FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
Masa kuliah merupakan masa yang cukup berat bagi mahasiswa. Dalam proses
keputusan-keputusan, dan pilihan yang perlu diambil (Dalton & Crosby, 2011).
prestasi, dosen, tugas perkuliahan, ujian (UTS, UAS, ujian praktikum), ancaman
2015) juga menjadi masalah mahasiswa. Akibat dari banyaknya tuntutan dan
tugas dengan sistem kebut semalam “SKS”, terlambat masuk kuliah, membolos,
tidak tidur semalaman karena menyelesaikan tugas, bahkan ada yang lama
tersebut sebenarnya berasal dari Bahasa Latin procrastinare yang berarti menunda
negatif.
Prokrastinasi diberi label sebagai perilaku yang mengganggu dan berbahaya
(Steel, 2007 dalam Fatimah, Lukman, Khairudin, Shahrazad & Halim, 2011).
(Scher & Osterman, 2003 dalam Fatimah dkk, 2011). Ferrari dan Morales (2007)
dengan akibat banyak waktu terbuang tanpa menghasilkan suatu hal berguna.
Individu dengan prokrastinasi tinggi memiliki tingkat stres dan depresi tinggi
disertai dengan kondisi kesehatan buruk (Anggawijaya, 2013; Tice & Baumeister,
1997 dalam Chu & Choi, 2005). Dampak prokrastinasi berdampak pada kegagalan
stres dan masalah kesehatan (Sirois, 2007; Ferrari & Moralez, 2014). Burka dan
Rothblum et al. (1986, dalam Fatimah, dkk., 2011) melaporkan individu yang
cenderung selalu atau hampir selalu menunda tugas akademik, selalu atau hampir
Tinggi dengan subjek mahasiswa. Penelitian Ellis dan Knaus (1997, dalam
Sepehrian & Lotf, 2011) memperlihatkan bahwa lebih dari 95% mahasiswa
Amerika menunda penyelesaian tugas rumah dengan sengaja dan lebih dari 70%
mahasiswa menunda berulang kali. Rothblum, Solomon dan Mukarami (1986,
prokrastinasi
Penelitian Triana (2013) melaporkan sekitar 42,3% dari 111 mahasiswa Fakultas
Jurusan Tadris Bahasa Inggris Insitut Agama Islam Negeri Bone. Peneliti
2018. Pada angkatan 2015, MB mengatakan bahwa dalam proses kuliah MB sangat
mengurus kepanitian serta kegiatan lain. Dia sering melembur tengah malam untuk
menyelesaikan tugas dan hasil kurang maksimal. Hasil kurang maksimal karena
kurang perencanaan dalam mengerjakan tugas. Dia merasa stres ketika deadline
karena dia lebih banyak mencari referensi terlebih dahulu. Dia memiliki
2019).
kuliah karena bobot tugas yang semakin berat dan waktu pengumpulan yang hampir
bersamaan. Dia kesulitan mengatur waktu dan memilih tugas yang harus
deadline karena lebih banyak muncul ide (Komunikasi Pribadi, 1 Mei 2019).
Pendapat lain disampaikan oleh PC, dia mengerjakan tugas dengan deadline yang
telah ditentukan. Dia mampu memprioritaskan tugas yang lebih penting dan jarang
2019)
tugas. Tugas yang sering ditunda adalah tugas yang memiliki bobot 2 sks dan
Pendapat lain dikemukakan oleh RT yang mengatakan bahwa dia sering menunda
tugas karena sedang banyak kegiatan. Dia sering mengerjakan tugas-tugas kuliah
sehari sebelum dikumpulkan. Dia merasa kurang istirahat dan lelah keesokan
harinya serta sempat terlambat masuk kuliah (Komunikasi Pribadi, 2 Mei 2019).
tugas kuliah karena malas. IV banyak mengikuti kegiatan di luar perkuliahan yang
membuatnya kelelahan saat ingin memulai mengerjakan tugas dan menjadi malas.
Dia mengerjakan tugas dengan sistem kebut semalam dengan hasil kurang
yang mengatakan bahwa dia jarang menunda tugas kuliah karena tugas dirasa
waktu yang baik dia merasa tugas-tugas kuliah yang dikerjakan bisa selesai tepat
fokus pada tugas yang lebih penting, mampu membuat keputusan bertindak tepat
waktu, mampu bekerja di bawah tekanan, memiliki semangat dan motivasi tinggi,
merasa tertantang dengan deadline, dan memiliki hasil memuaskan pada tugas (Chu
menjadi pesimis saat pengumpulan tugas, tidak mampu mengatur waktu, merasa
stres dengan tekanan waktu, senang melakukan aktifitas lain yang lebih
menyenangkan, dan memiliki hasil kurang memuaskan dalam tugas (Chu & Choi,
2005).
Pelaku prokrastinasi aktif akan memilih tugas-tugas yang lebih mendesak dan
penting meski sudah memiliki jadwal yang terstruktur serta menunjukkan hasil
perlu untuk individu yang bekerja dengan tuntutan tak terduga dan terjadi
perubahan lingkungan yang cepat (Chu & Choi, 2005). Sedangkan prokrastinasi
pasif kurang memberikan manfaat bagi pelakunya karena menjadikan individu
tidak produktif. Pelaku prokrastinasi pasif memiliki keraguan dalam bertindak dan
mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Inggris Insitut Agama Islam
Negeri Bone?”
Jurusan Tadris Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah Insitut Agama Islam Negeri
Bone.
Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Inggris kepada Fakultas Tarbiayh Jurusan
Tadris Bahasa Inggris untuk evaluasi diri demi penyempurnaan kelembagaan
melalui pendampingan yang lebih tepat serta embantu mahasiswa untuk memahami
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prokrastinasi
industri yang ditulis Walker (1682, dalam Steel, 2007). Analisis sejarah pertama
prokrastinasi ditulis oleh Milgram (1992). Dia berpendapat bahwa masyarakat maju
secara teknis memerlukan banyak komitmen dan tenggat waktu yang menimbulkan
telah ada sepanjang sejarah, namun hanya diperoleh konotasi yang negatif dengan
“pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju, dan akhiran “crastintus”
yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi menangguhkan atau
sebagai perilaku menghindar dalam pengerjaan tugas dan tanggung jawab yang
menunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas. Mc Cown dan Johnson (1991,
dalam Fatimah dkk., 2011) menganggap prokrastinasi sebagai penyakit kronis atau
pelakunya. Knaus (2000, dalam Chu & Choi, 2005) mengatakan bahwa tidak semua
prokrastinasi menimbulkan dampak negatif. Ellis dan Knaus (Chu & Choi, 2005 :
Ferrari & Tice 2000) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda apa yang
seharusnya penting untuk dilakukan. Chu dan Choi (2005) menemukan bahwa
Prokrastinasi sering dikaitkan dengan hal yang berdampak negatif. Tice dan
Baumeister (1997, dalam Chu & Choi, 2005) melaporkan bahwa tingginya
psikologis.
Baumeister, Heatherton, dan Tice (1994, dalam Chu dan Choi, 2005)
melihat prokrastinasi sebagai suatu strategi yang mereka gunakan untuk mengatur
emosi negatif sehingga membuat individu merasa lebih baik setidaknya untuk
sementara waktu. Chu dan Choi (2005) menyatakan bahwa tidak semua
prokrastinasi selalu berdampak negatif pada kinerja tugas. Sehingga Chu dan Choi
a. Prokrastinasi aktif
mengumpulkan informasi
yang berguna.
b. Prokrastinasi pasif
Chu dan Choi (2005) menyatakan baik prokrastinasi aktif dan prokrastinasi
sengaja untuk fokus pada tugas yang lebih penting. Prokrastinator aktif berusaha
Pelaku prokrastinasi aktif mampu membuat keputusan dan bertindak pada waktu
yang tepat. Pelaku prokrastinasi pasif tidak berniat menunda dan mereka melakukan
Secara afektif, pelaku prokrastinasi aktif merasa mampu dan senang bekerja di
bawah tekanan. Pelaku prokrastinasi aktif memiliki motivasi dan semangat tinggi
dalam penyelesaian tugas di menit-menit terakhir. Penyelesaian tugas di menit
prokrastinasi pasif merasa tertekan dan menjadi pesimis saat pengumpulan tugas
mengarahkan pada kegagalan suatu tugas yang menyebabkan perasaan bersalah dan
depresi.
yang tepat dan mendorong pengerjaan tugas secara efektif dan efisien. Prokrastinasi
pasif tidak mampu mengatur waktu dalam menyelesaikan tugas penting. Pelaku
tahu bahwa mereka lebih terdorong dan termotivasi untuk menyelesaikan tugas.
penyelesaian tugas. Pelaku prokrastinasi pasif memiliki hasil buruk pada tugas.
b. Belajar untuk menghadapi ujian, meliputi menunda untuk menghadapi kuis, ujian
a. Kecemasan (Anxiety)
siap menyalahkan diri apabila melakukan kesalahan dan juga tidak percaya diri
dalam menoleransi rasa frustasi dan kecemasan. Sehingga mereka mengalihkan diri
sendiri pada tugas yang dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam diri.
yang membuat diri nyaman. Seseorang yang memiliki kecenderungan tinggi dalam
Mengatur waktu berarti mampu memperkirakan dengan baik berapa lama yang
seseorang sulit memutuskan pekerjaan yang penting dan kurang penting untuk
Salah satu faktor prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan sekitar tidak
waktu.
pekerjaannya karena tidak tahu darmana harus memulai pekerjaannya. Oleh karena
kesulitan berkata tidak terhadap orang lain padahal banyak pekerjaan yang sudah
terjadwal dan harus diselesaikan. Hal ini disebabkan karena mereka kurang
bermusuhan terhadap orang lain sehingga bisa menuju sikap menolak atau
Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas dari tuntutan negatif dalam hidup yang
digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri
memecahkan masalah, dan gaya hidup kurang baik, semakin tinggi stres seseorang.
dan Baumeister (1997, dalam Chu & Choi, 2005) menyatakan bahwa tingginya
tenang, berjalan terburu-buru, dan tidak menikmati waktu istirahat. Sirois (2004)
kecemasan tinggi. Chu dan Choi (2005) melaporkan bahwa pelaku prokrastinasi
pasif memiliki tingkat stres lebih tinggi dibanding pelaku prokrastinasi aktif. Pada
penyelesaian tugas, pelaku prokrastinasi pasif memiliki hasil lebih buruk dibanding
mengarahkan pada perilaku menghindari suatu tugas dan lebih memilih aktifitas
menyenangkan.
2.2 Mahasiswa
perguruan tinggi. Penggolongan usia mahasiswa adalah 18-25 tahun. Winkel dan
Hastuti (2010) menambahkan bahwa, masa mahasiswa meliputi rentang usia dari
18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang usia itu masih dapat dibagi-bagi atas
peride 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa semester I sampai dengan
semester IV; dan periode waktu 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa
dewasa awal. Pada masa dewasa awal, menurut Dariyo (2003, dalam Iriani &
Ninawati, 2005) mengatakan bahwa secara fisik individu menampakkan profil yang
inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Penampilan fisik yang dimiliki
individu pada usia ini benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas seperti
orang dewasa lainnya. Misalnya seperti bekerja, menikah, dan bertindak secara
Pada usia ini mahasiswa dituntut untuk mengkaji lebih dalam ilmuilmu yang
dia dapatkan baik dari dalam maupun luar perguruan tinggi. Santrock (2009)
menambahkan bahwa masa ini adalah masa dewasa awal merupakan masa
masa depan. Mahasiswa pada usia ini secara tidak langsung dituntut untuk lebih
mandiri dan berpikir dewasa demi masa depan. Individu juga berada pada tahap
dimana perkembangan seseorang berada pada puncaknya dengan kondisi fisik dan
intelektual yang baik (Iriani & Ninawati,2005). Namun, dengan adanya tuntutan
sebagai seornag mahasiswa tidak heran banyak persoalan yang harus dihadapi.
Mahasiswa yang belum berhasil memecahkan persoalan mudah merasa tegang dan
belajar di perguruan tinggi dengan rentang usia 18-25 tahun dengan kemandirian
tinggi. Rentang usia mahasiswa adalah 18 sampai 25 tahun (Winkel & Hastuti,
2010). Berdasarkan rentang usia berada pada tahap perkembangan dewasa awal.
Masa dewasa awal adalah masa pembentukan kemandirian, eksplorasi karir, belajar
hidup, dan mulai memikirkan masa depan (Santrock, 2009). Pada masa ini,
yang dimiliki selama belajar di perguruan tinggi. Dariyo (2003, dalam Iriani &
Ninawati, 2005) mengatakan bahwa segala daya upaya yang berorientasi untuk
keberhasilan ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.
Banyaknya masalah yang dihadapi mahasiswa pada masa kuliah cukup berat seperti
suatu hambatan. Salah satu hambatan dalam mencapai keberhasilan adalah perilaku
Pada masa dewasa awal, gaya pengasuhan orangtua merupakan salah satu
penyebab perilaku prokrastinasi. Ferrari dan Ollivete (dalam Mayasari dkk, 2010)
memenuhi harapan orangtua. Gufron dan Rini (2010, dalam Ramdhani, 2013)
finansial pada orangtua yang berkaitan dengan biaya kuliah atau institusi
mahasiswa merasa tidak bebas dan memungkinkan ada perasaan tertekan. Hal
Scher & Osterman, 2003, dalam Fatimah dkk, 2011). Mahasiswa perlu untuk
berdampak negatif bagi pelakunya. Namun, Knaus (2000, dalam Chu & Choi,
Chu dan Choi (2005) membagi tipe prokrastinasi menjadi dua, yaitu prokrastinasi
aktif dan prokrastinasi pasif. Prokrastinasi aktif merupakan perilaku menunda untuk
tugas. Prokrastinasi pasif merupakan perilaku menunda dengan alasan tidak masuk
yang berfokus pada pengukuran prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif serta
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel
salah satu bentuk penelitian dimana analisis dilakukan hanya sampai pada taraf
deskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik dan bertujuan
subjek yang akan dijadikan untuk generalisasi hasil penelitian. Sekelompok subjek
subjek yang lain. Karakteristik ini dapat berasal dari karakteristik individu dan tidak
terbatas hanya pada ciri karakteristik lokasi. Populasi yang digunakann dalam
penelitian ini yaitu mahasiswa S1 Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Inggris
di Insitut Agama Islam Negeri Bone yang jumlah keseluruhannya adalah 237
mahasiswa.
2.3.2 Sampel
sampai dengan semester 8 yang ada di Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa
Inggris Insitut Agama Islam Negeri Bone. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan teknik sampel
merupakan salah satu teknik pengambilan sampel dengan cara siapa saja yang
secara kebetulan ditemui dan memenuhi kriteria subyek penelitian maka individu
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa skala
Likert yang merupakan alat ukur dari prokrastinasi yaitu Perceived time (gagal
Emotional distress (rasa tertekan saat menunda tugas), dan Perceived ability
(persepsi terhadap kemampuan). Model skala Likert pada alat ukur ini berupa
TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Alat ukur prokrastinasi ini terdiri
daro 10 item yang terbagi atas 5 item favorable dan 5 item unfavorable. Pada item
(Netral) diberi skor 3, TS (Tidak Sesuai) diberi skor 2, dan STS (Sangat Tidak
Sesuai) diberi skor 1. Pada item unfavorable, jawaban SS (Sangat Sesuai) diberi
skor 1, S (Sesuai) diberi skor 2, N (Netral) diberi skor 3, TS (Tidak Sesuai) diberi
F UF
Jumlah 5 5 10
3.4.2 Validitas
Validitas yang digunakan dalam alat ukur ini yaitu validitas konstruk. Uji
validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan confarmatory factor analysis
menggunakan software ISREL 8.80. Validitas konstrak adalah salah satu bentuk
validitas yang membuktikan apakah hasil diperoleh melalui item tes berkorelasi
tinggi dengan teoritik yang mendasari penyusunan tes tersebut (Azwar, 2015).
Berdsarakan hasil analisis CFA yang dilakukan, alat ukur dengan model
satu faktor yaitu tidak fit deng chi-square 280. 19, df=65, p-value=0.000, RMSEA=
0.119. Hasil tersebut membuat alat ukur dimodifikasi terhadap model, dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lain
dan diperbolehkan model fit dengan chi-square= 68.25, df= 52, p-value= 0.06475,
RMSEA= 0.036. Nulai c-square ini menghasilkan p-value lebih besar darpada 0.05
Telhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tekhnik
merupakan salah satu bentuk tekhnik analisis yang dapat memberikan deskripsi
mengenai suatu hal atau subjek penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh
dari sekelompok subjek yang akan diteliti dan tidak digunakan untuk pengujian
hipotesis. Analasis deskriptif terdiri dari beberapa jenis yaitu histogram, polygon,
pie diagram, mean, median, maodus, quartil, desil, persentil, range, standard
mahasiswa semester 2,4, dan 8 di Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Inggris
Insistut Agama Islam Negeri Bone. Adapun deskriptif subjek penelitian dapat
Suku Jumlah
Bugis 96
Makassar 3
Buton 1
Total 100
SUKU
3%1%
BUGIS
MAKASSAR
BUTON
96%
Berdasrakan tabel diagram lingkaran yang ada diatas, dapat dilihat bahwa
deskripsi suku pada subjek penelitian terdiri dari 3 yaitu suku Bugis, makassar, dan
Buton. Jumlah subjek berasal dari Suku Bugis yaitu 96 orang dengan persentase
96%, subjek berasal dari Suku Makassar yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase
3%, dan subjek berasal dari suku Buton yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase
1%
JENIS KELAMIN
43%
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
57%
yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 57 orang dengan persentase 57%
dan subjek yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 43 orang dengan
persentase 43%.
Usia Jumlah
18 2
19 24
20 34
21 11
22 29
Total 100
USIA
2%
18 29% 24%
19
20
21
22 11%
34%
terdapat beberapa jenjang usia pada subjek penelitian yaitu subjek yang berusia
dengan persentase 11%, dan subjek berusia 22 tahun sebanyak 29 orang dengan
persentase 29%.
Keterangan :
Mean (M) = 31
Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Inggris Insitut Agama Islam Negeri Bone
kategorisasi, nilai mean dan standar deviasi dari suatu data perlu untuk diketahui.
Adapun mean dari data yang didapatkan yaitu sebesar 31 dengan standar deviasi
sebesar 7.
Tadris Bahasa Inggris Insitut Agama Islam Negeri Bone sebagai berikut
Statistics
Prokrastinasi
Valid 100
N
Missing 0
Prokrastinasi
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Sangat Rendah 12 12,0 12,0 12,0
Rendah 26 26,0 26,0 38,0
Sedang 12 12,0 12,0 50,0
Valid
Tinggi 47 47,0 47,0 97,0
Sangat Tinggi 3 3,0 3,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
dari penelitian yaitu sebesar 100 orang. Pada tabel kedua, dapat dilihat bahwa
subjek yang meiliki tingkat prokrastinasi sangat rendah yaitu sebanyak 12 orang
dengan persentase 12%, termasuk kategori rendah yaitu sebanyak 26 orang dengan
persentase 47%, dan termasuk kategori sangat tinggi yaitu 3 orang dengan
mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Inggris Insitut Agama Islam
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat
Tadris Bahasa Inggris Insitut Agama Islam Negeri Bone dalam kategori tinggi yaitu
sebesar 47 dari 100 subjek penelitian. Hal ini berkaitan dengan hasil wawancara
dengan empat subjek mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Inggris
Insitut Agama Islam Negeri Bone yang diasumsikan bahwa mereka meiliki tingak
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan penelusuran yang telah dilakukan, dapat
Tadris Bahasa Inggris Insitut Agama Islam Negeri Bone tergolong dalam kategori
tinggi. Hal ini dapat diketahui dengan jumlah subjek yang memiliki tingkat
47%.
5.1 Saran
Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti pada subjek dengan latar belakang
prokrastinasi.
Insitut Agama Islam Negeri Bone agar membuat inovasi yang dapat
perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalton, J. C., & Crosby, P. C. (2011). Time on Task: The Critical Role of Self
Regulating in College Student Academic Success and Personal Development.
Journal of College & Character, 12 (3).
Fatimah, O., Lukman, Z. M., Khairudin, R., Shahrazad, W. S. W., & Halim, F. W.
(2011). Procrastination’s relation with fear of failure, competence expectancy
and instrinsic motivation. Pertanika Journal Social Science and Humanika,
19: 123-127.
Ferrari, J. R., & Morales, J. F. D. (2007). Perceptions of self concept and self
presentation by procrastinators: future evidence. The Spanish Journal of
Psychology, 10, 1, 91-96.
Grunschel, C., Partzek, J., & Fries, S. (2013). Exploring reasons and consequences
of academic procrastination: an interview study. Europe Journal
Psychological Education, 28: 841 861.
Kholidah, E. N., & Alsa, A. (2012). Berpikir positif untuk menurunkan stres
psikologis. Jurnal Psikologi, 39, 1, 67-75.