INTERPROFESSIONAL COLABORATION
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fundamental Of Nursing
Dosen Pengampu: Ns. Puspita Palupi, S.Kep., M. Kep., Sp. K. Mat.
Disusun oleh :
MEI / 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan ridhonya
kepada kami untuk menyusun dan menulis laporan Discovery Learning tentang
“Interprofessional Colaboration” yang kami tulis pada selasa, 14 Mei 2019.
Semoga makalah Discovery Learning yang kami tulis ini dapat bermanfaat sebagai
bacaan dan hasil belajar kami. Serta dapat diterapkan atau dijadikan contoh untuk para
mahasiswa baik di dalam maupun di luar lingkup UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami
menyadari bahwa kelompok penulis kami sebagai seorang mahasiswa pasti tidak lepas dari
kekurangan dan kelalaian, baik pada tulisan maupun kata-kata.
Terimakasih pula kepada dosen Discovery Learning terbaik kami, ibu Ns. Puspita
Palupi, S.Kep., M. Kep., Sp. K. Mat., dan sumber sumber khusunya dari media cetak/buku
dan internet yang kami cantumkan daftar pustakanya. Semoga kami dapat memberi informasi
dan ilmu yang bermanfaat.Semoga kita dapat meneruskan dan mengembangkan kebiasaan
menulis dan membaca untuk membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia terutama dibidang
Keperawatan.
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan selama ini masih belum dapat berkolaborasi dan bekerja sama
dengan baik, sehingga hasil yang didapat belum optimal dan mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit. Dalam hal ini, perlu adanya inovasi, solusi, dan tranformasi sistem yang dapat
menjamin suplai yang cukup kepada profesional kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Salah satu dari sekian banyak pilihan yang menjanjikan dalam inovasi tersebut
adalah, adanya IPE dalam pendidikan profesi kesehatan. Pemahaman yang baik akan IPE di
tingkat pendidikan kesehatan dinilai penting, untuk menjalankan interprofessional
collaboration practice pada tingkat pelayanan di rumah sakit atau masyarakat.
Interprofessional education atau yang biasa disingkat IPE adalah suatu inovasi dalam
konsep pendidikan profesi kesehatan. IPE merupakan suatu proses di mana sekelompok
mahasiswa atau profesi kesehatan, yang memiliki perbedaan latar belakang profesi
melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu. Kemudian berinteraksi dan
berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, dengan konsep
kesehatan berbasis patients-centered-care. Konsep di mana pasien yang utama, tenaga
kesehatan dituntut memberikan segala kemampuannya untuk pasien. IPE dalam dunia
pendidikan profesi kesehatan melibatkan mahasiswa kesehatan dari berbagai profesi, untuk
saling belajar secara berdampingan. IPE menekankan kerja sama tim, memahami peran
profesi yang lain, tanggung jawab, komunikasi, saling menghormati, dan memberikan
kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini
diantaranya:
1. Apa pengertian interprofesional Colaboration ?
2. Bagaimana manfaat interprofesional colaboration ?
3. Apa indikator praktik kolaborasi ?
4. Bagaimana upaya meningkatkan kolaborasi ?
5. Bagaimana model kolaborasi perawat dengan dokter ?
6. Bagaimana langkah meningkatkan kolaborasi ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Interprofessional Colaboratiob
1. Kontrol-Kekuasaan
Berbagi kekuasaan atau kontrol kekuasaan bersama dapat terbina apabila dokter maupun
perawat mendapat kesempatan yang sama untuk mendiskusikan pasien. Sebelumnya, kedua profesi
ini harus tahu apa yang menjadi kewenangan profesinya masing-masing. Kekuasaan atau
kewenangan profesi dokter adalah dalam hal mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyaki,
serta melakukan prosedur pembedahan. Dalam hal ini dokter juga sering berkonsultasi dengan tim
kesehatan lainnya dalam pemberian pengobatan. Dukungan perawat dalam memberi informasi yang
akurat tentang keadaan pasien sangat membantu dokter dalam menjalankan kewenangan ini
(Parellangi, 2018).
2. Lingkup Praktik
Lingkup praktik merupakan bagian yang menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-
masing pihak. Dokter memang berbagi lingkungan praktik dengan perawat, namun dokter tidak
dididik untk menanggapinya sebagai rekanan. Pada sisi lain, perawat masih sering menempatkan diri
di bawah dokter. Dalam membangun tanggung jawab bersama, perawat dan dokter harus dapat
merencanakan dan mempraktikanbersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batas-batas lingkup praktik dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta menghargai orang lain
yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat (Parellangi, 2018).
5
3. Kepentingan Bersama
4. Tujuan Bersama
Tujuan manajemen penyembuhan sifatnya lebih terorientasi kepada pasien dan dapat
membantu menentukan bidang tanggung jawab yang erat kaitannya dengan prognosis pasien.
Kontinuitas, kolaborasi, dan koordinasi dalam perawatan berkontribusi untuk keamanan klien dan
hubungan antara penyedia layanan kesehatan dan sistem perawatan (Parellangi, 2018).
6
bekerja dalam isolasi. Bersedia mencari umpan balik dan mengakui kesalahan untuk
keseimbangan dinamis.
10. Mengingat bahwa kolaborasi tidak diperlukan untuk semua keputusan (remember that
collaboration is not required for all decisions). Kolaborasi bukanlah obat mujarab,
yang diperlukan dalam segala situasi (Parellangi,2018).
Model praktik kolaborasi antara perawat dan dokter dalam pelayanan kesehatan, yaitu:
7
Gambar di atas menunjukkan model praktik kolaborasi tipe II dimana model ini lebih
berpusat pada pasien dan semua pemberi pelayanan harus saling bekerja sama dengan pasien.
Model ini tetap melingkar dengan menekankan kontinuitas, kondisi timbal balik satu dengan
yang lain dan tidak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus.
(Parellangi, 2018)
8
2. Perlunya strategi pengembangan diri (self-development)
Sejumlah karakteristik individu bisa mempengaruhi tingkatan kolaborasi antar
profesional di pelayanan kesehatan. Goleman (1995) mendefinisikan emotional intelligence
sebagai suatu proses kematangan yang melibatkan emosi seseorang dan mengenali
karakteristik orang lain.
Untuk mencapai kematangan profesional diperlukan suatu kepercayaan diri
(Goleman, 2006). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kolaborasi interprofessional,
diperlukan kematangan emosional, memahami pandangan orang lain, dan menghindari
kelelahan yang merupakan perilaku pengembangan diri.
Pengembangan kematangan emosional. Kematangan emosional adalah pondasi dari
kolaborasi yang efektif. Kematangan emosional artinya berfikir positif secara konsisten,
rendah hati, dan tanggung jawab atas segala kegagalan dan tidak berhenti mencoba lagi.
Kematangan emosional ini diperlukan mengingat setiap individu mempunyai pandangan
yang berbeda yang bisa memungkinkan untuk memunculkan konflik. Selain itu,
kepercayaan diri juga mempengaruhi kolaborasi. Beberapa orang menutupi kurangnya
kepercayaan diri melalui sifat sombong atau pemaksaan. Oleh karena itu, dalam hal ini
komunikasi yang hati-hati sangat diperlukan.
Menahami pendapat dan pandangan orang lain, pada dasarnya perawat dan dokter
ini sangat kuat dipengaruhi oleh sikap dari para pendidik mereka, memiliki jargon dari
disiplin mereka sendiri, dan budaya profesional mereka. Hal ini tentunya mampu menjadi
tantangan untuk kolaborasi. Sebagai contoh perawat lebih menekankan konsensus atau
hasil diskusi dalam menentuhkan sesuatu yang menjadikan perawat sebagai tentatif
sedangkan dokter lebih menekan pada isu keadilan dan berkeinginan untuk berkuasa atau
memerintah. Oleh karena itu sifat alamiyah dari dua profesi ini udah berbeda dari awal yang
membuat kolaborasi ini sulit dilakukan, tapi bukan tidak mungkin dilakukan.
Kolaborasi interprofesional ini bisa dilakukan sejak duduk dibangku pendidikan,
dimana ada beberapa mata kuliah yang memberikan kesempatan untuk mahasiswa perawat
dan dokter ini duduk bareng untuk belajar bersama. Namun belajar bukan berarti hanya
mendengarkan kuliah, tetapi duduk membahas suatu kasus dan mengidentifikasi peran
masing masing profesi. Perbedaan pandangan dua profesi ini tidak dilihat sebagai suatu
kelemahan, tapi lebih pada aset dalam pemberian pelayanan kepada pasien.
3. Strategi pengembangan tim
Pengembangan tim adalah salah satu konsep organisasi yang populer saat ini.
Kolaborasi ini sangatlah penting dalam pengembangan tim dan meningkatkan performa.
Ada beberapa poin untuk mengembangkan tim ini seperti: pembentukan tim, negosiasi,
manajemen konflik, pencegahan perilaku negatif dan merancang tempat untuk memfasilitasi
kolaborasi (Andi Parellangi, 2018).
9
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Semua mahasiswa akhir dari berbagai latar belakang pendidikan di perguruan tinggi
tersebut, berusaha mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki di tengah-tengah
masyarakat. Ada mahasiswa profesi perawat, dokter, apoteker, gizi, dan lain-lain. Semua
yang tergabung dalam tim ini, berusaha berkolaborasi menangani permasahalan atau
gangguan kesehatan di tengah-tengah masyarakat khususnya mahasiswa kesehatan. Hal ini
dirasa penting dan menunjang untuk proses perawatan kepada individu, keluarga, dan
masyarakat yang membutuhkan sentuhan tim kesehatan.
Dengan begitu, ketika menjadi profesional dalam kesehatan di masa yang akan
datang, mereka telah terbiasa berkomunikasi, menjaga respect, dan berkonstribusi untuk
kepentingan pasien. Sehingga tidak ada profesional kesehatan yang mendominasi dalam
pengambilan keputusan, dan meninggikan egonya karena merasa profesinya yang lebih baik
dari profesi kesehatan lain. Tetapi, implementasi dari IPE hanya sebatas itu saja, belum ada
suatu program di mana diterapkan dalam suatu kurikulum pendidikan kesehatan, dan
dilakukan evaluasi secara terus-menerus serta contolling untuk perbaikan IPE ke depannya.
Ini dikarenakan setiap bidang kesehatan dalam institusi pendidikan, belum menjalin
komunikasi dengan baik dan belum bekerja sama dalam mengimplementasikan kurikulum
IPE.
3.2 Saran
IPE juga memberikan suatu batasan terhadap wewenang profesi satu dengan yang
lainnya, sehingga tidak ada bidang profesi yang merasa terdiskriminasi atau mendominasi
10
dalam pengambilan keputusan. Standar akreditasi baru untuk profesi pendidikan kesehatan
menyatakan, lulusan harus kompeten dalam berkomunikasi dan berkolaborasi dengan
anggota dari tim kesehatan lain untuk memfasilitasi penyediaan layanan kesehatan. Jelas
bahwa sistem IPE diharapkan berperan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan di
Indonesia.
3.3.Penutup
Sekian dari kami sebagai tim penulis dan penyusun makalah ini semoga
makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran tak hanya untuk kami sebagai tim
penulis namun kepada masyarkat, terutama mahasiswa keperawatan secara luas, dan
dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya.
Serta pembelajaran yang terkandung didalamnya dapat di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Ilmu yang di dapat rasanya tidak berarti jika hanya disimpan
sendiri. Alangkah baiknya apabila dapat dibagikan atau bahkan diaplikasika dalam
kehidupan.
Mohon maaf bila terdapat kata-kata yang salah atau kurang berkenann dalam
penulisan makalah ini, Karena kami sebagai manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan.Kami juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kemajuan dalam penulisan makalah berikutya, Terimakasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Joko dan R. Ade Sukarna. 2016. Potret keperawatan di Belitung Indonesia.
(Parellangi, Andi. 2018. Home Care Nursing: Aplikasi Praktik Berbasis Evidence-Base.
Jakarta: Andi)
12