Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Hasil Belajar Matematika


Belajar adalah suatu proses yang dilakukan terus menerus yang tidak
pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas, didasari pada asumsi bahwa
sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau
tujuan yang ingin dicapainya (Muhammad Faturrohman, 2016). Menurut Hanafy
(2014) belajar merupakan suatu aktivitas utama dalam proses pendidikan.
Menurut Nidawati (2013) belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan, sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik itu
sendiri. Jadi, belajar adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang tidak pernah
terbatas guna memperoleh suatu perubahan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Seseorang yang belajar pasti akan menunjukkan hasil belajar sebagai suatu
evaluasi. Menurut Nana Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar, yang dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir
pembelajaran. Menurut Kusnandar (2013) hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau
dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Belajar matematika menurut Fadjar Shadiq (2009) merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan siswa dalam mempelajari matematika untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang berlangsung cukup lama sebagai hasil interaksi yang aktif
dengan lingkungan sekitarnya. Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang
dimiliki siswa terhadap pelajaran matematika yang diperoleh dari pengalaman-
pengalaman dan latihan-latihan selama proses belajar mengajar yang

11
12

menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika yang


dapat dilihat dari skor/nilai tes hasil belajar matematika dan kemampuannya
dalam memecahkan masalah-masalah matematika (Zuhri D, 2009). Muhammad
Zainal Abidin (2011) mengutip pernyataan Gagne bahwa hasil belajar matematika
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar
matematika, sehingga, terjadi perubahan tingkah laku dalam diri siswa yang dapat
dipahami dan diukur dalam bentuk perubahan tingkah laku, sikap, dan
keterampilan dalam mempelajari matematika. Hasil belajar matematika dapat
diperoleh dengan mengadakan suatu penilaian berupa tes. Penilaian hasil belajar
oleh guru dengan menggunakan teknik tes terdiri dari ulangan harian, ulangan
tengah semester, dan ulangan akhir semester. Melalui skor tes hasil belajar
matematika yang diperoleh siswa, akan diperolah informasi mengenai tingkat
penguasaan dan tingkat ketuntasan belajar matematika.
Berdasarkan pengertian hasil belajar matematika tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan kognitif yang
dimiliki dan dicapai siswa dalam bentuk angka atau skor ulangan harian setelah
mengikuti proses pembelajaran matematika. Berdasarkan kesimpulan ini, maka
hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif
yang dimiliki dan dicapai siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 5 Pekanbaru
semester ganjil tahun ajaran 2018/2019 dalam bentuk angka atau skor ulangan
harian setelah mengikuti proses pembelajaran matematika melalui penerapan
model PBL pada materi pokok Matriks.
.
B. Model Problem Based Learning (PBL)
PBL didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori
Piaget dan Vigotsky, dimana siswa belajar mengonstruksi pengetahuannya
melalui interaksi dengan lingkungannya (Ridwan Abdullah Sani, 2014). PBL
merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak
terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis
serta sekaligus membangun pengetahuan baru (Muhammad Faturrohman, 2016).
13

PBL merupakan suatu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai
berdasarkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, lalu siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah
mereka miliki sebelumnya untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru
(Suyatno, 2009)
Menurut Tan, Wee & Kek (dalam Amir, 2009) PBL memiliki ciri-ciri
seperti: (1) pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah
memiliki konteks dengan dunia nyata; (2) pembelajar secara kelompok aktif
merumuskan masalah dan mengidentifikasikan kesenjangan pengetahuan mereka;
(3) mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan
melaporkan solusi dari masalah.
PBL juga memiliki beberapa kelebihan, menurut Djamilah Bondan
Widjayanti (2011) beberapa kelebihan tersebut adalah:
1) Memberi kesempatan siswa menyiapkan diri menghadapi masalah pada
situasi dunia nyata.
2) Memungkinkan siswa mampu menemukan pengetahuannya sendiri.
3) Membantu siswa mengembangkan komunikasi, penalaran dan
keterampilan berpikir kritis.
Menurut Wina Sanjaya (2011) kelebihan penerapan model PBL
dalam pembelajaran adalah:
1) Memiliki teknik yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2) Menantang kemampuan siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk
menemukan pengetahuan baru.
3) Meningkatkan aktivitas pembelajaran.
4) Mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
5) Membantu siswa melakukan evaluasi diri.
Selain memiliki ciri-ciri dan kelebihan, suatu model pembelajaran tentu
memiliki fase-fase atau sintaks yang membedakannya dengan model-model
pembelajaran lainnya. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian dan
14

Kebudayaan (2017) mengemukakan lima alur utama dalam model Problem


Based Learning (PBL). Alur tersebut disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Fase dan deskripsi dalam model Problem Based Learning (PBL)
Fase Aktivitas Guru dan Siswa
Fase 1 : Siswa difokuskan dalam mengamati masalah
Mengorientasikan Siswa pada yang menjadi objek pembelajaran.
Masalah
Fase 2 : Siswa didorong untuk menyampaikan
Mengorganisasikan Kegiatan berbagai pertanyaan (atau menanya) masalah
Pembelajaran yang dikaji.
Fase 3 : Siswa dibimbing untuk mengumpulkan
Membimbing Penyelidikan mandiri informasi/melakukan percobaan untuk
dan Kelompok memperoleh data dalam rangka menjawab
atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
Fase 4 : Siswa didorong untuk mengasosiasi data yang
Mengembangkan dan Menyajikan ditemukan dari percobaan dengan berbagai
Hasil Karya data lain dari berbagai sumber.
Fase 5 : Siswa mendapat jawaban terhadap masalah
Analisis dan Evaluasi Proses yang ada, selanjutnya di analisis dan
Pemecahan Masalah dievaluasi.
Sumber: Direktorat Pembinaan SMA (2017)
Jadi, Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
menggunakan masalah kehidupan sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk
belajar tentang cara berpikir kritis sekaligus membangun pengetahuan baru dari
materi pelajaran. Fase PBL adalah: (1) orientasi peserta didik kepada masalah; (2)
mengorganisasikan peserta didik untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
(5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

C. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik atau yang lebih dikenal dengan pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran merupakan pengaplikasian dari kurikulum 2013 yang
digunakan pada saat ini. Abdul Majid (2014) mengungkapkan bahwa penerapan
pendekatan saintifik bertujuan untuk pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami, berbagai materi menggunakan pendekatan ilmia, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Daryanto (2014) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan
15

pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa


agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang ditemukan.
Yunus Abidin (2014) mengatakan bahwa pendekatan saintifik diartikan
sebagai proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah
melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan
analisis data yang diteliti untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Oleh karena
itu, untuk mampu melaksanakan kegiatan tesebut, siswa harus dibina
kepekaannya terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam
mengumpulkan data, dikembangkan kecermatannya dalam mengolah data untuk
menjawab pertanyaan, serta dipandu dalam membuat kesimpulan sebagai jawaban
yang diajukan.
Pendekatan saintifik menekankan pada pentingnya kerjasama antara siswa
dalam menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran. Proses penyelesaian
masalah menuntut siswa terlibat dan berperan aktif dalam seluruh kegiatan
pembelajaran. Sehingga, dalam proses penyelesaian masalah dalam proses
pembelajaran, siswa harus memiliki langkah-langkah yang sistematis sehingga
masalah yang diberikan terpecahkan. Adapun langkah-langkah pendekatan
saintifik menurut Kemendikbud 2013 terdiri dari: (1) mengamati; (2) menanya;
(3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi/menalar; (5) mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
sebagai berikut.
1. Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah: membaca,
mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Dalam kegiatan
mengamati, guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih
mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang
penting dari suatu benda atau objek.
16

2. Menanya
Kegiatan belaja menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yan diamati. Guru perlu
membimbing siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang
hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan
dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
3. Mengumpulkan informasi
Kegiatan mengumpulkan informasi dilakukan melalui, antara lain: melakukan
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati
objek/kejadian/aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Tindak lanjut
dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku ang lebih
banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumla informasi.
4. Mengasosiasi/menalar/mengolah infomasi
Kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi dalam kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi
b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang betentangan
Informasi yang telah dikumpulkan pada kegiatan sebelumnya menjadi dasar
bagi kegiatan memproses informasi untuk menemukan keterkaitan suatu
informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi dan bakan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang
ditemukan.
17

5. Mengkomunikasikan
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengkomunikasikan, yaitu
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Jadi, berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
saintifik pada pembelajaran yaitu pembelajaran yang dilakukan secara ilmiah
untuk membiasakan siswa aktif berfikir, bersikap, serta berkarya dalam
mengkonstruksi dan mengkomunikasikan konsep dengan menggunakan langkah-
langkah ilmiah, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

D. Penerapan Model Problem Based Learning


Agar penerapan model PBL dapat berjalan dengan baik, maka kegiatan
belajar mengajar harus dilakukan sesuai dengan tahap model PBL yang dapat
dilakukan sebagai berikut.
1) Pendahuluan (20 Menit)
a. Guru memberi salam dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan cara berdoa, menanya kabar siswa dan mengecek
kehadiran siswa.
b. Guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan siswa dan guru
mengingatkan/menanyakan kembali tentang materi sebelumnya serta
mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari
c. Guru memotivasi siswa dengan memberikan permasalahan yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan berkaitan dengan pelajaran
yang akan dipelajari.
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
e. Guru menginformasikan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
f. Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan (dalam hal ini adalah
model pembelajaran PBL) yang akan dilakukan oleh siswa untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
18

g. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok diskusi dengan


masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa yang heterogen.
h. Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada setiap kelompok
yang berfungsi untuk membantu siswa dalam penyelesaian masalah.

2) Kegiatan Inti (50 menit)


a. Siswa mengamati permasalahan yang ada pada LKS. (Fase 1)
b. Siswa diajukan pertanyaan berdasarkan masalah yang disajikan sebagai
bahan diskusi bersama kelompoknya. (Fase 1)
c. Siswa diminta membaca dan mengamati langkah-langkah yang ada pada
LKS untuk menjawab permasalahan. (Fase 2)
d. Siswa dibantu mengatasi dan mengorganisasikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi
e. Siswa dibimbing untuk mengelola dan mengumpulkan informasi agar
mendapatkan penjelasan dari suatu masalah dan memperoleh
pemecahannya. (Fase 3 )
f. Siswa didorong untuk mengeksplorasikan informasi/pengetahuan yang
diperoleh untuk melengkapi dan menyelesaikan masalah yang ada pada
LKS. (Fase 3 )
g. Siswa bersama teman kelompoknya berdiskusi dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan pada LKS, dalam hal ini siswa:
 Mencatat semua informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah
 Membuat laporan dari hasil kerjanya. (Fase 4)
h. Masing-masing kelompok dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya. (Fase 4)
i. Pada saat presentasi, siswa mengkomunikasikan secara lisan hasil diskusi
kelompoknya
j. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap
presentasi kelompok temannya
k. Guru memberikan komentar terhadap presentasi proses pemecahan
19

masalah yang disampaikan setiap kelompok. (Fase 5)


l. Siswa diminta untuk memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh dari
diskusi kelas, memperbaiki dan menambahkan jika ada kesalahan atau
belum lengkap. (Fase 5)
3) Kegiatan Penutup (20 menit)
a. Siswa diharapkan dapat merumuskan kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari.
b. Siswa diberi tes formatif yang berisi beberapa soal, setelah siswa selesai
menjawab, maka siswa langsung mengumpulkan hasilnya.
c. Siswa diberi Pekerjaan Rumah (PR).
d. Guru memberikan informasi mengenai materi pelajaran yang akan
dipelajari selanjutnya, sehingga siswa dapat mempelajarinya terlebih
dahulu di rumah
e. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

E. Hubungan Penerapan Model Problem Based Learning dengan Hasil Belajar


Matematika Siswa
Guru adalah faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa. Salah satu
faktor yang mendukung keberhasilan siswa dalam belajar adalah model
pembelajaran yang diterapkan guru. Oleh karena itu, guru harus berusaha
semaksimal mungkin mengembangkan kemampuan yang ada pada siswa, karena
keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh proses pembelajaran yang
dikelola guru. Hasil belajar siswa akan baik jika siswa dapat menyelesaikan
persoalan dan memiliki pemahaman yang baik pada materi pelajaran. Salah satu
upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah menerapkan
model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan adalah Problem Based Learning (PBL).
PBL memiliki fase-fase dalam proses pembelajaran yang akan diterapkan,
pada fase orientasi siswa pada masalah, siswa diberikan kesempatan untuk
memahami permasalahan secara individu. Guru dapat memancing siswa untuk
bertanya atau memberikan tanggapan terhadap permasalahan yang disajikan,
20

namun guru tidak langsung memberikan jawaban atau penyelesaian.


Permasalahan kontekstual yang disajikan dapat menimbulkan rasa keingintahuan
bagi siswa sehingga menambah minat siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
Pada fase mengorganisasikan siswa belajar, guru memberikan informasi
kegiatan yang akan dilakukan siswa, sehingga siswa lebih terarah dan memiliki
tujuan yang jelas dalam menyelesaian permasalah di LKS melalui diskusi
kelompok. Siswa juga dapat mempersiapkan diri untuk kegiatan-kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Siswa juga didorong untuk menyampaikan berbagai
pertanyaan (atau menanya) masalah yang dikaji
Pada fase membimbing penyelidikan individu dan kelompok, siswa
diarahkan untuk mengumpulkan informasi dari permasalahan yang disajikan.
Dengan diskusi kelompok, siswa dapat bertukar pikiran dengan teman
sekelompoknya dan memperoleh pengetahuan yang sama. Kegiatan
menyelesaikan LKS dengan model PBL merupakan kegiatan yang dapat
membantu siswa lebih mendalami materi yang dipelajarinya.
Pada fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa dilatih untuk
mengomunikasikan hasil diskusinya. Kegiatan ini melatih keaktivan siswa dalam
pembelajaran dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan
hasil karya di depan kelas.
Pada fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang
telah dilakukan oleh siswa, serta mengajak siswa mengingat kembali langkah-
lamgkah apa saja yang telah dilalui siswa dalam menyelesaikan LKS. Kegiatan ini
menambah penguasaan materi oleh siswa.
Berdasarkan uraian fase-fase PBL di atas, terlihat bahwa PBL dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran, membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan, mengembangkan siswa dalam komunikasi dan menemukan
pengetahuannya sendiri. PBL memuat pembelajaran yang kolaboratif yang pada
hakikatnya merupakan pengalaman pribadi siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam diskusi kelompok siswa dituntut untuk berperan aktif, saling memberi
kontribusi, saling menerima pendapat kawan dan saling menghargai kemampuan
21

orang lain. Masalah kontektual yang digunakan dalam PBL memudahkan siswa
untuk memahami secara keseluruhan apa yang terjadi dan apa yang menjadi
masalah sehingga siswa dapat menyusun rencana penyelesaian dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arif Rachman pada kelas
XI IPA 2 SMA Negeri 2 Ende Flores, menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPA 2
SMA Negeri 2 Ende Flores mengalami peningkatan hasil belajar matematika
dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning melalui materi
matriks (Arif Rachman, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Didik Yuliyanto
juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMK Taruna Farma
pada materi matriks melalui model pembelajaran Problem Based Learning (Didik
Yuliyanto, 2015). Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI MIA 1
SMAN 5 Pekanbaru pada materi pokok Matriks.

F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: jika diterapkan model Problem
Based Learning (PBL) pada pembelajaran matematika maka dapat dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika
kelas XI MIA 1 SMA Negeri 5 Pekanbaru semester genap tahun pelajaran
2018/2019, pada materi pokok Matriks kompetensi dasar 3.3 Menjelaskan matriks
dan kesamaan matriks dengan menggunakan masa lah kontekstual dan melakukan
operasi pada matriks yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian skalar,
dan perkalian, serta transpose; 4.3 Menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan matriks dan operasinya; 3.4 Menganalisis sifat-sifat determinan
dan invers matriks berordo 2 x 2 dan 3 x 3; 4.4 menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan determinan dan invers matriks berordo 2 x2 dan 3 x 3 .

Anda mungkin juga menyukai