Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR PENGAJUAN JUDUL DAN DESAIN PENELITIAN SKRIPSI

FAKULTAS USHULUDDIN IAIN KEDIRI

Nama : Fatimatuz Zahro


Dosen pembimbing : Luthfi Atmasari, M.Psi, Psi
NIM/Prodi : 933406718/Psikologi Islam
ACC, 30/12/21
No. telepon : 0813-3049-3520
Kaprodi PSI

Dr. Rini Risnawita S, M.Si

Hubungan antara Self Efficacy dengan Quarter Life Crisis pada Pengurus PMII Rayon
:
“Aufklarung” Saka Negara Tahun 2021
Judul

Variabel/Kata
: Pengurus Rayon, Self Efficacy, Quarter Life Crisis
kunci
Latar Belakang
: (Minimal 500 kata, diketik di halaman/lampiran berikutnya)
Masalah
1. apa saja yang menjadi faktor-faktor pengurus rayon mengalami Quarter Life Crisis?
Pertanyaan/
2. apakah terdapat hubungan antara Self Efficacy dengan Quarter Life Crisis
Masalah :
Penelitian
3.

Penelitian : 1. Penelitian terdahulu pertama yang dilakukan oleh Tika Silvianingrum pada tahun
Terdahulu 2021 yang berjudul “Hubungan Self-Efficacy dan Academic Burnout Dimasa
Pandemi pada Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas
Widya Dharma Fase Quarter Life Crisis”. Permasalahan yang dibahas pada
penelitian tersebut adalah bagaimana hubungan antara self-efficacy dan academic
burnout dimasa pandemi pada mahasiswa Teknik Informatika Universitass Widya
Dharma fase quarter life crisis.

Hasil dari penelitian tersebut ialah adanya hubungan negatif yang signifikan yang
terjadi antara self-efficacy terhadap academic burnout pada mahasiswa Teknik
Informatika Universitas Widya Dharma fase quarter life crisis. Dalam artian
semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki oleh mahasiswa maka academic burnout
yang dialami mahasiswa relatif rendah, sebaliknya apabila self-efficacy yang
dimiliki mahasiswa rendah maka academic burnout yang dialami mahasiswa akan
semakin tinggi

2. Penelitian terdahulu kedua yang dilakukan oleh Risna Amalia, Suroso, dan Niken
Titi Pratitis pada tahun 2019 dengan judul “Psychological Well Being, Self-
Efficacy dan Qquarter Life Crisis pada Dewasa Awal”. Populasi yang digunakan
pada penelitian ini adalah individu rentang usia 23-29 tahun di Dusun Menganti ,
Kab. Gresik.

Hasil dari penelitian tersebut ialah terdapat korelasi yang signifikan antara
Psychological Well Being dan self-efficacy dengan quarter life crisis . hal ini di
tunjukkan dengan adanya dua variabel bebas baik pyschological well being dan
self efficacy memiliki korelasi yang signifikan dengan quarter life crisis sebagai
variabel terikat.

3. Penelitian terdahulu ketiga yang dilakukan oleh Muahmmad Abdullah Sujudi pada
tahun 2020 dengan judul “Eksistensi Fenomena Quarter Life Crisis pada
Mahasiswa Semester Akhir Universitas Sumatera Utara”. Permasalahan yang
dibahas pada penelitiana tersebut adalah bagaimana eksistensi fenomena quarter
life crisis yang terjadi dikalangan mahasiswa semester akhir Universitas Sumatera
Utara.

Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa fenomena quarter life crisis benar
dialami oleh para mahasiswa tingkat akhir Universitas Sumatera Utara. Hal
tersebut di buktikan dengan dilakukannya serangkaian pengumpulan data baik
melalui deep interview , maupun penggambaran fakta lapangan yang telah
disajikan.
(minimal 3, jika lebih, dapat ditambahkan)
Teori/konsep
(siapa dan apa) : Teori Self-Efficacy – Albert Bandura, Teori Quarter Life Crisis – Dr. Oliver Robinson
yang digunakan
1. Mulia Sulistyowati, (2016). “Hubungan Self Efficacy dengan Stres Mahasiswa yang
Mengerjakan Skripsi”. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Risna Amalia, Suroso, dan Niken Titi Prastiti, (2019). “Psychological Well Being, Self
Efficacy, dan Quarter Life Crisis pada Dewasa Awal”. Jurnal. Surabaya: Universitas 17
Agustus 1945 Surabaya.
3. Muhammad Abdullah Sujudi, (2020). “Eksistensi Fenomena Quarter Life Crisis pada
Referensi
Mahasiswa Semester Akhir Universitas Sumatera Utara”. Skripsi. Medan: Universitas
(Judul :
Sumatera Utara.
Buku/jurnal)
4. Indri Permatasari, (2021). “Hubungan Kematangan Emosi dengan Quarter Life Crisis
pada Dewasa Awal”. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Tika Silvianingrum, (2021). “Hubungan Self-Efficacy dan Academic Burnout di Masa
Pandemi pada Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Widya Dharma
Fase Quarter Life Crisis”. Skripsi. Klaten: Universitas Widya Dharma.
(buku/jurnal sesuai dengan teori atau konsep yang digunakan)
1. Jenis Penelitian : Kuantitatif
2. Sumber Data : Subjek penelitian (Pengurus PMII Rayon “Aufklarung”
Metodologi Saka Negara, Objek penelitian (Self-efficacy dan quarter life crisis)
: 3. Waktu dan lokasi penelitian: Rayon PMII “ Aufklarung” Saka Negara
Penelitian
4. Metode Pengumpulan Data : kuesioner
5. Metode Analisis Data : analisis statistic,

Tanggal Paraf
Disetujui Catatan
Pengajuan Pembimbing
1. Silahkan dilanjut bimbingan ke dosen pembimbing yang
telah di tunjuk
2. Tema/judul bisa di ganti atau di ubah sesuai dengan
Ya Tidak bimbingan

Dosen Pembimbing:

Keterangan:
- Jenis Penelitian berisi sifat dan bentuk penelitian yang digunakan, misalnya kuantitatif atau kualitatif.
- Sumber Data berisi subjek atau objek penelitian, misalnya siapa atau apa yang diteliti.
- Metode Pengumpulan Data berisi cara memperoleh data, misalnya observasi, interview, dokumentasi. Untuk
penelitian kuantitaif membuat instrument penetilian atau kuesioner
- Metode Analisis Data berisi uraian proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip
wawancara, catatan lapangan, dan bahan lainnya agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Untuk penelitian
kuantitatif misalnya analisis statistic berupa statisktik deskriptif dan statistic inferensial.
Latar Belakang Masalah / Konteks Penelitian:
(Minimal 500 kata)

Lampiran I

LATAR BELAKANG

Setiap orang di dunia ini pasti tidak mungkin tidak memiliki masalah, namun individu satu
dengan yang lainnya pasti memiliki cara yang berbeda-beda dalam merespon ataupun
menyelesaikannya. Kita tidak akan pernah tahu apa masalah yang dialami individu satu dengan yang
lainnya, seberat apa masalah itu, dan apa yang menjadi faktor penghambat masalah atau problem
tersebut sulit untuk terselesaikan. entah kurangnya dukungan yang diterima, entah tidak adanya
finansial yang mumpuni, atau bisa jadi faktor penghambat tersebut yang tanpa kita sadari adalah diri
kita sendiri.

Dari beberapa faktor penghambat masalah atau problem tersebut sulit terselesaikan salah satu
hal yang berperan paling dominan adalah diri kita sendiri. Sebenarnya kita tahu akan hal itu, bahwa
terkadang hal yang menghalangi diri kita dalam menyelesaikan masalah atau problem yang dialami
adalah diri kita sendiri, kurangnya keyakinan atau kepercayaan diri membuat kita stuck, jalan ditempat
dan tidak melakukan tindakan atau suatu usaha apapun untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut.
dan lebih parahnya lagi membuat kita menghindari masalah tersebut yang dapat mengakibatkan
masalah atau problem yang dihadapi tak kunjung usai.

Menurut Albert Bandura, penemu konsep Self-Efficacy, Self-Efficacy adalah penilaian kita
terhadap kemampuan diri sendiri yang berfungsi untuk mengorganisir atau mengeksekusi aksi-aksi
yang berguna untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang diharapkan. Secara sederhananya Self-Efficacy
adalah suatu keyakinan dan usaha yang dilakukan untuk dapat mencapai sesuatu.

Seperti misalnya mahasiswa di dunia perkuliahan, dalam dunia perkuliahan sangat erat
kaitannya dengan yang namanya organisasi, baik organisasi intra ( yang berada di dalam kampus)
maupun organisasi ekstra ( yang berada di luar kampus). sayangnya tidak semua mahasiswa akan
tertarik dengan hal tersebut. lantas bagaimana dengan mahasiswa yang bergabung dalam organisasi?,
tidakkah mereka kesulitan dalam membagi waktu antara kesibukan organisasi dengan kuliah?.

Kekhawatiran-kekhawatiran atau ketakutan yang dialami oleh mahasiswa sebagai individu yang
memasuki fase peralihan dari remaja menuju dewasa awal. Dimana biasanya pada masa transisi ini
individu memiliki banyaknya tuntutan dan tanggung jawab yang diemban, serta situasi dan kondisi
yang semakin variatif sehingga seringkali tidak selaras antara harapan dan kenyataan.

Kekhawatiran-kekhawatiran tentang masa depan seperti pendidikan, karier, hubungan dengan


teman sebaya, keluarga ataupun pasangan, kehidupan sosial dan lain sebagainya. Fase ini disebut
dengan Quarter Life Crisis, suatu keadaan krisis yang tengah dialami oleh individu dimasa seperempat
abad hidupnya, biasanya krisis ini disebabkan oleh tekanan yang dihadapi baik yang berasal dari diri
sendiri maupun lingkungan, tujuan yang semula tersusun rapi ternyata tak berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan, serta semakin banyaknya pilihan yang membuat kita bingung dalam memutuskannya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, individu yang tidak mengikuti organisasi dengan
individu yang mengikuti organisasi memiliki suatu perbedaan. Perbedaan yang paling menonjol adalah
kepercayaan diri yang dimiliki individu, individu yang tidak turut serta dalam organisasi mereka
cenderung tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, baik dalam segi manajemen waktu,
maupun tanggung jawab yang nantinya akan diemban. Sedangkan individu yang mengikuti organisasi
cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mereka memiliki keyakinan dan usaha yang
dilakukan untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang diinginkan ketika bergabung dalam organisasi
tersebut. Oleh karnanya mereka lebih merasa percaya diri dapat memanajemen waktu dengan baik, dan
juga mampu mengemban tanggung jawab yang akan diberikan nantinya.
Lingkungan perkuliahan dan juga organisasi merupakan tempat yang strategis untuk dijadikan
lokasi penelitian terkait dengan fenomena Self-Efficacy dan Quarter Life Crisis ini. Penelitian dilakukan
di Rayon PMII “Aufklarung” Saka Negara. Secara spesifik, yang akan dijadikan sampel dalam penelitian
ini adalah mahasiswa dengan rentang usia 18-25, aktif dalam organisasi. Dibandingkan dengan individu
yang tidak bergabung dalam organisasi peneliti lebih memilih informan yang bergabung dalam
organisasi, karena mahasiswa yang turut serta dalam organisasi umumnya memiliki problem dan
tekanan yang lebih banyak dibandingkan mahasiswa yang hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang.

Anda mungkin juga menyukai