Anda di halaman 1dari 29

KORELASI ANTARA KESIAPAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

DALAM PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
SIR ATINNUR RAHMAN
E1M018070

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam melakukan penelitian program sarjana (S1)
pendidikan kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh semua orang dan
merupakan hak bagi setiap individu. Belajar merupakan proses penerimaan ilmu yang
disampaikan oleh tenaga pendidik kepada peserta didik dalam suatu kelompok belajar. Dengan
belajar diharapkan semua individu memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas
untuk meningkatkan hidupnya (Sari, 2018). Dalam kegiatan belajar mengajar siswa tidak
hanya menyerap ilmu yang disampaikan oleh guru tetapi siswa juga dapat melibatkan dirinya
dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila tujuan
dari pembelajaran tersebut tercapai. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut salah satu faktornya adalah kesiapan belajar
siswa (Ferdian, 2018).
Kesiapan belajar pada dasarnya adalah sifat keprofesionalan dari individu pendidik
maupun peserta didik. Siswa haruslah mampu mempersiapkan diri untuk melakukan proses
pembelajaran seperti merespon pertanyaan maupun merespon semua materi pembelajaran
yang diberikan guru. Untuk dapat merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru maka siswa harus
memiliki bekal ilmu yang diperoleh dari mambaca buku pelajaran maupun dari sumber-sumber
lain yang dapat menunjang kesiapan belajar setiap siswa, sehingga mendapatkan manfaat yang
baik dan memberikan hasil belajar yang baik pula (Hartono, 2021).
Kesiapan individu akan membawa individu untuk siap memberikan respon baik terhadap
sesuatu. Kesiapan belajar merupakan aspek yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil
belajar adalah kemampuan yang didapatkan oleh seseorang melalui kegiatan belajar. Kesiapan
individu menikuti pelajaran perlu diperhatikan siswa, karena dengan persiapan siswa yang baik
akan lebih matang dalam menerima pelajaran sehingga siswa lebih berkonsentrasi dan
mendapatkan tujuan dan hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa ditentukan oleh berbagai
macam faktor. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam penelitian ini
peneliti membatasi pada faktor kesiapan belajar siswa. Kondisi siswa dengan kesiapan yang
baik akan dapat dengan mudah menerima pembelajaran dari guru dan membuat siswa
termotivasi untuk mendapatkan ataupun mengoptimalkan hasil belajarnya (Warisman, 2021).
Berdasarkan obervasi yang telah dilakukan di SMA Negri 1 Gunungsari pada mata
pelajaran kimia, peneliti menemukan bahwa kesiapan belajar siswa masih terbilang cukup
rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil belajar siswa. Tetapi ada pula yang memiliki
kesiapan belajar sehingga memiliki hasil belajar yang baik. Hal tersebut dapat dikatakan
berlawanan dengan pendapat Slameto (2010) yang menyatakan bahwa kesiapan (readiness)
merupakan suatu aspek yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kesiapan belajar dengan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Korelasi
Antara Kesiapan Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Dalam Penerapan Kurikulum
Merdeka Belajar” yang bertujuan untuk mengetahui apakah kesiapan belajar mempunyai
hubungan terhadap hasil belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran selalu akan berpedoman teguh pada kurikulum agar terlaksananya
proses pembelajaran yang sesuai tujuan. Kurikulum dan pembelajaran adalah hal yang tidak
dapat dipisahkan walaupun memiliki kedudukan yang berbeda. Fungsi dari kurikulum yaitu
sebagai landasan yang memberikan arah dan tujuan suatu pendidikan, dan isi yang harus
dipelajari (Syam, 2017). Pada saat ini terdapat kurikulum yang baru diterapkan di Indonesia
yaitu Kurikulum merdeka belajar. Kurikulum merdeka belajar memiliki tujuan untuk
mengasah minat bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan
karakter, dan kompetensi peserta didik. Kurikulum memberikan kebebasan kepada anak untuk
membuat gaya belajar masing-masing dengan tujuan agar siswa dapat belajar dengan senang
dan hasil yang di capai dalam kegiatan belajarnya menjadi baik (Nurwiatin, 2022).
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh semua orang dan
merupakan hak bagi setiap individu. Belajar merupakan proses penerimaan ilmu yang
disampaikan oleh tenaga pendidik kepada peserta didik dalam suatu kelompok belajar. Dengan
belajar diharapkan semua individu memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas
untuk meningkatkan hidupnya (Sari, 2018).
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa tidak hanya menyerap ilmu yang disampaikan oleh
guru tepai siswa juga dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Kemudian siswa juga diharapkan mampu mengalami proses
perubahan baik dari segi sikap dan pengetahuan. Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar
meliputi: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, kesiapan
dalam belajar, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, dan perbedaan individual.
Prinsip-prinsip tersebut harus terpenuhi agar peserta didik mendapatkan hasil belajar yang
maksimal (Effendi, 2017).
Kesiapan belajar pada dasarnya adalah sifat keprofesionalan dari individu pendidik
maupun peserta didik. Siswa haruslah mampu mempersiapkan diri untuk melakukan proses
pembelajaran seperti merespon pertanyaan maupun merespon semua materi pembelajaran
yang diberikan guru. Untuk dapat merespon pertanyaan-pertanyaan dari guru maka siswa harus
memiliki bekal ilmu yang diperoleh dari mambaca buku pelajaran maupun dari sumber-sumber
lain yang dapat menunjang kesiapan belajar setiap siswa, sehingga mendapatkan manfaat yang
baik dan memberikan hasil belajar yang baik pula (Hartono, 2021).
Kesiapan individu akan membawa individu untuk siap memberikan respoon baik terhadap
sesuatu. Kesiapan belajar merupakan aspek mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar
adalah kemampuan yang didapatkan oleh seseorang melalui kegiatan belajar. Kesiapan
individu menikuti pelajaran perlu diperhatikan siswa, karena dengan persiapan siswa yang baik
akan lebih matang dalam menerima pelajaran sehingga siswa lebih berkonsentrasi dan
mendapatkan tujuan dan hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa ditentukan oleh berbagai
macam faktor. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam penelitian ini
peneliti membatasi pada faktor kesiapan belajar siswa. Kesiapan dapat di definisikan sebagai
suatu tingkatan keadaan yang wajib untuk dicapai pada suatu proses perkembangan seseorang
dalam suatu tingkat pertumbuhan secara mental, fisik, emosional, dan sosial. Kondisi siswa
dengan kesiapan yang baik akan dapat dengan mudah menerima pembelajaran dari guru dan
membuat siswa termotivasi untuk mendapatkan ataupun mengoptimalkan hasil belajarnya
(Warisman, 2021).
Berdasarkan obervasi yang telah dilakukan di SMA Negri 1 Gunungsari pada mata
pelajaran kimia, peneliti menemukan bahwa kesiapan belajar siswa masih terbilang cukup
rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil belajar siswa. Tetapi ada pula yang memiliki
kesiapan belajar sehingga memiliki hasil belajar yang baik. Hal tersebut dapat dikatakan
berlawanan dengan pendapat Slameto (2010) yang menyatakan bahwa kesiapan (readiness)
merupakan suatu aspek yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kesiapan belajar dengan hasil
belajar siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi, maka yang mejadi rumusan masalah
yaitu: apakah kesiapan belajar siswa memiliki hubungan terhadap hasil belajar yang diperoleh
siswa dalam penerapan kurikulum merdeka”.
1.3 Tujuan Penelitian
Maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: mengetahui bagaimana
Hubungan antara Kesiapan Belajar dengan Hasil Belajar Siswa dalam Penerapan Kurikulum
Merdeka?.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi bagi pembaca dan juga untuk
yang melakukan penelitian sejenis mengenai Korelasi Antara Kesiapan Belajar Dengan
Hasil Belajar Siswa Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar

b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dihaparkan dapat bermanfaat bagi tenaga pendidik dan peserta didik dalam
mempersiapkan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.5 Lingkup Penelitian
Agar pelaksanaan penelitian ini berjalan dengan terarah, maka peneliti akan membatasi
permasalahan dalam melakukan penelitian. Penelitian ini akan difokuskan pada bagaimana
faktor kesiapan siswa dalam belajar tersebut dengan hasil belajar siswa.
Agar pelaksanaan penelitian ini berjalan dengan terarah, maka peneliti akan membatasi
permasalahan dalam melakukan penelitian. Penelitian ini akan difokuskan pada hubungan
antara kesiapan belajar dengan hasil belajar siswa dalam penerapan kurikulum merdeka.
1.6 Definisi Oprasional
Definisi beberapa istilah diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman. Adapun definisi dari
beberapa istilah sebagi berikut:
a. Kesiapan Belajar diartikan sebagai keadaan yang ditunjukkan siswa sebelum atau pada saat
mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Keadaan yang dimaksud mencakup kondisi
fisik, kondisi mental, kondisi emosional, minat, bakat, motivasi dan tujuan, yang diperoleh
melalui angket.
b. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi. Proses komunikasi
yaitu proses menyampaikan informasi dari sumber informasi melalui saluran atau media
tertentu kepada penerima informasi, informasi tersebut berupa isi ajaran dan didikan yang
terdapat di dalam kurikulum yang dituangkan oleh guru atau sumber lain kedalam simbol-
simbol komunikasi secara verbal.
c. Angket adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk diberikan respon
sesuai dengan permintaan pengguna.
d. Hasil Belajar Kimia merupakan hasil penilaian atas kemampuan seorang siswa dalam
penguasaan dan pemahaman materi yang telah diajarkan dalam pelajaran kimia.
e. Korelasi dapat diartikan sebagai hubungan antara dua variabel. Dalam penelitian korelasi
adalah salah satu teknik analisis yang digunakan dalam statistic untuk mencari hubungan
antara dua variabel yang bersifat kuanttatif.

Definisi beberapa istilah diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman. Adapun definisi dari
beberapa istilah sebagi berikut:
f. Korelasi dapat diartikan sebagai hubungan antara dua variabel. Dalam penelitian korelasi
adalah salah satu teknik analisis yang digunakan dalam statistic untuk mencari hubungan
antara dua variabel yang bersifat kuanttatif.
g. Kesiapan Belajar diartikan sebagai keadaan yang ditunjukkan siswa sebelum atau pada saat
mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Keadaan yang dimaksud mencakup kondisi
fisik, kondisi mental, kondisi emosional, minat, bakat, motivasi dan tujuan, yang dapat
diperoleh memalui angkat.
h. Hasil Belajar Kimia merupakan hasil penilaian atas kemampuan seorang siswa dalam
penguasaan dan pemahaman materi yang telah diajarkan dalam pelajaran kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kurikulum Merdeka

Pengembangan kurikulum terjadi secara berkala dalam pengembangannya menyesuaikan


dengan perkembangan ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan kebutuhan dari
perkebangan zaman pada saat itu (inayati, 2022). Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang system Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 mengenai definisi kurikulum, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum merdeka mengedepankan konsep merdeka belajar bagi siswa yang dirancang
untuk membantu pemulihan krisis pembelajaran yang terjadi akibat adanya pandemic Covid-
19. Penggunaan teknologi dan kebutuhan kompetensi di era sekarang ini, menjadi salah satu
dasar dikembangkannya kurikulum merdeka. Pemanfaatan teknologi yang semakin massif
serta program lain yang direncanakan oleh pemerintah seperti sekolah penggerak, guru
penggerak, SMK Pusat Keunggulan (SMK-PK), dan sebagainya menjadi salah satu upaya
yang dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan kurikulum merdeka untuk pemulihan
krisis pembelajaran (Nugraha, 2022).

Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia ada tiga, yaitu:
kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum merdeka di sekolah penggerak.
Implementasi kurikulum merdeka belum sepenuhnya dijalankan oleh semua sekolah. Hal ini
dikarenakan kebijakan kemendikbudristek yang masih memberikan kelonggaran kepada
satuan pendidikan dalam melakukan implementasi kurikulum (Kementrian pendidikan
kebudayaan riset dan teknologi, 2022). Implementasi kurikulum merdeka yang ditawarkan
disesuaikan dengan kesiapan guru dan tenaga pendidikan. Implamentasi kurikulum merdeka
dilaksanakan secara mandiri dengan tiga alternative pilihan. Pertama mandiri belajar, kedua
mandiri berubah, dan ketiga mandiri berbagi (Andari, 2022).

2.2 Kesiapan Belajar Kimia

Kesiapan belajar kimia memang harus dipahami dalam artian psikis dan materil yang
disamping kesiapan belajar secara artian fisik. Dimana kesiapan fisik ini dapat di lihat secara
langsung dari kondisi tubuh siswa yang sehat. Sedangkan kesiapan secara psikis dapat terlihat
dengan adanya keinginan dari seseorang untuk mengikuti pembelajaran, dapat berkonsentrasi
dengan baik, dab adanya motivasi secara interinsik, sedangkan kesiapan mental terlihat dari
keinginan sisa untuk belajar (Santika,dkk, 2022).

Kesiapan belajar adalah kondisi psikologis dan fisiologis seseorang yang memungkinkan
untuk menerima, memperoses, dan meningat informasi baru dengan efektif. Kesiapan belajar
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti motivasi, perhatian, minat, kesiapan mental, dam
kesiapan fisik. Dalam beberapa faktor tersebut motivasi merupakan faktor yang cukup
berpengaruh langsung terhadap siswa, motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang
untuk belajar dan mencapai tujuan tertentu. Ketika seseorang memiliki motivasi yang tinggi,
maka kesiapan belajarnya juga akan meningkat. Perhatian juga memainkan peran penting
dalam kesiapan belajar, karena jika seseorang tidak dapat memusatkan perhatiannya pada
materi yang dipelajari, maka proses belajar akan terganggu (Mulyani, 2013). Selanjutnya
menurut Sari (2022) kesiapan belajar merupakan keadaan awal siswa dalam memulai proses
pembelajaran yang membuat peserta didik dalam keadaan siap untuk memperlihatkan
kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang ada pada diri setiap peserta didik. Kesiapan
belajar siswa sangat penting dalam proses pembelajaran karena siswa yang memiliki kesiapan
yang baik dalam belajar akan mendorongnya untuk dapat menyesuaikan diri atas kondisi pada
saat pembelajaran dilakukan. Kesiapan belajar siswa dapat membuat peserta didik merespon
dengan baik proses belajar mengajar yang di lakukan. Kesiapan merupakan suatu keseluruhan
kondisi individu dalam mencapai dan melakukan suatu kegiatan yang menyangkut mental,
keterampilan, dan sikap.

Upaya meingkatkan kesiapan belajar, seseorang dapat melakukan beberapa hal, seperti
mengatur waktu belajar dengan baik, mempersiapkan diri secara fisik dan mental sebelum
belajar, mencari lingkungan belajar yang nyaman dan tentang, serta memotivasi diri sendiri
untuk belajar dengan cara positif. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan belajar, seseorang dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran dan
mencapai tujuan belajar yang diinginkan (Ferdian, dkk, 2018).

2.1.1 Kesiapan Belajar


Menurut Sari (2022) kesiapan belajar merupakan keadaan awal siswa dalam
memulai proses pembelajaran yang membuat peserta didik dalam keadaan siap untuk
memperlihatkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang ada pada diri setiap
peserta didik. Kesiapan belajar siswa sangat penting dalam proses pembelajaran karena
siswa yang memiliki kesiapan yang baik dalam belajar akan mendorongnya untuk dapat
menyesuaikan diri atas kondisi pada saat pembelajaran dilakukan. Kesiapan belajar siswa
dapat membuat peserta didik merespon dengan baik proses belajar mengajar yang di
lakukan. Kesiapan merupakan suatu keseluruhan kondisi individu dalam mencapai dan
melakukan suatu kegiatan yang menyangkut mental, keterampilan, dan sikap.
Kesiapan diri pada saat akan mengikuti proses pembelajaran merupakan suatu hal
yang perlu untuk diperhatikan, karena kesiapan diri dapat mempengaruhi kegiatan yang
akan dilakukan. Persiapan diri yang baik akan merasa lebih siap dalam belajar yang dimana
dapat berdampak baik bagi konsentrasi dan mendapatkan manfaat, tujuan dan hasil belajar
yang baik (warisman, 2021). Kesiapan adalah hal yang utama dan harus diperhatikan.
Kesiapan belajar memiliki peran penting peran yang sangat penting untuk dapat
menentukan dan mengikuti arahan dalam proses pembelajaran yang baru. Dalam kegiatan
pembelajaran itu sendiri tanpa kesiapan dan kesediaan untuk mau belajar maka suatu
proses pembelajaran tidak akan pernah terjadi. Kurangnya kesiapan peserta didik dalam
proses belajar dapat terlihat dari kesiapan fisik, psikis dan mateil peserta didik. Hal ini
dapat di simpulkan bahwa siswa tersebut tidak dapat bersaing dengan teman lainnya untuk
mrmperoleh hasil belajar yang lebih baik (Hartono, 2021).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar

Menurut Effendi (2017) Kesiapan dalam belajar sisa ditentukan oleh beberapa faktor.
Faktor tersebut yaitu kondisi fisik mental dan emosional, kebutuhan-kebutuhan, motif,
pengetahuan serta tujuan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa kondisi-kondisi yang
mempengaruhi merupakan kondisi yang saling terhubung satu sama lain. Kondisi-kondisi
ini dijadikan sebagai faktor-faktor yang mempebgaruhi kesiapan belajar.
1. Kondisi fisik, mental dan emosional
Kondisi fisik meliputi kesehatan badan dari peserta didik, tidak sedang dalam kondisi
sakit, memiliki penglihatan dan pendengaran yang normal, kelelahan dan juga rasa
kantuk. Selanjutnya dari segi mental meliputi kepercayaan diri; berani mengajukan
pertanyaan dan berani mengemukakan pendapat. Sedangkan dari segi emosional
meliputi rasa tertekan dan tegang saat mengikuti pelajaran.
2. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
Setiap peserta didik pasti memiliki motif dan tujuan dalam mengikuti setiap
pembelajaran, untuk itu para peserta didik harus mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukannya untuk menunjang prestasinya. Motivasi itu meliputi dating tepat
pada waktunya, mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir, mengulang materi
belajar di luar sekolah, dan berusaha mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
3. Pengetahuan
Dengan adanya kemajuan teknologi akhir-akhir ini membuat dampak positif bagi
peserta didik, para peserta didik menjadi lebih terampil dan juga memiliki pengetahuan
yang luas. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kegiatan belajarnya. Para peserta
didik dapat dengan mudah mencari referensi lain yang relevan mengenai materi
belajarnya. Sehingga ketika sedang dalam proses belajar di sekolah mereka dapat
dengan mudah menyimpulkan materi pembelajaran serta dapat mengingat kembali
materi yang telah dipelajari.

2.4 Pengertian Belajar Kimia

Belajar kimia merupakan suatu proses dalam mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan mengenai ilmu kimia tersebut. Ilmu kimia adalah suatu cabang ilmu yang
mengajarkan tentang struktur, reaksi, sifat, komposisi, dan transformasi materi. Dalam
konteks belajar kimia hal yang dipelajari yakni mengenai berbagai konsep, teori, prinsip, dan
aplikasi yang kaitannya dengan materi dan interaksi yang terjadi dalam kimia. Materi-materi
yang menjadi topik umum dalam pembelajaran kimia yaitu atom, molekul, reaksi kimia,
struktur, molekul, sifat zat, termokimia, asam-basa, reaksi redoks, kesetimbangan kimia, dan
lain sebagainya (Wijaya, dkk, 2020).

Proses belajar kimia tersebut melibatkan banyak kegiatan pembelajaran seperti


pembahasan materi, eksperimen, pengamatan, analisis, diskusi, dan pemecahan masalah.
Kemudian dalam belajar kimia juga banyak mempelajari mengenai rumus molekul, simbol-
simbol kimia, notasi kimia, persamaan reaksi, dan tabel periodik. Tujuan dalam mempelajari
ilmu kimia ini adalah untuk dapat mengetahui bagaimana prinsip-prinsip dan teori dasar dari
ilmu kimia tersebut, serta mengembangkan berbagai keterampilan seperti ketrampilan dalam
menganalisis, memcahkan masalah, dan berpikir kristis yang sangat diperlukan untuk
penerapan ilmu pengetahuan kimia tersebut dalam benyak bidang dan industri, seperti ilmu
pengetahuan, kehegatan, lingkungan, dan teknologi (Jayadiningrat, dkk, 2017).

Proses pembelajaran kimia tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan membaca buku, mengikuti perkuliahan, mengikuti proses praktikum, berpartisipasi
dalam berbagai diskusi mengenai kimia, mencoba menyesesaikan soal, dan langsung
melakukan penlitian. Dalam melakukan proses pembelajaran kimia siswa juga harus
membangun cara berpikir baru, ada terdapat lima cara berpkir baru tentang kimia seperti,
Jangan katakan kimia itu sulit dan katakan kimia itu penting, Jangan katakan kimia
membahayakan dan katakan kimia menyejahterakan, Jangan katakan kimia itu menyeramkan
dan katakan kimia menyenangkan, Jangan katakan kimia menyakitkan dan katakan kimia
menyehatkan, Jangan katakan kimia hanya untuk sebagian orang dan katakan kimia untuk
semua orang. Dengan merubah cara berpikir tesebut dapat meningkatkan minat dan
mendapatkan pemahaman baik menenai kimia. Lebih lanjut lagi unruk memperoleh suatu
pemahaman konsep-konsep kimia secara praktis juga dapat melakukan eksperimen dan
observasi secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara tersebut materi dari
pembelajaran kimia tersebut akan dapat diingat dengan mudah, hal tersebut juga akan
meningkatkan minat siswa dalam mempelajari kimia secara berkelanjutan (Subagia, 2014).
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu hal yang penting dilakukan ketika manusia ingin mencapai
puncak keberhasilan dalam hidupnya. Dengan kata lain belajar diartikan sebagai kebutuhan
dalam memperoleh pengetahuan secara konseptual ataupun teoritis, mendapatkan sebuah
keterampilan yang praktis dan aplikatif, serta bisa memiliki akhlak yang baik. Belajar
adalah sebuah kebutuhan sekaligus sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Hal
ini disebabkan oleh manusia yang dari aal terlahir tidak mengetahui apapun, tetapi manusia
dibekali potensi jasmani dan rohani yang dapat digunakan untuk berpikir dan berkembang.
Belajar yang dilakukan manusia berlangsung terus menerus sehingga sepanjang hayatnya.
Manusia dapat belajar dari mana saja baik pendidikan formal maupun tidak formal. Belajar
dapat berlangsung secara aktif dan integrative, yang dimana mengakibatkan perubahan
terjadi pada manusia, perubahan ini biasanya terjadi pada aspek-aspek keberibadian
seseorang seperti tingkah laku, kecakapan, sikap, serta perhatian yang diberikan yang
terus-menerus berlangsung pada diri seseorang (Umam, 2019).
Menurut Hamalik (2014) belajar ialah proses suatu kegiatan bukan sebuah
pencapaian meupun tujuan seseorang. Belajar tidak hanya untuk mengingat, tetapi belajar
lebih luas dari itu, yakni mengalami atau menjalani. Definisi tersebut juga dapat didukung
dengan pendapat salah satu pendapat menurut Rusman (2018) belajar juga didefinisikan
sebagai salah satu faktor yang berpengaruh dan berperan sangat penting di dalam
pembentukan keperibadian seseorang individu. Perkembangan suatu individu berlangsung
melalui pembelajaran yang dilakukannya.
Belajar adalah segala kegiatan yang menyangkut psikis yang dilakukan oleh
seseorang mengakibatkan tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan belajar, perbedaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti
pengetahuan, keterampilan, daya piker, pemahaman, tingkah laku, dan berbagai
kemampuan lainnya (Djamaluddin, 2019). Selanjutnya Nurjan (2015) mengungkapkan
bahwa belajar adalah tahapan dari suatu perubahan tingkah laku seseorang yang relative
permanen hasil dari pengalaman serta interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Berdasarkan dari definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan sikap atau tingkah laku individu yang terjadi karena adanya serangkaian
usahayang dilakukan misalnya kegiatan membaca, meniru, mendengarkan, dan
mengamati, yang dimana belajar berlangsung sepanjang hayat dan melibatkan proses
kognitif, perubahan-perubahan yang terjadi pada individu selama proses belajar tersebut
bersifat permanen yang akan terus-menerus ada dalam individu yabf melakukan proses
belajar.
2.5 Ciri-Ciri Belajar
Ciri-ciri belajar iyalah keadaan yang khas yang ada dalam kegiatas belajar. Ciri-ciri belajar
adalah:

a. Memiliki keterampilan atau suatu perubahan baru. Perubahan yang dimaksud yaitu perubahan
dalam tingkah laku, pengetahuan, dan nilai serta sikap individu tersebut.
b. Perubahan yang terjadi pada individu tidak terjadi sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan.
c. Perubahan individu tidak terjadi begitu saja melainkan di dapatkan dengan usaha.
d. Perubahan yang terjadi tidak semata-mata diakibatkan karena perubahan fisik, kedewasaan,
kelelahan, dan penyakit (Setiawati, 2018).

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengarugi belajar individu digolongkan menjadi dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu itu sendiri
yang biasanya berupa faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis dan psikologis
itu seperti motivasi, minat, integritas, dan bakat. Minat adalah kecendrungan atau suatu
keinginan yang brsar terhadap sesuatu, dan motivasi merupakan dorongan dari dalam diri
seseorang untuk berusaha mengubah tingkah laku yang baik dalam pemenuhan kebutuhan.
Maka dari itu minat dan motivasi belajar sangat mempengaruhi siswa dalam menyukai atau
tidak menyukai suatu hal. Minat adalah salah satu faktor yang termasuk ke dalam faktor
internal siswa yang merupakan psikologis segingga dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas perolehan pembelajaran siswa. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar
individu seperti hal nya prasarana, lingkungan keluarga, dan masyarakat luas (Sulasmi, 2020).

2.7 Hasil Belajar

Hasil belajar diartikan bahwa suatu perubahan perilaku dan kemampuan yang dimiliki
siswa paska mendapatkan suatu proses belajar yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor yang di tunjukkan dengan nilai sesuai tujuan pembelajaran yang ada. Hasil belajar
yang diperoleh siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran berbeda-beda. Hasil belajar peserta
didik yang baik tidak hanya berpengaruh dari guru pengampu tetapi juga dari peserta didik
juga (Indriastuti, 2017).

Hasil belajar merupakan kemampuan yang memang dimiliki siswa dalam ranah kognitfnya
dari yang paling rendah sampai dengan hasil belajar yang di tunjukkan oleh siswa bahwa
siswwa tersebut telah melakukan proses belajar yang pada umumnya meliputi pengetahuan
dan sikap-sikap yang diharapkan tercapai dengan baik oleh siswa (Tumolo, 2022).

Bersadarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
yang ditunjukkan oleh seorang siswa dalam tingkah laku dan perubahan dalam ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik yang ditunjukkan dengan hasil yang diharapankan tersebut untuk
mencapai tujuan dari proses belajar mengajar.

2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Indrawati (2021) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini yaitu faktor fisiologis,
psikologis, motivasi, sikap, bakat, kematangan, kesiapan dan minat.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu tersebut yang
juga dapat mempengaruhi hasil belajar setiap individu. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor lingkungan sosial dan faktor nonlingkungan sosial.

2.9 Struktur Atom


Pernakah kalian mengamati gula pasir atau garam dapur yang dihaluskan? Butiran
– butiran gula pasir atau garam dapur yang terbentuk apakah masih memiliki sifat gula atau
garam dapur? Tentunya butiran – butiran tersebut masih memiliki sifat zat asalnya. Setiap
materi,misalnya gula pasir jika ditumbuk sampai halus maka sifat butir-butir yang terkecil
sekalipun masih serupa dengan sifat gula pasir semula, hanya ukurannya saja yang
berubah. Apabila proses pemecahannya diteruskan hasilnya tetap masih mempunyai sifat-
sifat gula pasir. Bahkan ketika dimasukkan dalam airpun rasa manis gula pasir masih bisa
dirasakan.
Butir – butir gula pasir yang terkecil ini pada awalnya dinamakan dengan partikel.
Dengan demikian,setiap materi gula pasir yang kita kenal terdiri atas kumpulan partikel
gula pasir yang jumlahnya banyak sekali. Setiap materi bukan merupakan satu
kesatuan,tetapi merupakan kumpulan dari partikel – partikel yang sangat banyak. Oleh
karena partikel – partikel itu terdiri atas satu kesatuan maka berarti setiap materi terdiri atas
bagian – bagian yang diskontinu (terputus – putus). Pemikiran ini mendasari pengertian
tentang atom yang telah mengalami perkembangan cukup lama. Teori Atom merupakan
salah satu teori yang digunakan untuk mengenali sifat darisebuah benda. Menurut sejarah
yang tercatat, penemu Teori Atom adalah seorang yang berasal dari Yunani, yakni
Democritus, berikut perkembangan teori atom dari zaman ke zaman:
1. Model Atom Dalton
John Dalton (1776-1844) adalah ilmuwan yang pertama mengembangkan model atom
pada 1803 hingga 1808. Hipotesis Dalton digambarkan dengan model atom sebagai
bola pejal seperti tolak peluru. Teori atom Dalton didasarkan pada anggapan:
 Semua benda tersusun atas atom
 Atom-atom tidak dapat dibagi maupun dipecah menjadi bagian lain
 Atom-atom tidak dapat dicipta maupun dihancurkan
 Atom-atom dari unsur tertentu adalah indentik satu terhadap lainnya dalam
ukuran, massa, dan sifat-sifat yang lain, namun mereka berbeda dari atom-atom
dari unsur-unsur yang lain.
 Perubahan kimia merupakan penyatuan atau pemisahan dari atom-atom yang
tak dapat dibagi, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

Namun sayangnya, teori Dalton tidak dapat menjelaskan bagaimana atom sebagai bola
pejal dapat menghantarkan arus listrik. Padahal, listrik adalah elektron yang bergerak.
Ia tak sempat membuktikan partikel lain yang menghantarkan arus listrik. Secara garis
besarnya Teori Dalton memiliki kelemahan antara lain:

 Masih ada partikel sub atomik yang menyusun atom (proton, neutron, elektron)
 Atom atom dari unsur yang sama dapat mempunyai massa yang berbeda
 Tidak mengenal muatan/ sifat listrik materi sehingga tidak bisa menjelaskan
bagaimana cara atom dapat berikatan
 Beberapa unsur tidak terdiri dari atom-atom melainkan molekul, seperti
molekul unsur terbentuk dari atom sejenis dengan jumlah tertentu.
2. Model Atom Thomson
Pada awal abad ke-20, JJ Thomson menggambarkan atom seperti bola pejal, yaitu bola
padat yang bermuatan positif. Di permukaannya, tersebar elektron yang bermuatan
negatif. Thomson membuktikan adanya partikel yang bermuatan negative dalam atom.
Namun sayangnya teori atom Thomson juga memiliki kekurangan, yaitu
 tidak adanya lintasan elektron dan tingkat energi.
 tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam atom.
3. Model Atom Rutherford
Ernest Rutherford, ahli fisika kelahiran Selandia Baru adalah salah satu tokoh yang
berjasa dalam pengembangan model atom. Rutherford membuat model atom seperti
tata surya.
 Atom adalah bola berongga yang tersusun dari inti atom dan elektron yang
mengelilinginya.
 Inti atom bermuatan positif. Selain itu, massa atom terpusat apda inti atom.
Model ini persis seperti bagaimana planet mengelilingi matahari. Rutherford
berjasa mengenalkan konsep lintasan atau kedudukan elektron yang kelak
disebut dengan kulit atom. Namun model atom Rutherford tidak dapat
menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
4. Model Atom Niels Bohr
Niels Bohr, ahli fisika dari Denmark adalah ilmuwan pertama yang mengembangkan
teori struktur atom pada 1913. Teori tentang sifat atom yang didapat dari pengamatan
Bohr:
 Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang
bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
 Elektron bisa berpindah dari satu lintasan ke lintasan yang lain dengan
menyerap atau memancarkan energi sehingge energi elektron atom itu tidak
akan berkurang
 Jika berpindah ke lintasan yang lebih tinggi, elektron akan menyerap energi.
 Jika berpindah ke lintasan yang lebih rendah, elektron akan memancarkan
energi.
Kedudukan elektron-elektron pada tingkat-tingkat energi tertentu yang disebut
kulit-kulit elektron.
menunjukkan bahwa atom terdiri dari beberapa kulit. Kulit ini adalah tempat
berpindahnya elektron. Kesimpulan yang diperoleh adalah selama
elektronelektron berada di lintasan energinya relatif tetap. Elektron-elektron
yang berputar mengelilingi inti atom berada pada lintasan atau tingkat energi
tertentu yang kemudian dikenal dengan sebutan kulit atom. Dasar inilah yang
digunakan untuk menentukan konfigurasi elektron suatu atom. Namun model
atom Bohr memiliki Kelemahan,yaitu :
 Adanya radius dan orbit. Ini tidak sesuai dengan Prinsip Ketidakpastian
Heisenberg yang menyatakan radius tidak bisa ada bersamaan dengan orbit.
 Selain itu, model atom Bohr juga tidak menjelaskan Efek Zeeman. Efek
Zeeman adalah ketika garis spektrum terbagi karena adanya medan magnet

5. Model Atom Mekanika Kuatum


Setelah abad ke-20, pemahaman mengenai atom makin terang benderang. Model atom
modern yang kita yakini sekarang, telah disempurnakan oleh Erwin Schrodinger pada
1926. Schrodinger menjelaskan partikel tak hanya gelombang, melainkan gelombang
probabilitas. Kulit-kulit elektrin bukan kedudukan yang pastu dari suatu elektron,
namun hanya suatu probabilitas atau kebolehjadian saja. Sebelumnya, Werner
Heisenberg juga mengembangkan teori mekanika kuantum dengan prinsip
ketidakpastian. Prinsip tersebut kurang lebih berbunyi: "Tidak mungkin dapat
ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat
bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada
jarak tertentu dari inti atom." Awan elektron di sekitar inti menunjukkan tempat
kebolehjadian ditemukannya elektron yang disebut orbital dimana orbital
menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang
sama atau nyaris sama akan membentuk sub-kulit. Kumpulan beberapa sub-kulit akan
membentuk kulit. Dengan demikian, kulit terdiri dari beberapa sub-kulit, dan sub-kulit
terdiri dari beberapa orbital. Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut
sebagai model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku hingga
saat ini

3.1 Penelitian Relevan


Penelitian mengenai kesiapan belajar siswa terhadap hasil belajar sudah banyak dilakukan
oleh peneliti sebelumnya. Penelitian yang berkaitan dengan topic penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Mulyani (2013) dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Kesiapan Belajar Dengan
Prestasi Belajar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesiapan belajar siswa
dalam kategori cukup baik dengan presentase 43,04%. Dan terdapat kategori kesiapan belajar
yang rendah dengan presntase sebesar 30,39%. Dari aspek kesiapan belajar ini menunjukkan
bahwa kesiapan belajar siswa berapa pada kategori cukup baik.
Selanjutnya Jayadiningrat, dkk, (2017) dalam jurnal yang berjudul “Meningkatkan
Kesiapan dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Kimia dengan Pemberian Kuis di Awal
Pembelajaran”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan belajar siswa masih sangat
rendah. Dilihat dari presentase ketuntasan siswa secara klasikal 16,67%, dimana hanya
terdapat 6 orang siswa yang mampu untuk mencapai KKM yang diharapkan yakni
mendapatkan hasil tes diatas 68. Hasil tes yang belum mencapai KKM menunjukkan bahwa
kesiapan belajar siswa masih kurang.
Mawartiwi, dkk (2022) dalam jurnal yang berjudul “Pembelajaran Daring:
Hubungan Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Adapun data hasil
rekapitulasi angkep kesiapan belajar siswa berbasis daring dikategorikan menjadi tiga yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Hasil temuan analisis data deskriftif menapatkan kategoru
kesiapan belajar siswa berbasis daring tersebut tergolong tinggi beada pada rentang nilai X ≤
73 terdapat presentase sebesar 54% dimana jumlahnya ialah 74 siswa dan sisanya sebanyak
63 siswa memiliki kecenderungan kategori sedang dengan presentase sebesar 46% sentang
skor 47 ≤ X < 73.
Sari, dkk (2018) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Kesiapan Belajar Siswa Pada
Materi Reaksi Reduksi dan Oksidasi kelas X MAN 2 Filail Pontianak”. Hasil dari penelitian
tersebut adalah pada posttest materi ikatan kimia diperoleh hasil sebesar 59,26% siswa yang
berada pada kategori sangat kurang dan 7,41% yang berada pada kategori kurang baik.
Namun ada beberapa siswa yang memperoleh hasil sebesar 29,63 yang berada pada kategori
baik dan 3,70% yang berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan analisis tersebut bahwwa
kesiapan belajar siswa dilihat dari aspek kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional,
kebutuhan, dan pengetahuan atau pemahaman berada pada kategori baik. Sedangkan pada
spek kondisi mental dan aspek pengetahuan dan pemahaman masih berada pada kategori
kurang.
Penelitian di atas memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian
ini. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada penelitian korelasi atau mencari hubungan.
Selain itu persamaan lainnya adalah sama-sama memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan
yang signifikan dari kesiapan belajar dengan hasil belajar. Perbedaan dengan penelitian ini
terletak pada objek penelitiannya, objek penelitiannya ini adalah siswa SMA Negri 1
Gunungsari.

Sari (2021) dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Kesiapan belajar dengan Hasil Belajar
Matematika Kelas IV SDN 013 Suka Maju Kecamatan Singigi Hilir”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara kesiapan belajar siswa dengan hasil belajar,
Hal tersebut ditunjukkan dengan data koefisien korelasinya yaitu 0,452 yang dimana berarti pada
tingkat yang kuat.

Selanjutnya Hartono (2021) dalam jurnal yang berjudul “Korelasi antara Kesiapan Belajar
dengan Hasil Belajar siswa di SMA Negri 5 Lahat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara kesiapan belajar dengan hasil belajar siswa, dibuktikan dengan
pengujian yang dilakukan diperoleh data sebesar 91,33 %, angka tersebut menunjukkan kriteria
hubungan yang sangat tinggi.
Warisman (2021) dalam jurnal yang berjudul “Hubungan antara Kesiapan Belajar dengan
Hasil Belajar Siswa Kelas II Sekolah Dasar”. Hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh
bahwa tidak terdapat hubungan kesiapan belajar siswa dengan hasil belajar siswa. Perhitungan
yang dilakukan data statistik di peroleh hasil sebesar 0,297, yang dimana nilai tersebut masuk ke
dalam kategori rendah.

Syafi’I, M dan Fauziyah, Y (2022) dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Kesiapan
Belajar Matematika Siswa dengan Hasil Belajar pada Materi Bangun Datar”. Berdasarkan data
hasil penelitiannya diperoleh bahwa uji signifikan uji-t, diperole thitung sebesar 9.57, dengan taraf
signifikansi 0.05 di peroleh ttabel = 1.69. dengan demikian thitung lebih besar (9,57 > 1,69) ttabel.
Perbandingan kedua nilai tersebut menunjukkan adanya hunungan yang berarti. Adapun koefisien
determinasi yang didapatkan sebesar 74,48% atau r2 = 0,7448. Hal ini berarti kontribusi yang
diberikan kesiapan belajar terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika
sebesar 74,48%. Berdasarkan hal tersebut faktor kesiapan belajar menjadi salah satu yang
menentukan hasil belajar siswa.
Selanjutnya Trigunawan, I dan Solfema dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Antara
Kesiapan Belajar dengan Hasil Belajar Pserta Disisk Pendidikan Kesetaraan Paket C di PKBM
Primadona Desa Cimparuh Kota Pariaman”. Dalam penelitian tersebut di dapatkan hasil bahwa
kesiapan belajar peserta didik paket C di PKBM Primadona Kota Pariaman di kategorikan kurang
baik. Hal ini diamati melalui angket yang telah disebar kepada peserta didik yang telah diteliti.
Sehingga presentase jawaban kurang setuju meraih angka tertinggi. Hasil belajar peserta paket C
di PKBM Primadona Kota Pariaman dikategorikan rendah. Hal ini diamati melalui hasil belajar
yang digunakan dalam penelitian segingga dapat dianlisa memalui tabel distribusi frekuensi.

4.1 Kerangka Berpikir


Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir

Kurikulum Merdeka Belajar


- Pengembangan Soft Skill dan
karakter
- Berfokus pada materi esensial
- Pembelajaran yang fleksibel

Kesiapan Belajar Siswa Hasil belajar siswa

 Kesiapan fisik Proses belajar mengajar


kimia
 Kesiapan mental
 Kesiapan emosional
 Kebutuhan
 Pengetahuan
 Motif
 tujuan

Hasil belajar siswa di sekolah ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah faktor
kesiapan belajar siswa. Kesiapan belajar merupakan faktor yang memungkinkan dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kesiapan belajar baik akan lebih
cenderung mempunyai rasa ketertarikan terhadap pelajaran sehingga dengan rasa tertarik ini
akan membangkitkan motivasi belajar untuk meningkatkan kemampuan belajar. Jika
kemampuan belajar siswa meningkat maka akan ada kemungkinan hasil belajar juga dapat
meningkat. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila siswa memiliki kesiapan belajar yang baik,
maka hasil belajarnya akan baik pula. Namun apabila siswa tidak memiliki kesiapan belajar
dalam menghadapi proses belajar mengaja, makan akan mempersulit dirinya memahami
materi pelajaran, menghambat kemajuan belajar dan akhirnya mengalami kegagalan dalam
meharih hasil belajar yang optimal.

Kurikulum Merdeka

Kesiapan Belajar

 Kesiapan Fisik
 Kesiapan Mental
 Kesiapan Emosional
 Kebutuhan
 Pengetahuan
 Motif
 Tujuan

Proses Belajar Mengajar

Hasil Belajar Kimia Siswa


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.
Rancangan penelitian ini yaitu rancangan penelitian korelasional yang tujuannya untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variable atau lebih.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SMA Negri 1 Gunungsari pada kela X semester genap tahun
ajaran 2022/2023,yang beralamat di Jl. Pariwisata No.78. penelitian ini dilakukan dengan
mengadakan studi pendahuluan atau observasi, yang bertujuan mengumpulkan informasi
informasi berkaitan dengan masalah yang akan di teliti. Kemudian membuat perumusan masalah
berdasarkan masalah masalah yang akan di teliti.

3.3 Variabel Penelitian


Variable penelitian merupakan suatu atribut, nilai atau sifat dari objek, individu, serta
kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dengan yang lain ditentukan oleh
peneliti untuk dipelajari dan dicari informasi serta ditarik kesimpulannya.

Maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa yang menjadi variabel independent adalah
“Kesiapan Belajar”, dan yang menjadi variabel terikat adalah “Hasil Belajar Kimia Siswa”.

3.3 Poulasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan suatu objek/subjek penelitian atau sekumpulan wilayah
generalisasi atau etnis yang lengkap terdiri dari orang, kejadian, atau benda yang memiliki
sejumlah karakteristik yang umum.Sehingga polulasi pada penelitian ini adalah
keseluruhan siswa kelas X berjumlah 312 siswa di SMA Negri 1 Gunungsari. (Tabel 3.1):

Tabel 1
Jumlah siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunungsari
KELAS Jumlah
Laki – Laki Perempuan

Kelas X-A 13 17 30

Kelas X-B 12 19 31

Kelas X-C 15 15 30

Sumber data: tatausaha SMA Negri 1 Gunungsari


Kelas X-D 11 21 32

Kelas X-E 11 18 29

Kelas X-F 14 18 32

Kelas X-G 16 16 32

Kelas X-H 14 18 32

Kelas X-I 15 15 30

Kelas X-J 16 16 32

3.4.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian atau dapat dikatakan wakil dari polulasi yang akan diteliti.
Sampel terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari suatu populasi. Sampel dalam
penelitian ini akan diambil dengan cara random sampling dengan rumus solvin sehingga
di dapat jumlah sampel sebanyak 180 siswa dengan 18 siswa perkelas.
𝑁
n = 1+𝑁𝑒 2

Keterangan:
n = jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah Populasi
e = margin eror yang ditoleransi (5%)
Tabel 2
Keadaan sampel siswa

Kelas Jumlah

Kelas X-A 18

Kelas X-B 18

Kelas X-C 18

Kelas X-D 18

Kelas X-E 18

Kelas X-F 18
Kelas X-G 18

Kelas X-H 18

Kelas X-I 18

Kelas X-J 18

TOTAL 180

Sumber data: tatausaha SMA Negri 1 Gunungsari

3.5 Instrumen Penelitian


Instrument penelitian adalah suatu alat yangdigunakan untuk mengumpulkan datadan
informasi pada saat melakukan penelitian. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan
yaitu instrument lembar angket kesiapan belajar siswa. Menurut Effendi (2017) indikator-
indikator kesiapan belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 3
Kisi-Kisi Angket Penelitian Kesiapan Belajar Siswa

Nomor
Variabel Indikator Sub Indikator Bulir
Sakit 1

Kelelahan/mengantuk 2

Tidak mengalami
gangguan pada indra
penglihatan (mata) 3
Kesiapan fisik

Tidak mengalami
gangguan pada indra
pendengaran (telinga) 4
Mengungkapkan 5
pendapat atau bertanya
Kesiapan Mental pada foruk diskusi

Mengungkapkan 6
pendapat atau bertanya
mengenai materi yang
belum dipahami

Berani menyanggah 7
pendapat orang lain
Merasa takut dan cemas
jika pembelajaran di
Kesiapan mulai
Emosional
Merasa kesal atau marah
pada saat pembelajaran
kimia berlangsung

Memiliki perasaan senang


jika pembelajaran dimulai

Belajar tanpa disuruh


orang lain
Kesiapan
Indikator Mencari sumber belajar
Kebutuhan
lain, selain yang
duberikan guru

Datang terlambat

Membawa sumber
belajar yang digunakan

Mengulang pembelajaran
di rumah

Dapat memahami yang


disampaikan guru

Menggunakan banyak
Pengetahuan sumber pelajaran

Memiliki pengetahuan
yang baik
Keinginan membahas soal
pelajaran

Mengerjakan/tidak
mengerjakan pekerjaan
Motif rumah

Memilih belajar sendiri

Tujuan Keinginan mendapat nilai


bagus tanpa ada nya
usaha mengulangi
pelajaran

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan untuk
menngumpulkan data.Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam
penelitian sebab data yang terkumpul akan dijadikan bahan analisa penelitian. Dalam
kegiatan pengumpulan data ini prosedur pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara semiterstruktur, dimana
pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara ini
juga dimaksudkan untuk menelusuri permasalahan dalam pembelajarannya untuk
menganalisis pemahaman siswa secara lebih luas. Wawancara dilakukan setelah
diperoleh data pengolahan hasil penilaian tes siswa. Wawancara dilakukan pada tiga
siswa yang memiliki nilai tes tinggi, sedang, dan rendah. Sedangkan wawancara guru
dimaksudkan untuk meneliti cara mengajar guru dan konsep yang dianalisis.
2. Observasi
Metode ini biasanya diartikan sebagai bentuk pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, tentang fenomena fenomena lapangan yang di selidiki, baik secara langsung
maupu tidak langsung.

Observasi merupakan salah satu teknik yang penting dalam proses penelitian
pengumpulan data. Observasi dilakukan peneliti pada saat penelitian berlangsung.
Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang spesifik dibandingkan dengan teknik
lain seperti wawancara dimana wawancara peneliti berinteraksi langsung dengan siswa
atau yang menjadi objek. Sementara observasi tidak bergantung dengan orang tetapi juga
mengamati benda atau objek-objek alam yang lain disekitar tempat penelitian
berlangsung.
Ada beberapa jenis teknik observasi yang bisa digunakan tergantung situasi dan
permasalahan yang ada. Teknik-teknik tersebut adalah
A. Observasi partisipan, dalam hal ini peneliti terlibat langsung dan ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati.
B. Observasi non partisipan, pada teknik ini peneliti berada di luar subyek yang
diamati dan tidak ikut dalam kegiatan kegiatan yang mereka lakukan.
3. Angket atau kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertuliskepada responden untuk di
jawab. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efesien bila peneliti
telah mengetahui dengan pasti variable yang aka(n diukur dan tahu apa yang diharapkan
dari responden. Selain itu kuesioner digunakan apabila jumlah responder cukup besar.
Kuesioner dapat di kategorikan dalam dua jenis:
A. Kuesioner terbuka, kuesioner yang memberikan kebebasan kepada objek
penelitian untuk menjawab.
B. Kuesioner tertutup, kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk
dipilih oleh objek penelitian.
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mempelajari data-data
yang telah didokumentasikan. Dari asal katanya, dokumentasi, yakni dokumen, berarti
barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, notula rapat, catatan harian Dan
sebagainya.
3.7 Uji Validitas dan Reabilitas
3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji yang digunakan untuk menentukan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam penelitian tersebut menujukkan tingkat kevalidan atau kehasihanannya
(Sanaky, dkk, 2021).
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud
dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
3.7.1 Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau keandalan merupakan serangkaian instrument yang konsistensi
untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena alat tersebut sudah baik
(Sanaky,dkk, 2021). Hal tersebut bias berupa pengukuran alat ukur yang sama (tes dengan
tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau unntuk pengukuran yang lebih
subjektif,apakah dua orang penilai memberika hasil yang mirip.

Dalam penelitian, reabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap
konesisten setelah dilakukan berulan-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama.
Penelitian dianggap dapat diandalkan apanila memberikan hasil yang konsisten untuk
pengukuran yang sama. Dianggap tidak dapat diandalkan apabila pengukuran yang
berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
3.8 Taknik Analisis Data
3.8.1 Pengolahn Data
Pengolahan data merupakan proses untuk memperoleh data ringkasan
menggunakan rumus-rumus tertentu. Pengolahan data ini memiliki tujuan untuk mengubah
data mentah dari hasil pengukuran menjadi lebih halus sehingga memberikan arah
pengkajian lebih lanjut. Pengolahan data dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya
untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan
bersifat koreksi. Data harus sempurna dalam pengertian bahwa semua kolom atau
pertanyaan harus terjawab atau terisi. Tidak boleh ada satu pun dari jawaban terbiarkan
kosong. Peneliti harus mengenal data yang kosong, apakah responden tidak mau
menjawab, atau pertanyaannya yang kurang dipahami responden.
b. Coding
Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban dengan jalan menandai
masing-masing kode-kode tertentu biasanya berupa angka (Margono, 2004:191).
Sedangkan menurut Koentjoroningrat (1991:272) mengemukakan bahwa “koding adalah
usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya,
klasifikasi itu dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban itu dengan kode
tertentu, lazimnya dalam bentuk angka”.
c. Scoring
Scoring merupakan langkah pemberian skor atau langkah memberikan kategori untuk
setiap butir jawabannya dari responden dalam angket penelitian, yaitu:
1) Jika responden memilih pertanyaan selalu (SL) diberi skir 4
2) Jika responden memilih pertanyaan sering (SR) diberi skor 3
3) Jika responden memilih pertanyaan kadang-kadang (KK) diberi skor 2
4) Jika responden memilih pertanyaan tidak pernah (TP) diberi skor 1
d. Tabulasi
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi tidak
lain dari memasukkan data ke dalam tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat
dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
membaca data yang telah diberi kode (koding) dan skor (skoring).
3.8.2 Uji Hubungan Sederhana
Menurut Sugiono (2018) data statistic dengan pendekatan deskriptif dapat dicari
hubungan kuat antara variable melalui analisis korelasi. Menghitung koefisien korelasi
dapat digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
Rumus:
∑ 𝑥𝑦
rxy = √(∑𝑥 2 ) (∑𝑦 2 )

Keterangan:
∑ = Jumlah
rxy = Korelasi
x = Kesiapan Belajar Siswa
y = Hasil Belajar
∑x2 = Hasil perkalian kuadrat dari hasil nilai kesiapan belajar siswa
∑y2 = Hasil perkalian kuadrat dari hasil nilai skor hasil belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA

Andari, E. 2022. “Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Menggunakan Learning


Management System (LMS)”. Jurnal Pendidikan Profesi Guru. 1(2): 65-79.

Sinta V.B. 2017. “Pengaruh Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi
Kelas X SMA Bina Jaya Palembang”. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Ekonomi. 1(1): 11-
20.
Djamaludin, A dan Wardana. 2019. Belajar dan Pembelajaran 4 Pilar Peningkatan Pedagogis.
Sulawesi Selatan: CV. Kaffah Learning Center.

Effendi. 2017. “Hubungan Readiness (Kesiapan) Blajar Siswa dengan Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas X SMK Muhammadiyah 03 Sukaraja”. Jurnal Pendidikan Fisika. 5(1): 15-24.
Ferdian, A., Siti M., I Nyoman S. “Analisis Kesiapan Belajar Siswa Kelas X MIPA dalam
Pembelajaran Kimia”. Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha. 2(1): 8-14.
Hamalik, O. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hartono, P. D. 2021. “Korelasi Antara Kesiapan Belajar dengan Hasil Belajar Siswa di SMA Negri
5 Lahat”. Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi. 4(1):39-44.

Inayati, U . 2022. “Konsep dan Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran Abad-21 di
SD/MI”. Jurnal Internasional Conference on Inlamic Education. 2(1): 293-304.

Indriastuti, A., Sutaryadi., dan Susantiningrum. 2017. “Pengaruh Kesiapan Belajar Siswa dan
Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Hasil Belajar”. Jurnal Informasi dan Komunikasi
Administrasi Perkantoran. 1(1): 37-52.
Jayadiningrat, M. G., Tika, I. N., Yuliani, N. P. 2017. “Meningkatkan Kesiapan dan Hasil Belajar
Siswa pada Pembelajaran Kimia dengan Pemberian Kuis di Awal Pembelajaran”. Jurnal
pendidikan Kimia Indonesia. 1(1): 7-12.

Mawartiwi, D., Evi, S. B., dan Salamah, A. 2022. “Pembelajaran Daring: Hubungan Kesiapan
Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa”. Jurnal Kimia. 1(1): 145-162.

Mulyani, D. 2013. “Hubungan Kesiapan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar”. Jurnal Ilmiah
Konseling. 2(1): 27-31.

Nugraha, S. T. 2022. “Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran”. Jurnal UPI.
19 (2): 251-262.

Norjana, R., & Joharmawan, R. (2016). “Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep


Hukum-hukum Dasar Kimia dan Penerapannya dalam Stoikiometri pada Siswa
Kelas X IPA di MAN 3 Malang”. Jurnal Pembelajaran Kimia (J-PEK), 01(2), 42–
49.
Nurwiatin, N. 2022. “Pengaruh Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kesiapan Kepala
Sekolah Terhadap Penyesuaian Pembelajaran Di Sekolah”. Jurnal Pendidikan, Sains dan
Teknologi. 9(2): 472-487.
Rusman. 2018. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.

Sari, K dan Ain Q. S. 2022. “Hubungan Kesiapan Belajar dengan Hasil Belajar Matematika Kelas
IV SDN 013 Sukamaju Kecamatan Singingi Hilir”. Indonesian Jurnal of Islamic Studies.
3(2): 149-162.

Sari, A. L. R., Parno, P., & Taufiq, A. (2018). “Pemahaman Konsep dan Kesulitan
Siswa SMA pada Materi Hukum Newton”. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
Dan Pengembangan, 3(10), 1323–1330.

Sari, I. (2018). “Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Manajemen dalam


Penguasaan Keterampilan Berbicara (Speaking) Bahasa Inggris”. Jurnal Manajemen
Tools, 9(1), 41–52.
Sulasmi, E. (2020). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Ditinjau Dari Aspek Manajemen Minat Belajar Siswa”. Jurnal
Manajemen Pendidikan Dasar, Menengah Dan Tinggi (JMP-DMT), 1(1), 10–17.

Syafi’I, M., dan Fauzziyah, Y. (2022). Hubungan Kesiapan Belajar Matematika Siswa dengan
Hasil Belajar pada Materi Bangun Datar. JPMI – Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif, 5 (1), 73-80.

Syam, R. A. 2017. “Posisi Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran dalam Pendidikan”. Jurnal
MUADDIB. 7(1): 33- 46.

Trigunawan, I., dan Solfema. (2021). Hubungan Antara Kesiapan Belajar dengan Hasil Belajar
Peserta Dididk Pendidikan Kesetaraan Paket C di PKBM Primadona Desa Cimparuh Kota
Pariaman. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5 (1), 342-346.

Tumolo, I. T. 2022. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Inquiri pada masa
Pembelajaran Bahasa Inggris Kelas XII SMA Negri 4 Gorontalo”. Jurnal Pendidikan
Masyarakat dan Pengabdian. 2(2): 437-446.

Umam, M. K. (2019). “Studi Komparatif Paradigma Teori Belajar Konvensional Barat


Dengan Teori Belajar Islam”. Jurnal Al-Hikmah. 7(1): 57–80.

Warisman, B., dan Liansari, V. 2021. “Hubungan Antara Kesiapan Belajar dengan Hasil Belajar
Siswa Kelas II Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan. 4(1): 6-9.

Wijaya, S. I. A. L., Pujani N. M., dan Luh M. P. 2022. “Analisis Kesiapan Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPA Kelas VIII Pada Masa New Normal di SMP Negri 4 Singaraja”. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia. 5(2): 187-198.

Anda mungkin juga menyukai