Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prokrastinasi Akademik


2.1.1 Pengertian prokrastinasi akademik
Menurut Steel (2006) prokrastinasi sebenarnya berasal dari bahasa
Latin, yaitu “pro,” yang artinya “maju, ke depan, lebih menyukai,” dan
“crastinus,” yang artinya “besok” . Jadi, dari asal katanya prokrastinasi
adalah lebih suka melakukan pekerjaannya besok. Orang yang melakukan
prokrastinasi dapat disebut sebagai prokrastinator. Menurut Steel (2003)
mengatakan bahwa prokrastinasi adalah “ to voluntarily delay an intended
course of action despite expecting to be worse-off for the delay ”. Artinya,
prokrastinasi adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan
walaupun mengetahui bahwa penun- daannya dapat menghasilkan
dampak buruk. Menurut Steel (2007) prokastinasi adalah menunda
dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui
bahwa perilaku penundaanya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk.
Menurut Van Eerde (2003) prokrastinasi dapat digolongkan sebagai
avoidance behavior dan terlihat sebagai menghindari penuntasan tindakan
yang diinginkan. Senecal, Koestner, & Vallerand (sitat dalam Wolters,
2003) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai memahami apa
yang perlu dilakukan, dan mungkin ingin melakukan tugas-tugas
akademik, tetapi gagal menampilkan akti- vitas dalam waktu yang
diinginkan atau diharapkan (Kartadinata dan Sia, Vol.23 No.2, 2008).
Menurut Ferrari (1995) prokrastinasi terbagi menjadi dua jenis yaitu
prokrastinsai akademik dan non akademik. Prokrastinasi akademik adalah
jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tunggal formal yang
berhubungan dengan akademik, seperti tugas sekolah atau kursus.
Prokrastinasi non akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis
tugas non formal atau tugas yang berhubungan denga kehidupan sehari-
hari, seperti tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor dan
sebagainya. Menurut Tuckman (1991) prokrastinasi akademik adalah
kecenderungan untuk meninggalkan, menunda atau menghindari
menyelesaikan aktivitas yang seharusnya diselesaikan. Prokrastinasi
akademik ditunjukkan dengan kecenderungan untuk menunda suatu tugas
tertentu, individu memiliki kebiasaan dan kecendrungan untuk menunda
menyelesaikan pengerjaan suatu tuga. Prokastinasi juga ditandai dengan
kecenderungan untuk memiliki kesulitan melakukan hal-hal yang tidak
menyenangkan dan ketika memungkinkan akan menghindari atau mencari
jalan keluar dari hal tersebut. Individu cenderung mudah menyerah
ketika menemui tugas yang sulit dan dan lebih memilih kesenangan yang
mudah diperoleh. Prokastinasi juga ditandai dengan kecenderungan untuk
menyalahkan orang lain akan keadaan sulit yang dialami. Individu
berfokus pada kecenderungan untuk menghindari tanggung jawab dari diri
sendiri dan menyalahkan orang lain (Iredho, Vol.12 No.1).

Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas, prokrastinasi


adalah perilaku menunda- nunda menyelesaikan pekerjaan dengan
penyebab- penyebab tertentu dari masing- masing individu. Sedangkan
prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda menyelesaikan pekerjaan
yang berhubungan dengan hal akademik seperti menunda mengerjakan
tugas- tugas dari sekolah atau tugas kampus dengan alasan- alasan atau
faktor- faktor tertentu. Orang yang melakukan tindakan prokrastinasi
disebut prokrastinator.

2.1.2 Aspek prokrastinasi


Menurut Tuckman (19990) terdapat 3 aspek prokrastinasi, yaitu:
1. Tendency to delay or put off doing things
Pembuang waktu. Ini merupakan kecendrungan untuk membuang
waktu secara sia- sia dalam menyelesaikan tugas yang perlu
diprioritaskan demi melakukan hal- hal yang kurang penting.
2. Tendency to have difficulty doing unpleasant things and when
possible to avoid or circumvent the unpleasantness
Kesulitan dan penghindaran dalam melakukan sesuatu yang tidak
disukai. Ini merupakan kecendrungan untuk merasa berkebaratan
mengerjakan hal- hal yang tidak disukai dalam tugas yang harus
dikerjakannya tersebut atau jika memunginkan akan menghindari
hal- hal yang dianggap mendatangkan perasaan tidak
menyenangkan.
3. Tendency to blame others for one’s own plight
Merupakan kecendrungan untuk menyalahkan pihak lain atas
penderitaan yang dialami diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu
yang ditundanya (Satya Widya, vol. 28 no.2, 2012).

Menurut Mustakim (2015) aspek- aspek prokrastinasi akademik


terdiri dari 4 hal, yaitu:
1. Perceived item, seseorang yang cenderung prokrastinasi adalah orang-
orang yang gagal menepati deadline. Mereka berorientasi pada masa
sekarang dan tidak mempertimbangkan masa mendatang.
Prokrastinator tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera
diselesaikan, tetapi ia menunda- nunda untuk mengerjakannya atau
menunda menyelesaikannya jika ia sudah memulai pekerjaan tersebut.
2. Intention- action, celah antara keinginan dan tindakan. Perbedaan
antara keinginan dengan tindakan senyatanya ini terwujud pada
kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas akademik walaupun siswa
tersebut mempunyai keinginan untuk mengerjakannya. Ini terkait pula
antara kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
Prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuai dengan
batasan waktu. Seorang siswa mungkin telah merencanakan untuk
mulai mengerjakan tugasnya pada waktu yang telah ia tentukan
sendiri, akan tetapi saat waktunya sudah tiba tidak juga melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang ia rencanakan sehingga menyebabkan
keterlambatan atau bahkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas
secara memadai.
3. Emotional distress, adanya perasaan cemas saat melakukan
prokrastinasi. Perilaku menunda- nunda akan membawa perasaan tidak
nyaman pada pelakunya, konsekuensi negatif yang ditimbulkan memicu
kecemasan dalam diri pelaku prokrastinasi. Pada mulanya siswa tenang
karena merasa waktu yang tersedia masih banyak, tanpa rasa resah
waktu sudah hampir habi, ini menjadikan mereka merasa cemas karena
belum menyelesaikan tugas.
4. Perceived ability, keyakinan terhadap diri sendiri. Walaupun
prokrastinasi tidak berhubungan dengan kemampuan kognitif
seseorang, namun keragu- raguan terhadap kemampuan dirinya dapat
menyebabkan seseorang menyalahkan dirinya sebagai yang tidak
mampu, untuk menghindari munculnya dua perasaan tersebut maka
seseorang dapat menghindari tugas- tugas sekolah karena takut akan
pengalaman kegagalan (jurnal antropologi sosial dan budaya, vol. 4
no.1, 218).

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik


Menurut Pychyl (2014) terdapat tiga penyebab dasar kenapa
seseorang melakukan perilaku prokrastinasi diantaranya (Iredho, Vol.12
No.1):
1) Prokrastinasi pada suatu hal yang dianggap tidak menyenangkan
2) Prokrastinasi karena niat dalam diri yang rendah untuk menyelesaikan
sesuatu;
3) Prokrastinasi dikarenakan mudah terganggu (tidak fokus).
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi
akademik dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada pada diri individu yang
melakukan prokrastinasi, meliputi:
1) Kondisi fisik individu.
Faktor dari dalam yang turut mempengaruhi prokrastinasi pada individu
adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan seseorang.
2) Kondisi psikologis individu.
Millgran dan Tenne menemukan bahwa kepribadian mempengaruhi orang
melakukan prokrastinasi.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu


yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor itu antara lain:
1) Gaya pengasuhan orang tua.
Hasil penelitian Ferrari menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter
ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi.
2) Kondisi lingkungan.
Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang
rendah pengawasan dari pada lingkungan yang penuh pengawasan.
Di samping itu faktor-faktor lain yang menyebabkan timbulnya
prokrastinasi akademik, antara lain: (Kartadinata dan Sia, Vol.23 No.2,
2008).
a. Problem Time Management
Lakein mengatakan bahwa manajemen waktu melibatkan proses
menentukan kebutuhan (determining needs), menetapkan tujuan untuk
mencapai kebutuhan (goal setting), memprioritaskan dan merencanakan
(planning) tugas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sebagian besar
prokrastinator memiliki masalah dengan manajemen waktu. Steel
menambahkan bahwa kemampuan estimasi waktu yang buruk dapat
dikatakan sebagai prokrastinasi jika tindakan itu dilakukan dengan
sengaja.
b. Penetapan Prioritas
Hal ini penting agar kita bisa menangani semua masalah atau tugas
secara runtut sesuai dengan kepentingannya. Hal ini tidak diperhatikan
oleh siswa pelaku prokrastinasi, sebagai siswa prioritas mereka harusnya
adalah belajar tapi nyatanya mereka lebih memilih aktifitas lain yang
kurang bermanfaat bagi kelangsungan proses belajar mereka.
c. Karakteristik Tugas
Adalah bagaimana karakter atau sifat tugas atau pelajaran yang akan
diujikan tersebut. Jika terlalu sulit, cenderung individu akan menunda
mengerjakan tugas atau menunda mempelajari mata pelajaran tersebut.
Hal ini juga dipengaruhi motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik individu.

2.1.4 Ciri-ciri prokrastinasi


Menurut Ferrari dkk (1995), sebagai suatu perilaku penundaan,
prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu
dan diamati melalui ciri-ciri tertentu berupa: (Fauziah, Vol.2 No.2, 2015)
1) Penundaan untuk memulai menyelesaikan tugas yang dihadapi;
2) Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, karena melakukan hal-hal
lain yang tidak dibutuhkan;
3) Kesenjangaln waktu antara rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual;
4) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas yang
harus dikerjakan (seperti ngobrol, nonton, mendengarkan musik, jalan-
jalan dan lain- lain).
Menurut Millgram (dalam Ferrari 1995: 17) yang menyatakan
bahwa prokrastinasi merupakan perilaku yang spesifik yang meliputi:
(Puswanti, Vol.3. No.1, 2014)
1) suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan baik saat memulai
maupun menyelesaikan suatu tugas,
(2) menghasilakan akibat-akibat yang lebih jauh, seperti keterlambatan
menyelesaikan tugas, atau kegagalan dalam mengerjakan tugas,
(3) melibatkan suatu tugas yang dipresepsikan oleh pelaku prokrastinasi
sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas
kantor, sekolah maupun rumah tangga,
(4) menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya
perasaan cemas, panik, bersalah, marah dan sebagainya.

2.1.5 Jenis- jenis prokrastinasi akademik


Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan.
Peterson mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan penundaan
hanya pada hal-hal tertentu saja atau pada semua hal. Sedang jenis-jenis
tugas yang sering ditunda oleh prokrastinator yaitu pada tugas pembuatan
keputusan, aktivitas akademik, tugas rumah tangga dan pekerjaan kantor.
Istilah yang sering digunakan para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas
tersebut adalah prokrastinasi akademik dan non akademik. Prokrastinasi
akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal
yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah, tugas
kursus dan tugas kuliah. Prokrastinasi non akademik adalah penundaan
yang dilakukan pada jenis tugas non formal atau tugas yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial,
tugas kantor dan sebagainya.
Prokrastinasi akademik Solomon dan Rothblum membagi enam
area akademik dimana biasa terjadi prokrastinasi pada pelajar. Enam area
akademik tersebut, yaitu:
a. Tugas menulis, contohnya antara lain keengganan dan penundaan
pelajar dalam melaksanakan kewajiban menulis makalah, laporan, dan
tugas menulis lainnya.
b. Belajar menghadapi ujian, contohnya pelajar melakukan penundaan
belajar ketika menghadapi ujian, baik ujian tengah semester, ujian akhir
semester, kuis-kuis, maupun ujian yang lain.
c. Tugas membaca per minggu, contohnya antara lain penundaan dan
keengganan pelajar membaca buku referensi atau literatur-literatur yang
berhubungan dengan tugas sekolahnya.
d. Tugas administratif, meliputi penundaan pengerjaan dan penyelesaian
tugas-tugas administratif, seperti menyalin catatan materi pelajaran,
membayar SPP, mengisi daftar hadir (presensi) sekolah, presensi
praktikum, dan lain-lain.
e. Menghadiri pertemuan, antara lain penundaan dan keterlambatan
dalam masuk sekolah, praktikum dan pertemuan lainnya.
f. Tugas akademik pada umumnya, yaitu penundaan pelajar dalam
mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik lainnya secara
umum.

2.1.6 Bentuk- bentuk prokrastinasi akademik


Ada dua bentuk prokrastinasi menurut Ferrari (1995) yaitu:
a. Prokrastinasi fingsional, yaiutu penundaan penyelesaian tugas
untuk mencari data yang lebih lengkap sehingga tugas dikerjakan
menjadi lebih sempurna. Penundaan ini disertai oleh alasan yang
kuat dan mempunyai tujuan sehingga tidak merugikan
prokrastinator (penunda).
b. Prokrastinasi disfungsional, yaitu penundaan penyelesaian tugas
tanpa ada arah yang kurang bermanfaat atau tidak bertujuan,
membuang waktu dan merugikan prokrastinator itu sendiri.
Ada dua macam jenis prokrastinasi disfungsional, yaitu:
1) Decisional procrastination, adalah suatu penundaan dalam
mengambil keputusan.
2) Behavioral procrastination, adalah suatu penundaan dalam
perilaku tampak. Penundaan dilakukan sebagai suatu cara
untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan
dan sulit dilakukan.

2.2 Pernikahan
Secara bahasa, nikah berasal dari bahasa arab yang artinya
mengumpulkan, saling memasukkan (bersetubuh). Pernikahan adalah satu
upaya untuk menyalurkan naluri seksual suami istri dalam sebuah rumah
tangga sekaligus sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat
menjamin kelangsungan eksistensi manusia di atas bumi (Narulita, 2014).
Dalam konteks hukum, pernikahan itu sama dengan perkawinan.
Pernikahan atau perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang laki-laki
dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Manjorang dan Aditya, 2015).
Pernikahan sangat penting bagi manusia karena merupakan benteng agar
manusia tidak terjerumus pada jurang kehinaan dan kenistaan dalam
mengendalikan dan menyalurkan nafsu biologisnya. Selain itu, dengan
pernikahan maka pandangan mata dan kehormatan diri akan terjaga.
Menikah bertujuan untuk saling mendapatkan kebahagiaan, ketentraman,
rasa nyaman dan mendapatkan kasih sayang. Hal ini terdapat dalam Q.S
Ar-Ruum ayat 21 yaitu:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Al-Qur‟an dan terjemahannya,
2010:406). Akan tetapi, seringkali tujuan tidak tercapai sehingga
keharmonisan rumahtangganya terganggu. Hal ini terdapat faktor yang
paling menonjol yang menyebabkan itu adalah sama-sama tidak
memahami akan hak dan kewajiban suami dan istri.

Syarat dan rukun nikah


Rukun dan syarat nikah secara rinci yaitu: (hasan, 2006).
a. Calon mempelai pria Syarat calon mempelai pria yaitu:
1) Beragama Islam
2) Laki-laki
3) Baligh
4) Berakal
5) Jelas orangnya
6) Dapat memberikan persetujuan
7) Tidak mendapat halangan perkawinan
b. Calon mempelai wanita Syarat calon mempelai wanita:
1) Beragama
2) Perempuan
3) Jelas orangnya
4) Dapat dimintai persetujuan
5) Tidak mendapat halangan perkawinan
c. Wali nikah Syarat wali nikah yaitu:
1) Laki-laki
2) Dewasa
3) Mempunyai hak perwalian
4) Tidak terdapat halangan perwaliannya
d. Saksi nikah Syarat saksi nikah yaitu:
1) Minimal dua orang laki-laki
2) Hadir dalam ijab dan qobul
3) Dapat memahami maksud akal
4) Beragama Islam
5) dewasa
e. Ijab dan qabul Syarat ijab dan qabul yaitu:
1) Ada ijab (pernyataan) mengawinkan dari pihak wali
2) Ada qabul (pernyataan) penerimaan dari calon suami
3) Memakai kata-kata “nikah”, “tazwij” atau terjemahannya seperti
“kawin”
4) Antara ijab dan qabul bersambungan, tidak boleh terputus
5) Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
6) Orang yang terkait dengan ijab dan qabul sedang dalam keadaan haji
atau atau umrah
7) Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri tidak paling kurang empat orang

Tugas -tugas Suami dan Istri


Tugas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007) berarti yang
wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan. Tugas pokok
suami, tidak jauh berbeda dengan kewajiban seorang suami kepada istri.
Menurut Khalifi Elyas Bahar dipaparkan mengenai tugas-tugas
pokok suami sebagai berikut: (Bahar, 2016).
a. Memberi nafkah kepada istri
b. Menjadi pemimpin bagi istri
c. Melindungi istri
d. Menjaga kehormatan istri
e. Menasihati istrif. Menjaga harta istri
Sedangkan tugas istri adalah sebagai berikut:
a. Mematuhi suami
b. Membahagiakan suami

Hak dan Kewajiban Suami dan Istri


Hak adalah sesuatu yang harus didapatkan dan diraih oleh
seseorang, sementara kewajiban adalah sesuatu yang harus ditunaikan
dan dilaksanakan (KBBI, 2007:1266). Setelah menikah, suami dan istri
mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Berikut ini dipaparkan
mengenai hak dan kewajiban suami istri: (Muchtar, 2008)
a. Kewajiban suami dan hak istri Dalam al-Qur‟an disebutkan
mengenai kewajiban suami yaitu dalam surat an-Nisa‟/4 ayat 19
yaitu :
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak” (Al-Qur‟an dan terjemahannya, 2010). Ayat diatas Allah
menjelaskan bahwa istri yang salehah harus taat kepada Allah,
memelihara diri (fisik maupun Kehormatan) terutama ketika suami sedang
tidak ada disisinya,serta menjaga harta suami. Pemeliharaan ini
dimanfaatkannya sebaik mungkin dan bahkan mengembangkannya
sehingga lebih banyak dan lebih berkah.
Selain itu kewajiban suami dapat terangkum sebagai berikut:
1) Suami berkewajiban mendidik dan mengajar istri untuk melaksanakan
segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya serta mendidik
perilaku yang mulia.
2) Memberi nafkah lahir dan batin dengan halal serta sebaik-baiknya
sesuai kesanggupan suami.
3) Bersikap kepada istri seperti yang ia inginkan, selama tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam.
4) Bergaulah dengan istri secara baik.
5) Jangan bertindak sewenang-wenang.
6) Jangan bertindak kasar kepada istri, apalagi sampai memukul dan
mencaci.
7) Berpakaianlah yang wajar untuk menyenangkan hati istri.
8) Membantu pekerjaan sehari-hari istri.
9) Bertutur kata yan baik, menasihati istri ketika berbuat yang tidak baik,
serta menghiburnya ketika berduka atau untuk menyenangkan hatinya.
10) Tidak membuka rahasia atau keburukan istri serta rahasia hubungan
intim suami-istri kepada orang lain.
11) Jika mempunyai istri lebih dari satu, maka harus adil lahir dan
batinnya.

b. Kewajiban istri dan hak suami Dalam al-Qur‟an disebutkan mengenai


kewajiban istri yaitu dalam surat an-Nisa‟/4 ayat 34 yaitu: ْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (Al-Qur‟an dan
terjemahannya, 2010). Demikian ayat Allah menjelaskan mengenai
kewajiban seorang istri.
Kewajiban yang lain seorang istri dapat terangkum sebagai berikut:
1) Taat dan patuh kepada suami selama suaminya menyuruh dalam
hal kebenaran sesuai ajaran Islam.
2) Ridho dengan hasil jerih payah suami dalam bekerja/mencari
nafkah dan tidak enuntut suami secara berlebihan atau diluar batas
kemampuan suaminya.
3) Menjaga harta suami.
4) Mengatur urusan rumah tangga dan turut serta mendidik anak-
anaknya.
5) Menjaga dan memelihara kehormatan suami, anak dan seluruh isi
rumahnya.
6) Menahan pandangan, merendahkan suara, tidak berbuat buruk,
lisannya tidak membicarakan yang munkar dan tidak berbuat
bid‟ah.
7) Bergaul dengan karib kerabat dari pihak suami atau istri dengan
pergaulan yang baik serta berakhlak mulia.
8) Jika suami beristri lebih dari satu, maka istri harus bersedia
diperlakukan adil dengan istri-istri lainnya.

c. Kewajiban suami istri terhadap keluarga


1) Mempunyai niat ikhlas dalam berkeluarga.
2) Menerima keadaan dan hasil usaha dari masing-masing apa adanya.
3) Saling membantu dalam menunaikan tugas dan kewajiban.
4) Membiasakan berkomunikasi dengan baik.
5) Hidupkan suasana keagamaan dalam keluarga.

d. Hak-hak bersama antara suami istri Hak-hak bersama di antara kedua


suami istri adalah hak-hak yang terbukti merupakan hak untuk keduanya
yaitu: (Mathlub, 2005)
1) Penghalalan hubungan suami istri
2) Memperlakukan dengan baik
3) Hubungan muhrim akibat perkawinan
4) Saling mewarisi
5) Ketetapan menyangkut masalah keturunan

Manfaat Menikah Menikah mempunyai banyak manfaat yaitu: (Manjorang


dan Aditya)
a. Mendapat keluarga bahagia yang penuh dengan ketenangan hidup dan
rasa kasih sayang.
b. Mendapatkan anak keturunan yang sah.
c. Menentramkan jiwa.
d. Memenuhi kebutuhan biologis.
e. Pengendalian hawa nafsu syahwatnya.
f. Latihan memikul tanggungjawab.
g. Membina rumah tangga dan berjuang dalam menghadapi hidup.

Anda mungkin juga menyukai