LANDASAN TEORI
Prokrastinasi akademi
berawalan pro memliki arti mendorong maju atau bergerak maju dan berakhiran
crastinus yang memiliki arti keputusan hari esok. Jika digabungkan berarti
kebiasaan menunda mengerjakan tugas yang tidak memiliki tujuan dan proses
penghindaran tugas yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Hal ini terjadi karena
adanya ketakutan untuk gagal dan pandangan bahwa segala sesuatu harus
dilakukan dengan benar. Penundaan yang telah menjadi respon tetep atau
pada hal tertentu saja atau pada semua hal, sedangkan jenis-jenis tugas yang
1) hampir selalu atau selalu menunda tugas akademik, dan 2) hampir selalu atau
dan tidak sesuainya adegan kinerja, khususnya dalam persiapan. Perilaku lain
digunakakan oleh para ahli. Prokrastinasi akademik adalah penundaan pada tugas
akademik penundaan tugas sehari-hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial,
tugas kantor, dan sebagainya. 8 Beswick & Mann (1994) mengartikan prokratinasi
ketika menghadapi ujian tengah semester, akhir semester atau kuis, 3) membaca,
menunda membaca buku, jurnal, referensi yang berkaitan dengan tugas akademik,
Menurut Ferrari dkk 1995 (dalam Ghufron, 2003: 39) faktor-faktor yang
A. Faktor Internal
yaitu:
prokrastinasi
prokrastinasi.
B. Faktor eksternal
2. kondisi lingkungan
Adapun menurut Biordi (dalam Hannah, 2023: 34) faktor yang mempengaruhi
1. karakteristik tugas
menyelesaikan tugas.
3. faktor situasional
gangguan atau distraksi lingkungan akan mempengaruhi individu
akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaktu faktor internal dan
eskternal. Faktor eksternal, yaitu faktor dari dalam diri individu yang meliputi
kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik dan kesehatan yang mempengaruhi 10
akademik, selain itu faktor kontrol diri yang rendah juga turut mempengaruhi
prestasi rendah (Burka & Yuan, 1983; Ferarri et al. 1995; Knaus, 1998; Tice
Spencer, 1979; Solomon & Rothblum, 1986), rendahnya kehadiran dan putus 11
konsekuensi seperti ini. Sebagai contoh, Pychyl, Morin, dan Salmon (2000)
menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam indeks prestasi belajar
antara siswa yang mengalami prokrastinasi dan tidak. Menurut Mochec dan
emosional. Termasuk konsekuensi konkrit adalah (a) missed deadline, (b) lost
opportunities, (c) lost income, (d) lower productivity, (e) waste of time, dan (f)
prokrastinasi adalah (a) lower morale, (b) heightened stress, (c) frustration and
Kontrol diri
Aspek-Aspek Kontrol Diri Kontrol diri adalah upaya mengesampingkan
atau menghambat reaksi otomatis, kebiasaan, atau perilaku yang dibawa sejak
pencapaian tujuan besar dan jangka panjang (Ramdhani, 2018). Ghufron (2016)
kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, kontrol diri juga
sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan
lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi
perasaannya.
positif. Messina & Messina (Gunarsa, 2009), menyatakan bahwa kontrol diri
adalah seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri
mampu pada diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh
perasaan dan pikiran rasional, serta seperangkat tingkah laku yang terfokus pada
mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah laku dan tingkah laku
dapat dikontrol melalui berbagai cara yaitu menghindar, penjenuhan, stimuli yang
tidak disukai, dan memperkuat diri. Lazarus (Thalib, 2010) menjelaskan bahwa
untuk menyatukan perilaku yang telah disusun guna meningkatkan hasil dan
bahwa kontrol diri merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu
yang ingin dilakukan tanpa terhalangi baik oleh rintangan maupun kekuatan yang
disimpulkan bahwa kontrol diri adalah suatu aktivitas dalam pengendalian tingkah
laku, pola pikir, sebelum melakukan suatu tindakan. Pengendalian tingkah laku
Secara umum, kontrol diri dibedakan atas tiga kategori utama berdasarkan
seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu
mempengaruhi kontrol diri secara garis besar terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal :
1. Faktor Internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin
seseorang itu.
2. Faktor Eksternal
diri seseorang.
Elkind dan Weiner Dini (2008) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kontrol diri
individu yaitu:
1. Pola asuh, bahwa sebagian besar pertimbangan sosial kontrol diri ini bentuk
2. Faktor kognitif Individu tidak dilahirkan dalam konsep yang benar dan salah
terjadi selama masa pra sekolah dan masa kanak-kanan secara bertahap dapat
lebih besar.
yang positif dengan kontrol diri, karena seseorang yang memiliki tingkat
religius yang tinggi percaya bahwa setiap tingkah laku yang mereka lakukan
monitoring yang tinggi dan pada akhirnya memunculkan kontrol diri dalam
dirinya.
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini berdasarkan
METODE PENELITIAN
adalah metode penelitian tradisional, karena metode ini sudah cukup lama
Metode ini disebut sebagai metode posivistik karena berdasarkan pada filsafat
positivisme, metode ini sebagai metode ilmiah/ scientific karena telah memenuhi
sistematis. Metode ini juga disebut discover, karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut kuantitatif
statistika, semua variabel yang terlibat harus diidentifikasi dengan jelas dan
terukur. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
Variabel yang akan diuji pengaruhnya dalam penelitian ini adalah variabel
dependen (Y), dimana variabel ini yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
dari adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
akademik.
Definisi operasional
Prokrastinasi
dapat menimbulkan hal yang negatif, karena melakukan penundaan pada tugas
scale (PPS). Skala PPS ini merupakan ekstraksi tiga skala prokrastinasi yaitu
(Steel, 2010).
Kontrol diri
kontrol diri merupakan kemampuan individu dalam mengatur,
mengendalikan, membimbing dan mengarahkan baik dari dalam diri maupun dari
luar individu, yang bertentangan dengan tingkah laku. Seseorang yang memiliki
kemampuan dalam mengontrol diri akan mampu menggunakan akal sehat, tetap
2012)
3.3.1 Populasi
jumlah penduduk. Dalam metode penelitian kata populasi amat populer dipakai
nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya (Siregar, 2015). Sedangkan Sugiyono
(2015) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi,
kelompok subjek tersebut harus memiliki beberapa ciri atau karakteristik bersama
yang membedakannya dengan kelompok subjek yang lain. Populasi dalam
Subjek pada sampel adalah sebagian dari subjek populasi, dengan kata
lain sampel adalah bagian dari populasi. Setiap bagian dari populasi merupakan
sampel, terlepas dari apakah bagian itu mewakili karakteristik populasi secara
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel merupakan bagian dari populasi, sehingga harus memiliki ciri-
ciri yang yang dimiliki oleh populasinya. Agar hasil penelitian pada sampel dapat
sebagian populasi saja yang akan diambil dan dipergunakan untuk menentukan
kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan
tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil
jumlah sampel yang diperlukan dan sebaliknya semakin kecil tingkat kesalahan,
maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber
data. Proses pengambilan sampel dari suatu populasi dapat dibedakan menjadi dua
kategori yang sering disebut dengan teknik pengambilan sampel (Siregar, 2015).
digunakan dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini teknik sampling yang
digunakan oleh peneliti adalah probability sampling dengan jenis simple random
sampling.
anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini
penentuan jumlah sampel yang dilakukan oleh peneliti berdasar atar saran yang
dikemukakan oleh Roscoe (dalam Sugiyono, 2015) bahwa ukuran sampel yang
layak dalam penelitian adalah antara 50 sampai dengan 150. Jumlah responden
masalah yang sedang di teliti atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan
(Siregar, 2015). Pendapat lain dari Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa metode
terkait variabel yang akan diteliti. Kuisioner dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan yang terbuka atau tertutup, dapat diberikan kepada responden secara
Instrumen Penelitian
digunakan untuk mengatur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu
instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat
menghasilkan data yang valid dan reliabel apabila instrumen tersebut tidak
Instrument yang digunakan oleh peneliti adalah alat ukur berupa skala.
yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran ini, nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat
dinyatakan dalam bentuk angka. Bentuk skala pengukuran yang digunakan dalam
Siregar (2015) mendefinisikan bahwa skala Likert adalah skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu
objek atau fenomena tertentu. Variabel yang akan diukur dijabarkan dari variabel
menjadi dimensi, dari dimensi menjadi indikator, dan dari indikator dijabarkan
tolak ukur untuk membuat suatu pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh
responden.
Bentuk Pernyataan
Favourable Unfavourable
berdasarkan empat aspek yang dikemukakan oleh Haber & Runyon (1984) yaitu,
aspek kognitif, aspek motorik, dan aspek somatik, dan aspek afektif.
mempunyai arti sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan
variabel yang diukur seperti yang dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut.
dikehendaki dengan tepat. Sisi lain yang terdapat dalam pengertian validitas
adalah aspek kecermatan pengukuran yang mana suatu hasil ukur disebut valid,
tidak sekedar merupakan data yang tepat menggambarkan aspek yang diukur akan
tetapi juga memberikan gambaran yang cermat mengenai variabel yang diukur.
Sugiyono (2015) menyatakan instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Hasil penelitian yang
valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Pengujian validitas dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu validitas konstrak, validitas isi, dan validitas eksternal.
Jenis validitas yang digunakan di penelitian ini adalah validitas konstrak.
Uji validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
kelayakan atau relevansi isi tes melalui rasional oleh panel yang berkompeten atau
melalui expert judgment (Azwar, 2017). Uji validitas isi dalam penelitian ini
Pertimbangan tersebut diperoleh dari item-item yang layak digunakan sebagai alat
ukur.
Semua alat ukur yang dinyatakan benar-benar valid ketika nilai koefisien
korelasi mencapai > 0,03 (Azwar, 2015). Salah satu cara yang bisa dilakukan
dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada
pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di. Apabila terdapat
kesamaan antara kriteria dalam instrument dengan fakta di lapangan, maka dapat
Pengujian validitas item alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total item dengan
bivariate dengan bantuan SPSS (Statistic Product and Several Solution) 23.0 for
Windows. Apabila item yang memiliki indeks daya dikriminasi sama dengan atau
lebih besar dari pada 0,30 jumlahnya melebihi jumlah item yang direncakan untuk
dijadikan skala, maka kita dapat memilih item-item yang memiliki indeks daya
atau paling tidak disarankan 0,20, maka jumlah item yang diinginkan tidak
hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Suatu pengukuran yang mampu
pengukuran yang reliabel. Pengukuran yang hasilnya tidak reliabel tentu tidak
dapat dikatakan akurat karena konsistensi menjadi syarat bagi akurasi. Uji
apabla dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
dilakukan dengan mencoba alat ukur satu kali pada individu yang dianggap
homogen, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu koefisien Alpha Cronbach dengan
Skor Klasifikasi
Herawati dan Edi (2016) menjelaskan bahwa uji asumsi adalah persyaratan
statsitik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier sederhana dan berganda
yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak
atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi harus dilakukan pada
a. Uji Normalitas
Susanto dan Sugiyono (dalam Herawati dan Edi, 2016) uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang
Smirnov untuk mengetahui distribusi data pada tiap-tiap variabel normal atau
tidak. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah jika nilai
signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal dan apabila nilai signifikansi <
b. Uji Linieritas
Herawati dan Edi (2016) menyatakan bahwa secara umum uji linieritas
uji linieritas adalah jika nilai signifikansi > 0,05 maka hubungan antara variabel X
dengan Y adalah linier dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka hubungan antara