Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH INTERPROFESIONAL EDUCATION

DISUSUN OLEH :
AYU LESTARI 20180320024
NIKEN AYU PRAMITASARI 20180320034
MUHAMMAD FAHMI ADHAM 20180320038
FINKA HANANDAYU KAWANDA 20180320041
NI’MA AFNI MAULIDA 20180320068
R. A. ANZALNA RISMA FATTAH 20180320079
JIHAN PURBADEWI 20180320085
ISNAENI LISTRIA 20180320114

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SW. Yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah interprofesional
education ini.

Adapun makalah tentang mekanisme penyakit stroke ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini kita dapat mengambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 9 Maret 2019

Tim penulis
Kata pengantar……………………………………………………….....…………………..…….2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………….….…3

Bab 1 Pendahuluan
……………………………………………………........…………………………………………4

1. Latar Belakang………………………………………………………………………..….4
2. Rumusan Masalah …………………………………………………...……………..……5
3. Tujuan……………………………………………….………………………...................5
4. Manfaat………………………………………………..…………………………………6

Bab II Pembahasan……………………………………………………………………………….6

A. Definisi Interprofessional Education……………………………………………….……7


B. Tujuan Interprofessional Education ………………………………………………..…...7
C. Manfaat Interprofessional Education…………………………………………..…....…..7
D. Gambaran Pelaksanaan Interprofessional Education ………………………………..…8
E. Kompetensi Interprofessional Education……………………………………………..…8

Bab III Penutup………………………………………………………………………....….…….9

A. Kesimpulan …………………………………………………………………....……..…9
B. Saran…………………………………………………………………….……...……….9

Daftar Pustaka………………………………………………………………………….....……..10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era global seperti saat ini, seorang tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu dapat diperoleh dari kolaborasi
yang baik antar profesi seperti dokter, perawat, & apoteker dalam kerjasama tim (Keith, 2008).
Salah satu upaya dalam mewujudkan kolaborasi yang efektif antar profesi perlu diadakannya
praktik kolaborasi sejak dini melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa
pendidikan kesehatan menggunakan strategi Interprofessional Education (IPE) (WHO, 2010).
Menurut the Center for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE,
2002), dan American College of Clinical Pharmacy (ACCP, 2009), IPE merupakan suatu
proses pendidikan dua atau lebih disiplin ilmu yang berbeda untuk melaksanakan pembelajaran
interaktif dalam meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan, serta praktik disiplin ilmu
masing-masing.
Pendidikan interprofessional umumnya diterima dengan baik oleh mahasiswa
pendidikan kesehatan (Sundari, 2013 & Fallatah, 2015). Menurut Hammick (2007), dalam
buku A Best Evidence Systematic Review of Interprofessional Education mengatakan bahwa
pelaksanaan IPE dalam proses pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan,
hal tersebut diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Fallatah (2015), bahwa
persepsi yang baik terhadap IPE dapat meningkatkan kerjasama antar tim dalam memberikan
pelayanan dan kepuasan kepada pasien.
Hasil survei institusi dari 42 negara menyatakan sudah melakukan strategi
Interprofessional Education (IPE) dan memberikan dampak positive bagi sistem kolaborasi
antar profesi dalam dunia kesehatan serta dapat meningkatkan perawatan dan kepuasan pasien,
bukan hanya bagi negara terkait tetapi juga bila digunakan dinegara-negara lain (WHO, 2010).
Di Indonesia sendiri IPE juga mulai dikenal, ini terbukti dari keterlibatan Indonesia sebagai
partner dalam Kobe University Interprofessional Education for Collaborating Working Center
(KIPEC) (HPEQ Project, 2011). Tetapi pengembangan kurikulum IPE belum dikembangkan
secara merata di instansi pendidikan (WHO, 2010).
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari model Interprofessional Education
(IPE), yaitu membantu mempersiapkan mahasiswa pendidikan kesehatan untuk mampu terlibat
dan berkontribusi secara aktif dalam memecahkan permasalahan (problem solving), serta dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan (HPEQ Project, 2011 & Barr, 2012).
Metode pembelajaran IPE antara fakultas kedokteran, farmasi dan keperawatan serta
sistem yang diterapkan dalam studi kasus untuk ditinjau berdasarkan profesi masing masing,
dimana mahasiswa dengan berbagai latar belakang membentuk suatu kelompok kecil belajar
bersama untuk menjalin komunikasi yang efektif dalam merencanakan perawatan pasien secara
optimal dan menyeluruh.
Dalam studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada mahasiswa yang sudah
mengikuti IPE, mahasiswa kedokteran dan farmasi mengatakan bahwa IPE merupakan salah
satu proses pendidikan yang melatih mahasiswa untuk dapat bekerjasama dengan profesi lain
dan berkontribusi dalam menyelesaikan suatu masalah kesehatan dalam konteks profesi
masing-masing.

B. Rumusan Masalah
Mengingat pentingnya model Interprofessional Education (IPE) dalam meningkatkan
mutu pendidikan dan pelayanan kesehatan serta adanya pengaruh sudut pandang mahasiswa
terhadap IPE, maka perlu diadakannya penelitian lebih mendalam agar pendidikan kesehatan
dapat mencetak tenaga kesehatan yang professional. Berdasarkan rumusan masalah tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Persepsi Mahasiswa tentang
Interprofessional Education (IPE)”.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diungkapkan di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang interprofessional education (IPE)
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui demografi mahasiswa yang telah mengikuti Interprofessional
Education (IPE).
b. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa kedokteran umum dan farmasi terkait
pentingnya kerjasama antar profesi.
D. Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui persepsi fakultas kedokteran umum (FKU) dan fakultas farmasi
(FF) tentang Interprofessional Education (IPE), diharapkan dapat memberikan manfaat,
diantaranya:
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai acuan bahan pertimbangan dan evaluasi perbaikan mutu terhadap pelaksanaan
model IPE.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi perbaikan pelayanan pendidikan
kesehatan yang lebih baik.
3. Bagi penelitian kesehatan
Sebagai acuan perbaikan penelitian selanjutnya dalam pengembangan pembelajaran
pendidikan kesehatan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Interprofessional education
a. Definisi interprofessional education
Centre for the Advancement of Interprofessional Education (CAIPE, 2002)
menyebutkan, IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari
profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk
meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan. IPE adalah suatu
pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau lebih profesi yang berbeda untuk
meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan pelakasanaanya dapat dilakukan dalam
semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk menciptakan
tenaga kesehatan yang profesional (Lee et al., 2009). IPE adalah metode pembelajaran yang
interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan suasana belajar
berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan
pemahaman mengenai interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi
sebagai proses profesionalisasi (Clifton et al., 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Broers (2009) praktek kolaborasi
antar profesi didefinisikan sebagai beragam profesi yang bekerja bersama sebagai suatu tim
yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien/klien dengan saling mengerti
batasan yang ada pada masing-masing profesi kesehatan. Interprofessional Collaboration (IPC)
adalah proses dalam mengembangkan dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif antara
pelajar, praktisi, pasien/ klien/ keluarga serta masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan
kesehatan.
b. Tujuan interprofessional education
Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi
dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif (Sargeant, 2009).
Implementasi IPE di bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk
menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga ketika
mahasiswa berada di lapangan diharapkan dapat mengutamakan keselamatan pasien dan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring et al.,
2009).
c. Manfaat interprofessional education
World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang
dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukkan hasil bahwa
praktek kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan,
penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan bagi penyakit kronis,
dan pelayanan serta keselamatan pasien.
WHO (2010) juga menjelaskan praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang
dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan
(caregivers), biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian pasien.
Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO
(2010) menjelaskan IPE berpotensi menghasilkan berbagai manfaat dalam beberapa aspek
yaitu kerjasama tim meliputi mampu untuk menjadi pemimpin tim dan anggota tim,
mengetahui hambatan untuk kerja sama tim; peran dan tanggung jawab meliputi pemahaman
peran sendiri, tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis petugas kesehatan lain;
komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang kompeten untuk rekan,
mendengarkan anggota tim; belajar dan refleksi kritis meliputi cermin kritis pada hubungan
sendiri dalam tim, mentransfer IPE untuk pengaturan kerja; hubungan dengan pasien, dan
mengakui kebutuhan pasien meliputi bekerja sama dalam kepentingan terbaik dari pasien,
terlibat dengan pasien, keluarga mereka, penjaga dan masyarakat sebagai mitra dalam
manajemen perawatan; praktek etis meliputi pemahaman pandangan stereotip dari petugas
kesehatan lain yang dimiliki oleh diri dan orang lain, mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan
memiliki pandangan yang samasama sah dan penting.
Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai
kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan yang
berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan kualitas kesehatan
(Thistlethwaite dan Moran, 2010).
d. Kompetensi interprofessional education
Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu: 1) memahami peran, tanggung
jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, 2) bekerja dengan profesi lain untuk
memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatan pasien, 3) bekerja dengan
profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan pasien, 4) menoleransi
perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain, 5) memfasilitasi pertemuan
interprofessional, dan 6) memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain.
American College of Clinical Pharmacy (ACCP) (2009) membagi kompetensi untuk IPE
terdiri atas empat bagian yaitu pengetahuan, keterampilan, orientasi tim, dan kemampuan tim
yang dijabarkan pada tabel 2.1.
e. Pengaruh persepsi pada interprofessional education
Buku Acuan Umum CFHC-IPE (Tim CFHC-IPE, 2014) menyatakan keefektifan
komunikasi antar profesi dipengaruhi oleh persepsi, lingkungan, dan pengetahuan. Persepsi
yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi. Persepsi terbentuk melalui apa
yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar profesi yang berinteraksi akan
menimbulkan kendala dalam komunikasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
IPE adalah suatu metode pembelajaran interaktif yang diikuti oleh dua atau
lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan kolaborasi dan kualitas pelayanan dan
pelakasanaanya dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu tahap sarjana
maupun tahap pendidikan klinik.
Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi mengenai bagaimana
bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif. Serta menanamkan kompetensi-
kompetensi IPE sejak dini dengan retensi bertahap, sehingga dapat mengutamakan
keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi
kesehatan yang lain.
IPE berpotensi menghasilkan berbagai manfaat dalam beberapa aspek yaitu
kerjasama tim, berupa proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, yang
berlangsung antar para pekerja profesi kesehatan yang berbeda dalam rangka
penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan kualitas kesehatan.
Barr (1998) menjabarkan kompetensi kolaborasi, yaitu 1) memahami peran,
tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, 2) bekerja dengan profesi
lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatan pasien,
3) bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau
perawatan pasien, 4) menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi
lain, 5) memfasilitasi pertemuan interprofessional, dan 6) memasuki hubungan saling
tergantung dengan profesi kesehatan lain.
Keefektifan komunikasi antar profesi dipengaruhi oleh persepsi, lingkungan,
dan pengetahuan. Persepsi terbentuk melalui apa yang diharapkan dan pengalaman.
Perbedaan persepsi antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam
komunikasi.

B. Saran

1. Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan adanya kerja sama yang efektif pada
seluruh elemen tenaga kesehatan.
2. Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari hari.
DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A., 1997, Self-Efficacy: The Exercise of Control, Worth Publishers, New York.
Curran, V.R., Mugford, J.G., Law, R.M.T, Macdonald, S., 2005, Influence of an Interprofessional
HIV / AIDS Education Program on Role Perception, Attitudes, and Teamwork Skills of
Undergraduate Health Sciences Students, Education for Health, 18(1), 32–44.
Dunlop, J.A., dan Shaw, 2002, Community Pharmacists’ Perspectives on Pharmaceutical Care
Implementation in New Zealand, Pharmacy World and Science, 24(6); 224-230.
Elliott, A.C., dan Woodward, W.A., 2007, Statistical Analysis Quick Reference Guidebook with
SPSS Examples, Sage Publication, Inc., California.

Anda mungkin juga menyukai