Anda di halaman 1dari 23

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prokrastinasi Akademik

1. Definisi Prokrastinasi Akademik

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin Procrastination dengan

awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran

“rastinus” yang berarti keputusan hari esok, Jika digabungkan menjadi

“Menangguhkan” atau menunda sampai hari berikutnya.1

Menurut Ferrari dkk, prokrastinasi akademik dapat dipandang dari

berbagai batasan tertentu yaitu:

a. Prokrastinasi hanya sebagai perilaku penundaan, bahwa setiap perbuatan

untuk menunda mengerjakan suatu tugas disebut sebagai prokrastinasi

tanpa mempermasalahkan tujuan serta alasan dalam penundaan yang

dilakukan.

b. Prokrastinasi disebut sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang

dimiliki siswa, yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan

sudah merupakan respon tetap yang selalu dilakukan oleh seseorang

dalam menghadapi tugas, biasanya disertai oleh adanya keyakinan-

keyakinan yang irasional

c. Prokrastinasi disebut sebagai suatu trait kepribadian, dalam pengertian ini

prokrastinasi tidak hanya sebuah perilaku penundaan saja, akan tetapi

prokrastinasi merupakan suatu trait yang melibatkan komponen-

1
Ibid 13. Hal, 150

18
19

komponen perilaku maupun struktur mental lain yang berkaitan dan

dapat diketahui secara langsung maupun tidak langsung.2

Sementara itu, Milgram menyatakan bahwa prokrastinasi akademik ialah

perilaku yang spesifik yang meliputi suatu perilaku yang melibatkan unsur

penundaan (baik untuk memulai maupun menyelesaikan), keterlambatan

menyelesaikan tugas, melibatkan suatu yang dipersepsikan oleh pelaku

prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan (misalnya

tugas sekolah yang menumpuk), menghasilkan keadaan emosional yang tidak

mengenakkan (seperti perasaan cemas, perasaan bersalah, marah dan panik).3

Sedangkan, menurut Solomon & Rothblum mendefinisikan

prokrastinasi sebagai suatu penundaan yang apabila penundaan itu dilakukan

pada tugas yang penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja,

menimbulkan perasaan tidak nyaman dan serta secara subjektif dirasakan oleh

seorang prokrastinator.4

Solomon dan Rothblum juga menyebutkan 6 area akademik untuk

melihat jenis-jenis tugas yang seringdilakukan yaitu : a) tugas menulis,

meliputi penundaan melaksanakan kewajiban menulis makalah, laporan atau

yang lainnya. b) Belajar dalam mengahadapi ujian, mencakup penundaan

belajar untuk menghadapi ujian tengah akhir semester. c) Tugas membaca

yaitu menunda membaca buku atau refrensi yang berkaitan dengan tugas

akademik. d) Tugas administratif, meliputi penundaan mengerjakan dan

2
Triyono Muh. Ekhsan Rifai, Efikasi Diri dan Regulasi Emosi dalam Mengatasi Prokrastinasi
Akademik, (Sukoharjo: CV Sindunata, 2018), 15.

3
Ibid, 13.
4
Suparman, dkk, Dinamika Psikologi Pendidikan Islam, (Ponorogo: Buatbuku.com), 187.
menyelesaikan tugas-tugas administratif seperti menyalin catatan,

mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, daftar peserta praktikum dan

sebagaianya. e) Menghadiri pertemuan, yaitu menunda atau terlambat

menghadiri kelas atau praktikum dan lain-lain. f) Kinerja akademik secara

keseluruhan, yaitu menunda kewajiban mengerjakan tugas-tugas akademik

secara keseluruhan.0

Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk menunda-nunda

atau tidak segera memulai pekerjaan, Ketika menghadapi suatu pekerjaan

atau tugas disebut seseorang yang melakukan prokrastinasi. Tidak peduli

apakah penundaan tersebut mempunyai alasan atau tidak. Setiap penundaan

dalam menghadapi suatu tugas disebut prokrastinasi.

Menurut Erde definisi prokrastinasi akademik adalah penundaan

tugas yang sudah terencana walau pada dasarnya individu tersbut mengerti

resikonya. Prokrastinasi adalah jenis dari anti motivasi yang berhubungan

dengan rendahnya regulasi diri, efikasi diri, dan harga diri dan berasosiasi

dengan tingginya kecemasan serta stres.

Menurut Wolters Prokrastinasi merupakan penundaan sampai

menit terakhir suatu tugas harus diselesaikan, yang pada akhirnya individu

yang melakukan penundaan ini memiliki niat untuk menyelesaikannya.

Prokrastinasi juga dapat dikatakan sebagai penghindaran tugas,

yang diakibatkan perasaan tidak senang terhadap tugas serta ketakutan untuk

gagal dalam mengerjakan tugas. Knaus berpendapat bahwa penundaan yang


0
Miftahul Hasanah, Zidni Immawan Muslimin, “ Hubungan antara Prokrastinasi Akademik dengan
Perilaku Menyontek pada siswa SMK “x” Yogyakarta , Jurnal Psikologi Integratif 4, no.2 (Juli,
2016)
19

telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang trait prokrastinasi.

Artinya, prokrastinasi dipandang lebih dari sekedar kecenderungan melainkan

suatu respon tetap dalam mengantisipasi tugas-tugas yang tidak disukai dan

dipandang tidak diselesaikan dengan sukses. Burka dan Yuen mengemukakan

bahwa akar dari prokrastinasi meliputi perasaan dalam diri, ketakutan,

harapan, memori,mimpi, keraguan dan tekanan. Tetapi banyak prokrastinator

tidak menyadari ketika mereka melakukan prokrastinasi, hal tersebut

dikarenakan mereka melakukan prokrastinasi untuk menghindari perasaan

yang tidak menyenangkan.0

Menurut Glenn. Prokrastinasi berhubungan dengan berbagai

sindrom-sindrom pskiatri. Seorang prokrastinator biasanya juga mempunyai

tidur yang tidak sehat, mempunyai depresi yang kronis, penyebab stress, dan

berbagai penyebab penyimpangan psikologis lainnya0

Burka dan Yuen menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya

aspek irasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang

prokrastinator memiliki pandangan bahwa suatu tugas harus diselesaikan

dengan sempurna sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak melakukannya

dengan segera. Dikarenakan jika segera mengerjakan tugas akan

menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal. Dengan kata lain, penundaan

yang dikategorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan tersebut

sudah merupakan kebiasaan atau pola yang menetap yang selalu dilakukan

seseorang ketika menghadapi suatu tugas dan penundaan tersebut disebabkan

0
Ibid 13
20

oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irasional dalam memandang tugas.

Prokrastinator sebenarnya sadar bahwa dirinya menghadapi tugas-tugas yang

penting dan bernanfaat (sebagai tugas yang primer). Akan tetapi, dengan

sengaja menunda-nunda secara berulang-ulang (komplusif), hingga muncul

perasaan tidak nyaman, cemas, dan merasa bersalah dalam diirnya

Suatu penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi apabila penundaan itu

dilakukan pada tugas yang penting, berulang-ulang secara sengaja, dan

menimbulkan perasaan tidak nyaman secara sujektif dirasakan oleh seseorang

prokrastinator. Sementara itu, Millgram mengatakan bahwa prokrastinasi

adalah perilaku spesifik yang meliputi 1) suatu perilaku yang melibatkan

unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas

atau aktivitas. 2) Menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, Misalnya

keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan

tugas. 3) Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi

sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, Misalnya tugas kantor,

tugas sekolah maupun tugas rumah tangga. 4) Menghasilkan keadaan

emosional yang tidak menyenangkan, Misalnya perasaan cemas, perasaan

bermasalah, marah, panik dan sebagainya. 0

Sehingga, dapat disimpulkan prokrastinasi akademik ialah suatu

kebiasaan menunda-nunda pekerjaan atau tugas akademik sehingga dapat

menyebabkan tidak terselesaikannya pekerjaan tersebut atau keterlambatan

dalam penyelesaian tugas tersebut.0


0
Ibid 13. Hlm 153
0
Ummul Khairat, Yantri Maputra & Fitria Rahmi, (Pengaruh Prokrastinasi Akademik Terhadap
Perilaku Menyontek Pada Siswi SMA di Pesanten X” Jurnal RAP UNP, 5 no. 2 (November,
21

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa prokrastinasi dapat

didefisinikan sebagai suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan

berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam

pengerjaan tugas. Prokrastinasi dapat dibedakan menjadi dua jenis

berdasarkan tujuan dan manfaat penundaan, yaitu prokrastinasi yang

disfungsional dan prokrastinasi fungsional procrastination. Prokrastinasi

yang disfungsional merupakan penundaan yang tidak bertujuan dan

merugikan. Sementara fungsional procrastination adalah penundaan yang

disertai alasan yang kuat. Mempunyai tujuan pasti sehingga tidak merugikan.

Bahkan, berguna untuk melakukan suatu upaya konstruktif agar suatu tugas

dapat diselesaikan dengan baik. Pada akhirnya, pengerian prokrastinasi

dibatasi sebagai suatu penundaan yang dilakaukan secara sengaja dan

berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam

pengerjaan tugas, dengan jenis disfungsional procrastination. yaitu

penundaan yang dilakukan pada tugas yang penting. Penundaan tersebut tidak

bertujuan dan dapat menimbulkan akibat yang negatif baik yang kategori

decisional Procrastination atau avoidance procrastination.

2. Jenis- Jenis Prokrastinasi

Prokrastinasi dapat dilakukan pada beberapa jenis pekerjaan. Peterson

mengatakan bahwa seseorang dapat melakukan prokrastinasi hanya pada hal-

hal tertentu saja atau pada semua hal. Jenis-jenis tugas yang sering ditunda

oleh prokrastinator, yaitu tugas pembuatan keputusan, tugas-tugas rumah

tangga, aktivitas akademik, pekerjaan kantor, dan lainnya.Prokrastinasi dibagi


2014): 196
22

menjadi dua jenis, yaitu prokrastinasi akademik dan prokrastinasi non

akademik. Prokrastinasi akademik adalah suatu jenis penundaan yang bersifat

formal dan berhubungan dengan bidang akademik (tugas sekolah, tugas

kursus, dll). Sedangkan, prokrastinasi non akademik yaitu penundaan yang

dilakukan pada jenis tugas non formal atau tugas berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari (tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor, dsb).

Menurut Green, jenis tugas yang menjadi objek prokrastinasi akademik

adalah tugas yang berhubungan dengan kinerja akademik. Perilaku-perilaku

yang mencirikan penundaan dalam tugas akademik dipilah dari perilaku

lainnya dan dikelompokkan menjadi unsur prokrastinasi akademik.

3. Aspek-Aspek Prokrastinasi Akademik

Ferrari dkk, Berpendapat bahwa sebagai suatu perilaku penundaan,

prokrastinasi akademik dapat termanifestasikan dalam indikator tertentu yang

dapat diukur dan diamati. Ciri-ciri Prokrastinasi akademik sebagai berikut: 0

a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas

Seseorang yang melakukan prokrastinasi mengetahui bahwa tugas yang

dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi, dia menunda-nunda

untuk memulai mengerjakannya atau menunda-nunda dalam

menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan

sebelumnya.

b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas

0
M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi (Jogjakarta: AR-RUSMEDIA 2017)
Hal, 158-159.
23

Seseorang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih

lama dari pada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam

mengerjakan suatu tugas. Biasanya pelaku prokrastinasi lebih

menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara

berlebihan. Selain itu, juga melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan

dalam penyelasaian suatu tugas, tanpa menghitungkan keterbatas waktu

yang dimilikinya.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

Seorang prokrastinator mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu

sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Pelaku

prokrastinasi sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline

yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah

ditentukan sendiri. Seseorang mungkin telah merencanakan mulai

mengerjakan tugas pada waktu telah ditentukan sendiri. Akan tetapi,

ketika saatnya tiba dia tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang

telah direncanakan sehingga menyebabkan keterlambatan ataupun

kegagalan dalam menyelesaikan tugas secara memadai.

d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan

Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dari pada melakukan

tugas yang harus dilakukan. Seorang prokrastinator yang sengaja tidak

segera melakukan tugasnya. Akan tetapi menggunakan waktu yang dia

miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih

menyenangkan dan mendatangkan hiburan, seperti membaca koran,


24

majalah, atau buku cerita lainnya. Menonton, ngobrol, jalan-jalan,

mendengarkan musik, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dia

miliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikan.

Menurut Sokolowska berpendapat Prokrastinasi memiliki 4 aspek

yaitu:

a. Perilaku

Dimensi perilaku menekankan pada penundaan mengerjakan tugas

dengan cara menghindar dan memperlambat penyelesaian tugas. Oleh

karena itu, karakteristik perilaku prokrastinasiberkaitan dengan aksi

penundaan atau penghindaran. Seorang prokrastinator cenderung

mengalami kesulitan untuk melakukan hal-hal yang tidak disenangi dan

ketika mungkin untuk melakukan, akan menghindarinya. Ia lebih

cenderung untuk melakukan ha-hal yang disenangi.

b. Afektif

Dimensi afektif menekankan pada ketidaknyamanan yang dirasakan

individu. Secara khusus, dimensi ini berhubungan dengan kecemasan dan

kekhawatiran. Penundaan sebagai mekanisme jalan keluar dari tekanan

emosional yang diasosiasikan dengan tugas. Orang yang melakukan

penundaan juga rentan menderita kekhawatiran dan frustasi. Khusunya

sebelum atau sesudah batas waktu yang ditentukan. Selain itu, cenderung

bosan, suka mencari sensasi, dan aksi pemberontakan.

c. Kognitif
25

Dimensi kognitif menekankan kepada mengapa individu tetap

membuat keputusan untuk menunda meskipun mengetahui

konsekuensi negatifnya. Pendekatan secara kognitif membahas

ksenjangan untuk menunda di awal atau menyelesaikan suatu tugas.

Dimensi kognitif dari prokrastinasi melibatkan pertentangan antara niat

untuk menyelesaikan tugas. Dimensi kognitif juga melibatkan

kesulitan memprioritaskan suatu tugas, dan manajemen waktu yang

buruk.

d. Motivasi

Prokrastinasi juga bisa dilihat sebagai motivasi untuk tidak

menyelesaikan tugas. Termasuk di dalamnya persepsi individu akan

pentingnya tugas, manfaat, dan ketertarikan intrinsik yang melekat

dalam diri individu.

Beberapa penelitian secara umum menunjukkan bahwa siswa

yang melihat tugas sebagai hal yang tidak penting, tidak relevan

dengan tujuan utamanya, dan tidak tertarik terhadap tugas tersebut,

menunjukkan level prokrastinasi.0

4. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik yakni,

faktor internal dan eksternal. Dua faktor tersebut ialah sebagai berikut:0

1) Faktor Internal

0
Ibid 40. Hal 20-21.
0
Ibid, 165-166.
26

Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa yang

dapat memengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik

dan kondisi psikologis dari siswa.

a. Kondisi Fisik

Faktor dari dalam diri siswa yang dapat memengaruhi munculnya

prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan

siswa, Seperti fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan

memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan

prokrastinasi dari pada yang tidak..

b. Kondisi Psikologis

Menurut Millgram dkk, Trait kepribadian siswa yang turut

memengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait

kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat

kecemasan dalam hubungan sosial.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri siswa

yang memengaruhi prokrastinasi. Adapun faktor-faktor tersebut berupa

pengasuhan orangtua dan lingkungan yang kondusif.

a. Gaya pengasuhan orangtua

Ferrari dan Ollivete berpendapat bahwa tingkat pengasuhan otoriter

seorang bapak menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku

prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan,


27

sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif seorang bapak

menghasilkan anak perempuan yang bukan prokrastinator.

b. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih

banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan

dari pada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level

sekolah, juga apakah sekolah terletak pada desa ataupun di kota tidak

memengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang.

Ghufron dan Risnawati mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi prokrastinasi akademik adalah:

a. Faktor Internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

prokrastinasi akademik yang terdapat dalam diri individu sendiri.

Faktor-faktor tersebut adalah kondisi fisik dan kondisi psikologis

individu.

1) Kondisi Fisik Individu

Kondisi fisik individu dapat mempengaruhi timbulnya perilaku

prokrastinasi. Individu yang memiliki kondisi fisik dan

kesehatan kurang baik, misalnya mudah lelah, mudah terserang

penyakit dapat memiliki kecenderungan melakukan

prokrastinasi lebih tinggi.

2) Kondisi Psikologis Individu

Kepribadian turut andil dalam mempengaruhi perilaku

prokrastinasi. Misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin


28

dalam regulasi diri dan tingkat kecemasan dalam berhubungan

sosial. Struktur kepribadian individu dinyatakan dalam sifat-sifat

dan perilaku didorong oleh sifat-sifat (trait. Trait atau sifat

kepribadian merupakan organisasi psikologis yang ada dalam

setiap individu dan struktur kepribadian terdiri dari tipe

kepribadian yang merupakan gambaran mengenai sifat-sifat

individu

b. Faktor Eksternal Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yang

berasal dari luar individu sendiri. Fakto-faktor tersebut ialah

pengasuhan orangtua dan kondisi lingkungan yang rendah

pengawasan.0

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa

prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor

yang ada dalam diri individu dan faktor eksternal berupa faktor di luar

diri individu. Faktor tersebut dapat memunculkan perilaku prokrastinasi

maupun menjadi faktor kondusif yang akan menjadi katalisator sehingga

perilaku prokrastinasi akademik seseorang semakin meningkat dengan

adanya pengaruh faktor tersebut.

5. Bentuk Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi Menurut Santrock mempunyai banyak bentuk,

diantaranya:

a. Mengabaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan pergi

0
Ibid 40. Hal 18-19
29

b. Meremehkan kerja yang terlihat dalam tugas atau menaksir terlalu

tinggi kemampuan dan sumber-sumber seseorang.

c. Menghasilkan waktuberjam-jam untuk permainan komputer / internet.

d. Menipu diri-sendiri dengan alasan bahwa kinerja yang sedang atau

biasa dan buruk dapat diterima.

e. Melakukan subsitusi aktivitas yang berharga tetapi mempunyai

prioritas lebih rendah.

f. Meyakini penundaan kecil berulang-ulang adalah tidak merugikan.

g. Mendramatisir komitmen terhadap sebuah tugas dari pada

melakukannya.

h. Giat hanya pada bagian dari tugas, misalnya hanya menulis kembali

pada parargraf pertama, tetapi tidak pernah sampai pada pokok

pembahasan.

i. Menjadi lumpuh ketika dihadapkan pada dua alternatif yang harus

diselesaikan bersama-sama, sehingga hasil yang diperoleh adalah

sama-sama tidak optimal bahkan mungkin keduanya tidak

terselesaikan.0

B. Perilaku Menyontek

1. Definisi Perilaku Menyontek

Menyontek berasal dari kata sontek yang berarti melanggar, mencontoh,

yang artinya mengutip tulisan sebagaimana aslinya atau menjiplak.

0
Triyono Muh. Eksan Rifai, Efikasi diri dan regulasi Emosi dalam Mengatasi Prokrastinasi
Akademik,(Sukoharjo: Cv Sindunata, 2018) hal.16.
30

Menyontek atau kecurangan akademik adalah penggunaan segala

perlengkapan dari materi ataupun bantuan yang tidak diperbolehkan

digunakan dalam tugas-tugas akademik atau aktivitas yang mengganggu.

Kategori siswa yang melakukan perilaku menyontek menggunakan

catatan kecil saat ujian, menyontek dengan mendapat jawaban dari pihak lain

atau teman luar kelas atau luar sekolah, sengaja menyuruh orang lain

mengerjakan tugas ujian.

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa menyontek merupakan

kegiatan, tindakan, perbuatan, yang dilakukan secara sengaja dengan

menggunakan cara-cara yang tidak jujur atau curang untuk memalsukan hasil

belajar dengan memanfaatkan bantuan secara tidak sah pada saat ujian

berlangsung.0

Erik M. Andermawan dkk yang dikutip dari Dody Hartanto,

mendefinisikan bahwa perilaku menyontek dikelompokkan ke dalam tiga

kategori (1) memberikan, mengambil, atau menerima informasi. (2)

menggunakan materi yang dilarang atau membuat catatan dan, (3)

memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk

mendapatkan keuntungan dalam tugas akademik. Sementara itu, menurut

Athanosou dan Olasehi mengatakan bahwa perilaku menyontek adalah

kegiatan menggunakan bahan atau materi yang tidak diperkenankan atau

menggunakan pendampingan dalam tugas-tugas akademik yang bisa

0
Ibid 40. Hal 0-11
31

mempengaruhi hasil evaluasi dan penilaian. 0 Sehingga, perilaku menyontek

adalah suatu perbuatan siswa menjiplak atau meniru pekerjaan seseorang baik

dalam mengerjakan suatu tugas atau ujian tertentu.

Perilaku menyontek merupakan suatu upaya yang dilakukan peserta

didik untuk mendapatkan nilai yang bagus. Beberapa alasan adalah agar

mendapat pujian dari orangtua, guru, dan teman. Adapun alasan lain adalah

tidak siap dalam ujian, atau rasa tidak percaya diri dengan kemampuan diri

sendiri, kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, malas belajar, dan solidaritas

antar teman. Selain itu siswa juga memiliki persepsi bahwa prestasi itu adalah

sebuah keberuntungan dan mempresepsi menyontek merupakan hal yang

sudah biasa. Siswa yang terbiasa melakukan perilaku menyontek akan sangat

sulit untuk meninggalkannya karena sudah tidak ada lagi rasa takut di dalam

dirinya. Menyontek juga dapat dikatakan sebagai suatu tradisi atau kebiasaan

yang tak pernah hilang. Hal ini terjadi karena hasil ujian dan ulangan itu

merupakan salah satu kriteria yang dipakai pendidik atau pengajar dalam

menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.0

Dunia pendidikan perlu mengikis perilaku menyontek. Perilaku

menyontek merupakan perilaku yang menunjukkan ketidak jujuran. Ketika

ketidak jujuran berlanjut maka akan memberikan dampak

pada karakter peserta didik. Pendidikan sebagai sarana pembentuk intelektual

dan moral diharapkan bebas dari bentuk-bentuk praktek negatif seperti

0
Dedy Hartanto, “Bimbingan & Konseling Menyontek: Mengungkap Akar Masalah dan
Solusinya” (Jakarta: Indeks, 2012), 10-11
0
Erna Ariyani, “Perilaku menyontek Siswa Kelas IV Sekolah Dasar (Studi Kasus di Sebuah Sekolah
Dasar di Raman Utara)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Metro, 2020) 2-3
32

menyontek. Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan perilaku menyontek

masih marak dilakukan di lingkungan sekolah.0

Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan

selalu terkait dengan tes atau ujian. Ujian di adakan untuk mengetahui hasil

dari kegiatan belajar mengajar selama satu semester atau selama satu tahun

ajaran. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik

akan materi-materi yang telah diberikan. Semakin baik pemahaman seorang

peserta didik maka akan menunjukkan hasil ujian yang optimal juga. Setiap

orang pasti ingin mendapat nilai yang baik dalam ujian, dan sudah tentu

berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu.

Menyontek biasanya mengacu pada pelanggaran aturan disekolah

ataupun kampus yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pada situasi

yang penuh persaingan. Ketidak jujuran akademis terjadi di pendidikan dasar

hingga pendidikan tinggi, dari sekolah Dasar (SD) hingga strata 3 (S3),

terjadi di desa dan kota, di sekolah maju dan sekolah abal-abal, serta di

Indonesia dan di banyak negara lain.

Menurut Brait perilaku yang paling dijumpai dalam mencontek adalah

meminta informasi atau jawaban dari orang atau teman lain memberikan ijin

kepada orang lain untuk menyalin pekerjaan, menyalin tugas orang lain

(plagiarizing). Bentuk menyontek dengan menggunakan bantuan tekhnologi

dalam penelitian yang dilakukan oleh Mc Cabe (dalam Hartono) yang

0
Kiki Nurmayasari, “ Hubungan Antara Berfikir Dan Perilaku Menyontek Pada Siswa Kelas X SMK
Koperasi Yokyakarta, “ Jurnal Fakultas Psikologi Vol 3, no. 1 : 2015
33

menyatakan bahwa 74 persen siswa pernah menggunakan dan memanfaatkan

tekhnologi untuk menyontek. Siswa menyontek di dorong oleh keinginan

untuk mendapatkan nilai yang baik. Mereka berpikir bahwa dengan

mendapatkan nilai yang baik, mereka akan mendapatkan masa depan yang

baik.0

2. Bentuk Perilaku Menyontek

Adapun bentuk-bentuk dalam perilaku menyontek bermacam-macam

menurut Brandes Hetherimgton dkk, diantaranya yaitu: menyalin hasil

pekerjaan orang lain pada saat tes dilakukan, menyontek pada saat ujian

dilaksanakan dengan membawa catatan atau dengan cara-cara tertentu yang

telah disiapkan sebelumnya. Hal ini karena adanya kesempatan untuk

menyontek akibat lemahnya pengawasan saat ujian berlangsung.

Mengizinkan temannya untuk melihat jawaban yang telah dikerjakan (social-

passive) dan mencontoh jawaban dari teman baik sepengatahuan pemiliknya

atau tidak (social-active).0

Dawkisns, Robinson dkk, menyatakan bahwa seiring berkembangnya

zaman bentuk menyontek bisa dilakukan dengan menyalin tugas yang

diperoleh dari sumber internet. Praktik menyontek dimulai dari bentuk yang

sederhana sampai kepada bentuk yang canggih, Selain itu tampaknya juga

mengikuti perkembangan tekhnologi, artinya semakin canggih tekhnologi

yang dilibatkan dalam pendidikan semakin canggih pula bentuk menyontek

yang menyertainya.

0
Ibid 22. 1-2
0
Ibid, 17-19.
34

Bentuk-bentuk perilaku menyontek antara lain menyalin atau melihat

jawaban dari orang lain, mengizinkan orang lain untuk melihat atau menyalin

jawabannya, membuka buku secara sembunyi-sembunyi pada waktu ujian,

tukar menukar lembar jawaban, dan tidak mentaati aturan-aturan pada saat

ujian berlangsung.0

3. Aspek Perilaku Menyontek

Aspek menyontek diperoleh dari perilaku seseorang terdapat empat aspek

perilaku menyontek, yaitu sebagai berikut: 0

1. Perilaku (Behavior)

Perilaku (Behavior) yaitu spesifik yang nantinya akan diwujudkan pada

kontesk menyontek, perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan

merupakan bentuk-bentuk perilaku menyontek yaitu menggunakan

catatan jawaban sewaktu ujian atau ulangan, mencontoh jawaban siswa

lain, memberikan jawaban yang telah selesai kepada siswa lain dan

mengelak dari aturan-aturan.

2. Sasaran (Target)

Sasaran (Target) yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku objek yang

menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga

yaitu orang tertentu, sekelompok objek dan objek pada umumnya. Pada

konteks menyontek yang menjadi sasaran dapat berupa catatan, buku,

maupun teman.

3. Situasi (Situation)
0
Ibid 44. hal 10.
0
Erna Ariyani, “Perilaku Menyontek Siswa Kelas IV Sekolah Dasar (Studi Kasus di Sebuah
Sekolah Dasar di Raman Utara)”, (Skripsi, Institut Agama Islam Metro, 2020)
35

Situasi (Situation) yang mendukung untuk dilakukannya suatu perilaku

menyontek. Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya

perilaku. Pada konteks menyontek perilaku tersebut dapat muncul jika

siswa merasa berada dalam situasi mendesak. Misalnya: Diadakan

pelaksanaan ujian secara mendadak, materi ujian terlalu banyak atau

adanya beberapa ujian yang diselenggarakan pada hari yang sama

sehingga siswa kurang memiliki waktu untuk belajar. Situasi lain yang

mendorong siswa menyontek adalah jika siswa merasa perilakunya tidak

akan ketahuan, meskipun ketahuan hukuman yang diterimanya tidak

terlalu berat.

4. Waktu (Time)

Waktu (Time) yaitu waktu terjadinya yang meliputi waktu tertentu,

dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode, misalnya

waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, periode tertentu

(bulan tertentu) dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).

4. Faktor-Faktor Perilaku Menyontek

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menyontek

diantaranya:0

1. Faktor internal

Faktor internal dalam perilaku menyontek adalah kurangnya pengetahuan

dan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan menyontek atau

0
Ginanjar, Mukti Priaswandy, “Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Perilaku Menyontek Pada
Siswa Kelas XI DI SMA Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta” (Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta, 2015)
36

plagiarism, rendahnya self efficacy dan status ekonomi sosial. Faktor

internal lain adalah keinginan untuk mendapatkan nilai yang tingggi,

nilai moral (personal values), dimana siswa menganggap perilaku

menyontek sebagai perilaku yang wajar, kemampuan akademik yang

rendah, time management dan prokrastinasi.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang juga menyumbang terjadinya perilaku menyontek

adalah tekanan dari teman sebaya, tekanan dari orang tua peraturan

sekolah yang kurang jelas dan sikap guru yang tidak tegas terhadap

perilaku menyontek.

Salah satu alasan yang mendorong siswa menyontek adalah untuk

memuaskan harapan orangtua. Adapun Faktor laian yang mempengaruhi

perilaku menyontek yaitu:

a. Kurangnya efikasi diri atau kurang yakin dengan kemampuan yang

dimiikinya.

b. Tekanan terlalu besar yang diberikan ntuk hasil belajar berupa angka

dan nilai yang diperoleh siswa dalam tes.

c. Pendidikan moral , baik di sekolah, dirumah, kurang diterapkan

dalam kehidupan siswa.

d. Sikap malas yang tertanam dalam diri siswa sehingga tertinggal

dalam menguasai pelajaran dan tanggung jawab.

e. Belum mengerti arti pendidikan.0

0
Aulia syifa, “ Perilaku Menyontek Ditinjau Dari Efikasi diri dan Persepsi Mahaiswa Terhadap
Harapan Orangtua” (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018).
37

Menurut Thornburg malas belajar juga merupakan faktor penyebab

siswa menyontek, Karena kemalasan merupakan alasan utama yang

menjadikan siswa memiliki niat untuk menyontek. Siswa yang malas

belajar juga akan menimbulkan perilaku menunda-nunda untuk belajar

sehingga akan mendorong dirinya untuk menyontek, Perilaku menunda

menjadi gejala yang paling sering ditemui pada siswa yang menyontek.

Hartanto mengatakan siswa yang diketahui menunda-nunda pekerjaan

memiliki kesiapan yang rendah dalam mengahadapi ujian atau tes.

Pemberian tugas dari guru kepada siswa merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan pemahaman dan kesiapan siswa yang menunda-nunda

pekerjaan atau suatu tugas pada akhirnya akan mengalami ujian atau tes

yang dihadapi sehingga menyebabkan siswa menyontek.0

0
Ibid 31.
viii

viii

Anda mungkin juga menyukai