Anda di halaman 1dari 15

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR MANAJEMEN PENDIDIKAN

DALAM PERSPEKTIF MOTIVASI MAHASISWA

Ramli Abdullah1

ABSTRAK
Bahwa hasil belajar merupakan gambaran yang berkaitan dengan kemajuan atau
perkembangan mahasiswa sejak dari awal mula mengikuti program perkuliahan sampai
saat mereka mengakhiri program perkuliahan yang ditempuhnya. Jadi hasil belajar dapat
diketahui sesudah mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar dan mengalami perubahan
tingkah laku. Dengan adanya suatu perubahan yang terjadi pada mahasiswa setelah
mengalami pengalaman belajar dan itulah disebut sebagai hasil belajar. Seseorang
mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, mempunyai keinginan dan
dorongan untuk belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan, Mahasiswa yang mempunyai
keinginan dan dorongan untuk belajar suatu mata kuliah dilandasi oleh adanya kebutuhan.
Salah satu kebutuhan yang dekat dengan keberhasilan dalam belajar mata kuliah
Manajemen Pendidikan adalah kebutuhan berprestasi. Bahwa mahasiswa yang
mempunyai motivasi belajar yang tinggi, akan ditandai dengan keinginan berani untuk
bersaing dan menerima umpan balik serta dorongan untuk selalu bertanggungjawab dan
pencapaian tujuan. Bahwa mahasiswa yang memiliki dorongan untuk bertanggungjawab
dan pencapaian tujuan belajar, menjadikan peserta didik untuk selalu disiplin dan terarah
dalam kegiatan belajar suatu mata pelajaran. Oleh karena itu mahasiswa yang mempunyai
motivasi belajar yang tinggi, akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Dengan demikian, jika
dalam meningkatkan hasil belajar suatu mata pelajaran, perlu adanya upaya peningkatan
motivasi belajar mahasiswa. Motivasi yang direalisasikan dalam wujud tindakan, dan
merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk memprediksi kemajuan belajar.
Kata Kunci: Belajar, Hasil Belajar dan Motivasi.

A. PENDAHULUAN
Motivasi mempunyai arti perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang
ditandai dengan dorongan yang berasal dari diri seseorang untuk mencapai tujuan.
Dorongan dan reaksi-reaksi usaha yang disebabkan karena adanya kebutuhan untuk
berprestasi dalam hidup. Hal tersebut menjadikan individu memiliki usaha, keinginan
dan dorong untuk mencapai hasil belajar yang tinggi.
Sedang terkait dengan hasil belajar yang merupakan cerminan kemampuan
penguasaan seseorang atas mata kuliah yang diajarkan. Hasil belajar yang tinggi
merupakan lambang keberhasilan seseorang mahasiswa dalam studinya. Mahasiswa

1
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia (PKM) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Banda Aceh. Email. ramli.abdullah@ar-raniry.ac.id

24 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
yang memiliki hasil belajar yang tinggi menunjukkan bahwa yang bersangkutan
memiliki tingkat kemampuan penguasaan yang tinggi pula terhadap mata pelajaran
yang diprogramkan, demikian pula sebaliknya.
Memang dalam kegiatan pembelajaran faktor motivasi mempunyai pengaruh
penting. Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan hasil belajar
mahasiswa, dalam hal ini yang menjadikan perilaku untuk bekerja atau belajar
dengan penuh inisiatif, kreatif dan terarah.
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan selalu berusaha untuk
lebih baik dan ingin selalu dipandang sebagai mahasiswa yang berhasil dalam
lingkungannya. Sedangkan mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar akan
tidak menunjukkan kesungguhan dalam belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh
tidak memuaskan. Makin tinggi motivasi belajar mahasiswa makin tinggi pula hasil
belajar yang diperolehnya, dan begitu pula sebaliknya.

B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Belajar Dan Hasil Belajar Manajemen Pendidikan
Berkaitan dengan hasil belajar, Sudijono (2003) menjelaskan bahwa hasil
belajar merupakan gambaran tentang kemajuan atau perkembangan mahasiswa
sejak dari awal mula mengikuti program pendidikan sampai pada saat mereka
mengakhiri program pendidikan yang ditempuhnya.2 Sedangkan Purwanto
(2005) mengatakan bahwa hasil belajar untuk mengukur tujuan pembelajaran
yang telah diajarkan atau mengukur kemampuan mahasiswa setelah mendapatkan
pengalaman belajar suatu mata pelajaran tertentu.3
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
dapat diketahui sesudah mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar dan
mengalami perubahan tingkah laku. Maka dengan adanya suatu perubahan yang
terjadi pada mahasiswa setelah mengalami pengalaman belajar dan itulah disebut
sebagai hasil belajar.

2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Gradindo Persada. 2003). h. 33.
3
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005),
h. 5.

25 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
Dari Gagne (1988) menetapkan 5 (lima) ketegori tentang hasil belajar suatu
mata pembelajaran, yakni: (1) Informasi verbal, (2) Keterampilan intelektual, (3)
Keterampilan motorik, (4) Strategi kognitif, dan (5) Sikap.4
Selanjutnya menguraikan ke 5 (lima) kategori menganai hasil belajar untuk
suatu mata pembelajaran, yaitu :
a. Informasi verbal, adalah kemampuan yang dimiliki seseorang guna
menyampaikan fakta- fakta atau peristiwa dengan cara lisan atau tulisan.
a. Keterampilan intelektual, adalah suatu kemampuan yang dapat menyebabkan
seseorang bisa membedakan, menggabungkan, mentabulasi, menganalisis,
menggolong-golongkan, mengkuantifikasikan benda, kejadian dan lambang.
b. Keterampilan motorik, adalah keterampilan seseorang untuk dapat melakukan
sesuatu gerakan dalam banyak gerakan yang terorganisasi.
c. Strategi kognitif, adalah kemampuan seseorang perihal teknik berfikir,
pendekatan- pendekatan dalam menganalisis dan pemecahan masalah.
d. Sikap, adalah kemampuan bagi seseorang untuk menerima atau menolak
terhadap sesuatu objek tertentu berdasarkan penilaian tentang objektersebut.5
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk dan berbagai macam
hasil belajar yang diterima oleh mahasiswa setelah ikut dalam proses perkuliahan.
Maka dengan demikian hasil belajar itu bisa tercapai melalui berbagai bentuk dan
merupakan suatu kemampuan terhadap diri seseorang mahasiswa.
Terkait dengan hasil belajar, Sukardi dan Maramis (2001) menjelaskan
bahwa hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku yang terjadi pada mahasiswa,
sebagai akibat dari proses pendidikan yang direncanakan adalah perubahan tingkah
laku sesuai dengan tujuan yang tercantum dalam kurikulum.6 Sedangka Gagne
(1985) mengatakan bahwa hasil belajar dapat dihubungkan dengan terjadinya
suatu perubahan tingkah laku seseorang dalam kecenderungan dengan keterampilan
dalam proses perkembangannya yang terjadi setelah proses belajar dengan cara
memberikan perlakuan dan latihan tertentu.7

4
Robert M. Gagne. (1988) Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran. Alih Bahasa Abdullah Hanafi,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1988), h. 66.
5
Ibid, h. 67-69.
6
E. Sukardi dan W.F. Maramis, Penilaian Keberhasilan Belajar, (Surabaya: Erlangga University
Press, 2001), h. 58.
7
Robert M. Gagne, The Conditional of Learning and Theory of Instruction, (Tokyo: Holt- Sanders
International Edition, 2001) h. 289.

26 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
Berdasarkan paparan ahli di atas, dapat ditegaskan bahwa hasil belajar dalam
suatu mata kuliah sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi terhadap
mahasiswa yang diakibatkan oleh proses pembelajaran yang telah ditetapkan
berkaitan dengan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ditargetkan
dalam kurikulum suatu mata kuliah. Hal ini bahwa hasil belajar dapat
dikorelasikan dengan terjadinya suatu perubahan tingkah laku seseorang
mahasiswa (peserta didik) terhadap kecenderungan dengan keterampilan pada
proses perkembangan yang terjadi sesudah perlakuan belajar dengan pendekatan
memberikan perlakuan dan pelatihan yang sesuai.
Menurut Brigg (1979) mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh
kecakapan dan hasilnya yang diraih melalui proses pembelajaran di Lembaga
Pendidikan yang ditetapkan dengan angka-angka yang diukur berdasarkan tes hasil
belajar.8 Sedangkan Syamsuddin (1995) menetapkan bahwa perbuatan dan hasil
belajar ditentukan dalam bentuk, yaitu: (1) Pertambahan materi pengetahuan yang
berupa fakta, (2) Penguasaan bentuk psikomotorik, dan (3) Perbekalan dalam
kaitannya dengan kepribadian.9 Sedangkan Romiszowski menetapkan hasil belajar
dalam tiga kategori, yakni: kognitif, psikomotorik, efektif semua ini katakan
sebagai keterampilan menerima informasi dan menyalurkan kepada yang lain.10
Maka dengan demikian bahwa proses pembelajaran pada akhirnya akan
menghasilkan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Perubahan yang terjadi terhadap kemampuan itu merupakan ukuran untuk
mengetahui hasil belajar mahasiswa dalam suatu mata kuliah.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka jelaslah terdapat persamaan
dan perbedaan mengenai prinsip taksonomi tentang persamaannya bahwa hasil
belajar adalah suatu tujuan yang dicapai setelah mengalami kegiatan pembelajaran
suatu mata kuliah. Sedangkan perbedaannya, bahwa prinsip-prinsip taksonomi itu
sangat berguna dalam merancang tujuan khusus pembelajaran suatu mata kuliah
dan ini merupakan manifestasi dari hasil belajar mata kuliah Manajemen
Pendidikan. Dalam hubungan dengan hasil belajar mata kuliah Manajemen
Pendidikan dalam tulisan ini didasarkan pada konsep Bloom dalam Winkel (1998),
8
Lislie J. Brigg, Instructional Design and Applications (Englewood, NJ: Educational Technology
Publication, Inc, 1979) h. 150.
9
Abin Syamsuddin, Pedoman Studi Psikologi Kepribadian, (Bandung: IKIP Bandung, 1995), h. 9.
10
Rowinszowski, Designing Intructional System Decision Making in Course Planning (New York,
Nicholas Publishing, 1981), h. 250.

27 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
sebagai berikut: (1) kognitif adalah yang berhubungan dengan kemampuan berpikir,
(2) afektif adalah yang berkenaan dengan minat, sikap dan perasaan, dan (3)
psikomotorik adalah yang berkaitan dengan kemampuan gerak.11
Berikut ini hasil belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan dalam tulisan
(kajian) ini adalah hasil belajar dari materi mata kuliah Manajemen Pendidikan
yang ditetapkan dalam silabus Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, sebagai berikut:
(a) Hakikat Mata kuliah manajemen pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan, (b) Tujuan Manajemen pendidikan bagi mahasiswa Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, (c) Organisasi dalam Lembaga pendidikan, (d) Beberapa
tantangan dalam manajemen pendidikan, (e) Fungsi manajemen menurut para ahli
manajemen, (f) Teori, Pendekatan dan metode dalam manajemen pendidikan, (g)
Teori, pendekatan dan metode dalam kepemimpinan dan supervisi Pendidikan, (h)
Telaah kritis terhadap perundang undangan yang berkaitan dengan manajemen
Pendidikan, (i) Identifikasi Sumber daya manusia dalam pendidikan: Analisis
kebutuhan staf, rekruitmen SDM, penempatan SDM dan penilaian kinerja SDM, (j)
Manajemen Mutu dalam lembaga pendidikan Islam, (k) Manajemen personil dalam
lembaga pendidikan Islam, (l) Manajemen pengelolaan Humas dalam pendidikan
Islam, (m) Manajemen Sarana dan pembiayaan lembaga Pendidikan, dan (n)
Evaluasi program Pendidikan.

2. Hakikat Motivasi Mahasiswa Dalam Belajar


Menurut Siskandar (1999) Banyak sudah teori tentang motivasi manusia telah
dikembangkan oleh ahli psikologi yang bekerja dalam satu dari tiga kerangka teori
besar, yaitu: behaviorisme, psikologi kognitif, dan humanisme.12 Para ahli yang
menganut yang paham behavior mengatakan bahwa motivasi berawal dari situasi,
kondisi dan objek yang menyenangkan. Jika hal ini memberi kepuasan yang
berkelanjutan maka akan menimbulkan tingkah laku yang siap untuk melakukan
sesuatu. Kaum paham kognitif mengatakan bahwa yang mempengaruhi perilaku
individu adalah proses pemikiran, karena penganut paham kognitif memfokuskan
pada bagaimana individu memproses informasi dan memberikan penafsiran untuk
situasi khusus. Penganut paham humanis mengatakan bahwa manusia bertindak

11
Ibid, h. 254.
12
Siskandar, Sikap Motivasi, dan Peran Orang Tua Yang Dipersepsikan Anak Dalam Kaitan dengan
Hasil Belajar Matematika, (Jakarta: PPs IKIP Jakarta, 1999), h. 61-62

28 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
dalam situasi lingkungan dan membuat pilihan mengenai apa yang dilakukan, tetapi
mereka lebih menaruh perhatian pada jalan umum perkembangan seseorang,
aktivitas dari potensi dan menghilangkan gangguan-gangguan pada pertumbuhan
seseorang.
Dari Koeswara (1995) mengatakan bahwa dalam disiplin ilmu psikologi,
motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menerangkan kekuatan-
kekuatan yang ada dan bekerja pada diri organisme atau individu yang menjadi
penggerak dan pengarah tingkah laku individu tersebut. Para teoritikus motivasi
dalam menyusun konsepsi teori mengenai motivasi bisa dikategorikan dalam tiga
pendekatan yang utama, yakni: (1) pendekatan biologis, (2) pendekatan
behavioristik, dan (3) pendekatan kognitif.13
Menurut Martaniah (1984) menyatakan bahwa motivasi adalah konstruk
dan pengaktifan perilaku, sedangkan komponen yang lebih spesifik dari motivasi
yang berhubungan dengan tipe-perilaku tertentu disebut motif. Motif itu merupakan
faktor penggerak yang menyebabkan timbulnya perilaku tertentu, sedangkan
motivasi struktur dari berbagai motif yang timbul pada diri seseorang.14
Kemudian Smith dan Sarason (1982) memberikan pengertian motivasi
berasal dari kata latin move yang berarti dorongan atau menggerakkan, dengan
demikian motivasi diartikan sebagai daya bergerak dari dalam diri seseorang untuk
melakukan berbagai aktivitas demi mencapai suatu tujuan.15
Menurut Terry dan Franklin (1982) menjelaskan bahwa di dalam diri
individu yang menggerakkan individu untuk melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan tertentu.16 Kemudian Terry dan Franklin (1982) menyatakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang
ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha untuk mencapai
tujuan. Di dalam rumusan ini terlihat ada tiga unsur penting, yaitu: (1) bahwa
motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap diri manusia.
Perkembangan motivasi itu akan membawa beberapa perubahan sistem

13
Koeswara, Motivasi Teori dan Penelitian, (Bandung: Penerbit Angkasa, 1995), h. 1-2.
14
Sri Mulyani Martaniah, Motif Sosial: Remaja Suku Jawa dan Keturunan Cina di Beberapa SMA
Yogyakarta, Suatu Studi Perbandingan, (Surabaya: Gajah Mada University Press, 1984), h. 13-14
15
Rolland E. Smith, Irwin G. Sarason, Barbara R. Sarason, Psychology the Frontiers of Behavior,
(New York: Harper & Row Publishes, 1982), 324.
16
Goerge Terry and Stephen Fraklin, Prinsiples of Management, (Illinois: Richrad D. Irvin, 1987),
h. 297.

29 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
neurofisiologis yang ada dalam organisme manusia, dan penampakannya akan
menyangkut kegiatan fisik manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya
rasa/feeling, efeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-
persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku
manusia, (3) motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya akan terangsang atau
terdorong oleh adanya unsur yang lain dalam hal ini adalah tujuan. 17
Menurut Davies (1991) memberikan pengertian tentang motivasi adalah
dorongan untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas yang
ditimbulkan oleh kekuatan yang tersembunyi di dalam diri seseorang.18
Selanjutnya, Davies (1991) mengemukakan bahwa kekuatan tersebut menyangkut
pemenuhan seperangkat kebutuhan yang klasifikasikan menurut kekuatan gaya
pendorong atas lima kelompok yaitu: (1) kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan
untuk mempertahankan hidup atau kebutuhan pokok manusia seperti sandang,
pangan dan papan. (2) kebutuhan keamanan, (3) kebutuhan kerabat (sosial) yang
meliputi kebutuhan akan perasaan diterima atau diakui, (4) kebutuhan akan
penghargaan, dan (5) kebutuhan akan aktualisasi (pengembangan) diri.19
Terdapat perbedaan pada tingkatan kebutuhan inilah membedakan motif
manusia, mulai dari kebutuhan biologis yang dibawa sejak lahir sampai kebutuhan
psikologis yang kompleks. Sesuatu motif akan menguasai tingkah laku seseorang
bila motif yang berada di bawahnya sudah terpenuhi. Tingkah laku manusia
dikuasai mula-mula dengan motif yang paling rendah, yaitu motif fisiologis seperti
motif lapar, motif haus dan sebagainya. Baru setelah motif-motif tersebut terpenuhi
kebutuhan motif di atasnya mulai menguasai. Begitu seterusnya sampai motif yang
paling tinggi yaitu motif aktualisasi diri.
Motivasi yang bekerja dalam diri individu mempunyai kekuatan yang
berbeda, ada motif yang begitu kuat hingga menguasai motif-motif lainnya. Motif
yang paling kuat adalah motif yang menjadi penyebab utama tingkah laku individu.
Motif yang lemah apalagi yang sangat lemah itu.

17
Ibid, h. 298-299.
18
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Terjemahan Sudarsono Sudirja, (Jakarta: Rajawali, 1991), h.
214.
19
Ibid, h. 215.

30 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
Menurut Handoko (1992) mengungkapkan bahwa untuk mengetahui
kekuatan motif-motif yang sedang menguasai seseorang pada umumnya dapat
dilihat melalui: (1) kekuatan kemauan untuk berbuat; (2) jumlah waktu yang
disediakan; (3) kerelaan meninggalkan tugas; (4) kerelaan mengeluarkan biaya
demi perbuatan itu; (5) ketekunan dalam menjalankan tugas dan lain-lain.20
Dari beberapa pandangan di atas mengenai motivasi dapat ditarik kesimpulan
bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang
yang ditandai oleh dorongan dan reaksi-reaksi usaha untuk mencapai tujuan dalam
memenuhi kebutuhannya.

3. Hakikat Motivasi dalam Pencapaian Hasil Belajar Manajemen Pendidikan


Motivasi dan belajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
kegiatan belajar diperlukan motivasi yang mendukung belajar mahasiswa. Belajar
yang dilandasi oleh motivasi yang kuat akan memberikan hasil belajar yang lebih
baik. Sebagaimana diketahui belajar adalah proses orang memperoleh berbagai
kecakapan, ketrampilan dan sikap. Belajar membawa perubahan perilaku.
Perubahan tersebut bukan dalam arti perubahan dari segi kelelahan fisik,
penggunaan akibat obat, penyakit parah atau trauma fisik ataupun pertumbuhan
jasmani. Tetapi berupa perubahan tingkah laku yang secara relating permanen dan
secara potensial terjadi sebagai hasil usaha belajar.
Slameto (1999) menjelaskan bahwa dalam kegiatan belajar, usaha belajar
yang mengantarkan kepada perubahan tingkah laku adalah, dalam hal menerima
pelajaran secara tuntas, menyelesaikan tugas-tugas pelajaran dan mempelajari
buku-buku yang menunjang, mengingat apa yang sudah dipelajari dan
menghubungkan informasi belajar yang baru diperoleh terhadap struktur kognitif
yang sudah ada dalam ingatannya serta menghubungkan apa yang sudah
diketahuinya dengan pekerjaan di lapangan.21
Dalam pada itu, motivasi sebagaimana diketahui adalah suatu perubahan
tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan dan reaksi-
reaksi dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

20
Martin Handoko, Motivasi daya Penggerak Tingkah Laku, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), h. 59.
21
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1999), h.
25.

31 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
Secara sederhana, motivasi diartikan sebagai keinginan untuk mencurahkan
segala tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses ini dirangsang oleh
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu. Bahwa yang didasari atas
pemenuhan kebutuhannya maka seseorang akan berpacu untuk melakukan usaha
sehingga pada akhirnya dapat memenuhi apa yang dibutuhkannya dan terwujud
dalam bentuk perilaku tertentu.
Pemahaman terhadap kebutuhan belajar akan merupakan motivasi yang kuat
bagi peserta didik untuk berusaha belajar. Kebutuhan belajar yang jelas dan disadari
menimbulkan dorongan kuat untuk mempelajarinya, sehingga memungkinkan
proses belajar dapat berlangsung secara efektif.
Dari Soekamto (1998) mengemukakan motivasi merupakan faktor yang
sangat besar pengaruhnya pada proses belajar.22 Secara konseptual, Imron (1996)
mengatakan bahwa motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau perolehan belajar.
Banyak riset yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam belajar
berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka mereka akan memperoleh prestasi dalam belajarnya. Sebaliknya,
mahasiswa yang memiliki motivasi rendah, maka hasil belajarnya tidaklah sesuai
dengan apa yang diharapkan.23
Dari Abdullah (2014) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki dorongan
untuk berprestasinya tinggi dan mereka akan berusaha lebih banyak untuk
melakukan berbagai tugas dalam meraih prestasi. Bahwa seseorang melakukan
suatu usaha karena adanya dorongan dari dalam. Dengan adanya dorongan yang
tinggi dalam belajar suatu mata kuliah akan menunjukkan hasil belajar yang tinggi.
Maka dengan demikian, jelaslah bahwa dengan adanya ada usaha yang tekun dan
terutama didasari oleh adanya dorongan dari diri sendiri, maka seseorang yang
belajar akan dapat meraih sebuah prestasi yang baik.24
Staton dalam Sardiman (1994) mengungkapkan bahwa belajar, kalau pada
dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah

22
Tuti Soekamto, Perencenaan dan Pengembangan Sistem Instruksional, (Jakarta: Intermedia, 1998),
h. 90
23
Ali Imron, Belejar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 89.
24
Ramli Abdullah, Kontribusi Sikap dalam Pencapaian Hasil Belajar, (Banda Aceh: Ar-Ranirt Press,
2014), h. 64.

32 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
disebut motivasi belajar.25 Winkel (1991) menjelaskan bahwa motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri peserta didik yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar
memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar,
sehingga mahasiswa yang bermotivasi kuat memiliki energi yang banyak untuk
melakukan kegiatan belajar.26
Menurut McClelland dalam Doneley dan Gibson (1984) menerangkan
bahwa salah satu tipe dasar kebutuhan manusia yang berkaitan dengan motivasi
belajar adalah kebutuhan untuk berprestasi. Manusia yang mempunyai kebutuhan
berprestasi tinggi mempunyai keinginan tinggi untuk sukses, manusia jenis ini
menyukai tantangan, berani menghadapi kesulitan, berani mengambil resiko,
sanggup mengambil alih tanggung jawab dalam tugas, menyukai keunikan,
tangkas, cenderung gelisah, senang bekerja keras, tidak takut menghadapi
kegagalan apabila itu terjadi serta cenderung menonjolkan diri.27
Dari Steers dan Porter (1987) menjelaskan bahwa kebutuhan berprestasi
menjadikan seseorang akan selalu berusaha untuk lebih baik daripada orang lain di
dalam melaksanakan tugas dibebaninya. Motivasi berprestasi mendorong setiap
orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam segala segi kebutuhan
dan penghidupannya. Motivasi berprestasi membuat seseorang menjadi pribadi
yang bertanggungjawab atas semua tugas yang dipercayakan kepadanya. 28
Maka dalam hal ini, bahwa motivasi sebagai pendukung berhasilnya belajar
mahasiswa, tidak terlepas dari dua faktor yang mempengaruhi dan memanipulasi
motivasi. Kedua faktor itu adalah faktor internal dan eksternal.
Lindargen (1976) menjelaskan bahwa motivasi dipengaruhi dan dimanipulasi
oleh dua faktor yang dominan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
berupa kebutuhan, keinginan, emosi dan ketertarikan. Dalam kaitannya dengan

25
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1994), h. 39.
26
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1991), h. 150
27
Jamesh H. Doneley dan James L. Gibson, Organization, 5th Editional (Texas:Business Publications,
1984), h. 93
28
Richard M. Steers, Lyman W. Porter, Motivation and Work Behavior, (New York: Mc. Graw-Hill,
1987), h. 38-39.

33 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
faktor eksternal yang berupa keadaan yang menjamin individu, sikap dan harapan
dari orang lain terhadap dirinya, ganjaran dan ancaman.29
Dengan demikian yang maksud motivasi belajar dalam karya tulis ini adalah
kondisi psikologis mahasiswa yang memiliki usaha keinginan dan dorongan untuk
belajar mata kuliah manajemen Pendidikan yang dipengaruhi faktor internal dan
eksternal mahasiswa itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan motivasi mahasiswa
dalam belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan bahasa memiliki dorongan yang
tinggi dalam mengungkapkan hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah
Manajemen Pendidikan.
Peningkatan motivasi mahasiswa dalam belajar Manajemen Pendidikan.
Makin tinggi motivasi belajar Manajemen Pendidikan, maka makin tinggi pula
hasil belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan, demikian pula sebaliknya makin
rendah motivasi belajar mahasiswa, maka makin rendah hasil belajar mata kuliah
Manajemen Pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata sejalan dengan pendapat yang
kemukakan oleh Imron (1996) yang mengatakan bahwa motivasi belajar berkaitan
erat dengan belajar. Pembelajaran yang tinggi motivasinya, umumnya baik hasil
belajarnya. Sebaliknya, pembelajaran yang rendah motivasinya rendah pula hasil
belajarnya. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam
belajar berhubungan dengan tingginya hasil belajar. Jika tingkat dorongan
meninggi, belajar juga bertambah sampai dorongan mencapai suatu tingkat
maksimum.30
Menurut Travers (1989) memberikan gambaran tentang berkaitan motivasi
belajar dengan motivasi berprestasi yang pernah risetnya secara intensif,
menyatakan bahwa konsep motivasi menempati suatu posisi yang menonjol dalam
sistem teori dari para ahli tentang belajar.31 Selanjutnya Travers (1989)
mengemukakan temuannya bahwa orang berhasil adalah orang yang secara konstan

29
Henry Clay Lindargen, Educational Psychology in the Classroom, (Canada: John Wiley & Sons,
1976), h. 20
30
Ali Imran, Belajar dan Pembejaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 87.
31
Robert M.W. Travers, Essentialis on Learning: The New Cognitive Learning for Studies of
Education, (New York: Macmillan. 1989), h. 93.

34 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
berpikir tentang hasil tanpa menghiraukan perubahan-perubahan yang terjadi pada
situasi eksternal.32
Bagi seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar tidak terlepas dari salah
satu tipe dasar kebutuhannya, yaitu kebutuhan berprestasi. Manusia yang
mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi, mempunyai keinginan tinggi untuk
sukses, berani mengambil resiko, sanggup mengambil alih tanggungjawab dalam
tugas, menyukai keunikan, tangkas, cenderung gelisah, senang bekerja keras, tidak
takut menghadapi kegagalan apabila itu terjadi serta kecenderungan menonjolkan
diri.
Menurut Abdullah (2013) menjelaskan bahwa dengan adanya
kecenderungan umum bahwa efeknya dari keberhasilan dan kegagalan pada
dorongan seseorang terhadap beratnya menghadapi kegagalan di antara individu-
individu yang menghasilkan dorongan untuk berprestasi, dorongan yang
merintangi dalam menghadapi kegagalan di antara individu-individu yang rendah
dalam yang menghasilkan dorongan untuk berprestasi, dan dorongan yang
menurun mengikuti keberhasilan di antara individu-individu yang rendah dalam
menghasilkan dorongan untuk berprestasi.33
Maka untuk itu, motivasi belajar sebagai salah satu dari faktor-faktor
psikologis turut memberikan sumbangan terhadap upaya pencapaian hasil belajar
seseorang mahasiswa. Dengan kata lain, mencapai hasil belajar sebenarnya
merupakan kata kunci dari motivasi seseorang mahasiswa untuk belajar dalam
suatu mata kuliah, dan dalam hal ini mata kuliah Manajemen Pendidikan.

C. PENUTUP
Bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan yang tinggi (positif) dengan
hasil belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan. Bahwa tinggi rendahnya hasil
belajar mahasiswa ditentukan oleh tinggi rendahnya motivasi belajar.
Ada banyak temuan dari hasil penelitian terkait motivasi belajar, maka dapat
ditegaskan bahwa motivasi belajar mempunyai hubungan positif dengan hasil belajar

32
Ibid, h. 94-95.
33
Ramli Abdullah, Pencapaian Hasil Belajar Ditinjau dari Berbagai Apek, (Banda Aceh: Ar-Raniry
Press, 2013), h. 84.

35 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
mata kuliah Manajemen Pendidikan. Maka dengan demikian motivasi belajar
memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian hasil belajar mahasiswa.
Sumbangan terhadap pencapaian hasil belajar tersebut cukup berarti dan tidak dapat
diabaikan bagi saja, apabila seorang mahasiswa dalam rangka meraih hasil belajar
yang tinggi dalam mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Bagi seseorang mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi,
mempunyai keinginan dan dorongan untuk belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan
dan mahasiswa yang mempunyai keinginan dan dorongan untuk belajar mata kuliah
Manajemen Pendidikan dilandasi oleh adanya kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang
dekat dengan keberhasilan dalam belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan adalah
kebutuhan berprestasi. Dirasakan adanya suatu kebutuhan untuk dapat meraih hasil
belajar yang tinggi merupakan salah satu jaminan untuk dapat menyelesaikan kegiatan
belajar yang ditempuhnya dengan baik. Mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar
yang tinggi, akan ditandai dengan keinginan dan berani untuk bersaing dan menerima
umpan balik serta dorongan untuk selalu bertanggungjawab dan pencapaian tujuan.
Mahasiswa yang mempunyai keberanian dalam bersaing dan menerima umpan balik
akan menjadikan mahasiswa selalu berkompetisi dan mengejar prestasi yang lebih
tinggi. Demikian pula mahasiswa yang memiliki dorongan untuk bertanggungjawab
dan pencapaian tujuan belajar, menjadikan mahasiswa untuk selalu disiplin dan terarah
dalam kegiatan belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan. Maka oleh karena itu
mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi, akan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah.
Maka dengan demikian, jika dalam meningkatkan hasil belajar suatu mata
pelajaran, perlu adanya upaya peningkatan motivasi belajar mahasiswa. Motivasi
yang direalisasikan dalam wujud tindakan, merupakan salah satu faktor yang dapat
digunakan untuk memprediksi kemajuan belajar.
Dalam upaya peningkatan motivasi belajar mahasiswa dengan hasil belajar suatu
mata pelajaran, sangat disadari sepenuhnya diperhadapkan pada kenyataan bahwa
tidak semua mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang sama, ada yang
mempunyai motivasi belajar tinggi, ada yang mempunyai motivasi belajarnya rendah,
dan ada pula yang sama sekali tidak mempunyai motivasi dalam belajar.

36 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
Dari uraian di atas, bahwa perbedaan motivasi belajar pada setiap mahasiswa
harus diupayak untuk diminimalkan oleh tenaga pengajar, sebab apabila dalam
sekelompok siswa terdapat kesenjangan motivasi belajar yang cukup besar atau
didominasi oleh sebagian besar mahasiswa yang tanpa memiliki motivasi belajar,
maka hasil belajar bisa tidak tercapai secara optimal. Maka untuk itu, tenaga
pengajar harus memiliki kemampuan untuk: (1) mendorong timbulnya motivasi
belajar, (2) mengarahkan motivasi belajar guna mencapai tujuan dalam meraih hasil
belajar mata kuliah Manajemen Pendidikan, dan (3) memantapkan motivasi belajar
agar dapat menjamin konsistensi perbuatan belajar mahasiswanya.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin. (1995). Pedoman Studi Psikologi Kepribadian, (Bandung: IKIP


Bandung.
Ali Imron. (1996). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya.
Anas Sudijono. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Gradindo Persada.
E. Sukardi dan W.F. Maramis. (2001). Penilaian Keberhasilan Belajar, Surabaya:
Erlangga University Press.
Goerge Terry & Stephen Fraklin. (1987). Prinsiples of Management, Illinois: Richrad D.
Irvin.
Henry Clay Lindargen.(1976). Educational Psychology in the Classroom, Canada: John
Wiley & Sons.
Ivor K. Davies.c(1991). Pengelolaan Belajar, Terjemahan Sudarsono Sudirja, (Jakarta:
Rajawali.
Jamesh H. Doneley & James L. Gibson. (1984). Organization, 5th Editional, Texas:
Business Publications.
Koeswara. (1995). Motivasi Teori dan Penelitian, Bandung: Penerbit Angkasa.
Lislie J. Brigg. (1979) Instructional Design and Applications, Englewood, NJ: Educational
Technology Publication, Inc.
M. Ngalim Purwanto. (2005). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Martin Handoko. (1992). Motivasi daya Penggerak Tingkah Laku, (Yogyakarta: Kanisius.

37 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021
Ramli Abdullah. (2013). Pencapaian Hasil Belajar dari Berbagai Aspeh, Banda Aceh:
Ar-Raniry Press.
_____________. 2014. Kontribusi Sikap dalam Pencapaian Hasil Belajar, Banda Aceh:
Ar-Raniry Press.
Richard M. Steers & Lyman W. Porter. (1987) Motivation and Work Behavior, New York:
Mc. Graw-Hill.
Robert M. Gagne. (2001. The Conditional of Learning and Theory of Instruction, Tokyo:
Holt- Sanders International.
Robert M. Gagne. (1988) Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran. Alih Bahasa
Abdullah Hanafi, Surabaya: Usaha Nasional.
Robert M.W. Travers. (1989). Essentialis on Learning: The New Cognitive Learning for
Studies of Education, New York: Macmillan.
Rolland E. Smith & Irwin G. Sarason. (1982). Psychology the Frontiers of Behavior, New
York: Harper & Row Publishes.
Rowinszowski. (1981) Designing Instructional System Decision Making in Course
Planning, New York: Nicholas Publishing.
Siskandar. (1999). Sikap Motivasi, dan Peran Orang Tua Yang Dipersepsikan Anak Dalam
Kaitan dengan Hasil Belajar Matematika. Desertasi, Jakarta: PPs IKIP Jakarta.
Sardiman A.M. (1994). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Slameto. (1999). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Sri Mulyani Martaniah. (1984). Motif Sosial: Remaja Suku Jawa dan Keturunan Cina di
Beberapa SMA Yogyakarta, Suatu Studi Perbandingan, Surabaya: Gajah Mada
University Press.
Tuti Soekamto. (1998). Perencanaan dan Pengembangan Sistem Instruksional, Jakarta:
Intermedia.
W.S. Winkel. (1991). Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.

38 Jurnal Intelektualita Prodi MPI FTK UIN Ar-Raniry Vol. 10 No.1, Edisi Januari- Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai