KELOMPOK 14
ANGGRAINI PUTRI KINANTI PO7120122052
NAURAH ANNISA NISRINA PO7120122094
M. RIZKI SEPTAWARDANA PO7120122095
MK : KOMUNIKASI
DOSEN PENGAMPUH :
Dr. IRA KUSUMAWATY, S.Kp., M.Kes., MPH
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Komunikasi dalam pembelajaran di kampus ini tepat pada
waktunya. Makalah ini juga bertujuan agar dapat menambah wawasan Tentang Komunikasi untuk
pembelajaran di kampus bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami ucapkan terimakasih kepada ibu Dr. IRA KUSUMAWATY, S.Kp., M.Kes., MPH
Selaku Dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan Terimakasih Kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan pembuatan makalah untuk
kedepannya.
Kelompok 14
2
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI …............................................................................................12
2.6 HAL YANG MENDASARI PIKIRAN PASIEN TERHADAP KOMUNIKASI TERAUPEUTIK ..18
BAGIAN……………………………………………………………………….22
3
BAB III
………………………………………………………………………………………………..23
3.5 PROSES PENCEGAHAN ATAU PROSES BERBAGAI MACAM TERAPIS YANG HARUS
DILAKUKAN………………………………………………………………………….29
3.8 PROSES PENCEGAHAN ATAU PROSES BERBAGAI MACAM TERAPIS YANG HARUS DILAKUKAN
…………………………………………………………………………………………………………………………….....35
BAB IV
4.1 SISTEM PELAKSANAAN KOMUNIKASJ TERAPEUTIK PADA PASIEN GANGGUAN
JIWA…………………………………………………………………………..……..36
4.2 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (TIDAK PERCAYA DIRI ATAU
MENUTUP DIRI DARI DUNIA LUAR)…………………………………………………..36
4.3MODEL KERANGKA HASIL PENELITIAN…………………………………………..37
BAB V
KESIMPULAN……………………………………………………………………...39
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..40
4
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat
dunia termasuk Indonesia, krisis ekonomi, politik, sosial, budaya, agama, ras, kepercayaan dan
sebagainya tidak saja akan menjadikan masyarakat dengan potensi gangguan fisik berupa
gangguan gizi, terserang berbagai penyakit infeksi dan sebagainya tetapi juga dengan potensi
penyakit psikis berupa stress berat, depresi, skizoprenia dan sejumlah problem sosial dan spiritual
lainnya. Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental atau psikis di kalangan masyarakat
saat ini dan akan datang, akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan
khususnya komunitas profesi psikologi dan keperawatan Sebagian masyarakat masih menganggap
bahwa gangguan mental disebabkan karena adanya gangguan oleh apa yang disebut roh jahat yang
telah merasuki jiwa, sehingga seseorang yang mengalami gangguan mental psikiatri harus
diasingkan atau dikucilkan dan dipasung karena dianggap sebagai aib bagi keluarga. Kenyataan
tersebut tidak dapat dipungkiri, karena fenomena yang terjadi memang merupakan gambaran nyata
bagi sebagian besar masyarakat, hal tersebut disebabkan karena sebagian besar masyarakat
Indonesia taraf pendidikannya masih rendah Bertambahnya penyandang masalah gangguan mental
juga disebabkan belum maksimalnya perawat dan psikolog dalam merencanakan intervensi
penyakit dengan mengikutsertakan keluarga pada setiap upaya penyembuhan. Kesenjangan ini
mengakibatkan angka kekambuhan yang cukup tinggi, seringkali klien yang sudah dipulangkan
kepada keluarganya beberapa hari, kemudian kambuh lagi dengan masalah yang sama atau bahkan
lebih berat. Tidak sedikit juga keluarga yang menolak kehadiran klien kembali bersamanya Saat
ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju
perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses perubahan yang sangat
mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek pendidikan,
pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian
dalam keperawatan.Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien Komunikasi terapeutik
5
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat
dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah saling membutuhan antara perawat
dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003: 48). Komunikasi
terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja,
kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya.
1.4 MANFAAT
A. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti selanjutnya
B. Manfaat Praktis
Bagi Perawat dapat digunakan sebagai pedoman terapi efektif terhadap pasien dengan
gangguan jiwa. Bagi keluarga pasien, dapat digunakan sebagai panduan untuk merawat anggota
BAB II PEMBAHASAN
1
Al.Arda, Darmi. “Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit.”
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, vol. 10, no. 2, 2019, pp. 74–78.
6
2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam (Cangara, 2004: 19). Sebagai contoh kegiatan berkomunikasi juga
dilakukan antara perawat dan pasien. Kom(Arda)iunikasi merupakan proses yang dilakukan
perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan pasien, maupun dengan tenaga kesehatan yang lain dalam rangka membantu mengatasi
masalah pasien. Interaksi yang berlangsung antara perawat dan pasien menimbulkan dampak
interaksi yang berlangsung antara perawat dan pasien menimbulkan dampak interaksi yang
dekat, diharapkan dapat menimbulkan rasa saling percaya antara keduanya untuk memperoleh
keadaan yang lebih baik.Komunikasi menimbulkan rasa aman dan nyaman pada pasien gangguan
jiwa sebagai pengguna jasa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang sehingga
diharapkan pasien dapat melakukan perawatan selama proses penyembuhan lebih baik. Tenaga
keperawatan perlu memahami konsep dan proses komunikasi dalam berinteraksi dengan pasien
sehingga meningkatkan mutu pelayanan atau kepuasan pasien dalam asuhan keperawatan pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit.Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian suatu pesan
yang tak pernah lepas dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik, tentunya akan
menciptakan hubungan yang baik pula. Untuk menghasilkan hubungan yang baik itu, maka kita
tidak boleh melupakan unsur-unsur yang ada dalam komunikasi.yang direncanakan dan
dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi professional bagi perawat Komunikasi Pengertian Komunikasi
terapeutik(Al).)2
2
Pengertian Komunikasi terapeutik(Al).) (Cangara, 2004: 19). Indrawati, 2003: 48).
7
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi khusus yang dilaksanakan oleh penyelenggara
jasa kesehatan dalam hal ini adalah perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan
berfokus pada kesembuhan pasien. Hubungan antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik
karena komunikasi yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki emosi pasien. Perawat
menjadikan dirinya secara terapeutik dengan berbagai tehnik komunikasi secara optimal dengan
tujuan mengubah perilaku pasien ke arah yang positif. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
terapeutik termasuk komunika dekat, diharapkan dapat menimbulkan rasa saling percaya antara
keduanya untuk memperoleh keadaan yang lebih baik.Komunikasi menimbulkan rasa aman dan
nyaman pada pasien gangguan jiwa sebagai pengguna jasa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Soerojo Magelang sehingga diharapkan pasien dapat melakukan perawatan selama proses
penyembuhan lebih baik. Tenaga keperawatan perlu memahami konsep dan proses komunikasi
dalam berinteraksi dengan pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan atau kepuasan pasien
dalam asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa.Komunikasi merupakan
suatu kegiatan penyampaian suatu pesan yang tak pernah lepas dari kehidupan manusia.
Komunikasi yang baik, tentunya akan menciptakan hubungan yang baik pula. Untuk
menghasilkan hubungan yang baik itu, maka kita tidak boleh melupakan unsur-unsur yang ada
dalam komunikasi. Dan Komunikasi Teraupeutik ini adalah Komunikasi interpersonal dengan
titik tolak saling memberikan infect Satu sama lain .(Wahyuningsih, S., Dida, S., Suminar, J.R.)3
perawat dan klien, dalam hubungannya ini perawat dan klien memperoleh pengalaman
belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien (Muhit, Abdul,
dan Siyoto, Sandu. 2018: 223).Menurut As Homby, yang dikutip oleh Nurjannah, bahwa
terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan. Ini
3
GANGGUAN JIWA.” JAHR, 4 (1), Therapeutic communication, 2013, pp. 1–2.
8
dengan yang telah direncanakan sampai pada evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai
dengan maksimal ketika terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif, sehingga
menimbulkan hubungan take and give antara perawat dan klien (Abdul Muhit dan Sandu
Siyoto, 2018: 221-222). Karena itu, dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus
memakai komunikasi terapeutik, dimana perawat akan dapat lebih mengenal pasien, dan
merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien
menguntungkan.
5
permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah.
4
menimbulkan hubungan take and give antara perawat dan klien (Abdul Muhit dan Sandu Siyoto,
2018: 221-222)., 156
5
West, R., & Turner, L. H. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis Dan Aplikasi. 2008.
9
2.4 TUJUAN DARI KOMUNIKASI TERAUPEUTIK ADALAH
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada
A.Mengurangi keraguan, dan membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif.
Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan kesadaran dan penghargaan diri.
akan mengalami perubahan pada dirinya, sehingga membuat dirinya tidak mampu
dengan orang lain dan mandiri. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
mengubah situasi yang ada. Melalui komunikasi terapeutik, pasien belajar bagaimana
10
C. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Pasien yang
(West, R., & Turner)mengalami harga diri rendah, karena itu perawat dapat membantu
menguntungkan.
b. Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang
berbeda.
c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan. Komunikasi yang menciptakan hubungan saling percaya harus dicapai
Musliha dalam buku Eko Prabowo (2014: 60), menyebutkan tujuan dari
A.Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
6
Herfira, A., & Supratman, L. P. (2017). Komunikasi Teraupeutik Di Rumah Sakit Jiwa. 2017.
7
Herfira, A., &. Supratman. Yang Harus Dipahami Dalam Membangun Dan Mempertahankan Hubungan
Terapeutik. Edited by cipta media Kita, 2017
11
B.Mengurangi keraguan, dan membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif.
8
Wahyuningsih, S., Dida, S., Suminar, J.R. Hambatan Komunikasi Teraupeutik Kader Jiwa,
Dan Keluarga Pada Pasien Gangguan Jiwa Pasien Gangguan Jiwa Pasca Pasung. 2019.
12
pikiran mempertahankan egonya. Pasien yang memiliki penyakit kronis ataupun
terminal, akan mengalami perubahan pada dirinya, sehingga membuat dirinya tidak
dengan orang lain dan mandiri. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
mengubah situasi yang ada. Melalui komunikasi terapeutik, pasien belajar bagaimana
menerima dan diterima orang lain. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.Rasa identitas personal yang
jelas dan peningkatan integritas diri. Pasien yang memiliki gangguan identitas personal
biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah, karena
2013: 65-66).Menurut Roger yang dikutip oleh Suryani, terdapat beberapa karaketristik
dari seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.9
LAIN
9
Nurhasanah. HAL YANG MENDASARI PIKIRAN PASIEN TERHADAP KOMUNIKASI TERAUPEUTIK. 2013, pp. 65–66.
13
dan pasien saling percaya.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif. Dalam
dipahami pasien.
dahulu
C.Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang
berbeda.
D .Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
E. Bersikap positif. Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan bersifat hangat, penuh
F. Empati bukan simpati. Dengan bersikap empati, perawat dapat merasakan dan
G. Menerima pasien apa adanya. Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan
H. Sensitif terhadap perasaan pasien. Karena jika perawat tidak sensitif pada perasaan
pasien, bisa saja perawat melewati batas sehingga dapat menyinggung perasaan
pasien.
14
I. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu pasien atau perawat, prinsip yang
digunakan adalah here and now (Nurhasanah, 2013: 67-68). Dalam pelaksanaan
komunikasi terapeutik, harus direncanakan dengan matang dan terstruktur dengan baik,
agar mendapat hasil yang diinginkan. Menurut Stuart G.W, dalam proses komunikasi
terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau tahap pra-
interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.10
A. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
B. Mengurangi keraguan, dan membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif.
D. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan kesadaran dan penghargaan diri.
mempertahankan egonya. Pasien yang memiliki penyakit kronis ataupun terminal, akan
mengalami perubahan pada dirinya, sehingga membuat dirinya tidak mampu menerima
10
Husain, A. H. Al. Komunikasi Kesehatan Dokter Dan Pasien Berbasis Kearifan Lokal Sipakatau Di Masa Pandemi .
2020.
11
VanKatwyk, P. L. Therapy Talk and Therapeutic Conversations: The Formation of Pastoral Counselors. J Pastoral
Care Counsel,. 2006.
15
E. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang efektif dan saling bergantung
dengan orang lain dan mandiri. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
mengubah situasi yang ada. Melalui komunikasi terapeutik, pasien belajar bagaimana
G. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Pasien yang
memiliki gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan
mengalami harga diri rendah, karena itu perawat dapat membantu pasien meningkatkan
yang memiliki penyakit kronis ataupun terminal, akan mengalami perubahan pada
dirinya, sehingga membuat dirinya tidak mampu menerima keberadaan dirinya dan
dengan orang lain dan mandiri. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
mengubah situasi yang ada. Melalui komunikasi terapeutik, pasien belajar bagaimana
12
Wood, J. T. (2016). Communication mosaics: An introduction to the field of communication. Cengage Learning.
13
Leon, G. De. Teurapeutik Di Dalam Masyarakat. 2000.
16
J.Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Pasien yang
memiliki gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan
mengalami harga diri rendah, karena itu perawat dapat membantu pasien meningkatkan
17
14
pikiran mempertahankan egonya. Pasien yang memiliki penyakit kronis ataupun terminal,
akan mengalami perubahan pada dirinya, sehingga membuat dirinya tidak mampu
dengan orang lain dan mandiri. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
mengubah situasi yang ada. Melalui komunikasi terapeutik, pasien belajar bagaimana
menerima dan diterima orang lain. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. Rasa identitas personal yang jelas dan
peningkatan integritas diri. Pasien yang memiliki gangguan identitas personal biasanya
tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah, karena itu perawat
14
Patty, M. F., Sari, D. K. Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Stres Pasien Di Ruang
Neurologi Rumah Sakit Um Um Daerah. 2015.
15
West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Damayanti, R., &. Hernawaty. “Pengaruh Terapi Suportif Keluarga
Terhadap Kemampuan Keluarga Merawat Klien Gangguan Jiwa.” Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 2014
16
Nurhasanah. HAL YANG MENDASARI PIKIRAN PASIEN TERHADAP KOMUNIKASI TERAUPEUTIK . 2013, pp. 65–66.
18
2.9 MENURUT STUART G.W, KOMUNIKASI TERAUPEUTIK PADA PASIEN
yaitu tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja
A. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahap ini, perawat menggali dan melihat dirinya sendiri dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang pasien sebagai lawan bicaranya. Setelah ini dilakukan, perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan pasien. Tahapan ini dilakukan agar
saat pertama kali perawat bertemu dengan pasien rasa cemas perawat berkurang.
B. Tahap Perkenalan/Orientasi
Menurut Suryani, perawat memperkenalkan dirinya pada pasien berarti perawat telah
bersikap terbuka pada pasien dan diharapkan akan mendorong pasien untuk membuka
dirinya. Selain itu, tugas yang harus dilakukan perawat pada tahap ini adalah membina
rasa saling percaya, menggali pikiran dan perasaan pasien untuk mengidentifikasi
C. Tahap Kerja
19
Tahap kerja merupakan tahap yang paling panjang komunikasi terapeutik, karena perawat
diharuskan untuk membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya. Selain itu, perawat diharuskan mendengarkan secara aktif dan dengan penuh
perhatian sehingga mampu membantu pasien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
D. Tahap Terminasi
Menurut Stuart G.W, terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan pasien. Tahap
terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan pasien, yang berarti pasien dan perawat akan
seluruh proses pasien. Tahapan ini dilakukan agar saat pertama kali perawat bertemu dengan
A. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahap ini, perawat menggali dan melihat dirinya sendiri dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang pasien sebagai lawan bicaranya. Setelah ini dilakukan, perawat
18
Nita, 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (LP dan SP).Jakarta:Salemba Medika Hadisukanto G.dkk
20
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan pasien. Tahapan ini dilakukan agar
saat pertama kali perawat bertemu dengan pasien rasa cemas perawat berkurang
Tahap Perkenalan/Orientasi
Menurut Suryani, perawat memperkenalkan dirinya pada pasien berarti perawat telah bersikap
terbuka pada pasien dan diharapkan akan mendorong pasien untuk membuka dirinya. Selain
itu, tugas yang harus dilakukan perawat pada tahap ini adalah membina rasa saling percaya,
menggali pikiran dan perasaan pasien untuk mengidentifikasi permsalahan pasien, dan
menunjukkan penerimaan sehingga terjadinya komunikasi terbuka antara pasien dan perawat.
C. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan tahap yang paling panjang komunikasi terapeutik, karena perawat
diharuskan untuk membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya. Selain itu, perawat diharuskan mendengarkan secara aktif dan dengan penuh
perhatian sehingga mampu membantu pasien untuk mendefinisikan masalah yang sedang
D. Tahap Terminasi
Menurut Stuart G.W, terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan pasien. Tahap
terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan pasien, yang berarti pasien dan perawat akan
21
bertemu kembali. Sedangkan terminasi akhir dilakukan perawat setelah menyelesaikan seluruh
proses pasien. Tahapan ini dilakukan agar saat pertama kali perawat bertemu dengan pasien
19
Psikiatri.Jakarta:FKUI Kusumawati F dan Hartono Y, 2010.Buku Ajar Keperawatan
Jiwa.Jakarta:Salemba Medika. 25-28
22
BAB III
antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi
di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 :
48). Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan,
disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik
bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan
masalahnya (Arwani, 2003: 50). Dan diharapkan dapat menimbulkan rasa saling percaya antara
keduanya untuk memperoleh keadaan yang lebih baik.Komunikasi menimbulkan rasa aman dan
nyaman pada pasien gangguan jiwa sebagai pengguna jasa di Rumah Sakit Jiwa sehingga
diharapkan pasien dapat melakukan perawatan selama proses penyembuhan lebih baik. Tenaga
keperawatan perlu memahami konsep dan proses komunikasi dalam berinteraksi dengan pasien
sehingga meningkatkan mutu pelayanan atau kepuasan pasien dalam asuhan keperawatan pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa.
Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian suatu pesan yang tak pernah lepas dari
kehidupan manusia. Komunikasi yang baik, tentunya akan menciptakan hubungan yang baik pula.
Untuk menghasilkan hubungan yang baik itu, maka kita tidak boleh melupakan unsur-unsur yang
ada dalam komunikasi.Komunikasi menimbulkan rasa aman dan nyaman pada pasien gangguan
jiwa sebagai pengguna jasa di Rumah Sakit Jiwa sehingga diharapkan pasien dapat melakukan
perawatan selama proses penyembuhan lebih baik. Tenaga keperawatan perlu memahami konsep
dan proses komunikasi dalam berinteraksi dengan pasien sehingga meningkatkan mutu pelayanan
atau kepuasan pasien dalam asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa.
Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian suatu pesan yang tak pernah lepas dari
kehidupan manusia. Komunikasi yang baik, tentunya akan menciptakan hubungan yang baik pula.
Untuk menghasilkan hubungan yang baik itu, maka kita tidak boleh melupakan unsur-unsur yang
ada dalam komunikasi.20
20
Marrelli T.M, 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan.3nd Ed.Jakarta:EGC Nurhaeni H.dkk,
23
3.2 KOMUNIKASI TERAUPEUTIK DENGAN PASIEN GANGGUAN JIWA
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas.
psikiatrik adalah suatu bidang praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku
manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai
Prinsip keperawatan jiwa ditinjau dari segi paradigma keperawatan dan mental pasien
(Stuart and Sundeen,, Hamid, 1998: 03). yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan
A. Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat,
B. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu
D. Keperawatan
perubahan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras
dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri,
orang lain, masyarakat dan lingkungan. Keharmonisan fungsi jiwa yaitu sanggup
menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Karena itu, prinsip
keperawatan jiwa yang ditinjau dari paradigma keperawatan yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan yang saling terintegrasi dan mempengaruhi satu sama lain,
misalnya manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan baik dari dalam
maupun dari luar yang mana nantinya akan mempengaruhi kesehatan dan membutuhkan
23
MocoMedika Farida, pipin.dkk, 2011.Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan
Jiwa.Jakarta:EGC Sriati, Aat.dkk, 2013.Laporan Pendahuluan tentang Masalah
25
3.4 MACAM-MACAM GANGGUAN JIWA
A. Gangguan Depresi
Depresi merupakan suatu perasaan yang dapat muncul dalam berbagai cara dan
gelisah, dan berbicara gugup atau bisa beralih menjadi periode mania (mood
dinamakan pasien “manic depresif”. namun ada juga yang bersikap apatis dan
Gangguan Bipolar adalah gangguan mental berat, tanpa memandang apakah ada
perubahan mental antara mania dan depresi secara full brown. Gangguan
bipolar merupakan suatu psikosis afektif, ada gangguan emosi, baik akibat
2014: 78).
gangguan suasana perasaan, yaitu depresi dan bipolar adalah sebagai berikut:24
26
3. 5TEKNIK TERAUPEUTIK PASIEN DENGAN PERAWAT
Ditinjau dari segi teori masih banyak teknik-teknik yang belum diterapkan oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini mungkin dikarenakan durasi perawatan
di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang yang cukup lama, sehingga kesan
tidak baik maupun yang baik, yang telah disampaikan pasien merupakan hal yang wajar.
Akan tetapi dari pihak perawat harus memperbaiki apa yang sudah ada, dengan
merefresing kembali teori komunikasi terapeutik, persiapan diri dari rumah untuk benar-
benar siap bekerja melayani dirumah sakit.Perawat berperan penting dalam memberikan
perhatian kepada pasien dalam segala hal yang mencakup kesehatan pasien. Obat
fungsinya mengobati penyakit pasien, sedangkan perawat fungsinya memberikan
semangat,
dorongan untuk cepat sembuh, mengajak pasien bercerita dan bersenda gurau untuk
menghibur dan meringankan beban (penyakit) yang diderita oleh pasien.25
25
Marrelli T.M, 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan.3nd Ed.Jakarta:EGC Nurhaeni
H.dkk,
1). Pada proses awal, terapis harus mengidentifikasi berbagai stressor yang
mungkin menyebabkan depresi. Hal ini dibutuhkan agar bisa mengetahui yang
2). Pasien diajarkan untuk menelaah secara cermat cara berfikir mereka saat
pemikiran dan penilaian yang kurang menyebabkan depresi dan lebih realistis.
4). Pasien diajak untuk belajar membangun hubungan interpersonal yang penting
Dalam kasus di penelitian ini, dimana relawan sebagai perawat tidak memiliki
27
Lalongkoe, Maksimus Ramses & Thomas Alfai Edison. 2014. Komunikasi Terapeutik Pendekatan
Praktis Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
29
kemampuan atau latar belakang kedokteran/kesehatan, sehingga mereka hanya
tahapan yang dilakukan mereka dalam merawat pasien gangguan jiwa, kurang lebih
BAB IV
Penyebab gangguan mental bervariasi merupakan gabungan dari faktor biologi, faktor
psikoedukasi dan sosiokultur. Gangguan jiwa ini telah dikelompokkan secara obyektif
pada beberapa kelompok gangguan. Diantaranya gangguan akibat penyakit otak atau
diluar otak yang mengganggu fungsi otak, gangguan akibat narkoba, gangguan proses
Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal (Terjemahan: Tim Fakultas
28
30
fikir, gangguan perasaan, gangguan perilaku, gangguan pada anak dan remaja dan
gangguan terkait kebudayaan. Terdapat lebih dari 100 gangguan yang telah dapat
dikelompokkan, dari yang ringan sampai berat, dari yang bisa sembuh sempurna sampai
menjadi gangguan kronis dan mengalami kemunduran.29
Penyakit pada pasien kali ini ialah tidak percaya diri dan menutup diri dari dunia
luar
1. Prainteraksi
Pada kejadian ini, perawat diharapkan bisa memahami atau mencari tahu karakteristik
drai pasien yang akan dihadapinya agar tau bagaimana tindakan atau perlakuan yang
akan dilakukan secara baik dan benar.
Pada kasus kali ini, seorang pasien dengan gangguan kejiwaan, penyakit yang sedang
diidap pasien adalah penyakit tidak percaya diri, takut dengan dunia luar, dan tidak
suka bertemu orang ramai. Pasien datang ke Rumah Sakit dengan tim rahabilitator
dari instansi terdekat.
2. Orientasi
Salam terapeutik
Permisi kakak, perkenalkan saya suster Ura, kakak bisa panggil saya suster Ura,
saya bertugas dari jam 7 pagi ini sampai jam 8 malam, kalau boleh tahu, naka
kakak siapa ya? Baik namanya Kinan ya kak, kalau begitu saya panggil kak
Kinan boleh ya..
Evaluasi /Validasi
Baik kak, disini kakak bisa bercerita apa saja yang kakak ingin cerita kepada
saya, anggap saja saya adik atau orang terdekat kakak ya kak, jangan
sungkan dengan saya ya kak
3. Kerja
Merupakan inti dari hubungan perawat dan pasien yang terkait erat dengan pelaksanaan
rencana tindakankeperawatan yang akan dilaksanakan.
Kak sekarang apakah kakak merasa nyaman dengan kehadiran saya? Kalau kakak sudah
29
Fatimah, Dra.Enung, 2006, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV.Pustaka
Setia
31
merasa nyaman, apakah kakak sudah bisa bercerita dan siap memberikan cerita
kehidupan kakak kepada saya, saya akan mendengarkan segala keluh kesah yang
ingin kakak keluarkan, saya juga bersedia untuk memberikan saran, solusi, dan jalan
keluar jika kakak menginginkannya.
4. Evaluasi / Terminasi
Evaluasi respon klien pada tindakan keperawatan
Bagaimana kak, apakah kakak masih jika bertemu orang banyak, apa yang kakak
rasakan ketika berada di keramaian?
Tindak lanjut klien
Untuk sekarang, kakak bisa bersosialisasi dengan orang lain tanpa rasa takut, buat
diri kakak senyaman mungkin ya...
Kontrak yang akan datang yaitu, topik, waktu, tempat
Untuk pembicaraan selanjutnya, kakak bisa temui saya di tempat yang kakak
inginkan ya kakk.... Semangatt kakakk....
Dengan pendekatan dan komunikasi teratur yang dilakukan akhirnya pasien mulai ingin
cerita tentang dirinya.
Pasien : “ suss, suster... Dimana, temani saya”
Perawat 1 dan 2 pun menghampiri pasien
Perawat 1&2 : “ada apa bapak?”
Pasien : “ sus, saya mau cerita, semalam saya mimpui kalau saya berjalan di taman dan
dikelililngi orang- orang baik yang menyapa saya”
Perawat 2 : “wahh pasti asyik sekali ya pak, terus bagaimana pak kelanjutannya?”
Pasien : “sus di mimpi itu saya mempunyai banyak teman dan berbicara dengan banyak
orang, saya jadi ingin mencobanya sus”
Perawat 1&2 pun membawa pasien berjalan di instansi sel pasien yang lain untuk menemani
pasien bercengkrama dengan teman barunya.Dengan ilustrasi di atas bisa dilihat bahwa
perubahan dilakukan dengan perlahan dan pasti, karena jika dengan paksaan, pasien akan
semakin tertekan dan menghambat pengobatan. Dengan perawat yang berkompeten di
bidangnya, maka akan membantu pasien dalam penyembuhannya.
33
4.4 MODEL KERANGKA HASIL PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
tepat, yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang
proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Dengan kata
lain, penelitian
subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya (Hermawan, 2019: 37). Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki (Rukajat, 2018: 18). Lingkungan yang berinteraksi dengan mereka,
berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Rukajat,
kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi
objek penelitian, dan berupaya menarik ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter,
tanda, atau gambaran tentang kondisi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2009:
a. Observasi
lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan,
waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan (Mamik, 2015: 104). Teknik pengumpulan
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar. Proses-proses pengamatan dan ingatan juga sangat penting saat
sebagai subordinat dari kelompok sesuai dengan fungsi normalnya dan dia diterima
oleh kelompok selama waktu mengamati kegiatan kelompok (Yusuf, 2014: 389).
b. Wawancara
wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung.
Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka antara
tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya (Yusuf, 2017:
372).
35
karena jalannya pembicaraan lebih diarahkan oleh respon dari responden, daripada
agenda yang dimiliki oleh peneliti, keuntungan wawancara ini bisa lebih spontan
dalam pembicaraan, lebih kecil terhalangi mengalirnya informasi, dan lebih besar
peluang bisa menjajaki berbagai aspek permasalahan yang tidak terbatas (Anggito,
2018: 87).
c. Studi Dokumen
informasi tentang situasi yang tidak dapat diperoleh dari observasi atau wawancara,
yang termasuk dokumen adalah buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, dan
menggunakan data yang diperoleh dari Yayasan Mentari Hati Tasikmalaya, selain
itu peneliti juga melakukan dokumentasi terhadap kegiatan dalam penelitian yang
dalam Rifai, 2019: 73-74).Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawamcara, catatan lapangan, dan
dokumentasi,
36
dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Saebani dalam Rifai, 2019: 74)30
Terdapat tiga jalur kegiatan analisis data kualitatif yang terjadi secara bersamaan,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan
Reduksi Data
keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu.
30
Lexy J., Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
37
A. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun, memberi organsiasi atau institusi. Jadi,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses komunikasi terapeutik antara
relawan/psikiater dengan pasien gangguan jiwa di rumah sakit kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan. Data yang disajikan berupa rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis.
Jadi penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.Penyajian data yaitu
sekumpulan informasi tersusun, memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Data yang
disajikan berupa rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis. Jadi penyajian data
adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
A. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif ini adalah penarikan kesimpulan.
diperoleh sejak awal penelitian. Menurut Sutopo dalam Rifai, agar hasil penelitian
benar-benar bisa sesuai dengan fakta yang sebenarnya maka dilakukan adanya
Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 18 tahun 2014, Orang Dengan Masalah Kejiwaan
(ODMK) adalah orang yang memiliki risiko mengalami gangguan jiwa, dimana
(ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan pikiran, perilaku dan perasaan
38
39
DAFTAR PUSTAKA