Anda di halaman 1dari 16

Efektivitas Teknik Self Management Untuk Menurunkan Prokrastinasi Akademik Pada

Mahasiswa BKI Semester 3 UINSA

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif

Oleh :

Moch Zaky Abdiansyah – 04020322065

Dosen Pengampu :

Dita Kurnia Sari, M.Pd – B15049

Kelas :

Bimbingan dan Konseling Isam – B2

PROGRAM STUDI BIMBNGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS


DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
AMPEL SURABAYA
2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak semua orang bisa mencapai jenjang perguruan tinggi, tetapi banyak orang
yang ingin kuliah. Sebagai siswa, mereka selalu diharapkan untuk berpartisipasi secara
aktif dan memperoleh nilai terbaik dalam setiap mata kuliah yang mereka pelajari
(Burhani, 2016). Mahasiswa tidak hanya diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan di
dalam kelas, seperti mengerjakan tugas, melakukan penelitian, dan berbicara tentang
materi pelajaran, tetapi juga diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan luar kelas.
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan mereka di kelas dengan
berpartisipasi dalam kegiatan seperti kompetisi, pengabdian, dan masalah kritis. Mereka
juga diharapkan dapat memberikan solusi terhadap kebijakan yang merugikan
masyarakat dan negara (Deemer et al., 2018).
Proses pendidikan di perguruan tinggi berbeda dengan pendidikan di sekolah dasar.
Materi yang diberikan kepada mahasiswa di perguruan tinggi lebih kompleks dan luar
biasa serta memiliki tuntutan yang lebih tinggi daripada yang diberikan di sekolah dasar.
Sebagai mahasiswa perguruan tinggi, diharapkan mereka menunjukkan perilaku
produktif sejak awal, antara lain dengan menyelesaikan tugas-tugas yang terkait dengan
kuliah tepat waktu (Fauziah, 2015). Pendidikan perguruan tinggi memiliki kemampuan
untuk meningkatkan kemampuan siswa, sehingga siswa harus bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan. Selama proses pembelajaran, siswa harus menunjukkan perilaku
produktif. Ini dibutuhkan agar mereka dapat menerapkan perilaku ini di dunia kerja nanti.
Penelitian mengenai prokrastinasi pada mahasiswa telah banyak dilakukan di
Indonesia diantaranya dilakukan oleh Rizvi, Prawitasari dan Soetjipto (1997)
menggambarkan bahwa 20,38% dari 111 responden melakukan penundaan dalam bidang
akademik. Hasil penelitian Edwin dan Sia (2007) menunjukkan bahwa dari 295 orang
mahasiswa yang diambil sebagai responden, 30,9% mahasiswa tergolong sebagai high
hingga very high procrastinator. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Muayana
(2017), yang melakukan penelitian dikalangan mahasiswa program studi bimbingan dan
konseling universitas Ahmad Dahlan yang meneliti 229 mahasiswa ditemukan 166
mahasiswa yang menjadi prokrastinator.1

Hasil penelitian dari Yong (dalam Saman, 2017) menemukan bahwa mahasiswa
perguruan tinggi negeri maupun Lembaga swasta cukup sering melakukan prokrastinasi
akademik. Penelitian lain oleh Muyana (2018) menunjukkan mahasiswa program studi
Bimbingan dan Konseling memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang sedang hingga
tinggi. Hasil penelitian oleh Jannah & Muis (2014) terdapat 167 orang (55%) Mahasiswa
yang melakukan prokrastinasi. Dalam penelitian Bruno (dalam Triana, 2013) terdapat

1
Abdillah F., Fitriana S. “Penerapan Konseling Cognitive Behaviour dengan Teknik Self Management untuk
Mengatasi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa.” Jurnal Unissula. Vol.2. No.1.
60% mahasiswa yang melakukan prokrastinasi dan dianggap sebagai suatu kebiasaan
dalam kehidupan akademiknnya. Bernard (dalam Sutriyono et al., 2012) menyatakan
bahwa faktor utama dalam prokrastinasi akademik adalah pleasure-seeking atau
pencarian kesenangan. sehingga dapat disimpulkan bahwa individu akan melakukan
prokrastinasi akademik dikarenakan individu tersebut lebih memilih untuk melakukan hal
yang menyenangkan bagi dirinya dibandingkan mengerjakan pekerjaan atau tugas yang
dianggap sebagai beban.2

Kecenderungan untuk menunda memulai, melaksanakan, atau mengakhiri suatu


tugas dikenal sebagai prokrastinasi (Rumiani, 2006: 38). Menurut Steel (dalam Oetaman,
2013: 2), prokrastinasi didefinisikan sebagai perilaku menunda-nunda suatu tugas secara
sengaja, meskipun mereka menyadari konsekuensi negatifnya.3 Mahasiswa yang selalu
atau hampir mengalami kecemasan yang mengganggu terkait dengan menunda tugas
akademik dan mengalami kecenderungan untuk menunda tugas akademik dikenal sebagai
prokrastinasi akademik (Ferrari,2010; Klingsieck, 2013; Steel & Klingsieck, 2016).4

Menurut Ellis dan Knaus (dalam Ghufron, 2010), teori kognitif dan kognitif-
behavioral menyatakan bahwa keyakinan irrasional menyebabkan penundaan akademik.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan keyakinan irrasional tersebut adalah kesalahan
yang dilakukan saat mempersiapkan tugas sekolah; dalam hal ini, seseorang memandang
tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan (aversiveness of task and fear
of failure) (burka dan Yuen, 1983: Solomon dan Rothblum 1984, dalam Ghufron 2010).
Akibatnya, seseorang menunda menyelesaikan tugas karena merasa tidak mampu. Dari
perspektif teori behavioristrik, prokrastinasi akademik adalah hasil dari proses
pembelajaran. Seseorang melakukan prokrastinasi akademik karena dia pernah diberi
hukuman atas tindakannya. Penundaan adalah taktik yang sering digunakan untuk
menyelesaikan tugas sekolah. Menurut Ferrari et al. (1995), kesuksesan yang pernah ia
rasakan akan mendorongnya untuk bertindak dengan cara yang sama di masa depan.

Kebiasaan menunda ini pasti akan berdampak jika muncul secara terus-menerus
pada siswa. Menurut Ferrari (dalam Ghufron 2003), perilaku prokrastinasi akademik
dapat berakibat negatif, yaitu banyak waktu yang terbuang sia-sia, tugas terbengkalai,
bahkan jika diselesaikan dengan cara yang tidak optimal, dan dapat berdampak pada hasil
belajar dan prestasi akademik seseorang. Penundaan juga dapat menyebabkan seseorang
kehilangan kesempatan dan peluang yang akan datang. Perilaku prokrastinasi akademik

2
Novalyne, O.P, Soetjiningsih,H.C. “Fenomena Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa: Bagaimana Kaitannya
Dengan Kecanduan Smartphone Saat Pandemi COVID-19 Berlangsung?.” Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol.10,No.3.

3
Praptiana, R. “Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Behavioral Terhadap Perilaku
Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI SMK Perintis 29 Ungaran Tahun Ajaran 2014/2015.” Vol.1,No.1.

4
Suhadianto.,Nindia P., “EKSPLORASI FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK DAN STRATEGI UNTUK
PENANGANAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA.” Jurnal RAP (Riset Aktual Jurnal),
Vol.10,No.2.
yang telah dijelaskan di atas dapat mempengaruhi prestasi akademik dan hasil akhir
belajar siswa. Seperti yang ditunjukkan oleh Steel dalam Akinsola, Tella & Tella (2007),
prokrastinasi adalah perilaku menunda-nunda tugas secara sengaja, terlepas dari
pengetahuan bahwa konsekuensi yang tidak menguntungkan akan terjadi. Ini adalah
penundaan tugas yang membuat siswa gagal.5

Orang tua dan diri sendiri memiliki peranan penting dalam hal ini. Prokrastinasi
berdampak buruk terhadap Prestasi akademik maupun diluar akademik. Oleh sebab itu
peran orang tua dan diri sendiri bertanggung jawab untuk mengingatkan dan
memanajemen waktunya agar diisi dengan kegiatan yang positif salah satunya ialah
belajar dan mengerjakan tugas sebelum deadline.

Penelitian tentang Prokrastinasi Akademik sudah banyak dibahas oleh peneliti


dengan berbagai macam teknik teknik konseling dalam metode mengatasinya. Dari
beberapa hasil peneliti terdahulu mendapati bahwa penelitian yang dilakukan banyak
membahas tentang korelasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Iredho Fani Reza
tentang “Hubungan Antara Motivasi Akademik Dengan Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa” yang mana hasil penelitian tersebut menujukkan nilai koefisien korelasi nilai
( r ) sebesar 0,348 dengan (p) sebesar 0,059 (p ≥ 0,05) artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara motivasi akademik dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa
pascasarjana jenjang Magister. Motivasi akademik pada individu tidak berpengaruh
dalam menurunkan atau meningkatkan perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa.

Dari penilitian tersebut, peniliti sebagai seorang konselor ingin memberikan


bantuan kepada konseli untuk menangani prokrastinasi akademik dengan menggunakan
teknik Self Mannagement. Diharapkan dengan teknik dan pendekatan ini, konseli mampu
semangat belajar dengan giat dan mengerjakan tugas sebelum deadline yang telah
ditetapkan oleh Dosen.

Pengelolaan diri, juga dikenal sebagai self management, adalah suatu strategi
pengubahan perilaku yang bertujuan untuk mengarahkan perilaku seseorang. Strategi ini
mencakup pemantauan diri, penguatan yang positif, kontrak atau perjanjian dengan diri
sendiri, dan penguasaan terhadap rangsangan. Teknik self management menekankan
perubahan tingkah laku konseli yang dianggap merugikan orang lain; tujuan dari teknik
ini adalah untuk membantu konseli menyelesaikan masalah mereka. Self management
adalah upaya seseorang untuk merencanakan, memfokuskan, dan menilai apa yang
mereka lakukan. Di dalamnya terdapat kekuatan psikologis yang membantu orang
mengambil keputusan, menentukan pilihan mereka, dan menetapkan cara terbaik untuk
mencapai tujuannya. Self management adalah serangkaian teknis untuk mengubah
perilaku, pikiran, dan perasaan. Berdasarkan penjelasan di atas, self management
mencakup seperangkat prinsip atau prosedur seperti pemantauan diri (self monitoring),
penguatan yang positif (self reward), perjanjian dengan diri sendiri (self contracting), dan

5
Jannah, M. (2014). Prokrastinasi akademik (perilaku penundaan akademik) mahasiswa fakultas ilmu pendidikan
universitas negeri surabaya (Doctoral dissertation, State University of Surabaya).
penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control). Self management juga merupakan
hubungan antara teknik kognitif, perilaku, dan affective dengan susunan sistematis.6

Dalam proses pelaksanaan teknik self-management untuk mengurangi


prokrastinasi akademik mahasiswa, ada 3 tahap latihan yang diberikan. Tiga tahap
pelatihan tersebut adalah self-monitoring, stimulus control, dan self-reinforcement.

1. Self-monitoring, juga dikenal sebagai pengawasan diri, adalah proses di mana


seorang konseli melakukan pengamatan dan catatan identitas dirinya,
menemukan perilaku yang ingin mereka ubah, dan menentukan target
perubahan perilaku tersebut. Untuk melakukan tahapan ini, konseli harus siap,
aktif, dan siap untuk melaksanakan.
2. rangsangan kontrol atau pengaturan Mengidentifikasi rangsangan atau elemen
yang mendukung perilaku negetif, mengurangi kemungkinan bertemu dengan
rangsangan, dan meningkatkan rangsangan yang terkait dengan perubahan
perilaku untuk membantu mencapai tujuan konseling adalah proses
pengubahan perilaku. Pada tahap ini, seorang konseli dapat mencatat perilaku
yang menyebabkan hal yang tidak diinginkan dan kemudian mengambil
tindakan baru untuk mengontrol perilaku negatif tersebut.
3. Self-reinforcement, juga dikenal sebagai penguatan diri, membantu konseli
mengatur dan memperkuat perilaku mereka melalui konsekuensi yang mereka
terima. Tujuan dari penguataan ini adalah untuk memastikan bahwa seseorang
akan berperilaku baik di masa depan. Penguatan diri memungkinkan
seseorang bertindak secara mandiri, yang membedakan penguatan ini dari
penguatan lain. Ada dua jenis self-reinforcement. Yang pertama adalah ketika
seseorang memberikan stimulus positif dalam dirinya sehingga mereka
berusaha melakukan tindakan positif; yang kedua adalah ketika seseorang
kehilangan stimulus negatif ketika mereka melakukan perubahan perilaku.7

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah yang akan detiliti
adalah sebagai berikut:

6
Suwanto, I. (2016). Konseling behavioral dengan teknik self management untuk membantu kematangan karir
siswa SMK. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 1(1), 1-5.

7
Abdillah, F., & Fitriana, S. (2021). Penerapan Konseling Cognitive Behaviour dengan Teknik Self Management
untuk Mengatasi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 2(1), 11-
24.
1. Bagaimana proses penggunaan metode konseling Self Management untuk menurunkan
Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa semester 3 Bimbingan dan Konseling Islam
UIN Sunan Ampel Surabaya?
2. Bagaimana hasil akhir dari proses penggunaan metode konseling Self Management untuk
menurunkan Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa semester 3 Bimbingan dan
Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui proses penggunaan metode konseling Self Management untuk menurunkan


Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa semester 3 Bimbingan dan Konseling Islam
UIN Sunan Ampel Surabaya?
2. Mengetahui hasil akhir dari proses penggunaan metode konseling Self Management untuk
menurunkan Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa semester 3 Bimbingan dan
Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya?

D. Manfaat

Dari penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis
Sebagai sumber referensi dalam dunia pendidikan dan menambah wawasan
terutama bagi konselor islam yang berada di jurusan Bimbingan Konseling Islam. Serta
penunjang terhadap penelitian terdahulu agar masalah yang diangkat lebih kaya dan cara
yang digunakan lebih variative.

2. Secara Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sosial yang
mampu membawa perubahan yang lebih baik. Serta diharapkan juga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi konselor maupun konseli sendiri agar mampu menjalankan aktivitas
dengan lancar dan lebih semangat untuk belajar lebih giat.

E. Definisi Operasional

Prokrastinasi Akademik adalah kebiasaan Mahasiswa untuk menunda melakukan


sesuatu dan menyelesaikan sesuatu. Serta menunda tugas yang telah di berikan oleh
dosen secara sengaja walaupun mereka telah mengetahui konsekuensinya.

Teknik Konseling Self Management adalah teknik yang dapat digunakan individu
untuk mengatur tingkah lakunya sendiri yang ingin dia ubah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini bukanlah penelitian tunggal yang membahas kasus-kasus


Prokrastinasi Akademik di kalangan mahasiswa, karena sudah banyak yang mengkajinya.
Di sini akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu. Penelitian pertama dilakukan
oleh Nur Khoirun Nisa, Hamid Mukhlis, Dian Arif Wahyudi, Riska Hediya Putri (2019)
dalam penelitiannya menggunakan teknik manajemen waktu dalam mengurangi
prokrastinasi akademik untuk objek yang digunakan mahasiswa keperawatan. Penelitian
kedua dilakukan oleh Christinalia Selvy Oematan (2013) penelitiannya menggunakan
teknik korelasi dengan mahasiswa objeknya. Berdasarkan hasil pengujian, diketahui
bahwa prokrastinasi akademik berhubungan negatif dengan prestasi akademik
mahasiswa, tergantung pada alat ukur dan angkatan kuliah. Semakin bawah angkatannya,
semakin prokrastinasi dapat memengaruhi prestasi akademik mahasiswa. Hasil dari
masing-masing alat ukur yaitu: API (r = 0,015); PASS-1 (r 0,019) dan PASS-2 (r = -
0,186). Sedangkan prestasi setiap angkatan secara statistik memiliki rata-rata yang tidak
berbeda, namun memiliki intensitas dan alasan prokrastinasi yang berbeda. Penelitian
yang dilakukan oleh Drajat Edy Kurniawan (2017) melakukan uji korelasi antara
pengaruh game online dengan prokrastinasi akademik, Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa nilai signifikansi regression adalah sebesar 0,000. Mengacu pada
kriteria hasil uji hipotesis maka nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga Ha diterima dan
Ho ditolak. Oleh karena hipotesis penelitian sudah teruji kebenarannya yaitu ada
pengaruh intensitas bermain game online terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada
Mahasiswa BK Semester II angkatan tahun 2016 Universitas PGRI Yogyakarta.

B. Kerangka Teori

Pengelolaan diri, juga dikenal sebagai self management, adalah suatu strategi
pengubahan perilaku yang bertujuan untuk mengarahkan perilaku seseorang. Strategi ini
mencakup pemantauan diri, penguatan yang positif, kontrak atau perjanjian dengan diri
sendiri, dan penguasaan terhadap rangsangan. Teknik self management menekankan
perubahan tingkah laku konseli yang dianggap merugikan orang lain; tujuan dari teknik
ini adalah untuk membantu konseli menyelesaikan masalah mereka. Self management
adalah upaya seseorang untuk merencanakan, memfokuskan, dan menilai apa yang
mereka lakukan. Di dalamnya terdapat kekuatan psikologis yang membantu orang
mengambil keputusan, menentukan pilihan mereka, dan menetapkan cara terbaik untuk
mencapai tujuannya. Self management adalah serangkaian teknis untuk mengubah
perilaku, pikiran, dan perasaan. Berdasarkan penjelasan di atas, self management
mencakup seperangkat prinsip atau prosedur seperti pemantauan diri (self monitoring),
penguatan yang positif (self reward), perjanjian dengan diri sendiri (self contracting), dan
penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control). Self management juga merupakan
hubungan antara teknik kognitif, perilaku, dan affective dengan susunan sistematis.8

Dalam proses pelaksanaan teknik self-management untuk mengurangi


prokrastinasi akademik mahasiswa, ada 3 tahap latihan yang diberikan. Tiga tahap
pelatihan tersebut adalah self-monitoring, stimulus control, dan self-reinforcement.

1. Self-monitoring, juga dikenal sebagai pengawasan diri, adalah


proses di mana seorang konseli melakukan pengamatan dan catatan
identitas dirinya, menemukan perilaku yang ingin mereka ubah,
dan menentukan target perubahan perilaku tersebut. Untuk
melakukan tahapan ini, konseli harus siap, aktif, dan siap untuk
melaksanakan.
2. rangsangan kontrol atau pengaturan Mengidentifikasi rangsangan
atau elemen yang mendukung perilaku negetif, mengurangi
kemungkinan bertemu dengan rangsangan, dan meningkatkan
rangsangan yang terkait dengan perubahan perilaku untuk
membantu mencapai tujuan konseling adalah proses pengubahan
perilaku. Pada tahap ini, seorang konseli dapat mencatat perilaku
yang menyebabkan hal yang tidak diinginkan dan kemudian
mengambil tindakan baru untuk mengontrol perilaku negatif
tersebut.
3. Self-reinforcement, juga dikenal sebagai penguatan diri,
membantu konseli mengatur dan memperkuat perilaku mereka
melalui konsekuensi yang mereka terima. Tujuan dari penguataan
ini adalah untuk memastikan bahwa seseorang akan berperilaku
baik di masa depan. Penguatan diri memungkinkan seseorang
bertindak secara mandiri, yang membedakan penguatan ini dari
penguatan lain. Ada dua jenis self-reinforcement. Yang pertama
adalah ketika seseorang memberikan stimulus positif dalam
dirinya sehingga mereka berusaha melakukan tindakan positif;
yang kedua adalah ketika seseorang kehilangan stimulus negatif
ketika mereka melakukan perubahan perilaku
Layanan konseling untuk menurunkan prokrastinasi merupakan bantuan yang
diberikan keapada mahasiswa yang mengalami kondisi malas dan menunda nunda tugas
agar dapat menjalankan aktivitas sehari hari dengan baik. Konselor membantu untuk
memahami akar pertmasalahan dan juga mendampingi dengan memberi motivasi dan
nasihat kepada klien sehingga dapat mengubah pola pikir klien agar lebih baik
kedepannya.
Prokrastinasi ialah kondisi seseorang mengalami pola pikir untuk menunda nunda
pekerjaan walaupun ia tau hal tersebut merupakan perilaku negatif. Terdapat 2 faktor
yang menyebabkan prokrastinasi akademik yakni Internal dan Eksternal

8
Suwanto, I. (2016). Konseling behavioral dengan teknik self management untuk membantu kematangan karir
siswa SMK. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 1(1), 1-5.
1. Faktor Internal
Faktor internal termasuk faktor fisik, yang menyebabkan mahasiswa prokrastinasi
akademik. Faktor ini menyebabkan mahasiswa merasa lelah, letih, dan capek karena
aktivitas di kampus dan di luar kampus. Akibatnya, mahasiswa lebih suka istirahat
daripada mengerjakan tugas mereka. Faktor internal berikutnya adalah faktor psikis.
Faktor pertama menyebabkan mahasiswa tidak memahami tugas yang diberikan oleh
dosen karena instruksi tugas yang tidak jelas. Faktor kedua terkait dengan cara dosen
mengajar di kelas, yaitu mereka sering memberikan tugas atau hanya memberikan
presentasi tanpa memberi feedback kepada siswa. Akibatnya, mahasiswa tidak
mengerti materi kuliah yang diberikan. Ketiga, siswa merasa malas karena tidak
memiliki motivasi untuk menyelesaikan tugas kuliah. Mereka juga lebih suka
melakukan hal-hal yang lebih menarik, seperti bermain game, menonton film, dan
membaca buku, sehingga mengabaikan tugas kuliah.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal, atau lingkungan, termasuk faktor-faktor berikut: pertama,
tingkat kesulitan tugas yang diberikan; siswa percaya bahwa tugas yang sulit
memiliki referensi yang sulit, rumit, atau tidak dapat dipahami; dan kedua, tugas
yang terlalu mudah membuat siswa berhenti mengerjakan. Tugas yang sederhana,
misalnya, hanya memerlukan pembuatan resume, presentasi PowerPoint, dan
jawaban yang tepat; dan ketiga, tugas yang terlalu mudah membuat siswa berhenti
mengerjakan Kedua, tidak ada fasilitas yang memungkinkan Anda melakukan tugas;
contohnya, laptop rusak, tidak dapat terhubung ke internet, kuota habis, dan tidak ada
modem. Ketiga, siswa tidak memiliki banyak referensi karena sumbernya terbatas
dan sulit dicari, sehingga mereka menunda tugas kuliahnya. Keempat, waktu
pengumpulan tugasnya agak lama, karena waktu pengumpulannya lama, sehingga
siswa terlalu santai untuk mengerjakannya.9

Dalam perspektif islam sendiri banyak dalil di dalam Al Quran tentang menyia nyiakan
waktu. Maksud dari menyia nyiakan waktu disini ialah menngunakan waktu luang hanya diisi
dengan hal hal yang tidak bermanfaat salah satunya ialah bermain gadget dengan tidak ingat
waktu. Allah menganjurkan kita untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin seperti perbanyak
ibadah melakukan hal yang positif dan bermanfaaat bagi orang lain.

C. Paradigma Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Menurut Robert Donmoyer (Given,


2008:713), penelitian kuantitatif adalah pendekatan untuk studi empiris untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan datadalam bentuk numerik daripada
naratif. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang efektivitas teknik Self
Management untuk mengurangi Prokrastinasi Akademik dan menguji penelitian ini
secara empiris sesuai fakta dari data yang dikumpulkan oleh peneliti.

9
Fauziah, H. H. (2015). Fakor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik pada mahasiswa fakultas
psikologi uin sunan gunung djati bandung. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(2), 123-132.
D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara atas permasalahan yang telah
peneliti rumuskan, dugaan ini tentang hubungan satu gejala dengan gejala lainnya yang
dipermasalahkan dalam rumusan masalah. Hipotesis penelitian ini adalah teknik Self
Management berpengaruh untuk mengurangi Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian kuantitatif yang memerlukan data akurat
dalam penelitiannya. Menurut beberapa ahli, inti dari penelitian eksperimen adalah
mempelajari pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang dihasilkan dari perlakuan (AlsA,
2004). Menurut Hadi (1985), penelitian eksperimen adalah penelitian yang menyelidiki
akibat dari perlakuan yang dimaksudkan peneliti. Penelitian eksperimen pada prinsipnya
dapat didefinisikan sebagai metode sistematis dalam membangun hubungan yang
mencakup sebab-akibat (Sukardi, 2011). Selain itu, metode eksperimen merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap
perlakuan lainnya dalam kondisi terkendali (Sugiyono, 2011).

Isaac dan Michael (1977) menjelaskan tujuan penelitian eksperimen untuk


menyelidiki kemungkinan kausalitas dengan menerapkan satu atau lebih kondisi
perlakuan pada satu atau lebih kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya
dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Tujuan penelitian
eksperimen adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan sebab akibat, dan
seberapa kuat hubungan sebab akibat tersebut, dengan cara memberikan perlakuan
tertentu kepada kelompok eksperimen tertentu dan memberikan kontrol sebagai
pembanding serta penelitian eksperimental dapat mengubah teori yang sudah usang.10

2. Rancangan Peenelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimental dnegan desain Quasi


Experimental serta rancangan penelitian One Group Pretest Posttest. Hal ini didasarkan
pada pengujian hubungan sebab akibat dengan melibatkan kelompok eksperimen. Metode
penelitian eksperimen adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perilaku tertentu terhadap yang lain dan dalam kondisi yang dikendalikan
(Sugiyono:2010.)11

10
Payadnya. Putu Ade Andre, and I Gusti Agung Ngurah Trisna Jayantika. Panduan penelitian eksperimen beserta
analisis statistik dengan spss. Deepublish, 2018.

11
Ani Fathurohmah, “Peningkatan Keterampilan Bercerita Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Pendidikan
Usia Dini”, Jurnal Warna, (Vol. 2, No. 2, Tahun 2018), hal. 71
Menurut Sugiyono, pola penelitian metode one group pretest-posttest design sebagai
berikut:

O1 X O2

Tabel 3.1 Pola Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Keterangan:

O1 : Pengukuran Prokrastinasi Akademik mahasiswa sebelum diberikan perlakuan layanan


konseling Self Management, pengukuran dilakukan dengan pemberian angket kepada mahasiswa
BKI semester 3 sesuai teknik sampling. Pretest merupakan pengumpulan data mahasiswa yang
memiliki Prokrastinasi Akademik yang tinggi.

X : Pemberian treatment pada kelompok eksperimen dengan layanan konseling Self Management
untuk mengurangi Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa.

O2 : Pemberian posttest untuk mengukur Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa setelah


diberikan treatment dengan menggunakan layanan Self Mannagement. Pada data posttest didapat
hasil dari pemberian tratment, dimana Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa apakah menurun
atau tidak menurun.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
tepatnya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi program studi Bimbingan Konseling Islam, Jl.
Ahmad Yani No.117, Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Kota Surabaya, Jawa Timur.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penelitian untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.12 Populasi yang akan diteliti harus memenuhi

12
Hagi Arfilindo dan Sri Wahyuni, “Pengaruh Aktivitas Belajar dan Kemandirian Dalam Mengerjakan Tugas
Terhadap Hasil Belajar Siswa Ekonomi Kelas XI Di SMA Semen Padang”, Journal of Economic and Economic
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa program studi Bimbingan Konseling Islam semester tiga, yang mana terdapat 5
kelas yaitu B1, B2, B3, B4, dan B5. Diketahui jumlah mahasiswa Bimbingan Konseling
Islam semester tiga ialah 150 mahasiswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Teknik mengambil sample yang dipakai peneliti adalah teknik Purposive
Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Oleh karena itu
peneliti menentukan sampel berdasarkan skor hasil Prokrastinasi Akademik.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang dilakukan peneliti menggunakan teknik Purposive


Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.13 Pertimbangan
atau indikator itu diantaranya adalah suka menunda, adanya aktifitas lain, dan
keterlambatan dalam mengerjakan tugas.

D. Variabel dan Indikator Penelitian

1. Variabel Terikat

Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah sikap atau perilaku Prokrastinasi Akademik. Variabel ini merupakan
variabel yang diramalkan dan diterangkan nilainya.14

2. Variabel Bebas

Adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan akan
timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan teknik
Self Management.

Education, (Vol. 3, No. 1, Tahun 2014), hal. 90

13
Raudhah Mukhsin, Palmuradi Mappigau, dan Andi Nixia Tenriawaru, “Pengaruh Orientasi Kewirausahaan
Terhadap Daya Tahan Hidup Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kelompok Pengolahan Hasil Perikanan Di Kota
Makasar”, Jurnal Analisis, (Vol. 6, No. 2, Tahun 2017), hal. 190

14
Turmudi dan Sri Harini, “Metode Statistika Pendekatan Teoritis dan Aplikatof”, (Malang: UIN Malang Press,
2008), hal. 227
E. Tahap Tahap Penelitian

Tahapan dalam penelitian one grup pretest posttest design sebagai berikut:

A. Melakukan pretest, yaitu memberikan angket Prokrastinasi Akademik sebelum


dilakukannya intervensi. Hal ini untuk mengetahui seberapa tingkat Prokrastinasi
Akademik sebelum dilakukannya intervensi menggunakan teknik Self Management.

B. Melakukan intervensi, yaitu pengaplikasian teknik REBT kepada mahasiswa yang


memiliki skor tertinggi pada angket Prokrastinasi Akademik. Langkah intervensi
konseling dengan Konseling Self Management:
a. Bekerjasama dengan konseli (engange with client)
b. Melakukan asesmen terhadap masalah, orang dan situasi (asses the problem,
person and situation)
c. Mempersiapkan konseli untuk terapi (prepare the client to therapy)
d. Mengimplementasikan program penanganan (implement the treatment
program)
e. Mengevaluasi kemajuan (evaluate progress)
f. Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri konseling (prepare the client for
termination)
C. Memberikan Posttest, yaitu pemberian skala yang sama dengan skala yang diberikan
saat pretest. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa tingkat Prokrastinasi
Akademik setelah di berikannya intervensi menggunakan teknik REBT yang nantinya
akan di bandingkan dengan hasil pretest.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuisioner,


peneliti menggunakan instrumen dalam bentuk skala untuk mengumpulkan data.
Penelitian skor untuk kecanduan gadget diukur menggunakan skala Prokrastinasi
Akademik model Likert.

Tabel 3.2 Skala Prokrastinasi Akademik Model Likert


Jawaban Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak
Sesuai
SS S TS
STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4

Anda mungkin juga menyukai