Oleh:
1
Jamjemah,Djudin tomo,Erlina,Agung Hartoyo,Analisis Kesiapan Guru Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Di SDN 47 Penanjung Sekadau.(Pontianak: Univ
Tanjungppura,2022) hlm 119-120
2
Oleh karena itu, dalam praktek pengimplementasiannya terdapat
beberapa guru belum memahami kurikulum merdeka oleh sebab itu
direkomendasikan untuk melakukan pelatihan secara mandiri melalui laman
yang sudah disediakan atau platform merdeka belajar dari permasalahan yang
terjadi peneliti tertarik untuk mengetahui secara lebih tentang kesiapan guru
dalam pelaksanaan kurikulum merdeka belajar. Berdasarkan penjabaran di
atas, peneliti akan membahas hal tersebut dalam skripsi yang berjudul:
“KESIAPAN GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM
MERDEKA BELAJAR DI SMA MURIA PATI KELAS X”.
B.FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah djelaskan di atas,
maka dalam penelitian ini difokuskan pada kesiapan guru PAI dalam
C.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
2
Restu Rahayu, Implementasi Kurikulum merdekan Belajar Di Sekolah Penggerak,
(Indonesia: Univ Pendidikan Indonesia,2022) hlm 6316
3
a. Mengetahui kesiapan guru PAI dalam implementasi kurikulum merdeka
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
belajar.
4
E. TELAAH PUSTAKA
kesiapan guru , sedangkan penelitian ini lebih terfokus pada kesiapan guru
terletak pada objek penelitian yang akan diteliti, yaitu tentang bagaimana
2.
3
IHSAN, Muhammad. Kesiapan Guru Terhadap Implementasi Kurikulum
Merdeka Belajar. Tugas Mata Kuliah Mahasiswa, 2022, 37-46.
5
F. DESKRIPSI TEORI
1. Kesiapan Guru
Mengutip definisi dari American Psychology Association (APA)
kesiapan adalah tingkat persiapan seseorang ketika bertindak ataupun
memberikan respons terhadap satu stimulus. Kesiapan adalah kesediaan
seseorang memberikan respons atau bereaksi. Menurut Thorndike
kesiapan adalah prasyarat untuk belajar ke tahap berikutnya.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut kesiapan dapat disimpulkan
sebagai kesiapan seseorang untuk memberikan suatu respons ataupun
tindakan terhadap situasitertentu4
Kesiapan berasal dari kata “siap” Mendapat awalan ke- dan akhiran
-an. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan kesiapan adalah
suatu Keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan Sesuatu. Thorndike
Menyatakan bahwa Ada beberapa kondisi yang akan muncul Pada hukum
kesiapan ini, diantaranya: (a) Jika individu siap untuk bertindak dan mau
Melakukannya, maka ia akan merasa puas, (b) jika individu siap untuk
bertindak, tetapi Ia tidak mau melakukannya, maka timbulah Rasa
ketidakpuasan, (c) ika belum ada Kecenderungan bertindak, namun ia
dipaksa Melakukannya, maka melakukannya akan Menjengkelkan, dan (d)
jika suatu Organisme didukung oleh kesiapan yang Kuat untuk
memperoleh stimulus maka Pelaksanaan tingkah laku akan Menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Kesiapan Akan
dapat kita capai apabila ada harapan, Dan usaha dalam bentuk perbuatan
yang Berulang-ulang hingga mencapai tujuan Yang diinginkan yaitu
berupa kesuksesan. Menurut Bandura dkk menjelaskan kesiapan Terdiri
dari tiga bagian:
4
Theguh Saumantri, Guru Dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Era New Normal,
( Indonesia : Institut Agama Islam Negeri Cirebon, 2022), hal. 5
6
a) Attitudeinal Readiness atau kesiapan sikap Dan emosi terdiri dari:
1) kesiapan Emosional diasumsikan sebagai tanggung Jawab
untuk melakukan suatu tugas
2) Antusiasme terhadap suatu tugas
3) Kemauan beradaptasi dengan tugas sewaktu-waktu
4) kenyamanan dan kemandirian Dalam menjalankan tugas
5) Mengapresiasi nilai intrinsik dalam suatu Tugas,
b) Cognitive Readiness atau Kesiapan kognitif terdiri dari:
1) memiliki Ketrampilan kognitif dan berpikir kritis yang
Penting untuk melakukan tugasnya
2) Sadar akan kekuatan dan kekurangan
3) Sudah membuat hubungan antara tugas yang Dilakukan
dengan kenyataan di lapangan
4) sadar akan nilai diri dan kemauan untuk Menjalankan tugas
5) mampu Mengintegrasikan konsep-konsep dan alat-alat dari
berbagai disiplin keilmuan,
c) Behavioral Readiness atau kesiapan Perilaku terdiri dari:
1) bersedia Menjalankan fungsi kemitraan dengan Rekan-
rekan mereka dalam bekerja dan Fasilitator
2) mahir mengatur waktu Untuk mencapai tujuan yang sesuai
dengan Tugasnya.Selain ketiga aspek kesiapan yang Telah
diuraikan di atas.5
Pengertian Guru secara formal tersurat dalam UU No.
14 tahun 2005 diartikan sebagai,”pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Jadi kesiapan guru dapat diartikan
sebagai sikap kesediaan untuk terlibat dalam tugas mendidik,
5
Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam Pelaksanaan Pembelajaran,
(Jurnal Pendidikan : 2016), hal. 99-100
7
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan
mengevaluasi peserta didik. Guru adalah orang yang mengajarkan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Salah satu faktor utama
yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Di tangan
gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik
secara akademis, keahlian, kematangan emosial, dan moral serta
spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan
yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena
itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi,
kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas
profesinya. Apabila dalam perubahan kurikulum yang menekankan
kompetensi, guru memegang peran penting terhadap
pembelajaran, karena gurulah yang pada akhirnya akan
melaksanakan Kurikulum di dalam kelas. Guru adalah
Kurikulum berjalan. 6
2. Pengertian pendidikan agama Islam
Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata “Pais” artinya seseorang, dan “again” diterjemahkan membimbing. 7
Jadi pendidikan (paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan pada
seseorang. Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan
dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam
membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.8 Dan di
6
Dadang Saepuloh, Kesiapan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013,
(JIPIS Vol. 27 No. 1 : 2016), hal. 35
7
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta:
1991), hlm. 69
8
dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk
menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah
yang sekarang berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah.9
Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata , raba yarbu ( –) yang berarti
bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba ) yang berarti tumbuh dan
berkembang, yang ketiga rabba yarubbu ( - ) yang berarti memperbaiki,
menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari
kata tarbiyah dan berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaannya secara
bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.10
9
Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.3
10
Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, hlm.3
10
2) Proses pemberian bimbingan dilaksseseorangan secara sistematis,
kontinyu dan berjalan setahap demi setahap sesuai dengan
perkembangan kematangan peserta didik.
3) Tujuan pemberian agar kelak seseorang berpola hidup yang dijiwai
oleh nilainilai Islam.
4) Dalam pelaksanaan pemberian bimbingan tidak terlepas dari
pengawasan sebagai proses evaluasi.
15
Mira Marisa, Inovasi Kurikulum “MERDEKA BELAJAR” di Era Society 5.0, (Jurnal
Sejarah, Pendidikan dan Humaniora Vol. 6 No. 2 : 2022), hal. 74
11
berlangsug disekolah maupun Diluar sekolah dan juga menuntut
kekreatifan terhadan guru maupun peserta didik.16
Konsep kurikulum merdeka belajar merupakan terbentuknya
kemerdekaan Dalam berpikir. Kemerdekaan berpikir ditentukan oleh guru.
Artinya guru menjadi Tonggak utama dalam menunjang keberhasilan
dalam pendidikan. Pada era digitalisasi saat ini perkembangan teknologi
mempengaruhi Kualitas dalam pendidikan. Dimana dalam setiap aktivitas
yang dilakukan baik gurumaupun peserta didik tidak terlepas dari
perangkat yang berbasis digital. Konsep Pendidikan kurikulum merdeka
belajar mengintegrasikan kemampuan literasi, Kecakapan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta penguasaan teknologi. Nah, Melalui konsep
ini peserta didik diberikan kebebasan dalam berpikir untuk
Memaksimalkan pengetahuan yang harus ditempuh. 17
Konsep “Merdeka Belajar” dapat dengan mudah untuk dipahami
dan diucapkan namun nyatanya sangat Sulit untuk di implementasikan.
Perlu adanya komitmen, kemandirian dan kemampuan untuk
mewujudkannya Dan tiga hal tersebut tidak akan bisa terlepas. Komitmen
dan kemandirian dalam belajar adalah sebuah Landasan untuk mencapai
tujuan pembelajaran, hanya saja hal ini juga sulit untuk diterapkan.
Kurikulum Merdeka belajar tidak memaksa target pencapaian dan inovasi
belajar tentunya memerlukan waktu. Siswa Menginginkan sesuatu yang
terlihat berbeda dari sebelumnya, dimana hal baru tersebut didapatkan dari
peran Seorang guru. Berhubungan dengan kompetensi para siswa yang
didapatkannya tidak hanya pembelajaran Diruang kelas, siswa juga
memiliki kesempatan untuk mencari lingkungan belajar lainnya. Maka
kompetensi Yang diperoleh siswa tidak bersifat inidividualisme namun
muncul bersama dengan lingkungan belajar yang Telah dibuatnya.18
16
Juliati Boang Manalu dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum
Merdeka Belajar, ( Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1: 2022) hal.
81
17
Juliati Boang Manalu dkk, hal. 83-84
12
A. METODE PENELITIAN
18
Yose Indarta, Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad
21 dalam Perkembangan Era Society 5.0 (Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 4 Nomor 2 : 2022) hal.
19
19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2006) ,15.
13
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi dalam ilmu
kekhususan, dan sama sekali tidak ada usaha pemikiran untuk melakukan
dapat berinteraksi terus menerus dengan isu-isu teoretis yang dikaji dan
suatu konteks, tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di
lapangan studi. Mengingat bahwa jenis penelitian studi kasus ini sangat
20
Farida Nugrahani, Metode penelitian kualitatif, (Solo: Cakra Books, 2014), 3-4.
21
Farida Nugrahani, Metode penelitian kualitatif , 93.
14
sesuatu terjadi, untuk mengarah pada pemahaman makna dari suatu
2. Setting Penelitian
3. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber
menggunakan sumber data primer: (1) Guru PAI SMA Muria Pati, (2)
Kepala sekolah SMA Muria Pati, (3) Siswa siswi kelas 10 SMA Muria
Pati.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D, 225.
15
4. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara
2) Observasi
3) Dokumentasi
1) Reduksi Data
2) Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan
Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain
dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network dan
chart.25
3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel
24
Muh. Fitrah dan Dr. Luthfiyah, Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas, dan Studi Kasus, ( Jawa Barat: CV. Jejak, 2017), 85
25
Muh. Fitrah dan Dr. Luthfiyah, 85-86
17
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan klausal atau
interaktif, hipotesis, atau teori.26
DAFTAR PUSTAKA
26
Muh. Fitrah dan Dr. Luthfiyah, 86
18
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. ( Jakarta: Rineka
Cipta)
Majid, Abdul Majid dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi. (Bandung: Remaja Rosdakarya)
19
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam. 2001 Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya)
20
Pedoman Wawancara
B. Guru PAI
1. Bagaimana persiapan bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI
dengan menggunakan kurikulum merdeka?
2. Apakah ada faktor yang menghambat bapak/ibu dalam melaksanakam
pembelajaran PAI dengan menggunakan kurikulum merdeka?
3. Bagaimana Bapak/ibu mengatasi persiapan Mapel PAI dengan
menggunakan kurikulum merdeka?
C. Siswa
1. Bagaimana persiapan anda dalam melaksanakan pembelajaran PAI
dengan menggunakan kurikulum merdeka?
2.
3.
21