Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Komunikasi
Keperawatan II Semester III
Disusun oleh :
CIREBON
2019
KATA PENGANTAR
.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikann Tugas dengan judul
“Analisis Jurnal: A Qualitative Assessment Of Perceived Barriers To Effective
Therapeutic Communication Among Nurses And Patients”. Tugas ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Komunikasi Keperawatan II pada
Progam Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Mahardika Cirebon. Selama proses penyusunan tugas ini kami tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa
moral, spiritual maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang
ditemukan. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Ns. Dwiyanti Purbasari, M.Kep yang telah memberikan bimbingan
dan dorongan dalam penyusunan Tugas ini sekaligus sebagai Dosen Mata
Kuliah Komunikasi Keperawatan II.
2. Orangtua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kamu yang
telah memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moral
maupun materi lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di STIKes Mahardika, khususnya Program Studi
Ilmu Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah swt membalas baik budi dari semua pihak yang telah
berpartisipasi membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan
penyusunan selanjutnya. Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amiin...
i
Cirebon, 16 November 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
a. Keilmuan............................................................................................................ 2
b. Masalah .............................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
iii
1.7 Sikap Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik ....................................... 11
BAB III............................................................................................................................. 18
Abatrak .................................................................................................................... 18
Tujuan ...................................................................................................................... 18
Hasil.......................................................................................................................... 19
Kesimpulan .............................................................................................................. 19
Kesimpulan .............................................................................................................. 23
BAB IV ............................................................................................................................. 25
PENUTUP........................................................................................................................ 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan salah satu bentuk proses interaksi sosial dan
interpersonal dalam kehidupan manusia. melalui komunikasi terdapat dua
orang individu atau lebih yang sedang melakukan hubungan tertentu yang
masing-masing dari mereka berupaya untuk saling mempengaruhi, seperti
membentuk opini, penilaian, keyakinan, kepercayaan, sikap atau perilaku
tertentu. Melalui komunikasi berarti melibatkan berbagai aktivitas fisik, psikis,
dan sosial. pada proses pembentukan komunikasi dipengaruhi oleh perbedaan
karakteristik individual, sifat, watak, kepribadian, pengalaman pribadi, usia,
pekerjaan, pendidikan, agama, ras, suku bangsa, dan sebagainya (Ariani,
2018).
Dalam profesi perawat komunikasi tentunya sangat dibutuhkan. Seorang
perawat diharuskan memiliki kemampuan dan mempunyai keterampilan
berkomunikasi dengan baik, efektif, dan tepat sasaran. seringkali keterampilan
komunikasi dianggap sebagai critical skill yang harus dimiliki oleh seorang
perawat, karena komunikasi perawat bisa mengumpulkan data,
mengidentifikasi, mengkaji, mengolah dan menarik kesimpulan, serta dapat
memberikan edukasi kesehatan yang berdampak terhadap kesehatan dan
kesembuhan klien. Oleh sebab itu, dibutuhkannya hubungan saling percaya
antara klien dan perawat yang bertujuan untuk mencapai tingkat kesembuhan
klien yang optimal.
Seorang perawat penting sekali untuk menguasai kemampuan komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik jika dikuasai dengan baik oleh seorang
perawat, maka ia akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan
pasien. Tak hanya hal itu saja, dengan kemampuan komunikasi terapeutik yang
baik maka perawat dapat mengatasi masalah legal, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan, dan meningkatkan citra perawat.
1
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil dari analisa jurnal yang telah dianalisa oleh
penulis.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui persamaan antara tinjauan teori dengan isi jurnal
yang dianalisis.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara tinjauan teori dengan isi jurnal
yang dianalisis.
3. Untuk mengetahui kesenjangan teori antara tinjauan teori dengan isi
jurnal yang dianalisis.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1.1 Definisi
Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina
hubungan terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan perawat kepada klien. Kelemahan dalam
berkomunikasi masih menjadi masalah bagi perawat maupun klien
karena proses keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Pasien sering mengeluh
terhadap pelayanan keperawatan dimana pelayanan yang kurang
memuaskan dan membuat pasien jadi marah, hal tersebut terkadang
disebabkan kesalahpahaman komunikasi dengan tenaga keperawatan
yang tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien
(Sya’diyah, 2013).
Menurut Abdul Muhith & Sandu Siyoto (2018) komunikasi
terapetik merupakan hubungan perawat dan klien yang dirancang
untuk memfasilitasi tujuan terapi dalam pencapaian tingkatan
kesembuhan yang optimal dan efektif. Harapannya dengan adanya
kegiatan komunikasi yang terapetik, lama hari rawat klien menjadi
lebih pendek dan dipersingkat. Terjadinya komunikasi terapeutik
adalah apabila didahului hubungan saling percaya antara perawat dan
klien. Utamanya dalam konteks pelayanan keperawatan kepada klien,
pertama-tama klien harus percaya bahwa perawat mampu memberikan
pelayanan keperawatan dalam mengatasi keluhan nya, demikian juga
perawat memang benar-benar harus dapat dipercaya dan diandalkan
atas kemampuan yang telah dimiliki dari aspek kapasitas dan
3
kapabilitasnya, sehingga klien tidak meragukan kemampuan yang
dimiliki perawat.
Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah
pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh pasien. Komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan
tenaga kesehatan lain yang di rencanakan dan berfokus pada
kesembuhan pasien.
4
b. Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap
kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang
realistis
Komitmen yang tinggi dari perawat dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan
yang optimal. komitmen itu didasari dari keinginan kuat dalam
memberikan pelayanan dengan harapan pelayanan yang sesuai
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Prinsip dalam
pelayanan keperawatan dengan memperhatikan semua aspek
yangdimiliki mempunyai sifat pelayanan yang cepat, tepat, tegas,
dengan suasana yang tenang dan humanistik. demikian bagi kami
komunikasi terapeutik memberikan dorongan untuk mengutarakan
apa yang diperlukan dan sedang ia alami tanpa suatu manipulasi
dengan harapan keluhan mendapatkan pelayanan keperawatan yang
sesuai.
5
f. Perawat mampu menguasai perasaannya secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan sedih, marahk dan frustasi.
g. Kejujuran dan keterbukaan komunikasi merupakan dasar hubungan
terapeutik.
h. Memperhatikan etika dengan cara berusaha mengambil keputusan
didasarkan atas prinsip kesejahteraan manusia.
b. Komunikasi verbal
a) Jelas dan ringkas, komunikasi efektif harus sederhana, pendek
dan langsung, makin sedikit kata-kata yang digunakan Makin
kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat
6
dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas.
b) Arti denotatif dan konotatif. Arti denotatif memberikan
pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan,
sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide
yang terdapat dalam suatu kata. kata serius dalam konteks
kondisi penyakit dipahami klien sebagai suatu kondisi
mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata
kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian.
ketika berkomunikasi dengan klien perawat harus hati-hati
memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk
disalahtafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan
tujuan terapi dan kondisi klien.
7
keperawatan yang diterima, Karena tiap kelahiran mempunyai
Citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat.
Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan
kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi
perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika
perawat tidak memenuhi citra klien.
c) Paralanguage. Intonasi atau nada suara pembicara mempunyai
dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, ada
karena emosi seseorang dapat langsung mempengaruhi nada
suaranya. Perawat harus menguasai emosinya ketika sedang
berinteraksi dengan klien, Karena maksud untuk menyamakan
rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh
nada suara perawat. Untuk itu, perawat juga harus mempelajari
dan menyesuaikan diri dengan logat bicara seseorang. Tidak
semua orang berbicara keras itu merupakan ungkapan sebuah
amarah. Hal itu juga berlaku sebaliknya. Suara dengan tekanan
keras sering disalahartikan oleh seorang etnik tertentu sebagai
perlakuan kasar, padahal tidak demikian oleh si pembicara, hal
ini memicu kesalahpahaman antar mereka.
d) Gerakan mata. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal. orang yang mempertahankan kontak mata selama
pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat
dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang
baik. perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika
sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara
sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan, jika
kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
e) Kinesics. Merupakan gerakan tubuh menggambarkan sikap
emosi, konsep diri dan keadaan fisik. perawat dapat
mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati
8
sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh
faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
9
mempersiapkan materi yang akan disampaikan dengan matang,
Bila perlu membuka buku tentang apa yang akan disampaikan.
Untuk itu, dibutuhkan strategi pelaksanaan komunikasi yang baik.
c. Komunikasi terjadi dalam konteks topik, ruang dan waktu, saat
berkomunikasi perawat harus memilih topik yang tepat yang
dibutuhkan klien sesuai dengan keluhan yang dirasakan atau
masalah klien. Perlu diperhatikan bahwa klien itu unik karena
perbedaannya. Sehingga perawat harus mampu beradaptasi dengan
keunikannya. perawat harus membuat kontrak pertemuan dengan
klien utamanya kapan pertemuan dilaksanakan dan di mana.
Sehingga komunikasi yang berlangsung sesuai dengan waktu yang
ditentukan, materi atau topik yang akan dibicarakan atau
disampaikan yang sesuai dengan tempat yang telah disepakati. hal
ini akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat dan
akan meningkatkan hubungan saling percaya antara klien dan
perawat.
d. Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman klien. Tingkat
retensi atas pengetahuan yang diterima peserta komunikasi
memberikan gambaran seberapa jauh pesan yang disampaikan,
diterima, dan dipahami oleh peserta komunikasi. besar harapan
kerangka pengalaman kedua belah pihak banyak kemiripan agar
tujuan penyampaian pesan terlaksana dengan baik. Untuk itu
seseorang yang akan menyampaikan pesan perlu melihat latar
belakang budaya, bahasa. untuk itu perawat harus menampilkan
kesejatian dari perawat di mana pesan verbal sesuai dengan pesan
non verbal atau pesan yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan
klien.
e. Keluhan utama sebagai pijakan pertama dalam komunikasi.
keluhan yang sangat dirasakan atau keluhan utama merupakan
kata-kata yang pertama terucap dari klien, dengan harapan keluhan
itu yang didahulukan untuk diselesaikan. perawat dengan tanggap
10
melakukan penelusuran atas keluhan yang disampaikan dengan
mengaitkan data tambahan melalui rujukan rujukan yang telah
dipelajari sebelum menentukan sikap dan tindakan tersebut.
11
penghambat ini dapat dikurangi dengan mempelajari bahasa (atau
bagiannya), atau dengan menggunakan interpreter atau
penerjemah, gambar dan simbol, dan kamus bahasa Indonesia-
daerah.
Masalah-masalah komunikasi juga bisa menjadi ketika semua
orang berbicara bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama.
Misalnya, struktur kalimat yang kompleks dan berbagai arti kata
kata- kata dapat menyebabkan kesulitan komunikasi. Penggunaan
istilah bernilai penuh makna juga menghalangi pertukaran
informasi, gagasan dan perasaan.
b. Perbedaan budaya atau kultur
Berbagai budaya dan subkultur menggunakan bahasa secara
berbeda. Pola komunikasi seseorang mencerminkan konsep mereka
budaya. Dalam beberapa budaya, ekspresi pikiran dan perasaan
bersifat spontan dan riang, sedangkan orang-orang dari kelompok
budaya lain mungkin disimpan dan bertahan dalam verbalisasi
mereka. Beberapa variabel komunikasi yang bersifat budaya
termasuk kontak mata, kedekatan dengan pertanyaan lain,
pernyataan langsung dan tidak langsung, dan peran obrolan kecil
sosial.
c. Jenis kelamin
Mengirim,menerima dan menafsirkan pesan dapat bervariasi
antara pria dan wanita. Efek dan penggunaan isyarat nonverbal
sering tergantung pada gender. Misalnya, wanita cenderung lebih
baik mengganti isyarat nonverbal, dan pria lebih memilih jarak
pribadi antara mereka dan orang lain daripada wanita.
d. Status kesehatan
Status kesehatan seseorang mempengaruhi komunikasi.
Misalnya, pasien yang memiliki kesadaran penuh akan
berkomunikasi lebih baik dibanding pasien yang mengigau,
12
bingung. Komunikasi dipengaruhi oleh sensorik. Perubahan
persepsual, seperti kehilangan penglihatan atau pendengaran.
f. Tingkat perkembangan
Kegagalan untuk berkomunikasi pada tingkat perkembangan
pasien bisa menjadi hambatan. Misalnya, komunikasi dengan anak
membutuhkan penggunaan kata-kata dan pendekatan yang berbeda
daripada yang digunakan dengan orang dewasa karena anak tidak
dapat berpikir dalam konsep abstrak. berkaitan dengan tingkat
perkembangan pasien sendiri perlu untuk dipahami.
g. Perbedaan pengetahuan
Semua orang perlu dipahami. perawat secara konsisten menilai
tingkat pengetahuan pasien untuk menentukan cara terbaik untuk
memperbaiki defisit pengetahuan saat menilai tingkat pengetahuan,
perawat harus:
a) Catat kosakata pasien
b) Amati jumlah dan jenis fakta yang dimiliki pasien
c) Menentukan latar belakang pendidikan
pasien. Dengan informasi ini perawat
mampu menilai kebutuhan pengajaran
pasien, serta menentukan metode pengajaran
yang akan digunakan.
h. Jarak emosional
Kesepakatan yang memuaskan digambarkan dengan kata-kata
seperti hubungan baik dan empati, dan hal itu terjadi ketika kedua
belah pihak berbeda bersedia untuk "hadir" sebagai pribadi. Jarak
emosional, di sisi lain melibatkan memperlakukan pasien sebagai
rasa ingin tahu, masalah atau penyakit, sehingga mencegah
interkoneksi yang memuaskan dan mungkin menyebabkan
permusuhan. Pertimbangkan, misalnya pasien yang berada dalam
isolasi ketat untuk penyakit menular, atau seseorang yang bingung
dan kebingungan. dengan menjalin hubungan baik dengan pasien
13
tanpa memandang status mereka, perawat dapat mengurangi jarak
emosional.
i. Emosi
Bila perawat atau pasien cemas komunikasinya dapat berubah,
berhenti, atau mengambil kursus yang tidak produktif. perawat
harus menyadari perasaan mereka sendiri dan mencoba
mengendalikannya untuk memastikan kemajuan dalam wawancara.
Perawat penting hadir dengan tenang untuk meredakan
kekhawatiran pasien dan dengan demikian meningkatkan kualitas
komunikasi.
j. Melamun
Orang yang mendengar kata-kata lebih cepat dari yang bisa
mereka ucapkan. Oleh karena itu pikiran pendengar bisa
mengembara dan seluruh kesan bisa dilewatkan. pikiran
mengembara juga bisa terjadi karena pendengar bosan atau
disibukkan dengan pemikiran tentang hal-hal yang
menghawatirkan. Perawat dapat mencegah diri dari melamun
dengan terus-menerus memperhatikan apa yang dikatakan pasien,
dengan tetap waspada dan dengan mengendalikan pikiran mereka
sendiri.
14
f. kejadian-kejadian di luar induvidu
g. sosialisasi keluarga mengenai komunikasi
h. bentuk hubungan
i. konteks hubungan saat ini
j. isi pesan (misalnya topik-topik yang menimbulkan kepekaan dan
berdampak secara emosional.
15
f. Diam ( Memelihara Ketenangan)
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien
untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode ini
memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu , jika tidak akan
menimbulkan perasaan tidak enak.
g. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam
kata-kata, ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyamakan pengertian
h. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti
i. Menyatakan Hasil Observasi
Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya.
j. Menawarkan Informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan untuk klien.
k. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama telah dikomunikasikan
secara singkat.
l. Memberikan penghargaan
Penghargaan jangan sampai menjadi beban untuk klien. Jangan
samoai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk
mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya
m. Menawarkan Diri
Perawat menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau respon yang
diharapkan.
n. Memberikan Kesempatan Pada PasienUntukMemulai
Pembicaraan.
16
Memberikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam
memilih topik pembicaraan.
o. MenganjurkanUntuk Meneruskan Pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
p. Menempatkan Kejadian Secara Berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan
klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
q. MemberikanKesempatan KepadaKlienUntuk Menguraikan
Persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala
sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk
menguraikan persepsinya kepada perawat. Sementara itu perawat
harus waspada terhadap gejala ansietas yang mungkin muncul.
r. Refleksi
Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengemukakandan menerima ide atau perasaan sebagai bagian dari
dirinya sendiri.
s. Assertive
Assertive adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap
menghargai orang lain.
t. Humor
Humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal
dikarenakan tertawa mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat
stress dan meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan. Pesan
komunikasi terapeutik.
17
BAB III
ANALISA JURNAL
2.1 Identitas Jurnal
a) Judul Jurnal : A Qualitative Assessment Of
Perceived Barriers To Effective Therapeutic Communication Among
Nurses And Patients
b) Tahun : 2019
c) Volume / nomor :-
d) DOI : https://doi.org/10.1186/s12912-019-
0328-0
e) Pengarang : Vida Maame Kissiwaa Amoah,
Reindolf Anokye, Dhorothy Serwaa Boakye, Enoch Acheampong, Amy
Budu-Ainooson, Emelia Okyere, Gifty Kumi-Boateng, Cynthia Yeboah2
and Jennifer Owusu Afriyie
f) Penerbit : BMC Nursing
Abstrak
Latar Belakang
Komunikasi terapeutik sangat penting dalam penyediaan layanan kesehatan
berkualitas kepada pasien.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ,mengeksplorasi hambatan yang dirasakan
untuk komunikasi terapeutik yang efektif antara pasien dan perawat di Rumah
Sakit Pengajaran Komfo Anokye, Kumasi.
18
Metode
Sebuah desain studi eksplorasi dipekerjakan menggunakan pendekatan kualitatif.
Sebuah teknik purposive sampling digunakan untuk memilih 13 perawat dan
pasien yang diwawancarai menggunakan panduan wawancara terstruktur.
Wawancara audio direkam, ditranskrip verbatim dan dianalisis menggunakan
analisis isi tematik.
Hasil
Karakteristik terkait pasien-yang diidentifikasi sebagai hambatan untuk
komunikasi terapeutik yang efektif termasuk karakteristik sosio-demografis,
hubungan pasien-perawat, bahasa, kesalahpahaman, serta nyeri. karakteristik yang
berhubungan dengan perawat seperti kurangnya pengetahuan, semua-mengetahui
sikap, kelebihan beban kerja dan ketidakpuasan juga diidentifikasi sebagai
hambatan untuk masalah terapi dan lingkungan terkait yang efektif seperti
lingkungan yang bising, baru ke lingkungan rumah sakit serta lingkungan kondusif
diidentifikasi sebagai hambatan komunikasi terapeutik yang efektif antara pasien
dan perawat di Rumah Sakit Pengajaran Komfo Anokye, Kumasi.
Kesimpulan
Komunikasi perawat-pasien merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pasien
peduli dalam setiap pengaturan kesehatan; itu adalah salah satu faktor yang
menentukan kualitas perawatan. Beberapa karakteristik yang berhubungan dengan
pasien, karakteristik yang terkait nurse- dan isu-isu lingkungan terkait berpose
sebagai hambatan untuk komunikasi terapeutik efektif pada Komfo Teaching
Hospital Anokye, Kumasi dan memiliki akhirnya; mengakibatkan mengurangi
komunikasi yang efektif di bangsal. Oleh karena itu, semua hambatan harus
diberantas untuk mempromosikan komunikasi terapeutik yang efektif.
19
Metode Study
Penelitian ini menggunakan desain berdasarkan eksplorasi yang diikuti pendekatan
kualitatif untuk menyelidiki perawat dan Pasien pengalaman dan pandangan
tentang hambatan komunikasi terapeutik yang efektif untuk melayani sebagai batu
loncatan untuk studi lebih lanjut.
Populasi penelitian termasuk pasien dan perawat di Rumah Sakit Komfo Anokye
Teaching.Peserta termasuk dalam penelitian ini adalah individu-individu yang
telah dirawat selama minimal 3 sampai 4 hari. Ini berarti bahwa peserta akan
dikomunikasikan secara teratur dengan perawat selama mereka tinggal. perawat
terdaftar bekerja penuh-waktu dan pernah bekerja selama empat bulan atau lebih
di KATH juga disertakan.
20
dan menyalin konten. transkrip diberi kode dengan pergi melalui garis transkrip
demi baris dan paragraf demi paragraf, untuk menemukan pernyataan yang
signifikan dan kode sesuai dengan topik yang dibahas.
Analisis statistik
Untuk pengumpulan data dan analisis, panduan wawancara mendalam digunakan
sebagai instrument pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi mendalam
dari para peserta. Panduan wawancara memungkinkan peneliti untuk menyelidiki
lebih lanjut untuk memahami dan mengeksplorasi kontribusi peserta sebanyak
mendalam mungkin. Panduan wawancara terstruktur yang diikuti pendekatan
terbuka diizinkan dalam investigasi mendalam dari pengalaman dan pandangan
tentang komunikasi perawat-pasien. Panduan wawancara yang terdapat
pertanyaan wawancara pada profil demografi perawat dan pasien serta pertanyaan
wawancara di hambatan Nurse-terkait; hambatan terkait pasien dan hambatan
Lingkungan yang berhubungan dengan komunikasi terapeutik. Hari-hari
wawancara dan waktu dibahas dengan peserta dan setiap wawancara dijadwalkan
pada kenyamanan mereka. Wawancara kemudian audio direkam sehingga peserta
' tanggapan bisa kemudian ditranskripsi verbatim. Peneliti menggunakan dua
minggu untuk pengumpulan data (3 Maret - 17 Maret 2016) dengan setiap
wawancara yang berlangsung sekitar 45 sampai 60 menit. Pengumpulan data
dilakukan dengan dua penulis (keenam dan ketujuh penulis) dan dibantu oleh dua
(2) asisten peneliti. Peserta diberitahu tentang waktu sebelum dimulainya. Data
yang dikumpulkan kemudian ditranskrip verbatim dan dianalisis melalui analisis
isi tematik.
Hal ini dilakukan dengan mendengarkan rekaman tape dan menyalin konten.
transkrip diberi kode dengan pergi melalui garis transkrip demi baris dan paragraf
demi paragraf, untuk menemukan pernyataan yang signifikan dan kode sesuai
dengan topik yang dibahas.
21
Hasil Deskripsi
Analisis isi tematik digunakan untuk menganalisis data yang dikumpulkan
berdasarkan tujuan penelitian. Hasil termas uk karakteristik latar belakang peserta
penelitian serta utama dan sub-tema penelitian. Tiga tema utama berasal dari data
yang dikumpulkan. Tema termasuk; hambatan terkait pasien dengan sub-tema /
karakteristik sosial pribadi; pasien-perawat hubungan; hambatan bahasa serta
kesalahpahaman dan rasa sakit.
Hambatan perawat terkait datang dengan sub-tema seperti ketersediaan perawat;
pengetahuan yang tidak memadai; semua-mengetahui sikap; ketidakpuasan serta
keadaan penyakit dan keluarga gangguan. Hambatan lingkungan termasuk sub-
tema seperti lingkungan yang bising; baru ke lingkungan rumah sakit dan
lingkungan kondusif.
PASIEN
Jenis kelamin
Laki-laki 4 57
Perempuan 3 43
22
Usia
20-30 4 57
31-40 2 29
41 dan di atas 1 14
Status Pernikahan
Menikah 3 43
Tunggal 4 57
Tingkat pendidikan
Utama 1 14
SHS 2 29
Tersier 4 57
Diskusi Hasil
Studi ini dieksplorasi hambatan untuk komunikasi terapeutik yang efektif antara
pasien dan perawat di Kumasi. Hambatan yang dieksplorasi meliputi perawat
terkait, pasien-terkait, dan hambatan yang berkaitan dengan lingkungan.
Karakteristik demografi kunci dari pasien yang diidentifikasi sebagai penghalang
adalah usia.
Kesimpulan
Kami menunjukkan bahwa komunikasi perawat-pasien merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pasien peduli dalam setiap pengaturan kesehatan; itu adalah
salah satu faktor yang menentukan kualitas perawatan. Namun, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa beberapa faktor, yaitu pasien-terkait, nurse- terkait dan
lingkungan terkait berpose sebagai hambatan untuk komunikasi terapeutik yang
efektif dan telah akhirnya, mengakibatkan mengurangi komunikasi yang efektif
yang dapat mempengaruhi kualitas dan perawatan yang komprehensif pengiriman
di bangsal rumah sakit. Pihak berwenang di rumah sakit harus memastikan bahwa
semua hambatan yang diberantas untuk mempromosikan komunikasi terapeutik
yang efektif.
23
Kesenjangan teori dan jurnal
Perbedaan Persamaan
Ada perbedaan dalam jurnal dan teori Dalam jurnal dan teori juga sama-sama
yaitu pada jurnal tidak menjelaskan menjelaskan tentang komunikasi
dalam penelitian menggunakan teknik terapeutik
komunikasi terapeutik yang seperti apa. Hambatan komunikasi terapeutik di
jurnal dan teori sama, salah satu
hambatannya yaitu bahasa.
24
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang
untuk tujuan terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi
masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.
2. Faktor penghambat dalam komunikasi terapeutik yaitu perbedaan dalam
bahasa, perbedaan budaya / kultur, jenis kelamin, status kesehatan, tingkat
perkembangan, perbedaan pengetahuan, jarak emosional, emosi, dan
melamun.
3.2 Saran
1. Perlunya komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien.
2. Perawat harus menguasai teknik-teknik komunikasi terapeutik.
3. Perlunnya pengetahuan apa saja yang menjadi hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi terapeutik dengan klien.
25
DAFTAR PUSTAKA
Muhith, Abdul & Sandu Siyoto. 2018. Aplikask Komunikasi Teraputik Nursing &
Health. Yogyakarta: Andi.
Roselina. (2009). Buku saku komunikasi keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
26