Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PRAKTEK DAN PENGEMBANGAN INTERPROFESIONAL


EDUCATION DAN CALLABORATION UNTUK
PENINGKATAN OUTCOME KESEHATAN YANG OPTIMAL
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Interprofesional Education

Dosen pengampu: Dr. Hj. Mamlukah, S.KM., M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 1
1. Amelani Maya Sofa CKR0170004
2. Ernawati CMR0170076
3. Fani Nurul Syamsiah CMR0170082
4. Nunung Alfidayanti CMR0170087
5. Raka Muhamad Zakaria CKR0170038
6. Sabila Nurul Faizah CKR0170044
7. Shema Tri Pelita I CKR0170048
8. Siti Dewi Rahmadhani CKR0170050
9. Sri Mulyani CKR0170051
10. Sururiyya Maulida CMR0170093
11. Via Alfiyah Awaliyani CKR0170056

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan
rahmat dan karunia Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
sesuai waktunya. Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian
rupa dengan harapan dapat membantu pembaca dalam memahami praktek dan
pengembangan interprofesional education dan callaboration untuk peningkatan
outcome kesehatan yang optimal.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah Interprofesional


Education ini masih ada kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari
pembaca sekalian khususnya dari dosen keperawatan agar dapat meningkatkan
mutu dalam penyajian berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Kuningan, Desember 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian Interprofesional Education (IPE) dan Collaboration..................3

2.2 Penerapan Interprofesional Education agar berjalan dengan optimal............6

2.3 Efektifitas Praktek Kolaborasi IPE dalam peningkatan kualitas pelayanan


kesehatan di lapangan...........................................................................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

3.1 Simpulan.......................................................................................................10

3.2 Saran.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini masih terpecah-pecah
(terfragmentasi) sehingga masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang
tidak komprehensif dari tenaga kesehatan. Selain itu fragmentasi pelayanan
kesehatan akan berpengaruh pada penurunan tingkat kepuasan mayarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang diterima.
Pelayanan kesehatan seringkali ditemukan kejadian tumpang tindih pada
tindakan pelayanan antar profesi yang diakibatkan karena kurangnya
komunikasi antar tenaga kesehatan dalam kerjasama tim (Sedyowinarso dkk.,
2011). Kurangnya komunikasi dapat berpengaruh terhadap outcome pasien,
sehingga seorang mahasiswa harus mempunyai kemampuan berkomunikasi
yang efektif antar tenaga kesehatan yang merupakan kunci penting dalam
meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien
(Burtscher, 2012).
Dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan pasien.
(American Association of Critical-Care Nurses, 2005, dalam Poore, Cullen,
Schaar, 2014). Keberhasilan layanan kesehatan ditentukan dari ketercapaian
outcome kesehatan (Nursalam, 2016; Wijono, 2008). Kriteria outcome yang
lazim digunakan menurut Pohan (2006) yaitu : kepuasan pasien, pengetahuan
pasien, fungsi pasien, indikator kesembuhan, kematian, komplikasi dan lain-
lain. Tingkat kepuasan pasien yang harus dicapai sesuai dengan standar
pelayanan minimal adalah 95 % (Permenkes, 2016).
Pemanfaatan praktik kolaborasi interprofesi/ interprofessional
collaboration telah dikenal di berbagai negara di dunia. World Health
Organization (WHO) (2010) merekomendasikan kolaborasi interprofesi dalam
pelayanan kesehatan. Pemanfaatan interprofessional collaboration dalam
pelayanan kesehatan ternyata memberi dampak positif dalam penyelesaian
berbagai masalah kesehatan. Praktik kolaborasi dapat menurunkan lama rawat,
konflik antar petugas kesehatan dan dapat menurunkan angka kematian.
Berdasarkan uraian tersebut, perlunya pembahasan mengenai kolaborasi
antar tenaga medis, mengingat bahwa kerjasama merupakan salah satu faktor

1
sangat penting untuk mencapai keberhasilan dan kualitas pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien secara optimal.n

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Interprofesional Education?
1.2.2 Bagaimana Penerapan Interprofesional Education agar berjalan dengan
optimal?
1.2.3 Bagaimana Efektifitas Praktek Kolaborasi Interpofesional Education
dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di lapangan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui terkait Interprofesional Education
1.3.2 Untuk mengetahui cara Penerapan Interprofesional Education agar
berjalan dengan optimal
1.3.3 Untuk mengetahui Efektifitas Praktek Kolaborasi Interpofesional
Education dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di lapangan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interprofesional Education (IPE) dan Collaboration


Interprofessional education: merupakan suatu proses dimana
sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar
belakang profesi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu,
berinteraksi sebagai tujuan yang utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang
lain (WHO, 1988).
Interprofessional Education (IPE) akan membantu mempersiapkan
mahasiswa profesi kesehatan untuk nantinya mampu terlibat dan berkontribusi
aktif positif dalam collaborative practice. Kolaborasi Interprofessional
Education bukan hanya sekedar bersepakat dan berkomunikasi, tetapi lebih
merupakan sinergi dan kreasi. Kolaborasi Interprofessional Education terwujud
bila 2 orang atau lebih dari profesi yang berbeda berinteraksi untuk
menghasilkan pemahaman bersama yang tidak akan mungkin terjadi jika
mereka bekerja sendiri-sendiri
Collaborative practice dapat menurunkan:

a) Total komplikasi yang dialami pasien,

b) Jangka waktu rawat inap yang pendek,

c) Ketegangan dan konflik diantara pemberi layanan (caregiver),

d) Staff Turnover,

e) Biaya Rumah Sakit,

f) Rata-rata clinical error,

g) Rata-rata jumlah kematian pasien.

Proses kolaborasi memiliki ciri-ciri khas, yaitu : Kerjasama, Koordinasi, Saling


berbagi, Kompromi, rekanan, Saling ketergantungan dan Kebersamaan.

proses kolaborasi harus memenuhi 3 kriteria

3
a) harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang
dapat bekerjasama timbal balik secara mulus,

b) anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama,

c) kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari


kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim
tersebut.

d) Menurut Weaver (2008), fungsi kerjasama tim yang efektif dipengaruhi


oleh faktor :

1. Anteseden atau riwayat masa lalu sesorang

Kolaborasi yang efektif akan tercapai apabila masing-masing anggota tim


kesehatan merupakan pakar dalam profesinya masing-masing, artinya
anggota tim dari profesi yang satu harus seimbang dengan profesi yang
lain baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun pengalaman yang
dimiliki agar dapat saling berdiskusi secara efektif.

2. Proses

Perilaku bekerjasama juga bertujuan untuk meredakan ketegangan di


antara profesi yang berbeda, selain itu juga untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi biaya perawatan pasien. Melalui komunikasi
interprofesi, anggota tim dapat saling berbagi ide, perspektif dan inovasi
perawatan kesehatan sehingga kolaborasi dapat berjalan dengan baik.

3. Hasil.

Pengembangan kerjasama dan kolaborasi tim interdisiplin akan sangat


membantu dalam menciptakan ide-ide baru yang berhubungan dengan
inovasi pelayanan kesehatan. Kesadaran terhadap hambatan terbentuknya
kerjasama yang efektif harus ditekankan pada setiap anggota tim
sehingga dapat tercipta model integratis dalam sistem pelayanan
kesehatan. Selain itu, tuntutan terhadap peningkatan kualitas pelayanan

4
kesehatan memberikan peluang bagi tenaga kesehatan untuk menerapkan
kolaborasi interprofesi dalam sistem pelayanan kesehatan.

Definisi kerjasama interprofesi

Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk


mencapai suatu tujuan. Dimana Kerjasama interprofesi merupakan suatu
kolaborasi yang terkoordinasi di antara berbagai profesi tenaga kesehatan
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pasien untuk :

1. Mengoptimalkan efektifitas kinerja,

2. Efisiensi biaya dan

3. Meningkatkan kepuasan pasien.

Hasil akhir yang diharapkan dari Pendidikan Interprofessional Education

1. Terwujudnya kemampuan Interprofessional education dengan cara


pembelajaran yang berorientasi pada hasil akhir berupa kemampuan
kolaborasi antar profesi.

2. Meningkatnya kemampuan praktek tiap profesi dengan cara


memberdayakan tiap profesi untuk mampu melengkapi praktek profesi lain.

3. Adanya kerja sama untuk meningkatkan pelayanan dan inovasi dengan cara
menerapkan analisis kritis dalam kolaborasi Interprofessional.

4, Meningkatnya hasil akhir pelayanan kesehatan untuk pasien, keluarga dan


komunitas dengan cara menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan mereka.

Pengembangan IPE yang ideal harus dimulai dengan persamaan paradigma


bahwa IPE hanyalah langkah awal dari tujuan utama dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien.

Praktik kerjasama interprofesi menekankan tanggung jawab bersama dalam


manajemen perawatan, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan
pada masing-masing pendidikan dan kemampuan praktisi.

5
Tim interprofesi dapat terdiri atas berbagai profesi kesehatan seperti
konsultan, dokter, perawat, dokter spesialis, dan fisioterapis dan tim ini dapat
diterapkan pada berbagai macam tatanan perawatan misalnya pada ruang operasi
maupun pada perawatan geriatri. Dalam penerapan kerjasama interprofesi,
anggota tim interprofesi mungkin saja mengalami konflik karena beragamnya
latar belakang profesi.

Dibutuhkan pemahaman tentang perawatan yang berfokus pada komunikasi


dan sikap yang mengacu pada keselamatan pasien yang merupakan prioritas
utama. Selain itu dibutuhkan kejelasan peran masing-masing profesi dalam
menciptakan perawatan yang optimal, yaitu meliputi peran mandiri tiap profesi
dan peran tim interprofesi secara

2.2 Penerapan Interprofesional Education agar berjalan dengan optimal

Tenaga kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan


kesehatan yang bermutu di era global seperti saat ini. Pelayanan bermutu dapat
diperoleh melalui praktik kolaborasi antar tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
yang dimaksud adalah perawat, dokter, dokter gigi, bidan, apoteker, dietisien, dan
kesehatan masyarakat (Sedyowinarso, Fauziah, Aryakhiyati, Julica, Munira,
Sulistyowati, Masriati, Olam, Dini, Afifan, Meisudi, & Piscesa, 2011).

Pelayanan kesehatan sering sekali ditemukan kejadian tumpang tindih


pada tindakan pelayanan antar profesi yang diakibatkan karena kurangnya
komunikasi antar tenaga kesehatan dalam kerjasama tim (Sedyowinarso dkk.,
2011). Kurangnya komunikasi akan berpengaruh terhadap outcome pasien,
Sehingga seorang mahasiswa harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang
efektif terutama dalam berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain dan pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan pasien. (American Association of
Critical-Care Nurses, 2005, dalam Poore, Cullen, Schaar, 2014).

2.2.1 Pendidkan IPE di Institusi Kesehatan

6
Kemampuan bekerjasama secara interprofesi (interprofessional teamwork)
tidak muncul begitu saja, melainkan harus ditemukan dan dilatih sejak dini mulai
dari tahap perkuliahan agar mahasiswa mempunyai bekal pengetahuan dan
keterampilan. Dalam dunia kesehatan, IPE dapat terwujud apabila para mahasiswa
dari berbagai program studi di bidang kesehatan serta disiplin ilmu terkait
berdiskusi bersama mengenai konsep pelayanan kesehatan dan bagaimana
kualitasnya dapat ditingkatkan demi kepentingan masyarakat luas. Secara spesifik,
IPE dapat dimanfaatkan untuk membahas isu-isu kesehatan maupun kasus tertentu
yang terjadi di masyarakat supaya melalui diskusi interprofesional tersebut
ditemukan solusi-solusi yang tepat dan dapat diaplikasikan secara efektif dan
efisien.

2.2.2 Pelatihan IPE dan IPC antar tenaga kesehatan

Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan antar profesi kesehatan dapat


meningkatkan komunikasi dan pelayanan yang diberikan kepada pasien.

2.2.3 Konstribusi dari tiap profesi yang secara terintegrasi melakukan asuhan
kesehatan

Penerapan IPE diharapkan dapat membuka mata masing-masing profesi


untuk menyadari tugas dalam proses antar pelayanan kesehatan, bahwa seorang
pasien menjadi sehat bukan karena jasa dari salah satu profesi saja. Melainkan,
merupakan konstribusi dari tiap profesi yang secara terintegrasi melakukan asuhan
kesehatan.

2.2.4 Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari


konsep berubah

Perubahan merupakan suatu proses di mana terjadinya peralihan atau


perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis.
Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi
untuk dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.
Kurt Lewin (1951) dalam Hidayat (2008) mengungkapkan bahwa seseorang yang

7
akan berubah harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam
tahap proses perubahan agar perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai
tujuan yang ada. Tahapan tersebut meliputi unfreezing, moving dan refreezing.
Tahap Pencairan (Unfreezing) merupakan tahap awal. Pada kondisi ini mulai
muncul persepsi terhadap hal yang baru. Persepsi mencakup penerimaan stimulus,
pengorganisasian stimulus dan penterjemahan atau penafsiran stimulus yang telah
terorganisir yang akhirnya mempengaruhi pembentukan sikap. Walgito (2004)
mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.

Faktor internal terdiri dari karakteristik individu, pengalaman dan


pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yaitu stimulus dan lingkungan sosial.
Sikap dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon. Sikap dosen yang positif terhadap IPE mendorong untuk berperilaku
mendukung sistem IPE yang baru. Berikutnya merupakan tahap bergerak
(Moving). Pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan ke arah sesuatu
yang baru. Tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah memiliki informasi yang
cukup serta kesiapan untuk berubah, juga memiliki kemampuan dalam memahami
masalah serta mengetahui langkah-langkah dalam menyesuaikan masalah atau
hambatan dalam penerapan IPE. Akhirnya, tahap pembekuan (freezing), yaitu
ketika telah tercapai tingkat atau tahapan yang baru.

Proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat


upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai. Tahap ini merupakan tahap
terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap model pembelajaran
terintegrasi setelah dilakukan pergerakan dan merasakan adanya manfaat dari
pembelajaran IPE ini.

2.3 Efektifitas Praktek Kolaborasi IPE dalam peningkatan kualitas


pelayanan kesehatan di lapangan
Bekerja secara kolektif dalam sebuah tim yang terdiri dari berbagai profesi
kesehatan memungkinkan untuk berbagi beban kerja dan mengurangi pembatas
antar profesi (Hunter, B and Segrott, J, 2014). Efek positif yang lain dari

8
penerapan kolaborasi antarprofesi kesehatan yaitu memudahkan tenaga kesehatan
untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas sehingga mereka
dapat menyelesaikan berbagai macam tugas. Hal ini akan menciptakan suasana
kerja yang lebih efektif dan mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada
(Romijn, A, et al., 2017).
Beberapa penelitian telah membuktikan dampak positif dari penerapan
kolaborasi antar profesi kesehatan dalam pelayanan maternitas. Salah satunya,
adalah penelitian yang dilakukan oleh Margaret, H, et al. (2011) mendeskripsikan
keberhasilan rumah sakit di San Fransisco, California dalam memberikan
pelayanan yang prima kepada ibu dan bayi yang dicapai dengan adanya kolaborasi
yang baik antara dokter obgyn dan bidan selama lebih dari 30 tahun. Kolaborasi
yang bertahan lama antara bidan dan dokter obsgyn ini ditopang dengan
persamaan nilai, tujuan, dan komitmen untuk memberikan pelayanan yang unggul
bagi pasien dan juga melakukan kaderisasi dengan melatih generasi bidan dan
dokter selanjutnya dengan pola yang sama. Selain itu, keberhasilan juga dikaitkan
dengan adanya rasa saling menghargai perbedaan antar profesi dan memanfaatkan
keahlian masing-masing profesi secara maksimal. Dengan demikian, hal tersebut
dapat meningkatkan outcome yang optimal.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Kerjasama merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk


mencapai suatu tujuan. Dimana Kerjasama interprofesi merupakan suatu
kolaborasi yang terkoordinasi di antara berbagai profesi tenaga kesehatan
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pasien untuk
mengoptimalkan efektifitas kinerja, efisiensi biaya dan meningkatkan
kepuasan pasien. Praktik kerjasama interprofesi menekankan tanggung jawab
bersama dalam manajemen perawatan, dengan proses pembuatan keputusan
bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan
praktisi.

Dimana Pengembangan IPE yang ideal harus dimulai dengan persamaan


paradigma bahwa IPE hanyalah langkah awal dari tujuan utama dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien. Seperti
melakukan Pendidkan IPE di Institusi Kesehatan, Pelatihan IPE dan IPC antar
tenaga kesehatan, Konstribusi dari tiap profesi yang secara terintegrasi
melakukan asuhan kesehatan dan Pengembangan IPE di institusi pendidikan
kesehatan yang tidak terlepas dari konsep berubah.

Efektivitas IPE dalam menciptakan tenaga kesehatan yang


professional, mampu bekerjasama dan berkolaborasi dengan profesi
kesehatan yang lain, menghargai dan memahami profesi kesehatan lain, telah
dibuktikan dari banyaknya penelitian terkait. Dalam pelayanan maternitas,
kemampuan kolaborasi dan bekerjasama antara bidan dan dokter spesialis
kandungan sangat dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan yang
berkualitas sehingga menghasilkan outcome yang bagus bagi ibu dan bayi.

3.2 Saran
Mengingat pentingnya sebuah kolaborasi antar tenaga kesehatan, maka
kita perlu memperhatikan cara agar praktik kolaborasi tersebut dapat berjalan
dengan lancar dengan cara adanya Pendidikan, pelatihan dan penerapan
asuhan kesehatan perlu dilakukan di Institusi pendidikan kesehatan demi

10
tercapainya pelayanan kesehatan yang meningkat serta tercapainya penerapan
IPE dan IPC yang optimal dalam praktiknya yang di sertai konsep perubahan
di Institusi kesehatan agar dapat terkendali.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hunter, B and Segrott, J.(2014). Renegotiating inter-professional boundaries in


maternity care: implementing a clinical pathway for normal labour.
Sociology of Health & Illness (36):5. pp. 719–737 doi: 10.1111/1467-
9566.12096

Romijn, A, et al. (2017). Interprofessional collaboration among care


professionals in obstetrical care: are perceptions aligned?. British
Medical Journal Quality and Safety;0:1–8. doi:10.1136/bmjqs-2016-
006401

Margaret, H et al. (2011). Great Minds Don't Think Alike: Collaborative


Maternity Care at San Francisco General Hospital communications.
Obstetrics & Gynecology:118(3).p 678–682 doi:
10.1097/AOG.0b013e3182297d2d

Kurniawan, D., 2014. Interprofessional Education sebagai Upaya Membangun


Kemampuan Perawat dalam Berkolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain.
[Online]
Available at: https://nersdicky.wordpress.com/2014/12/10/interprofessional-
education-sebagai-upaya-membangun-kemampuan-perawat-dalam-berkolaborasi-
dengan-tenaga-kesehatan-lain/amp/
[Accessed 18 Desember 2019].

12

Anda mungkin juga menyukai