Anda di halaman 1dari 22

KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN

(Makalah Teknik-Teknik Dan Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik & Review Jurnal)

(Dosen : Ns. F. Manuhutu, S.Kep., M.Kep)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II :

1. JETTI INES DARISERA/12114201230235


2. FELICITIO E. TIMISELA/12114201220074
3. ALFONSUS KUWAY/12114201220009
4. MELANI MANUSIWA/12114201220148
5. CHERLIYN V. RAHAKBAUW/12114201220038
6. SENTIA V.O SOUISA/12114201220192
7. LISTRANIA SARIMOLLE/121122011220125

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2023
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur serta nikmat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang
melimpah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Teknik-Teknik Dan Hambatan Dalam
Komunikasi Terapeutik & Review Jurnal Terkait Penerapan Komunikasi Terapeutik”. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Komunikasi Terapeutik Keperawatan.

Tujuan dibuatnya makalah ini, yaitu untuk mengetahui tentang “Teknik-Teknik Dan
Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik & Review Jurnal Terkait Penerapan Komunikasi
Terapeutik”. Penyusunan makalah ini, tentu tidak lepas dari pengarahan dan bimbingan berbagai
pihak. Maka kami ucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.

Kami menyadari akan kelemahan dan keterbatasan yang kami miliki untuk itu berbagai
masukan berupa saran dan pendapat sangat kami harapkan guna untuk penyempurnaan makalah
ini kedepannya. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat menambah referensi bagi pembaca.

Ambon, 24 Oktober, 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A Latar Belakang .................................................................................................... 1


B Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
C Manfaat ............................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4

A Sikap Dalam Komunikasi Terapeutik ................................................................ 4


B Defenisi Teknik Komunikasi Terapeutik ........................................................... 6
C Teknik – Teknik Komunikasi Terapeutik ........................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................. 16

A Review Jurnal Caring Perawat Dengan Hubungan Terapeutik Perawat Klien … 16

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 18

A Kesimpulan ....................................................................................................... 18
B Saran..................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar belakang
Komunikasi sangatlah penting dalam melakukan interaksi antar satu individu
dengan individu yang lainnya dan komunikasi adalah suatu bentuk individu dalam
berintraksi sosial begitupun interpersonal Manusia. Saat terjadinya proses Komunikasi
yang dapat berdampak dan berpengaruh pada perbedaan karakteristik seseorang,
pengalaman pribadi, usia, sifat, watak, kepribadian, ekonomi, pekerjaan, pendidikan,
sosial,, pekerjaan, agama, ras, suku, dan bangsa (Pieter, 2017).
Dalam pelayanan Keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan
diperlukan Komunikasi untuk berinteraksi dengan pasien yang bisa memberikan aura
positif guna mempengaruhi perilaku pasien dari perilaku negatif menjadi positif
berhubungan erat dengan kesehatan dan tindakan (asuhan) keperawatan penyakit pasien
(klien).
Komunikasi terapeutik adalah hubungan intrapersonal antara perawat dengan
klien dalam menolong klien. Dalam hubungan ini perawat dan klien mendapat
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki emosi klien. Hal ini berdasarkan
dengan rasa kemanusiaan dari perawat dan klien itu sendiri, rasa saling menghargai, dan
kemampuan menerima perbedaan sosiokultural. (Stuart, 2013).
Proses memengaruhi perilaku ini yang sifatnya terapeutik, yaitu pada usaha
pertolongan, dan perawatan, penyembuhan, dan melakukan mengedukasi pasien (klien).
Interaksi Komunikasi yang terjadi dengan pasien saat Lamria Situmeang 24 perawat
memberikan Asuhan Keperawatan Di sebut dengan Komunikasi teraupetik, komunikasi
teraupetik ini terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.
Komunikasi dalam proses keperawatan bukan hanya terjadi dengan pasien saja
tapi juga komunikasi bisa terjalin anatar profesi kesehatan yang lainnyanya diantaranya
parawata dengan dokter, perawat dengan petugas laboratorium, perawat dengan perawat,
perawata dengan apoteker, perawat dengan petugas gizi dalam melakukan kolaborasi

1
untuk kepentingan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit secara profesional, bermoral, dan
bertanggung jawab (Pieter, 2017).
Teknik komunikasi terapeutik adalah respon spesifik yang mendorong ekspirasi
perasaan dan ide, serta menyampaikan penerimaan dan penghargaan (Potter & Perry,
2019). Fungsi komunikasi terapeutik adalah mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan
(Purwanto, 2014).
Komunikasi terapeutik, ketika perawat mengkomunikasikan mengapa mereka
melakukan tindakan keperawatan dan bertanya kepada pasien/klien apakah mereka
memiliki masalah atau pertanyaan, berbicara dengan cara yang menyenangkan dan ramah
dan menunjukkan melalui bahasa tubuh bahwa sudut pandang pasien/klien dihormati.
Dimana professional kesehatan secara sadar menggunakan teknik khusus untuk
membantu pasien/ klien lebih memahami kondisi atau situasi mereka.
Teknik komunikasi terapeutik seperti: mendengarkan aktif, diam, fokus,
menggunakan pertanyaan terbuka, klarifikasi, eksplorasi, paraphrase, refleksi,
menyatakan kembali, memberi arahan, meringkas, pengakuan, dan menawarkan diri.
Hubungan perawat – pasien/klien terapeutik adalah keintiman professional, kekuatan,
empati, rasa hormat dan kepercayaan. Hambatan komunikasi terapeutik yang efektif
termasuk karakteristik sosio - demografi, hubungan pasien – perawat, bahasa, kesalah
pahaman, serta rasa sakit.
Komunikasi terapeutik memungkinkan perawat untuk mengatasi masalah
pasien/klien dan memberi mereka dukungan emosional dan informasi kesehatan yang
bermanfaat. Komunikasi terapeutik sangat penting untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikologi pasien sambil membangun hubungan saling percaya perawat – pasien/klien.
Klarifikasi dalam komunikasi terapeutik, misalnya pasien tidak yakin “Apa itu
takikardia” perawat dapat menjelaskan lebih lanjut “itu berarti detak jantung anda
meningkat dan jantung anda berdetak terlalu cepat.
Pada dasarnya, komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu
terbentuknya hubungan yang konstruktif diantara perawat dan klien. Tidak seperti

2
komunikasi biasanya, komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien
mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan.
Teknik komunikasi terapeutik yang dipilih perawat bergantung pada tujuan
dilakukannya komunikasi dan kemampuan pasien untuk berkomunikasi secara verbal.
Perawat dapat memilih teknik yang mampu memfasilitasi interaksi antara keduanya.
komunikasi terapeutik juga melibatkan komunikasi nonverbal, yaitu perilaku yang
ditunjukkan seseorang saat menyampaikan komunikasi verbal. Contoh dari komunikasi
nonverbal, yakni ekspresi wajah, bahasa tubuh, isyarat vokal, dan kontak mata.
Berdasarkan dengan uraian diatas maka kami tertarik untuk menyusun makalah
dengan judul “Sikap Dan Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik dan contoh dari sikap
dan teknik-teknik komunikasi terapeutik”.

B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah adalah
‘Bagaimanakah sikap dan teknik-teknik dalam komunikasi terapeutik serta bagaimana
contoh dari sikap dan teknik-teknik komunikasi terapeutik?

C Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan membuka wawasan berpikir serta
dapat mengaplikasikan sikap dan teknik-teknik komunikasi terapeutik.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya disiplin ilmu keperawatan mengenai sikap dan teknik-teknik
komunikasi terapeutik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap Dalam Komunikasi Terapeutik


Agar tercapai komunikasi yang efektif, terutama dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan, perlu ditunjukkan dan diterapkan sikap-sikap terapeutik. Dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien maka hal yang perlu diperhatikan adalah
sikap dalam berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi, diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas.
Berikut sikap-sikap psikologis spesifik terhadap komunikasinya, yaitu sebagai berikut:
1. Orang dewasa/lansia melakukan komunikasi berdasarkan
pengetahuan/pengalamannya sendiri. Sikap perawat: enggunakan motivasi untuk
mencari pengetahuan sendiri sesuai yang diinginkan. Tidak perlu mengajari, tetapi
cukup memberikan motivasi untuk menggantikan perilaku yang kurang tepat.
2. Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia harus melibatkan perasaan dan pikiran.
Sikap perawat: gunakan perasaan dan pikiran orang dewasa/lansia sebagai kekuatan
untuk merubah perilakunya.
3. Komunikasi adalah hasil kerja sama antara manusia yang saling memberi pengalaman
serta saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah. Sikap
perawat: bekerja sama dengan orang dewasa/lansia untuk menyelesaikan masalah.
Memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan pengalaman dan
memberi tanggapan sendiri terhadap pengalaman tersebut.

Menurut Egan (2016) ada Lima sikap untuk menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik, yaitu :

1. Sikap berhadapan, maksud dari posisi ini adalah kita sudah siap melakukan sesuatu
untuk klien. Contohnya : ketika pasien mengatakan masalah kesehatannya maka
perawat tetap siap untuk menangani masalah keperawatan yang terjadi.
2. Sikap mempertahankan kontak mata, kontak mata berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Contohnya : pada saat terjadi
komunikasi antara pasien dan perawat maka harus perawat memperhatikan dan
4
memberikan kontak mata pada pasien agar dapat memberi respon kepada pasien
bahwa perawat itu menghargai pasien yang datang dengan keluhan yang ia rasakan.
3. Sikap membungkuk ke arah klien, posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu. Contoh : saat pasien mengatakan sesuatu hal ke
perawat maka respon perawat dengan posisi tubuh agak membungkuk untuk dapat
memerikan respon bahwa perawat itu ingin mendengarkan apa yang disampaikan
pasien, dan tetap menjaga privasi antara pasien dan perawat.
4. Sikap mempertahankan sikap terbuka tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi, sebuah sikap menerima kehadiran orang lain
dalam komunikasi. Contohnya : ketika perawat sedang berbicara dengan pasien atau
keluarga pasien jangan perawat melipt tangan atau kaki, agar tidak memberi kesan
bahwa perawat tidak menghargai atau tidak mau menerima pasien tersebut, sehingga
sikap harus dijaga agar pasien merasa diterima untuk menyampaikan keluhannya.
5. Sikap tetap rileks, tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi responkepada klien. Contohnya : perawat tetap rileks dan
santai dalam melakukan komunikasi dengan pasien agar perawat tidak menjadi
tegang saat merespon percakapan tersebut.
6. Jarak berinteraksi, ruang intim sampai 50 cm, ruang pribadi 50 – 120 cm, dan ruang
konsultasisosial 275 – 365 cm. Komunikasi teraupetik pada umumnya terjadi di ruang
pribadi, tetapi antara pasien dengan perawat tidak dibatasi meja atau jeruji.
Contohnya : perawat memberikan ruang untuk bisa melakukan komunikasi terapeutik
dengan baik, agar pasien bsa menyampaikan tujuannya tanpa ada gangguan.
7. Diam dapat berguna untuk memfasilitasi pasien dalam mengexspresikan pikiran dan
perasaannya. Contohnya: pada pasien menarik diri, setelah perawat mengajukan
pertanyaan maka perawatdiam untuk memberi kesempatan pada pasien memikirkan
tentang jawaban pertanyaan.
8. Volume nada dan suara mempengaruhi penyampaian pesan. Pada pasien lansia
digunakan volume suara tinggi dengan nada rendah, pada pasien perilaku kekerasan
di gunakan volume dan nada suara rendah, tetepi tetap tegas. Contohnya : perawat
dalam memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien jangan dengan volume

5
suara yag tinggi, itu membuat pasien dan keluarga tidak merasa nyaman, dan
mengacaukan suasana komunikasi tersebut.

B. Defenisi Teknik Komunikasi Terapeutik


Teknik komunikasi terapeutik adalah respon spesifik yang mendorong ekspirasi
perasaan dan ide, serta menyampaikan penerimaan dan penghargaan (Potter & Perry,
2019). Teknik komunikasi terapeutik yang dipilih perawat bergantung pada tujuan
dilakukannya komunikasi dan kemampuan pasien untuk berkomunikasi secara verbal.
Perawat dapat memilih teknik yang mampu memfasilitasi interaksi antara keduanya.

C. Teknik – Teknik Komunikasi Teraupetik


Sebagai perawat yang memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien di dalam
berkomunikasi harus memperhatikan beberapa teknik komunikasi terapeutik, teknik
komunikasi terapeutik ini adalah sebagai berikut :
1. Mendengarkan
Dalam berkomunikasi dengan pasien, mendengar yang di maksud adalah perawat
saat berkomunikasi harus jadi pendengar yang baik yang bisa mendengarkan pasien
disaat pasien menyampaikan keluhan atau berbicara, dan perawata harus berusaha untuk
menghindari pergerkan tubuh yang bisa menjadi gangguan disaat berbicara, didalam
menjawab atau merespon balasan dari pasien dapat di tunjukkan melalui gerakkan tubuh.
Perawat yang aktif mendengarkan akan menunjukkan minat dan memberikan
reaksi secara verbal atau nonverbal yang dapat mendorong pasien membuka dirinya.
Pasien dapat merasakan bahwa perawat tertarik, mendengarkan, dan memahami
pembicaraannya.
Ada beberapa yang perlu di perhatikan saat berkomunikasi dengan teknik
mendengarkan dan harus ada Keterampilan yang harus dimiliki seseorang dengan teknik
mendengarkan dengan penuh perhatian bisa menunjukkan sikap berikut:
a. Mempertahankan kontak mata saat bebicara dengan lawan bicara
b. Memandang lawan bicara ketika interaksi bicara berlangsung
c. Mencegah gerakan yang bukan diperlukan

6
d. Memberikan umpan balik untuk menjawab pertanyaan dari lawan bicara dengan
menggunakan bahasa tubuh dengan cara menggangukkan kepala
e. Usahakan posisi tubuh condong terhadap lawan bicaranya

Contoh teknik mendengar :

Pada saat pasien datang ke Rumah Sakit dan menyampaikan


keluhannya kepada perawat, maka disitu perawat harus mendengar
dengan baik keluhan pasien tersebut, respon dari mendengar
keluhan pasien ini adalah dengan cara menganggukkan kepala pada
saat mendengar keluhan pasien, dan juga respon memberikan
sentuhan ke pasien tanda perawat memberikan respon.
2. Perhatian/memfokuskan
Interaksi komunikasi antara perawat dengan pasien harus bisa menunjukkan suatu
perhatian penuh pada pasien sebagai lawan bicara yang menyatakan bahwa dengan
adanya perhatian maka pasien akan merasa di hargai atau di hormati agar bisa
menimbulkan adanya kepercayaan penuh Pasien pada perawat.
Perawat juga harus memperhatikan isi percakapan dengan pasien dengan harus
fokus pada percakapan tersebut. Ketika perawat fokus pada pembicaraan maka bisa saja
didapatkan pasien memberikan suatu pernyataan penting yang perlu didiskusikan lebih
lanjut.

Contoh teknik perhatian :

Pada saat pasien menyampaikan apa keluhannya atau pasien


menanyakan tentang kondisinya disitu sebagai perawat harus
kita memberikan perhatian pada percakapan yang sementara
berlangsung itu, dan sebagai perawat haru juga focus pada isi
percakapan tersebut agar dapat memberi respon atau jawaban
pada apa yang disampaikan oleh pasien ke perawat, jika
perawat memberi respon maka pasien ataupun keluarga pasien
merasakan bahwa perawat menghargai mereka dan perawat
mempunyai perhatian pada apa yang disampaikan oleh pasien
ataupun keluarga pasien.
7
3. Klarifikasi
Dalam melakukan komunikasi klarifikasi yang dimaksud adalah perawat dalam
hal ini menjelaskan maksud dari pembicaraan atau apa yang diungkapkan oleh pasien
sebagai lawan bicara bisa jadi di karenakan perawat kurang jelas dan belum paham atau
kurang mendengar dengan jelas yang yang di bicarakan oleh pasien sehingga diperlukan
klarifikasi tujuan dari teknik klarifikasi ini adalah untuk menyamakan persepsi antara
perawat dan pasien sebagai lawan bicaranya.
Meminta klarifikasi pasien saat mereka mengatakan sesuatu yang
membingungkan atau ambigu untuk menghindari kesalahpahaman. Ini juga memberikan
klien kesempatan untuk mengklarifikasi ataupun menambahkan penjelasan.

Contoh teknik perhatian :

Saat pasien menyampaikan keluhannya atau apa yang


dirasakan oleh pasien kepada seorang perawat disitu perawat
mungkin masih belum memahami atau kurang konsentarsi
dalam mendengar keluhan atau apa yang disampaikan oleh
pasien sehingga perawat mengklarifikasi hasil dari
pembicaraan itu agar perawat tidak salah dan dapat mengerti
apa maksud dari percakapan tersebut, dan dapat memberikan
respon dengan kalimat “Kalau ibu bersedia bisakah ibu
menggulang kembali apa yang membuat ibu bersedih?”.

4. Refleksi
Teknik refleksi disini dimana perawat berusaha untuk memberikan bagaimana
pandangan terhadap ide, apa yang dirasakan atau suatu pertanyaan serta apa isi
pembicaraannya dengan pasien. Refleksi mendorong pasien untuk mengenali
dan menerima perasaannya sendiri.
Bisa juga bermamfaat untuk memvalidasi pemahaman perawat terhadap apa yang
diungkapkan oleh pasien untuk menunjukkan adanya rasa empati, minat, dan
penghargaan pada pasien (Antai-Otong dalam Suryani, 2015). Teknik-teknik refleksi
terdiri dari: (Keliat, Budi Anna, 2020)

8
a. Refleksi visi, merupakan bagaimana cara memvalidasi terhadapa pembicaraan
yang didengar oleh perawat dari pasien.
b. Klarifikasi ide adalah bagaiamana mengekspresikan kepada pasien tentang
pengertian perawat pada pembicaraan antara perawat dengan pasien, apakah
perawat mengerti atau memahami apa isi dari pembicaraan tersebut.
c. Refleksi perasaan, merupakan pemberian umpan balik respon terhadap apa
yang dirasakan oleh pasien terhadap kelangsungan pembicaraan supaya pasien
bisa tahu dan dapat menerima perasaanya.

Tujuan teknik refleksi pada komunikasi terapeutik adalah :

a. Mengerti dan dapat menerima ide dan perasaan yang dirasakan lawan bicara
b. Memeriksa kembali apa isi dari pembicaraan tersebut
c. Menjelaskan keterangan agar lebih di pahami sehingga lebih jelas

Kekurangan teknik refleksi pada komunikasi terapeutik adalah :

a. Terlalu sering mengulang hal yang sama sama


b. Bisa meningkatkan emosi dan frustasi pada lawan bicara

Contoh teknik refleksi :

Seorang pasien saat menyampaikan maksud dan tujuannya ke


perawat, maka disitu perawata bias berespon dengan
menanyakan kembali atau mengkaji kembali apa yang menjadi
topic pembicaraan yang sedang terjadi. Misalnya saat pasien
bertanya, “Apakah saya harus membicarakannya dengan
dokter?” Perawat dapat merespons dengan, “Menurut Anda,
apakah Anda harus membicarakannya dengan dokter?. Atau
contoh lainnya “Bapak terlihat sedih. Apakah Bapak merasa
tidak senang apabila Bapak ….”

9
5. Empati
Merupakan Usaha atau upaya seolah bisa masuk ke diri lawan bicara agar bisa
ikut mersakan sesungguh nya terhadapa apa yang dirasakan oleh pasien sebagai lawan
bicara. Tanpa menghilangkan identitas diri (Taufik,2012).
Melalui perasaan empati seorang perawat bisa mempertahankan hubungan yang
erat dengan pasien agar memudahkan buat perawat untuk dapat menggali atau mengkaji
masalah yang di rasakan oleh pasien, selain itu juga bisa membantu proses sembuh pasien
dari sakitnya.

Contoh teknik empati :

Pada saat terjadi pembicaraan antara perawat dengan seorang


pasien, dimana pasien tersebut menyampaikan keluhan atau apa
yang menjadi masalahnya kepada seorang perawata maka
perawata tersebut dapat memberi respon bahwa perawat tersebut
juga dapat merasakan hal yang sama yang dirasakan oleh pasien
tersebut. Salah satu contoh yaitu : ketika seorang pasien
menyatakan bahwa “Saya merasakan sakit sekali di bagian tubuh
saya yang di operasi, maka seorang perawat akan memberikan
respon seperti “ya bu saya bisa merasakan apa yang ibu rasakan”.

6. Identifikasi tema
Merupakan bagaimana cara kita membuat suatu kesimpulan terkait ide poko atau
utama saat kita melakukan interaksi bicara dengan singkat yang tujuannya menentukan
ketahap pembicaraan berikutnya sebelum melakukan topik yang akan di bicarakan
selanjutnya.
Pengamatan terhadap pasien dapat membantu mengidentifikasi masalah yang
tidak disadari sebelumnya. Teknik yang kuat untuk memverifikasi bahwa perawat
memahami apa yang klien katakan atau ungkapkan dengan benar.

Contoh teknik empati :

Apabila seorang pasien datang dengan segala keluhan, masalah


yang dia alami maka disitu seorang perawat harus memberikan

10
respon yang baik pada pasien tersebut agar pasien merasa
dihargai, dimana perawat harus dapat membuat kesimpulan atau
mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pasien. Salah satu
contoh kalimatnya yaitu : “Saya dapat mengerti tentang masalah
yang bapak alami. Bapak merasa kesepian setelah anak – anak
bapak sudah dewasa dan pergi merantau untuk mencari kerja
sehingga bapak merasa sekarang hidup sendiri Untuk mengatasi
keadaan bapak yang sekarang apa yang bapak akan perbuat?”

7. Diam
Diam adalah suatu usaha bagi kita sebagai seorang perawat untuk menganalisa
pikiran pasien sebagai lawan bicara paerawat agar ada kesempatan bagi perawat maupun
pasien sebagai lawan bicara. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan dan
ketetapan waktu. Dengan teknik diam juga bisa memberikan bagi pasien agar punya
kesempatan untuk berbicara dengan diri sendiri guna memproses informasi yang di
terima .
Bagi perawat, diam punya arti adanya kesempatan untuk pasien berpikir dan
berpendapat/berbicara. Keheningan dapat memberikan waktu dan ruang bagi pasien
untuk mengutarakan pikiran dan perasaan ke dalam kalimat.

Contoh teknik diam :

Seorang perawat akan mengambil respon dengan cara diam pada


saat pasien menyampaikan apa yang menjadi masalahnya pada
perawat, tujuan ini untuk perawat memahami apa yang menjadi
masalah pasien untuk mencari ide atau solusi apa dilakukan untuk
mengatasi masalahnya. Contoh kalimat respon antara perawat
dengan pasien yaitu : Pasien mengatakan : “ saya merasa jenuh
terhadap kondisi sakit yang saya alami. Dan perawat memberika
respon dengan mengatakan : “Ehmmmm (Diam Sejenak).

11
8. Humor
Merupakan suatu teknik untuk menciptakan atau untuk membantu membuat
suasana yang tegang menjadi yang terjadi antara perawat dengan pasien saat intraksi
komunikasi berlansung, dan mengurangi tingkat emosional yang tadinya meningkat
sehingga menurunkan rasa cemas yang di alami oleh pasien dengan memberikan bahan
candaan atau gurauan.
Memberikan harapan kepada pasien bahwa mereka dapat melalui situasi yang
tengah dijalani dan meringankan suasana dengan humor dapat membantu perawat
membangun hubungan yang baik dengan pasien. Kedua hal ini dapat membuat pikiran
pasien lebih positif.

Contoh teknik humor :

Ketika pasien datang dengan kondisi cemas, kondisi tengang dan


menyampaikan masalah atau keluhannya kepada perawat, disitu
perawat mengambil peran penting untuk mengubah situasi yang
cemas, tegang dimana perawat bias membuat humor, candaan
untuk mengalihkan kecemasan, dan ketagangan yang tadi terjadi.
Tetapi perawat juga harus memberikan candaan atau homur yang
tidak menyinggung perasaan pasien tersebut.

9. Asertive
Suatu teknik menyampaikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan
kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan
pihak lain tanpa bermaksud menyerang orang lain.
Sikap assertive merupakan kemampuan penting yang harus di kuasai perawat.
Bersikap assertive berarti perawat dengan secara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak dan perasaan
klien.

Contoh teknik asertive :

Pada saat pasien melakukan percakapan dengan perawat dalam


mengatasi masalah kesehatan yang sedang dialami oleh pasien,

12
disitu perawat akan memberikan respon berupa solusi, edukasi,
kepada pasien, dan dalam menyampaikan edukasi, solusi
tersebut perawat harus memperhatikan hak-hak dan perasaan
pasien tersebut agar pasien tidak merasa tersinggung dengan apa
yang disampaikan oleh perawat tersebut.

10. Sentuhan
Teknik ini dimana saat perawat melakukan interaksi komunikasi dengan pasien
bisa memberikan sentuhan kepada pasien sebagai komunikasi verbal yang disampaikan
oleh perawat ke klien ataupun sebaliknya.
Banyak arti pesan yang dapat disamapikan dari sentuhan yang bervariasi Yaitu :
Ungkapan ketulusan hati,rasa aman dan nyaman, pemberian dukungan dukungan, Bisa
menerima, dan adanya rasa empati. Sentuhan juga bisa mengurangi ketakutan, kecemasan
dan depresi yang dialami oleh pasien mengalami.

Contoh teknik sentuhan :

Pada saat perawat mendengar keluhan, dan masalah yang


dialami pasien maka perawat akan merespon apa yang
disampaikan oleh pasien tersebut dengan perawat
mengatakan bahwa ia dapat mengerti akan rasa sedih yang
dialami oleh nya. Sebagai umpan balik perawat dapat
menyentuh dengan menepuk bagian pundak pasien atau
memengangang tangan pasien dengan erat.

11. Menyimpulkan
Merupakan cara untuk mengklarifikasi bahwa seorang perawat ketika
berkomunikasi bisa mengerti apa yang di bicarakan atau di komunikasikan oleh p asien
adalah benar dengan menambahkan suatu penjelasan.
Perawat dapat membuat ringkasan di akhir percakapan sehingga pasien
mengetahui bahwa perawat mendengar dan menyimak pembicaraan. Teknik komunikasi
terapeutik ini memungkinkan pasien untuk memberikan koreksi jika perawat membuat
kesimpulan yang salah.

13
Contoh teknik menyimpulakan :

Ketika pasien menyampaikan keluhan atau masalah


yang di alami maka perawat akan melakukan respon
dengan menyimpulkan masalah yang disampaikan oleh
pasien dan membantu mencari solusi untuk mengatasi
masalah yang dialami pasien, sehingga pasien
merasakan bahwa perawat tersebut mempunyai
perhatian dan konsentrasi pada apa yang disampaikan
oleh pasien.

12. Visualisasi
Merupakan teknik menjelaskan terhadapa apa yang akan di sampaikan dengan
cara memberikan gambaran visual/deskripsi.

Contoh teknik visualisasi :

Pada saat perawata melakukan tindakan merawat luka


maka perawat akan menggunakan salah satu instrument
yaitu bengkok, maka perawat akan menjelaskan bahwa
“saya menggunakan bengkok untuk menampung kapas dan
kasa yang kotor. Perawat dapat menjelaskan bahwa bentuk
dari bengkok bentuknya menyerupai Ginjal, sehingga klien
mampu mendapatkan gambaran yang lebih jelas”

Bisa juga menggunakan teknik bahasa tubuh diantaranya :


a. Kinesis teknik yang mengacu pada komunikasi yang di lakukan dengan
menggunakan dengan gerakan tubuh seperti ekspresi wajah, gerak tubuh dan
postur. Seorang perawat bisa mengartikan tanda-tanda kinetik dengan gerakan
tubuh dari pasien. Contohnya : Pasien tampak mengepalkan tangan, alis
berkerut, lengan dilipat, sebagai ungkapan pasien sedang merasakan sakit atau
nyeri.

14
b. Prosemik Hal yang berhubungan dengan jarak dan hambatan fisik. Sebagai
contoh: Adanya meja antara perawat dan klien mempertinggi perasaan
pemisahan dan mengurangi perasaan bekerja sama sebagai sebuah tim. Dalam
keperawatan anak, kita perlu memperhatikan jarak vertikal maupun
horizontal. Posisi perawat yang terlalu tinggi (mata tidak sejajar dengan anak)
dapat memberikan kesan menakutkan bagi anak kecil. Perawat perlu
mensejajarkan posisi dengan anak. Contoh Perawat berlutut di samping
tempat tidur atau duduk sejajar dengan anak.

c. Paralinguistik Adalah karakteristik dari suara, seperti nada, volume dan


penekanan. Contohnya bisikan merupakan tanda kerahasiaan dan volume naik
menandakan kemarahan. Perawat dapat mencocokkan kata – kata yang
digunakan klien dengan nada/volume suaranya. Contoh : penggunaan kata
“sih” dapat menunjukkan rasa kesal, marah ataupun penerimaan.

d. Otonom adalah reaksi tubuh umumnya di luar kendali. Contohnya klien


terlihat pucat ketika shock atau takut; Klien mengeluarkan airmata ketika
bahagia

e. Waktu Merupakan yang sangat berharga untuk semua penyedia layanan


kesehatan. Petugas kesehatan termasuk perawat dapat tergoda untuk mencoba
menghemat waktu dengan mempersingkat komunikasi dengan klien. Namun,
hal ini sering mengakibatkan miskomunikasi dan ketidakpuasan klien. Oleh
karena itu, menyediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi secara
efektif dengan klien adalah penting untuk mencegah kesalahan yang dapat
berakibat fatal pada regimen terapeutik.

15
BAB III

PEMBAHASAN

Review Jurnal Tentang Caring Perawat Dengan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien

Judul HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN KEPUASAN


PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Peniliti Dewi Ningsy Mony, Moh Afandi

Tahun 2021

Jurnal KESEHATAN

Latar Belakang Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan


kesehatan merupakan faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan di mata masyarakat. Sehingga pelayanan keperawatan
prima harus diwujudkan untuk mendukung tersedianya pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan salah satu indikator mutu layanan
keperawatan adalah kepuasan pasien dan caring perawat menjadi
jaminan layanan perawatan tersebut bermutu.

Tujuan Diketahuinya hubungan antara sikap caring perawat dengan kepuasan


pasien rawat inap kelas III di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif korelasional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang dengan
menggunakan teknik sampel insidental. Analisis data menggunakan
Kendall Tau.

Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional.


Pengumpulan data menggunakan kuesioner.

Hasil Berdasarkan uji Kendall Tau Corelation, didapatkan hasil bahwa nilai
? = 0,622 dan nilai p = 0,000 karena nilai p < 0,05 berarti hipotesis
diterima, artinya ada hubungan antara sikap caring perawat dengan
kepuasan pasien rawat inap kelas III di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.

Kesimpulan:
Ada hubungan antara sikap caring perawat dengan kepuasan pasien rawat inap kelas III di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan rentang kategori kuat.

16
Pendapat:
Menurut pendapat saya dari jurnal serta review jurnal tersebut dikatakan bahwa kita
sebagai calon atau generasi mudah perawat harus lebih banyak mengetahui tentang caring,
karena perawat sangat indektif dengan caring yang akan membuat pasien / klien yang akan
merasakan nyaman, tenang dan akan merasa terhobat jika kita melayanani. Dan dengan
perilaku caring yang diterapkan oleh seorang perawat ke pasien itu sangat membantu
pasien dalam proses penyembuhan serta penerapan asuhan keperawatan oleh perawat
kepada pasien dapat maksimal. Dengan adanya perilaku caring oleh seorang perawat
kepada seorang pasien maka itu memberikan nilai tersendiri pada pasien bahwa ia
merasakan adany respon baik dan ia diterima serta dihargai oleh seorang perawat.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agar tercapai komunikasi yang efektif, terutama dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan, perlu ditunjukkan dan diterapkan sikap-sikap terapeutik. Dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien maka hal yang perlu diperhatikan adalah
sikap dalam berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, diperlukan pengetahuan tentang
sikap-sikap yang khas.
Teknik komunikasi terapeutik adalah respon spesifik yang mendorong ekspirasi
perasaan dan ide, serta menyampaikan penerimaan dan penghargaan (Potter & Perry,
2019). Teknik komunikasi terapeutik yang dipilih perawat bergantung pada tujuan
dilakukannya komunikasi dan kemampuan pasien untuk berkomunikasi secara verbal.
Perawat dapat memilih teknik yang mampu memfasilitasi interaksi antara keduanya.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah
wawasan bagi penulis dan pembaca di waktu yang akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and


Practice. 7th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

https://www.sehatq.com/artikel/ragam-teknik-komunikasi-terapeutik-untuk-mendukung
kesembuhan-pasien.2020.dr. Renni Utari

Stuart, G. W., 2013. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Ed 9th. Mosby: Elsevier.
WHO. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.

https://www.scribd.com/document/368570120/Sikap-Komunikasi-Terapeutik-Dan-Non-
Terapeutik-2.2018. Dita Anggrieni

19

Anda mungkin juga menyukai