Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DAN MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU

Dosen Pengampu : Dr. Rr. Sri Kartikowati, M.A., M.Bus

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

Siti Masnun 2005110296

Ahmad Afisena 2005113180

Diana Lestari 2005111605

Miftahur Rahmi 2005113200

Winda Lestari Tanjung 2005110393

KELAS PE 4B

PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat beserta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPS Terpadu dengan judul “Konsep
dan Model Pembelajaran IPS Terpadu”. Dalam menyelesaikan makalah ini penyusun mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah membantu terutama kepada dosen pengampu dan rekan-rekan semua
yang memberi motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Hal itu disebabkan karena keterbatasan penyusun, baik dalam pemahaman maupun dalam referensi yang
dijadikan rujukan penyusunan makalah. Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar dapat memperbaiki kesalahan dan membuat tugas yang akan datang menjadi lebih baik.

Pekanbaru, 12 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………...3

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………………….……..4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….……………..4

Bab II Pembahasan………………………………………………………………………….…………….5

2.1 Konsep Dasar Model Pembelajaran Terpadu……………………………………….…………5

2.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu………………………………………………………….6

2.3 Karakteristik Pembelajaran Terpadu………………………………………………….………7

2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu…………………………………………..…….…..8

2.5 Model Pembelajaran Terpadu menurut Forgarty………………………………………..……9

2.6 Model Pembelajaran Terpadu di Indonesia…………………………………………………..11

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………….……15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan
kelas (Ares, 1997: 7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992:4) bahwa “Each model guides us
as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah
bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat
kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur
tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film-film, tipe-tipe, program-program-program pada media computer, dan kurikulum(sebagai kursus
untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu
siswa untuk mencapai berbagai tujuan. Ada dua focus model disain pembelajaran untuk keterampilan
berpikir ialah keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill) dan keterampilan berpikir kreatif
(creative thinking skill). Pada hakikatnya, model disain pembelajaran merupakan alternative model
yang dapat dipilih oleh guru untuk diterapkan dalam proses belajar-mengajar IPS.
Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi
pelaksanaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut. Selain itu, berpikir kritis meliputi
aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat yang diketahui. Menurut Lipman (1988),
layaknya pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya didukung oleh kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Berpikir kritis mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru. Terkadang, pembelajaran
berpikir kritis erat kaitannya berpikir kreatif. Apabila keterampilan berpikir kritis dilakukan, maka
sebagian dari pembelajaran dari berpikir kreatif telah dijalani karna tahap pertama untuk melakukan
keterampilan berpikir kritis harus melalui keterampilan berpikir kreatif. Savage and Armstrong
(1996) mengemukakan bahwa tahap awal sebagai syarat untuk memasuki sikap berpikir kritis adalah
adanya sikap siswa memunculkan ide-ide atau pemikiran-pemikiran baru. Tahap ini dsebut pula tahap
berpikir kreatif. Tahap kedua, siswa membuat pertimbangan atau penilaian atau taksiran berdasarkan
kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. Tahap kedua inilah yang dikategorikan sebagai tahap
berpikir kritis.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Model Pembelajaran Terpadu

Menurut Joni , T.R (1996: 3), pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu
akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali didalam
kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi didalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar
sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.

Senada dengan pendapat diatas menurut Hadisubroto (2000: 9), pembelajaran terpadu adalah
pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok
pembahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau
direncanakan, baik dalam suatu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman pembelajaran
anak,maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak
didik. Dikatakan bermakna karna dalam pengajaran terpadu, anak akan memahmi konsep-konsep yang
mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
mereka pahami. Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eksplorasi suatu topic
merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif di dalam eksplorasi
tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang
bersamaan.

Dalam pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu
adalah melalui eksplorasi topic. Dalam eksplorasi topic diangkatlah suatu tema tertentu. Kegiatan
pembelajaran berlangsung seputar tema kemudian baru membahas masalah konsep-konsep yang terkait
dalam tema.

2.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu

5
Menurut Ujang Sukandi, dkk. (2001: 109), pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat
dengan dunia siswa, da nada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu
materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu
dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Prinsip penggalian tema


Prinsip penggalian merupakan prinsip utama(fokus) dalam pembelajarn terpadu artinya, tema-
tema yang saling tumpang tindih da nada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.
2. Prinsip pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan pembelajran dappat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam
keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan dan
mediator dalam proses pembelajaran.
3. Prinsip evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi focus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat
diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan
evaluasi dalam pembelajaran terpadu, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara
lain:
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri(self evaluation/selft
assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya
b. Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian yang akan dicapai.
4. Prinsip reaksi
Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh
guru dalam KBM. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi
terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit
melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran terpadu memnungkinkan hal
ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang
dicapai melalui dampak pengiring.

2.3 Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Menurut Depdikbud (1996: 3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa
karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistic, bermakna, otentik, dan aktif.

6
1. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati
dan dikaji dari beberapa bidang kajian, tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang
disebut skemata. Hal ini berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
3. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang
ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil
belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh
sifatnya menjadi otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan
eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak
sebagai actor pencari informasi dan pengetahuan.
4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental,
intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk
terus-menerus belajar.

2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu

Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam
setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan
tahap evaluasi (Prabowo, 2000: 6)

1. Tahap perencanaan
a. Menetukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti contoh
diberikan oleh Fogarty (1991: 28), untuk jenis mata pelajaran social dan bahasa dapat
dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dengan keterampilan social (social skill).
Sedangkan untuk mata pelajaran ains dan matematika dapat dipadukan keterampilan
berpikir (thinking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).
b. Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

7
Langkah ini akan mengarahkan guru-guru untuk menentukan sub keterampilan dari
masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c. Menetukan sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan
berpikir, keterampilan social, dan keterampilan mengorganisasi, yang masing-masing
terdiri atas sub-sub keterampilan.
d. Merumuskan indikator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan subketerampilan yang telah dipilih dirumuskan
indikator, setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi:
audience,behavior, condition, dan degree.
e. Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap
subketerampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.

2. Tahap pelaksanaan

Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi: pertama, guru


hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan siswa menjadi pebelajar mandiri; kedua,
pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya
kerjasama kelompok; ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam proses perencanaan Depdiknas (1996: 6).

3. Tahap evaluasi

Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.
Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996: 6) hendaknya memperhatikan prinsip
evaluasi pembelajaran terpadu.

a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya.
b. Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

2.5 Model Pembelajaran Terpadu menurut Forgarty

8
Forgarty (Isjoni, 2007:144) memperkenalkan Sembilan macam model pembelajaran terpadu yaitu
fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threated, immersed, dan network.

Model fragmented (satu arah diberi simbol preskop yang berarti satu penglihatan atau satu arah
setiap pembelajaran disusun dan direncanakan secara terpisah seperti pada pembelajaran klasikal Konsep-
konsep yang sama odak dikaitkan Model pembelajaran masih mudah direncanakan dilaksanakan. dan
diadakan penilaian
Morlel sequenced turutan tahapan) adalah memadukan dua bidang studi vang pokok bahasannya
mempunyai kesamaan dan keterkaitan sehingga dapat diajarkan secara bersamaan dan saling mendukung
antara bidang studi satu dan lainnya.
Model network (jaring-jaring) mempunyai arah dan fokus yang banyak, siswa menjaring seluruh
pembelajaran melalui kacamata para pakar dan membuat hubungan internal dengan membuat jaringan
kerja eksternal dari para pakar dari bidang yang bersangkutan
Model shared (berbagi pendapat/perpaduan) adalah memadukan beberapa materi dari beberapa
bidang studi ke dalam satu kelompok di mana pengisian ilmu dan konsep muncul sebagai unsur yang
terorganisasi
Model threated (bergalur) adalah keterpaduan dalam bentuk pendekatakan metakurikulum yang
diumpamakan sebagai kaca pembesar, yaitu dengan cara memperbanyak seluruh si melalui pendekatan
metakurikuler.
Model immersed terbenami mempunyai pandangan sangat pribadi sifatnya menimbulkan
penjelasan mikroskops karena seluruh mater disaring lewat lensa kepentingan Siswa menyaring seluruh
isi melalui lensa mi dan tenggelam dalam pengalaman diri.
Forgarty Tito an mengemukakan bahwa model terhubung connected merupakan model integrasi
antarbidang studi, Moriel ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep
keterampilan atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atas. subpokok
bahasan yang dikaitkan dengan konsep keterampilan, atau kemampuan pada pokok bahasan atau
subpokok bahasan lain dalam satu bidang soudi Katan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan
terlebih dahulu. Dengan demikian pembelajaran menjadi bermakna dan elektif. Dengan kata lain bahwa
pembelajaran terpado tipe connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok
bahasan dengan pokok bahasan berikutnya. mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain mengaitkan
satu keterampilan dengan keterampilan yang lain dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan
hari yang lain atau hari berikutnya dalam suatu bidang studi.
Model ini dapat dipelajan dalam satu semester yang kemudian dikaitkan dengan semester
berikutnya sehingga terjadi keterkaitan yang saling mendukung satu sama lainnya, Model connecterf
iketerhubungan mengarah pada memadukan hubungan antara konsep-konsep keterampilan tugas dalam
satu pelajaran, antara semester yang satu dengan semester yang lainnya.
Pembelajaran terpadu tipe nested merupakan pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin
ilmu secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin
dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercaparan materi
pelajaran Trontent). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikit thinking skill,
keterampilan sosial (social skif, dan keterampilan mengorganisir forganizing skills (Fogarty, 2014:45)

9
Model nested (sarang atau kacamata multidimensi untuk satu pemandangan topik) Model ini
memerlukan penyusunan perencanaan eksira cermat dalam penyusunan struktur target-target yang serba
kompleks, sangat cocok menanamkan kerja sama dan keterampilan berpikir kepada siswa. (Isjoni,
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. seperti contoh untuk jenis
mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir thinking skill dengan
keterampilan sosial (social skilh. Sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan
keterampilan berpikir (thinking skills) dan keterampilan mengorganisir organizing skills).
Model webbed (jaring laba-labai adalah dengan cara menentukan tema sentral atau topik terlebih
dahulu dikaitkan dengan subtema dari beberapa bidang studi terkait, (Isjoni, 2007:147)
Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema
bisa ditentukan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama
guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya
dengan bidang-bidang studi. Dani sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan
siswa (Trianto, 2014:41)
Pembelajaran berbasis tema (theme based instruction) merupakan varian dari pengajaran bahasa
berbasis si leontent based instruction) dalam bentuk yang lemah. Versi lemah ini sejalan dengan apa yang
disebut dengan cara pemilihan tema didasarkan pada intradisiplin. Hal ini lebih ditujukan pada pengajaran
empat keterampilan berbahasa secara terpadu dengan menempatkan tema sebagai pengintegrasi
(Sundayana, 2014:16).
Richards dan Rogers (Sundayana, 2014:17) menyatakan bahwa model tematik sebagai varian dari
model pengajaran bahasa berbasis ini didasarkan pada prinsip berikut: penggunaan bahasa mencakup
berbagai keterampilan terpadu. Misalnya ketika seorang menyimak, dia harus mencatat apa yang
disimaknya, dan kemudian menuliskan kembali catatan kembali catatan tersebut untuk selanjutnya
dikomunikasikan apa yang dituliskan tersebut.
Pendekatan ini menjadikan tema sebagai sentral pembelajarannya, namun tema yang
dikembangkan selayaknya berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang ada sehingga tema
menjadi satu kesatuan yang melingkar, seperti jaring laba-laba.
Model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau
mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa
dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik, dan aktil. Cara pengemasan pengalaman
belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman
belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih etek
Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan di sekolah
dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan
emosional.
Model integrated (keterpaduan) merupakan yang bertolak dari overlapping atau
ketumpangtindihan konsep. kemampuan dan sikap Kelumpangtindihan materi pelajaran dan beberapa
pelajaran yang terkait kemudian dirumuskan menjadi satu tema yang dibahas menjadi satu.

10
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi
Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas
kurikuler dan menemukan keterampilan. konsep, dan sikap tumpang tindih di dalam beberapa birlang
studi Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari
dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep,
keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih
beberapa komep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di
antara berbagai bidang studi, (Trianto, 2014:43).
Pada tahap awal, hendaknya guru membentuk tim antar bidang studi untuk menyeleksi konsep-
konsep, keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap yang akan dibelajarkan dalam satu semester tertentu
untuk beberapa bidang studi Langkah berikutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang
mempunyai keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa bidang studi. Bidang studi
yang diintegrasikan, misalnya matematika, sains (fisika), seni dan bahasa, dan pelajaran sosial, (Trianto,
2014:43).

2.6 Model Pembelajaran Terpadu di Indonesia


Indonesia memilih tiga modef untuk dikembangkan (Permendiknas No. 37 Tahun 2014 Lampiran
III), yaitu model jaring laba-laba (spider webbed selanjutnya disebut jaring, model terhubung (connected),
dan model terpadu (integrated).
Model jaring laba-laba (spiderwebbed) ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema.
Setelah tema disepakati, jika dirasa perlu, maka dikembangkan menjadi subtema dengan tetap
memperlihatkan keterkaitan antar mata pelajaran lain Setelah itu, dikembangkan berbagai aktivitas
pembelajaran yang mendukung Dalam prosesnya, jika perencanaan tematik ini ada KD yang tidak
terakomodasi oleh tema mana pun maka ada cara lain yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan
dua tipe vakni tematik hanya berisi satu mata pelajaran, dan tematik yang berpusat pada materi tertentu
dalam satu pelajaran.
Keunggulan model jaring laba-laba antara lain faktor motivasi berkembang karena adanya
pemilihan tema yang didasarkan pada minat peserta didik Mereka dapat dengan mudah melihat
bagaimana kegiatan dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan dan memiliki hubungan untuk lintas
semester
Kelemahan model ini kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang
bermanfaat bagi peserta didik selain itu sering kali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau
konsep sering terabaikan Perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan materi pelajaran. Teknik ini hanya
digunakan bagi KD yang tidak dapat masuk tema dan perlu waktu khusus dalam mempelajarinya.
Langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan Model Jaring Laba-
Laba (webbed):
1 Menentukan tema (bisa diperoleh dari hasil diskusi antar guru, diskusi dengan peserta didik atau
berdasarkan ketetapan sekolah atau ketentuan yang lain). Tema ditulis di bagian tengah jaring.

2. Menentukan tujuan/Kompetensi Dasar dari beberapa mata pelajaran yang dapat dicapai melalui tema
yang dipilih.

11
3. Memilih kegiatan awal untuk memperkenalkan tema secara keseluruhan Hal ini dilakukan agar peserta
didik memiliki pengetahuan awal yang akan meningkatkan rasa ingin tahu mereka sehingga peserta didik
terdorong untuk mengajukan banyak pertanyaan terhadap materi yang sedang dibahas Kegiatan awal
yang dapat dilakukan, misalnya guru membacakan buku tentang cuaca atau mengajak peserta didik untuk
menonton film tentang cuaca.
4 Mendesain pembelajaran dan kegiatan yang dapat mengkaitkan tema dengan kompetensi (pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang ingin dicapai Contoh kegiatan sepertipeserta didik ditugaskan untuk
mengamati cuaca selama satu minggu, setiap hari peserta didik mengambil gambar yang sudah disiapkan
sesuai dengan keadaan cuaca misalnya cuaca mendung, cerah atau berawan. Setelah satu minggu berjalan
peserta didik menghitungnya dan mengambil kesimpulan tentang cuaca dari data yang ada
5. Menghubungkan semua kegiatan yang telah dilakukan agar peserta didik dapat melihat dari berbagai
aspek sehingga memperoleh pemahaman yang baik.
6: Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya, mendatangkan nara sumber untuk memberi informasi
tentang cuaca atau melihat papan pajangan hasil pekerjaan peserta didik untuk dibahas bersama. Di
bawah ini disajikan contoh pajangan hasil karya peserta didik pada tema cuaca.
Model terhubung (connected) merupakan alternatif jika dalam mengimplementasi-kan model
jaring laba-laba, guru mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan beberapa mata pelajaran pada tema
yang telah ditentukan. Model ini mengkoneksikan beberapa konsep, beberapa keterampilan, beberapa
sikap, atau bahkan gabungan seperti keterampilan dengan sikap atau keterampilan dengan konsep yang
terdapat pada mata pelajaran tertentu.
Langkah-langkah pembelajaran dengan Model Terhubung adalah:
1 Menentukan tema atau topik yang akan dibalus dalam satu mata pelajaran misalnya hilangan dalam
mata pelajaran matematika.
2 Menentukan pengetahuan keterampilan atauskap yang akan dikonekskan Pemilihan kompetensi yang
akan dönekkan yang benar-benar daper dalam mata pelajaran tersebut.
Model Terpadu Gotegrated menggunakan pendekatan antar mata pelajaran Model ini memandang
kurikolum sebagai kaleitiokop bahwa interdisiplin topik disusun meliputi konsep-konsep yang tumpang
tindih dan desain-desain dan pola-pola yang muncul. Pendekatan keterpaduan antar topik memadukan
konsep-konsep dalam matematika, saios, bahasa dan sem, serta peringetahuan sosial.
Berikut adalah langkah-langkah kegiatan dari model terpadu (integrated
1 Membaca dan memahami kompetensi inti dan kompetensi Dasar dari seluruh mata pelajaran.
2. Memahami membaca baik-baik Standar Ismata pelajaran IPS dan IPA serta mengkaji makna dan
Kompetensi Inti dan Kompetens-Kompetensi Dasar dan tiap-tiap mapel
3. Mencan Kompetensi Kompetensi Dasar IPS dan IPA yang bisa disatukanBdalam tema-tema tertentu
(dari hasil eksplorası tema) yang relevan. Prosesin akan menghasilkan penggolongan KD KD dalam unit-
unit tema
4 Menuliskan tema yang telah dipilih dan susunan KD KD IPS dan IPA yang sesuai di bawah tema
tersebut.

12
5 Melakukan hal yang sama untuk Standar Isi Bahasa Indonesia dan Matematika Meletakkan Kompetensi
Dasar yang tidak dapat dimasukkan ke dalam tema di bagian bawah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak
didik. Dikatakan bermakna karna dalam pengajaran terpadu, anak akan memahmi konsep-konsep yang
mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
mereka pahami. Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eksplorasi suatu topic
merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif di dalam eksplorasi
tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang
bersamaan.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

13
Pertanyaan :

1. Pemacu dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu adalah melalui eksplorasi topic. Bagaimana cara
kalian sebagai guru/pendidik menerapkan metode pembelajaran terkait hal diatas?

2. Berikan contoh pengaplikasian model pembalajaran terpadu apabila saudara melakukan/ menerapkan
pembelajarannya di Daerah 3T (terluar, tertinggal, terdepan)

14
DAFTAR PUSTAKA

Trianto, 2015. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep Pembelajaran IPS. Bumu Aksara, Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai