan nilai.


Dikatakan sebagai subjek karena peserta didik berperan aktif

sebagai pelaku utama dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas

maupun di luar kelas, sedangkan dikatakan objek karena peserta didik

sebagai sasaran utama untuk di didik oleh pendidik agar dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan di tinjau dari perkembangan potensi fisik,

kecerdasan intelektual, sosial, dan emosional.2 Maka lembaga pendidikan

yaitu sekolah dapat memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan dasar

peserta didik salah satunya sekolah menerapkan manajmen kesiswaan.


Sehubungan dengan itu, maka sekolah membutuhkan manajemen

kesiswaan untuk pengelolaan di bidang peserta didik. Manajemen

kesiswaan adalah salah satu bidang kegiatan operasional dalam suatu

lembaga pendidikan ( sekolah).3 Manajemen kesiswaan terdiri dari dua

kata yaitu manajemen dan kesiswaan ( peserta didik ), manajemen adalah

2
Sugiyono, Pelaksanaan Manajemen Kesiswaan, Tesis ,( Institut Islam Negri Surakarta, 2013), hal.
1
3
Mustari Muhammad, 2015, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 4

2
suatu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evalusi,4

sedangkan kesiswaan (peserta didik) merupakan manusia yang berusaha

mengembangkan potensinya dalam proses pembelajaran pada jalur,

jenjang dan jenis pendidikan yang dipilih.5 Manajemen kesiswaan

merupakan kegiatan pengelolaan serta penataan terhadap kegiatan yang

berkaitan dengan peserta didik. Mulai dari masuknya peserta didik hingga

keluarnya peserta didik. Manajemen kesiswaan juga bisa membantu dalam

upaya pertumbuhan anak dalam proses pendidikan, maupun sosial. Salah

satunya dalam berorganisasi di dalam sekolah yaitu OSIS yang mana

organisasi siswa yang resmi di selenggarakan oleh pihak sekolah dengan

tujuan untuk melatih suatu kemampuan kepemimpinan peserta didik serta

memberikan wadah bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan yang

sesuai dengan bakat dan minat siswa dengan organisasi tersebut. Peserta

didik yang mengikuti organisasi intra sekolah dapat menyalurkan

kemampuan kepemimpinannya dan dapat memiliki sifat-sifat yang lebih

menonjol, siwa juga dapat mengembangkan pribadi yang lebih kreatif,

mempunyai sikap disiplin tinggi, lebih memiliki rasa bertanggung jawab

ysng tinggi, mempunyai pandangan dan pemikiran yang luas, lebih

percaya diri dalam menjalakan tugas, berani berpendapat di khalayak

umum, berani mempertahankan pendapat atas dasar kebenarn dan teori

serta akan lebih berani dalam mengambil suatu keputusan.

4
Sri Minarti, 2016, Manajemen Sekolah, ( Yogyakarta : Ar-Ruzz Media) hal. 157
5
Sri Minarti, hal. 159

3
Meskipun paradigma dari OSIS sendiri pun masih negative bahwa

siswa yang mengikuti kegiatan OSIS akan memberi dampak yang kurang

bagus terhadap prestasi belajar siswa. Terkait dengan waktu pelaksanaan

kegiatan-kegiatan osis tersebut, biasanya dilakukan di luar jam sekolah

sampai sore hari dan bahkan dilakukan saat jam pelajaran. Sehingga siswa

yang mengikut kegiatan OSIS tidak memungkinkan mengikuti kegiatan

belajar mengajar dengan efektif. Namun OSIS merupakan suatu wadah

sekelompok siswa serta pembina yang dipersatukan dalam suatu kerjasama

untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan di awal program.6


Selain itu setiap peserta didik harus memiliki sifat professional

dalam berorganisasi, oleh karena itu peserta didik perlu dibekali ilmu dan

kemampuan dalam berorganisasi, karena tugas tugas peserta didik di

sekolah bukan hanya belajar di kelas saja, selain itu peserta didik di masa

yang akan datang akan mengamalkan ilmunya dimasyarakat untuk

menerapkan ilmunya serta membimbing masyarakat.


Sehubungan dengan tugas dan kewajiban tersebut, maka siswa

dituntut untuk mempersiapkan diri dengan sabaik-baiknya sejak dini guna

menghadapi tugas dimasa mendatang.dan dengan seiring perubahan

dinamika zaman serta perkembangan teknologi yang semakin canggih,

maka para siswa juga harus terus berupaya membekali dirinya dengan

berbagai ilmu pengetahuan serta pengalaman hidup, karena proses

pembelajaran dikelas saja pun belum cukup untuk memberikan bekal

tentang berorganisasi , maka disinilah peran OSIS menjadi sangat penting

6
Syaodih Nana Sukmadinata, dkk, 2006, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah,
(Bandung: PT Refika Aditama), hal. 48

4
bagi siswa. Organisasi siswa dan segala program serta kegiatanya akan

berfungsi sebagai wahan untuk berlatih di bidang keorganisasian,

kepemimpinan, kertrampilan, dan juga bersikap professional dalam

melakukan tugas atau program keorganisasian sehingga dapat melatih

tanggung jawab peserta didik.7


Dalam OSIS pun memiliki nilai yaitu memimpin, pengalaman

dalam bekerjasama, hidup dengan demokratis, berjiwa toleransi dan

pengalaman dalam pengelolaan organisasi. Karena OSIS merupakan suatu

kegiatan Manajemen Kesiswaan, maka perlu adanya usaha dan fungsi

manajemen kesiswaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan

untuk meningkatkan kinerja anggota OSIS agar menjalankan organisasi

dengan professional. Dengan latar belakan tersebut selanjutnya seperti apa

hubungan pelaksanaan Manajemen Kesiswaan dengan meningkatkan

keberhasilan keorganisasian (OSIS) di MAN 3 Kediri.


Dari permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Manajemen Kesiswaan dengan Keberhasilan Organisasi

Siswa Intra Sekolah ( OSIS ) di MAN 3 Kediri”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti menarik

rumusan masalah sebagai berikut:


1. Bagaimana Manajemen Kesiswaan di MAN 3 Kediri?
2. Bagaimana Organisasi Siswa Intra Sekolah di MAN 3 Kediri?
3. Bagaimana Hubungan Manajemen Kesiswaan dengan Keberhasilan

Organisasi Siswa Intra Sekolah di MAN 3 Kediri?


C. Tujuan Penelitian

7
Kompri, 2015, Manajemen Pendidikan, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), hal. 229

5
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti menarik

tujuan penelitaian sebagai berikut:


1. Untuk Mengetahui Manajemen Kesiswaan di MAN 3 Kediri
2. Untuk Mengetahui Organisasi Siswa Intra Sekolah di MAN 3 Kediri
3. Untuk Mengetahui Apakah Ada Hubungan Manajemen Kesiswaan

Dengan Keberhasilan Organisasi Siswa Intra Sekolah Di MAN 3

Kediri
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi lembaga pendidikan, khususnya terhadap MAN 3

Kediri.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
1) Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program

studi Manajemen Pendidikan Islam (S1) Fakultas Agama Islam

Universitas Hasyim Asy’ari.


2) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis

tentang manajemen kesiswaan dalam meningkatkan

keberhasilan Organisasi Intra Sekolah di MAN 3 Kediri.


b. Bagi Lembaga Pendidikan
1) Sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan pada

proses manajemen kesiswaan dalam meningkatkan

keberhasilan Organisaasi Intra sekolah di MAN 3 Kediri.


2) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam lembaga

pendidikan yang bersangkutan terhadap manajemen kesiswaan

dengan keberhasilan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di

MAN 3 Kediri.

6
c. Bagi ilmu pengetahuan
1) Menambah khazanah keilmuan tentang manajemen kesiwaan

dengan keberhasilan OSIS, sehingga dapat mengetahui betapa

pentingnya peran manajemen kesiswaan dalam keberhasilan

OSIS di MAN 3 Kediri.


2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu manajemen kesiswaan

dengan keberhasilan OSIS, sehingga dapat memperkaya dan

menambah wawasan.
d. Bagi peneliti berikutnya
1) Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atu

dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian

yang sejenis.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah penulis menarik sebuah

hipotesis sebagai berikut:


H0 : Bahwa tidak ada hubungan manajemen kesiswaan dengan

keberhasilan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di MAN 3 Kediri.


H1 : Bahwa ada hubungan manajemen kesiswaan dengan keberhasilan

organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di MAN 3 Kediri


F. Batasan Operasional
Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh oleh penulis, maka

adapun batasan dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada hubungan

manajemen kesiswaan dengan keberhasilan organisasi intra sekolah di

MAN 3 Kediri.
Peneliti membahas sebagai berikut:
1. Dari variable independen “Manajemen Kesiswaan” adalah suatu

bidang operasional dalam lembaga pendidikan ( sekolah) guna untuk

mengelola seluruh kegiatan peserta didik untuk mencapai tujuannya,

7
keberadaannya pun sangat diperlukan dalam sekolah di MAN 3

Kediri..
2. Dari variable dependen “ keberhasilan Organisasi Intra Sekolah”

adalah OSIS merupakan wahana peserta didik untuk menyalurkan

kompetensi memimpin dan juga sebagai wahana untuk mengeksplore

potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik di MAN 3 Kediri.


3. Hubungan dalam manajemen kesiswaan dengan keberhsilan organisasi

intra sekolah dalam melaksanakan tugas serta program keorganisasian

di MAN 3 Kediri. Dengan variable X→Y yaitu variable X

(independen) berhubungan atau kolerasi dengan variable Y

(dependen).
G. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini disusun dalam lima bab pembahasan sebagai acuan

dalam berfikir secara sistematis, adapun rancangan sistematika

pembahasan skripsi ini sebagi berikut:


BAB I pendahuluan yang merupakan gambaran umum isi penelitian

yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, hipotesis penelitian, asumsi peneliti.


BAB II kajian pustaka yang berisi teori yang berhubungan dengan

penelitian yakni landasan teoritik, kajian penelitian terdahulu, kerangka

berfikir.
BAB III berisi tentang metode penelitian yang berisi Pendekatan dan

jenis penelitian, prosedur penelitian, populasi dan sampel, instrument

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.


Bab IV hasil penelitian yang berisi tentang paparan data dan hasil

penelitian
Bab V penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teoritik
Variable penelitian terdiri atas variable manajemen kesiswaan (X)

dan keberhasilan OSIS (Y), maka konstruksi landasan teori dalam

penelitian tersebut yaitu:


1. Manajemen Kesiswaan
a. Pengertian Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan operasinal dalam

lembaga pendidikan yaitu sekolah, keberadaannya sangat

dibutuhkan karena manajemen kesiswaan sebagai perantara

mensukseskan prestasi speserta didiknya. Pengertian manajemen

kesiswaan terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan peserta didik

(siswa). Manajemen adalah suatu proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para

anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 8 Sedangkan

pengerti peserta didik (siswa) menurut Undang-Undang RI No. 20


8
T. Hani Handoko, 1986, Manajemen, ( Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta), hal. 5

9
Tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui

proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang , dan jenis

pendidikan tertentu.9
Dari pengertian diatas, maka manajemen kesiswaan adalah

layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan,

dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti pengenalan,

pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan kemmpuan,

minat, kebutuhan, sampai ia matang di sekolah. Manajemen

peserta didik (kesiswaan) juga dapat diartikan sebagai usaha

pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut

masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Manajemen

peserta didik (kesiswaan) merupakan kegiatan-kegiatan yang

bersangkutan dengan masalah siswa di sekolah.10


Demikian, manajemen kesiswaan itu bukanlah dalam bentuk

kegiatan-kegiatan pencatatan peserta didik saja, melainkan meliputi

aspek luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk

membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan

peserta didikmelalui proses pendidikan.


b. Tujuan Manajemen Kesiswaan
Tujuan manajemen kesiswaan adalah mengatur kegiatan-

kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang

proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) lebih lanjut,

proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan

9
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional.
10
Mohammad Mustari, 2015, Manajemen Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal.

10
lancer, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi

bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara

keseluruhan.Tujuan manajemen peserta didik adalah menata proses

peserta didik mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran

sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan instutisional agar dapat

berlangsung secara efektif dan efesien.11 Fungsi manajemen

kesiswaan adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk

mengembangkan diri seoptimal mungkin,baik yang berkenaan

dengan segi-segi individualisnya, segi social, aspirasi, kebutuhan

dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.


Agar tujuan dan fungsi manajemen kesiswaan dapat

tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaannya. Prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan adalah

sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan harus mengacu pada peraturan yang berlaku

pada saat program yang dilaksanakan


2) Manajemen kesiswaan harus mempunyai tujuan yang sama

atau mendukung terhadap tujuan manajemen sekolah secara

keseluruhan
3) Segala bentuk kegiatan manajemen kesiswaan haruslah

mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik

peserta didik.
4) Kegiatan-kegiatan manajemen kesiswaan haruslah diupayakan

untuk mempersatukan peserta yang mempunyai latar belakang

dan mempunyai banyak perbedaan

11
Mohammad Mustari, hal.

11
5) Kegiatan manajemen kesiswaan haruslah dipandang sebagai

upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik


6) Kegiatan manajemen kesiswaan haruslah mendorong dan

memacu kemandirian peserta didik


7) Kegiatan manajemen kesiswaan haruslah fungsional bagi

kehidupan peserta didik, baik di sekolah dan di masa yang akan

datang. 12
Manajemen kesiswaan bukanlah bentuk pencatatan data

peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas

secara operasional dapat digunakan untuk membantu

kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta

didik melalui proses pendidikan.


c. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan sangatlah penting bagi lembaga

pendidikan jika di lihat dari tujuan dan fungsinya, di dalam

manajemen kesiswaan terdapat ruang lingkup yaitu sebagai

berikut:
1) Penerimaan siswa baru
Sebelum melangkah pada penerimaan peserta didik baru yaitu

terdapat langkah awal yaitu perencanaan kesiswaan. Dalam

perencanaan kesiswaan mliputi hal-hal sebagai berikut:


a) Sensus sekolah
Sensus sekolah adalah pencatatan peserta didik usia sekolah

yang diperkirakan akan masuk sekolah atau calon siswa.

Dengan demikian, sensus sekolah untuk sekolah dasar

adalah anak-anak yang akan masuk sekolah dasar,

12
Mohammad Mustari, hal.

12
sedangkan untuk sensus sekolah tingkat menengah atas

adalah anak-anak yang akan masuk sekolah tingkat atas.


b) Menentukan jumlah siswa yang diterima
Berapa jumlah siswa yang akan diterima di suatu sekolah

sangat bergantung pada jumlah kelas atau fasilitas tempat

duduk yang tersedia, artinya jumlah yang akan diterima di

sekolah di sesuaikan dengan fasilitas terutama jumlah

gedung yang akan ditempati ketika siswa telah diterima di

sekolah tersebut.13 Selain itu juga menetapkan syarat-syarat

bagi calon peserta didik untu dapat diterima di sekolah

yang bersangkutan dan pembentukan panitia penerimaan

peserta didik baru.14


Langkah berikutnya adalah perencanaan kesiswaan

adalah proses perekrutan atau penerimaan siswa baru

merupakan salah satu kegiatan yang pertama dilakukan

biasanya dengan mengadakan seleksi calon siswa.

Pengelolaan siswa baru ini harus dilakukan secara

terorganisisasi dan terencana sehingga kegiatan

pembelajaran dapat dilaksanakan pada hari pertama setiap

tahun ajaran baru. Berikut langkah-langkah rekrutmen

peserta didik baru yaitu:


a) Pembentukan panitia penerimaan siswa baru
b) Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan

peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka

13
Sri minarti, 2016, Manajemen Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), hal. 160-161
14
Sri minarti, hal 162

13
c) Tahapan seleksi siswa, seleksi siswa adalah kegiatan

pemilihan calon peserta didik untuk menentukan

diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi

peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut

berdasarkan ketentuan yang berlaku.


Adapun cara-cara seleksi yang dapat digunakan adalah:
(1) Melalui tes atau ujian
(2) Melalui penelusuran bakat kemampuan
(3) Berdasarkan nilai rapor dan UNBK
Kegiatan selanjutnya setelah penerimaan siswa baru

adalah pendataan siswa. Data ini sangat diperlukan

untuk melaksanakan program bimbingan dan

penyuluhan jika siswa menemui kesulitan dalam

belajar, memberi pertimbangan terhadap prestasi

belajar siswa, memberikan sarana kepada orang tua

tentang prestasi belajar siswa, mutasi atau pindah

sekolah, dll.15
2) Pembinaan peserta didik
Kegiatan selanjutnya yng harus dilakukan oleh sekolah

dalam kaitannya dengan manajemen kesiswaan ialah

pembinaan siswa. Pembinaan siswa adalah layanan kepada

siswa baik didalam maupun di luar jam pelajaran di kelas.

Dalam pembinaan siswa dilaksanakan dengan menciptakan

kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas belajar

mereka.
Dalam hal ini langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak

sekolah adalah sebagai berikut:


15
Mohammad Mustari, hal.

14
a) Memberikan orientasi kepada siswa baru setelah masuk ke

sekolah. Orientasi siswa adalah kegiatan penerimaan siswa

baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga

pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh

pendidikan. Tujuan diadakannya orientasi bagi peserta

didik itu menempuh pendidikan. Tujuan diadakannya

orientasi bagi peserta didik antara lain:


(1) Agar peserta didik dapat mengerti segala peraturan

yang berlaku di sekolah


(2) Agar peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam

kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah


(3) Agar peserta didik siap mengahdapi lingkungannya

yang baru baik secara fisik, mental, dan emosional

sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses

pembelajaran di sekolah serta dapat menyesuaikan

dengan kebutuhan sekolah.


b) Mengatur dan mencatat kehadiran siswa. Ada berapa alat

yang digunakan untuk mencatat kehadiran seperti:


(1) Papan absensi harian siswa per kelas dan per sekolah
(2) Buku absensi harian siswa
(3) Rekapitulasi absensi siswa
c) Mncatat prestasi dari kegiatan yang diraih atau dilakukan

oleh siswa. Hal lain yang juga dapat dilakukan untuk

pembinaan peserta didik ialah mencatat prestasi dan

kegiatan siswa berupa daftar siswa di kelas:


(1) Grafik prestasi belajar akademik
(2) Grafik prestasi belajar non akademik
(3) Daftar kegiatan siswa

15
d) Mengatur disiplin siswa selaku peserta didik di sekolah.

Disiplin merupakan suatu keadaan dimana sikap,

penampilan dan tingkah laku siswa sesuai dengan tatanan

nilai, norma, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di

sekolah dan di kelas dimana mereka berada. Dalam rangka

peningkatan disiplin, siswa dapat mengupayakan

kedisiplinan sesuai aturan yang ada di sekolah.16


2. Keberhasilan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Berbicara tentang keberhasilan disini peneliti akan membahas

tentang mutu yang dihasilkan OSIS tersebut. Berikut pemaparan teori

tentang mutu dan OSIS.


a. Total Quality Management (TQM)
Bagi setiap lembaga pendidikan khusunya, mutu adalah

sasaran utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang

paling penting dan lebih diperhatikan. Satu hal yang dapat

dipahami dari sebuah mutu adalah kita dapat membedakan antara

yang baik dan sebaliknya atau dapat membedakan antara

keberhasilan dan kegagalan. Sehingga mutu merupakan masalah

pokok yang menjamin perkembangan sekolah atau suatu organisasi

baik lingkup besar atau kecil, dalam merai suatu status di tengah-

tengah persaingan yang semakin keras. Mutu adalah ide yang

sudah ada di hadapan kita.17


Saat ini, kesadaran baru terhadap mutu mulai merambah

dalam dunia pendidikan, karena memanglah mutu menjadi bagian

16
Mohammad Mustari, hal.
17
Edward Salis, 2010, Manajemen Mutu Terpadu, (Yogyakarta: IRCiSoD), Hal. 32

16
penting untu mencapai target atau tujuan yang telah ditetapkan,

apalagi dalam program dan kegiatan siswa dalam rangka meraih

prestasi akademik maupun non akademik. Oleh karena itu instusi

pendidikan perlu mengembangkan sistem-sistem mutunya, agar

dapat membuktikan kepada public bahwa mereka dapat

memberikan hasil yang bermutu. Akan tetapi langkah awal

mencapai mutu tidaklah sederhana. Mencapai mutu meniscayakan

sebuah langkah awal yang lebih serius. Organisasi-organisasi yang

menganggap serius pencapaian mutu, memahami bahwa bagian

besar rahasia mutu berakar dari mendengar dan merespon secara

simpatik terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan dank lien.

Meraih mutu melibatkan keharusan melakukan segala hal dengan

baik, dan sebuah instusi harus mempromosikan pelanggan secara

tepat dan proposional agar mutu tersebut bisa dicapi.18


b. Organisasi Siswa Intra Sekolah ( OSIS )
Arti organisasi secara umum ialah suatu sistem kerjasama antara

orang atau lebih untuk mencapai tujuan.19 Selain itu organisasi

merupakan suatu kesatuan social yang dikoordinasikan secara

sadar, yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak

dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah.20


Sedangkan organisasi siswa intra sekolah (OSIS)

merupakan wadah atau arena tempat kehidupan siswa di sisi lain,

18
Edward Salis, hal. 31-32
19

20

17
yaitu kehidupan siswa sebgai calon-calon anggota masyarakat.21

Oleh karena itu di bawah ini akan membahas hal-hal yang

berkaitan dengan OSIS :


1. Latar belakang berdirinya OSIS

B. Kajian Penelitian Terdahulu


C. Kerangka Berpikir

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

21

18
Pendekatan yang digunakan dalampenelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Alasan penulis menggunakan pendekatan kuantitatif adalah

dengan mempertimbangkan yang dikemukankan Arikunto tentang sifat

umum penelitian kuantitatif antara lain:


1. Kejelasan unsur, tujuan, subjek, sumber data sudah mantap, dan

rinci sejak awal


2. Dapat menggunakan sampel
3. Kejelasan desain penelitian
4. Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul
Hal-hal yang dikemukakan arikunto tersebut yang

melatarbelakangi dipilihnya pendekatan kuantitatif dalam

penelitian ini. 22
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang di teliti. Dari

pengertian tersebut dapat dipahami bahwa populasi adalah

individu-individu atau kelompok atau keseluruhan subjek yang

akan diteliti dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa yang mengikuti OSIS di MAN 3 Kediri. Berdasarkan

observasi awal anggotanya sebanyak


2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diteliti.23 Terkait dengan jumlah sampel Arikunto

memaparkan bila subjek dalam populasi kurang dari 100,

sebaiknya diambil semua sehingga menjadi penelitan populasi. Jika

subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau lebih, tergantung dari

22
Suharsimi Arikunto, hal. 133
23
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, ( Bandung: Alfabeta, 2010), hal 61

19
kemampuan peneliti dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan

dana.24
Mengingat jumlah sampel kurang dari 100 orang maka peneliti

menggunakan penelitian populasi. Artinya yang menjadi obyek

penelitian adalah seluruh anggota OSIS di MAN 3 Kediri yang

berjumlah 40 siswa.
C. Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 3 kediri, NPSN : 20580014,

NSM: 131135060001. Jalan Jombang Kasreman Kandangan, 64294

Telepon/Faks. (0354) 326482, e-mail: man3kediri@yahoo.com,

website: www.mankandangankabkediri.sch.id
D. Data Dan Sumber Data Penelitian
1. Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, data kuantitatif

adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung,

yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan

bilangan atau berbentuk angka.25 Dalam hal ini data kuantitatif

yang diperlukan adalah jumlah anggota OSIS, dan hasil angket.


2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek yang mana dapat

diperoleh.26 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber

data:
a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan

oleh peneliti dari sumber pertanyaan. Adapun yang menjadi

sumber primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah,

waka kesiswaan, anggota OSIS di MAN 3 Kediri.


24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Hal. 134
25
Sugiyono, Statistik untuk Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2010), hal 15
26
Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hal129

20
b. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan

oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat

juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-

dokumen. Dalam penlitian ini, dokumentasi dan angket

merupakan sumber data sekunder.

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan permasalahan

dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai

berikut:
1. Metode observasi
Observasi disebut juga pengamatan, yang meliputi kegiatan

pemantauan perhatian terhadap sesuatuobjek dengan menggunakan

seluruh alat indra.


Metode ini di gunakan untu mengetahui penerapan

manajemen kesiswaan pada keberhasilan organisasi siswa intra

sekolah (OSIS) di MAN 3 Kediri. Adapun pada metode ini peneliti

menggunakan observasi terstruktur yaitu pedoman observasi yang

disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Peneliti

tinggal menulis tanda V (check) pada criteria yang sesuai. Lembar

pengamatan diisi pada waktu pembinaan waka kesiswaan dalam

pelaksanaan program OSIS.


2. Metode interview
Metode ini yang sering disebut dengan wawancara atau

kuesioner lisan, adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

untuk memperoleh informasi dari narasumber.

21
Dalam penelitian ini metode interview digunakan untuk

menggali data tentang sejarah atau latar belakang berdirinya

lembaga, letak geografis obyek penelitian, efektifitas pelaksanaan

pembinaan program atau kegiatan OSIS. Adapun instrument

pengumpulan datanya berupa pedoman interview yang terstruktur

sebelumnya, dengan mewawancarai kepala sekolah dan waka

kesiswaan serta ketua OSIS.


3. Metode dokumentasi
Dokumentasi , dari asal katanya dokumen, artinya barang-

barang tertulis.
Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

mendapatkan data-data tertulis seperti dokumen-dokumen sekolah

misalnya visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan

siswa, keadaan darana dan prasarana dan prestasi-prestasi siswa

OSIS.
4. Metode angket
Metode angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang

ia ketahui.
Peneliti menggunakan metode ini untuk mencari data yang

berhubungan langsung dengan keadaan subyek yang berupa

hubungan manajemen kesiswaan dengan keberhasilan organisasi

siswa intra sekolah (OSIS) di MAN 3 Kediri.


F. Teknik Analisis Data
1. Teknik analisa prosentase
Semua data yang berhasil dikumpulkan dari sumber-sumber

penelitian akan dibahas oleh penulis dengan menggunakan metode

22
analisis deskriptif, yaitu menjelaskan data-data yang diperoleh

dengan menggunakan perhitungan prosentase atau bisa disebut

frekuensi relative.
Sebelum penulis menjabarkan hasil data secara korelasi product

moment, maka sebelumnya penulis akan menghitung nilai

frekuensi prosentase relative atas penelitian sebagai bentuk table

prosentase. Untuk memperoleh frekuensi relative, digunakan

rumus:
P= F/N x 100%
Keterangan:
P: Prosentase
F: Frekuensi
N: Jumlah responden
Adapun untuk memberikan nilai pada angket, penulisan

memberikan ketentuan sebagai berikut:


a. Untuk scor jawaban A dinilai 5
b. Untuk scor jawaban B dinilai 4
c. Untuk scor jawaban C dinilai 3
d. Untuk scor jawaban D dinilai 2
e. Untuk scor jawaban E dinilai 1
Setelah mendapatkan hasil prosentase, hasilnya dapat

ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif sebagai

berikut:
a. Sangat baik (80%-100%)
b. Cukup baik ( 80%-60%)
c. Kadang-kadang baik (60%-30%)
d. Kurang baik (30%20%)
e. Tidak baik (di bawah 20%)
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
1. Uji validitas
Uji validitas dengan analisis butir. Validitas dari setiap butir

diukur dengan mengkolerasikan antar skor butir, dimaksud dengan

skor secara keseluruhan. Uji validitas dilaksanakan dengan dua

cara yaitu validitas isi ( content validity ), validitas isi dilakukan

23
dengan mengkonsultasikan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner

kepada pakar yang mengetahui masalah yang sedang diteliti.

Validitas konstruksi dilakukan dengan memakai rumus teknik

korelasi product momen. Butir pertanyaan adalah valid apabila

nilai r hitung dengan r table tingkat kepercayaannya 95%.


2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas merujuk pada satu pengertiansesuatu

instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.instrumen

yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data

yang dipercaya juga.


Untuk memperoleh indeks reliabilitas soal menggunakan

one shot yaitu pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pertanyaan lain atau yang mengukur korelasi

antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk

mengukur reliabilitas dengan uji statistic cronbach alpha (α),

variabel dikatn reliable jika memberikan nilai cronbach alpha (α)≥

0,50.

24

Anda mungkin juga menyukai