Anda di halaman 1dari 22

KESIAPAN GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI

KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DI SMA MURIA PATI


KELAS X TAHUN AJARAN 2022/2023
PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir


Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif

Oleh:

Alfita Amalia M. (1120003), Amirudin Wongso J. (1120005), Arfat


Syaifuddin (1120009), Doddy Bagus S. (1120011), Lina Zulyana (1120013),
M. Royan Alifiansyah (1120018), Nur Rohmah (1120021), Sabila
Khoirunnisa (1120023), Siti Maulin Ni’mah (1120024), Siti Munawaroh
(1120025), Siti Rohmatun Nihayah (1120026), Agus Wahyudi (1120117)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
KESIAPAN GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Guru merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam kesiapan dan
kelangsungan proses belajar mengajar yang dilakukan di lingkup pendidikan,
guru pula memiliki peran yang sangat strategis dalam peningkatan mutu
belajar di dalam kelas, secara langsung guru berhadapan dengan peserta didik
selama proses belajar mengajar , melalui proses tersebut diharapkan akan
melahirkan generasi-generasi yang siap dalam menghadapi tantangan zaman-
nya. Untuk itu dibutuhkan seorang guru yang memiliki komitmen dan mau
terus belajar untuk meningkatkan kompetensi dirinya agar siap menghadapi
segala perubahan yang terkait dengan tugasnya sebagai pendidik. Kesiapan
guru dalam merancang pembelajaran merupakan kunci dari kesuksesan
pembelajaran di kelas melalui proses pembelajaran peserta didik difasilitasi
untuk berinteraksi baik dengan guru, sumber belajar maupun sesama peserta
didik. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka diperlukan sebuah
perencanaan pendidikan yang komperhensif . Perencanaan tersebut
dituangkan dalam kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan
pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses
pendidikan. Fungsi utama kurikulum adalah dalam pengembangan,
penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya, baik sebagai dokumen tertulis
maupun aplikasinya dan menjaga agar kurikulum tetap dinamis. Dalam
sistem pendidikan nasional, keberhasilan pengembangan kurikulum berarti
juga keberhasilan penyelenggaraan pendidikan nasional . Oleh karena itu,
kurikulum perlu terus disempurnakan untuk menjaga relevansinya dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, kurikulum akan terus
berubah dari waktu ke waktu. Perubahan kurikulum dari 2013 menjadi
kurikulum darurat pada saat pandemi membawa dampak bagi guru dan siswa.
1
Pemerintah memberikan kelonggaran dalam kebijakan dengan
penyederhanaan kurikulum. Pengembangan kurikulum tersebut diharapkan
mampu membawa perubahan. Guru dan siswa lebih merdeka dalam belajar.
Konsep kurikulum yang memerdekakan itu selaras dengan pernyataan Ki
Hadjar Dewantara “ bahwa tujuan pendidikan adalah membimbing seluruh
kekuatan alam yang ada pada diri anak agar dapat mencapai keselamatan
dan keamanan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat” , oleh hal itu pemerintah melakukan
pengembangan kurikulum darurat menjadi kurikulum baru, yaitu kurikulum
merdeka.1

Kurikulum Merdeka berfokus pada materi esensial pada kompetensi


yaitu literasi dan numerasi, serta pembelajaran berbasis proyek untuk
mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar pancasila.
Kurikulum Merdeka juga memberikan kemerdekaan kepada kepala sekolah
dan guru dalam memilih pembelajaran dengan pembelajaran berdiferensiasi
sesuai dengan profil siswa yang berorientasi pada pembelajaran mulok.
Konsep merdeka belajar mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada
esensi undang-undang untuk memberikan kemerdekaan sekolah
menginterpretasi kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka”.
Untuk mencapai hal tersebut guru harus memiliki kecakapan dalam mengolah
materi ajar dengan suasana yang menyenangkan dan memanfaatkan teknologi
sebagai sumber belajar. Di sekolah diberi bimbingan oleh kepala sekolah,
serta bimbingan dari sesama rekan guru untuk terus dapat meningkatkan
kualitas mengajarnya, Tantangan guru dalam menerapkan kurikulum merdeka
disekolah salah satunya guru harus meluangkan waktu untuk mempersiapkan
pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menantang setiap harinya.
“Keterlibatan guru dalam proses pengembangan kurikulum penting dilakukan
untuk menyelaraskan isi kurikulum dengan kebutuhan siswa di kelas”2

1
Jamjemah,Djudin tomo,Erlina,Agung Hartoyo,Analisis Kesiapan Guru Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Di SDN 47 Penanjung Sekadau.(Pontianak: Univ
Tanjungppura,2022) hlm 119-120
2
Oleh karena itu, dalam praktek pengimplementasiannya terdapat
beberapa guru belum memahami kurikulum merdeka oleh sebab itu
direkomendasikan untuk melakukan pelatihan secara mandiri melalui laman
yang sudah disediakan atau platform merdeka belajar dari permasalahan yang
terjadi peneliti tertarik untuk mengetahui secara lebih tentang kesiapan guru
dalam pelaksanaan kurikulum merdeka belajar. Berdasarkan penjabaran di
atas, peneliti akan membahas hal tersebut dalam skripsi yang berjudul:
“KESIAPAN GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM
MERDEKA BELAJAR DI SMA MURIA PATI KELAS X”.

B.FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah djelaskan di atas,

maka dalam penelitian ini difokuskan pada kesiapan guru PAI dalam

prakteknya mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar.

C.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut (berdasar focus penelitian) :

1. Bagaimana kesiapan guru PAI dalam implementasi kurikulum merdeka

belajar di SMA MURIA PATI kelas X ?

2. Bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi kesiapan guru PAI dalam

implemetasi kurikulum mereka belajar di SMA MURIA PATI kelas X?

D.TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

2
Restu Rahayu, Implementasi Kurikulum merdekan Belajar Di Sekolah Penggerak,
(Indonesia: Univ Pendidikan Indonesia,2022) hlm 6316
3
a. Mengetahui kesiapan guru PAI dalam implementasi kurikulum merdeka

belajar di SMA MURIA PATI kelas X

b. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kesiapan guru PAI dalam

implemetasi kurikulum mereka belajar di SMA MURIA PATI kelas X

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berguna :

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dalam dunia pendidikan, khususnya tenatang kesiapan guru PAI dalam

implementasi kurikulum merdeka belajar.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada pihak-pihak yang terkait, yaitu:

1. Guru : dapat mengembangkan potensi skill, keahlian,

kesiapan guru dalam menerapakan kurikulum merdeka

belajar.

2. Siswa : dapat menerima materi pembelajaran yang

disampaikan dan diberikan oleh guru dengan baik.

4
E. TELAAH PUSTAKA

1. Muhamad ihsan, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

SosialFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lambung

Mangkurat Banjarmasin 2022,yang berjudul ‘’ kesiapan guru terhadap

implementasi kurikulum merdeka belajar’’ Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kesiapan guru PAI dalam implementasi kurikulum merdeka

belajar. Hasil penelitian, ditemukan beberapa kesiapan dan factor factor

yang mempengaruhi kesiapan guru dalam implementasi kurikulum

merdeka belajar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Muhamad ihsan terletak pada rumusan masalah yang

diteliti yaitu pada penelitian muhamad ihsan tidak meneliti factor-factor

kesiapan guru , sedangkan penelitian ini lebih terfokus pada kesiapan guru

pai dalam implementasi kurikulum merdeka. Adapun persamaan antara

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ihsan

terletak pada objek penelitian yang akan diteliti, yaitu tentang bagaimana

kesiapan guru PAI dalam implementasi kurikulum merdeka belajar.3

2.

3
IHSAN, Muhammad. Kesiapan Guru Terhadap Implementasi Kurikulum
Merdeka Belajar. Tugas Mata Kuliah Mahasiswa, 2022, 37-46.
5
F. DESKRIPSI TEORI
1. Kesiapan Guru
Mengutip definisi dari American Psychology Association (APA)
kesiapan adalah tingkat persiapan seseorang ketika bertindak ataupun
memberikan respons terhadap satu stimulus. Kesiapan adalah kesediaan
seseorang memberikan respons atau bereaksi. Menurut Thorndike
kesiapan adalah prasyarat untuk belajar ke tahap berikutnya.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut kesiapan dapat disimpulkan
sebagai kesiapan seseorang untuk memberikan suatu respons ataupun
tindakan terhadap situasitertentu4
Kesiapan berasal dari kata “siap” Mendapat awalan ke- dan akhiran
-an. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan kesiapan adalah
suatu Keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan Sesuatu. Thorndike
Menyatakan bahwa Ada beberapa kondisi yang akan muncul Pada hukum
kesiapan ini, diantaranya: (a) Jika individu siap untuk bertindak dan mau
Melakukannya, maka ia akan merasa puas, (b) jika individu siap untuk
bertindak, tetapi Ia tidak mau melakukannya, maka timbulah Rasa
ketidakpuasan, (c) ika belum ada Kecenderungan bertindak, namun ia
dipaksa Melakukannya, maka melakukannya akan Menjengkelkan, dan (d)
jika suatu Organisme didukung oleh kesiapan yang Kuat untuk
memperoleh stimulus maka Pelaksanaan tingkah laku akan Menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Kesiapan Akan
dapat kita capai apabila ada harapan, Dan usaha dalam bentuk perbuatan
yang Berulang-ulang hingga mencapai tujuan Yang diinginkan yaitu
berupa kesuksesan. Menurut Bandura dkk menjelaskan kesiapan Terdiri
dari tiga bagian:

4
Theguh Saumantri, Guru Dalam Pembelajaran Jarak Jauh di Era New Normal,
( Indonesia : Institut Agama Islam Negeri Cirebon, 2022), hal. 5
6
a) Attitudeinal Readiness atau kesiapan sikap Dan emosi terdiri dari:
1) kesiapan Emosional diasumsikan sebagai tanggung Jawab
untuk melakukan suatu tugas
2) Antusiasme terhadap suatu tugas
3) Kemauan beradaptasi dengan tugas sewaktu-waktu
4) kenyamanan dan kemandirian Dalam menjalankan tugas
5) Mengapresiasi nilai intrinsik dalam suatu Tugas,
b) Cognitive Readiness atau Kesiapan kognitif terdiri dari:
1) memiliki Ketrampilan kognitif dan berpikir kritis yang
Penting untuk melakukan tugasnya
2) Sadar akan kekuatan dan kekurangan
3) Sudah membuat hubungan antara tugas yang Dilakukan
dengan kenyataan di lapangan
4) sadar akan nilai diri dan kemauan untuk Menjalankan tugas
5) mampu Mengintegrasikan konsep-konsep dan alat-alat dari
berbagai disiplin keilmuan,
c) Behavioral Readiness atau kesiapan Perilaku terdiri dari:
1) bersedia Menjalankan fungsi kemitraan dengan Rekan-
rekan mereka dalam bekerja dan Fasilitator
2) mahir mengatur waktu Untuk mencapai tujuan yang sesuai
dengan Tugasnya.Selain ketiga aspek kesiapan yang Telah
diuraikan di atas.5
Pengertian Guru secara formal tersurat dalam UU No.
14 tahun 2005 diartikan sebagai,”pendidik professional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Jadi kesiapan guru dapat diartikan
sebagai sikap kesediaan untuk terlibat dalam tugas mendidik,

5
Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam Pelaksanaan Pembelajaran,
(Jurnal Pendidikan : 2016), hal. 99-100
7
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan
mengevaluasi peserta didik. Guru adalah orang yang mengajarkan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Salah satu faktor utama
yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Di tangan
gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik
secara akademis, keahlian, kematangan emosial, dan moral serta
spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan
yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena
itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi,
kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas
profesinya. Apabila dalam perubahan kurikulum yang menekankan
kompetensi, guru memegang peran penting terhadap
pembelajaran, karena gurulah yang pada akhirnya akan
melaksanakan Kurikulum di dalam kelas. Guru adalah
Kurikulum berjalan. 6
2. Pengertian pendidikan agama Islam
Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata “Pais” artinya seseorang, dan “again” diterjemahkan membimbing. 7
Jadi pendidikan (paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan pada
seseorang. Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan
dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam
membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.8 Dan di

6
Dadang Saepuloh, Kesiapan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum 2013,
(JIPIS Vol. 27 No. 1 : 2016), hal. 35

7
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta:
1991), hlm. 69

Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang:


8

UIN Press, 2004), hlm.1

8
dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk
menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan ta`dib. Namun istilah
yang sekarang berkembang di dunia Arab adalah tarbiyah.9
Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata , raba yarbu ( –) yang berarti
bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba ) yang berarti tumbuh dan
berkembang, yang ketiga rabba yarubbu ( - ) yang berarti memperbaiki,
menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari
kata tarbiyah dan berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaannya secara
bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.10

Jadi pengertian pendidikan secara harfiah berarti membimbing,


memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Esensi dari
pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan
dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh
karena itu, ketika kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup
dua hal, yaitu: a) Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai atau akhlak Islam b) Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran
agama Islam.11

Sedangkan pengertian pendidikan jika ditinjau secara definitive telah


diartikan atau dikemukakan oleh para ahli dalam rumusan yang beraneka ragam,
diantaranya adalah:

a. Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar


generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan

9
Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.3
10
Hery Nur Aly, Ilmu Pendidikan Islam, hlm.3

5Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan


11

Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001),


hlm.75-76
9
keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa
kepada Allah.12
b. Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara
sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat.13
c. Muhaimin, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati,
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan
latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional. Dengan demikian, maka pengertian
Pendidikan Agama Islam berdasarkan rumusan-rumusan di atas adalah
pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk
ajaran agama Islam. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi dalam
usaha menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan
ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi
dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide
pembentukan pribadi muslim. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan,
cara, alat, dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya.14
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil unsur yang merupakan
karakteristik Pendidikan Agama Islam:
1) Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan, latihan,
pengajaran, secara sadar yang diberikan oleh pendidik terhadap
peserta didik.
6Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
12

Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),hlm. 130


13
Zuhairini, hlm. 11
14
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1992), hlm. 28

10
2) Proses pemberian bimbingan dilaksseseorangan secara sistematis,
kontinyu dan berjalan setahap demi setahap sesuai dengan
perkembangan kematangan peserta didik.
3) Tujuan pemberian agar kelak seseorang berpola hidup yang dijiwai
oleh nilainilai Islam.
4) Dalam pelaksanaan pemberian bimbingan tidak terlepas dari
pengawasan sebagai proses evaluasi.

3. Kurikulum Merdeka Belajar


Merdeka belajar merupakan bagian dari kebijakan baru
yang ditetapkan oleh Kementerian Pendiikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia (Kemendikbud RI). Merdeka belajar adalah
inovasi dari program unggulan yang dicetuskan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019. Maksud dari merdeka
belajar ini adalah terkait bagaimana kebijakan yang dibuat strategis
dan termuat untuk kegiatan Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN), Ujian Nasional (UN), serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan Sistem Zonasi terkait dengan penerimaan peserta didik
baru (PPDB). Namun demikian, bahwa konsep dari merdeka belajar
ini bukanhanya proses pembelajaran yang dilakukan diruang kelas
yang selalu menjadi bagian pertanyaan dari para pendidik. Akan
tetapi, merdeka belajar memilki cita-cita yang luhur dalam
mewujudkan harapan bangsa tanpa melampaui batas dunia15
Kurikulum merdeka belajar merupakan salah satu Konsep
kurikulum yang menuntut kemandirian bagi peserta didik. Kemandirian
Dalam artian bahwa setiap peserta didik diberikan kebebasan dalam
mengakses Ilmu yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non
formal. Dalam kurikulum Ini tidak membatasi konsep pembelajaran yang

15
Mira Marisa, Inovasi Kurikulum “MERDEKA BELAJAR” di Era Society 5.0, (Jurnal
Sejarah, Pendidikan dan Humaniora Vol. 6 No. 2 : 2022), hal. 74
11
berlangsug disekolah maupun Diluar sekolah dan juga menuntut
kekreatifan terhadan guru maupun peserta didik.16
Konsep kurikulum merdeka belajar merupakan terbentuknya
kemerdekaan Dalam berpikir. Kemerdekaan berpikir ditentukan oleh guru.
Artinya guru menjadi Tonggak utama dalam menunjang keberhasilan
dalam pendidikan. Pada era digitalisasi saat ini perkembangan teknologi
mempengaruhi Kualitas dalam pendidikan. Dimana dalam setiap aktivitas
yang dilakukan baik gurumaupun peserta didik tidak terlepas dari
perangkat yang berbasis digital. Konsep Pendidikan kurikulum merdeka
belajar mengintegrasikan kemampuan literasi, Kecakapan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta penguasaan teknologi. Nah, Melalui konsep
ini peserta didik diberikan kebebasan dalam berpikir untuk
Memaksimalkan pengetahuan yang harus ditempuh. 17
Konsep “Merdeka Belajar” dapat dengan mudah untuk dipahami
dan diucapkan namun nyatanya sangat Sulit untuk di implementasikan.
Perlu adanya komitmen, kemandirian dan kemampuan untuk
mewujudkannya Dan tiga hal tersebut tidak akan bisa terlepas. Komitmen
dan kemandirian dalam belajar adalah sebuah Landasan untuk mencapai
tujuan pembelajaran, hanya saja hal ini juga sulit untuk diterapkan.
Kurikulum Merdeka belajar tidak memaksa target pencapaian dan inovasi
belajar tentunya memerlukan waktu. Siswa Menginginkan sesuatu yang
terlihat berbeda dari sebelumnya, dimana hal baru tersebut didapatkan dari
peran Seorang guru. Berhubungan dengan kompetensi para siswa yang
didapatkannya tidak hanya pembelajaran Diruang kelas, siswa juga
memiliki kesempatan untuk mencari lingkungan belajar lainnya. Maka
kompetensi Yang diperoleh siswa tidak bersifat inidividualisme namun
muncul bersama dengan lingkungan belajar yang Telah dibuatnya.18

16
Juliati Boang Manalu dkk, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum
Merdeka Belajar, ( Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1: 2022) hal.
81
17
Juliati Boang Manalu dkk, hal. 83-84
12
A. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dan dengan jenis penelitiannya adalah studi kasus. Metode

penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandas-

kan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di

mana penulis adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel

sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik

pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan

makna dari pada generalisasi.19

Bogdan dan Taylor, mendefinisikan metode pene-litian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu secara holistik (utuh), tidak mengisolasi individu ke dalam

variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari

keutuhan. Sejalan dengan pendapat itu, Kirk dan Miller

18
Yose Indarta, Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad
21 dalam Perkembangan Era Society 5.0 (Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 4 Nomor 2 : 2022) hal.
19

19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2006) ,15.
13
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi dalam ilmu

pengetahuan sosial yangsecara fundamental bergantung pada

pengamatan manusia dalam kawasan sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahannya. 20

Adapun jenis penelitian studi kasus Menurut Sutopo dengan

memperhatikan beberapa batasan penelitian kualitatif, dapat dipahami

bahwa pada hakikatnya penelitian kualitatif itu merupakan studi kasus,

yaitu penelitian yang terikat pada konteksnya. Maksudnya, semua

rancangan studi kasus dalam penelitian kualitatif selalu bersifat

kontekstual, yaitu penelitian yang mendasarkan kajiannyapada sifat

kekhususan, dan sama sekali tidak ada usaha pemikiran untuk melakukan

generalisasi terhadap konklusi penelitian.21

MenurutYin, dalam melakukan penelitian studi kasus, peneliti

dapat berinteraksi terus menerus dengan isu-isu teoretis yang dikaji dan

dengan data-data yang dikumpulkan. Selain itu, juga dapat menggunakan

berbagai sumber bukti penelitian tentang peristiwa yang berkonteks

kehidupan nyata. Penelitian studi kasus ini mengarahkan pada

pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam

suatu konteks, tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di

lapangan studi. Mengingat bahwa jenis penelitian studi kasus ini sangat

mementingkan deskripsi proses tentang apa, mengapa dan bagaimana

20
Farida Nugrahani, Metode penelitian kualitatif, (Solo: Cakra Books, 2014), 3-4.

21
Farida Nugrahani, Metode penelitian kualitatif , 93.
14
sesuatu terjadi, untuk mengarah pada pemahaman makna dari suatu

fenomena yang dikaji.

2. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA MURIA PATI kelas X Penelitian ini

akan dilakukan pada bulan DESEMBER 2022- JANUARI 2023

3. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek dari

mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber

data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer

“Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepadaa pengumpul data,”22 Penulis mengambil data

langsung pada subyek penelitian tersebut. Untuk penelitian ini penulis

menggunakan sumber data primer: (1) Guru PAI SMA Muria Pati, (2)

Kepala sekolah SMA Muria Pati, (3) Siswa siswi kelas 10 SMA Muria

Pati.

b. Sumber data sekunder


Sedangkan sumber data sekunder merupakan “sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen”. Data sekunder yang berupa data-data, seperti,
jadwal mata pelajran PAI di SMA Muria Pati, struktur keorganisasian
SMA Muria Pati, lingkungan sekolah SMA Muria Pati, jurnal-jurnal dan
buku-buku terkait kesiapan guru dan kurikulum merdeka belajar.

22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D, 225.
15
4. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

2) Observasi

3) Dokumentasi

5. Teknik Analisis Data

Analisis data model interaktif, dikemukakan oleh Miles &


Huberman. Analisis data model interaktif ini memiliki tiga komponen,
yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan
kesimpulan/verifikasi. Menurut Miles dan Huberman ketiga
komponen utama yang terdapat dalam analisis data kualitatif itu
harus ada dalam analisis data kualitatif, sebab hubungan dan
keterkaitan antara ketiga komponen itu perlu terus dikomparasikan
untuk menentukan arahan isi simpulan sebagai hasil akhir
penelitian.23

Dalam model analisis interaktif ini, analisis data sudah mulai


dilakukan ketika proses pengumpulan data berlangsung di lapangan
dan analisis data dilakukan dalam bentuk siklus. Analisis data
dimulai dengan proses pengumpulan data yang dilakukan secara
terus-menerus hingga peneliti dapat menarik simpulan akhir. Apabila
simpulan penelitian yang ditarik masih dirasa meragukan, peneliti
dapat mengulang kembali langkah penelitian dari awal, yaitu
memulai kembali dari proses pengumpulan data di lapangan, hingga
diperoleh kembali datadata penelitian baru, sebagai dasar bagi
penarikan simpulan kembali dengan lebih mantap.

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang


memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman
23
Farida Nugrahani, Metode penelitian kualitatif, 171-172.
16
wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam
melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau
orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka
wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi
data-data yang dimiliki nilai temuan dan pengembangan teori
yang signifikan.24

2) Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan
Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain
dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network dan
chart.25
3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel

24
Muh. Fitrah dan Dr. Luthfiyah, Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif, Tindakan
Kelas, dan Studi Kasus, ( Jawa Barat: CV. Jejak, 2017), 85

25
Muh. Fitrah dan Dr. Luthfiyah, 85-86
17
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya masih remang- remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan klausal atau
interaktif, hipotesis, atau teori.26

DAFTAR PUSTAKA

26
Muh. Fitrah dan Dr. Luthfiyah, 86
18
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. ( Jakarta: Rineka
Cipta)

Aly, Hery Nur. Ilmu Pendidikan Islam. 1999. (Jakarta: Logos)

Darajat. Zakiyah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. 1992. (Jakarta: Bumi


Aksara)

Erviana, Vera Yuli. 2016. Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam


Pelaksanaan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan

Fitrah, Muh. Dan Dr. Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian Penelitian


Kualitatif, Tindakan Kelas, dan Studi Kasus. ( Jawa Barat: CV. Jejak)

Ihsan, Muhammad. 2022. Kesiapan Guru Terhadap Implementasi


Kurikulum Merdeka Belajar. Tugas Mata Kuliah Mahasiswa

Indarta, Yose Indarta. 2022. Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar


dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5.0
(Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 4 Nomor 2 )

Jamjemah,Djudin tomo,Erlina,Agung Hartoyo. 2022. Analisis Kesiapan


Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Di SDN 47
Penanjung Sekadau. (Pontianak: Univ Tanjungppura)

Majid, Abdul Majid dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi. (Bandung: Remaja Rosdakarya)

Manalu. Juliati Boang Manalu dkk. 2022. Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar. ( Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Dasar Volume 1 Nomor 1)

Marisa, Mira. 2022. Inovasi Kurikulum “MERDEKA BELAJAR” di Era


Society 5.0. (Jurnal Sejarah, Pendidikan dan Humaniora Vol. 6 No. 2)

19
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam. 2001 Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya)

Nugrahani, Farida Nugrahani. 2014. Metode penelitian kualitatif. (Solo:


Cakra Books)

Rahayu, Restu. 2022. Implementasi Kurikulum merdekan Belajar Di


Sekolah Penggerak. (Indonesia: Univ Pendidikan Indonesia)

Saepuloh, Dadang. 2016. Kesiapan Guru Dalam Melaksanakan


Pembelajaran Kurikulum 2013. JIPIS Vol. 27 No. 1

Saumantri, Theguh Saumantri. 2022. Guru Dalam Pembelajaran Jarak


Jauh di Era New Normal. ( Indonesia : Institut Agama Islam Negeri Cirebon)

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D. (Bandung: Alfabeta)

Zuhairini. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2004


(Malang: UIN Press)

20
Pedoman Wawancara

A. Narasumber: Kepala Sekola


1.
2.
3.

B. Guru PAI
1. Bagaimana persiapan bapak/ibu dalam melaksanakan pembelajaran PAI
dengan menggunakan kurikulum merdeka?
2. Apakah ada faktor yang menghambat bapak/ibu dalam melaksanakam
pembelajaran PAI dengan menggunakan kurikulum merdeka?
3. Bagaimana Bapak/ibu mengatasi persiapan Mapel PAI dengan
menggunakan kurikulum merdeka?

C. Siswa
1. Bagaimana persiapan anda dalam melaksanakan pembelajaran PAI
dengan menggunakan kurikulum merdeka?
2.
3.

21

Anda mungkin juga menyukai