Anda di halaman 1dari 41

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN HASIL

PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MALAHAYATI ANGKATAN 2018

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
dari Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati

CANDRA FARID RIFAI


16310054

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis pendidikan (Syah,

2015). Pendapat lain mengatakan belajar adalah sebuah kegiatan atau proses

yang mempunyai tujuan kegiatan yaitu perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi

segenap aspek organisme atau pribadi yang didapat melalui pengalaman dan

latihan (Ali, 2013). Belajar dapat dilakukan dengan mengamati, membaca,

berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan dan mengikuti

petunjuk/arahan (Sadirman. 2005).

Tujuan dari pembelajaran ialah perubahan tingkah laku yang diharapkan

tercapai oleh seseorang setelah melakukan suatu proses pembelajaran

(Hamalik, 2006). Hasil proses pembelajaran akan tergambar pada prestasi

belajar. Dalam suatu lembaga pendidikan, prestasi belajar merupakan

indikator penting untuk megukur keberhasilan proses belajar mengajar.

Prestasi Belajar merupakan suatu pencapaian yang penting dalam bidang

pendidikan. Prestasi akademik adalah hasil evaluasi dari suatu proses belajar

yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus

dipersiapkan untuk proses evaluasi misalnya nilai pelajaran, mata kuliah, nilai

ujian dan lain sebagainya (Suryabrata, 1993).


Menurut Syah (Indra, 2016), prestasi belajar menjadi salah satu parameter

keberhasilan belajar mahasiswa. Pretasi belajar adalah taraf keberhasilan

seorang mahasiswa dalam mempelajari materi pelajaran di Universitas yang

dinyatakan dalam bentuk skor yang di peroleh dari hasil tes mengenai

sejumlah materi penbelajaran tertentu. Dalam kehidupan mahasiswa

Universitas Malahayati keberhasilan pembelajar atau prestasi mahasiswa di

lihat melalui Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

Idealnya mahasiswa harus memiliki prestasi belajar yang tinggi, salah satu

ciri sukses dalam belajar adalah memperoleh prestasi yang tinggi. Bila

seseorang memperoleh prestasi yang baik, maka secara umum dapat dikatakan

bahwa dia sukses dalam belajar. Prestasi belajar adalah penguasaan seseorang

terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran,

yang lazimnya diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan dosen. Bila

angka yang diberikan oleh dosen rendah, maka prestasi mahasiswa dianggap

rendah. Bila angka yang diberikan oleh dosen tinggi, maka prestasi mahasiswa

dianggap tinggi. Sekaligus dianggap seorang mahasiswa yang sukses dalam

belajar (Nasution, 2016).

Prestasi Belajar di Malahayati di lihat dari IPK Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati angkatan 2018, tercatat 60 responden masih memiliki

IPK di bawah 2,76. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Sangalang dalam Tu’u (2004) mengemukakan bahwa ada enam faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu intelegensi, minat dan bakat, faktor motif,

gaya belajar, lingkungan keluarga dan lingkungan rumah.


Salah satu faktor yang memengaruhi hasil belajar ialah gaya belajar

(Sugihartono, 2007). Dunn dalam Sopiatin dan Sahrani (2011), menjelaskan

bahwa dalam belajar, setiap individu memiliki kecendrungan kepada salah

satu cara atau gaya tertentu. Kecendrungan seseorang ini disebut gaya belajar.

Terdapat berbagai macam gaya belajar diantaranya adalah gaya belajar

menurut Dunn & Dunn, Honey, Mumford, Kolb’s experiential learning visual,

auditory, read/write dan kinesthetic (VARK). Gaya belajar VARK paling

banyak dan mudah digunakan. Sesuai dengan preferensi individu terhadap

gaya belajar. Peserta didik dapat di klasifikasikan sebagai unimodal jika

menunjukan dominan satu preferensi belajar atau multimodal jika memiliki

preferensi dua atau lebih gaya belajar. (Montemayor, Alpaten, Mendoza,

Perey, 2009).

Telah diketahui bahwa pengetahuan tentang gaya belajar (Learning Style)

dapat berguna bagi pengajar dan peserta didik, pengajar dapat menyesuaikan

penyampaian materi yang dikorelasikan dengan gaya belajar peserta didik

dengan pengetahuan tentang gaya belajar mereka dapat mengidentifikasi dan

menggunakan teknik belajar yang paling sesuai dengan gaya individu masing-

masing sehingga mereka akan cepat, mudah,dan berhasil dalam menyerap

informasi atau pembelajaran.(Gilakjani, 2012).

Musrofi (dalam Pratiwi, 2014) mengatakan hanya 30% mahasiswa yang

berhasil mengikuti pembelajaran di kelas karena mereka mempunyai gaya

belajar yang sesuai dengan gaya mengajar yang diterapkan dosen di dalam

kelas. Sisanya, sebanyak 70% mahasiswa mengalami kesulitan dalam


mengikuti pembelajaran di kelas karena mereka memiliki gaya belajar lain,

yang tidak sesuai dengan gaya mengajar yang diterapkan di dalam kelas.

Artinya, 70% gaya mahasiswa tidak terakomodasi oleh gaya mengajar dosen

dalam pembelajaran. Kurangnya pemahaman dosen terhadap gaya belajar

mahasiswa berdampak merugikan mahasiswa. Hal ini akan mengakibatkan

prestasi belajar mahasiswa tidak sesuai dengan taraf kemampuan intelegensi

mahasiswa tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar visual, auditory, read/write, dan kinesthetic (VARK) merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa itu sendiri.

Oleh karena itu, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengetahui

hubungan gaya belajar visual, auditory, read/write, dan kinesthetic (VARK)

dengan hasil prestasi belajar pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas

Malahayati angkatan 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat rumusan masalah

sebagai berikut : “ Apakah ada hubungan gaya belajar visual, auditory,

read/write, dan kinesthetic (VARK) dengan hasil prestasi belajar pada

mahasiswa fakultas kedokteran universitas malahayati angkatan 2018 ?”.


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan gaya belajar visual, auditory, read/write, dan kinesthetic

(VARK) dengan prestasi belajar pada mahasiswa fakultas kedokteran

universitas malahayati angkatan 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gaya belajar VARK pada mahasiswa angkatan 2018.

b. Untuk mengetahui hasil prestasi belajar pada mahasiswa angkatan 2018.

c. Untuk mengetahui mengetahui hubungan gaya belajar VARK dengan

hasil prestasi belajar pada mahasiswa angkatan 2018.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai salah satu tugas akademik untuk melengkapi persyaratan

dalam menempuh program pendidikan sarjana strata-1 kedokteran umum

serta sebagai sarana dalam menerapkan teori yang di peroleh selama

mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteraan Universitas Malahayati

Bandar Lampung.

1.4.2 Bagi Pengemban Keilmuan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan

dalam bidang ilmu kependidikan kedokteran.


1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Dengan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan

pengembangan penelitian berikutnya untuk melanjutkan penelitian dalam

konteks yang berbeda dan lebih luas agar dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional

dengan pendekataan cross sectional dengan menggunakan purposive

sampling sebagai teknik pemilihan sampel, mengenai hubungan gaya

belajar visual, auditory, read/write, dan kinesthetic (VARK) dengan hasil

prestasi belajar, dengan subjek penelitian adalah mahasiswa fakultas

kedokteran angkatan 2018, penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung dan akan

berlangsung pada bulan September 2019 sampai dengan Januari 2019.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Prestasi Belajar

2.1.1 Pengertian

Marsun dan Martaniah dalam Hidayat (2013) berpendapat bahwa prestasi

belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik

menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya

perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti

prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap

hasil belajar siswa.

Menurut Syah (Indra, 2016) prestasi belajar menjadi salah satu parameter

keberhasilan belajar mahasiswa. Prestasi belajar adalah taraf keberhasilan

seorang mahasiswa dalam mempelajari materi pelajaran di Universitas yang

dinyatakan dalam bentuk skor yang di peroleh dari hasil tes mengenai

sejumlah materi penbelajaran tertentu.

Dalam suatu lembaga pendidikan, prestasi belajar merupakan indikator

penting untuk megukur keberhasilan proses belajar mengajar. Faktor yang

dapat memengaruhi perbedaan hasil belajar setiap mahasiswa ialah faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor ekternal adalah faktor yang

berasal dari luar individu.


2.1.2 Aspek - Aspek Prestasi Belajar

Menurut Nasution (1996) prestasi belajar peserta didik dikatakan

sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu :

1. Aspek Kognitif

Ialah aspek yang berkaitan dengan kegiatan/kemampuan berpikir peserta

didik atau tingkat intelegensi (IQ).

2. Aspek Afektif

Ialah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap.

3. Aspek Psikomotorik

Ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang

mempengaruhi sikap mental.

2.1.3 Faktor- Faktor yang mempengeruhi Prestasi Belajar

Sangalang dalam Tu’u (2004) mengemukakan bahwa ada enam faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu intelegensi, minat dan bakat, faktor

motif, gaya belajar, lingkungan keluarga dan lingkungan rumah.

a. Intelegensi

Kecerdasan siswa memberikan pengaruh terhadap pencapaian prestasi,

siswa yang cenderung memiliki intelegensi tinggi akan cepat dalam memahami

suatu materi sehingga prestasi yang diperolehkan lebih tinggi jika dibandingkan

dengan siswa yang memiliki tingkat intelegensi rendah.


b. Minat dan bakat

Siswa memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda. Bakat siswa akan

mempengaruhi prestasi misalnya saja siswa yang memiliki bakat atlet maka akan

menunjang prestasi di bidang olahraga. Selain bakat, minat pun memberikan

pengaruh terhadap prestasi, siswa akan cenderung berprestasi pada apa yang

menjadi minat mereka, misalnya saja siswa yang memang menaruh minat pada

mata pelajaran matematika maka akan cenderung berprestasi di bidang

matematika.

c. Faktor motif

Motif akan mendorong seseorang untuk mencapai sesuatu yang diinginkan

atau yang dicita-citakan. Siswa yang memiliki motif yang tinggi cenderung akan

mampu untuk mencapai prestasi yang tinggi pula karena ada dorongan yang kuat

dari dalam (motivasi instrinsik) dan luar dirinya (motivasi ekstrinsik).

d. Gaya belajar

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar yang disesuaikan

dengan gaya belajar. Siswa yang belajar sesuai dengan gaya belajarnya akan

mendapatkan prestasi yang lebih tinggi daripada siswa yang belajar dengan tidak

memperhatikan kecenderungan gaya belajarnya sendiri.

e. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi

anak. Lingkungan keluarga memberikan pengaruh kepada anak dalam mencapai


prestasi belajar anak. Suasana keluarga yang harmonis, hubungan dan komunikasi

yang baik antar anggota keluarga, kondisi ekonomi keluarga turut mempengaruhi

pencapaian prestasi belajar siswa.

f. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan kedua anak setelah keluarga.

Hubungan antara pendidik dan siswa, hubungan antar siswa, sarana prasarana

sekolah, cara guru mengajar turut mempengaruhi pencapaian prestasi belajar

siswa.

Untuk mencapai prestasi yang baik tidak terlepas dari berbagai faktor yang

memengaruhinya. Menurut Suryabrata dalam Hidayat (2013), faktor-faktor yang

dapat memengaruhi keberhasilan belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan

menjadi dua bagian, yaitu internal dan eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor tersebut yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek,

yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang

bersifat rohaniah) :

a. Aspek fisiologis (jasmaniah), baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, kesehatan jasmani sangatlah besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar.

b. Aspek psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh

seperti minta, bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan kognitif seperti


kemampuan persepsi, ingatan berpikir, dan kemampuan dasar bahan

pengetahuan yang dimilikinya.

2) Faktor Eksternal

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri atau eksternal siswa yang

bersangkutan juga digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu faktor sosial dan

faktor nonsosial:

a. Faktor Sosial

Kehidupan manusia dengan lainnya saling membutuhkan dan di antara

mereka tidak bisa hidup tanpa ada manusia lain yang membantu. Keluarga

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan anak.

Pengaruh itu dapat berupa cara orang tua mendidik, hubungan antara

anggota keluarga, dan suasana rumah tangga. Faktor sosial lain yang

memengaruhi prestasi belajar adalah seperti guru, staf administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa.

b. Faktor Nonsosial

Faktor yang termasuk adalah sarana dan prasarana belajar, seperti

keadaan suhu udara, waktu belajar, alat-alat yang digunakan untuk belajar

dapat pula memengaruhi prestasi belajar. (Hidayat, 2013).

2.2 Hasil Prestasi Belajar Di Universitas Malahayati

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2014),

Hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan pada akhir program studi

dinyatakan dengan IPK yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian


antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan SKS mata kuliah

bersangkutan dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah yang diambil yang telah

ditempuh.

Dalam kehidupan mahasiswa Universitas Malahayati keberhasilan

pembelajar atau prestasi mahasiswa di lihat melalui IPK.

Tabel 2.1 Beban Studi Semester Universitas Malahayati


INDEKS PRESTASI BEBAN STUDI

3,00-4,00 = 24 SKS

2,50-2,99 = 21 SKS

2,00-2,49 = 18 SKS

1,50-1,99 = 15 SKS

0-1,49 = 12 SKS

Catatan : Khusus Mahasiswa Fakultas Kedokteran Beban Studi Semester


telah ditentukan sendiri.

2.2.1 Cara Penilaian

Cara penilaian atau penentuan prestasi belajar tiap semester, dapat

dilakukan dengan menghitung Indeks Prestasi (IP) Semester dengan

menggunakan formula sebagai berikut:

∑(𝑁 ×𝐾)
IP = ∑𝐾

∑𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ( 𝑁 ×𝐾)
IP = ∑𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐾

Beban Studi semester maksimal = .................. SKS

N = Bobot Nilai

K = SKS/ Jumlah Kredit


Tabel 2.2 Penilaian Hasil Belajar
Tingkat Kepuasan Nilai Bobot Predikat

76 - 100 A 4 Sangat Baik

66 - 75 B 3 Baik

55 - 65 C 2 Cukup

45 - 54 D 1 Kurang

< 45 E 0 Tidak Lulus

Sumber: Buku panduan pembimbing akademik Universitas Malahayati


Bandar Lampung 2016

2.3 Konsep Gaya Belajar

2.3.1 Pengertian

Gaya belajar adalah gaya konsisten yang di tunjukan individu untuk

menyerap informasi, mengatur, mengelola informasi tersebut dengan mudah

dalam proses penerimaan, berfikir, mengingat , dan pemecahan masalah dalam

menghadapi proses belajar. Sukadi (2008) mengungkapkan bahwa gaya belajar

yaitu kombinasi antara cara seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara

mengatur serta mengolah informasi atau pengetahuan yang didapat. Sedangkan

menurut Nasution (2008), gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan

oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,

berpikir, dan memecahkan soal. Gaya belajar merupakan cara yang dipilih

seseorang untuk menggunakan kemampuannya (Santrock, 2010).

2.3.2 Teori Gaya Belajar

Terdapat berbagai teori gaya belajar diantaranya adalah :


1. Gaya belajar menurut Dunn & Dunn, Honey, Mumford, Kolb’s

experiential learning visual, auditory, read/write dan kinesthetic (VARK).

Gaya belajar VARK paling banyak dan mudah digunakan sesuai dengan

pereferensi individu terhadap gaya belajar, peserta didik dapat di

klasifikasikan sebagai unimodal jika menunjukan dominan satu preferensi

belajar atau multimodal jika memiliki preferensi dua atau lebih gaya

belajar.

2. Fleming (2012) menjelaskan model VARK dalam menentukan gaya

belajar seseorang. Gaya belajar VARK berfokus kepada modalitas

sensorik siswa dalam merespon setiap materi pelajaran yang sesuai dengan

pilihan belajar mereka. Siswa akan belajar dengan baik jika siswa

menggunakan serta mengoptimalkan kecenderungan modalitasnya

tersebut.

3. Westwood mengatakan gaya belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar

seseorang. Jika salah dalam menerapkan gaya belajar dapat menyebabkan

kegagalan dan frustasi pada mahasiswa.

4. Dalam penelitian Pujiningsih, mahasiswa yang memahami kecenderungan

gaya belajarnya akan memiliki prestasi belajar yang tinggi

5. Penelitian lain oleh Fajar dengan pendekatan kuantitatif juga menujukkan

bahwa gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik secara bersama-sama

memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap prestasi

belajar.
Berdasarkan hal ini maka, gaya belajar diperkirakan menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi dan membedakan tingkat prestasi belajar mahasiswa.

2.3.3 Klasifikasi Gaya Belajar

Menurut De Poter & Hernacki (1999) secara umum gaya belajar

manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar

visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.

1. Gaya Belajar Visual

Menurut De Poter & Hernacki yang dikutip oleh Sukadi, berdasarkan

arti katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat,

mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini

terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata

adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus

(rangsangan) belajar. Orang dengan gaya belajar visual senang mengikuti

ilustrasi, membaca instruksi, mengamati gambar-gambar, meninjau

kejadian secara langsung, dan sebagainya. Sebaliknya merasa sulit belajar

apabila dihadapkan bahan-bahan bentuk suara, atau gerakan.

2. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar.

Orang dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera

pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia

mudah belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila

melalui alat indera pendengaran (telinga). Orang dengan gaya belajar

auditorial memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar.


Anak yang bertipe auditorial, mudah mempelajari bahan-bahan yang

disajikan dalam bentuk suara, begitu guru menerangkan ia cepat

menangkap bahan pelajaran, disamping itu kata dari teman (diskusi) atau

suara radio/kaset ia mudah menangkapnya. Pelajaran yang disajikan dalam

bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan ia mengalami kesulitan.

3. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak,

bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan

indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini

lebih mudah menangkap pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau

mengambil tindakan. Misalnya, ia baru memahami makna halus apabila

indera perasanya telah merasakan benda yang halus. Individu yang bertipe

ini, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-

gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara atau penglihatan.

Selain itu, belajar secara kinestetik berhubungan dengan praktik atau

pengalaman belajar secara langsung.

Sedangkan, menurut Fleming (2012), terdapat 4 gaya belajar yaitu,

visual, auditory, read/write, dan kinesthetic (VARK) dengan karakteristik,

sebagai berikut :

1. Visual

Siswa dengan kecenderungan gaya belajar visual, mampu

memproses informasi secara baik dengan melihat. Umumnya mereka

senang menggunakan media visual seperti gambar, diagram, video, poster,


animasi, peta konsep, warna, simbol, dan grafik untuk membantu mereka

dalam memproses informasi. Untuk memudahkan ketika belajar, mereka

harus memaparkan gambar dengan cara yang berbeda dan membayangkan

setiap halaman yang ada dalam ingatannya. Mereka juga mengganti

kalimat-kalimat informasi dengan menggunakan simbol dan insial yang

mudah dipahami. Simbol yang mereka gunakan dapat berupa simbol

bentuk ataupun simbol warna yang mampu memudahkannya dalam

mengingat.

2. Auditory

Siswa dengan kecenderungan gaya belajar auditory, mampu

memproses informasi secara baik dengan mendengarkan. Siswa

mendengarkan ceramah, menghadiri tutorial/presentasi, cerita dan lawakan

untuk dapat memahami sebuah informasi. Umumnya mereka senang

berdialog secara internal dan eksternal mengenai informasi, misalnya

mendiskusikan sebuah topik dengan siswa yang lain, dan memaparkan ide

ataupun informasi kepada yang lain dengan suara yang lantang.

Dalam belajar, mereka menggunakan antara lain media tape

recorder (rekaman) untuk memutar kembali sesi pelajaran. Saat proses

belajar, catatan yang dimiliki oleh siswa dengan gaya belajar auditory

mungkin buruk karena mereka lebih memilih untuk mendengarkan.

Mereka menyimpan catatan pelajaran ke dalam sebuah rekaman, dan

kemudian didengarkannya. Selain itu, mereka menyukai suasana yang


tenang untuk dapat berpikir. Mereka tidak menyukai ketika sedang belajar,

lingkungan di sekitarnya ramai.

3. Read/Write

Sebelumnya yang sudah lama digunakan adalah modalitas VAK

tiga bagian visual, aural, dan kinesthetic. Model ini mungkin didasarkan

pada pengetahuan Yunani atau Mesir berdasarkan modalitas sensorik.

Fleming kemudian memperkenalkan read/write untuk strategi belajar

berdasarkan siswa yang belajar lebih memilih teks pelajaran, ini berarti

memisahkan read/write dari dalam modalitas visual di mana ia

sebelumnya ditempatkan dan meninggalkan modalitas visual dengan

representasi simbolis dari informasi yang ditemukan dalam grafik,

diagram, peta , logo, dan diagram (Fleming, 2012).

Para pelajar read/write, mereka memproses informasi yang tertulis

lalu membacanya secara berulang-ulang. Siswa akan mudah memahami

informasi jika mereka membacanya secara berulang-ulang. Siswa

menyukai kegiatan tulis menulis. Kegiatan tersebut dapat berupa

merangkum kembali penjelasan guru ke dalam buku catatan dengan

menggunakan bahasa sendiri. Setiap penjelasan guru, baik yang berupa

tabel, grafik, diagram, dan lain-lain, maka siswa akan menuangkannya

kembali ke dalam sebuah laporan tertulis untuk dapat dipahami secara

mendalam.

Siswa juga membutuhkan buku teks untuk dapat menyerap

informasi. Mereka menggunakan daftar, judul, kamus, glosarium, buku,


dan catatan pelajaran sebagai referensi belajar. Ketika belajar, siswa

melakukan sesuatu secara teratur. Sebagai contoh, ketika mereka

merangkum penjelasan guru, mereka harus menuliskannya secara berurut

dan detail mulai dari bab satu hingga bab selanjutnya. Mereka akan

mengecek kembali rangkumannya. Jika ada rangkuman yang tertinggal,

maka mereka akan menuliskannya kembali sampai tidak ada bab yang

tertinggal.

4. Kinesthetic

Siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinesthetic, lebih mudah

menyerap informasi dengan mempraktekkan secara langsung. Saat di

kelas, mereka menggunakan seluruh panca indera untuk memahami

informasi; pergi ke laboratorium untuk kunjungan lapangan, menggunakan

metode “trial and error” dan mendengarkan serta mengingat contoh-

contoh yang nyata yang sedang terjadi. Umumnya, mereka menyukai

aktivitas gerak fisik dalam belajar. Mereka antusias pada kegiatan belajar

yang dapat menguras energi fisik daripada hanya duduk diam

mendengarkan pelajaran teori saja. Siswa menganggap bahwa pelajaran

teori akan membuatnya cepat merasa bosan dalam belajar.

Dalam belajar, mereka membutuhkan alat peraga sebagai sarana

dalam menjelaskan informasi. Dengan adanya alat-alat peraga, siswa

dengan mudah dapat menjelaskan isi pelajaran sehingga proses belajar

menjadi mudah.
2.3.4 Ciri-Ciri Gaya Belajar

2.3.4.1 Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya

belajar Visual :

1) Senang kerapian dan ketrampilan.

2) Jika berbicara cenderung lebih cepat.

3) Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang.

4) Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya.

5) Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun presentasi.

6) Lebih mudah mengingat apa yang di lihat, dari pada yang di dengar.

7) Mengingat sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual.

8) Ia tidak mudah terganggu dengan keributan saat belajar (bisa membaca

dalam keadaan ribut sekali pun).

9) Ia adalah pembaca yang cepat dan tekun.

10) Lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan orang lain.

11) Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah atau proyek

sebelum secara mental merasa pasti.

12) Suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam

rapat.

13) Lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) dari pada berpidato.

14) Lebih menyukai seni dari pada musik.

15) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak

pandai memilih kata-kata.


16) Kadang-kadang suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan.

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar

visual yaitu biasanya duduk tegak dan mengikuti penyaji dengan matanya.

2.3.4.2 Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya

belajar Auditorial :

1) Saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri.

2) Mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya.

3) Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika

membaca.

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu.

5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna

suara dengan mudah.

6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita.

7) Biasanya ia adalah pembicara yang fasih.

8) Lebih suka musik dari pada seni yang lainnya.

9) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan dari pada yang dilihat.

10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang

lebar.

11) Lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar

Auditorial yaitu sering mengulang dengan lembut kata-kata yang di


ucapkan penyaji, atau sering menggunakan kepalanya saat fasilitator

menyajikan informasi lisan. Pelajar tipe ini sering “memainkan sebuah

kaset dalam kepalanya” saat ia mencoba mengingat informasi. Jadi,

mungkin ia akan memandang ke atas saat ia melakukannya.

2.3.4.3 Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya

belajar read/write :

1) Menerima informasi dengan cara menuliskan ulang informasi tersebut.

2) Memperkuat informasi dengan membaca dan merangkumnya atau

dengan membuat catatan (kadang kata per kata) dan daftar (list).

3) Mirip seperti pembelajar visual, mereka suka diajarkan konsep ilmiah

dengan diagram, gambar, grafik, dan dijelaskan dengan bahasa tertulis.

4) Seorang pembaca yang cepat, dan penulis yang terampil.

5)Anak dengan gaya belajar read-write akan sangat sulit bila diarahkan

atau diajarkan secara verbal serta mudah terganggu oleh gangguan kecil.

2.3.4.4 Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya

belajar kinestetik :

1) Berbicara dengan perlahan

2) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka

3) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang

4) Selalu berorientasi dengan sifik dan banyak bergerak

5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

6) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca


7) Banyak menggunakan isyarat tubuh

8) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama

9) Memungkinkan tulisannya jelek

10) Ingin melakukan segala sesuatu

11) Menyukai permainan yang menyibukkan.

Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar

Kinestetik yaitu sering menunduk saat ia mendengarkan.

2.4 Instrumen Gaya Belajar

Dunn & Price (1975) mengemukakan instrumen gaya belajar yang

dapat digunakan untuk mengetahui gaya pembelajaran seseorang.

Instrumen gaya belajar ini berisi 104 item dan merupakan satu instrumen

laporan yang bedasarakan pemilihan empat kata sesuai urutan yang di

prioritas dalam setiap item. Empat perkataan yang dimaksudkan ialah rasa

(pengalaman nyata), lihat (observasi reflektif), fikir (konseptualisasi

abstrak), dan buat (eksperimentasi aktif) (Gomez, 2000).

Instrumen gaya beajar oleh Renzulli dan Smith (1978) berisi 65

pertanyaan dan digunakan untuk mengukur kecenderungan seseorang

terhadap sembilan kegiatan. Kegiatan yang dimaksud ini ialah tugas,

berlatih, belajar bersama, percakapan, permainan, pembelajaran mandiri,

program pelajaaran, perkuliahan dan simulasi. Dengan skala 1 - 5,

seseorang diminta untuk memilih nomor yang sesuai untuk menunjukkan

keterlibatan mereka dalam kegiatan tersebut. Nomor 1 ialah sangat kurang


kecenderungan dan nomor 5 ialah sangat berkecenderungan (Gomez,

2000).

Fleming adalah perancang dari sebuah instrumen gaya belajar yang

dikenal dengan The VARK Questionnaire. Instrumen ini terdiri dari 16

pertanyaan bersifat tertutup dapat mengetahui apakah seseorang memiliki

gaya belajar Visual, Auditori, Read atau Kinestetik. Setiap pertanyaan

memiliki 4 pilihan jawaban, responden boleh memilih lebih dari 1 pilihan

jawaban yang tersedia. Masing-masing pilihan jawaban tersebut mewakili

1 dari 4 gaya belajar VARK (Utami, 2014).

Pada penelitian ini akan digunakan The VARK Questionnaire

untuk mengukur gaya belajar yang dimiliki oleh responden, karena lebih

banyak digunakan. Selain itu, pengalaman menunjukkan bahwa jika terlalu

banyak pertanyaan (lebih dari 25), beberapa orang akan menjawab

kuesioner kurang serius dan beberapa mungkin menjadi bosan dengan

kuesioner tersebut atau mereka memberikan jawaban palsu karena lelah

membaca dan menjawab pertanyaan (Flaming dan Mills, 2015).

2.5 Hubungan Antara Gaya Belajar VARK Dengan Hasil Prestasi Belajar

Gaya belajar mahasiswa umumnya ditentukan lewat cara kita

menyerap dan mengatur informasi-informasi yang kita dapat melalui

pancaindera atau apa yang dapat diamati hingga hal yang abstrak seperti

ide-ide dan juga dari yang belum diketahui sampai yang sudah diketahui

(Hardiansyah, 2014).
Gaya belajar mahasiswa dapat mempengaruhi prestasi belajar

individu tersebut. Jika mahasiswa salah dalam memilih gaya belajar dapat

menyebabkan kegagalan, stres, dan mungkin frustasi pada mahasiswa

tersebut sedangkan apabila mahasiswa tepat dalam memilih gaya belajar

maka dapat menunjang keberhasilan belajar mahasiswa dan juga dapat

mengatasi masalah yang dihadapi selama proses belajar (Westwood,

2004). Hipotesis Meshing mengatakan bahwa hasil belajar bisa baik jika

pembelajaran sesuai dengan gaya belajar dominan peserta didik (Liew,

Sidhu, dan Barua, 2015).

Jika mengenali gaya belajar maka kita dapat mengelola

pembelajaran pada kondisi apa,dimana, kapan, dan bagaimana cara

pembelajaran yang baik dan efektif. Mengenali gaya belajar akan dapat

menentukan cara belajar yang lebih efektif dengan begitu kita dapat

memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal sehingga hasil belajar

yang diperoleh dapat optimal (Wulandari ,2011).

Gaya belajar VARK didapatkan memiliki dampak yang signifikan

terhadap kinerja akademik pada mahasiswa fisioterapi, keperawatan,

kedokteran gigi, dan program kesehatan lain (Liew, Sidhu, dan Barua,

2015).

Penelitian yang telah dilakukan pada beberapa Universitas di Luar

Negeri memberikan hasil bahwa gaya belajar tidak berpengaruh signifikan

terhadap prestasi belajar (Liew, Sidhu, dan Barua, 2015). Beberapa

penelitian yang dilakukan di Universitas Negeri di Indonesia memberikan


hasil yang cukup berbeda karena gaya belajar memberi pengaruh positif

terhadap prestasi belajar atau nilai indeks prestasi kumulatif mahasiswa

terutama untuk gaya belajar multimodal (Rahmawati, 2016).

2.6 Kerangka Konsep

X (Gaya Belajar) Y (Hasil Prestasi Belajar


Mahasiswa FK
Universitas Malahayati
Angkatan 2018)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


Keterangan :
a. X = Variabel Bebas/Independen
b. Y = Variabel Terikat/Dependen

2.7 Kerangka Teori

Tujuan dari suatu proses belajar adalah hasil belajar. Pencapaian

hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menyebabkan adanya

perbedaan hasil dimasing-masing mahasiswa. Faktor-faktor tersebut

adalah faktor dari individu (internal) dan dari luar individu (eksternal).

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang

mencakup kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta gaya

belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang

mencakup keluarga, lembaga pendidikan, masarakat dan lingkungan

sekitar. (Dalyono, 2005)


Intelegensi

Gaya belajar
Faktor Internal
Motivasi

Minat dan bakat

Prestasi
Belajar

Keluarga

Lingkungan
Faktor Eksternal
Sarana Belajar

Masyarakat

Gambar 2.2 Kerangka Teori


2.8 Hipotesis

Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

H0: Tidak ada hubungan antara gaya belajar VARK dengan hasil

prestasi belajar mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati.

H1: Ada hubungan antara gaya belajar VARK dengan hasil prestasi

belajar mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik

Observasional dengan pendekatan Cross Sectional melalui survey dengan

menyebarkan kuesioner yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati yang berada di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Penelitian akan berlangsung pada bulan September 2019 sampai dengan

Januari 2019.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini

adalah Seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.


3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2012). Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa angkatan

2018 Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Jumlah anggota sampel

sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan

100% mewakili populasi adalah jumlah anggota populasi itu sendiri. Untuk

jumlah populasi yang terlalu banyak akan kita ambil untuk dijadikan sampel

dengan harapan jumlah sampel yang kita ambil dapat mewakili poopulasi

yang ada. Untuk menentukan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan:

n = Sampel

N = Populasi

e = Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir.

Jumlah populasi yang diketahui sebanyak 168 orang. Kesalahan absolut

yang dapat di tolerir sebesar 5% maka e= 0,05

168
𝑛=
1 + (168𝑥0,052 )
𝑛 = 118

Maka, besar sampel minimal penelitian adalah 118 orang.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


oleh populasi tersebut (Sugiono, 2007). sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Pada penelitian ini penentuan besar sampel yang

digunakan adalah teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010)

pengertiannya adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan

beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh

nantinya bisa lebih representatif.

3.3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012). Yang termasuk kriteria inklusi pada penelitian

ini yaitu:

1. Mahasiswa semester tiga angkatan 2018 di Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati yang bersedia menjadi responden.

2. Memiliki Indeks Prestasi Kumulatif semester dua.

3. Responden yang berada di Fakultas Kedokteran Universitas

Malahayati saat pengisian kuesioner dengan lengkap oleh peneliti.

Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).

Yang termasuk kriteria ekslusi pada penelitian ini yaitu:

1. Mempunyai riwayat masalah kesehatan selama semester satu dan dua.

2. Mempunyai riwayat masalah keluarga selama semester satu dan dua

3. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.


3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Independen

Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan timbulnya variabel

dependen (Sugiyono, 2014). Variabel independen dalam penelitian ini

adalah gaya belajar VARK.

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,

2014).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil prestasi belajar

mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2018.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena (Hidayat, 2010).


Tabel 3.1 Variabel dan definisi operasional
No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala

Variabel
1
Independen

Gaya belajar yang 1 = Visual


diukur dengan
kuesioner VARK dalam 2 = Auditorial
Gaya Belajar menjawab pertanyaan Kategorik
yang diberikan (soal 1- 3 = Read/Write
16)
4 = Kinestetik

Variabel
2
Dependen

Nilai mahasiswa yang 1 =(2,00-2,75)


diperoleh pada peserta
Hasil prestasi didik di ukur 2 =(2,76-3,50) Numerik
belajar menggunakan data
sekunder (IPK) 3 =(3,51-4,00)
semester dua

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dari penelitian ini adalah “The VARK Questionnaire

(version 8.01)” , kuesioner ini dikembangkan oleh Neil Fleming (2008) yang di

unduh secara online dari website dengan alamat www.vark-learn.com. Kuesioner

ini di terjemahkan dari teks asli berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia

yang terdiri dari 16 pertanyaan yang merefleksikan situasi dalam kehidupan

sehari-hari. Pada setiap item disediakan empat pilihan jawaban yang

merefleksikan masing-masing tipe gaya belajar (V, A, R, dan K) yang di gunakan

oleh subyek. Dari semua jawaban yang dipilih akan diakumulasikan berapa

banyak dengan kode a=1 (visual), b=2 (auditori), c=3 (read/write), d=4
(kinestetik). Jika subyek lebih banyak memilih jawaban dengan kode a, ini berarti

subyek memiliki gaya belajar visual, begitu seterusnya. Jika terdapat jumlah yang

sama besar diantara V-A-R-K, maka subyek memiliki lebih dari satu gaya belajar

yang disebut multimodal. Kuesioner ini sudah divalidasi oleh Tjunding (Tjunding,

2003) dan diuji reliabilitas oleh Leite, Walter L., Svinicki Marilla & Shi, Yuying

(2010). Hasil validasi menunjukkan korelasi sebesar 0,07076 untuk variabel

multiopsi dan 0,8132 untuk checklist. Hasil uji reliabilitas untuk skor subskala

VARK diuraikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas untuk skor subskala VARK


Skor Subskala V A R K

Hasil Uji 0, 850 0,820 0,840 0,770


Reliabilitas

Pada setiap item disediakan empat pilihan jawaban yang merefleksikan

masing-masing tipe gaya belajar (visual, aural, read-write atau kinesthetic).

Kuesioner VARK dalam bahasa Inggris dapat dilihat pada Lampiran 2.1 dan

dalam bahasa Indonesia pada Lampiran 2.2.

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Prosedur Penelitian

Terdapat dua tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini,

yaitu:

3.7.1.1 Tahap Persiapan Penelitian

1) Mencari kepustakaan;
2) Membuat proposal penelitian;

3) Mengajukan proposal penelitian; dan

4) Mendapatkan izin penelitian

3.7.1.2 Tahap Pelaksanaan

Penelitian di mulai dengan mengembangkan kuesioner VARK ,

kemudian melakukan proses validasi kuesioner dengan cara melakukan

simulasi pengisian kuesioner pada 30 orang sampel acak kepada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2018 di Universitas

Malahayati. Selanjutnya melakukan uji reliabilitas dan validitas dengan

menggunakan aplikasi perangkat lunak komputer, hingga nanti ditentukan

nilai Cronbach’s Alpha dan Pearson Product Moment. Variabel dikatakan

valid dan reliabel ketika nilai Cronbach’s Alpha lebih dari sama dengan

0,697 dan Pearson Product Moment dengan jumlah sampel 30 dan tingkat

kepercayaaan 0,5 adalah 0,361. Setelah kuesioner dinyatakan valid, maka

akan di sebarkan kepada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2018

di Universitas Malahayati . Data Prestasi Belajar merupakan data sekunder

dari IPK mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati angkatan

2018.

3.8 Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan

menggunakan data kuesioner dan data Prestasi Belajar merupakan data

sekunder dari IPK mahasiswa FK UNMAL angkatan 2018.


Pengolahan data menurut Hastono (2007) dilakukan dengan:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh.

2. Processing

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer.

3. Cleaning (Pembersihan data)

Pengecekan kembali data yang sudah di-entry.

4. Tabulating (Penghitungan data)

Teknik ini dilakukan untuk menghitung data atau mencatat data

yang telah terkumpul, selanjutnya akan diolah dengan menggunakan

metode distribusi frekuensi. Pada tahap ini, hasil dari penelitian

dikelompokkan dengan teliti dan teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan,

kemudian dituliskan dalam bentuk tabel.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis

univariat tergantung jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai

mean atau rata-rata, median, dan standard deviasi pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari

tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisisi bivariat yang digunakan pada penelitian adalah uji one

way ANOVA dan dilanjutkan dengan post hoc bonferroni untuk

mengetahui perbedaan yang signifikan antara masing-masing gaya belajar.

3.10 Alur Penelitian

Penyusunan proposal

Melakukan penelitian

Kriteria inklusi

Populasi

Kriteria ekslusi

Sampel

Melakukan pencatatan data kuesioner VARK


dan data hasil prestasi belajar (IPK)

Pengolahan data

Analisis data
Gambar 3.1 Alur Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Abay ,N.A., Wungouw, H.I.S., & Berhimpon, S. (2018) Hubungan Gaya Belajar
dengan Nilai Hasil Ujian Modul Sistem Gastro-intestinal, Hepatobilier Dan
Pankreas Pada Mahasiswa Angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik (eBm), 6 (2): 135-136.

Abdillah, R. (2017) Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa


tahun pertama fakultas kedokteran universitas sebelas maret surakarta.
Nexus pendidikan kedokteraan & kesehatan 6(1): 60-61

Agustiya, R.I. 2008. Hubungan regulasi diri dengan prestasi belajar pada siswa
SMA 29 Jakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif
Hidaatullah Jakarta Skripsi. Universitas Islam Negri Syarif Hidaatullah
Jakarta.

Ali, M. 2013. Pengaruh bimbingan akademik dan kebiasaan belajar terhadap


indeks prestasi belajar mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro. Jurnal Tapis.
8(1).

Amin, P. 2013. Hubungan antara gaya belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V
SDN Percobaan 4 Wates Kulon Progo tahun ajaran 2012/2013 Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Chania, Y., Haviz, M., & Sasmita, D. (2016). Hubungan Gaya Belajar dengan
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Biologi Kelas X SMAN 2 Sungai
Tarab Kabupaten Tanah Datar. Journal of Sainstek 8(1):77-84

DePorter. Quantum teaching. Bandung : Kaifa ; 2010.

Fleming, N. (2011). Intruction For Taking The VARK. VARK Guide To


Learning.(Online).(www.vark-learn.com, 26 Mei 2019).

Fleming, N. D. 2012. Facts, Fallacies and Myths: VARK and Learning


Preferences.http://www.varklearn.com/documents/Some_Facts_About_
VARK. pdf. diunduh pada 26 Mei 2019 jam 21.00`

Fleming,N.VARK:AGuidetoLearningStyle.http://www.varklearn.com/english/pag
e.asp?p=questionnaire. [Accessed 26 Mei 2019].
Gilakjani AP.(2012) Visual. auditory, kinesthetic learning styles and their impacts
on english languange teaching. Journal of Studies in Education, 2(1): 104-
113.

Hamalik O. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.

Hamsar. 2017. Pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa kelas IX pada
mata pelajaran IPA Madrasah Tsanawiyah Alauddin Pao-Pao Skripsi.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Hasanah, U. 2014. Hubungan regulasi diri dengan prestasi belajar pada mahasiswa
angkatan 2016 fakultas kedokteran Universitas Malahayati Skripsi.
Universitas Malahayati.

Montemayor E, Alpaten M, Mendoza G, Perey G. Learning style of high and low


academic achieving freshman teacher education students: An application
of Dunn and Dunn’s learning style model. University of Cardilleras 2009

Nasution. H.M.F. 2016. Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan


Belajar, Sarana Belajar dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar
Mahasiwa Universitas Islam Sumatra Utara Medan Skripsi. Universitas
Islam Sumatra Utara.

Papilaya , J.O & Huliselan, N (2016) Identifikasi gaya belajar mahasisiwa. Jurnal
Psikologi Undip 15(1) :56-63
Puspita, S.A.L, & Rustika ,I (2018). Peran self regulated learning dan konsep diri
terhadap prestasi akademik mahasiswa remaja akhir fakultas kedokteraan
universitas udayana yang pernah menjadi finalis bali pageants. Jurnal
Psikologi Udayana , 5(1) : 1-11
Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005.
Sugihartono. Psikologi Pendidikan. Yogya-karta: UNY Press, 2007.

Suryabarata, S. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raya Grafindo Pustaka.


Syah, M. 2009. Psikologi Belajar. Edisi Revisi. Cetakan 12. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Syah, M. 2015. Manajemen pendidikan. Surakarta: Penerbit Lembaga


Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT UNS Pres.

Winkel. Psikologi pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi ; 2009.

Anda mungkin juga menyukai