Anda di halaman 1dari 13

PROKRASTINASI AKADEMIK

Dosen Pengampu: L. Abdurrachman Wahid, M.A.

DISUSUN OLEH
kelompok 10 :
KELAS : BKI/3C
NAMA : NIM.
 SITI RAEHANUN (210303082)
 SYARIFA SATIANA (210303093)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022/2023
1. Latar belakang

Mahasiswa sebagai bagian dari institusi pendidikan dituntut untuk mampu


mengembangkan berbagai potensi diri secara optimal, mereka selalu dihadapkan
pada tugas- tugas, baik yang bersifat akademik maupun non akademik.
Mahasiswa dituntut untuk dapat memenuhi tugas-tugasnya tersebut. Dalam
kenyataannya, mahasiswa seringkali menghadapi tugas-tugasnya tersebut
muncul rasa enggan atau malas untuk mengerjakannya. Rasa enggan tersebut
berasal dari kondisi psikologis yang dialaminya dan mendorongnya untuk
menghindari tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan. Gejala dari perilaku ini
dapat disebut sebagai prokrastinasi. Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan
untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan pekerjaan secara
keseluruhan, tetapi melakukan aktivitas lain yang tidak berguna (Azar, 2013).1

lstilah prokrastinasi pertama-tama dipergunakan oleh Brown &


Holtzman (1967) un tuk menunjuk pada suatu kecenderungan menunda-
nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Ellis & Knaus (1977)
meng gambarkan prokrastinasi sebagai "A failure to initiate or
complete a task or activity by a predetermined time". Sedangkan
Silver (dalam Green, 1982) berpendapat prokras tinasi lebih dari sekedar
kecenderungan, melainkan suatu respon mengantisipas1 tu gas-tugas yang
tidak disukai, atau karena tidak memadamya penguatan atau keyakm an
yang tidak rasional yang menghambat kinerja. Akibatnya,
kata Solomon & Roth blum {1984),’’..... to the point of expel1encing
subjective discomtorf. Prokrastinator sadar menghadapi tugas-tugas
yang bermanfaat dan panting bagi dirinya (prioritas utama}, dengan
sengaja menunda secara berutang ulang (kompulsif), hingga muncul
perasaan cemas dan perasaan bersalah (Ferran,Dari beberapa defmisi
yang telah dike mukakan di alas, isti1ah prokrastinasi yang digunakan
dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kegagaJan seseorang dalam
me ngerjakan tugas berupa kecenderungan hingga tmdakan menunda-
nunda memulai kinerja atau menyelesarkan sehingga meng hambat kinerja
dalam rentang waktu terba tas, yang akhirnya menimbulkan perasaan
tidak enak (cemas) pada pelakunya.2

A. Definisi prokrasrtinasi akademik


Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare (DeSimone,
disitat dalam Ferrari, Johnson, & McGown, 1995). Kata tersebut berarti
menunda hingga esok hari. Istilah ini tersusun dari istilah pro dan crastinus.
1
Jurnal psikologi pendidikan & konseling vol. 3, No. 2 desember 2017. Page 55-62
2
Pusat kendali dan efikasi-diri sebagai prediiktor terhadapprokrastinasi akademik mahasiswa, Afiani
rizvi, johana endang prawitasari, helly prajtno soetjpto, PSIKOLOGIKA No. 3 tahun ll 1997, hal 53.
Kata pro berarti “bergerak maju” sedangkan crastinus berarti “menjadi esok
hari”.3
Perilaku menunda menyelesaikan tugas- tugas penting dengan
mengalihkan ke tugas-tugas yang lebih menyenangkan atau sering disebut
dengan prokrastinasi, telah terjadi sejak zaman Mesir dan Yunani Kuno.
Bukti bahwa prokrastinasi telah terjadi sejak zaman Mesir dan
Yunani Kuno, salah satunya dapat dibuktikan dengan karya Hesiod di
tahun 800 SM. Karya tersebut mengecam perilaku menunda-nunda pekerjaan
yang menyebabkan banyak kegagalan (Steel & Ferrari, 2013). Tidak semua
perilaku menunda dapat dikatakan sebagai prokrastinasi.
Berdasar pada beberapa definisi prokrastinasi yang ada, dapat
disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda dalam memulai
atau menyelesaikan suatu tugas yang dilakukan dengan sengaja dan tidak
rasional serta memiliki dampak negatif kepada pelaku (Steel &
Klingsieck, 2016; Klingsieck, 2013; Zacks & Hen, 2018).
Prokrastinasi dapat terjadi dalam berbagai domain kehidupan seperti
kesehatan, keluarga, kegiatan rutinitas, pekerjaan dan akademik (Klingsieck,
2013). Prokrastinasi yang terjadi pada bidang akademik, disebut dengan
prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk
selalu atau hampir selalu menunda pengerjaan tugas-tugas akademik dan
selalu atau hampir selalu mengalami kecemasan yang mengganggu terkait
dengan prokrastinasi akademik yang dilakukan (Ferrari,2010; Klingsieck,
2013; Steel & Klingsieck, 2016). Meskipun prokrastinasi telah terjadi sejak
zaman Mesir dan Yunani Kuno, sampai sekarang masalah tersebut masih
banyak terjadi dalam bidang akademik, bahkan banyak terjadi pada
mahasiswa sarjana dan pasca sarjana (Klassen et al., 2010). Artinya
prokrastinasi akademik tidak memandang status dan tingkat pendidikan
(Burka & Yuen, 2008), sehingga dapat terrjadi pada siapa saja. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa sekitar 70% mahasiswa di Perguruan Tinggi
cenderung melakukan penundaan secara teratur (Klingsieck, 2013).
Penelitian lainnya menyebutkan sebanyak 80% mahasiswa di Perguruan
Tinggi telah melakukan prokrastinasi akademik (Steel & Ferrari, 2013).
Prokrastinasi akademik juga banyak dilakukan oleh mahasiswa di Indonesia.
Penelitian Purnama, (2014) menemukan bahwa dari 275 mahasiswa Fakultas
Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya,12% melakukan prokrastinasi
akademik dalam kategori rendah, 62% dalam kategori sedang dan 21%
3
Anima Indonesian psychological journal 2007, vol. 22, No, 352-374
dalam kategori tinggi. Bahkan penelitian Huda (2015) menemukan sebanyak
78,5% mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga melakukan
prokrastinasi akademik. Penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti
kepada 500 mahasiswa Universitas ter-akreditasi A di Surabaya menemukan
se- banyak 73% mahasiswa menunda me- ngerjakan tugas menyusun
makalah, 76,8% mahasiswa menunda tugas membaca buku atau referensi,
61,8% mahasiswa menunda belajar, 54,4% mahasiswa menunda
menyelesaikan administrasi akademik, dan 56,8% mahasiswa menunda
atau terlambat masuk kelas (Suhadianto,2019).4
B. Faktor penyebab prokrastinasi akademik
Ada beberapa faktor internal dan eksternal penyebab prokrastinasi akademik,
sebagai berikut:
a. Faktor internal penyebab prokrastinasi akademik dapat dikategorikan ke
dalam beberapa jenis, yaitu:
1) persepsi terhadap tugas
Pada kategori ini menilai waktu pengumpulan tugas yang masih
lama dan menilai tugas terlalu sulit menjadi factor penyebab yang paling
banyak dialami oleh mahasiswa/peserta didik.
2) Persepsi terhadap mata kuliah
Tidak menyukai mata kuliah dan kurangnya pemahaman tentang tujuan
mempelajari mata kuliah tertentu, yang bisa menyebabkan prokrastiasi
akademik.
3) Afektif
Perasaan cemas terhadap pelajaran dan stress juga menjadi penyebab
prokrastinasi akademik.
4) Kognitif (Misalnya sulit utuk berkonsentrasi).
5) Keperibadian (Seperti misalnya rasa malas).
6) Keterampilan diri ( seperti manajemen waktu yang rendah).
7) Fisik ( seperti kelelahan).
8) Kehendak (seperti motivasi yang rendah)
9) Melakukan kegiatan yang lebih menyenangkan ( seperti menonton tv,
bermain smartphone, dll).
10) Melakukan kegiatan yang lain yang positif ( seperti menyalurkan hobi).

b. Faktor eksternal penyebab prokrastinasi akademik, sebagai berikut:


4
Jurnal RAP UNP, vol. 10,No. 2, November 2019, hal.204-223,
1) faktor dosen ( seperti dosen memberikan tugas terlalu banyak, dosen
kurang menyenangkan, dosen kurang memberikan penjelasan).
2) faktor lingkungan akademik ( seperti teman yang suka menunda-nunda
tugas dan teman yang kurang bisa berkerja sama).
3) Institusi (seperti regulasi kampus yang terlalu longgar dan kurangnya
referensi di perpustakaan).
C. Ciri-ciri, jenis, dan akibat/Dampak prokrastinasi akademik
1. Ciri-ciri Prokrastinasi Akademik
Ciri-ciri perilaku prokrastinasi akademik antaralain:
a) Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang
dihadapi.
b) Keterlambatan dalam Mengerjakan Tugas.
c) Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja actual.
d) Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada
melakukan tugas yang harus dikerjakan.

2. Jenis-jenis Tugas Akademik


Jenis-jenis tugas akademik yang ditunda mahasiswa meliputi:

1) Tugas menulis makalah

2) Tugas belajar untuk menghadapi ujian

3) Tugas membaca

4) Tugas administrative

5) Tugas menghadiri pertemuan

6) Kinerja akademik secara keseluruhan

3. Akibat/dampak Prokrastinasi Akademik

Akibat dari prokrastinasi akdemik antara lain yaitu banyak waktu yang
terbuang sia-sia, tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan
hasilnya tidakmaksimal. Selain itu juga dapat mengakibatkan
seseorang kehilangan kesempatan dan peluang yang akan datang, bila
perilaku ini terus di ulang. Kemudian jugaperforma akademik yang
rendah, stres, kecemasan, menghambat kebahagiaan, panik, mempengaruhi
kesehatan dan produktivitas, terlambat, membuat sulit mengatur waktu,
serta sulit mencapai keinginan yang diinginkan, penyesalan, putus asa, dan
menyalahkan diri sendiri.5

4. contoh kasus prokrastinasi akademik.


Contoh nyata dari salah seorang teman saya, sebut saja namanya nur, ia
adalah mahasiswa perempuan yang berusia 19 tahun dan berada pada semester 3
dengan indeks prestasi kumulatif 3,69. Mahasiswi ini merasa sering
melakukan prokrastinasi dalam kegiatan akademik. Tugas yang paling sering
ditunda adalah tugas membuat makalah. Penundaan itu disebabkan karena
ketidakyakinan akan kemampuannya dan keyakinannya akan muncul jika dia
melihat dulu pekerjaan tugas temannya untuk memperoleh gambaran dalam
mengerjakan tugas. Pola prokrastinasinya adalah mengerjakan tugas sehari
sebelum batas waktu akhir pengerjaan. Aktivitas yang banyak dilakukan
sehingga menjadi prokrastinator adalah bermain dengan teman, asik chatingan
dengan doi, dan lebih banyak rebahan atau tidur. Ia selalu berfikir ”ah masih ada
hari esok. kalau bisa dikerjakan hari esok kenapa harus hari ini?” pikiran
semacam ini juga yang membuat ia menunda-nunda untuk menyelesaikan tugas
perkuliahannya. Prokrastinasi yang dia lakukan sudah dia rasakan mengganggu
dirinya sehingga dia ingin melakukan perubahan agar tidak melakukan
prokrastinasi lagi. Usaha yang dia lakukan untuk mengurangi prokrastinasinya
adalah mencoba mengurangi penundaaan dan mengerjakan secara bertahap tugas-
tugas yang mudah terlebih dahulu namun cara ini hanya berhasil pada tugas-
tugas tertentu saja. Penyebab prokrastinasinya adalah kurang yakin dengan
format tugas yang akan dibuat sehingga harus menunggu teman yang lain
mengerjakan dan mencontohnya sehingga sangat tergantung dengan waktu teman
mengerjakan tugas. Akibatnya dia merasa cemas dan tidak tenang karena tugas
belum dikerjakan dan kualitas tugas menjadi buruk karena dikerjakan terburu-
buru dan seadanya saja.

5. psikoterapi .
SFBT (Solution Focused Brief Therapy)
SFBT merupakan bentuk terapi singkat yang dibangun di atas kekuatan
konseli dengan membantunya memunculkan dan mengkonstruksikan

solusi pada problem yang dihadapinya. 6 SFBT merupakan teknik konseling


5
Jurnal BK UNESA. Volume 04 Nomor 03 tahun 2014, 1-8.
6
Stephen Palmer, konseling dan psikoterapi, (Yogyakarta,Pustaka Pelajar, Cet. II, 2016), hlm. 589
yang dipelopori oleh Steve de Shazer, Insoo Kim Berg (dkk). Dalam beberapa
literature pendekatan Solution Focused Brief Therapy juga disebut sebagai terapi
Konstruktivis (Constructivist Therapy), terapi berfokus solusi (Solution Focused
Therapy), selain itu juga disebut konseling singkat berfokus solusi.

Tujuan terapi ini adalah untuk;


a. Mengidentifikasi dan memanfaatkan sepenuhnya kekuatan
dan kompetensi yang dibawa konseli;

b. Memampukan konseli mengenali dan membangun


perkecualian- perkecualian pada masalah, yaitu saat-saat
ketika konseli telah melakukan (memikirkan, merasakan)
sesuatu yang mengurangi atau membatasi dampak masalah.

c. Menolong konseli berfokus pada hal-hal yang jelas dan spesifik


yang mereka anggap sebagai solusi masalah. 7

Model Bimbingan dan Konseling Islam SFBT


untuk menyembuhkan perilaku prokastinasi mahasiswa
dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Pra-sesi terapi

Tahap ini dilakukan untuk menjelaskan mengenai


prosedur bimbingan dan konseling Islam SFBT dan tujuan
pelaksanaan masing-masing sesi tahapan, mengidentifikasi
dan menganalisis perilaku prokrastinasi masing-masing
mahasiswa, serta menetapkan tujuan (goals) dari proses
konseling. Dalam pra sesi ini dijelaskan pentingnya konselor
dan konseli terlebih dahulu mengucapkan basmallaah
memohon pertolongan Allah dan senantiasa bersyukur
alhamdulillaah sebagai bentuk kepasrahan kepada Allah Swt.

2. Intervensi

7
Ibid,hlm. 556
Intervensi yang dilakukan pada praktik SFBT islami
pada prinsipnya sama dengan praktik SFBT menurut Bill
O’Connell, 8 meliputi :

a. Perubahan pra sesi

Konseli diminta untuk mengamati perubahan yang


terjadi diwaktu antara perjanjian dan sesi pertama
dengan cara menanyakan perubahan-perubahan pada awal
sesi terapi dan harapan-harapan yang diinginkan peneliti,
pembahasan mengenai masalah yang dialami subyek
penelitian dan kemungkinan teratasinya masalah tersebut

di kemudian hari. ‘Awal yang cepat’ ini membantu

mempercepat proses konseling dilakukan dengan


waktu singkat dan memberdayakan konseli karena
perubahan terjadi tanpa bantuan konselor.

b. Pencarian perkecualian

Sebelum mencari perkecualian, konselor


meminta konseli menganalisa tindakan prokrastinasi
yang telah dilakukan agar konseli mulai menyadari
bahwa tindakannya tersebut akan berakibat buruk bukan
hanya untuk dirinya tetapi juga pihak-pihak lain. Baru
kemudian mengeksplorasi situasi yang menjadi
pengecualian (exceptions) dari apa yang sedang ia alamai
saat itu, yaitu saat-saat ketika problem belum muncul.
Situasi yang dimaksud adalah situasi dimana
masalah tersebut saat itu bisa efektif dikelola dengan
baik. Misalnya dengan meminta konseli menceritakan
peristiwa- peristiwa sulit yang sanggup dihadapi oleh
dirinya sendiri sebelum mengalami masalah prokrastinasi.

c. Pencarian kompetensi

8
Stephen Palmer, konseling dan psikoterapi……hlm. 559
Pada tahap ini konselor mengidentifikasi
dan menegaskan sumber daya, potensi, kekuatan dan
kualitas konseli yang bisa digunakan untuk memecahkan
masalah. Konselor meminta konseli mencatat atau
menceritakan kegiatan atau tugas-tugas apa yang pernah
dikerjakan oleh konseli dan hasilnya memuaskan.
Konselor juga meminta konseli untuk menceritakan
dan mencatat mekanisme pengerjaan tugas atau
kegiatan yang telah berhasil dikerjakan dengan baik oleh
konseli.

d. Pertanyaan mukjizat (miracle quoestion)

Inilah intervensi pokok yang biasanya digunakan


dalam sesi pertama namun bisa muncul kembali pada sesi-
sesi selanjutnya. Pertanyaan ini berorientasi masa depan
yang berupaya membantu konseli menggambarkan
sedetail mungkin akan seperti apa kehidupannya begitu
masalahnya terpecahkan dan dikelola dengan baik.

Dalam tahap pertanyaan mukjizat yang


dilaksanakan di STAIS Majenang, konselor terlebih
dahulu melakukan bimbingan spiritual agama islam
dengan menjelaskan ayat- ayat dan hadits yang
mengandung isi tentang motivasi masa depan yang serta
peluang mendapatkan anugerah dan mukjizat dari
Allah berupa pertolongan kepada konseli agar dapat
mengatasi masalahnya sekarang. Bahwa bagi Allah Swt,
tidak ada yang tidak mungkin teratasi jika konseli
tersebut mau berusaha dan berdo’a memintanya. Lalu
konselor memberikan pertanyaan kepada konseli seputar,
“Apa yang akan terjadi bila mukjizat pertolongan Allah
benar-benar datang untuk konseli?”. Lalu, “bagaimana
perasaan konseli seketika masalah telah terselesaikan berkat
usaha gigih dan tidak putusnya harapan akan datangnya
pertolongan Allah Swt kepada konseli?”. Pertanyaan
mukjizat akan mengarahkan konseli agar menyadari
bahwa manusia diwajibkan untuk berikhtiar,
kelemahan yang ada pada dirinya bukan untuk terus
menerus disesali.

Tahapan ini menjadi sangat penting karena bisa


sangat memungkinkan konseli bangkit melampaui
pikiran yang terbatas dan negatif, sehingga dia bisa
mengembangkan sendiri solusi unik sesuai imajinasi
harapannya. Dan konselor membantu klien
mengembangkan jawaban pada pertanyaan mukjizat
dengan menyimak secara aktif, merespon dan empati.
Disinilah konsep bimbingan dan konseing islam itu
dilaksanakan.

e. Penggunaan skala (scaling)

Konselor menggunakan skala 0-10 untuk konseli.


10
melambangkan pagi setelah mukjizat dan 0
melambangkan problem terburuk atau apa yang
dirasakan konseli sebelum menghubungi layanan
konseling. Tujuannya adalah untuk membantu konseli
menetapkan tujuan kecil, mengukur kemajuan dan
menetapkan prioritas untuk tindakan. Scaling adalah
perkakas praktis yang bisa digunakan klien diantara sesi-
sesi terapi. Penggunaan angka dalam scaling bersifat
arbitrer, hanya konseli yang benar-benar tahu maknanya.

i. Pembingkaian kembali.
Teknik ini bertujuan untuk membantu
konseli menemukan cara lain untuk memandang masalah,
cara yang sama-sama validnya dengan cara lain,
namun menurut konselor bisa meningkatkan peluang
klien dalam mengatasi masalah.

3. Penutupan sesi

Mendekati akhir sesi, konselor memuji dan


memotivasi konseli tentang hal-hal yang dilakukan, dipikirkan
dan dikatakan konseli. Selanjutnya konselor memberikan
kuisioner post test, dan menutup sesi dengan sujud syukur
bersama-sama sebagai ungkapan rasa syukur dan
optimisme dalam menjalani kehidupan yang lebih baik lagi.9

D. KESIMPULAN

SFBT islami merupakan pendekatan komprehensif dalam


bimbingan dan konseling untuk membantu perilaku
prokrastinasi. Inti dari pendekatan ini adalah mendorong
konseli memfokuskan energinya untuk menemukan solusi
bukan menghabiskan energi pada masalahnya. Esensi SFBT
terletak pada solution focused tahapan intervensi berupa
pertanyaan mukjizat (miracle question), dimana tahapan ini
konseli diarahkan untuk menemukan keajaiban solusi yang
berasal dari petunjuk Allah swt; Berkeyakinan bahwa bagi
Allah, tidak ada yang tidak mungkin jika manusia mau
berusaha; Senantiasa menggali hikmah dan meyakini peran
penting Allah swt dalam semua aspek kehidupan.

9
Jurnal edukasi vol 2,Nomor2, july 2016
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal psikologi pendidikan & konseling vol. 3, No. 2 desember 2017. Page 55-62
Pusat kendali dan efikasi-diri sebagai prediiktor terhadapprokrastinasi akademik
mahasiswa, Afiani rizvi, johana endang prawitasari, helly prajtno soetjpto,
PSIKOLOGIKA No. 3 tahun ll 1997, hal 53.
Anima Indonesian psychological journal 2007, vol. 22, No, 352-374
Jurnal RAP UNP, vol. 10,No. 2, November 2019, hal.204-223,
Jurnal BK UNESA. Volume 04 Nomor 03 tahun 2014, 1-8.
Stephen Palmer, konseling dan psikoterapi, (Yogyakarta,Pustaka Pelajar, Cet. II,
2016), hlm. 589
Ibid,hlm. 556
Stephen Palmer, konseling dan psikoterapi……hlm. 559
Jurnal edukasi vol 2,Nomor2, july 2016

Anda mungkin juga menyukai