Oleh:
Agit Putranto Aji
NIM 16802241016
pekerjaan, karena sumber daya manusia sangat dilihat berdasarkan kualitas dan
mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik, salah satu caranya dengan
sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri
dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute, dan universitas (Lastary &
sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi. Seorang dapat digolongkan pada
masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, mahasiswa yaitu seorang peserta didik
1
yang terdaftar menjalani pendidikan di perguruan tinggi baik dari akademik,
syarat kelulusan pada masa akhir studinya. Seperti yang diungkapkan oleh
Darmono dan Hasan (2002) bahwa skripsi merupakan karya ilmiah yang ditulis
program sarjana pada masa akhir studinya berdasarkan hasil penelitian, kajian
saksama.
skripsi sesuai batas waktu yang ditentukan, dikatakan sebagai seorang yang
salah satu perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu dan adanya
ulang. Ini diakibatkan oleh kesibukan melakukan aktivitas lain yang sebenarnya
tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas tersebut (Ghufron dan Risnawita, 2016:
155). Prokrastinasi terbagi atas dua karaktristik menurut Boice (dalam Burhan,
dkk, 2017: 25), yaitu: (1) prokrastinasi diartikan sebagai penundaan tugas yang
lebih sulit dan penting dibanding tugas yang lebih gampang, lebih cepat
2
diselesaikan sehingga lebih mengurangi kecemasan. (2) prokrastinasi diartikan
pula sebagai menunggu hingga waktu yang tepat dalam bertindak. Hal ini
risikonya, jika dibandingkan apabila dilakukan seperti biasa, sesuai waktu yang
ditetapkan.
menyesuaikan diri terhadap situasi yang membuat stres. Hal ini menunjukkan
bahwa mahasiswa dalam kondisi ini mengalami krisis yang nampak jelas yaitu
tentang penggunaan waktu luang. Hal yang dapat diperhatikan bahwa para
akademik, yaitu lebih dari 70% mahasiswa melakukan prokrastinasi. Pada hasil
New Statement 26 Februari 1999 yang isinya bahwa kurang lebih 20% sampai
3
Tabel 1. Data Kelulusan 4 Tahun Terakhir Mahasiswa Prodi Pendidikan
Administrasi Perkantoran yang Mengalami Prokrastinasi dalam
Mengerjakan Skripsi
Jumlah
Tahun Jumlah Persentase
Mahasiswa yang Angkatan
Kelulusan Mahasiswa Kelulusan
Lulus
yang lulus di tahun 2017 hanya ada 83 mahasiswa yang lulus atau hanya 37,8%
dari jumah keseluruhan 219 mahasiswa dari angkatan 2011-2013, tahun 2018
hanya ada 80 mahasiswa yang lulus atau hanya 36,5% dari jumah keseluruhan
219 mahasiswa dari angkatan 2012-2014, selanjutnya pada tahun 2019 ada 65
mahasiswa atau 29,6% dari jumlah keseluruhan 2019 mahasiswa dari angkatan
banyak waktu yang terbuang sia-sia. Tugas menjadi terhenti sebelum selesai
4
Prokrastinasi itu sendiri terjadi karena adanya keyakinan irrasional yang
sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan. Oleh karena itu, seseorang
di bidang akademik dapat dikategorikan dua macam, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang
pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan yang rendah pengawasan. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang mempengaruhi
yang meliputi kondisi fisik dan psikologis individu. Psikologi individu yang
di dalam diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan (Nashar, 2004). Artinya, perilaku yang memiliki
motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan dapat bertahan lama.
5
merupakan masalah yang dianggap besar. Sudomo dan Ghani (dalam Hasanah,
kontrol diri.
keinginan untuk belajar, suka kegiatan belajar terkait dan percaya bahwa sekolah
itu penting.
penelitian Aini (2011) ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kontrol
akan membawa ke arah pada hasil yang baik (Goldfried & Marbaum, dalam
Muhid, 2009). Lebih lanjut menurut Goldfried dan Marbun (dalam Muhid, 2009)
6
konsekuensi positif. Sebagai salah satu sifat kepribadian, kontrol diri pada satu
individu dengan individu lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki kontrol
diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Individu
yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu mengarahkan dan mengatur
perilakunya untuk kearah yang positif, sedangkan individu yang memiliki kontrol
diri yang rendah sulit untuk mengatur perilakunya kearah yang positif.
mengerjakan prioritas utama, individu tersebut tidak memiliki kontrol diri yang
tugasnya, sehingga mereka tidak segera memulai dan mudah menyerah saat
apatis dalam perkuliahan, dan kurang memiliki tanggung jawab akan tugas atau
7
Berdasarkan hasil pra survei kepada mahasiswa Prodi Pendidikan
game online di HP atau laptop, sebesar 66,07% bermain game online < 2 jam
perhari, dan sebesar 71,43% mahasiswa lebih mendahulukan game daripada tugas
kuliah, seperti menyelesaikan tugas skripsi. Bermain game online menyita banyak
waktu dikarenakan harus meningkatkan level karakter dalam game tersebut. Hal
ini mengakibatkan tugas perkuliahan tidak dapat terselesaikan dengan tepat waktu
minimal 1 jam setia hari, sisanya sebesar 87,50% memilih tidak, sebesar 53,57%
tidak, sebesar 80,36% mahasiswa mengobrol dengan teman saat kuliah sedang
8
berlangsung, dan sebesar 69,64 mahasiswa sering mengantuk saat kuliah
berlangsung.
tahun atau lebih melakukan prokrastinasi akademik. Namun dalam penelitian ini
hanya berfokus mengenai faktor motivasi berprestasi dan kontrol diri. Dimana
kedua faktor tersebut pasti dimiliki oleh setiap mahasiswa, namun hal itu tidak
secara konsisten melekat pada diri mahasiswa (Yogiswari & Mastuti, 2016)
lebih dalam tentang hal tersebut, oleh karena itu penulis mengambil judul skripsi
yaitu “Pengaruh antara Motivasi Belajar dan Kontrol Diri terhadap Prokrastinasi
B. Identifikasi Masalah
sebagai berikut:
menyelesaikan skripsi.
9
4. Rendahnya motivasi pada mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran
skripsi.
C. Pembatasan Masalah
di atas, pada penelitian ini masalah yang akan dibahas, dibatasi pada tingginya
Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Yogyakarta?
10
3. Bagaimana pengaruh motivasi belajar dan kontrol diri terhadap prokrastinasi
Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
beberapa tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Yogyakarta.
Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
11
Penelitian bermanfaat secara teoritis yaitu melalui sumbangan teori dan
2. Secara Praktis
a. Bagi Mahasiswa
pengerjaan skripsi.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi koleksi pustaka untuk bahan bacaan dan
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Prokrastinasi
a. Hakikat Proktastinasi
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro
yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok atau
menjadi hari esok (Wicaksono, 2017). Jadi, dari asal katanya prokrastinasi adalah
menunda hingga hari esok atau lebih suka melakukan pekerjaannya besok.
Wicaksono (2008: 6), menyatakan bahwa kata prokrastinasi yang ditulis dalam
melaksanakan tugas dan dilaksanakan pada lain waktu. Kamus The Webster New
13
sengaja dan biasanya disertai dengan perasaan tidak suka untuk mengerjakan
diakibatkan perasaan tidak senang terhadap tugas serta ketakutan untuk gagal
dalam mengerjakan tugas. Knaus (2010: 41), berpendapat bahwa penundaan yang
telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai trait
melainkan suatu respon tetap dalam mengantisipasi tugas-tugas yang tidak disukai
dan dipandang tidak diselesaikan dengan sukses. Dengan kata lain, penundaan
merupakan kebiasaan atau pola yang menetap, yang selalu dilakukan seseorang
ketika menghadapi suatu tugas dan penundaan yang diselesaikan oleh adanya
prokrastinasi bisa dipandang dari berbagai sisi dan bahkan tergantung dari mana
seseorang melihatnya.
14
tersebut. Perilaku menunda ini akan dapat dikategorikan sebagai prokrastinasi
semata-mata untuk melengkapi tugas secara optimal. Namun, penundaan itu tidak
membuat tugas lebih baik, hal itu mengarah pada penundaan yang tidak berguna.
jenis tugas yang menjadi obyek prokrastinasi akademik adalah: tugas mengarang,
dan Risnawita, 2016: 158) mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan,
tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan
aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada melakukan tugas yang harus
dikerjakan.
akademik yang sudah menjadi respon tetap dalam menghadapi tugas akademik
yang tidak disukai, dirasa berat, tidak menyenangkan, kurang menarik dan dapat
15
b. Penyebab Prokrastinasi
dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: konsep diri, tanggung jawab, keyakinan
diri dan kecemasan terhadap evaluasi yang akan diberikan, kesulitan dalam
kurangnya tuntutan dari tugas, standar yang terlalu tinggi mengenai kemampuan
individu. Burka & Yuen (2008:5), menjelaskan prokrastinasi terjadi karena tugas-
tugas yang menumpuk terlalu banyak dan harus segera dikerjakan. Pelaksanaan
tugas yang satu dapat menyebabkan tugas lain tertunda. Burka & Yuen
1) Takut Gagal (Fear of Failure). Takut gagal atau motif menolak kegagalan
negatif terhadap tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Perasaan dibebani tugas
yang diberikan.
3) Faktor lain. Beberapa faktor lainnya disini antara lain: sifat ketergantungan
pada orang lain yang kuat dan banyak membutuhkan bantuan, pengambilan
16
risiko yang berlebihan, sikap yang kurang tegas, sikap memberontak, dan
dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi
sebelumnya.
yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam
memadai.
17
prokrastinator cenderung sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi
deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana-rencana
skripsi.
menyelesaikan skripsinya, akan tetapi menggunakan waktu yang dia miliki untuk
hiburan, seperti membaca (koran majalah, atau buku cerita lainnya), nonton,
akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu
pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan yang rendah pengawasan. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi kondisi
fisik dan psikologis individu. Muhid (2009) menuturkan, dalam sebuah penelitian
kontrol diri (self control), self consciuous, rendahnya self esteem, self efficacy, dan
kecemasan sosial.
18
Berdasarkan bebepara pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor yang
individu yakni adanya perasaan takut gagal, tidak menyukai tugas, serta adanya
faktor lain. Faktor lain yang diungkap oleh Solomon dan Rothblum adalah faktor
beberapa ahli. Salah satunya seperti yang dijelaskan oleh Solomon dan Rothblum
kemampuan bersikap tegas atau asertif yang ada pada seorang individu diyakini
mengerjakan tugas skripsi membuat kita tidak dapat mengerjakan tugas dengan
19
kebanyakan dampak dari perilaku prokrastinasi akademik tersebut merupakan
dampak yang merugikan bagi mahasiswa. Seperti yang dikemukakan oleh (Knaus,
individu.
perilaku penunda, yaitu: (1) Performa akademik yang rendah, (2) Stres yang
tinggi, (3) Menyebabkan penyakit, (4) Kecemasan yang tinggi. Bruno (1998)
dan merendahkan segala yang ada dalam diri individu. Djamarah (2002)
penyelesaian tugas, seperti: tidur kurang nyenyak, duduk tidak tenang, berjalan
individu merasa tertekan dengan batas waktu yang semakin sempit disertai
20
maksimal, waktu yang terbuang lebih banyak dibandingkan dengan orang lain
yang mengerjakan tugas yang sama dan pada mahasiswa akan dapat merusak
kinerja akademik seperti kebiasaan buruk dalam belajar, motivasi belajar yang
perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh para siswa terdapat dampak
yang negatif secara internal maupun eksternal. Adapun dampak internal dari
prokrastinasi akademik antara lain merasa bersalah atau menyesal, waktu yang
akademik yaitu tugas tidak terselesaikan dengan baik, rendahnya baik nilai
2. Tinjauan Motivasi
a. Pengertian Motivasi
motivasi merupakan salah satu faktor penentu sebagai pendorong tingkah laku
untuk lebih giat berlatih dan mencapai hasil yang maksimal. Cetin (2015: 96)
perilaku serta kekuatan bawaan dari siswa. Sebagai sebuah konsep, motivasi
belajar didefinisikan sebagai faktor internal yang memilki empat komponen, yaitu
peluang untuk sukses, kuatir untuk gagal, minat, dan tantangan (Margarete &
Hilbert, 2013: 71). Uno (2011: 1) menyatakan bahwa motivasi adalah dorongan
21
yang menggerakkan seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada diri
dorongan dalam dirinya. Pendapat lain dari Walgito (2013: 220), menyatakan
Garn & Jolly (2014: 11) mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan
salah satu faktor yang dapat membedakan siswa yang memaksimalkan potensi
belajarnya dengan siswa yang kurang berprestasi secara akademik. Selain sebagai
salah satu faktor yang menentukan arah sikap, besarnya kemauan, dan ketekunan
perilaku siswa (Keller, 2016: 12), motivasi belajar juga merujuk kepada harapan
menyebabkan individu untuk bertindak dengan cara tertentu pada waktu tertentu
(Kaya, et al, 2015: 45). Gunarsa (2008: 47) menyatakan bahwa motivasi adalah
suatu kekuatan atau tenaga pendorong untuk melakukan Sesuatu hal atau
menampilkan sesuatu prilaku tertentu. Pendapat lain dari Purwanto (2014: 71)
mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar dia terdorong untuk
22
31). Berdasarkan beberapa pendapat parah ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah seluruh proses gerakan termasuk situasi yang mendorong berupa
dorongan, pengerak atau alasan yang timbul dan terdapat dalam diri seseorang
pencapaian tujuan. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat penting
belajar/pertandingan.
b. Macam-macam Motivasi
1) Motivasi Intrinsik
dorongan atau kehendak yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang.
Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar
Motivasi intrinsik bersifat permanen, mandiri, dan stabil karena dorongan berasal
dari dalam, kondisi kejiwaan orang tersebut, yang akan menentukan kuat atau
adalah motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik
itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati
yang paling dalam. Selanjutnya menurut Deci dan Ryan, motivasi intrinsik
23
mengacu pada partisipasi secara eksklusif untuk kesenangan, menyenangkan, atau
kepuasan yang berasal langsung dari kegiatan itu sendiri (Teo, et.al., 2015: 242).
2) Motivasi Ekstrinsik
anjuran atau dorongan dari orang lain. Faktor internal dapat mempengaruhi
penampilan atau tingkah laku seseorang akan menampilkan penampilan dan tidak
cepat putus asa dalam mencapai tujuannya. Mylsidayu (2014: 28) menyatakan
bahwa motivasi ekstrinsik bersumber dari luar individu untuk melakukan aktivitas
terbagi menjadi dua, yakni (1) motivasi ekstrinsik positif, yakni berupa hadiah,
iming-iming yang membangkitkan, niat untuk berbuat sesuatu, seperti bonus jika
menang pertandingan, dan (2) motivasi ekstrinsik negatif, yakni sesuatu yang
dipaksakan dari luar agar orang menghindar dari sesuatu yang tidak diinginkan,
didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah (reward), kompetisi
sehat antar peserta didik, hukuman (funishment), dan sebagainya. Suyono &
24
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi ada
dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal
dari dalam individu sedangkan motivasi ekstrinsik dorongan berasal dari luar
agar tindakan seseorang lebih berarti. Motivasi ada yang bisa dipelajari dan ada
dalam olahraga. Oleh sebab itu bagi para guru pendidikan jasmani hendaknya
dalam Siregar & Hartini (2010: 53-54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
25
6) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.
1) Faktor Intrinsik
a) Kesehatan
bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
baik haruslh mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu
b) Perhatian
tertuju kepada suatu objek (benda atau hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat
menjamin hasil yang lebih baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa,
maka timbulah kebosanan, sehingga siswa tidak lagi suka belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu seseuai dengan hoby
dan bakatnya.
c) Minat
terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian,
26
karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum
tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasaan.
d) Bakat
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat itu
bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa akan merasa senang
dalam belajar.
2) Faktor Ekstrinsik
a) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam
mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru yang
belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus
b) Alat Pembelajaran
alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh
27
siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan
siswa.
c) Orang Tua
d) Teman Bergaul
jiwanya daripada yang diduga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik
terhadap siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti
dan tujuan yang ingin dicapai dalam pada proses belajar, pilihan kegiatan untuk
indikator dari motivasi belajar siswa. Pendapat lain menurut Sha, et al (2016:
451), motivasi belajar dapat diukur dari segi keterlibatan, fokus, partisipasi, dan
persistensi. Adapun menurut Reeve (2016: 32), untuk melihat sejauh mana
motivasi siswa dalam belajar, yang harus dilihat adalah perilaku terpendam yang
dimiliki siswa, intensitas siswa dalam belajar, arah sikap saat belajar, dan
28
Siswa memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil menguasai materi dan
mendapatkan nilai yang tinggi dalam kegiatan belajarnya. Hasrat dan keinginan
untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya
disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas
dan pekerjaan atau motif untuk memperolah kesempurnaan. Motif semacam ini
merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari
“dalam” diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang
dapat dipelajari, motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses
pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar
mengungkapkan bahwa hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu
memang ada motivasi untuk belajar, sehingga tentu hasilnya akan lebih baik
ketakutan akan kegagalan itu. Siswa merasa senang dan memiliki rasa ingin tahu,
sehingga dia belajar. Siswa yang berminat dalam pelajaran akan mengikuti
29
kegiatan belajar mengajar dengan rasa senang, sehingga siswa tersebut
dengan kebutuhan dalam belajar. Kebutuhan yang tak bisa dihindari oleh anak
didik adalah keinginan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan, oleh karena
mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya siswa yang memiliki
gambaran dan tujuan yang jelas mengenai masa depannya. Selain itu siswa juga
memiliki harapan yang tinggi agar cita-citanya dapat terwujud. Sardiman (2012:
52) mengatakan harapan dan cita-cita seorang siswa merupakan alat motivasi
yang sangat penting. Sebab dengan memahami harapan dan cita-cita yang harus
dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul
keinginan untuk terus belajar. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki
motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang
menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin
perilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling
mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil
30
belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti “bagus”, “hebat”, dan lain-lain di
mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa
pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang
banyak.
Sardiman (2012: 53) menyatakan bahwa apabila ada siswa yang sukses
dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini
adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus
tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi
bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai.
yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Ilustrasi ini diambil
dalam kasus dalam lingkup pelajaran Ilmu Bumi. Ini menunjukkan setiap orang
31
yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin
terjadi.
Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan
individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk
diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui
pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh
bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar. Seperti
salah satu contohnya yaitu siswa merasa nyaman pada situasi lingkungan tempat
mereka belajar.
ekstrinsik adalah metode mengajar, alat pelajaran, waktu sekolah dan teman
bergaul. Oleh sebab itu bagi para guru pendidikan jasmani hendaknya
32
3. Kontrol Diri
kearah konsekuensi positif. Averill (Thalib, 2013: 110) menyatakan kontrol diri
dengan sebutan kontrol personal yang terdiri dari beberapa aspek, yaitu kontrol
mengendalikan diri mereka namun ada juga individu yang kurang pandai dalam
oleh Gottfredson dan Hirschi (Sabir dan Cecelia, 2007:11) mengatakan “Maintain
that an individual who does not calculate the consequences of his or her behavior
is also impulsive or short sighted, and that the major cause of low self-control is
Pendapat Ghufron & Risnawita (2016: 21) bahwa “kontrol diri diartikan
bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Sebagai salah
satu sifat kepribadian”. Kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain
tidaklah sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada
33
Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu
mengatur dan mengarahkan perilaku, yaitu kontrol diri. Menurut Goldfried &
Marbaum (dalam Muhid, 2009) kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk
kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada
individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki
kontrol diri yang rendah. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu
mengubah kejadian dan menjadi agen utama dalam mengarahkan dan mengatur
diri untuk menyelaraskan antara keinginan pribadi self interest dengan godaan
menghindari godaan ini sangat berperan dalam pembentukan perilaku yang baik.
Ada kecenderungan manusiawi dalam diri anak untuk berperilaku semaunya, ada
kecenderungan anak untuk menentang aturan, tidak patuh pada orang tua serta
pekerjaan rumah (PR), menonton tv/film berjam-jam, bermain game, pulang larut
Kontrol diri berkaitan erat dengan kontrol emosi individu. Hurlock (dalam
Ghufron dan Risnawita, 2016: 24) mengemukakan tiga kriteria emosi yang
dilakukan individu untuk mengarahkan kearah yang lebih baik, yaitu: (1) Dapat
34
melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. (2) Dapat memahami
sesuai dengan harapan masyarakat. (3) Dapat menilai situasi secara kritis sebelum
diri (self control) adalah kemampuan individu dalam mengontrol tingkah laku,
berdasarkan apa yang individu tersebut yakini. Seseorang secara mandiri mampu
lingkungannya agar membentuk kontrol diri yang matang, hal tersebut dibutuhkan
baik dan kontruktif, Gul dan Pesendofer (dalam Sriyanti, 2012:4) menyatakan
pembentukan perilaku yang baik. Ada kecenderungan manusiawi dalam diri anak
tidak patuh pada orang tua serta menuruti kemauan sendiri. Malas belajar,
35
jam, bermain game, pulang larut malam, minuman keras adalah godaan-godaan
yang mengganggu anak. Godaan tersebut dapat ditangkal dengan self control yang
baik.
keyakinan, keberanian dan emosi yang ada dalam diri seseorang. Berbagai
pelanggaran yang muncul karena rendahnya self control, sekaligus bersumber dari
sikap orang tua yang salah. Rice (dalam Sriyanti, 2012:6) mengemukakan
beberapa sikap orang tua yang kurang tepat yang mengangggu self control anak
adalah:
36
mensosialisasikan kepada remaja mengenai bagaimana bergaul secara
baik dengan orang lain,
5) pengabaian moral (moral neglect), kegagalan dalam memberikan
contoh moral atau pendidikan moral yang positif.
keberanian dan emosi yang ada dalam diri seseorang. Self control sangat
disimpulkan bahwa fungsi dari self control yaitu membantu individu untuk
makhluk sosial, yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bersosialisasi dan
penting dalam bersosialisasi tersebut. Individu yang memiliki kontrol diri yang
tinggi akan dapat bersosialisasi dengan baik dan dapat mengantisipasi stimulus
dari luar. Tinggi rendahnya kontrol diri pada individu dipengaruhi oleh faktor
mengendalikan diri mereka namun ada juga individu yang kurang pandai dalam
37
mengendalikan diri. Block, Zulkarnaen (dalam Fudyartanta, 2013: 17)
berdasarkan kualitasnya kendali diri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
yang disebut dengan over control. Individu yang cenderung untuk bertindak tanpa
berpikir panjang atau melakukan segala tindakan tanpa perhitungan yang matang
(under control). Sementara individu yang memiliki pengendalian diri yang baik,
yaitu individu yang mampu mengendalikan keinginan atau dorongan yang mereka
miliki kemudian menentukan perilaku atau proses berpikir yang mana yang akan
ditampilkan. Penilaian diri ini membantu individu untuk memenuhi standar yang
orang dewasa disekitarnya atau teman sebaya, dengan melakukan penilaian diri,
38
individu akan mengetahui kelemahan serta kelebihan yang mereka miliki dan
b) Self-Monitoring
mereka atau menyimpan sebuah rekaman atau catatan dari apa yang telah mereka
lakukan. Alasan untuk melakukan pencatatan itu adalah Pertama, catatan itu akan
Kedua, catatan tersebut akan berguna dalam memberikan balikan yang positif
c) Self-Reinforcement
sendiri atas keberhasilannya dalam memenuhi segala bentuk perilaku yang telah
konkrit, seperti makanan, mainan, permen dan bisa pula berupa simbolis, seperti
senyum, pujian, dan persetujuan. Pengukuran diri positif akan membantu anak
mengubah gambaran dirinya menjadi lebih positif yang pada akhirnya akan
proses berpikir yang mana yang akan ditampilkan (self-analysis), merekam atau
mencatat penampilan dari apa yang telah mereka lakukan guna untuk
39
monitoring) serta dapat memberikan penghargaan terhadap diri sendiri atas apa
2013:22) menjelaskan bahwa dalam mengukur kendali diri yang dimiliki oleh
individu dapat melalui beberapa aspek yang terdapat dalam diri seorang individu,
hal tersebut dapat diamati melalui beberapa aspek pengendalian diri, sebagai
berikut:
untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Individu yang
beratkan peranan individu untuk mengatur perilaku mereka guna mencapai perihal
yang diharapkan.
prediksi dari perbuatan yang mereka kerjakan. Hal ini bertujuan agar individu
mampu mempersiapkan diri atas segala kemungkinan yang akan terjadi sebagai
40
akibat dari tindakan yang mereka kerjakan, dengan demikian ada beberapa cara
lengkap dan akurat, sehingga dengan informasi yang dimiliki mengenai keadaan
antara satu dan lainnya. Hal ini erat kaitannya dengan pengalaman dan
untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini
atau disetujuinya. Kendali diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik
41
Terdapat beberapa aspek yang dimiliki oleh individu dalam
peristiwa dan mengambil sebuah keputusan yang tepat. Aspek lain yang terdapat
dalam pengendalian diri seseorang meliputi kendali emosi, pikiran dan mental
(Fadillah, 2013: 24). Ketiga aspek tersebut dapat diuraikan, sebagai berikut: (1)
Kendali emosi seseorang dengan kendali emosi yang baik, cenderung akan
memiliki kendali pikiran dan fisik yang baik pula. (2) Kendali pikiran Jika belum
apa-apa sudah berpikir gagal, maka semua tindakan akan mengarah pada
dilakukan, maka akan berhenti berpikir untuk mencari solusi. (3) Kendali fisik
Kondisi badan yang fit merupakan salah satu faktor kunci dalam menunjukkan
kemampuan kita berfungsi dengan optimal (Sembel dalam Fadillah, 2013: 24).
keputusan. Pengendalian diri juga memiliki aspek lain yang meliputi aspek
emosional, pikiran, dan fisik. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan
jenis-jenis kontrol diri akan berfungsi untuk merespon berbagai stimulus yang
kontrol diri itu sendiri meliputi perilaku (behavior), kognisi serta afeksi. Over
42
control, yaitu kontrol yang berlebihan dan menyebabkan seseorang banyak
mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi terhadap suatu stimulus. Under
sekaligus bersumber dari sikap orang tua yang salah. Rice (dalam Sriyanti, 2012)
mengemukakan beberapa sikap orang tua yang kurang tepat yang mengangggu
kasih sayang dan afeksi yang tidak memadai dari orang tua atau kegagalan
persahabatan.
atas aktivitas sosial remaja, kurangnya perhatian dengan siapa remaja bergaul
43
5) Pengabaian Moral (moral neglect), kegagalan dalam memberikan contoh
disebabkan oleh banyak faktor. Namun pada dasarnya, kontrol diri itu secara garis
besar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal, meliputi:
faktor hirarki dasar biologi yang telah terorganisasi dan tersusun melalui
pengalaman evolusi dan kontrol emosi yang sehat diperoleh bila seorang remaja
memiliki kekuatan ego, yaitu suatu kemampuan untuk menahan diri dan tindakan
tanggung jawab, maka remaja cenderung memiliki kontrol diri yang baik. Hal ini
Menurut Gilliom et al. (dalam Gunarsa, 2008: 253) ada beberapa sub-
faktor yang mempengaruhi proses pembentukan kontrol diri dalam diri individu.
focus on delay object/task, serta peak anger). Dijelaskan oleh Gilliom bahwa cara
44
atau menimbulkan kekesalan bagi orang lain (eksternalizing). Terkadang cara
passive waiting (menuruti instruksi untuk berdiri atau duduk dengan tenang),
maka semakin anak mampu bekerja sama dengan orang lain dan mematuhi
tingkah laku yang bersifat menyakiti atau merugikan orang lain (externalizing).
orang lain. Dengan kata lain, anak semakin mampu mengungkapkan keinginan
atau perasaan kepada orang lain tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan
Di samping kelima faktor tersebut di atas, ada faktor-faktor lain yang turut
45
pengembangan self-regulation pada masa kanak-kanak, dapat dikatakan bahwa
konrol diri juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk self-
adalah faktor umpan balik (adequate feedback) dan faktor perasaan mampu (self-
efficacy).
1) Faktor Internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia.
Semakin bertambah usia seseorang maka semakin baik kemampuan
mengontrol diri seseorang.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal diantarannya lingkungan keluarga seperti orangtua,
orangtua menentukan bagaimana kontrol diri seseorang.
Individu yang memiliki keyakinan akan kemampuan diri yang baik, jika
diberikan umpan balik bersifat membangun dan disampaikan dengan cara yang
46
baik pada individu, sedangkan self-regulation yang baik merupakan kriteria dari
diri adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang sangat
berperan terhadap kontrol diri adalah usia, dimana semakin usia seseorang
bertambah, maka semakin baik dalam mengontrol dirinya. Faktor eksternal yaitu
Manfaat dari penelitian yang relevan yaitu sebagai acuan agar penelitian
yang sedang dilakukan menjadi lebih jelas. Beberapa penelitian yang relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Burhan dkk (2017) yang berjudul “Hubungan
ini terdiri atas tiga variabel yakni dua variabel bebas serta satu variabel terikat.
variabel terikat adalah hasil belajar. Penelitian ini memiliki populasi sebanyak
47
prokrastinasi akademik, serta dokumentasi berupa nilai IPS (Indeks Prestasi
menunjukkan nilai rata-rata sebesar 46,63 dengan kategori sedang, dan hasil
belajar diperoleh nilai rata-rata sebesar 81,01 berada pada kategori tinggi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yogiswari & Astuti (2016) yang berjudul
dan kontrol diri yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada
mahasiswa yang telah menempuh studi 5 tahun atau lebih dengan jumlah
subjek penelitian sebanyak 104 orang di program studi X di salah satu PTN
berprestasi disusun oleh Setyadi (2014), dan skala kontrol diri yang disusun
oleh penulis yang terdiri dari 22 aitem. Berdasarkan hasil analisis data dapat
48
prokrastinasi akademik antara motivasi berprestasi dan kontrol diri yang
motivasi berprestasi pada mahasiswa (sig. 0,237), dan pada hipotesis minor 2
C. Kerangka Berpikir
skripsi
menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi, akan tetapi hanya
tugas, manajemen waktu yang tidak teratur, dan adanya hal yang lebih
untuk menampilkan tingkah laku ke arah pencapaian suatu tujuan tertentu. Oleh
sebab itu, adanya motivasi dalam diri mahasiswa akan mengarahkan dan
49
2. Pengaruh kontrol diri dengan prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi
seorang pelajar maka kontrol diri yang tinggi akan mampu mengarahkan siswa
Mahasiswa yang memiliki kontrol diri dan harga diri tinggi efektif dalam
diri yang tinggi seorang mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi mampu
dengan segera menyelesaikan skripsi tersebut dengan baik dan jika seorang
mahasiswa tersebut memiliki kontrol diri yang rendah ia akan sering untuk
(pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
50
dan mudah menyerah saat mengerjakan tugasnya, tidak disiplin, bermalas-
malasan, enggan untuk belajar, apatis dalam perkuliahan, dan kurang memiliki
negatif, yang merugikan orang lain maupun dirinya sendiri. Dalam diri si pelaku
kurang adanya suatu proses pengolahan diri dengan cara mencoba mengontrol
dirinya dengan baik. Seseorang yang kurang bisa mengontrol dirinya atau kalah
kontrol diri berbedabeda, baik kontrol diri yang tinggi maupun yang rendah.
Menurut Ursia (2013) kontrol diri adalah pengendalian diri individu terhadap
waktu tunda penerimaan imbalan. Pengendalian diri ini berkaitan dengan perilaku
D. Paradigma Penelitian
Yogyakarta memiliki dua variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y).
Motivasi Belajar H1
(X1)
Prokrastinasi dalam
menyelesaikan
skripsi
Kontro Diri (Y)
(X2)
H2
51
H3
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
= secara parsial
= secara simultan
E. Hipotesis Penelitian
2. H2: Terdapat pengaruh negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi dalam
3. H3: Terdapat pengaruh negatif antara motivasi belajar dan kontrol diri dengan
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
untuk mengetahui1 pengaruh antara motivasi belajar dan kontrol diri terhadap
Negeri Yogyakarta.
53
Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Populasi Penelitian
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut
berjumlah 81 mahasiswa.
2. Sampel Penelitian
Siyoto & Sodik (2015: 64) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian
kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu, sehingga
54
D. Definisi Operasional Variabel
variabel, yaitu variabel bebas (motivasi belajar dan kontrol diri) dan variabael
1. Motivasi belajar merupakan dorongan yang muncul dari dalam atau dari luar
(1987) (dalam Dioris, 2018). Skala ini merupakan adopsi dari penelitian
tugas.
diinginkan dan memilih suatu keputusan berdasarkan apa yang diyakini. Skala
kontrol diri mengacu pada teori Averill (dalam Ghufron &, Risnawita, 2016).
Skala ini merupakan adopsi dari penelitian Muniroh (2013) berdasarkan aspek
55
3. Prokrastinasi merupakan tindakan menunda yang tidak diperlukan dalam
menunda tugas atau pekerjaan yang ada kaitannya dengan akademik yang
sudah menjadi respon tetap dalam menghadapi tugas akademik yang tidak
menyenangkan.
tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memberikan tanda check list (√) pada kolom atau tempat yang
sesuai, dengan angket langsung menggunakan skala bertingkat. Teknik angket ini
56
2. Instrumen Pengumpulan Data1
tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa, sehingga
responden tinggal memberikan tanda check list (√) pada kolom atau tempat yang
tentang fenomena tertentu yang ingin diketahui. Dalam angket skala Likert
biasanya disediakan lima alternatif jawaban, misalnya: SS, S, N, TS, dan STS.
kemudian menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
berikut:
57
Skala prokrastinasi akademik mengacu pada teori Ferrari (dalam Ghufron
& Risnawita, 2012). Skala ini merupakan adopsi dari penelitian Sari (2016)
dengan nilai reliabilitas sebesar 0,927 dan jumlah aitem berjumlah 40 butir. Skala
akan diukur. Semakin tinggi skor yang diperoleh responden berarti semakin
sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh responden berarti semakin tidak
Favorable Unfavorabl
e
Melakukan aktivitas yang 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38,
lebih menyenangkan 31, 32, 33, 34,35 39, 40
Jumlah 40
b. Skala Motivasi
58
Skala motivasi mengacu pada teori Mc.Clelland (1987) (dalam Dioris,
2018). Skala ini merupakan adopsi dari penelitian Sari (2016) dengan nilai
reliabilitas sebesar 0,873 dan jumlah aitem berjumlah 50. Semakin tinggi skor
dalam motivasi belajar, demikian juga sebaliknya, semakin rendah skor yang
Favorable Unfavorable
Jumlah 50
Skala kontrol diri mengacu pada teori Averill (dalam Ghufron &,
Risnawita, 2012). Skala ini merupakan adopsi dari penelitian Muniroh (2013)
dengan nilai reliabilitas sebesar 0,863 dan jumlah aitem berjumlah 36. Semakin
tinggi skor yang diperoleh responden berarti semakin efektif perilaku yang
ditunjukkan dalam kontrol diri dalam belajar, demikian juga sebaliknya, semakin
59
rendah skor yang diperoleh responden berarti semakin tidak efektif perilaku yang
Favorable Unfavorable
Kontrol Diri Kontrol Perilaku 11, 15, 1, 22, 19, 20 16, 21, 12, 26,
23, 30
Jumlah 36
1. Uji Validitas
menggunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor
bahwa jika korelasi skor item terhadap skor total lebih besar dari r tabel yaitu ≥
60
0,30, sehingga butir-butir tersebut valid. Uji validitas dalam penelitian ini
digunakan1 sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 2010: 239). Dalam penelitian
99) koefisien reliabilitas pada taraf 0,70 atau lebih biasanya lebih bisa diterima
sebagai reliabilitas yang baik. Uji validitas dalam penelitian ini dianalisis dengan
dengan tepat. Teknik analisis dataa merupakan sebuah cara yang digunakan untuk
sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
61
Tabel. Norma Jawaban Responden
No Interval Kategori
1 Mi + 1,8 Sbi < X Sangat Tinggi
2 Mi + 0,6 Sbi < X ≤ Mi + 1,8 Sbi Tinggi
3 Mi - 0,6 Sbi < X ≤ Mi + 0,6 Sbi Cukup
4 Mi - 1,8 Sbi < X ≤ Mi – 0,6 Sbi Rendah
5 X ≤ Mi - 1,8 Sbi Sangat Rendah
(Sumber: Widoyoko, 2014: 238)
Keterangan:
X = rata-rata
Mi = ½ (skor maks ideal + skor min ideal)
Sbi = 1/6 (skor maks ideal – skor min ideal)
Skor maks ideal = skor tertingi
Skor min ideal = skor terendah
a. Uji Normalitas1
Menurut Wiyono (2011: 79) tujuan uji normalitas adalah untuk menguji
apakah apabila variabel penelitian memiliki distribukan normal atau tidak. Dalam
analitis ini penelitian menggunakan metode parametrik dengan uji One Sample
1) Jika nilai Asymp Sig (2 tailed) lebih kecil dari 0,05 berarti data residual tidak
2) Jika nilai Asymp Sig (2 tailed) lebih besar dari 0,05 berarti data residual
b. Uji Linearitas1
variabel bebas memiliki hubungan linear atau tidak secara signifikan. Uji
62
linearitas dapat dilakukan melalui test of linearity. Kriteria yang berlaku adalah
jika nilai signifikansi pada linearity ≤ 0,05, maka dapat diartikan bahwa antara
variabel bebas dan variabel terikat terdapat hubungan yang linear (Sugiyono,
2014: 103). Uji linearitas dalam penelitian ini dianalisis dengan bantuan program
c. Uji Multikolinearitas
yaitu adanya hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi.
(VIF) pada model regresi, jika (VIF) > 5, maka variabel tersebut mempunyai
persoalan dengan variabel bebas lainnya. Program yang digunakan dalam uji
3. Pengujian Hipotesis1
Analisis regresi ganda adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua
variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau
tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau
lebih (X1), (X2), (Xn). Guna menguji pengaruh beberapa variabel bebas dengan
63
2014: 303)
Y = a + b1X1 + b2X2 + +e
Keterangan:
Y = Variabel dependent
X1 = Variabel independent
X2 = Variabel independent
a = konstanta
b1 , b2 = koefisien regresi
e = residu
1) F hitung ≥ F tabel pada α = 5%, maka H0 ditolak, Ha diterima atau variabel bebas
2) F hitung < F tabel pada α = 5%, maka H0 diterima, Ha ditolak atau variabel bebas
1) Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung <t . Artinya variabel bebas tidak
tabel
64
4. Koefisien Determinasi (R2)
variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dan bila R2 mendekati 1
terikat. Nilai koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada kolom Adjusted R
Square pada tabel Model Summary hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS
23 for Windows.
65
DAFTAR PUSTAKA
Burhan, S., Rapi, M., & Rapi, M., & Kusyairy, U. (2017). Hubungan antara
motivasi intrinsik dan prokrastinasi akademik dengan hasil belajar
pengurus hmj pendidikan biologi. Jurnal Biotek, 5(2).
Darmono, A., & Hasan, A. (2002). Menyelesaikan skripsi dalam satu semester.
Jakarta: Grasindo.
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & Mccown, W. G. (1995). Procrastination and task
avoidance: theory, research and treatment. New York: Plenum Press.
Garn, A. C., & Jolly, J. L. (2014). High ability students voice on learning
motivation. Journal of Advanced Academics, 25 (1), 7-24.
66
Ghufron, M. N., & Risnawita, R. (2016). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: ArRuz
Media.
Hanafiah, N., & Suhana, C. (2012). Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hasanah, A. N. (2017). Hubungan antara motivasi belajar dan kontrol diri dengan
prokrastinasi dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman. Psikoborneo, 5(3), 477-491.
Kaya, S., Kabakci, A. C., & Dogan, A. A. (2015). Differences in motivation for
participating sport activities according to sport branches. International
Journal of Science Culture and Sport, 3(1), 44-53.
Lastary, L. D., & Rahayu, A. (2018). Hubungan dukungan sosial dan self efficacy
dengan prokrastinasi akademik mahasiswa perantau yang berkuliah di
Jakarta. Ikraith-Humaniora, 2(2).
Margarete, I., & Hilbert, T. S. (2013). The role of motivation, cognition, and
conscientiousness for academic achievement. International Journal of
Higher Education, 69-80.
Muhid, A. (2009). Hubungan antara self - control dan self – efficacy dengan
kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Jurnal Ilmu Dakwah. 18.
Muniroh, N. L. (2013). Hubungan antara kontrol diri dan perilaku disiplin pada
santri di pondok pesantren. Skripsi sarjana, tidak diterbitkan. Universitas
Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
67
Nashar. (2004). Peranan motivasi dan kemampuan awal dalam kegiatan
pembelajaran. Jakarta: Delia Press
Nitami, M., Daharnis., & Yusri. (2015). Hubungan motivasi belajar dengan
prokrastinasi akademik siswa. Konselor, 4 (1), 1-12
Reeve, J. (2016). A Grand Theory of Motivation: Why Not?. Motiv Emot, 40:31–
35.
Sabir, O., & Cecelia, M. (2007). The effects of race and family attachment on self-
esteem, self-control, and delinquency. New York: LFB Scholarly
Publishing LLC.
Sha, L., Schunn, C., Bathgate, M., & Ben-Eliyahu, A. (2016). Families support
their children's success in science learning by influencing interest and self-
efficacy. Journal of Research in Science Teaching, pp.450-472.
Siregar, E., & Hartini, N. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Ghalia.
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar metodologi penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing.
68
Sriyanti, L. (2012). Pembentukan self control dalam perspektif multikultural
Madurrisa, 4(1).
Stover, B, J., Iglesia, G., Boubeta, A. R., Fernandez, M., & Liporace. (2012)
Academic Motivation Scale: adaptation and psychometric analyses for
high school and college students. Psychology Research and Behavior
Management, 5, 71–83.
Teo, E.W., Khoo, S., Wong, R., Wee, E.H., Lim, B.H., & Rengasamy, S.S.
(2015). Intrinsic and extrinsic motivation among adolescent ten-pin
bowlers in Kuala Lumpur, Malaysia. Journal of Human Kinetics, 45, 241-
251.
Ursia. N. R., Siaputra, I. B., & Sutanto, N. (2013). Prokrastinasi akademik dan
self-control pada mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Surabaya. Makara Seri Sosial Humaniora, 17(1): 1-18.
Wiyono, G. (2011). Merancang penelitian bisnis dengan alat analisis SPSS 17.0
& Smart PLS 2.0. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
69
Yogiswari, N. N., & Mastuti, E. (2016). Perbedaan prokrastinasi akademik
ditinjau dari motivasi berprestasi dan kontrol diri pada mahasiswa. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 5(1).
70
71