Anda di halaman 1dari 19

ISU STRATEGIS DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

Disusun

Oleh:

KELOMPOK I

Nama : Ainun Yusreda

Aigatma Rafida

Semester/Unit : VI (Enam) / 4

Prodi : Perbankan Syariah

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Ekonomi Islam

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA TAHUN
AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt karena dengan rahmat, karunia,
serta nikmat dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah “Konsep Dasar
Riset”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Semoga
makalah yang sudah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan, dan kami mohon kritik serta saran yang membangun demi
perbaikan makalah kami yang akan datang.

Langsa, 15 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHLUAN ......................................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

1.3.Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

2.1.Definisi Metodologi ........................................................................................................ 2

2.2. Ilmu Sosial Positif .........................................................................................................

2.3. Ilmu Sosial Interpretif ..................................................................................................

2.4. Ilmu Sosial Kritis .........................................................................................................

2.5. Penelitian Feminis.........................................................................................................

2.6. Definisi Riset, Riset .......................................................................................................

2.7. Ilmiah, Metode Ilmiah, Dan Metode Naturalisasi .....................................................

2.8. Deduksi dan Induksi.....................................................................................................

2.9. Macam-macam Riset ....................................................................................................

2.10. Langkah-Langkah Riset Metode Ilmiah ..................................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 6

KESIMPULAN ......................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 7


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Riset dapat diartikan sebagai seprangkat kegiatan yang sistematik dan terarah
untuk pemecahan masalah, penemuan, dan pengembangan batang tubuh ilmu yang
terorganisasikan. Riset juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk metode kerja atau
metode pemecahan masalah yang dilakukan secara terencana dan cermat untuk
mendapatkan data, informasi, dan kesimpulan yang dapat menambah kemampuan
memahami, meramalkan atau mengendalikan keadaan.
Fakta dan konsep yang merupakan penemuan suatu riset dapat menjadi
informasi bagi ilmu pengetahuan dalam hubungan ini ilmu pengetahuan merupakan
tujuan dari riset. Riset dilakukan untuk pengembangan ilmu. Masalah dan variabel yang
diteliti, digali dan diangkat berdasarkan teori-teori yang ada dalam ilmu pengetahuan.
Riset ini sangat penting untuk pengembangan ilmu oleh karena itu perlu
diketahui terkait Definisi Metodologi, Ilmu sosial Positivis, Ilmu Sosial Interpretif, Ilmu
Sosial Kritis, Penelitian Feminis, Definisi Riset, dll.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Metodologi


Kata “metodologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang berarti cara
atau jalan. Menurut Hasan Bakti Nasution metodologi adalah dari kata metode, dan
metode berasal dari bahasa Greek ( Yunani ) yang terdiri dari kata “meta” yang berarti
melalui, dan kata “hodos” yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang di lalui.
Secara operasional, metode memilki banyak pengertian, seperti :
1. Suatu prosedur yang dipakai utuk mencapai suatu tujuan;
2. Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari
suatu materi tertentu;
3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan aturan dari suatu prosedur; dan cara kerja yang
sistimatis yang digunakan untk memahami suatu obyek yang dipermasalahkan atau
ralitas yang diteliti.
Metodologi sendiri merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan
gagasan teoritis suatu penelitian. Suatu penelitian yang baik senantiasa memeprhatikan
kesesuaian antara teknik yang digunakan dengan alur pemikiran umum serta gagasan
teoritis.1

2.2 Ilmu Sosial Positivis


Dunia pemikiran sosiologi abad ke-20 untuk esbagian besarnya, didominasi oeh
positivisme sebagai filsafat imunya. Oeh para positivis ilmu-imu kealmaan dipandang
sebagai penghasil pengetahuan tentang dunia yang pasti. Dasra dari kepastian itu
adalah pengalaman indrawi dan logika. Pengalaman indrawi itu diyakini tak dapat
dikritik atau dikoreksi, dan logika metode imiah adaah penjamin atau pemeihara
kebenaran (truth-preserving).
Keyakinan –keyakinan tentang dunia dapat menjadi pengetahuan jika di buktikan

1Hasan Bakti Nasution, Metodologi Studi Pemikiran Islami, Kalam Filsafat Islam,
Tasawuf, Tarekat ,(Medan: Perdana Publishing , 2016), h. 1.
lulus dari pengujian dan pengaaman (indrawi).
Imu sosial positivis memperlakukan fenomena kehidupan manusia sama dengan
gejaa alami yang menjadi objek kalian imu-imu keaaman (Fisika, Bioogi, Kimia).
Manusia diperakukan selayaknya atom dalam suatu benda. Individu itu tidak penting
karena hanya menjadi unsur pembentuk masyarakat, masyarakatlah yang penting dan
menjadi kiblat penyesuaian setiap tindakan individu. Ilmu-ilmu sosial harus meminjam
metode ilmu-ilmu kealaman karena bagi para positivis hanya itulah metode keilmuwan
yang logis yang mampu mengungkap hukum universal setiap reaitas.
Para positivis berpandangan bahwa semua fenomena tunduk pada hukum alam
yang tak berubah. Hampir dapat dipastikan bahwa ilmu dapat ilmu tidak bertugas untuk
merumuskan sifat-sifat dasar fenomena, juga tidak menyelidiki mekanisme generatif
atau kausalnya. Justru yang bertugas menyelidiki bentuk-bentuk pengetahuan ini
adalah tahap metafisika atau pra-ilmiah dalam perkembangan penegtahuan.
Pendekatan ini merupakan andalan hampir semua peneliti kuantitatif dalam ilmu
sosial yang memakai perspektif teknokratis yang menerapkan suatu logika yang
direkontruksi dan mengikuti suatu alur penelitian lineir. Mereka berbicara mengenai
variable dan hipotesis, megukur variable dan menguji hipotesis yang tunduk pada
ekspanasi berdasarkan musabab umum (general causal).2
Pandangan positivisme tentang ilmu sosial dapat disimpulkan sebagai suatu
metode terorganisasi untuk mengkombinasikan logika deduktif dengan observasi
empiris yang tepat mengenai perilaku individual dengan tujuan menguak dan
mengkonfirmasi seperangkat hukum kausal yang probabilitis yang dapat dipakai untuk
meramalkan pola-pola umum aktivitas manusia.”

2.3. Ilmu Sosial Interpretif

Pendekatan interpretatif berhubungan dengan hermeneutika, suatu teori tentang


makna, yang lahir pada abag ke-19. Secara literal kata hermeneutika berarti “membuat
hal-hal yang kabur menjadi terang” (making the obscure plain). Yang diberi tekanan
adalah pencermatan dan pemeriksaan yang rinci terhadap teks, yang mengacu pada

2
Neuman, W. Lawrence. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta : PT.Index Jakarta, 2003), h.103
perbincangan, tulisan, atau gambar. Seorang periset melakukan pembacaan untuk
menemukan makna yang tertanam dalam teks. Setiap pembaca membawa pengalaman
subjektifnya kedalam teks. Ketika mendalami teks, seorang periset berupaya meresap ke
dalam titik pandang yang dilahirkan teks tersebut sebagai suatu keseluruhan, dan
selanjutnya mengembangkan suatu pemahaman yang mendalam tentang bagaimana
bagian-bagian teks itu berhubungan dengan keseluruhan. Dengan kata lain, makna yang
sejati tidak gampang dan tidak berada dipermukaan, jika ingin menangkap makna itu,
seseorang harus melakukan studi yang rinci atas teks, merenungkan berbagai pesan
yang dibawanya dan mencari hubungan di antara bagian-bagianya.
Pendekatan interpretatif sering menggunakan observasi partisipan dan studi
lapangan. Teknik ini menuntut peneliti untuk menghabiskan banyak waktu untuk
bertemu langsung dengan orang-orang yang dipelajari.
Ilmu sosial interpretatif berkenaan dengan bagaimana orang berinteraksi dan
hidup bersama dengan orang lain. Secara umum, pendekatan interpretatif adalah analisis
sistematis dari tindakan yang bermakna secara sosial melalui pengamatan rinci langsung
terhadap orang-orang dalam pengaturan alam untuk sampai pada pemahaman dan
interprestasi tentang bagaimana orang menciptakan dan memelihara dunia sosial
mereka.3

33Neuman, W. Lawrence. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif, (Jakarta : PT.Index Jakarta, 2003),h.71
2.4. Ilmu Sosial Kritis

Ilmu sosial kritis ini mencampur pendekatan nomotetis dan ideografis. Terhadap
sejumlah kritik oleh pendekatan interpretif terhadap positivis, ilmu sosial kritis
bersepakat, sambil mengajukan kritiknya sendiri ditambah sejumlah ketaksepakatanya
terhadap interpretativisme. Sering juga pendekatan ini dikaitkan dengan teori konflik,
analisis feminis, dan psikoterapi radikal. Adapula keterikatanya dengan teori kritis yang
pertama kali dikembangakan oleh Franfurt di Jerman pada tahun 1930-an. Kritik yang
diajukan terhadap ilmu positivis adalah bahwa pendekatan ini sempit, antidemokratis
dan tak-manusiawi dalam membangun alasan. Pendekatan kritis ini dipaparkan oleh
Andorno dan Jurgen Habermas dalam esai-esai mereka.

Boirdieu beragumen bahwa riset sosial semestinya refleksif yakni mendalami dan
melakukan kritik terhadap diri (peneliti) sendiri maupun terhadap subjek yang diteliti.
Pendekatan ini pun berwatak poitis. Ia yakin bahwa tujuan suatu penelitiaan adalah
mengungkapkan dan mendemistifikasi peristiwa-peritiwa sehari-hari.
Para peniliti aliran kritis mengencam pendekatan interpretif karena menjadi terlalu
subjektif fan relativis. Mereka mengatakan bahwa pendekatan interpretif
memperlakukan semua titik pandang sebagai sama aja. Kaum interpretivis
memperlakukan gagasan-gagasan manusia lebih penting daripada kondisi-kondisi aktual
dan hanya berfokus pada latar lokal, mikro-level, dan jangka pendek sambil
mengabaikan konteks yang luas dan berjangka panjang. Bagi peneliti kritis, pendekatan
interpretif adalah amoral dan pasif. Tak ada pengambilan posisi nilai yang kokoh atau
secara aktif membantu orang melihat ilusi palsu di sekeliling mereka sehingga mereka
dapat memeprbaiki kehidupan mereka.
Secara umum, ilmu sosial kritis mendefinisikan ilmu sosial sebagai suatu “proses
pencarian secara kritis yang melampaui ilusi permukaan untuk mengungkapkan struktur
nyata dalam dunia material dengan tujuan manusia mengubah kondisi dan membangun
suatu dunia yang lebih baik bagi diri mereka sendiri." 4

44Neuman, W. Lawrence. Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan


Kuantitatif, (Jakarta : PT.Index Jakarta, 2003),h.76
2.5. Penelitian Feminis

Dalam sejarah pemikiran Feminisme muncul kerumitan-kerumitan yang


dihadapi dalam penelitian kualitatif kaum feminis. Sehingga perlu memetakan ruang
lingkup penelitian, model penelitian yang jelas, dan isu-isu yang dihadapi para peneliti
feminis. Apapun gaya penelitian kualitatif dan secara sadar didefinisikan sebagai
feminis atau tidak yang pasti bahwa problematika kaum perempuan adalah sesuatu yang
penting untuk diteliti pada kerangka teoritis, kebijakan, atau tindakan demi
merealisasikan keadilan sosial bagi kaum perempuan. Penelitian feminisme pada
dasarnya harus memperhatikan konstruksi budaya dari dua makhluk hidup yakni pria
dan wanita.5

`Studi ini mencoba untuk menguji perbedaan dan persamaan, pengalaman dan
interpretasi keduanya dalam berbagai konteks dan jenis hubungan sosial. Sedangkan
seks dikategorikan sebagai kategori pria dan wanita secara biologis (jenis kelamin).
Seks lebih merujuk kepada pengertian biologis sedangkan gender pada makna
sosialnya.

Dalam buku Handbook of Qualitative Research (1994) dijelaskan bahwa ruang


lingkup penelitian feminis kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Subyektivitas. Meskipun orang beranggapan bahwa penelitian feminis kualitatif
akan memfokuskan diri pada subyektivitas dan hubungan antar pribadi, asumsi ini
mencerminkan kelemahan kritik yang me-nyatakan bahwa penelitian kualitatif
tidak dapat memecahkan struktur atau isu-isu yang lebih besar. Karena
sesungguhnya penelitian feminis saat ini mencakup dan melampaui seluruh level ini
dan memanfaatkan sepenuhnya berbagai metode kualitatif. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan terhadap subyektivitas dan pengalaman kaum perempuan dalam
bidang kesehatan dengan menerapkan teknik wawancara terhadap sejumlah pasien
perempuan yang tidak menuruti anjuran dokter. Ternyata mereka kaum perempuan
bukanlah orang-orang yang sulit diatur dan selalu membantah, tapi mereka ternyata

5
Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta:
Paramadina, 1999), h. 73-76.
memiliki alasan yang rasional.
2. Hubungan dan Interaksi. Penelitian feminis kualitatif di sini meliputi hubungan dan
interaksi antar personal (hubungan dan interaksi antara laki-laki dan perempuan)
ataupun hubungan dan interaksi social yang lebih luas yang berkaitan dengan tugas
dan pekerjaan mereka. Gerakan, Organisasi, dan Struktur Sosial. Ruang lingkup
penelitian ini meliputi gerakan dan organisasi social, pergerakan yang menyangkut
ras, kelas social, dan orientasi seksual yang berusaha untuk menjembatani antara
kajian mikrointeraksional dengan penelitian makrointeraksional yang mencermati
unit-unit sosiologis makro/ masyarakat yang lebih luas. Penelitian ini mengacu
kepada analsisi struktur meso yaitu tentang bagaimana masyarakat dan
kelembagaan berbaur dengan aktivitas manusia.
3. Kebijakan. Hal ini mencakup tinjauan ulang terhadap analisis kualitatif kebijakan.
Meskipun penelitian feminis kualitatif tidak banyak ber-dampak terhadap para
pembuat kebijakan. Seperti penelitian tentang perdebatan seputar aborsi dan alasan
munculnya sindrom pra menstruasi sebagai masalah sosial.
Sedangkan dalam ranah ideologi, feminisme masuk ke dalam kajian-kajian
agama terhadap persoalan-persoalan yang bersentuhan dengan perempuan.
Khususnya yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Wacana ini lahir berdasarkan
tuduhan adanya hegemoni Islam terhadap perempuan muslim di negara-negara
Islam. Sehingga terkesan membatasi ruang gerak dinamis perempuan dan
mendiskriminasikan posisi perempuan di dalam masyarakat, bahkan terkadang
aspirasi dan suara hatinya tak didengarkan.
Sangat mungkin sekali bahwa feminisme dalam Islam memilki koherensi
feminisme yang bersumber dari ajaran Islam yaitu al-Quran dan Sunnah, yang
secara komprehensif telah memaparkan kesamaan hak asasi antara perempuan dan
laki-laki meliputi hak beribadah, keyakinan, potensi dan pendidikan tanpa
mengingkari adanya tamayyuz secara fitrah antara keduanya. Bahkan Al-quran
memuliakan perempuan dengan kehadiran satu surat khusus di antara 114 surat
yang ada di dalamnya yaitu surat Annisa.
Islam telah mengangkat derajat kaum perempuan, sesuatu yang belum pernah
diberikan oleh peradaban sebelum Islam seperti peradaban Yunani, Romawi, Arab
jahiliyah, agama Nasrani dan Hindu. Lebih parah lagi sejarah Eropa dan Inggris
telah menempatkan perempuan pada kasta terendah di tatanan masyarakat mereka.
Meski demikian hal-hal ini tetap tidak bisa membebaskan Islam dari pandangan
negatif Barat tentang aturan-aturan Islam yang mereka anggap kaku dan menjerat
perempuan dalam mata rantai tugas-tugas rumah tangga saja. Tidak hanya itu,
mereka juga menyorot terjadinya kasus tindak kekerasan yang menimpa
perempuan, kecilnya ruang partisipasi perempuan di sektor politik dan publik.
Ditambah lagi dengan himpitan kenyataan nasib kaum perempuan di banyak negara
yang secara realitas mewakili dunia Islam seperti Saudi Arabia, Sudan, Pakistan,
Bangladesh dan lain sebagainya.
Model Pendekatan Penelitian Feminisme
Gender mengacu pada perilaku dan harapan yang dipelajari secara sosial yang
membedakan antara maskulinitas dan feminitas. Sistem kekuasaan laki-laki lebih
diistimewakan daripada perempuan di mana kualitas maskulinitas (rasionalitas,
ambisi, dan kekuasaan) diberikan nilai lebih daripada kualitas feminitas
(emosionalitas, kapasitas, dan kelemahan).
Dengan demikian ada berbagai model pendekatan dalam penelitian feminism
yang menunjukkan kategorisasi dari subtansi kajiannya yaitu sebagai berikut:
1. Feminism berbicara mengenai diskriminasi seks
2. Difference feminism merupakan perbedaan gender yang berakar kuat dan
sebagian secara biologis
3. Postmodern feminism berbicara mengenai konstruksi budaya secara
sewenang-wenang menguntungkan orang-orang yang berkuasa.
Christine Sylvester menerapkan tipologi menarik dalam memandang
masyarakat untuk menganalisis hubungan International adalah sebagai berikut:
1. Feminist empiricism melihat bahwa negara dan sistem antar negara dilihat
secara struktur gender dalam dominasi dan interaksi. struktur dominasi
gender dan interaksi.
2. Feminist standpoint berpendapat bahwa pengalaman perempuan di kehidupan
politik memberi perspektif tentang isu sosial yang memberikan wawasan
valid ke dunia politik. Feminis ini menawarkan kritik terhadap teori yang
dibangun oleh pembuat kebijakan.
3. Feminist pastmodernism adalah istilah sulit untuk menentukan dan untuk
menutupi berbagai kecenderungan. Harding dan Sylvester berargumen bahwa
esensi feminis ini merupakan perlawanan terhadap konsepsi dari “satu kisah
nyata” ke “perspektif universal yang salah”.
Sedangkan pendekatan teoritis utama pada gender atau feminisme, yaitu
sebagai berikut:
1. Feminisme liberal memiliki hirauan utama yaitu hak-hak yang sama bagi laki-
laki dan perempuan dengan adanya kebebasan dan ke-bahagiaan manusia
perorangan. Aliran feminisme Liberal berakar dari filsafat liberalism yang
memiliki konsep bahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga ia
harus diberi kebebasan untuk memilih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan
hokum. Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas.
2. Feminisme marxis/sosialis menggambarkan posisi rendah perempuan dalam
struktur ekonomi, sosial, dan politik dari sistem kapitalis, serta adanya analisis
patriarki (pemusatan pada laki-laki). Fokusnya adalah kapitalisme dan patriarki
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak istimewa. Mereka berpendapat
bahwa penghapusan sistem kapitalis merupakan cara agar perempuan mendapat
perlakuan yang sama. Aliran ini memandang masalah perempuan dalam
kerangka kritik kapitalisme.
3. Feminisme radikal mengembangkan feminis yang lebih nyata dan lebih merdeka
sepenuhnya sehingga dapat mencegah penyubordinatan gender pada agenda
tradisional. Oleh karenanya mereka menolak setiap kerjasama dan menjalankan
langkah praktis dan teoritis untuk mengembangkan analisis gender. Aliran ini
bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat
sistem patriarki (sistem yang berpusat pada laki-laki). Pada pokoknya, aliran ini
berupaya menghancurkan sistem patriarki, yang fokusnya terkait fungsi biologis
tubuh perempuan.
4. Feminisme Teologis. Teori ini dikembangkan berdasarkan paham teologi
pembebasan yang menyatakan bahwa sistem masyarakat dibangun berdasarkan
ideologi, agama, dan norma-norma masyarakat. mereka berpendapat bahwa
penyebab tertindasnya perempuan oleh laki-laki adalah teologi atau ideologi
masyarakat yang menempatkan perempuan di bawah laki-laki (subordinasi).
5. Ekofeminisme. Aliran ini merupakan jenis feminisme yang meyalahi arus utama
ajaran feminisme, sebab cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Ekofeminisme mengkritik pemikiran aliran-aliran sebelumnya yang
menggunakan prinsip maskulinitas (ideologi untuk menguasai) dalam usaha
untuk mengakhiri penindasan perempuan akibat sistem patriarki.

2.6. Definisi Riset

Penelitian dalam bahasa Inggris disebut dengan terminology research, dan di


adaptasi ke bahasa Indonesia menjadi riset. Re berarti berulang atau kembal, sementara
search bermakna mencari. Dengan demikian research atau riset adalah proses pencarian
dengan cara berulang-ulang.6Beberapa ahli menjelaskan riset dengan cara yang berbeda-
beda. Uma Sekaran, mengatakan penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis
untuk meningkatkan atau menambah pengetahuan. Suatu usaha yang sistematis dan
terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.Indriantot
dan Supomo menggambarkan penelitian sebagai yang dimulai dengan pengamatan
terhadap fakta yang menarik perhatian dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa riset adalah suatu proses
penyelidikan atau pengujian yang dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat tertentu tersebut adalah mempunyai tujuan tertentu, system dan
terorganisasi.Riset mempunyai tujuan tertentu, yaitu meningkatkan atau menambah

6
Azuar Juliandi dan Irfan Saprinal Manurung, Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan
Aplikasi, (Medan: UMSUPress, 2014), h. 4
pengetahuan, atau menjawab permasalahan dan memberikan rekomendasi untuk
memperbaikinya. Menurut Sugiyono, tujuan riset ada tiga macam, yaitu menemukan,
membuktikan, dan mengembangkan.

1. Menemukan, artinya hasil penelitian adalah betul-betul baru yang sebelumnya


belum pernah ada.
2. Membuktikan, artinya hasil penelitian digunakan untuk membuktikan adanya
atau pengetahuan tertentu.
3. Mengembangkan, artinya memperdalam atau memperluas pengetahuan yang
sudah ada.
Disamping mempunyai tujuan, riset dilakukan secara sistematis.Sistematis
artinya riset (penelitian) dilakukan melalui tahapan-tahapan.Bukan sebuah riset apabila
ketika kita menemukan sebuah masalah langsung dapat menemukan jawabannya. 7
Ciri-Ciri Riset
1. Sistemati
2. Logis
3. Kritis
4. Objektif

2.7. Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Metode Naturalis

Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasi
oleh cara berpikir yang rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan
fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian. 8Metode ilmiah
boleh dapat dikatakan suatau pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan yang logis.Karena idealnya dari ilmu adalah untuk
memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah

7
Nur Sayidah, Metodologi Peneltian (Disertai Dengan Contoh Penerapannya Dalam
Penelitian), (Jawa Timur: Zifatama Jawara, 2018), h. 9-10.
8
Juliansyah, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertai, dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
KENCANA, 2017), h.12.
berkehendak untuk mencari jawaban fakta-fakta yang menggunakan pendekatan
kesangsian sistematis.

Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dakat
sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan
dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab. Menurut Almack, metode ilmiah
adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan
penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle berpendapat bahwa metode ilmiah adalah
pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.Metode ilmiah dalam
penelitian mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam bekerja.

a) Kriteria Metode Ilmiah


1. Berdasarkan fakta
2. Bebas prasangka
3. Menggunakan prinsip analisis
4. Menggunakan hipotesis
5. Menggunakan ukuran obyektif
6. Menggunakan tehnik kuantifikasi
b) Langkah-langkah Metode Ilmiah
1. Memilih dan mengidentifikasi masalah
2. Survey terhadap data yang tersedia
3. Memformulasikan hipotesis
4. Membangun kerangka analisis dan alat-alat menguji hipotesis
5. Mengumpulkan data primer
6. Mengolah menganalisis serta membuat interpretasi
7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
8. Membuat laporan9
Metode Naturalis, pendekatan naturalis menolak bentuk terstruktur dari riset.
Proses pembentukan struktur teori tidak dilakukan. Tujuan riset yang umum dilakukan

9
Tarjo, Metode Penelitian, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2019), h. 11-12.
adalah untuk menemukan teori yang baru.Periset pendekatan naturalis bebas berpikir
terhadap teori apapun.Pendekatan naturalis juga tidak membutuhkan hipotesis-hipotesis
secara eksplisit.

2.8. Dedukasi dan Induksi


Dedukasi adalah proses dimana kita tiba pada suatu kesimpulan beralasan
melalui generalisasi logis dari sebuah fakta yang diketahui. Proses pengambilan
kesimpulan dengan cara dedukasi didasari oleh alasan-alasan yang benar dan valid
dengan menguji hipotesis menggunakan data empiris proses dedukasi dan metodenya
disebut metode dedukatif dan penelitiannya disebut penelitian dedukatif. Proses
dedukasi selalu digunakan pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.

Induksi merupakan proses dimana kita mengamati fenomena tertentu dan


berdasarkan hal tersebut tiba pada kesimpulan. Pendekatan induksi sangat berbeda
dengan dedukasi. Proses pembentukan hipotesis dan pengambilan kesimpulan
berdasarkan data yang diobservasi terlebih dahulu disebut proses induksi dan
metodenya disebut metode induktif dan penelitiannya disebut penelitian induktif. Baik
proses dedukasi maupun induksi digunakan dalam investigasi ilmiah. 10

2.9. Macam-Macam Riset

1. Penelitian Dasar dan Penelitian Terapan, penelitian dasar (basic research)


memiliki kecenderungan kepada hal-hal yang bersifat teoritis, seperti
menemukan konsep-konsep baru, membangun teori. Sementara itu penelitian
terapan (applied research) berorientasi kepada kegiatan menghasilkan informasi
yang digunakan untuk memecahkan permasalahan actual dan praktis dalam
kehidupan manusia.
2. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, penelitian kualitatif merupakan jenis
penelitian yang menghasilkan temuan tidak berdasarkan prosedur statistic atau

10
Nur Sayidah, Metodologi Peneltian (Disertai Dengan Contoh Penerapannya Dalam
Penelitian), (Jawa Timur: Zifatama Jawara, 2018), h. 27-28.
cara kuantifikasi tertentu seperti halnya di dalam penelitian kuantitatif.
Sementara penelitian kuantitatif tidak dilakukan secara mandalam. Umumnya
menyelidiki permukaan saja, dengan demikian memerlukan waktu relative lebih
singkat dibanding dengan penelitian kualitatif.
3. Penelitian Eksperimen, penelitian melibatkan kelompok-kelompok yang
berbeda. Kelompok-kelompok yang ada dibandingkan satu sama lain. Dalam
penelitian ini ada dua kelompok yang menjadi perhatian, yakni kelompok
eksperimen dan kelompok control. Kelompok eksperimen adalah kelompok
yang menjadi perhatian utama si peneliti.
4. Penelitian Survey, peneliti survey umumnya merupakan penelitian yang
betujuan untuk mengumpulkan data dengan menelaah sampel dari suatu
populasi yang stersedia.
5. Penelitian Korelasional, Kausal, dan Kausal Komparatif, penelitian korelasional
tujunnya adalah untuk memahami hubungan antarvariabel. Penelitian kausal
(hubungan sebab akibat) adalah penelitian yang ingin melihat apakah satu
variable yang berperan sebagai variable bebas berpengaruh terhadap variable
lain yang menjadi variable terikat.Penelitian Kausal Komparatif dikenal juga
dengan penelitian expost facto atau setelah kejadian. Penelitian ini dilakukan
dengan melihat akibat yang terjadi lalu dicari apa penyebabnya.
6. Penelitian Sejarah atau Histori, penelitian sejarah atau histori adalah penelitian
yang berawal dari penemuan hal-hal yang tidak diketahui. Penelitian ini
berupaya menemukan fakta-fakta atau kejadian-kejadian di masa lalu.
7. Peneltian Studi Kasus, penelitian studi kasus bertujuan untuk mengeksplorasi
mengkaji suatu kasus yang spesifik, khas, unik. Penelitian studi kasus ini
bermaksud hanya untuk mengeksplorasi sesuatu, bukan untuk menguji hipotesis
tetapi justru dapat digunakan untuk mengembangkan hipotesis.
8. Penelitian Tindakan, penelitian tindakan adalah pendekatan untuk memecahkan
masalah dengan melakukan tindakan atau aksi tertentu dengan melibatkan
peneliti dan partisipasi objek yang diteliti serta melihat hasil yang terjadi dari
penerapan tersebut dan mengevaluasi kelebihan kekurangannya.
9. Penelitian Grounded Theory, penelitian grounded theory adalah penelitian
berkaitan dengan teori. Teori dibangun dari data-data yang dikumpulkan dan
dianalisis secara kualitatif untuk membangun konsep atau teori.
10. Penelitian Etnografi, penelitian etnografi adalah pendekatan sistematis untuk
mempelajari kehidupan budaya dan social masyarakat, institusi. 11

2.10. Langkah-langkah Riset Metode Ilmiah

1. Masalah Riset, penelitian berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari
fakta-fakta empiris dan sekaligus teori-teori ilmiah. Penggalian masalah ini
merupakan suatu aktivitas penelitian pendahulan, biasa dikenal dengan
identifikasi masalah.
2. Teori, teori adalah seperangkat konstruk, konsep atau preposisi sebagai
gambaran lengkap suatu variable penelitian.
3. Hipotesis, hipotesis adalah jawaban sementara yang merupakan dugaan
penelitian terhadap hal-hal yang dipertanyakan dalam rumusan masalah.
4. Pengumpulan Data, agar masalah terjawab dan hipotesis diterima atau ditolak,
maka peneliti perlu mengumpulkan data dengan berbagai teknik dan isntrumen
pengumpul data yang lazim diunakan, seperti angket, wawancara, penelusuran
dokumen maupun pengamatan. Data yang dikumpulkan oleh peneliti dapat
berupa data primer maupun sekunder, baik dari sampel penelitan maupun dari
keseluruahan elemen populasi/sensus.
5. Pengolahan dan Penganalisisan Data, data-data yang terkumpul dengan berbagai
teknik dan instrument yang ada adalah bentuk data mentah, untuk itu perlu
diolah agar lebih sederhana sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan
analisis.
6. Kesimpulan, langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dari data yang telah
dianalisis. Melalui kesimpulan akan terlihat jawaban dari segala hal yang

11
Azuar Juliandi, Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan Aplikasi, (Medan:
UMSUPress, 2014), h. 9-15.
dipertanyakan dalam rumusan masalah yang telah diajukan pada awal proses
penelitian.12

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Bakti Nasution Hasan, Metodologi Studi Pemikiran Islami, Kalam Filsafat Islam, Tasawuf,
Tarekat ,(Medan: Perdana Publishing , 2016)
Juliandi Azuar, Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan Aplikasi, (Medan: UMSUPress, 2014)
Juliansyah, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertai, dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
KENCANA, 2017)
Sayidah Nur, Metodologi Peneltian (Disertai Dengan Contoh Penerapannya Dalam
Penelitian), (Jawa Timur: Zifatama Jawara, 2018)
Tarjo, Metode Penelitian, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2019)
W. Lawrence Neuman, Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta : PT.Index Jakarta, 2003)

12
Ibid, hal.

Anda mungkin juga menyukai