Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prokrastinasi Akademik
1. Pengertian Prokratinasi Akademik
Menurut Yong (2010) Prokastinasi Akademik adalah kecenderungan irasional
untuk menunda, memulai atau menyelesaikan tugas akademik. Tugas-Tugas
akademik yang biasa ditunda oleh peserta didik antara lain: menyusun laporan,
menyerahkan surat-surat berkaitan dengan persoalan akademik seperti
mengembalikan buku ke perpustakaan, mendaftar ujian, membayar uang sekolah dan
lain sebagainya.
Solomon dan Rothblum (1984) pun turut mengartikan prokrastinasi akademik
sebagai suatu penundaan yang dilakukan oleh individu terhadap tugas akademik yang
dianggap penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan
perasaan tidak nyaman secara subyektif yang dirasakan oleh individu yang
melakukannya.
Menurut Steel (2010) prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela yang
dilakukan oleh seseorang terhadap sebuah pekerjaan atau tugas meskipun dalam
melaksanakan penundaan ia tahu bahwa hal itu memiliki dampak atau efek buruk
pada masa depan.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli yang telah disebutkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik adalah kecenderungan seseorang untuk
menunda-nuda tugas akademik yang dilakukan secara segaja.
2. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik
Ferrari, dkk (1995) menyatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan,
prokrastinasi akademik dapat diukur dan diamati dalam ciri-ciri tertentu berupa:
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang
dihadapi Individu (prokrastinator/peserta didik) walaupun sudah tahu bahwa
tugas itu harus diselesaikan, namun ia tetap menunda untuk
menyelesaikannya. Bisa juga tugas itu sebenarnya sudah dikerjakan walaupun
belum tuntas, dalam hal ini procrastinator menunda- nunda untuk
menyelesaikannya sampai tuntas.
b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas: prokrastinator dalam mengerjakan
tugas memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang diperlukan
pada umumnya. Waktu yang dihabiskan berlebihan (terlalu banyak), baik
dalam mempersiapkan diri maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan
dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa memperhitungkan adanya keterbatasan
waktu. Perbuatan tersebut kadang-kadang mengakibatkan ia tidak berhasil
menyelesaikan tugasnya secara memadai. Ciri utama prokrastinator ini adalah
ia lamban dalam menyelesaikan suatu tugas akademik.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual: Prokrastinator ini
mempunyai kesulitan dalam menyelesaikan tugas sesuai waktu yang telah
ditentukan sebelumnya. Keadaan tersebut terjadi baik oleh orang lain maupun
oleh ketidakdisiplinan menepati rencana-rencana yang telah ditentukannya
sendiri
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas
yang harusnya dikerjakan: Prokrastinator dengan sengaja tidak segera
mengerjakan tugasnya, namun menggunakan waktu yang dia miliki untuk
melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan
mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita
lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik, dan sebagainya,
sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus
diselesaikannya.
3. Faktor-faktor Prokrastinasi Akademik
Menurut Ferrari & McCown (1995), faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya prokrastinasi akademik ada dua macam, yaitu faktor dari dalam individu
(internal) dan faktor dari luar individu (eksternal).
a. faktor internal
faktor internal yang berasal dari dalam diri sendiri yaitu kondisi fisik dan
psikologis individu :
1) Kondisi fisik
Kondisi fisik seseorang dapat memacu timbulnya prokrastinasi. Orang
dengan kondisi fisik yang kurang sehat maka ia akan cenderung malas
melakukan sesuatu. Sehingga ia memiliki alasan untuk menunda-nunda
pekerjaannya
2) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis ini termasuk pola kepribadian yang dimiliki individu
yang ikut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait
kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dan tingkat
kecemasan dalam berhubungan sosial.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prokrastinasi adalah gaya
pengasuhan orang tua, kondisi lingkungan yang rendah pengawasan (lenient)
serta kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir.
1) Gaya hidup pengasuhan orangtua
Hasil penelitian Ferrari & McCown (1995) menemukan bahwa tingkat
pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan
perilaku prokrastinasi yang kronis pada subyek penelitian anak wanita,
sedangkan tingkat pengasuhan otoritatif ayah menghasilan anak wanita
yang bukan prokrastinator
2) Kondisi lingkungan laniet(toleran )
Prokrastinasi banyak terjadi pada lingkungan yang rendah pengawasan
daripada lingkungan yang tinggi pengawasan.
3) Kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir Pada lingkungan
yang mendasarkan penilaian berdasarkan hasil akhir yang ditunjukkan
seseorang, tapi bukan penilaian yang didasarkan pada usaha yang
dilakukan seseorang akan menimbulkan prokrastinasi yang lebih tinggi
daripada lingkungan yang mementingkan usaha, bukan hasil akhir.
4. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik
Menurut Milgram (1991) aspek-aspek prokrastinasi akademik terdiri dari 4
hal, antara lain:
1) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas. Seseorang yang
melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera
diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan tetapi cenderung menunda-nunda
untuk mulai mengerjakanya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai
tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan sebelumnya
2) Keterlambatan dalam mengerjakan tugas atau kesenjangan waktu antara
rencana dan kinerja aktual. Seseorang yang melakukan prokrastinasi
cenderung memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang
dibutuhkan pada umunya dalam mengerjakanya suatu tugas. Individu yang
memiliki kecenderungan untuk menunda akan lebih lambat dalam
menyelesaikan tugas yang menyebabkan individu tersebut akan tergesagesa
dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga hasil akhirnya tidak
maksimal.
3) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Seseorang yang
melakukan prokrastinasi cenderung tidak segera mengerjakan tugasnya, akan
tetapi menggunakan waktu yang dimiliki untuk melakukan aktivitas lain yang
dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan , seperti membaca
(koran, majalah, atau buku cerita lainnya), menonton televisi, bermain vidio
game, mengobrol dengan teman dan jalan-jalan
4) Adanya emosi yang tidak menyenangkan. Individu berada dalam keadaan
emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan
bersalah, marah dan panik. Adanya kerisauan emosional yang timbul ketika
individu mengerjakan tugas yang ditunda.

B. Validitas, Reliabilitas, dan Daya Diskriminasi Aitem


1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi alat ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada
mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang di kehendaki
dengan tepat (Azwar, 2015). Sejalan dengan itu menurut Setyawan (2017) validitas
adalah derajat ketepatan atau kelayakan instrument yang digunakan untuk mengukur
apa yang akan diukur serta sejauhmana instrument tersebut menjalankan fungsi
pengukuranya.
Uji validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi
menurut Azwar (dalam Setyawan, 2017) merupakan validitas yang di estimasi lewat
pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat profesional judgment.
Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah sejauh mana isi tes
mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.
2. Reliabilitas
Menurut Azwar (2018) hasil dari suatu pengkuran yang bisa dipercaya
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek bisa
diperoleh hasil yang sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang
belum berubah dengan minimal memiliki skor reliabilitas 0,70. Untuk menguji
reliabilitas alat pengumpul data pada penelitian ini digunakan pendekatan konsistensi
internal dengan teknik alpha cronbach. Reliabilitas dinyatakan semakin mendekati
angka 1,00 menunjukkan semakin tinggi koefisien reliabilitas skala tersebut,
sebaliknya apabila skor mendekati angka 0,00 berarti skala tersebut memiliki reliabel
yang rendah.
3. Daya Diskriminasi Aitem
Menurut Azwar (2017), daya diskriminasi item merupakan kemampuan suatu
item untuk membedakan individu satu dengan individu lainnya berdasarkan atribut
yang diukur. Indeks diskriminasi akan dinilai bagus jika bernilai >3,0. Nilai
diskriminasi item dalam penelitian ini menggunakan perhitungan corrected item total
correlation.
Daftar Pustaka

Yong, F. L. (2010). A study on the assertiveness and academic procrastination of English and
communication students at a private university. American Journal of Scientific
Research, 9, 62-72.

Solomon, L.J.& Rothblum, E.D. (1984). Academic procrastination: frequency and cognitive-
behavioral correlates, Journal of Counseling Psychology, 31, 504-510.

Steel, P. (2007). The nature of procrastination: A meta analytic and theoretical review of
quintessential self regulatory failure. Psychological Bulletin,133(1), 65– 94.

Ferrari, J. R., Johnson, J.L. & McCown, W.G. (1995). Procrastination and task avoidance:
theory, research and treatment. New York: Plenum Press.

Milgram, N. 1991. Procrastination: encyclopedy of human biology. NewYork: Academic


Press.

Azwar, S. (2018). Reliabilitas dan validitas: edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2017). Metode penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai