Anda di halaman 1dari 38

HALAMAN SAMPUL

MAKALAH

FILSAFAT, HAKIKAT, DAN METODOLOGI PENELITIAN


KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitian (Kualitatif & Kuantitatif)

OLEH:

WAHYU ISHAQ TRISNANDI

J1A117283

K3 017

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah karena izin-Nya jualah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan makalah sebagai bagian dari tugas awal mata kuliah

“Metodologi Penelitian (Kuantitatif/Kualitatif)".

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang

dimiliki oleh penulis, baik dalam hal pengetahuan dan pengalaman.

Karena itu, sebagai penulis saya mengharapkan dengan terbuka segala

bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini

selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

kepada orang-orang yang membacanya, terutama kepada penulis sendiri.

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, petunjuk,

saran dorongan dan izin yang telah diberikan dari berbagai pihak semoga bernilai

ibadah dan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda. SemogaAllah SWT

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Robbal

Alamin.

Kendari, 25 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Filsafat Penelitian Kesehatan ........................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Filsafat .................................................................................. 4
2.1.2 Pengertian Penelitian .............................................................................. 6
2.1.3 Pengertian Kesehatan .............................................................................. 6
2.1.4 Filsafat Penelitian Kesehatan .................................................................. 7
2.2 Hakikat Penelitian Kesehatan ........................................................................ 8
2.2.1 Tahapan dalam Penelitian Kesehatan (Ilmiah) ..................................... 10
2.2.2 Batasan Penelitian Kesehatan ............................................................... 11
2.2.3 Tujuan Penelitian Kesehatan ................................................................ 13
2.2.4 Manfaat Penelitian Bidang Kesehatan .................................................. 14
2.3 Metode Ilmiah Penelitian Kesehatan ........................................................... 16
2.3.1 Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran ..................... 19
2.3.2 Strategi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran .................... 20
2.3.3 Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ................................... 24
2.3.4 Populasi................................................................................................. 25
2.3.5 Sampel .................................................................................................. 27
2.3.6 Teknik Sampling ................................................................................... 31
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 33
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 33

iii
3.2 Saran ............................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 334

iv
BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia memiliki interpretasi yang berbeda terhadap “ilmu”.


Ada kelompok yang melihat ilmu bersifat “statis”. Pada kelompok ini ilmu
dianggap sebagai kumpulan informasi atau fakta termasuk penjelasan
fenomena-fenomena yang diamati. Kelompok lain memandang ilmu bersifat
“dinamis”. Menurut kelompok ini, ilmu merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh ilmuwan untuk menghasilan pengetahuan yang penting sebagai dasar
untuk pengembangan teori dan penelitian di masa yang akan datang.
Sehingga menurut kelompok “dinamis”, ilmu tidak pernah berhenti dan selalu
bergerak untuk kebaikan manusia (Lapau, 2012).

Ilmu pengetahuan mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap


peradaban manusia. Pengaruhnya sangat luas dan beragam. Dari semua
pengaruh itu, yang paling utama adalah pengaruhnya terhadap intelektualitas
manusia, terutama dalam menghapus kepercayaan-kepercayaan tradisional
dengan mengadopsi pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah.
Dalam proses pencarian ilmu pengetahuan secara ilmiah, manusia telah
menembus batas-batas keyakinan yang selama berabad-abad
membelenggunya. Secara bertahap, manusia mampu menguak berbagai
misteri alam raya dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan
dan meningkatkan kenyamanan hidup (Sudarsono, 2017).

Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang sifatnya umum atau


menyeluruh, memiliki metode yang logis dan terurai secara sistematis.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan
secara terencana, penuh kehati-hatian dan teratur terhadap suatu objek atau
subyek tertentu untuk memperoleh bukti, jawaban atau pengetahuan. Pada

1
2

dasarnya ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan penelitian


(Masturoh & T., 2018).

Penelitian yang telah teruji mempunyai peranan penting dalam


membantu manusia untuk memecahkan masalah dan memperoleh
pengetahuan baru. Tanpa adanya penelitian maka pengetahuan akan terhenti,
tidak valid, dan akhirnya mengalami kemunduran. Dalam melakukan sebuah
penelitian seorang peneliti harus menggunakan metode yang dapat dimengerti
serta dapat diikuti atau dapat diulang oleh peneliti lainnya sehingga
menghasilkan pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kemampuan ilmiah yang harus dimiliki oleh mahasiswa yaitu berfikir ilmiah
sebagai upaya dalam memecahkan masalah. Dalam berfikir ilmiah mahasiswa
harus obyektif, rasional, terbuka dan selalu berorientasi pada kebenaran.
Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan
sarana berfikir yang baik serta metode ilmiah yang benar (Masturoh & T.,
2018).

Oleh karena itu, diperlukan suatu arahan dalam membentuk pola pikir
yang mengarah sistematika pemecahan masalah sehingga dapat terus
memajukan ilmu pengetahuan yang hakiki dalam bidang apapun, tak
terkecuali bidang kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini


sebagai berikut:
1. Bagaimana kajian mengenai filsafat penelitian kesehatan?
2. Bagaimana hakikat penelitian kesehatan?
3. Apa saja metode yang digunakan dalam penelitian kesehatan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kajian mengenai filsafat penelitian kesehatan.
3

2. Untuk mengetahui hakikat penelitian kesehatan.


3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penelitian kesehatan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari makalah ini sebagai
berikut:
1. Memberikan gambaran mengenai dasar penelitian bidang kesehatan.
2. Sebagai bahan materi pendamping proses belajar.
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman eksplorasi kajian pustaka bagi
penulis dalam penyusunan makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filsafat Penelitian Kesehatan

2.1.1 Pengertian Filsafat


Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία
philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal
dari kata-kata philia (=persahabatan, cinta dsb.) dan sophia (=
“kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya (semantic) adalah seorang
“pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Sejajar dengan kata filsafat, kata
filosofi juga dikenal di Indonesia dalam maknanya yang cukup luas dan
sering digunakan oleh semua kalangan.

Dikatakan bahwa filsafat dibagi dalam dua buah pertanyaan utama,


pertanyaan pertama adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan
budaya) dan yang kedua adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu yang
itu tidak terjawab pada persoalan yang pertama. Dari narasi ini ada dua buah
konsep filsafat yang senantiasa dipertanyakan yakni tentang apa dan
bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu itu disusun dan dikembangkan.
Ini hal sangat mendasar dalam kajian dan diskusi ilmiah dan ilmu
pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab oleh filsafat dan yang kedua
dijawab oleh kajian filsafat ilmu.

Berkaitan dengan konsep filsafat Harun Nasution tanpa keraguan


memberikan satu penegasan bahwa filsafat dalam khazanah Islam
menggunakan rujukan kata yakni falsafah. Istilah filsafat berasal dari bahasa
arab oleh karena orang Arab lebih dulu datang dan sekaligus mempengaruhi
bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa-bahasa lain ke tanah air
Indonesia. Oleh karenanya konsistensi yang patut dibangun adalah
penyebutan filsafat dengan kata falsafat.

4
5

Perkataan filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy


yang juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan.
Unsur pembentuk kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos maknanya
gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise). Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali, sophia tidak
hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai
kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal
praktis yang bertumpu pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal
yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Menurut sejarah kelahirannya istilah filsafat terwujud sebagai sikap
yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta
kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju
dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah
kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk
mendapatkan kebenaran.
Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; teori yang
mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; ilmu yang berintikan logika,
estetika, metafisika, dan epistemologi; falsafah (KBBI Daring).
Tejoyuwono dalam makalah Metodologi Peneltian dan Beberapa
Implikasinya dalam Penelitian Geografi mengutif definisi filsafat dari
beberapa ahli. Filsafat adalah suatu sistem pemikiran yang terbentuk dari
pencarian pengetahuan tentang watak dan makna kemaujudan (eksistensi)
(Hornby, dkk., 1974). Filsafat juga dapat diartikan sistem keyakinan umum
yang terbentuk dari kajian dan pengetahuan tentang asas-asas yang
menimbulkan, mengendalikan, dan menjelaskan tentang fakta dan kejadian.
6

2.1.2 Pengertian Penelitian


Penelitan berasal dari kata teliti yang artinya mempelajari sesuatu
secara teliti dan mendalam. Kegiatan ”meneliti” dan mencoba dengan
kemungkinan gagal (trial and error). Dalam bahasa Inggris penelitian dikenal
dengan istilah research. Definisi Researchadalah : systematic investigation to
establish facts atau a search for knowledge. Jadi titik tekan suatu penelitian
adalah menemukan secara sistematis fakta-fakta untuk menyusun
pengetahuan. Fakta artinya “a concept whose truth can be proved”, suatu
konsep yang membuktikan suatu kebenaran. Sedangkan pengetahuan artinya
“the psychological result of perception and learning and reasoning”, buah
dari persepsi, belajar dan pertimbangan yang sehat secara akal budi.
Kesimpulannya penelitian adalah proses mencari bukti-bukti kebenaran lewat
persepsi, belajar dan berfikir sehingga tertanamlah dalam jiwa kita suatu
keyakinan yang kuat.
Penelitian Ilmiah adalah suatu proses pemecahan masalah dengan
menggunakan prosedur yang sistematis, logis, dan empiris sehingga akan
ditemukan suatu kebenaran. Hasil penelitian ilmiah adalah kebenaran atau
pengetahuan ilmiah, Penelitian ilmiah yang selanjutnya disebut penelitian
atau riset (research) memiliki ciri sistematis, logis, dan empiris. Sistematis
artinya memiliki metode yang bersistem yakni memiliki tata cara dan tata
urutan serta bentuk kegiatan yang jelas dan runtut. Logis artinya
menggunakan perinsip yang dapat diterima akal. Empiris artinya berdasarkan
realitas atau kenyataan. Jadi penelitian adalah proses yang sistematis, logis,
dan empiris untuk mencari kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah.

2.1.3 Pengertian Kesehatan


Kesehatan adalah keadaan seimbang yang dinamis, dipengaruhi faktor
genetik, lingkungan dan pola hidup sehari-hari seperti makan, minum, seks,
kerja, istirahat, hingga pengelolaan kehidupan emosional. Status kesehatan
tersebut menjadi rusak bila keadaan keseimbangan terganggu, tetapi
7

kebanyakan kerusakan pada periode-periode awal bukanlah kerusakan yang


serius jika orang mau menyadarinya (Santoso, 2012: 8).

Menurut definisi yang dirumuskan oleh WHO, kesehatan adalah


sebagai : ”a state of complete physical, mental and social well being and not
merely the absence of disease or infirmity“. (WHO, 1948), adalah keadaan
sejahtera fisik, mental, social tanpa ada keluhan sama sekali (cacat atau sakit).
Dalam UU RI Nomor 23 tahun 1992 kesehatan juga dinyatakan mengandung
dimensi mental dan sosial : “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi”.

2.1.4 Filsafat Penelitian Kesehatan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, filsafat penelitian


kesehatan merupakan cara kerja pikiran untuk mengkaji, mencari,
menyelidiki, menemukan dan menghasilkan sesuatu dari hal yang bersifat
abstrak menjadi pengetahuan dan ilmu berupa konsep atau teori yang
berhubungan langsung dalam konstribusi menciptakan kesehatan baik segi
fisik, mental, dan sosial.

Filsafat penelitian kesehatan merupakan cara kerja pikiran karena


dalam menganalisis masalah yang ingin dicarikan solusi, bermula dari
kegelisahan manusia untuk mengenali masalah kesehatan yang dialaminya.
Secara sadar atau tidak, setiap manusia yang mengalami masalah akan
bereaksi terhadap masalah tersebut untuk mendapatkan jawaban atas masalah
yang dihadapinya terutama mengenai kesehatan. Pencarian itu akan berakhir,
jika manusia telah mendapatkan jawaban. Jawaban inilah yang akan membuat
pikiran mereka dan hati mereka merasakan kedamaian dan kepuasan.

Filsafat penelitian kesehatan merupakan upaya mengkaji, mencari,


dan menyelidiki masalah kesehatan yang dihadapi. Proses ini berupaya
memaknai masalah kesehatan secara empiris dan melakukan berbagai
8

eksperimen untuk menghasilkan jawaban yang paling tepat untuk memahami


permasalahan kesehatan yang dihadapi.

Filsafat penelitian kesehatan merupakan upaya menghasilkan konsep


atau teori yang merupakan perwujudan dari penyelesaian masalah kesehatan.
Konsep yang dihasilkan tentunya berakar dari masalah kesehatan yang
dihadapi. Konsep inilah tujuan akhir dari proses berpikir manusia. Konsep ini
juga yang dapat diterapkan dalam penelitian berikutnya untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru.

Filsafat penelitian bersifat universal. Konsep penelitian tidak hanya


digunakan oleh disiplin ilmu tertentu, namun digunakan untuk semua disiplin
ilmu. Penelitian yang digunakan untuk meneliti suatu objek tertentu, tentunya
berbeda jika diterapkan pada objek yang lain. Penjabaran tujuan penelitian
inilah yang membuat cara kerja dan hasil dari penelitian berbeda.

2.2 Hakikat Penelitian Kesehatan


Hakikat berarti pemahaman dasar. Penelitian saat ini berarti pencarian
teori, pengujian teori,atau pemecahan masalah.Hal ini berarti bahwa masalah
itu ada dan telah diketahui, oleh karenanya memerlukan pemecahan.
Kerlinger (1973) mendefiniskan penelitian ilmiah sebagai penelitian yang
sistematis, terkontrol, empiris, dan penyelidikan kritis dari proposisi-proposisi
hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan antara gejala alam. Penelitian
disebut sistematis karena mengikuti langkah-langkah mulai dengan
identifikasi masalah, menghubungkan masalah dengan teori, mengumpulkan
data, analisis dan interpretasi data, menarik kesimpulan dan menggabungkan
kesimpulan dalam khasanah pengetahuan.

Penelitian terkontrol karena setiap langkah terencana, sehingga


khayalan atau dugaan tidak terdapat di dalamnya. Masalah dijelaskan dengan
cermat dan terinci, variabel diidentifikasi dengan diseleksi, instrumen
diseleksi atau dikonstruksi secara cermat serta kesimpulan hanya dapat ditarik
dari data yang diperoleh. Dengan demikian rekomendasi yang dikemukakan
9

berdasarkan atas penemuan dan kesimpulan. Jadi, penelitian berbeda dengan


pemecahan masalah yang bisa dilakukan secara sepintas tanpa melalui
sistematika dan metodologi yang ketat.

Penelitian kesehatan adalah penelitian yang diterapkan dalam bidang


kesehatan. Sehingga prinsip prinsip dan sistem yang berlaku tidak jauh
berbeda dengan penelitian di bidang lainnya. Perbedaannya hanya pada area
penelitian dengan pendekatan teori yang bersumber dari keilmuan kesehatan.
Salah satu yang membedakan dengan penelitian kesehatan adalah obyek
penelitian yang berupa manusia, baik secara individual maupun kelompok
(komunitas) sehingga etika dan norma harus diperhatikan, karena manusia
terlibat langsung baik sebagai obyek maupun subyek penelitian. Oleh karena
itu beberapa peneliti menggolongkan penelitian kesehatan kedalam penelitian
sosial.

Sesuai dengan keilmuan kesehatan yang terdiri dan dipengaruhi oleh


berbagai ilmu yang lain, maka penelitian kesehatan biasa terbagi dalam
berbagai cabang ilmu yang mendukung keilmuan kesehatan, yang dapat
dilihat pada bagan hubungan dan pengembangan keilmuan kesehatan.

Secara garis besar penelitian kesehatan dimulai dengan penetapan


masalah, yang akan dipecahkan dengan mengajukan hypothesis. Pengajuan
hipothesis ini akan diikuti dengan penetapan variabel penelitian yang akan
diteliti. Oleh karenanya diperlukan desain penelitian serta instrumen
penelitian tertentu sehingga dapat menangkap variabel yang telah ditetapkan.
Untuk bisa menangkap variabel maka dibutuhkan obyek penelitian yang
terdapat pada populasi atau sampel tertentu. hasil penangkapan data akan
diolah serta dianalisa sehingga menghasilkan kesimpulan, untuk memecahkan
masalah penelitian. Hasil dan rekomendasi penelitian akan dilaporkan untuk
memperkaya khasanah pustaka dan keilmuan kesehatan.
10

2.2.1 Tahapan dalam Penelitian Kesehatan (Ilmiah)

Metode ilmiah merupakan hasil sintesis dari proses berfikir ilmiah


berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahan
masalahnya melalui kajian data empiris dalam suatu langkah-langkah
kegiatan ilmiah atau penelitian. Proses tersebut dilakukan secara sistematis
dan terkontrol melalui tahapan-tahapan berikut:

a) Menemukan masalah penelitian yang mendorong untuk dicari pemecahan


atau solusinya. Ide masalah dapat ditemukan dari fakta-fakta di lapangan
yang tidak sesuai dengan teori atau terdapat kesenjangan antara teori
dengan kenyataan di lapangan.
b) Menyusun kerangka permasalahan dalam bentuk rumusan masalah yang
jelas batasannya. Masalah yang telah ditemukan dan didukung dengan
fakta atau data terkait. Selain dengan melakukan observasi dapat juga
dilakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan data atau fakta yang
sesuai dengan masalahnya.
c) Menyusun pemecahan masalah dalam bentuk dugaan sementara yang
disebut hipotesis. Hipotesis digunakan untuk mengutarakan jawaban
sementara terhadap masalah yang akan diteliti yang sifatnya masih
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya melalui uji
statistik.
d) Melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Hasilnya
ada dua kemungkinan yaitu hipotesis diterima atau ditolak.
Merumuskan pemecahan masalah berdasarkan hasil uji hipotesis.
Tahapan penelitian sebagai implementasi dari metode ilmiah, secara detail
dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Menguraikan masalah penelitian dalam latar belakang penelitian,
kemudian dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan
penelitian. Selanjutnya menyusun tujuan penelitian mengacu pada uraian
dan rumusan masalah pada latar belakang penelitian tersebut.
11

b) Melakukan telaah pustaka dengan mencari teori dan materi-materi terkait


topik penelitian serta menyusunnya ke dalam tinjauan pustaka. Tinjauan
pustaka disusun sebagai landasan penyusunan kerangka teori dan kerangka
konsep penelitian.
c) Pada penelitian kuantitatif perlu disusun hipotesis sebagai dugaan
sementara yang nanti akan dibuktikan kebenarannya melalui uji statistik.
d) Menentukan desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian ▪
Menentukan populasi dan sampel, cara pemilihan sampel, serta
menghitung besar sampel.
e) Menyusun instrumen penelitian dan cara pengumpulan data ▪ Menentukan
variabel penelitian, definisi operasional, cara ukur, skala ukur, dan hasil
ukur variabel penelitian.
f) Menyusun jadwal dari mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan
laporan, serta menyusun biaya penelitian yang diperlukan selama
penelitian.
g) Mempersiapkan teknis administrasi seperti mengurus perizinan ke
kesbangpol dan dinas terkait.
h) Melaksanakan penelitian dalam tahap pengumpulan data baik melalui
wawancara ataupun melalui observasi sesuai dengan perencanaan.
i) Melaksanakan pengolahan dan analisis data data yang telah dikumpulkan
j) Menyusun hasil dan pembahasan penelitian dalam laporan akhir
penelitian.
k) Melakukan desiminasi penelitian melalui forum seminar hasil penelitian
dan publikasi ilmiah.

2.2.2 Batasan Penelitian Kesehatan

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya penyelidikan


secara sistematis, logis dan ilmiah untuk memecahkan masalah. Manusia
sepanjang hidupnya tidak lepas dari berbagai permasalahan hidup. Masalah-
masalah tersebut dapat dikelompokkan dalam berbagai bidang kehidupan
12

antara lain keagamaan, politik, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lain-


lain.

Terkadang bidang pengetahuan yang satu dapat mempengaruhi bidang


pengetahuan lainnya. Sebagai contoh kehidupan politik dapat
mempengaruhi kondisi ekonomi dan kesehatan masyarakat. Komitmen dan
keputusan politik tertentu dapat menentukan naik dan turunnya harga
kebutuhan pokok masyarakat. Bagi masyarakat kalangan ekonomi
menengah ke bawah akan berdampak dalam pemenuhan kebutuhan sehari-
harinya. Bila kebutuhan sehari-harinya terganggu maka kebutuhan lainnya
terganggu, termasuk pemenuhan konsumsi makanan sehat dan bergizi yang
pada akhirnya dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Era globalisasi dan mobilisasi penduduk dari luar kota, luar jawa,
bahkan luar negeri atau sebaliknya akan mempermudah akses transfernya
berbagai penyakit dan perilaku serta ditambah dengan cuaca sebagai
dampak global warming dan kemajuan teknologi yang menyebabkan
perubahan gaya hidup sehari-harimenambah daftar meningkatnya
permasalahan kesehatan. Belum tuntas masalah penyakit menular, saat ini
bertambah dengan meluasnya penyakit tidak menular, sehingga menambah
beban masyarat itu sendiri dan pemerintah. Penelitian kesehatan dilakukan
dalam rangka mengatasi dan memecahkan masalah-masalah di bidang
kesehatan dengan berbagai pengaruh dan dampak yang ditimbulkannya
seperti yang telah dipaparkan diatas.

Penelitian kesehatan memiliki dua sasaran yaitu yang pertama untuk


memecahkan masalah kesehatan individu yang sedang mengalami masalah
kesehatan atau sedang sakit. Yang kedua berorientasi pada kesehatan
kelompok atau masyarakat yang sehat supaya dapat mempertahankan dan
memelihara kesehatannya agar tetap sehat.

Upaya pemecahan masalah kesehatan dilakukan oleh tenaga-tenaga


kesehatan yang kompeten di bidangnya. Berdasarkan Undang-Undang
13

No.36 Tahun 2014, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain: tenaga medis, psikologi klinis,
keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, gizi, keterapian fisik, keteknisian medis, teknik biomedika,
rekam medis, dan tenaga kesehatan lainnya.

2.2.3 Tujuan Penelitian Kesehatan

Tujuan penelitian kesehatan merupakan acuan dalam melaksanakan


penelitian kesehatan. Hal ini berkaitan dengan jenis penelitian yang akan
dilakukan serta batasan dalam penelitian kesehatan. Berdasarkan jenis
penelitiannya, penelitian yang dilakukan terbagi ke dalam dua kelompok
yaitu kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada
hasil berupa angka dengan analisis menggunakan uji statistik. Sementara
penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak diperoleh dengan prosedur statistik dan
dapat menjawab/menggali tentang alasan atau pertanyaan mengapa.

Berdasarkan batasan penelitian kesehatan maka secara umum ruang


lingkup penelitian kesehatan meliputi preventif dan promotif serta kuratif
dan rehabilitatif. Langkah preventif dan promotif di bidang rekam medis
misalnya dengan melakukan langkah pencegahan dan sosialisasi tentang
potensi fraud dalam penggunaan kartu identitas berobat, kartu asuransi dan
lain-lain kepada masyarakat ataupun petugas bagian pendaftaran. Sedangkan
pada kuratif dan rehabilitatif, misalnya penelitian dalam bentuk
menganalisis perancangan desain formulir dokumen rekam medis yang
diperlukan di bagian rawat jalan, rawat inap ataupun di unit lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kekhususannya sehingga penggunaan
formulir benar-benar efisien dan efektif.
14

Mengidentifikasi dan menganalisis kelengkapan dokumen rekam


medis pada kasus/penyakit tertentu baik dengan menggunakan metode
Huffman maupun metode Hatta. Upaya evaluasi melalui penelitian di
bidang rekam medis diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan mutu
layanan kesehatan secara keseluruhan. Dengan mengevaluasi dokumen
rekam medis sebagai tupoksi seorang praktisi rekam medis sekaligus dapat
mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, perawat,
tenaga kefarmasian, atau tenaga analis laboratorium, karena merekalah yang
mengisi dokumen rekam medis sebagai bukti dalam pelayanannya.

Tujuan penelitian di bidang rekam medis antara lain:

a. Menemukan atau membuktikan fakta lama ataupun baru di informasi


kesehatan.
b. Menganalisis atau melakukan uji hubungan atau interaksi antara fakta-
fakta yang ditemukan pada informasi kesehatan.
c. Menjelaskan fakta-fakta yang ditemukan dibandingkan dengan teori dan
hasil penelitian sebelumnya yang sejenis pada informasi kesehatan.
d. Mengembangkan alat, teori atau konsep dan memberikan pemecahan
masalah atau alternatif solusi terkait dengan kebijakan informasi
kesehatan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan dari mulai pasien
masuk hingga pulang termasuk proses pembiayaan/ klaim BPJS.

2.2.4 Manfaat Penelitian Bidang Kesehatan


Penelitian dalam bidang kesehatan sangat bermanfaat bagi kehidupan
dan kesejahteraan manusia. Penelitian di bidang kesehatan dapat
memberikan informasi tentang paparan atau faktor-faktor penyebab
terjadinya suatu kasus/penyakit, informasi tentang hal- hal yang dapat
mencegah terjadinya suatu penyakit hingga hal-hal yang dapat
menanggulangi ataupun mengobati suatu penyakit. Manusia yang sehat
dapat melakukan berbagai aktifitas yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga,
dan masyarakat sekitarnya seperti bekerja, sekolah, kerja bakti, beribadah,
15

dan lain- lain. Begitu pula sebaliknya, bila sakit maka keseimbangan dalam
rumah tangga atau suatu organisasi juga akan terganggu karena tidak dapat
melakukan aktifitas sebagaimana biasanya atau bahkan dapat menjadi beban
bagi keluarga ataupun orang lain. Selain itu juga dapat menimbulkan
masalah ekonomi karena ada biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat.

Secara umum manfaat penelitian di bidang kesehatan antara lain


sebagai berikut:

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mendeskripsikan status


kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Antara lain dapat
digunakan untuk mendeskripsikan pasien dengan diagnosis tertentu dari
mulai pencatatan tanda dan gejala hingga penentuan kodefikasi yang
tepat, mendeskripsikan mutu pelayanan kesehatan mengacu pada
standar pelayanan minimal di pelayanan kesehatan, mendeskripsikan
angka morbiditas dan mortalitas, mendeskripsikan kebutuhan sumber
daya manusia, dan lain-lain.
2. Hasil penelitian dapat menggambarkan potensi kemampuan sumber
daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya dalam
mendukung pengembangan kesehatan. Di bidang apapun, hasil
penelitian dapat menggambarkan.
3. Hasil penelitian dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan
memberikan alternatif solusi terkait dengan penyebab masalah
kesehatan atau kendala lainnya yang terjadi dalam sistem pelayanan
kesehatan. Di kesehatan, hasil penelitian dapat memberikan data secara
keseluruhan baik data pasien maupun gambaran kinerja tenaga
kesehatan yang terlibat di pelayanan kesehatan, sehingga dapat
memberikan informasi penyebab atau kendala dan alternatif solusinya.
4. Hasil penelitian dapat digunakan untuk melakukan tindak lanjut berupa
pengambilan keputusan atau kebijakan pengembangan kesehatan. Di
bidang kesehatan, hasil penelitian sangat erat kaitannya dengan
16

penyediaan data sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kebijakan


di tingkat top manajemen.
5. Hasil penelitian dapat menggambarkan secara kuantitas dan kualitas
keadaan suatu pelayanan kesehatan dari segi pembiayaan, sarana
prasarana dan ketenagaan. Di bidang kesehatan, hasil penelitian tentang
analisis beban kerja dan ketenagaan (SDM), sebaran penyakit,
ketersediaan data dan penentuan sebab-akibat dalam proses preventif,
promotif, kuratif, maupun rehabilitatif.

2.3 Metode Ilmiah Penelitian Kesehatan

Dalam menghadapi masalah, seseorang harus mengambil keputusan


untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kondisi ini disebut dengan Inquiry
yang merupakan dasar dari suatu penelitian. Pada dasarnya dalam melakukan
penelitian, seseorang sedang melakukan inquiry mengenai suatu fenomena
untuk menghasilkan jawaban, atau orang tersebut sedang mempraktikkan
reflective thinking untuk menjelaskan satu masalah. Dengan demikian ada
beberapa istilah yang berdekatan dengan inquiry, yaitu: metode ilmiah
(scientific method), penyelesaian masalah (problem solving), metode
induktif, dan/atau berfikir secara konseptual (Lapau, 2012).

Proses metode ilmiah atau reflective thinking dimulai dari tahap/fase


tidak menentu (confusion phase) menuju situasi yang ditandai adanya
kepuasan seseorang dan tidak adanya kebingungan. Dengan demikian,
metode ilmiah diakhiri ketika seseorang sudah tidak “bingung” dengan
fenomena yang dialami. Proses metode ilmiah tersebut secara rinci terdiri dari
fase-fase sebagai berikut (Dewey dalam Lapau, 2012):

a. Fase timbulnya kemungkinan atau saran

Saat seseorang mengalami masalah maka timbulah dalam fikiran orang


tersebut kemungkinan-kemungkinan atau terdapat saran-saran yang irasional
dari orang lain, untuk menyelesaikan masalah atau bisa jadi malah
17

merugikan. Pada prinsipnya pada fase ini manusia berusaha menghasilkan


kemungkinan-kemungkinan apa saja agar masalahnya cepat diselesaikan
dengan akal sehat. Misalnya: seorang pimpinan Rumah Sakit melihat
fenomena klaim BPJS Kesehatan sering terlambat hingga berpuluh-puluh hari
sehingga mempengaruhi aliran kas operasional. Pada tahap ini pimpinan RS
tersebut akan berfikir mencari-cari kemungkinan cara untuk menyelesaikan
masalah tersebut seperti memberikan pelatihan kepada SDM penginput data,
memperbaiki sistem informasi, dan sebagainya. Namun bisa pula terjadi
masukan-masukan dari pihak luar yang tidak disadari akan merugikan RS
tersebut, seperti misalnya menghentikan sementara pelayanan BPJS
Kesehatan.

b. Fase intelektualisasi

Pada fase ini seseorang sudah mulai pemikiran yang lebih sistematis
dan rasional dibanding fase pertama. Orang mulai mengenali dan
mempelajari berbagai aspek, sehingga mulai dapat ditentukan lokasi dan
definisi masalah yang dihadapi. Misalnya pada kasus klaim BPJS Kesehatan
di atas, pimpinan RS bersama dengan divisi Litbang mulai melakukan
investigasi masalah di lapangan untuk melihat akar masalah secara sistematik
dan rasional. Secara sistematik berarti ia menelusuri permasalah dimulai sejak
penerimaan berkas-berkas klaim dari bagian pelayanan medik hingga
dilakukan pengiriman dokumen klaim kantor BPJS Kesehatan. Secara
rasional berarti ia mengesampingkan penilaian-penilaian yang sifatnya
subyektif seperti masalah sentimen pribadi, kondisi emosional sesaat pada
petugas dan sebagainya.

c. Fase perumusan hipotesis

Pada fase ini mulai ditentukan hipotesa yang mungkin berguna untuk
menyelesaikan masalah, yang bisa berasal dari kemungkinan atau saran yang
dihasilkan pada fase pertama dan/atau kedua. Hipotesa inilah yang akan
menjadi model penelitian untuk penyelesaian masalah. Misalnya: pada kasus
18

di atas pimpinan RS dan divisi Litbang memperoleh kemungkinan perbaikan


antara lain meningkatkan kecepatan input data pada petugas, mempersingkat
tahap penyerahan berkas klaim dari unit pelayanan medis, dan memperbaiki
koordinasi dengan pihak BPJS Kesehatan.

d. Fase pengujian hipotesis melalui argumentasi

Pada fase ini seseorang mulai menghubung-hubungkan semua


pendapat, informasi dan data yang diperoleh untuk mendapatkan implikasi
yang logis dari seluruh hipotesa. Disamping itu mulai dipikirkan implikasi
apa yang akan terjadi jika hipotesa atau cara penyelesaian diterapkan.
Misalnya: pada kasus di atas pihak RS mulai melakukan pengujian (secara
statistik atau logika) mengenai cara kemungkinan perbaikan agar klaim BPJS
Kesehatan dapat cepat cair. Untuk kecepatan kalim BPJS Kesehatan, pihak
RS mulai melakukan pengumpulan data rata-rata kecepatan pemasukan data
klaim oleh tiap petugas, rata-rata kecepatan penyerahan berkas klaim dari unit
pelayanan medis, dan melakukan wawancara terstruktur dengan pihak BPJS
Kesehatan mengenai penyebab lamanya klaim. Dari hasil pengumpulan data
inilah, pihak RS mulai mempertimbangkan implikasi apa yang terjadi jika
seluruh cara dijalankan.

e. Fase pembuktian hipotesis

Pada fase ini, verifikasi dan penolakan terhadap hipotesa telah


dilakukan dan keputusan sudah dibuat. Bila hipotesa terbukti, maka bisa
dipertimbangkan untuk digunakan pada penyelesaian masalah lainnya yang
hampir mirip (disebut melakukan Generalisasi). Misalnya: pada kasus di atas,
seluruh cara perbaikan yang diusulkan setelah diuji ternyata dinyatakan
terbukti signifikan. Pihak RS berdasarkan hal tersebut dapat menjalankan cara
penyelesaian bukan hanya untuk mempercepat klaim BPJS Kesehatan tetapi
kemungkinan bisa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang hampir mirip
di RS tersebut seperti keterlambatan penagihan klaim asuransi kesehatan
19

komersial, keterlambatan klaim penagihan biaya pelayanan kesehatan dengan


korporasi-korporasi atau klien, dan sebagainya.

2.3.1 Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran


Pendifinisian masing-masing metode ini bukan untuk membedakan
antara keduanya, namun untuk melihat dan lebih memperdalam pemahaman
tentang landasan yang dipakai oleh peneliti.

a. Penelitian kualitatif Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berusaha untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau
sekelompok orang (Creswell, 2013). Karakteristik penelitian ini antara
lain:
1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur;
2. Mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan (informan)
3. Menganalisis data secara induktif (mulai dari tema-tema yang umum ke
tema-tema yang khusus)
4. Menafsirkan makna data;
5. Laporan akhir memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel;
6. Berfokus terhadap makna individual;
7. Menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.

b. Penelitian kuantitatif Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang


menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variable
atau mendeskripsikan variable tersebut secara kuantitatif dengan metode
statistik. Karakteristik penelitian ini antara lain:

1. Melakukan pengukuran variabel dengan instrumen-instrumen tertentu


untuk menghasilkan data yang berupa angka-angka;
2. Menganalisi data secara deduktif (mulai dari tema-tema khusus ke
tema-tema umum)
3. Menganaliisis data berupa angka berdasarkan prosedus statistik;
4. Laporan akhir memilik struktur yang ketat dan konsisten;
20

5. Menghindari adanya bias-bias;


6. Melakukan pengontrolan terhadap penjelasan-penjelasan alternatif;
7. Mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali penemuan-
penemuannya.

c. Penelitian metode campuran Penelitian metode campuran merupakan


pendekatan penelitian yang menggunakan kombinasi atau asosiasi antara
bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pada dasarnya pendekatan camouran
bukan hanya mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data namun lebih
kompleks dari hal tersebut, karena secara kolektif peneliti harus
melibatkan fungsi dari kedua pendekatan tersebut. Itulah sebabnya
penelitian campuran memilki kekuatan lebih besar dibanding penelitian
kualitatif dan kuantitatif (Cresswel, 2013).

2.3.2 Strategi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran


Dalam menentukan penelitian kualitatif, kuantitatif, atau campuran,
sebaiknya peneliti menentukan hal tersebut berdasarkan karakteristik
masalah dan cara pemecahan masalah yang sesuai. Pemilihan ketiga metode
tersebut sebaiknya bukan berdasarkan penliaian yang subyektif seperti
kemampuan peneliti, karena metode yang dipakai oleh penelitian
sebelumnya, karena minat peneliti, dan sebagainya.

Creswell (2013) membagi metodologi penelitian dalam kategori-


kategori:

1. Metodologi penelitian kuantitatif.


Metodologi ini menyandarkan teknik penelitian pada pandangan
post- positivisme. Metodologi penelitian kuantitatif meliputi:
1) Eksperimen nyata;
2) Eksperimen yang semu atau kuasi-eksperimen dan penelitian
korelasional;
3) eksperimen subyek tunggal.
21

Dewasa ini telah bermunculan metodologi eksperimen yang lebih


kompleks dengan berbagai variabel dan intervensinya, seperti:
Rancangan faktorial, Rancangan repeated measure, SEM (Structural
Equation Model) yang melibatkan analisa kausalitas dan variabel ganda,
dan sebagainya.

2. Metodologi penelitian kualitatif


Pada dasarnya terdapat banyak sekali metodologi penelitian
kualitatif. Namun yang sering diperbincangkan dalam berbagai literatur
adalah penelitian etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi,
dan naratif.
Penelitian etnografi adalah jenis penelitian yang berusaha untuk
menyelidiki suatu komunitas atau kelompok budaya pada lingkungan
yang alamiah. Pada penelitian ini pengumpulan data utama, data
observasi, dan data wawancara dilakukan pada periode waktu yang
cukup lama. Prosesnya fleksibel dan berkembang sesuai dengan kondisi
dalam merespons kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai di lapangan
(Creswell, 2013).
Penelitian grounded theory berusaha menciptakan teori umum dan
abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu berdasarkan
pandangan partisipan atau informan. Tahap-tahap dalam penelitian ini
meliputi pengumpulan data dan penyairngan kategori atas informasi yand
didapat. Karakteristik utama jenis penelitian ini adalah:
1) terdapat perbandingan yang konstan antara data dan kategori-
kategori yang muncul;
2) pengambilan sampel secara teoritis terhadap kelompok-kelompok
yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan
informasi.
Jenis penelitian Studi kasus merupakan jenis penelitian yang dalam
prosesnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses, atau sekelompok individu, yang dibatasi oleh waktu dan
22

aktivitas. Pada jenis ini, pengumpulan informasi dilakukan dengan


lengkap sekali menggunakan berbagai prosedur.
Penelitian fenomenologi berusaha mengidentifikasi hakikat
pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Prosedur-
prosedur pada penelitian ini mengharuskan peneliti untuk mengkaji
sejumlah subyek dengan terlibat langsung dan relatif lama di dalamnya
dalam rangka pengembangan pola-pola dan hubungan antar makna-
makna. Peneliti dianjurkan mengesampingkan terlebih dahulu
pengalaman-pengalaman pribadinya agar dapat memahami pengalaman-
pengalaman partisipan.
Penelitian naratif merupakan jenis penelitian yang berusaha
menyelidiki kehidupan individu-individu dan meminta seseorang atau
kelompok individu menceritakan kehidupan mereka. Informasi yang
didapat diceritakan kembali oleh peneliti dalam bentuk kronologi narasi.
Di akhir penelitian, peneliti harus menggabungkan pandangan-pandangan
kehidupan partisipan dengan pandangan- padangannya tentang
kehidupan peneliti sendiri dengan gaya naratif.

3. Metodologi penelitian campuran


Metode ini sebenarnya metode yang kurang populer dibanding sua
metode sebelumnya. Pada metode campuran ini peneliti dapat
menggabungkan berbagai metode untuk menjawab masalah penelitian,
misalnya menggabungkan metode observasi dan wawancara (kualitatif)
dengan metode survey (kuantitatif). Metode campuran disebut juga
dengan multi-metode, metode konvergensi, metode terintegrasi, atau
metode kombinasi.
Metodologi campuran memiliki berbagai keuntungan seperti:
1) dapat mengurangi atau menutup berbagai kekurangan metode
penelitian baik yang sifatnya kualititatif atau kuantitatif;
2) dapat mempersatukan data kualitatif dan kuantitatif menjadi database
yang besar yang bisa saling menguatkan;
23

3) dapat diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih luas dan


transformatif. Terdapat tiga jenis desain penelitian metode
campuran, antara lain:
a. Metode campuran sekuensial atau sequential mixed methods;
b. Metode campuran konkuren atau concurrent mixed methods;
c. Metode campuran transformatif atau transformative mixed
methods.
Pada metode sekuensial, peneliti berusaha menggabungkan atau
memperluas penemuan-penemuan yang diperoleh dari satu metode
dengan penemuan dari metode lain. Strateginya bisa dengan:
a. melakukan terlebih dahulu wawancara mendalam secara kualitatif
untuk mendapat penjelasan yang memadai;
b. lalu melakukan metode survei kuantitatif dengan sejumlah sampel
untuk mendapatkan gambaran populasi.
Startegi alternatif lainnya adalah:
a. melakukan metode kuantitatif untuk menguji teori atau konsep
tertentu,
b. metode kualitatif untuk mengeksplorasi sejumlah kasus dan individu.
Pada metode konkuren atau satu waktu, peneliti mempertemukan
atau menyatukan data kuantitatif dan kualitatif untuk memperoleh
analisis yang komprehensif. Teknisnya adalah peneliti mengumpulkan
data kuali dan kuanti pada satu waktu, kemudian menggabungkan
menjadi satu informasi dalam menginterpretasi hasil. Cara lainnya adalah
memasukkan satu jenis data yang lebih kecil ke dalam sekumpulan data
yang lebih besar untuk menganalisis jenis-jenis pertanyaan yang berbeda-
beda.
Pada metode transformatif, peneliti menggunakan kacamata teoritis
sebagai pedoman penelitian yang di dalamnya terdapat data-data
kuantitatif dan kualitatif, sebagai kerangka kerja dalam penelitian.
Kerangka kerja ini menentukan metode-metode pengumpulan data, dan
24

menentukan hasil yang diharapkan. Bahkan bisa digunakan sebagai


metode pengumpulan data konkuren atau sekuensial.

2.3.3 Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Perbedaan antara penelitian Kuantitatif dan Kualitatif antara lain:

Menurut Mack (2005) dalam Martha (2016), perbedaan utama


antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif adalah dalam hal keluwesan
(fleksibilitas). Penelitian kualitatif lebih fleksibel sedangkan kuantitatif
tidak fleksibel. Pada penelitian kuantitatif setelah menentukan rancangan
penelitiannya maka aturan–aturanya akan mengikat terhadap pelaksanaan
penelitian keseluruhan seperti penentuan populasi dan sampel dengan
sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel, serta pembuatan
instrumen penelitian dalam bentuk pernyataan dengan jawaban tertutup
seperti “ya” dan “tidak” yang dibuat dan ditanyakan secara seragam atau
sama kepada seluruh sampel, yang keuntungannya dapat memudahkan
dalam pengolahan dan analisis data. Sementara metode penelitian
25

kualitatif lebih fleksibel karena pertanyaan yang diajukan merupakan


pertanyaan terbuka dan pertanyaan selanjutnya secara spontanitas dapat
berkembang tergantung dari jawaban informan, dalam hal ini jawaban
kompleks kemungkinan dapat muncul.

2.3.4 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya
(sintesis). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
benda alam yang lain, misalnya: orang, benda, lembaga, organisasi, dan
lain- lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau objek yang diteliti itu. Yang menjadi sasaran penelitian
merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang terdiri dari orang-
orang biasa disebut dengan subjek penelitian, sedangkan anggota penelitian
yang terdiri dari benda-benda atau bukan orang sering disebut dengan objek
penelitian.

Populasi terdiri dari unsur sampling yaitu unsur-unsur yang diambil


sebagai sampel. Kerangka sampling (sampling frame) adalah daftar semua
unsur sampling dalam populasi sampling. Unsur sampling ini diambil
dengan menggunakan kerangka sampling (sampling frame). Populasi
diartikan sebagai seluruh unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian.

Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis dalam


penelitian. Populasi merupakan himpunan semua hal yang ingin diketahui,
sebagai contoh seluruh pegawai perusahaan, himpunan pekerja, dan seluruh
anggota organisasi. Populasi dalam penelitian dapat pula diartikan sebagai
keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diteliti. Unit analisis
26

adalah unit/satuan yang akan diteliti atau dianalisis. Berikut ini beberapa
pengertian tentang populasi.

1. Populasi Berdasarkan Jenisnya


a. Populasi terbatas Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data
yang jelas batasnya secara kuantitif sehingga dapat dihitung
jumlahnya. Contoh: Jumlah pasien rawat jalan RS A pada tahun
2017 adalah 457.924 orang.
b. Populasi tak Terbatas (tak Terhingga) Populasi tak terbatas yaitu
sumber datanya tidak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga
relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh: Jumlah
penduduk Indonesia yang mengalami pemutusan hubungan kerja
pada tahun 2017. Dalam hal ini jumlah penduduk Indonesia yang
mengalami pemutusan hubungan kerja merupakan populasi tak
terbatas karena tidak semua perusahaan melaporkan kejadian
tersebut.

2. Populasi Berdasarkan Sifatnya


a. Populasi homogen Sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang
sama dan tidak perlu mempersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
Contoh: populasi pasien rawat jalan dengan jenis asuransi yaitu
BPJS Kesehatan kelas 3 di RS A pada tahun 2017.
b. Populasi heterogen Sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau
keadaan yang berbeda (bervariasi) sehingga perlu ditetapkan batas -
batasnya secara kualitatif dan kuantitatif. Contoh: populasi pasien
pasien rawat inap di RS A pada tahun 2017.

Menentukan Populasi dapat juga diidentifikasi oleh 4 faktor, yaitu: isi,


satuan, cakupan (scope), dan waktu. Contoh: Suatu penelitian tentang
distribusi penyakit yang pada pasien rawat inap di rumah sakit tingkat
Provinsi DKI Jakarta tahun 2017, maka populasinya dapat ditetapkan
27

dengan 4 faktor sebagai berikut. Isi → Semua pasien rawat inap Satuan →
Rumah Sakit Cakupan → Provinsi DKI Jakarta Waktu → Tahun 2017

3. Populasi Berdasarkan Kelompoknya

a. Populasi Umum Populasi umum adalah dimana sumber datanya seluruh


objek pada lokasi penelitian
b. Populasi Target Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran
dalam mengeneralisasi sebagai kesimpulan sebuah penelitian.

Contoh:

- Populasi umum adalah seluruh pasien rawat jalan Rumah Sakit X.


- Populasi targetnya adalah seluruh pasien rawat jalan dengan kepesertaan
BPJS di Rumah Sakit X. Maka hasil penelitian kita tidak berlaku bagi
pasien rawat jalan dengan kepesertaan BPJS di Rumah Sakit X.

2.3.5 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan. Penelitian
dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan
penelitian menggunakan populasi karena penelitian dengan menggunakan
sampel lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Dalam menentukan
sampel, langkah awal yang harus ditempuh adalah membatasi jenis populasi
atau menentukan populasi target.

Ada beberapa kekeliruan yang mengkibatkan bias dalam penarikan


sampel, antara lain:

1) Penentuan populasi target. Contoh: populasi target dalam penelitian


adalah pasien rawat jalan BPJS di Rumah Sakit X, tetapi dalam
penarikan sampel hanya dilakukan pada kelompok pasien kategori BPJS
kelas mandiri.
2) Karakteristik sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi
target. Contoh: penelitiannya adalah persepsi pasien rawat jalan BPJS
28

terhadap kepuasan pelayanan dokter, tetapi angketnya diberikan kepada


seluruh pasien rawat jalan baik BPJS maupun non BPJS.
3) Kesalahan menentukan wilayah. Contoh: populasi target adalah pasien
rawat jalan BPJS di Rumah Sakit X, tetapi dalam penarikan sampel
hanya dilakukan di poli penyakit dalam saja.
4) Jumlah sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah
populasinya. Contoh: Populasi tenaga kesehatan di puskesmas X adalah
400 orang. Namun, sampel yang diambil untuk penelitian hanya 20
tenaga kesehatan.
5) Kombinasi dari beberapa kekeliruan diatas.

Kegunaan pengambilan sampel adalah sebagai berikut:


1) Menghemat biaya. Dalam proses penelitian, mulai dari pembuatan
proposal, pengumpulan data, hingga pengolahan data akan membutuhkan
biaya yang relatif besar. Apabila objek penelitian yang digunakan jumlah
sampel yang dibutuhkan banyak, maka dapat diperkirakan biaya yang
harus dibutuhkan. Oleh karena itu, dengan menggunakan sampling
merupakan keputusan yang tepat untuk meminimalisasikan biaya dalam
penelitian.
2) Mempercepat pelaksanaan penelitian. Dengan menggunakan populasi
sebagai objek penelitian, maka untuk mengumpulkan seluruh populasi
hingga pengolahan datanya akan dibutuhkan waktu yang relatif lama.
Namun, jika menggunakan sampling, jumlah objek penelitian akan lebih
mudah dijangkau.
3) Menghemat tenaga. Dalam proses penelitian, kita dapat bekerja dengan
tim. Jika objek penelitian yang digunakan adalah populasi, maka tenaga
yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data hingga pengolahan data
diperkirakan akan membutuhkan tenaga yang lebih banyak.
4) Memperkecil ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup merupakan
keseluruhan aspek yang terkait dalam proses penelitian, mulai dari
waktu, lokasi penelitian, biaya, serta penunjang lainnya. Jika
29

menggunakan populasi dapat diperkirakan cakupan ruang lingkup yang


dibutuhkan akan lebih luas, sehingga lebih mudah menggunakan sampel.
5) Memperoleh hasil yang lebih akurat. Dengan sampling pengumpulan
hingga pengolahan data menjadi lebih dapat dimonitoring prosesnya,
sehingga keakuratan data lebih terjamin.

Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menetapkan
sampel yaitu:

1) Representatif. Representatif adalah sampel yang dapat mewakili


populasi yang ada. Untuk memperoleh hasil dan kesimpulan penelitian
yang menggambarkan keadaan populasi penelitian, maka sampel harus
mewakili populasi yang ada.
2) Jumlah sampel cukup banyak. Sebenarnya tidak ada pedoman umum
yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk suatu
penelitian. Tetapi, besar kecilnya jumlah sampel akan mempengaruhi
keabsahan dari hasil penelitian. Polit dan Hungler (1993) menyatakan
bahwa semakin besarnya sampel yang dipergunakan semakin baik dan
representatif hasil yang diperoleh. Prinsip umum yang berlaku adalah
sebaiknya dalam penelitian digunakan jumlah sampel sebanyak
mungkin. Namun demikian penggunaan sampel sebesar 10-20% untuk
subjek dengan jumlah lebih dari 1000 dipandang sudah cukup.

Dalam menentukan sampel juga diukur besaran sampel yang harus


terpenuhi menggunakan perhitungan besaran sampel yang akan dibahas
pada topik selanjutnya. Untuk menilai suatu besaran sampel dari
perhitungan itu terpenuhi jumlahnya, maka beberapa kriteria yang
diperlukan antara lain:

1. Derajat keseragaman (degree of homogenity). Makin seragam populasi


itu, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi seragam
sempurna (completely homogeneous), maka satu elemen saja dari seluruh
populasi itu sudah cukup representatif untuk diteliti. Berbeda kalau
30

populasi adalah tidak seragam secara sempurna (completely


heterogeneous), maka hanya pembuatan kerangka sampel (sampling
frame) lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang representatif.
2. Presisi yang dikehendaki dalam penelitian. Tingkat ketepatan ditentukan
oleh perbedaan hasil yang diperoleh dari sampel dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh dari sampling frame yang lengkap, dengan
menggunakan asumsi instrument (alat ukur), metode penelitian, kualitas
peneliti, dan yang sama. Secara kuantitatif presisi diukur dari standar
error. Makin kecil kesalahan baku maka makin besar tingkat presisinya.
3. Rencana Analisis Recana analisis data dengan teknik analisis tertentu
sangat menentukan besarnya sampel yang harus diambil. Teknik analisis
dengan tabel silang dan analisis lanjutan dengan Chi-Square misalnya
mensyaratkan pentingnya sampel minimal yang tersedia dalam setiap sel
dalam tabel silang. Untuk tabel ukuran 2x2 diperlukan sampel minimal
sebanyak 30. Itupun apabila frekuensi sampel menyebar secara merata
pada masing- masing sel. Untuk keperluan analisis yang lebih baik,
diperlukan sampel yang lebih banyak. Teknik analisis regresi, misalnya
mengasumsikan sampel berdistribusi normal. Asumsi normalitas
umumnya dapat dicapai pada sampel ukuran besar yaitu minimal 30.

Penentuan sampel juga menggunakan kriteria pemilihan sampel, yaitu


kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

1. Kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring


anggota populasi menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara teori
yang sesuai dan terkait dengan topik dan kondisi penelitian. Atau dengan
kata lain, kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
2. Kriteria eksklusi. Kriteria ekslusi adalah kriteria yang dapat digunakan
untuk mengeluarkan anggota sampel dari kriteria inklusi atau dengan
kata lain ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel.
31

2.3.6 Teknik Sampling

1. Probability/Random Sampling

Teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana


semua individu dalam populasi, baik secara individu maupun kelompok
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik ini tidak pilih-
pilih dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam
praktek. Terdiri dari:
a. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada
unit sampling. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
b. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Teknik ini biasa digunakan pada populasi yang mempunyai
susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Misalnya sekolah, terdapat
beberapa tingkatan kelas. Jika tingkatan dalam populasi diperhatikan,
mula-mula harus dipastikan strata yang ada, kemudian tiap strata diwakili
sampel penelitian.
c. Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-
individu, melainkan terdiri dari kelompok atau cluster. Misalnya,
penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk
itu random tidak dilakukan secara langsung pada semua pelajar, tetapi
pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.

2. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak


Desain Sampel Nonprobabilitas (Non probability Sampling), artinya
setiap sampel dipilih oleh peneliti secara arbitrer dan probabilitas masing‐
masing anggota populasi tidak diketahui. Jenis sampel nonprobabilitas:
a) Convenience. Peneliti menggunakan sampel yang paling sederhana atau
ekonomis.
32

b) Judgement. Peneliti berpengalaman dalam memilih sampel untuk


memenuhi tujuannya, seperti menyakinkan bahwa semua populasi
mempunyai karakteristik tertentu.
c) Quota. Peneliti mengklasifikasikan populasi menurut kriteria tertentu,
menentukan proporsi sampel yang dikehendaki untuk tiap kelas,
menetapkan kuota untuk setiap pewawancara.
d) Snowball. Responden awal dipilih dengan sampel probabilitas sedangkan
responden berikutnya diperoleh dari usulan/masukan responden
berikutnya.

Teknik yang paling dianggap paling baik adalah teknik random.


Kebaikan teknik ini tidak hanya landasan teori yang digunakan, namun
berdasarkan hasil eksperimen. Dalam random sampling semua anggota
populasi, secara individual atau kolektif, diberi peluang sama untuk menjadi
anggota sampel. Alat yang dianggap paling shahih untuk random sampling ini
adalah tabel bilangan random. Jika besarnya populasi terbatas, peluang
random dapat diberikan kepada anggota populasi secara individual, tetapi
jika populasinya sangat besar peluang random diberikan kepada anggota
populasi sangat besar.
Peluang random diberikian kepada anggota populasi secara kolektif se
perti misalnya dalam sampling geografis. Pengklasifikasian sampel
tergantung pada jenis variable yang digunakan sebagai dasar klasifikasi.
Jika variable klasifikasinya diskrit maka pengklasifikasia sampelnya juga
secara diskrit. Semua sampel yang dihasilkan dari klasifikasi secara diskrit
disebut sampel rumpun (cluster sample), sedangkan klasifikasinya
didasarkan pada besar kecil variable klasifikasinya disebut sampel bertingkat
(stratified sample). Baik dalam sampel rumpun maupun sampel bertingkat,
jika proporsi sub populasinya dicerminkan dalam sampel disebut sampel
proposional.
BAB III PENUTUP

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh ialah sebagai berikut:
1. Filsafat penelitian kesehatan merupakan cara kerja pikiran untuk mengkaji,
mencari, menyelidiki, menemukan dan menghasilkan sesuatu dari hal yang
bersifat abstrak menjadi pengetahuan dan ilmu berupa konsep atau teori
yang berhubungan langsung dalam konstribusi menciptakan kesehatan
baik segi fisik, mental, dan sosial.
2. Hakikat berarti pemahaman dasar. Penelitian saat ini berarti pencarian
teori, pengujian teori,atau pemecahan masalah.Hal ini berarti bahwa
masalah itu ada dan telah diketahui, oleh karenanya memerlukan
pemecahan. Penelitian ilmiah sebagai penelitian yang sistematis,
terkontrol, empiris, dan penyelidikan kritis dari proposisi-proposisi
hipotesis tentang hubungan yang diperkirakan antara gejala alam.
Penelitian disebut sistematis karena mengikuti langkah-langkah mulai
dengan identifikasi masalah, menghubungkan masalah dengan teori,
mengumpulkan data, analisis dan interpretasi data, menarik kesimpulan
dan menggabungkan kesimpulan dalam khasanah pengetahuan.
3. Metode Ilmiah penelitian kesehatan terdiri dari metode penelitian, strategi
penelitian, perbedaan antar jenis metode penelitian, populasi, sampel, dan
teknik sampling.

3.2 Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penulisan makalah ini ialah sebagai
berikut:
1. Lebih memberikan informasi mendetil terkait sub bahasan agar menambah
kepuasan pembaca.
2. Memberikan porsi waktu yang maksimal dalam penyusunannya sehingga
dapat lebih berkualitas.

33
DAFTAR PUSTAKA

Dharmawan, Y. (2015). Dasar penelitian kesehatan. Online.


http://yudhydharma.blog.undip.ac.id/ (Akses pada: 24 Februari 2019)
Heryana, A. (2019). Metodologi Penelitian pada Kesehatan Masyarakat. In Bahan
Ajar Keperawatan Gigi (Vol. 91).
Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Buku Obor.
Martha, E. Kresno, S. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Bidang
Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Masturoh, I., & T., N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Nebo, Zyahril. 2012. Ilmu Filsafat Kesehatan.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Bantul: Nuha
Medika
Sastroasmoro, S dan Ismael, S. (2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi ke – 5. Jakarta: Binarupa Aksara
Sudarsono, H. (2017). Pengantar Filsafat Ilmu dan Penelitian Ilmiah.
Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Wibowo, A. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai