Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN HELPING


RELATIONSHIP DALAM KONTEKS HUBUNGAN TERAPEUTIK
PERAWAT DAN KLIEN
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah komunikasi Keperawatan II
Dosen Pengajar: Woro Rahmanishati, S.Pd.,S.Kep., M.Kes

Disusun oleh :

Akmal Maulana C1AA21013


Annisa Wahdatul J C1AA21018
M. Fawaz Marwanda C1AA21075
Leviana Suci M C1AA21063
Neng Andini Amalia Putri C1AA21096

2C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan karunia rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini
sehingga selesai pada waktunya. Makalah yang Berjudul “Konsep Komunikasi
Terapeutik Dan Helping Relationship Dalam Konteks Hubungan Terapeutik
Perawat Dan Klien” ini disusun dan dibuat berdasarkan materi yang sudah ada.
Selain untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan II,
pembuatan makalah ini bertujuan agar dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
untuk kita semua.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah mendukung dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari para pembaca
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya

Sukabumi, 31 Agustus 2022

Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1


A. LATAR BELAKANG ........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................3
C. TUJUAN .............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................4
A. DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ........................................4
B. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK .........................................5
C. FUNGSI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ..........................................5
D. PRINSIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK .........................................6
E. BEDA KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KOMUNIKASI
SOCIAL ..............................................................................................9
F. HELPING RELATIONSHIP ..............................................................10
BAB III PENUTUP .......................................................................................14
A. KESIMPULAN ...................................................................................14
B. SARAN ...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan
proses keperawatan.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit
(Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Selain itu yang perlu diperhatikan bahwa perubahan bisa terjadi setiap saat.
dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah
berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada
pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan,
kebingungan dan kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan
perubahan pada orang lain. Merubah orang lain bisa bersifat implisit dan
eksplisit atau bersifat tertutup dan terbuka. Kenyataan ini penting khususnya
dalam kepemimpinan dan manajemen. Pemimpin secara konstan mencoba
menggerakkkan sistem dari satu titik ke titik lainnya untuk memecahkan
masalah. Maka secara konstan pemimpin mengembangkan strategi untuk
merubah orang lain dan memecahkan masalah. Keperawatan yang sedang
berada pada proses profesionalisasi terus berusaha membuat atau merencanakan
perubahan. Adaptasi terhadap perubahan telah menjadi persyaratan kerja dalam
keperawatan. Personal keperawatan bekerja untuk beberapa pimpinan,
termasuk klien dan keluarganya, dokter. manajer keperawatan, perawat
pengawas dan perawat penanggung jawab yang berbeda dalam tiap ship.
Perawat pelaksana menemukan peran bahwa mereka berubah beberapa kali

1
dalam satu hari. Kadang seorang perawat menjadi manajer, kadang menjadi
perawat klinik, kadang menjadi konsultan dan selalu dalam peran yang berbeda.
Perawat tentu saja berharap perubahan tersebut jangan sampai menimbulkan
konflik. Oleh karena itu, sebaiknya perawat perlu mengetahui teori-teori yang
mendasari perubahan. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian
komunikasi termasuk "therapeutic use of self" dan "helping relationship" untuk
praktek keperawatan, serta teori teori tentang perubahan.
Secara umum, helping relationship merupakan bagian dari konsep
komunikasi yang lebih besar yakni komunikasi terapeutik. Helping relationship
merupakan bentuk hubungan dalam rangka membantu individu lain melalui
pendekatan yang profesional. Hal itulah yang membedakan helping relationship
dengan jenis komunikasi lain dalam konteks komunikasi sosial. Sebagai bagian
dari komunikasi terapeutik, helping relationship merupakan bentuk komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien (Purwanto, 1994). Komunikasi terapeutik juga dapat
dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu
klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain
menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan
psikologis yang menghalangi realisasi diri (Kozier et.al, 2000). Menurut Susanti
(2010:94) helping relationship memiliki peran penting dalam memenuhi
kebutuhan dasar setiap individu termasuk penderita skizofrenia. Kebutuhan
tersebut adalah kebutuhan individu dalam proses pemulihan kesadaran diri
sekaligus kebutuhan sosial dalam berinteraksi dengan lingkungannya. George
dan Christiani dalam Susanti (2010:94) mengemukakan bahwa helping
relationship secara profesional merupakan proses dinamis dan unik yang
dilakukan individu untuk membantu orang lain dengan menggunakan sumber-
sumber internal agar tumbuh ke dalam arahan yang positif. Tujuannya adalah
untuk mengaktualisasikan potensi- potensi pada individu yang dibantu (pasien)
dalam menciptakan kehidupan yang bermakna. Rogers (1961) mengemukakan
bahwa maksud hubungan tersebut adalah untuk peningkatan pertumbuhan,

2
kematangan, fungsi, cara penanganan kehidupannya dengan memanfaatkan
sumber-sumber internal pada pihak yang diberikan bantuan

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diuraikan dalam latar
belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa itu Definisi komunikasi terapeutik?
2. Apa Tujuan Komunikasi terapeutik?
3. Apa Fungsi Komunikasi terapeutik?
4. Apa Saja Prinsip Komunikasi terapeutik?
5. Apa Saja Beda Komunikasi terapeutik dengan komunikasi social?
6. Apa Itu Helping relationship?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi komunikasi terapeutik
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Komunikasi terapeutik
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Fungsi Komunikasi terapeutik
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Prinsip Komunikasi terapeutik
5. Untuk Mengetahui dan Memahami Beda Komunikasi terapeutik dengan
komunikasi social
6. Untuk Mengetahui dan Memahami Helping relationship

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Teurapeutik


Damaiyanti (2010:11) komunikasi terapuetik dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang memfasilitasi proses kesembuhan. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan,
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Heri purwanti,
1994). Komunikasi Terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien (Purwanto, 1994). Sedangkan menurut Stuart & Sundeen (1995)
komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang
terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan
dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan
titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dan pasien,
persoalan mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan
antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam
komunikasi pribadi antara perawat dan pesien, perawat yang memberikan
bantuan dan pasien yang menerima bantuan yang diberikan.
Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses
interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress
sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan
sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang
menghalangi realisasi diri. Komunikasi terapeutik berbeda dengan
komunikasi sosial yaitu pada komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan
atau arah yang spesifik untuk komunikasi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan
membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.

4
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Purwanto (Damaiyanti:11) disebutkan beberapa tujuan
komunikasi terapeutik antara lain:
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri

C. Fungsi Komunikasi Terapeutik


Menurut Vancarolis (1990) dalam Purwanto (1994) fungsi
komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antara perawat-klien melalui hubungan perawat klien. Perawat
berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji
masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan.
Dwidiyanti (2008) mengungkapkan bahwa seorang perawat
profesional selalu mengupayakan untuk berperilaku terapeutik, yang berarti
bahwa tiap interaksi yang dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang
memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong atau
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien dalam proses
keperawatan, membantu pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang
dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan pada tahap preventif
kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap
pertahanan diri pasien.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi yang dilakukan
oleh perawat adalah komunikasi yang berjenjang. Masing-masing jenjang
komunikasi tersebut memiliki fungsi sebagai berikut: Komunikasi

5
Intrapersonal digunakan untuk berpikir, belajar, merenung, meningkatkan
motivasi, introspeksi diri. Komunikasi Interpersonal digunakan untuk
meningkatkan hubungan interpersonal, menggali data atau masalah,
menawarkan gagasan, memberi dan menerima informasi. Komunikasi
Publik mempengaruhi orang banyak, menyampaikan informasi,
menyampaikan perintah atau larangan umum (publik).

D. Prinsip Komunikasi Terapeutik


1. Prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik :
a. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip "Humanity of Nursing and
Clients".
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar
belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
c. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik
pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus
mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternative pemecahan masalahnya.
2. Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998)
adalah :
a. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
a. Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik
b. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
c. Kerahasiaan klien harus dijaga.
d. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan
pemahaman
e. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat
penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasehat.

6
f. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali
pengalamannya secara rasional.
g. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan
hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak
merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
h. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
i. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri
mempunyai tujuan terapeutik.
3. Menurut Suryani (2005), terdapat beberapa prinsip yang harus dipahami
dalam membangun dan mempertahankan komunikasi terapeutik, yaitu:
a. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang
saling menguntungkan. hubungan ini didasarkan pada prinsip
humanity of nurse and clients. Kualitas hubungan perawat-klien
ditentukan oleh bagaimana perawat mendefenisikan dirinya sebagai
manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak hanya sekedar
hubungan seorang penolong dengan kliennya tapi lebih dari itu,
yaitu hubungan antar manusia yang bermartabat.
b. Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu
mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena itu perawat perlu
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan
latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
c. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu
menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya
harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan masalah. hubungan saling
percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi
terapeutik.

7
4. Menurut Carl Rogers (1961), prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
meliputi:
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri (self awareness) yang
berarti memahami nilai-nilai yang di anut
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling
percaya dan saling menghargai
c. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik
maupun mental
d. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien
bebas berkembang tanpa rasa takut
e. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan
klien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah
lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi
f. Perawat harus mampu mengontrol perasaan sendiri secara bertahap
untuk mengetahui dan mengatasi perasaan emosional seperti
perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan, maupun frustasi
g. Perawat harus mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan
dapat mempertahankan konsistensinya
h. Perawat harus mampu memahami arti empati dan menggunakannya
sebagai tindakan yang terapeutik, dan mampu memahami arti
simpati yang bukan sebagai tindakan terapeutik
i. Perawat harus mampu memahami bahwa kejujuran dan komunikasi
terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik
j. Perawat harus mampu menjadi role model agar dapat meyakinkan
dan sebagai contoh kepada orang lain tentang perilaku sehat.
k. Perawat harus mampu mengungkapkan perasaan dan menyatakan
sikap yang jelas
l. Perawat mampu memiliki sifat altruisme yang berarti menolong atau
membantu permasalahan klien tanpa mengharapkan imbalan apapun
dari klien

8
m. Perawat harus mampu mengambil keputusan berdasarkan prinsip
kesejahteraan manusia
n. Bertanggung jawab pada setiap sikap dan tindakan yang dilakukan.

E. Perbedaan Komunikasi Terapeutik Dengan Komunikasi Social


Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial lainnya
karena komunikasi terapeutik ditujukan khusus sebagai pendekatan dalam
penyembuhan suatu penyakit. Perbedaan yang paling terlihat jelas adalah
dari proses komunikasi itu sendiri. Jika dalam komunikasi sosial dapat
terjadi setiap hari antarorang-per-orang baik dalam pergaulan sosial maupun
lingkungan kerja, sedangkan komunikasi terapeutik terjadi antara pasien
dengan perawat.
Perbedaan Komunikasi Terapeutik dengan Komunikasi Sosial
Perbedaan komunikasi terapeutik dengan komunikasi sosial
(Purwanto,1994)yaitu:
1. Komunikasi Terapeutik:
a. Terjadi antara perawat dengan pasien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
b. Komunikasi ini umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan,
berfokus kepada pasien yang membutuhkan bantuan
c. Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada
pasien dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan mau
memahami sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara
secara terbuka tentang dirinya. Selain itu membantu pasien untuk
melihat dan memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya.
2. Komunikasi Sosial:
a. Terjadi setiap hari antar-orang per orang baik dalam pergaulan
maupun lingkungan kerja.
b. Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan.
c. Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan, aktivitas sosial, dan lain-
lain.

9
d. Pembicara tidak mempunyai fokus tertentu tetapi lebih
mengarah kebersamaan dan rasa senang.
e. Dapat direncanakan tetapi dapat juga tidak direncanakan

F. Helping Relationship
Komunikasi terapeutik dalam konteks hubungan saling membantu
(the helping relationship) menurut Taylor, Lillis, dan LeMone dalam
Anjaswarni (2016:16) adalah hubungan saling membantu antara perawat-
klien yang berfokus pada hubungan untuk memberikan bantuan yang
dilakukan oleh perawat kepada klien yang membutuhkan pencapaian
tujuan. Dalam hubungan saling membantu ini, perawat berperan sebagai
orang yang membantu dan klien adalah orang yang dibantu, sedangkan sifat
hubungannya adalah hubungan timbal balik dalam rangka mencapai tujuan
klien.
Masih dalam Anjaswarni (2016:16), tujuan hubungan saling
membantu (helping relationship) menurut Taylor, Lillis, dan LeMone
adalah memenuhi kebutuhan klien dan meningkatkan kemandirian,
perasaan berharga, dan kesejahteraan.
Stuart dan Laraia (1998) mengidentifikasi tujuan helping
relationship sebagai berikut:
1. Memperoleh realisasi diri (self realization), penerimaan diri (self
acceptance), dan meningkatkan tanggung jawab diri (self respect).
2. Memperjelas identitas personal (personal identity) dan
meningkatkan integritas personal (personal integration).
3. Meningkatkan keintiman (intimate), saling ketergantungan
(interdependent), serta hubungan interpersonal (interpersonal
relationship) dengan kemampuan memberi dan menerima penuh
kasih sayang.
4. Meningkatkan fungsi kehidupan dan kepuasan serta pencapaian
tujuan personal secara realistis.

10
Perawat dalam helping relationship di sini adalah seorang “helper” yang
memiliki kompetensi komunikasi yang mengarah pada perilaku yang efektif
dan tepat sesuai dengan konteksnya. Kompetensi komunikasi ditentukan
oleh 3 faktor penting, yaitu motivasi, pengetahuan, dan keterampilan
komunikasi (Martin dan Nakayama, 2007).

1. Motivasi
Untuk kepentingan kesembuhan pasien, keluarga pasien
akan ditanya banyak hal mengenai riwayat penyakit, kondisi
keluarga, dan sebagainya. Pada kondisi tersebut pun, perawat selalu
secara aktif terlebih dahulu menjalin interaksi dengan pasien.
Kepercayaan diri perawat dalam melakukan helping relationship
didorong oleh jam terbang selama bertugas. Kepercayaan diri yang
tinggi dari perawat juga didasari oleh profesionalisme sekaligus ada
perasaan dan hasrat untuk menolong orang lain dalam diri pribadi
perawat. semakin tinggi kepercayaan diri dari komunikator, maka
kecemasan dan ketidakpastian semakin rendah. Kondisi ini
mengarah pada peningkatan motivasi untuk melakukan interaksi
dengan orang lain. Empati mengarahkan perawat pada motivasi
menolong yang kuat karena dalam empati, kategori sosial
dikesampingkan.
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah elemen kognitif yang merujuk pada
pemahaman akan informasi-informasi yang diperlukan agar tepat
dalam mengambil suatu tindakan. Kompetensi pokok yang harus
dimiliki paling tidak adalah pengenalan diri dan kemampuan
linguistik. Hal yang menarik, tidak hanya memiliki pengenalan baik
akan dirinya (self- knowledge), perawat juga memiliki manajemen
emosi diri (emotional self management) yang baik ketika harus
menghadapi pasien yang sering melakukan hal-hal di luar kontrol
dan berpotensi memancing emosi dari perawat.

11
Di samping itu, dalam upaya penyembuhan, perawat
menggunakan pendekatan budaya, seperti banyak menggunakan
bahasa daerah ketika berkomunikasi dan menggunakan aturan
verbal dan nonverbal dalam budaya. Hal ini menunjukkan bahwa
yang menentukan kesembuhan pasien bukan hanya pengetahuan
klinis, tetapi juga pemahaman akan latar belakang budaya pasien
sehingga komunikasi berjalan dengan efektif dan minim
kesalahpahaman. Kedaerahan menjadi pengikat yang kuat juga
dalam membentuk kepercayaan dalam komunikasi. Temuan
penelitian juga menunjukkan bahwa spiritualitas menjadi kunci
dalam membangun relasi dengan pasien, Sebagai helper, perawat
menggunakan pendekatan agama dalam proses penyembuhan, yaitu
sebagai alat kontrol diri pasien. Ketika pasien mulai ketakutan,
gelisah, atau berhlusinasi, misalnya, perawat pengingatkan untuk
sholat. Ketika ditanya, pasien juga menyampaikan bahwa pasien
percaya kalau dirinya bisa sembuh atas izin Tuhan. Oleh karena itu
pendekatan agama ini terus dilakukan.
3. Keterampilan komunikasi
Keterampilan komunikasi berbicara tentang kemampuan
untuk menggunakan pilihan komunikasi dalam sikap dan perilaku
yang efektif di berbagai konteks. Data menunjukkan bahwa humor
merupakan salah satu keterampilan komunikasi yang banyak
digunakan dalam menjalin hubungan dengan pasien. Perawat
menggunakan humor, terutama ketika muncul kecemasan atau
ketegangan yang dialami pasien. Perawat mengetahui kapan humor
dapat dilakukan dan pada pasien. Humor yang diterapkan bukan
hanya sekadar membuat lelucon yang beresiko untuk menyinggung
perasaan pasien dan mengurangi kepercayaan pasien, melainkan
humor yang efektif secara komunikasi. Humor yang tepat
merupakan komunikasi verbal yang dapat mengurangi ketegangan,
rasa sakit, stres, serta keberhasilan proses keperawatan (Sarfika, dkk

12
2018: 53). Selain humor, strategi komunikasi lain yang dapat
membantu kesembuhan penyakit selain obat adalah spiritualitas.
pasien lebih rajin dalam menjalankan ibadah dan ini menjadi bagian
dari proses helping relationship ketika perawat mengarahkan
pembicaraan pada kepasrahan kepada Sang Pencipta dan hidup
dalam pengharapan. Berdoa kepada Tuhan dapat mengurangi gajala-
gejala sakit jiwa yang dialami pasien, seperti paranoid dan
halusinasi. Selanjutnya dalam proses penyembuhan juga diperlukan
keterampilan komunikasi dari perawat untuk bekerja dalam tim
(team work) dan menciptakan ekosistem komunikasi yang kondusif
unntuk kesembuah pasien.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.
Tujuan komunikasi terapeutik antara lain yaitu Membantu pasien
untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal yang diperlukan.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerjasama antara perawat-klien melalui hubungan perawat
klien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan.
Prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik yaitu Hubungan dengan klien
adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada
prinsip "Humanity of Nursing and Clients", perawat harus menghargai
keunikan klien, komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
baik pemberi maupun penerima pesan, komunikasi yang menumbuhkan
hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali
permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalahnya.
Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial lainnya
karena komunikasi terapeutik ditujukan khusus sebagai pendekatan dalam
penyembuhan suatu penyakit. Perbedaan yang paling terlihat jelas adalah
dari proses komunikasi itu sendiri. Jika dalam komunikasi sosial dapat
terjadi setiap hari antarorang-per-orang baik dalam pergaulan sosial maupun
lingkungan kerja, sedangkan komunikasi terapeutik terjadi antara pasien
dengan perawat.

14
Komunikasi terapeutik dalam konteks hubungan saling membantu
(the helping relationship) dimana perawat dalam helping relationship di sini
adalah seorang “helper” yang memiliki kompetensi komunikasi yang
mengarah pada perilaku yang efektif dan tepat sesuai dengan konteksnya.
Kompetensi komunikasi ditentukan oleh 3 faktor penting, yaitu motivasi,
pengetahuan, dan keterampilan komunikasi.

B. SARAN
Dalam melayani klien hendaknya perawat selalu berkomunikasi
dengan klien untuk mendapatkan persetujuan tindakan yang akan
dilakukan. Perawat juga harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh klien sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Komunikasi, dapat diakses padahttp://eprints.umm.ac.id/49036/4/2011,


diakses pada 10 April 2022.
Sarfika, Rika, dkk. (2018). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. Padang:
Andalas University Press.
Satori, Djam’an (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Afabeta.
Scott, John G. dan Rebecca G. Scott (2009). “Healing Relationship dan Existential
Philosophy of Martin Buber”. BioMed Central Ltd. Dalam https://peh-
med.biomedcentral.com/articles/10. 1186/1747-5341-4-11
FatemehKhoshnavafomani, dkk. (2012). “Concept Analysis of Therapeutic
Relationship”. Indian Streams Research Journal. Vol. 2 No. 9. Hlm. 1-8

Anda mungkin juga menyukai