Anda di halaman 1dari 112

KONTRIBUSI FEAR OF MISSING OUT (FOMO) TERHADAP SOCIAL MEDIA

ADDICTION PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKLOGI ANGKATAN 2017


UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Ari Tri Apriansyah
7111151142

PRODI S1 PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2020
ABSTRAK

Ari Tri Apriansyah. 7111151142. Kontribusi Fear of Missing Out (FoMO) Terhadap Social
Media Addiction Pada Mahasiswa Angkatan 2017 Fakultas Psikologi Unjani. Fear of Missing
Out didefinisikan sebagai ketakutan akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok
lain dimana individu tersebut tidak dapat hadir didalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk
tetap terhubung secara terus menerus dengan apa yang dilakukan orang lain.Penelitian ini
berfokus kepada mahasiswa angkatan 2017 fakultas psikologi Unjani dalam mencari informasi
secara efektif dan empiris mengenai kontribusi Fear of Missing Out terhadap Social Media
Addiction pada mahasiswa angkatan 2017 fakultas psikologi UNJANI. Penelitian ini berbentuk
kuantitatif denga desain statistik. Data diperoleh melalui Fear of Missing Out Scale: FoMO dan
The Bergen Social Media Addiction Scale (BSMAS) yang telah diterjemahkan dan diuji ulang.
Subjek penelitian terdiri dari 65 orang mahasiswa angkatan 2017 fakultas psikologi UNJANI.
Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuisioner dengan menggunakan non-probability
dengan menggunakan teknik accidental sampling. Untuk teknik analisa data menggunakan uji
regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa model regresi dapat dipakai untuk
memprediksikan kontribusi variabel Fear of Missing Out dan Social Media Addiction (sig. 0,000
< 0,05). Dan terdapat dalam kategori sedang (54,9%). Saran yang diberikan kepada mahasiswa
psikologi angkatan 2017 adalah agar lebih meningkatkan kesadaran mengenai penggunaan media
sosial dalam segala situasi dan juga mampu mengurangi tingkat penggunaan media sosial dengan
bijak seperti berhenti sejenak dalam penggunaan media sosial apabila sedang berada dalam
kegiatan belajar dan mengajar.

Kata kunci : Fear of Missing Out, Social Media Addiction, Mahasiswa

i
ABSTRACT
Ari Tri Apriansyah. 7111151142. Contribution of Fear of Missing Out (FoMO) to Social
Media Addiction in calss of 2017 Students of the Faculty of Psychology UNJANI. Fear of
Missing Out defined as a pervasive apprehension that others might be having rewarding
experiences from which one is absent, FoMO is chracterized by the desire to stay continually
connected with what others are doing. This study focuses on students class of 2017 psychology
faculties of UNJANI in finding information effectively and empirically about the contribution of
the Fear of Missing Out to Social Media Addiction in the class of 2017 faculty of psychology
students of UNJANI. This research is quantitative in the form of statistical design. Data obtained
through the Fear of Missing Out Scale: FoMO and The Bergen Social Media Addiction Scale
(BSMAS) which have been translated and retested. The research subjects consisted of 65 students
class of 2017 faculty of psychology UNJANI. Data collection is carried out by distributing
questionnaires using non-probability using accidental sampling techniques. For data analysis
techniques using a simple regression test. The results showed that the regression model could be
used to predict the contribution of the Fear of Missing Out and Social Media Addiction variables
(sig. 0,000 <0.05). And it is in the moderate category (54.9%). The advice given to psychology
students in 2017 is to increase awareness about the use of social media in all situations and also
be able to reduce the level of use of social media wisely like to stop using social media when in
studying situation.

Keywords : Fear of Missing Out, Social Media Addiction, College Students

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan segala nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar Sarjana

Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari segala keterbatasan baik

pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan yang peneliti miliki sehingga peneliti juga

menyadari bahwa skripsi ini belum tersusun dengan baik dan sempurna. Meski begitu,

peneliti berharap semoga penelitian ini tetap bisa bermanfaat bagi peneliti sendiri dan

pembaca pada umumnya. Peneliti terbuka dengan berbagai saran dan kritik.

Akhir kata, peneliti berharap usulan penelitian ini akan bermanfaat bagi pembaca

dan penelitian lainnya yang berkaitan. Semoga segala bantuan, doa serta kebaikan yang

telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Salam hormat,

Peneliti

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Tak hentinya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga pada Allah

SWT yang telah mencurahkan karunia serta hidayah-Nya pada peneliti serta pada Nabi

Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi peneliti untuk menjalani kehidupan

dalam keadaan apapun. Peneliti juga menyadari banyak sekali bantuan, bimbingan dan

doa yang didapatkan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa

penyusunan skripsi ini, maka dari itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa yang tulus dan

memberikan kasih sayang.

2. Peneliti tidak lupa memberikan ucapan terimaksih kepada Ibu. Detri Sefianmi,

M.Psi selaku dosen pembimbing, atas segala bantuan, saran, kritik, dan

bimbingannya sehingga skripsi ini dapat tersusun.

3. Ibu Afini Freudewi Asri, M.Psi selaku penguji pertama, terimakasih atas segala

kebaikannya yang telah berkenan untuk meluangkan waktunya dan memberikan

kritik juga informasi, sehingga hasil dari SKRIPSI ini bisa menjadi lebih baik.

4. Ibu Linda Ernawati, M.Psi selaku penguji kedua, terimakasih atas segala

kebaikannya yang telah berkenan untuk meluangkan waktunya dan memberikan

kritik juga informasi, sehingga hasil dari SKRIPSI ini bisa menjadi lebih baik.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 11
1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................................... 13
1.3.1 Maksud ...................................................................................... 13
1.3.2 Tujuan........................................................................................ 13
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 13
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 13
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................... 13
1.5 Kerangka Pikir .................................................................................. 14
1.6 Hipotesa Penelitian............................................................................ 20
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 21
2.1 Social Media Addiction ..................................................................... 21
2.1.1 Definisi Social Media Addiction ............................................... 21
2.1.2 Aspek-aspek Social Media Addiction........................................ 23
2.2 Fear of Missing Out .......................................................................... 25
2.2.1 Definisi Fear of Missing Out..................................................... 25
2.2.2 Aspek-aspek Fear of Missing Out ............................................. 27
2.3 Media Sosial ...................................................................................... 28

v
2.3.1 Definisi Media Sosial ................................................................ 28
2.3.2 Manfaat Media Sosial ................................................................ 29
2.4 Mahasiswa ......................................................................................... 30
2.4.1 Definisi Mahasiswa ................................................................... 30
2.4.2 Peran dan Fungsi Mahasiswa .................................................... 31
2.4.3 Tugas Perkembangan ................................................................ 32
2.5 Penelitian Sebelumnya ...................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 38
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 38
3.1.1 Metode Penelitian ...................................................................... 38
3.1.2 Pendekatan Penelitian................................................................ 38
3.1.3 Jenis Penelitian .......................................................................... 38
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................ 39
3.2.1 Social Media Addiction ............................................................. 39
3.2.1.1 Definisi Konseptual Social Media Addiction .................. 39
3.2.1.2 Definisi Operasional Social Media Addiction ................. 40
3.2.2 Fear of Missing Out .................................................................. 41
3.2.2.1 Definisi Konseptual Fear of Missing Out ....................... 41
3.2.2.2 Definisi Operasional Fear of Missing Out ...................... 41
3.3 Populasi, Sampel dan Lokasi Penelitian ........................................... 43
3.3.1 Populasi Penelitian .................................................................... 43
3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 43
3.3.3 Lokasi Penelitian ....................................................................... 44
3.4 Penyusunan Alat Ukur ...................................................................... 44
3.4.1 Alat Ukur Social Media Addiction ............................................ 44
3.4.2 Alat Ukur Fear of Missing Out ................................................. 47
3.5 Pengujian Alat Ukur .......................................................................... 51

vi
3.5.1 Pengujian Validitas.................................................................... 51
3.5.2 Pengujian Reliabilitas ................................................................ 52
3.5.3 Pengujian Normalitas Data ........................................................ 54
3.5.4 Pengujian Linearitas Data ......................................................... 54
3.5.5 Pengujian Regresi ...................................................................... 52
3.5.6 Pengujian Hipotesis ................................................................... 55
3.6 Prosedur Penelitian............................................................................ 56
3.6.1 Tahap Persiapan ........................................................................ 56
3.6.2 Tahap Pelaksanaan .................................................................... 57
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... 59
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 59
4.1.1 Demografi Data Responden ...................................................... 59
4.1.2 Uji Normalitas ........................................................................... 62
4.1.3 Uji Linearitas ............................................................................. 63
4.1.4 Uji Regresi Sederhana ............................................................... 64
4.1.5 Uji Hipotesis .............................................................................. 65
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 66
4.2.1 Kontribusi Fear of Missing Out terhadap
Social Media Addiction ............................................................. 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 70
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 70
5.2 Saran .................................................................................................. 70
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xiii

vii
DAFTAR WEB ............................................................................................... xiv
LAMPIRAN .................................................................................................... xv

viii
DAFTAR TABEL

TABEL 1.4 Kerangka Pikir ............................................................................ 20


TABEL 2.5 Penelitian Sebelumnya................................................................ 34
TABEL 3.1 Skor Pernyataan BSMAS .......................................................... 45
TABEL 3.2 Social Media Addiction Scale BSMAS ..................................... 45
TABEL 3.3 Kategorisasi skala BSMAS ...................................................... 46
TABEL 3.4 Item FoMO Scale ...................................................................... 47
TABEL 3.5 Skor Pernyataan FoMO ............................................................. 50
TABEL 3.6 Kategorisasi skala FoMO .......................................................... 50
TABEL 3.7 Kategorisasi Reliabilitas .............................................................52
TABEL 3.8 Kategorisasi Kontribusi ............................................................ .56
TABEL 4.1 Jenis Kelamin ............................................................................ .60
TABEL 4.2 Media Sosial Yang Digunakan ................................................. .60
TABEL 4.3 Usia Responden ...........................................................................61
TABEL 4.4 Intensitas Penggunaan Media Sosial ...........................................61
TABEL 4.5 Uji Linearitas ...............................................................................63
TABEL 4.6 Hasil Uji Regresi Sederhana ..................................................... .64
TABEL 4.7 Persamaan Regresi .....................................................................64
TABEL 4.8 Besarnya Pengaruh X Terhadap Y ..............................................65
TABEL 4.9 Uji Hipotesis .............................................................................. .66

ix
DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 4. Hasil Normalitas Data................................................................. 62

x
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Perizinan Menggunakan Alat Ukur FoMO ...............................

xi
DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM 1.2 Data Awal .............................................................................. 9


DIAGRAM 1.2 Data Awal .............................................................................. 9
DIAGRAM 1.3 Data Awal Penggunaan Media Sosial ................................... 9

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mahasiswa didefinisikan sebagai

orang yang belajar diperguruan tinggi. Menurut Hartaji (2012) mahasiswa adalah

seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang

menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik,

politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.

Menjadi mahasiswa tidaklah mudah, sebagai individu yang berada dalam tahapan

remaja akhir, mahasiswa harus melewati serangkaian perubahan yang terjadi selama masa

remaja berlangsung. Antara lain perubahan dalam segi kognisi dimana mahasiswa mulai

memiliki cara berfikir yang lebih maju, efisien, dan efektif. Perkembangan kemampuan

dalam berfikir hipotesis memungkinkan mahasiswa melihat konsekuensi yang akan

terjadi dari suatu tindakan, dan berdasarkan hal ini mereka mampu merumuskan rencana

apa yang akan dilakukan. Perubahan lain yang harus dihadapi mahasiswa sebagai remaja

akhir adalah perubahan dalam hal status dan peran sosial. Pada masa ini lingkungan mulai

melihat mahasiswa sebagai individu yang dewasa (Yusuf, 2002).

Menurut Papalia, Olds & Feldman (2008) bahwa berdasarkan tahapan

perkembangannya, mahasiswa dikategorikan pada usia dewasa awal apabila sedang

menempuh pendidikan tingkat akhir. Masa dewasa muda memiliki tugas perkembangan

1
2

berkaitan dengan masa depan terutama dalam hal karir, pendidikan, dan pernikahan atau

pembentukan keluarga (Rice & Dolgin, 2008). Schaie & Wils dalam (Papalia, Olds, &

Feldman, 2009) mengatakan bahwa pada masa dewasa muda, individu menggunakan

ilmu pengetahuan yang didapat untuk mengejar tujuan di masa depan seperti karir dan

keluarga. Usia dewasa awal telah memasuki fase prestasi (achieving stage), di mana

penerapan intelektualitas dilibatkan dalam fase ini guna mengatasi situasi dan kondisi

yang memiliki konsekuensi besar ketika mencapai tujuan jangka panjang, seperti

pencapaian karir dan pengetahuan, sehingga hal ini harus direncanakan dan direalisasikan

dalam rancangan hidup seseorang guna masa depannya (Santrock, 2003). Dan dalam

pencapaian itu mau tidak mau usia dewasa muda dihadapkan pada suatu tantangan besar

dalam hidup mereka yakni kemampuan dalam menggunakan teknologi seperti internet.

Pertumbuhan internet sangat cepat dikalangan masyarakat post-moderen. Dilain

sisi internet melahirkan ruang publik yang mungkin terbuka atau umum dan bahkan tanpa

batas untuk menjadi saluran bagi remaja untuk menyalurkan aspirasi bahkan minat dan

bakat. Namun di sisi lain, dengan kehadiran ruang publik inilah yang bisa merangsang

perilaku dan gaya hidup yang berbeda yaitu gaya hidup urban yang lebih didominasi

oleh hasrat dan keinginan.

Perkembangan internet saat ini sangat membantu manusia untuk mengetahui

banyak hal dengan sangat mudah. Internet juga tidak hanya memberikan informasi,

banyak sekali keuntungan lain dari internet yang dapat kita peroleh, misalnya game

online, juga beberapa alamat website yang menyuguhkan media untuk berinteraksi

dengan orang lain dimanapun seperti; e-mail, facebook dan lain-lain (Zarella, 2010). Saat
3

ini, internet tidak hanya marak diakses melalui komputer dan laptop, melainkan juga

melalui smartphone. Internet yang diakses melalui Smartphone jauh lebih praktis karena

bisa dibawa kemana saja dan kapan saja. Saat ini smartphone juga menyuguhkan

beberapa aplikasi sosial media yang mempermudah seseorang untuk berinteraksi

contohnya; WhatsApp, BBM, LINE Massanger, Instagram, You Tube, Path dan lain-lain

atau bisa disebut dengan sosial media.

Sosial media adalah bukti dari pesatnya perkembangan internet, menurut survei

We Are Social yang dilakukan di Singapura pada 2017 menunjukkan bahwa penduduk

Indonesia yang menggunakan media sosial mencapai 106 juta dari total populasi 262 juta.

Berdasarkan data survey yang dilakukan oleh Pusat Kajian Komunikasi Universitas

Indonesia (PUSKAKOM) yang bekerja sama dengan Asosiasi Penyelegara Jasa Internet

Indonesia (APJII) pengguna internet tertinggi di indonesia kebanyakan diisi oleh orang

berusia 18-25 tahun.

Berdasarkan hasil laporan We Are Social Indonesia tahun 2019, mengungkapkan

dari total penduduk 268.2 juta penduduk di Indonesia, terdapat 150 juta pengguna aktif

media sosial, hal ini menunjukkan terdapat kenaikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, dimana pada hasil laporan We Are Social Indonesia tahun 2018, terdapat

130 juta pengguna aktif media sosial dan hasil laporan pada tahun 2017, terdapat 106 juta

pengguna aktif media sosial.

Menurut Chris Bogan (2010), media sosial adalah alat komunikasi dan alat

kolaborasi baru yang memungkinkan banyak jenis interaksi yang sebelumnya tidak

tersedia untuk orang pada umumnya. Seperti yang kita tahu bahwa dengan didalam media
4

sosial banyak sekali fitur - fitur yang memungkinkan penggunanya untuk berekspresi

secara luas sesuai dengan kehendaknya.

Terdapat ratusan saluran media sosial yang beroperasi di seluruh dunia saat ini.

Beberapa aplikasi media sosial yang mempermudah seseorang untuk berinteraksi

contohnya adalah Whatsapp, LINE Massanger, Instagram, You Tube, Path, Twitter,

Snapchat dan lain-lain.

“Andreassen define SNS addiction as being overly concerned about SNSs,

to be driven by a strong motivation to log on to or use SNSs, and to devote so much time

and effort to SNSs that it impairs other social activities, studies/job, interpersonal

relationships, and/or psychological health and well-being”. (Andrassen,2015).

Andreassen mendefinisikan Social Networking Sites (SNS) atau Social

Media Addiction sebagai perilaku terlalu peduli dengan media sosial dan

mencurahkan begitu banyak waktu dan upaya untuk media sosial, sehingga

merusak kegiatan sosial lainnya, studi/pekerjaan, hubungan antar pribadi, dan/atau

kesehatan psikologis dan kesejahteraan. (Andreassen, 2015).

Ketergantungan media sosial pada remaja dapat mengacu perilaku kompulsif yang

mengarah ke efektif - negatif. Subathra, Nimisha, & Hakeem (2013) menyatakan

ketergantungan atau kecanduan akan membuat seseorang merasa terdorong untuk

melakukan kegiatan tertentu berulang kali dan menjadi kegiatan yang berbahaya yang

kemudian akan mengganggu kegiatan penting lainnya seperti bekerja atau sekolah

(Firdaus, 2018).
5

Media sosial telah mengantarkan cara baru yang dinamis di mana kita

berkomunikasi. Prevalensi surat, panggilan telepon, dan komunikasi tatap muka telah

digantikan oleh konektivitas baru yang menjangkau jarak jauh dan menciptakan pilihan

tanpa akhir untuk komunikasi dengan orang lain melalui komputer atau ponsel yang

terhubung internet (Drouin & Miller, 2015). Media sosial telah membuatnya lebih mudah

untuk mengetahui tentang berbagai kegiatan sosial online atau offline yang dapat

dilakukan. Sifat dari media sosial ini telah mendorong masyarakat terhadap konsep Fear

of Missing Out yang populer disebut FoMO.

Sebuah survei tahun 2012 yang dilakukan oleh JWTIntelligence mengungkapkan

bahwa 56% individu takut kehilangan peristiwa, berita dan update status penting jika

mereka berada jauh dari jejaring sosial. Penelitian lain yang dilakukan di Amerika dan

Inggris pada tahun 2012 menemukan bahwa sekitar 65% dari remaja pernah mengalami

FoMO dan 40% diantaranya sering mengalami FoMO, dalam kurun waktu kurang dari 4

bulan ke belakang (JWTIntelligence, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fuster (2017) menunjukkan bahwa

mengakses jejaring sosial melalui ponsel menghadirkan perilaku adiktif dan sangat

berkorelasi dengan Fear of Missing Out. Dari hasil penelitian tersebut, sebanyak 7,6%

dari sampel kepada siswa di Amerika latin beresiko mengalami kecanduan pada jejaring

sosial online.

Dalam jurnal Przybylski (2013) mengenai motivational, emotion, and behavioral

of fear of missing out terdapat korelasi seseorang FoMO memiliki kecenderungan untuk

selalu menggunakan sosial media bahkan saat perkuliahaan sedang berlangsung.


6

“Fear of Missing Out, defined as a pervasive apprehension that others might be

having rewarding experiences from which one is absent, FoMO is characterized by the

desire to stay continually connected with what others are doing”. (Przyblylski, 2013).

Menurut Przyblylski (2013) Fear of Missing Out (FoMO) merupakan ketakutan akan

kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain dimana individu tersebut tidak

dapat hadir di dalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk tetap terus terhubung

dengan apa yang orang lain lakukan. Secara sederhana Fear of missing out (FoMO), adalah

suatu kondisi di mana seseorang takut dikatakan tidak update, tidak gaul, dan takut

ketinggalan berita yang sedang terjadi.

Adanya kebutuhan individu untuk dapat terhubung dengan lingkungan

sosialnya, menyebabkan individu takut kehilangan peristiwa, berita, dan informasi

penting lainnya dari individu lain atau kelompok sosialnya apabila berada jauh dari

media sosial, karena media sosial menyediakan berbagai macam jenis aplikasi untuk

memudahkan individu tersebut tetap dapat terhubung dengan orang lain. Alt (2015)

menjelakan bahwa fenomena Fear of Missing Out (FoMO) merupakan fenomena dimana

individu merasa ketakutan ketika orang lain memperoleh pengalaman yang

menyenangkan namun tidak terlibat secara langsung sehingga menyebabkan individu

berusaha untuk tetap terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui media dan

internet.

Penelitian yang dilakukan oleh Przyblyski, Murayama, DeHaan & Gladwell

(2013) dalam Rizki Dwi Marlina (2017), yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis

akan relatedness (kedekatan dengan orang lain) dan tidak terpenuhinya kebutuhan
7

psikologis atas self. FoMO menimbulkan perasaan kehilangan, stress, merasa jauh jika

tidak mengetahui peristiwa penting individu lain.

Takut kehilangan momen yang terjadi menjadi alasan yang kuat kenapa

seseorang ingin terus menggunakan media sosial. Individu akan lebih sering

menggunakan internet untuk mencari berbagai informasi melalui berbagai aplikasi

didalam internet seperti media sosial, searching, maupun instan messaging disaat bangun

tidur, makan, hendak mau tidur, didalam jam pelajaran, bahkan saat berkendara

(Przyblyski, 2013).

Hasil penelitian Franchina dkk (2018) terhadap siswa yang tersebar di negara

bagian Belgia menunjukan bahwa FoMO sebagai prediktor kecanduan penggunaan sosial

media, dalam penelitiannya terhadap siswa sekolah menghasilkan bahwa aspek dari

FoMO dapat menjadi predikor sederhana dalam kecanduan media sosial, terlebih media

sosial yang populer seperti facebook, instagram dan snapchat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fuster (2017) terhadap siswa Amerika latin

menunjukkan bahwa mengakses jejaring sosial melalui ponsel menghadirkan perilaku

adiktif dan sangat berkorelasi dengan Fear of Missing Out. Dari hasil penelitian tersebut,

sebanyak 7,6% dari sampel beresiko mengalami kecanduan pada media sosial berbasis

online.

Hasil penelitian Blackwell (2017) terhadap 207 partisipan yang yang berbeda usia

mahasiswa psikologi dari Southeasteren U.S terdiri dari (50 orang laki laki, 155 wanita,

dan 2 orang dengan umur yang lebih tua dari mereka ) menunjukan bahwa orang dengan
8

usia yang lebih tua tidak signifikan memiliki kecenderungan untuk memiliki kecanduan

terhadap media sosial dan juga terhadap indikasi FoMO dibandingkan orang yang lebih

muda.

Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Firdaus (2018)

menemukan bahwa terdapat hubungan antara Fear of Missing Out dengan

kecanduan media sosial pada remaja di MAN Surabaya. Selain itu penelitian ini

juga menunjukkan koefisien korelasi positif, hal ini berarti bahwa semakin tinggi

Fear of Missing Out maka akan semakin tinggi pula kecanduan media sosial pada

remaja. Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan

subjek pengguna media sosial (Instagram, twitter dan facebook) pada masa

emerging adulthood yang diambil di Kota Bandung.

Peneliti melakukan wawancara kepada 10 orang responden pada tanggal 3 April

2020 , 8 dari mereka mengatakan bahwa mereka menggunakan sosial media lebih dari 1

jam secara berturut turut setiap harinya. Dan dari ke 10 responden mengatakan bahwa

media sosial adalah hal yang sangat penting dan sudah menjadi bagian hidup mereka.

Selanjutnya peneliti melakukan survei data awal terhadap mahasiswa fakultas

psikologi angkatan 2017 melalui Google form pada bulan Mei 2020 dimana peneliti

memberikan beberapa pertanyaan, dimana terdapat 4 jawaban (Sangat sesuai, sesuai,

tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai), peneliti menemukan 69,6% (16 responden) individu

memiliki keinginan untuk mengetahui kegiatan teman temannya dengan menjawab

pertanyaan sesuai, 4,3% (1 responden) sangat sesuai, 21,7 % (5 responden) tidak sesuai,
9

dan 4,3 % (1 responden) sangat tidak sesuai. Adapun 11,3% (3 responden) merasa cemas

apabila tidak mengetahui kegiatan teman-temannya dengan menjawab pernyataan

“sesuai” .

Diagram 1.1 Keinginan Mengetahui Kegiatan Teman teman

Diagram 1.2 Individu Merasa Cemas Apabila Tidak Mengetahui Kegiatan

Teman temannya
10

Diagram 1.3 Penggunaan Media Sosial

Peneliti melakukan wawancara kembali terhadap 17 orang mahasiswa fakultas

psikologi Universitas Jendral Achmad Yani pada tanggal 29 Juni 2020 terhadap 17

mahasiswa psikologi angkatan 2017 yang merupakan responden yang menjawab sesuai

dan sangat sesuai pada saat mengisi form kuisioner yang disebarkan secara online.

Hasilnya adalah, sebanyak 1 orang mahasiswa mengatakan bahwa dia menggunakan

sosial media Instagram ataupun bermain game online selama satu jam secara intens untuk

melihat postingan postingan, berita, maupun sebagai coping untuk melupakan masalah

yang sedang dialaminya. Sedangkan 16 orang lainnya mereka menggunakan sosial media

berjam jam namun tidak secara intens. Kemudian seluruh responden mengatakan bahwa

mereka bermain sosial media untuk melihat insta story dari temannya, idolanya, maupun

melakukan update status atau melihat berita yang sedang terjadi. Sebanyak 8 responden

mengatakan bahwa mereka sering berfikir untuk menghapus aplikasi seperti Instagram,

akan tetapi hal itu selalu urung dilakukan atau malah mereka mengunduh kembali aplikasi

tersebut.
11

Pada penggunaan media sosial, setiap individu mempunyai kebutuhan yang

berbeda-beda dalam tingkat intensitas penggunaannya. Media sosial telah mempengaruhi

gaya hidup dan pola pikir masyarakat. Individu yang tidak dapat mengontrol penggunaan

media sosial dengan baik, akan memiliki dampat negatif pada diri individu tersebut.

Penggunanaan media sosial yang tidak terkontrol dapat menjadi alasan bagaimana

individu menjadi ketergantungan pada media sosial.

Dari penjelasan yang sudah dibahas diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih

lanjut apakah terdapat kontribusi Fear of Missing Out terhadap Social Media Addiction

Pada Mahasiswa Angkatan 2017 Fakultas Psikologi Universitas Jendral Achmad Yani.

1.2 Identifikasi Masalah

Andreassen mendefinisikan Social Networking Sites (SNS) atau Social

Media Addiction sebagai perilaku terlalu peduli dengan media sosial dan

mencurahkan begitu banyak waktu dan upaya untuk media sosial, sehingga

merusak kegiatan sosial lainnya, studi/pekerjaan, hubungan antar pribadi, dan/atau

kesehatan psikologis dan kesejahteraan. (Andreassen, 2015).

Ketergantungan media sosial pada remaja dapat mengacu perilaku kompulsif

yang mengarah kearah yang negatif. Subathra, Nimisha, & Hakeem (2013) menyatakan

ketergantungan atau kecanduan akan membuat seseorang merasa terdorong untuk

melakukan kegiatan tertentu berulang kali dan menjadi kegiatan yang berbahaya yang

kemudian akan mengganggu kegiatan penting lainnya seperti bekerja atau sekolah

(Firdaus, 2018).
12

Menurut Przyblylski (2013) Fear of Missing Out (FoMO) merupakan ketakutan

akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain dimana individu tersebut

tidak dapat hadir di dalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk tetap terus terhubung

dengan apa yang orang lain lakukan. Secara sederhana Fear of missing out (FoMO), adalah

suatu kondisi di mana seseorang takut dikatakan tidak update, tidak gaul, dan takut

ketinggalan berita yang sedang terjadi.

Berdasarkan pada definisi mengenai fear of mising out serta social media

addiction diatas adalah berdasarkan pada fenomena yang terjadi, peneliti menemukan

banyak mahasiswa dan mahasiswi fakultas psikologi angkatan 2017 yang menggunakan

ponsel mereka pada saat kegiatan perkuliahan berlangsung. Sebagian besar dari mereka

bermain media sosial seperti instagram, whatsaap pada saat kegiatan belajar dan

mengajar sedang berlangsung. Sehingga hal itu menyebabkan tidak kondusifnya jalanya

diskusi pada saat dosen mengadakan sesi diskusi , ataupun ketika dalam kelompok belajar

karna hanya sebagian mahasiswa yang serius untuk mengerjakan suatu pokok persoalan

dalam kelompok belajar dan sebagian besar lainnya hanya bermain dengan sosial media

melalui telepon genggam mereka.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melihat apakah terdapat

“Kontribusi Fear of Missing Out (FoMO) terhadap Social Media Addiction Pada

Mahasiswa Angkatan 2017 Fakultas Psikologi Unjani ?”.


13

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat kontribusi

Fear of Missing Out (FoMO) terhadap Social Media Addiction Pada Mahasiswa

Angkatan 2017 Fakultas Psikologi Unjani”.

1.3.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan data yang empiris

mengenai “Kontribusi Fear of Missing Out (FoMO) terhadap Social Media Addiction

Pada Mahasiswa Angkatan 2017 Fakultas Psikologi Unjani”.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Dalam bidang ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan memberikan

sumbangan pemikiran, wacana, ide dan informasi terhadap pengembangan psikologi

sosial dan klinis terkait pembahasan mengenai Fear of Missing Out dan Social Media

Addiction khususnya pada dewasa awal serta dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahun dan dijadikan pedoman untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

- Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi mahasiswa

khususnya mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2017 untuk mengontrol

penggunaan sosial media secara bijak dan sewajarnya, serta pentingnya untuk

membangun hubungan interpersonal dengan baik dan positif dikehidupan nyata.


14

Sehingga tidak akan menimbulkan adiksi dan menjadikan individu

ketergantungan terhadap media sosial.

- Bagi akademisi dalam bidang psikologi, diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan kontribusi ilmiah dalam rangka mengetahui variabel Social media

addcition dan Fear of Missing Out guna mengetahui dampak yang ditimbulkan

ketika seseorang mengalami kecanduan terhadap media sosial serta dapat

bermanfaat untuk menambah pengetahun dan dijadikan pedoman untuk penelitian

lebih lanjut.

- Bagi peneliti senjutnya, penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan

referensi dalam melakukan penelitian yang sama di penelitian selanjutnya.

Diharapkan agar peneliti selanjutnya mampu mempertimbangkan dan

mengembangkan penelitian baik dari segi variabel, metode penelitian dan juga

subjek penelitian yang akan digunakan.

1.5 Kerangka Pikir

Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari teknologi–

teknologi web baru berbasis internet, yang memudahkan semua orang untuk dapat

berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah jaringan secara

online, sehingga dapat menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di blog, tweet, atau

video youtube dapat direproduksi dan dapat dilihat secara langsung oleh jutaan orang

secara gratis (Zarella, 2010).


15

Andreassen Kaplan dan Michael Haenlein (2010) mendefinsikan media sosial

sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun diatas dasar

ideology dan teknologi Web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran

user-generated content”. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui bahwa media

sosial merupakan salah satu dari kelompok aplikasi yang berbasis internet.

Meskipun saat ini media sosial telah dikaitkan dengan banyak atribut positif

seperti digunakan hanya sekedar untuk hiburan, fasilitas bisnis, pengembangan

ketrampilan kognitif, modal dan interaksi sosial, namun kekhawatiran mengenai

penggunaan yang berlebihan khususnya potensi mengenai pengguna menjadi

“kecanduan” telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam konteks ini, adiktif

ditandai dengan; terlalu memperhatikan aktivitas online, di dorong oleh motivasi yang

tidak dapat dikendalikan untuk mengakses media sosial, dan mencurahkan banyak waktu

dan juga upaya untuk mengakses media sosial tersebut sehingga dapat mengganggu dan

merusak kehidupan penting lainnya (Andreassen, 2015).

Terdapat 6 aspek dari Social Media Addiction, yang pertama yaitu saliance,

hal ini terjadi ketika penggunaan media sosial menjadi aktivitas yang paling penting

dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu, perasaan (merasa sangat

butuh) dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Individu akan selalu

memikirkan media sosial, meskipun tidak sedang mengakses media sosial. Individu

menganggap media sosial sangat penting dan individu akan selalu memikirkan media

sosial, meskipun tidak sedang mengakses media sosial, seperti individu terus

menggunakan media sosial pada saat sedang makan, saat berkumpul bersama teman-
16

teman atau keluarga, juga saat setelah dan sebelum bangun tidur. Pada kenyataannya saat

sedang berada dalam kegiatan belajar dan mengajar terlihat bahwa banyaknya mahasiswa

yang membicarakan tentang apa yang terjadi di media sosial.

Yang kedua adalah mood modification, Hal ini mengarah pada pengalaman

individu sendiri, yang menjadi hasil dari bermain internet dan dapat dilihat sebagai

strategi coping. Sesorang merasakan rasa senang saat menggunakan media sosial.

Seseorang menggunakan media sosial untuk mengatasi suatu permasalahannya, seperti

untuk menghilangkan rasa kebosanan saat sedang tidak tahu apa yang ingin dilakukan,

saat sedang menunggu di tempat umum seorang diri, serta perasaan marah, kesal, ataupun

sedih, dimana individu akan mengungkapkan perasaannya melalui media sosial.

Berdasarkan informasi yang didapatkan pada kenyataannya banyak mahasiswa psikologi

angkatan 2017 yang menggunakan telpon genggam mereka dieuang kelas pada saat

menunggu kedatangan dosen ataupun pada saat dosen izin keluar kelas hingga ketika jam

istirahat terlihat bahwa banyak mahasiswa yang sibuk bermain telpon genggam mereka.

Yang ketiga adalah tolerance, hal ini merupakan proses dimana terjadinya

peingkatan jumlah penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood.

Individu yang merasakan rasa senang karena menggunakan media sosial, pada akhirnya

indvidu tersebut akan semakin meningkatkan penggunaannya.

Yang keempat adalah withdrawal Symptoms, hal ini merupakan perasaan tidak

menyenangkan yang terjadi karena penggunaan media sosial dikurangi atau tidak

dilanjutkan (misalnya mudah marah, cemas atau gemetar). Individu akan merasa gelisah,
17

cemas, takut, kesal dan marah karena tidak dapat menggunakan media sosial, seperti saat

sedang tidak memiliki kuota internet atau jaringan internet sedang lemah.

Yang kelima adalah conflict, hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara

pengguna internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik dalam

tugas lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan social, hobi) atau konflik yang terjadi dalam

dirinya sendiri yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain

internet. Seperti individu meninggalkan tugas atau pekerjaannya karena terlalu lama

dalam menggunakan media sosial, juga menjadi malas untuk keluar rumah dan bermain

bersama teman-temannya di luar, seperti individu sulit untuk mengontrol penggunaan

media sosial dan tidak dapat mengurangi penggunaannya. Pada kenyataannya

berdasarkan fenomena yang terlihat adalah terdapatnya mahasiswa psikologi angkatan

2017 yang kerapkali menggunakan media sosial mereka ataupun bermain game online

pada saat dosen memberikan tugas berkelompok, sehingga kerapkali hanya segelintir

orang yang berpartisipasi dalam tugas itu.

Yang ke enam adalah relapse, hal ini merupakan kecenderungan berulangnya

kembali pola penggunaan internet setelah adanya control. Individu sudah berusaha untuk

mengurangi penggunaan media sosial dan berhasil, namun individu kembali

menggunakan media sosial dengan intensitas waktu yang tidak terkontrol. Pada

kenyataannya terdapat beberapa mahasiswa psikologi angkatan 2017 yang mengatakan

bahwa mereka mencoba untuk mengurangi penggunaan media sosial bahkan

menghapusnya, namun tidak lama dari itu mereka kembali menggunakan media sosial

ataupun mengunduhnya lagi.


18

Individu yang tidak dapat menggunakan media sosial seperti saat sedang tidak

memiliki kuota internet atau jaringan internet sedang lemah, maka akan merasa kesal,

cemas, gelisah ataupun takut karena akan ketinggalan banyak peristiwa (moment), berita

atau informasi tertentu lainnya. Przybylski (2013) menyebut keinginan untuk selalu dapat

terhubung dengan orang lain atau teman-temannya ini adalah sebagai Fear of Missing

Out (FoMO). Fear of Missing Out didefinisikan sebagai ketakutan akan kehilangan

momen berharga individu atau kelompok lain di mana individu tersebut tidak dapat hadir

di dalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk tetap terhubung secara terus menerus

dengan apa yang dilakukan orang lain. (Przyblylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell,

2013).

Terdapat 3 aspek FoMO berdasarkan definisi FoMO menurut Przybylski, yang

pertama adalah Competence, kemampuan untuk secara efektif dalam bertindak dan

berinteraksi dengan lingkungannya mencerminkan kebutuhan untuk melatih kemampuan

dan mencari tantangan yang optimal. Kebutuhan competence ini berkaitan dengan

keyakinan individu untuk melakukan tindakan atau perilaku tertentu secara efisien dan

efektif. Rendahnya kepuasan terhadap competence akan memungkinkan individu merasa

frustrasi dan putus asa. Pada kenyataannya mahasiswa psikologi angkatan 2017

mengatakan bahwa mereka ingin terus terhubung karena mereka takut jika mereka

ketinggalan berita apa yang terjadi di sosial media.

Yang kedua adalah Autonomy, individu adalah inisiator dan sumber dari

perilakunya (inisiatif pribadi). Adalah pengalaman merasakan adanya pilihan, dukungan

dan kemauan yang berkaitan dengan memulai, memelihara dan mengakhiri keterlibatan
19

perilaku. Autonomy bermakna bahwa individu bebas mengintegrasikan tindakan yang

dijalankan dengan diri sendiri tanpa terikat atau mendapat kontrol dari orang lain

(individu adalah inisiator dan sumber dari perilakunya). Pada kenyataannya keinginan

mereka untuk ingin terus update di sosial media, mereka percaya bahwa itu adalah

keinginannya sendiri.

Yang ketiga adalah Relatedness, kecenderungan yang melekat pada individu

untuk merasa terhubung dengan orang lain (kedekatan atau keinginan untuk berhubungan

dengan orang lain). adalah kebutuhan seseorang untuk merasakan perasaan tergabung,

terhubung, dan kebersamaan dengan orang lain. Kondisi seperti pertalian yang kuat,

hangat dan peduli dapat memuaskan kebutuhan untuk pertalian, sehingga individu merasa

ingin memiliki kesempatan lebih dalam berinteraksi dengan orang-orang yang dianggap

penting dan terus mengembangkan kompetensi sosialnya. Dan apabila kebutuhan

psikologis akan Relatedness tidak terpenuhi menyebabkan individu merasa cemas dan

mencoba mencari tahu pengalaman dan apa yang dilakukan oleh orang lain, salah satunya

melalui media sosial. Pada kenyataannya terdapat mahasiswa psikologi angkatan 2017

yang secara terus menerus melihat instastory yang terdapat di sosial media mereka.

Maka secara singkat kerangka pikir untuk menggambarkan “Kontribusi Fear of

Missing Out (FoMO) terhadap Social Media Addiction Pada Mahasiswa Angkatan 2017

Fakultas Psikologi Unjani”, adalah sebagi berikut :


20

Social Media Addiction


pada mahasiswa angkatan
R2
FoMO pada mahasiswa 2017 fakultas psikologi
angkatan 2017 fakultas Unjani
psikologi Unjani - Saliance
R2 - Mood Modification
- Competence
- Autonomy - Tolerance
- Relatedness - Withdrawal
Symptom
- Conflict
- Relapse

Tabel 1.4 Bagan Kerangka Pikir

1.6 Hipotesa Penelitian

Terdapat kontribusi Fear of Missing Out terhadap Social Media Addiction pada

mahasiswa angkatan 2017 fakultas psikologi Unjani.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Social Media Addiction

2.1.1 Definisi Social Media Addiction

Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari teknologi–

teknologi web baru berbasis internet, yang memudahkan semua orang untuk dapat

berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah jaringan secara

online, sehingga dapat menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di blog, tweet, atau

video youtube dapat direproduksi dan dapat dilihat secara langsung oleh jutaan orang

secara gratis (Zarella, 2010).

Media sosial sebagai alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara individu

dengan individu yang lain. Media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi,

karena dalam media sosial tidak ada batasan ruang dan waktu, seseorang dapat

berkomunikasi kapanpun dan dimanapun dia berada. Tidak dapat dipungkiri media sosial

mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan masa kini. Hampir seluruh manusia di

berbagai belahan dunia mengetahui dan memahami serta menggunakan media sosial

karena kepopulerannya.

Andreasson Kaplan dan Michael Haenlein (2010) mendefinsikan media sosial

sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun diatas dasar

ideologi dan teknologi Web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-

21
22

generated content”. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui bahwa media sosial

merupakan salah satu dari kelompok aplikasi yang berbasis internet.

“Andreassen define SNS addiction as being overly concerned about SNSs,

to be driven by a strong motivation to log on to or use SNSs, and to devote so much

time and effort to SNSs that it impairs other social activities, studies/job, interpersonal

relationships, and/or psychological health and well-being”. (Anderassen,2015).

Andreassen mendifinisikan Social Networking Sites (SNS) atau Social

Media Addiction sebagai perilaku terlalu peduli dengan media sosial dan

mencurahkan begitu banyak waktu dan upaya untuk media sosial, sehingga

merusak kegiatan sosial lainnya, studi/pekerjaan, hubungan antar pribadi, dan/atau

kesehatan psikologis dan kesejahteraan. (Andreassen, 2015).

Menurut Griffhits (2005) adiksi adalah pola kebiasaan berulang yang

meningkatkan risiko penyakit dan / atau masalah pribadi dan sosial yang terkait. Perilaku

adiktif sering dialami secara subyektif sebagai 'kehilangan kendali' perilaku ini akan

muncul meskipun ada upaya sukarela untuk abstain atau penggunaan moderat. Pola

kebiasaan ini biasanya ditandai dengan gratifikasi langsung (hadiah jangka pendek),

sering ditambah dengan efek buruk yang tertunda (biaya jangka panjang). Upaya untuk

mengubah perilaku kecanduan (melalui perawatan atau inisiasi sendiri) biasanya ditandai

dengan tingkat relaps yang tinggi.

Meskipun saat ini teknologi telah dikaitkan dengan banyak atribut positif seperti

digunakan hanya sekedar untuk hiburan, fasilitas bisnis, pengembangan ketrampilan

kognitif, modal dan interaksi sosial, namun kekhawatiran mengenai penggunaan yang
23

berlebihan khususnya potensi mengenai pengguna menjadi “kecanduan” telah banyak

dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam konteks ini, adiktif ditandai dengan; terlalu

memperhatikan aktivitas online, di dorong oleh motivasi yang tidak dapat dikendalikan

untuk mengakses media sosial, dan mencurahkan banyak waktu dan juga upaya untuk

mengakses media sosial tersebut sehingga dapat mengganggu dan merusak kehidupan

penting lainnya (Andreassen, 2015).

Dari beberapa definisi yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa kecanduan media sosial adalah perilaku terlalu peduli tentang media sosial,

didorong oleh motivasi yang kuat untuk masuk atau menggunakan media sosial, dan

mencurahkan begitu banyak waktu dan upaya untuk media sosial sehingga merusak

kegiatan sosial, studi atau pekerjaan, dan hubungan interpersonal lainnya , dan kesehatan

dan kesejahteraan psikologis (Andreassen, 2015). Namun, bagi pecandu sosial media,

segala sesuatu yang mengganggu pada penggunaan aktivitas jejaring sosial mereka tidak

akan menyukainya walaupun perilaku tersebut menghasilkan konsekuensi yang tidak

diinginkan, seperti insomnia atau konflik hubungan (Andreassen,2015).

2.1.2 Aspek Aspek Social Media Addiction

Menurut Kuss & Griffiths (2011), berbagai macam fitur yang terdapat pada situs

jejaring sosial dapat menjadi salah satu penyebab kecanduan situs media sosial, terutama

meningkatnya waktu penggunaan situs jejaring/media sosial. Individu dapat dikatakan

menggunakan media sosial dalam intensitas yang tinggi bahkan kecanduan jika

memenuhi aspek aspek kecanduan yang dinyatakan oleh Griffiths (2000) sebagai berikut:
24

a. Saliance, Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang

paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu

(preokupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh) dan

tingkah laku (kemunduran dalam perilaku social). Individu akan selalu

memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses internet.

b. Mood Modification, Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri, yang

menjadi hasil dari bermain internet dan dapat dilihat sebagai strategi coping.

c. Tolerance. Hal ini merupakan proses dimana terjadinya peingkatan jumlah

penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood.

d. Withdrawal Symptoms, Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan yang

terjadi karena penggunaan interent dikurangi atau tidak dilanjutkan (misalnya

mudah marah, cemas atau gemetar).

e. Conflict, Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet

dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik dalam tugas

lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan social, hobi) atau konflik yang terjadi

dalam dirinya sendiri (konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol) yang

diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet.

f. Relapse, Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola

penggunaan internet setelah adanya control.

Berdasarkan aspek yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa menurut Griffiths terdapat enam aspek seseorang dinyatakan kecanduan yaitu;
25

Salience, Mood modification, Tolerance, Withdrawal symptoms, Conflict, dan

Relapse.

Menurut Andreassen (2010) terdapat enam gejala seseorang kecanduan Media

Sosial, yaitu sebagai berikut:

a. menghabiskan banyak waktu untuk berpikir atau/dan merencanakan apa

yang akan lakukan di media sosial.

b. Merasa sangat ingin/terdesak untuk menggunakan media social.

c. Menggunakan media social untuk lari dari/melupakan masalah pribadi.

d. Pernah mencoba untuk mengurangi penggunaan media sosial, tapi gagal.

e. Gelisah dan terganggu ketika dilarang menggunakan media sosial.

f. Terlalu sering menggunakan media sosial sehingga menganggu pekerjaan

atau pendidikan.

Individu dengan kecanduan media sosial sering terlalu peduli tentang media

sosial dan didorong oleh dorongan yang tidak terkendali untuk menggunakan media

sosial (Andreassen 2014).

2.2 Fear of Missing Out

2.2.1 Definisi Fear of Missing Out

“Fear of Missing Out (FoMO) is a fear that other people are having fun without

you, FoMO has been linked to increased social media use as well to problematic

smartphone use” (Przyblyski,2013).


26

Fear of Missing Out (FoMO) didefinisikan sebagai ketakutan bahwa orang lain

bersenang-senang tanpamu, FoMO telah dikaitkan dengan peningkatan penggunaan

media sosial serta penggunaan smartphone yang bermasalah (Przyblyski, 2013).

Dengan kata lain seseorang yang memiliki kecenderungan FoMO memiliki hasrat

untuk terus terhubung bersama orang lain dan juga dia akan merasa gelisah ketika dia

tidak dapat terhubung dengan orang lain, dikarenakan mereka ingin mengetahui informasi

yang up to date dan takut akan kehilangan informasi. Individu yang memiliki FoMO

selalu melihat dan ingin tahu mengenai figur yang mereka sukai, ataupun kabar mengenai

teman teman mereka.

FoMO dapat menimbulkan perasaan takut ketika dia tidak berada dalam suatu

aktifitas yang menyenangkan sementara orag lain ada dalam aktivitas tersebut. Individu

akan terus menerus ingin tahu apa yang mereka lakukan tanpa dirinya, dan hal ini

didukung oleh prediktor media sosial bagi individu yang memiliki FoMO. Individu

memuaskan kegelisaan itu dengan mencari informasi kepada kelompok tertentu,

kelompok sosial ini dapat secara real ataupun kelompok sosial secara maya

(Franchina,2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Przyblyski, Murayama, DeHaan & Gladwell

(2013) dalam Rizki Dwi Marlina (2017), yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis

akan relatedness (kedekatan dengan orang lain) dan tidak terpenuhinya kebutuhan

psikologis atas self. FoMO menimbulkan perasaan kehilangan, stress, merasa jauh jika

tidak mengetahui peristiwa penting individu lain.


27

Serupa dengan definisi yang telah di jabarkan oleh Przyblylski, Murama, DeHaan

dan Gladwell serta JWTIntelligence (2015) menjelasakan bahwa Fear of Missing Out

(FoMO) merupakan fenomena dimana individu merasa ketakutan orang lain memperoleh

pengalaman yang menyenangkan namun tidak terlibat secara langsung sehingga

menyebabkan individu berusaha untuk tetap terhubung dengan apa yang orang lain

lakukan melalui media dan internet. Secara lebih sederhananya, Fear of Missing Out

(FoMO) dapat diartikan sebagai ketakutan ketinggalan hal-hal menarik di luar sana dan

atau takut dianggap tidak eksis dan up to date.

Menurut Przybylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell (dalam Dossey, 2014)

menemukan beberapa fakta mengenai Fear of Missing Out (FoMO) diantaranya adalah

merupakan kekuatan pendorong dibalik penggunaan internet dan media sosial khususnya,

tingkat Fear of Missing Out (FoMO) tertinggi dialami oleh remaja dan dewasa awal

(emerging adulthood), rendahnya kepuasaan dalam hidup dapat mendorong Fear of

Missing Out (FoMO) yang tinggi dan Fear of Missing Out (FoMO) yang tinggi

disebabkan karena terlalu sering mengakses internet ketika sedang menjalani aktivitas

yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi maupun sedang belajar

didalam kelas.

2.2.2 Aspek Aspek Fear of Missing Out

Aspek dari Fear of Missing Out menurut Przyblyski (2013) dipengaruhi oleh

perspektif Self Determinant Theory (SDT). Dalam perspektif SDT Przyblyski (2013)
28

regulasi diri dan kesehatan psikologis yang efektif dapat dicapai berdasarkan bentuk

kepuasan pada tiga kebutuhan dasar psikologis, yaitu :

a. Competence, kemampuan untuk secara efektif dalam bertindak dan

berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Autonomy, individu adalah inisiator dan sumber dari perilakunya (inisiatif

pribadi).

c. Relatedness, kecenderungan yang melekat pada individu untuk merasa terhubung

dengan orang lain (kedekatan atau keinginan untuk berhubungan dengan orang

lain).

2.3 Media Sosial

2.3.1 Definisi Media Sosial

Menurut Chris Brogan (2010:11) dalam bukunya yang berjudul Social

Media 101 Tactic and Tips to Develop Your Business Online mendefinisikan media

sosial sebagai berikut:

“Social media is a new set of communication and collaboration tools that enable

many types of interactions that were previously not available to the common person”.

“Sosial media adalah alat komunikasi dan alat kolaborasi baru yang

memungkinkan banyak jenis interaksi yang sebelumnya tidak tersedia untuk orang pada

umumnya” (Chris Brogan, 2010).


29

Media sosial menurut Kaplan (2011), adalah sebuah kelompok jaringan yang

berbasis aplikasi dalam internet yang dibangun berdasarkan teknologi dan konsep web

2.0, sehingga dapat membuat pengguna menciptakan dan mengganti konten yang

disebarkan. Istilah “web 2.0” digunakan secara khusus untuk menjelaskan teknologi

semacam wikis, weblogs, dan media internet lainnya. Web 2.0 penting untuk media sosial

karena mampu mempercepat pertumbuhan dari media sosial.

Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari

teknologi-teknologi web baru berbasis internet, yang memudahkan semua orang

untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah

jaringan secara online, sehingga dapat menyebarluaskan konten mereka sendiri.

Post di blog, tweet, atau video YouTube dapat direproduksi dan dapat dilihat secara

langsung oleh jutaan orang secara gratis (Zarella, 2010). Media sosial mempunyai banyak

bentuk, diantaranya yang paling populer yaitu microblogging (Twitter), facebook, dan

blog. Twitter adalah suatu situs web yang merupakan layanan dari microblog, yaitu suatu

bentuk blog yang membatasi ukuran setiap post-nya, yang memberikan fasilitas bagi

pengguna untuk dapat menuliskan pesan dalam twitter update hanya berisi 140 karakter.

Twitter merupakan salah satu media sosial yang paling mudah digunakan, karena hanya

memerlukan waktu yang singkat tetapi informasi yang disampaikan dapat langsung

menyebar secara luas (Zarella, 2010: 31).

2.3.2 Manfaat Media Sosial

Abdillah Yafi Aljawiy dan Ahmad Muklason (2012) menyebutkan beberapa

manfaat dari penggunaan media sosial sebagai berikut:


30

 Mempermudah interaksi dengan orang lain karena pengguna dapat

berkomunikasi secara live time dan tidak lagi terpengaruh oleh jarak yang sangat

jauh dan waktu yang lama. Melalui media sosial, informasi dapat tersebar dengan

sangat cepat.

 Media sosial dapat digunakan untuk promosi suatu barang, komunitas,

tempat wisata, dan lain sebagainya.

 Sarana sosialisasi berbagai program pemerintah dalam hal pendidikan, kesehatan,

politik, penanggulangan bencana, ekonomi, dan informasi lain. Selain

menggunakan media cetak, pemerintah dapat mensosialisasikan melalui situs

media sosial.

 Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana silaturahmi dengan teman, sahabat,

maupun keluarga tanpa dibatasi jarak, tempat, dan waktu.

 Media sosial dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana hiburan. Pengguna media

sosial dapat bersenang-senang dan bergaul dengan orang lain di seluruh penjuru

dunia.

2.4 Mahasiswa

2.4.1 Definisi Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun

belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan

tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas

(Hartaji, 2012).
31

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa adalah mereka yang

sedang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang

sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau

lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

2.4.2 Peran dan Fungsi Mahasiswa

Dikutip dalam gurupendidikan.co.id sebagai mahasiswa berbagai macam lebel

pun disandang, ada beberapa macam label yang melekat pada diri mahasiswa, misalnya:

1. Direct Of Change, mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung karena

SDMnya yg banyak

2. Agent Of Change, mahasiswa agent perbahan,maksudnya sdm2 untuk melakukan

perubahan

3. Iron Stock, sumber daya manusia dari mahasiswa itu ga akan pernah habis.

4. Moral Force, mahasiswa itu kumpulan orang yg memiliki moral yg baik.

5. Social Control, mahasiswa itu pengontrol kehidupan sosial,cntoh mengontrol

kehidupan sosial yg dilakukan masyarakat.

Namun secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan fungsi yang sangat penting

bagi mahasiwa, yaitu :

 Pertama, peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap

mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut

suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk
32

dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral

yang hidup dalam masyarakat.

 Kedua, adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga

memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak

hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi

lingkungan sekitarnya.

 Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut

sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah

kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa

adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih

baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan.

2.4.3 Tugas Perkembangan

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18

sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa

dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia

mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup Dalam teori perkembangan usia 18

tahun sampai dengan awal 20 tahunan merupakan masa remaja akhir (Santrock, 2002).

Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama yang

melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula masa transisi dari sekolah

menengah atas menuju universitas. Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama

dalam dua transisi itu. Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang
33

lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya dari

daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya

(Santrock, 2002).

Dalam menjalani kehidupannya orang remaja akhir sangat perlu dan penting

dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, agar dalam kehidupannya tidak

mengalami masalah yang berarti dan merasa bahagia menjalani kehidupan yang akan

dijalani selanjutnya. Santrock (2007) membagi tugas perkembangan dewasa awal, antara

lain, sebagai berikut:

1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari kedua jenis

kelamin.

2. Mencapai peran sosial yang matang seuai dengan jenis kelamin.

3. Menerima keadaan fisik dan memanfaatkannya secara efektif.

4. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang dewasa

lain.

5. Mempersiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga.

6. Mempersiapkan karir ekonomi.

7. Mengembangkan sistem nilai dan etika sebagai pedoman bertingkah laku dan

mengembangkan ideologi.

8. Mempunyai kemampuan dan kemauan bertingkahlaku sosial dan bertanggung

jawab.
34

2.5 Penelitian Sebelumnya

No. Penelitian Judul

1. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Hubungan Fear of Missing

oleh Aisyah Firdaus (2018) Out (FoMO) Deangan

menemukan bahwa terdapat hubungan Kecanduan Media Sosial

antara Fear of Missing Out dengan pada Remaja

kecanduan media sosial pada remaja di

MAN Surabaya. Selain itu penelitian ini

juga menunjukkan koefisien korelasi

positif, hal ini berarti bahwa semakin

tinggi Fear of Missing Out maka akan

semakin tinggi pula kecanduan media

sosial pada remaja. Perbedaan dari

penelitian sebelumnya adalah penelitian

ini menggunakan subjek pengguna

media sosial (Instagram, twitter dan

facebook) pada masa emerging

adulthood yang diambil di Kota

Bandung.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fear of Missing Out, online

Fuster (2017) terhadap siswa Amerika social networking and


35

latin menunjukkan bahwa mengakses mobile phone addiction: A

jejaring sosial melalui ponsel latent profile approach

menghadirkan perilaku adiktif dan

sangat berkorelasi dengan Fear of

Missing Out. Dari hasil penelitian

tersebut, sebanyak 7,6% dari sampel

beresiko mengalami kecanduan pada

jejaring sosial online.

3. Hasil penelitian Franchina dkk (2018) Fear of Missing Out as a

terhadap siswa yang tersebar di negara Predictor of Problematic

bagian Belgia menunjukan bahwa FoMo Social Media Use and

sebagai prediktor kecanduan Phubbing Behavior among

penggunaan sosial media, dalam Flemish Adolescents

penelitiannya terhadap siswa sekolah

menghasilkan bahwa aspek dari FoMo

dapat menjadi predikor sederhana dalam

kecanduan media sosial, terlebih media

sosial yang populer seperti facebook,

instagram dan snapchat.


36

4. Penelitian yang dilakukan oleh Computers in Human

Przyblyski, Murayama, DeHaan & Behavior : Motivational,

Gladwell (2013) kepada partisipan emotional, and behavioral

internasional dan kepada mahasiswa correlates of fear of missing

yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan out

psikologis akan relatedness (kedekatan

dengan orang lain) dan tidak

terpenuhinya kebutuhan psikologis atas

self. FoMO menimbulkan perasaan

kehilangan, stress, merasa jauh jika tidak

mengetahui peristiwa penting individu

lain.

5. Hasil penelitian Blackwell (2017) Extraversion, Neuroticsm,

terhadap 207 partisipan yang yang Attachment style and Fear

berbeda usia mahasiswa psikologi dari of Missing Out as a

Southeasteren U.S terdiri dari (50 orang Predictors of Social Media

laki laki, 155 wanita, dan 2 orang dengan Use and Addiction

umur yang lebih tua dari mereka

)menunjukan bahwa orang dengan usia

yang lebih tua tidak signifikan memiliki

kecenderungan untuk memiliki


37

kecanduan terhadap media sosial dan

juga terhadap indikasi FoMO

dibandingkan orang yang lebih muda.

6. Hasil dari peneitian Alt (2016) kepada Students’ Wellbeing, Fear of

290 mahasiswa sarjana Ilmu Sosial (15% Missing out, and Social

pria dan 85% wanita) dari satu jurusan Media

perguruan tinggi yang terletak di Israel Engagement for Leisure in

menunjukan korelasi maladjustment Higher Education

dengan skala skala FoMO. Learning Environments

Kesimpulannya dalam beberapa jurnal atau penelitian sebelumnya yang dilakukan

sebelumnya terhadap Fear of Missing Out (FoMO) dan Social Media Addiction

menunjukan bahwa Social Media Addiction memiliki hubungan positif terhadap Fear of

Missing Out (FoMO). Semakin tinggi skor FoMO semakin berkolerasi juga dengan Social

Media Addiction, selain itu dalam beberapa jurnal atau penelitian sebelumnya

menyimpulkan bahwa usia remaja lebih rentan memiliki FoMO dan Social Media

Addiction daripada usia tua.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2019). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode korelasional, dimana peneliti ingin mencari tahu mengenai

kontribusi antara dua variabel.

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif

deduktif. Metode deduktif adalah satu metode berfikir yang menerapkan hal hal umum

terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian bagian khusus. Penelitian

deduktif adalah penelitian yang dimulai dengan teori-teori umum, lalu berlanjut dengan

observasi untuk menguji validitas keberlakuan teori tersebut.

3.1.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif berfokus untuk membuktikan gejala yang diteliti oleh peneliti yaitu

berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic (Sugiyono, 2019).

38
39

3.2 Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari untuk

mendapatkan informasi mengenai hal tersebut yang kemudian ditarik kesimpulan

(Sugiyono, 2019). Dalam penelitian mengenai “Kontribusi Fear of Missing Out

Terhadap Social Media Addiction Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2017

Unjani.” ” ini, terdapat 2 variabel yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

- Varibel 1 : Social Media Addiction (Variabel Dependent)

- Variabel 2 : Fear of Missing Out (Variabel Independent)

3.2.1 Social Media Addiction

3.2.1.1 Definisi Konseptual Social Media Addiction

“Andreassen define SNS addiction as being overly concerned about SNSs,

to be driven by a strong motivation to log on to or use SNSs, and to devote so much

time and effort to SNSs that it impairs other social activities, studies/job,

interpersonal relationships, and/or psychological health and well-being”.

(Andersen,2015).

Andreassen mendifinisikan Social Networking Sites (SNS) atau Social

Media Addiction sebagai perilaku terlalu peduli dengan media sosial dan

mencurahkan begitu banyak waktu dan upaya untuk media sosial, sehingga

merusak kegiatan sosial lainnya, studi/pekerjaan, hubungan antar pribadi, dan/atau

kesehatan psikologis dan kesejahteraan. (Andreassen, 2015).


40

3.2.1.2 Definisi Operasional Social Media Addiction

Perilaku social media addiction pada mahasiswa psikologi angkatan 2017

Universitas Jendral Achmad Yani dapat diukur melalui :

a) Saliance

Hal ini terjadi ketika masa dewasa awal menjadikan aktifitas media sosial

menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan individu itu tersebut,

mendominasi pikiran individu (preokupasi dan gangguan kogniif), perasaan

(merasa sangat butuh), dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial).

Individu akan memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses internet.

b) Mood Modification

Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri, yang menjadi hasil dari

bermain internet dan dapat dilihat sebagai strategi coping.

c) Tolerance

Hal ini merupakan proses peningkatan penggunaan dari internet untuk

mendapatkan efek perubahan dari mood.

d) Withdrawal Syptoms

Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena

penggunaan interent dikurangi atau tidak dilanjutkan (misalnya mudah marah,

cemas atau gemetar).

e) Conflict

Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet

dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik dalam tugas lainnya


41

(pekerjaan, tugas, kehidupan social, hobi) atau konflik yang terjadi dalam dirinya

sendiri (konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan

karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet.

f) Relapse

Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola penggunaan internet

setelah adanya kontrol.

3.2.2 Fear of Missing Out

3.2.2.1 Definisi Konseptual Fear of Missing Out

“Fear of Missing Out, defined as a pervasive apprehension that others

might be having rewarding experiences from which one is absent, FoMO is

characterized by the desire to stay continually connected with what others are

doing”. (Przyblylski, 2013).

Fear of Missing Out (FoMO) didefinisikan sebagai ketakutan akan kehilangan

momen berharga individu atau kelompok lain di mana individu tersebut tidak dapat

hadir di dalamnya dan ditandai dengan keinginan untuk tetap terhubung secara terus

menerus dengan apa yang dilakukan orang lain. (Przyblylski, 2013).

3.2.2.2 Definisi Operasional Fear of Missing Out

Menurut perspektif Self Determination Theory (SDT) FoMO adalah keadaan

situasional saat tidak terpenuhinya pemenuhan kebutuhan psikologis pada self dan
42

relatedness (Przybylski, Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013). Aspek-aspek dari Fear

of Missing Out (FoMO) menurut Przybylski (2013) dipengaruhi oleh perspektif Self

Determinant Theory atau SDT. Dalam perspektif Self Determinan Theory (Przybylski,

2013) regulasi diri dan kesehatan psikologis yang efektif dapat dicapai berdasarkan

bentuk kepuasan pada tiga kebutuhan dasar psikologis yaitu:

a. Kebutuhan akan Competence, kemampuan untuk secara efektif dalam bertindak

dan berinteraksi dengan lingkungannya mencerminkan kebutuhan untuk melatih

kemampuan dan mencari tantangan yang optimal. Kebutuhan competence ini

berkaitan dengan keyakinan individu untuk melakukan tindakan atau perilaku

tertentu secara efisien dan efektif. Rendahnya kepuasan terhadap competence

akan memungkinkan individu merasa frustrasi dan putus asa.

b. Kebutuhan akan Autonomy, individu adalah inisiator dan sumber dari

perilakunya (inisiatif pribadi). Adalah pengalaman merasakan adanya pilihan,

dukungan dan kemauan yang berkaitan dengan memulai, memelihara dan

mengakhiri keterlibatan perilaku. Autonomy bermakna bahwa individu bebas

mengintegrasikan tindakan yang dijalankan dengan diri sendiri tanpa terikat atau

mendapat kontrol dari orang lain (individu adalah inisiator dan sumber dari

perilakunya).

c. Kebutuhan akan Relatedness, kecenderungan yang melekat pada individu untuk

merasa terhubung dengan orang lain (kedekatan atau keinginan untuk

berhubungan dengan orang lain). Adalah kebutuhan seseorang untuk merasakan

perasaan tergabung, terhubung, dan kebersamaan dengan orang lain. Kondisi


43

seperti pertalian yang kuat, hangat dan peduli dapat memuaskan kebutuhan

untuk pertalian, sehingga individu merasa ingin memiliki kesempatan lebih

dalam berinteraksi dengan orang-orang yang dianggap penting dan terus

mengembangkan kompetensi sosialnya. Dan apabila kebutuhan psikologis akan

Relatedness tidak terpenuhi menyebabkan individu merasa cemas dan mencoba

mencari tahu pengalaman dan apa yang dilakukan oleh orang lain, salah satunya

melalui media sosial.

3.3 Populasi, Sample dan Lokasi Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Sugiyono (2019) dalam statitiska untuk penelitian memberikan pengertian bahwa

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa

fakultas psikologi angkatan 2017 Universitas Jendral Achmad Yani.

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah probability sampling yaitu

dimana teknik sampling yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Sugiyono (2019). Dalam

teknik pengambilan sampling peneliti menggunakan media Google form yang disebarkan

melalui media sosial seperti WhatsApp.


44

Teknik Probability sampling yang digunakan adalah accidental sampling, yaitu

teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu.Dimana unsur dari populasi

mahasiswa psikologi angkatan 2017 yang memiliki dugaan FoMO pada saat peneliti

mendapatkan data awal.

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin sebagai

berikut:

𝑁 188 188 188


= 1+188( 0,12 ) = 1+1,88 = 2,88 = 65
𝑛=
1 + 𝑁. 𝑑2

3.3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian tentang “ Kontribusi Fear of Missing Out Dengan Social Media

Addiction Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2017 Unjani” ini dilaksakan di

kota Cimahi.

3.4 Penyusunan Alat Ukur

3.4.1 Alat Ukur Social Media Addiction

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian data untuk variabel Social

Media Addiction ini adalah BSMAS (The Bergen Social Media Adddiction Scale)

yang di adaptasi oleh Andreassen dari BFAS (The Bergen Facebook Addiction Scale)

yang juga dikembangkan oleh Andreassen.


45

BSMAS terdiri dari 6 item yang mencerminkan gejala kecanduan, yaitu salience,

tolerance, mood modification, relapse, withdrawal dan conflict. Alat ukur ini dirancang

menggunakan skala Likert dengan keluaran data penilaian skala ordinal, dimana terdapat

5 alternatif jawaban yang akan direspon oleh responden. Nilai setiap pilihan jawaban pada

setiap pertanyaan disesuaikan dengan jenis pertanyaan tersebut. Untuk nilai pilihan

jawaban bergerak dari “sangat sering” yang mendapat nilai 5 dan “Tidak Pernah”

mendapat nilai 1. Kriteria yang digunakan untuk masing-masing item dalam alat ukur ini

digambarkan dalam tabel berikut :

Alternatif Jawaban Nilai Untuk Jawaban (+)

Tidak pernah 1

Sangat Jarang 2

Kadang kadang 3

Sering 4

Sangat sering 5

Tabel 3.1 Skor Pernyataan BSMAS

No Item

1. Saliance Seberapa sering anda berencana

menghabiskan waktu menggunakan

media sosial.
46

2 Tolerance Seberapa sering anda terdorong

menggunakan media sosial lagi dan

lagi.

3. Mood modification Seberapa sering anda menggunakan

media sosial untuk melupakan maslah

pribadi.

Relapse Seberapa sering anda mencoba untuk

berhenti menggunakan media sosial,

tapi tidak berhasil.

Withdrawal Syptoms Seberapa sering anda cemas atau

gelisah jika Anda dilarang

menggunakan media sosial.

Conflict Seberapa sering anda menggunakan

media sosial sampai mengganggu

studi dan pekerjaan.

Tabel 3.2 Social Media Addiction Scale BSMAS

Dalam penelitian ini BSMAS dikelompokkan dalam 2 kategori (Mu’allim,

2019). Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Kategorisasi Skor

Adiksi 19 – 30

Tidak adiksi 6 – 18

Tabel 3.3 Kategorisasi Skala BSMAS


47

3.4.2 Alat Ukur Fear Of Missing Out

Alat ukur yang digunakan peneliti untuk variebel Fear of Missing Out

(FoMO) menggunakan Fear of Missing Out Scale: FoMOs yang terdiri dari 10 item

yang dikembangkan oleh Przyblyski, Murayama, DeHaan dan Gladwell (2013).

Instrument FoMOs berbahasa inggris, kemudian diterjemahkan oleh peneliti.

Skala ini terdiri dari 10 item dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat tidak

sesuai dengan diri saya, Sebagian sesuai dengan diri saya, Cukup sesuai dengan diri saya,

Sebagian besar sesiuai dengan diri saya, dan Keseluruhan sesuai dengan diri saya contoh

item dari skala Fear of Missing Out dapat dilihat pada tabel berikut:

No Aspek Indikator Pernyataan

1 Tidak Terpenuhinya Cemas akan pengalaman Saya takut orang lain

kebutuhan psikologis dan apa yang dilakukan memiliki lebih

akan Relatedness. teman/orang lain lebih pengalaman berharga

baik dari diri individu daripada saya.

Saya takut teman

saya memiliki

pengalaman lebih

berharga daripada

saya.

Cemas akan pengalaman Saya khawatir ketika

dan apa yang dilakukan menemukan teman


48

teman/orang lain ketika saya sedang

tidak ada individu bersenang senang

tanpa saya.

Saya menjadi cemas

ketika saya tidak tahu

apa yang sedang

dilakukan teman saya

Sangat penting bagi

saya untuk

memahami teman

teman saya, walau

mengenai obrolan

tentang lelucon.

Saya sangat

terganggu ketka saya

ketika saya

kehilangan

kesempatan untk

bertemu dengan

teman teman.

Saya sangat kecewa

ketika tidak bisa


49

menghadiri janji

untuk berkumpul

dengan teman teman.

2 Tidak Terpenuhinya Merasa terlalu lama Terkadang saya selalu

kebutuhan psikologis mencari tahu apa yang berfikir apakah saya

competence sedang terjadi dengan terlalu menghabiskan

teman didunia maya waktu saya untuk

mengikuti trend yang

sedang terjadi

3 Tidak Terpenuhinya Tetap update untuk Ketika saya sedang

kebutuhan psikologis memberitahukan kabar bersenang senang

autonomy diri sendiri ke dunia maya penting bagi saya

untuk membagikan

status di media sosial

(Update status).

Ketika saya sedang

berlibur, saya terus

mengawasi apa yang

dilakukan teman

saya.

Tabel 3.4 Item FoMOs


50

Alat ukur ini di rancang menggunakan skala Likert dengan keluaran data

penilaian skala ordinal, dimana terdapat 5 alternatif jawaban yang akan di respon

oleh responden. Nilai setiap pilihan jawaban pada setiap pertanyaan disesuaikan

dengan jenis pertanyaan tersebut. Untuk nilai pilihan jawaban bergerak dari “sangat

sesuai” yang mendapat nilai 5 dan “sangat tidak sesuai” mendapat nilai 1. Kriteria

yang digunakan untuk masing-masing item dalam alat ukur ini digambarkan dalam

tabel berikut

Alternatif Jawaban Nilai Untuk Jawaban (+)

Sangat tidak sesuai dengan diri saya 1

Sebagian sesuai dengan diri saya 2

Cukup sesuai dengan diri saya 3

Sebagian besar sesuai dengan diri saya 4

Keseluruhan sesuai dengan diri saya 5

Tabel 3.5 Skor Pernyataan FoMOs

Kategorisasi skala dilakukan untuk menempatkan individu ke dalam

kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinu berdasarkan

atribut yang diukur (Azwar, 2010). Dalam penelitian ini Fear of Missing Out Scale

dikelompokkan dalam 4 kategori. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Kategorisasi Skor FoMO

FoMO sangat tinggi >30

FoMO sedang 23 – 29
51

Beresiko FoMO 15 – 22

Kemungkinan besar tidak ada FoMO 0 – 14

Tabel 3.6 Kategorisasi Skala FoMOs

3.5 Pengujian Alat Ukur

3.5.1 Pengujian Validitas

Suatu pengukuran dinyatakan valid, hasil penelitian yang valid bila terdapat

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

yang diteliti (Sugiyono,2002). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas konstruk (Construct Validity), dimana suatu alat ukur dikatakan valid apabila

hasil yang didapatkan dari pengukuran sesuai dengan konsep operasional yang telah

ditentukan.

Adapun parameter yang digunakan untuk menentukan valid atau tidak valid

alat ukur FoMOs dan BSMAS yang digunakan adalah kriteria dari Cristine P.

Dancey, dan John Reidy (2011), yaitu:

 < 0.4 : item akan diperbaiki/dibuang

 > 0.4 : item dapat digunakan

Untuk alat ukur FoMO Scale ini sebelumnya telah dilakukan uji validitasnya oleh

Syifa Khairunnisa dalam penelitian : “ Hubungan antara Fear of Missing Out dengan

Social Media Addiction Pada Pengguna Media Sosial Emerging Adulthood di Kota

Bandung, 2015. Diketahui bahwa setelah uji coba pada 40 sampel, instrumen FoMOs
52

yang terdiri dari 10 item pernyataan dikatakan valid yang memiliki tingkat validitas

berkisar antara 0,502 s.d 0,595.

Sedangkan untuk alat ukur BSMAS ini sebelumnya telah dilakukan uji

validitasnya oleh Syifa Khairunnisa dalam penelitian : “ Hubungan antara Fear of

Missing Out dengan Social Media Addiction Pada Pengguna Media Sosial Emerging

Adulthood di Kota Bandung, 2015. Diketahui bahwa setelah uji coba pada 40 sampel,

instrument BSMAS yang terdiri dari 10 item pernyataan dikatakan valid yang memiliki

tingkat validitas berkisar antara 0,652 s.d 0,678.

3.5.2 Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yang

digunakan memiliki taraf ketelitian, kepercayaan, dan kestabilan untuk menjaring

informasi yang sama dari waktu ke waktu. Perhitungan reliabilitas dilakukan

dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Kategori koefisien reliabilitas

yang digunakan adalah menurut kriteria Cristine P. Dancey, dan John Reidy (2011),

sebagai berikut :

Nilai Tingkat Reliabilitas

0,90 ≤ α ≤ 1,00 Sangat Reliabel

0,70 ≤ α ≤ 0,90 Reliabel

0,40 ≤ α ≤ 0,70 Cukup Reliabel

0,20 ≤ α ≤ 0,40 Kurang Reliabel


53

α ≤ 0,20 Tidak Reliabel

Tabel 3.7 Kategorisasi Reliabilitas

Untuk alat ukur FoMO Scale ini sebelumnya telah dilakukan uji reliabiitas oleh

Syifa Khairunnisa dalam penelitian : “ Hubungan antara Fear of Missing Out dengan

Social Media Addiction Pada pengguna media sosial Emerging Adulthood di Kota

Bandung, 2015. Dengan nilai reliabilitas sebesar 0,820, berdasarkan kriteria Cristine P.

Dancey, dan John Reidy (2011), dimana jika (α) > 0.70, maka alat ukur tersebut reliabel.

Dengan demikian dari hasil reliabilitas alat ukur FoMO yang diperoleh yaitu 0.820 maka

dapat dikatakan alat ukur ini reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur FoMO ini

mampu memberikan hasil yang konsisten, dengan kata lain hasil yang diperoleh akan

relatif sama jika dilakukan kembali pada waktu yang berbeda.

Sedangkan untuk alat ukur The Bergen Social Media Adddiction Scale

sebelumnya telah dilakukan uji reliabiitas oleh Syifa Khairunnisa dalam penelitian :

“Hubungan antara Fear of Missing Out dengan Social Media Addiction Pada Pengguna

Media Mosial Emerging Adulthood di Kota Bandung, 2015. Dengan nilai reliabilitas

sebesar 0,830, berdasarkan kriteria Cristine P. Dancey, dan John Reidy (2011), dimana

jika (α) > 0.70, maka alat ukur tersebut reliabel. Dengan demikian dari hasil reliabilitas

alat ukur BSMAS ini mampu memberikan hasil yang konsisten, dengan kata lain hasil

yang diperoleh akan relatif sama jika dilakukan kembali pada waktu yang berbeda.
54

3.5.3 Pengujian Normalitas Data

Penggunaan statistik parametris bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel

penelitian yang akan dianalisis berdistribusi normal, maka kenormalan harus diuji

terlebih dahulu. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Adapun uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji normalitas linear

menggunaka program IBM SPSS Statistic Base 22.0 dengan langkah langkah sebagai

berikut :

1. Masukan data kedalam IBM SPSS Statistic Base 22.0.

2. Pilih analyze pada menu bar kemudian pilih regression kemudian pilih linear

(masukan variabel IV dan DV).

3. Kemudian menuju bagian plots Dibagian kolom Y masukan SRESID, bagian X

ZFRED.

4. Kemudian checklist pada kolom histogram, normality probability plots.

5. Click contionue, kemudian ok

3.5.4 Pengujian Linearitas Data

Secara umum pengujian linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Adapun dasar pengambilan keputusannya adalah :

 Jika nilai Deviation From Linearity sig. > 0,05, maka terdapat hubungan yang

linear secara signifikan antara variabel independent dan variabel dependen.


55

 Jika nilai Deviation From Linearity sig. < 0,05, maka tidak terdapat hubungan

yang linear secara signifikan antara variabel independent dan variabel dependen.

3.5.5 Pengujian Regresi

Penelitian yang berjudul “Kontribusi Fear of Missing out Terhadap Social Media

Addiction Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unjani Angkatan 2017” ini menggunakan

analisis regeresi untuk menguji kontribusi. Analisis regresi untuk memprediksikan

seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen

dimanipulasi atau dirubah rubah atau dinaik turunkan (Sugiyono,2019).

Menggunakan regresi linear sederhana, yaitu regresi yang sederhana yang

didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan

satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linear adalah :

Y^ = a + bX

Dimana :

Y^ = Subjek dalam variabel dependen yang di prediksikan.

A = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).

B = Angka arah atau koefesien regresi, yang menunjukan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel dependen yang didasarka pada perubahan variabel

independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) arah garis turun.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai arah tertentu.


56

Besar nilai rs Kategori

< 0,20 Kontribusi sangat rendah atau tidak ada kontribusi

0,20 - 0,40 Kontribusi rendah

0,40 - 0,70 Kontribusi sedang

0,70 - 0,90 Kontribusi tinggi

0,90 – 1,00 Kontribusi sangat tinggi

1,00 Kontribusi sempurna

Tabel 3.8 Kategorisasi kontribusi

3.5.6 Pengujian Hipotesis

Penelitian yang berjudul “Kontribusi Fear of Missing out Terhadap Social Media

Addiction Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unjani Angkatan 2017” ini menggunakan

uji F atau uji Anova, yaitu untuk melihat bagaimanakah pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat . Dengan ketentuan level of significance sebesar 5% (0,05).

 H0 : ρ ≥ 0,05 artinya, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa Fear of Missing Out tidak memiliki kontribusi terhadap Social Media

Addiction.

 H1 : ρ < 0,05 artinya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa Fear of Missing Out berkontribusi terhadap Social Media Addiction.


57

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Tahap Persiapan

1. Menentukan variabel yang melatarbelakangi permasalahan.

2. Mengidentifikasi maslah.

3. Mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian seperti buku

yang mendukung dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian sebelumnya sesuai

dengan variabel.

4. Melakukan studi kepustakaan untuk menentukan landasan teori yang akan

digunakan sesuai dengan fenomena.

5. Melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing untuk menentukan konsep

penelitian.

6. Melakukan survey data awal untuk menunjang latar belakang penelitian

7. Menyusun instrumen penelitian.

8. Menyusun laporan penelitian.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

1. Memberikan surat izin permohonan penelitian

2. Mempersiapkan alat ukur yang digunakan.

3. Melakukan pengambilan data.

4. Pengolahan data.

5. Membuat suatu kesimpulan dari hasil yang dianalisis.


58

6. Membuat saran dan memberikan hal hal yang dapat digunakan oleh pihak pihak

terkait yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dan tujuan

pengembangan penelitian.

Menyusun laporan penelitian secara menyeluruh


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan perhitungan statistik yang disajikan dalam bentuk

tabel, mengenai penelitian “Kontribusi Fear of Missing Out Terhadap Social Media

Addiction Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2017 Universitas Jendral

Achmad Yani”. Dimana didalamnya memuat kontribusi antar variabel yang kemudian di

interpretasi, dianalisa, dan dibahas, sehingga diperoleh suatu kesimpulan.

Dibawah ini akan disajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan kontribusi

antara skor total Fear of Missing Out dengan skor total Social Media Addiction.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Demografi Data Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi Unjani angkatan

2017 sebanyak 43 responden, berdasarkan pada data demografi yang digunakan yakni

umur, jenis kelamin, media sosial yang digunakan, dan yang terakhir adalah lama

penggunaan media sosial.

59
60

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki laki 23 35,4 35,4 35,4
Perempuan 42 64,6 64,6 100,0
Total 65 100,0 100,0

4.1 Tabel Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa usia responden yakni dari mahasiswa

psikologi angkatan 2017 terdiri dari 23 responsen laki laki dengan presentase 35,4 %, dan

42 responden perempuan dengan presentase 64,6%.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid instagram 35 53,8 53,8 53,8
WhatsApp 18 27,7 27,7 81,5
Tik Tok 4 6,2 6,2 87,7
Lainnya 8 12,3 12,3 100,0
Total 65 100,0 100,0
4.2 Media Sosial Yang Digunakan

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa media sosial yang paling banyak digunakan

mahasiswa psikologi angkatan 2017 adalah Instagram yakni sebanyak 35 pengguna

dengan presentase 53,8%, kemudian diikuti oleh media sosial WhatsApp dengan

frekuensi sebanyak 18 pengguna dengan presentase 27,7%, Tik Tok dengan frekuensi

sebanyak 4 pengguna dengan presentasi 6,2%, dan yang terakhir adalah media sosial

lainnya dengan frekuensi sebanyak 8 pengguna dan mempunyai presentase sebesar

12.3%.
61

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18 1 1,5 1,5 1,5
19 3 4,6 4,6 6,2
20 24 36,9 36,9 43,1
21 31 47,7 47,7 90,8
22 2 3,1 3,1 93,8
23 2 3,1 3,1 96,9
24 2 3,1 3,1 100,0
Total 65 100,0 100,0

4.3 Tabel Usia

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rentang usia dari mahasiswa psikologi

angkatan 2017 adalah 18-24 tahun dengan usia terbanyak yakni usia 21 tahun sebanyak

31 orang dengan presentase sebesar 47,7%, diikuti oleh responden dengan usia 20 tahun

yakni sebanyak 24 orang dengan presentase sebesar 36,9%.

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 jam secara intens 31 47,7 47,7 47,7
1-2 jam 8 12,3 12,3 60,0
3-4 jam 14 21,5 21,5 81,5
5-7 jam 9 13,8 13,8 95,4
>7jam 3 4,6 4,6 100,0
Total 65 100,0 100,0
4.4 Tabel Intensitas Penggunaan Media Sosial

Berdasarkan tabel 4.4, responden yang mempunyai intensitas penggunaan media

sosial lebih dari 7 jam akan tetapi tidak secara intens adalah sebesar 4,6 %, pengguna
62

media sosial selama 1 jam secara intens sebesar 47,7%, pengguna media sosial selama

1-2 jam tidak secara intens dengan jumlah presentase 12,3%, pengguna media sosial

selama 3-4 tidak secara intens dengan jumlah presentase 21,5 %, pengguna media sosial

selama 5-7 jam tidak secara intens dengan jumlah presentase 13,8 %.

4.1.2 Uji Normalitas

Grafik 4.1 Hasil Normalitas

Berdasarkan grafik 4.1, gambar hasil pengujian diatas menggambarkan bahwa

titik berkumpul diantara garis diagonal, maka bisa dikatakan bahwa nilai residual

berdistribusi normal.
63

4.1.3 Uji Linearitas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Social Meondia Addicti * Between Groups (Combined) 270,125 15 20,779 6,771 ,000
FoMO Linearity 197,130 1 197,130 64,239 ,000
Deviation from Linearity 72,995 14 6,083 1,982 ,065
Within Groups 88,992 49 3,069
Total 359,116 64
Tabel 4.5 Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan tabel 4.4, uji linearitas diketahui nilai Sig.deviation from linearity sebesar 0,065 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang linear antara Fear of Missing Out dan Social Media Addicti
64

4.1.4 Uji Regresi Sederhana

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1Regression 197,130 1 197,130 49,895 ,000b
Residual 161,986 63 3,951
Total 359,116 64
a. Dependent Variable: Social Media Addiction
b. Predictors: (Constant), FoMO
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Sederhana

Berdasarkan tabel 4.5, uji regresi dapat diketahui bahwa nilai Fhitung = 49,895

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk

memprediksi variabel Fear of Missing Out dan Social Media Addiction, atau dengan kata

lain adanya kontribusi Fear of Missing Out (X) terhadap Social Media Addiction (Y) pada

mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2017 di Universitas Jendral Achmad Yani.

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1(Constant) 4,481 2,107 2,127 ,040
FoMO ,449 ,064 ,741 7,064 ,000
a. Dependent Variable: Social Media Addiction

Tabel 4.7 Persamaan Regresi

Dari output diatas, didapatkan nilai constant (a) sebesar 4,481, sedangkan nilai

FoMO (b) sebesar 0,449, sehingga persamaan regresinya sebagai berikut:


65

Diketahui bahwa rumus persamaan regresi sederhana yakni Y^ = a + bX maka

berdasarkan tabel 4.6, dapat disimpulkan persamaan regresi sederhana yaitu Y^ = 4,481

+ 0,449.

a = 4,481 memiliki arti bahwa apabila variabel Fear of Missing Out sama dengan 0,
maka nilai Social Media Addiction diprediksikan sebesar 4,481.
b = 0,449 memiliki arti apabila variabel Fear of Missing Out (X) mengalami
peningkatan sebesar satu satu satuan, maka nilai dari variabel Social Media
Addiction (Y) diprediksikan akan mengalami peningkatan sebesar 0,499.

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 ,741a ,549 ,538 1,988
a. Predictors: (Constant), FoMO

Tabel 4.8 Besarnya Pengaruh X Terhadap Y


Berdasarkan tabel 4,7 diketahui bahwa nilai R (korelasi) sebesar 0,741 maka dapat

diartikan hubungan variabel Fear of Missing Out (X) terhadap Social Media Addiction

(Y) kuat.

Dari output tersebut diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,549, yang

mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas (Fear of Missing Out) terhadap

variabel terikat adalah sebesar 54,9% atau dalam regresi sedang.


66

4.1.5 Uji Hipotesis

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1Regression 197,130 1 197,130 49,895 ,000b
Residual 161,986 63 3,951
Total 359,116 64
a. Dependent Variable: Social Media Addiction
b. Predictors: (Constant), FoMO
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis

Dari output diatas diketahui nilai F hitung 49,895. Nilai ini menjadi hasil uji

statistik yang akan dibandingkan dengan nilai F dari Tabel dimana a=0,05 df= 1

dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,5, artinya F hitung (49,895) > F Tabel (3,99) maka

H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti adanya pengaruh signifikan antara Fear of

Missing Out dengan Social Media Addiction.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kontribusi Fear of Missing Out Terhadap Social Media Addiction

Hasil penelitian mengenai kontribusi FoMO terhadap Social Media Addiction

menunjukan bahwa dalam tabel 4.5 setelah diuji dengan menggunakan analisa regresi

diketahui bahwa nilai regresi mempunyai signifikansi sebesar 0,000. Yang artinya 0,000

memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka berdasarkan hal tersebut model

regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel FoMO dan SMA.

Kemudian dalam tabel model summary regresi 4,7 yaitu untuk melihat seberapa

besar kontribusi FoMO terhadap Social Media Addiction, dari nilai yang dihasilkan dalam
67

tabel tersebut telah diketahui bahwa besarnya hubungan (R) 0,741 maka dapat diartikan

hubungan variabel Fear of Missing Out (X) terhadap Social Media Addiction (Y) kuat.

Kemudian diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,549, yang mengandung

pengertian bahwa pengaruh variabel bebas (Fear of Missing Out) terhadap variabel terikat

(Social Media Addiction) adalah sebesar 54,9%. Jika dilihat dalam kategorisasi kontribusi

maka besarnya kontribusi dalam kategori sedang. Karena sifat kontribusinya sedang,

artinya masih terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengerahui kontribusi Fear of

Missing Out terhadap Social Media Addiction.

Dalam hipotesa penelitian telah disebutkan apabila H0 > 0,5 maka dikatakan

bahwa FoMO tidak memiliki kontribusi terhadap Social Media Addiction. Sedangkan jika

H1 < 0,5 maka terdapat kontribusi Fear of Missing Out terhadap Social Media Addiction.

Berdasarkan tabel 4,8, diketahui bahwa F hitung 49,895 dengan nilai signifikansi 0,000

< 0,5, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti adanya pengaruh signifikan antara

Fear of Missing Out terhadap Social Media Addiction.

Hasil tersebut menjelaskan bahwa kontribusi fear of missing out terhadap social

media addiction pada Mahasiswa angkatan 2017 fakultas psikologi Unjani sudah cukup

baik dalam kategori sedang. Saat responden merasa takut untuk ketinggalan informasi,

mereka akan secara terus menerus meningkatkan penggunaan media sosial secara

berkala. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Fuster (2017) yang

mengatakan bahwa mengakses jejaring sosial melalui ponsel menghadirkan perilaku

adiktif dan sangat berkorelasi dengan Fear of Missing Out.


68

Terdapatnya kontribusi Fear of Missing Out terhadap Social Media Addiction

pada mahasiswa angkatan 2017 fakultas psikologi Unjani juga diperkuat dengan data

demografi yang diperoleh. Tabel 4,3, yang menjelaskan faktor usia, dimana usia 20 dan

21 tahun yang paling mendominasi dalam hasil kontribusi Fear of Missing Out terhadap

Social Media Addiction dengan presentase 36,9% dan 47,7%. Hal ini selaras dengan

penelitian yang dilakukan oleh Blackwell (2017) yang mengatakan bahwa remaja akhir

rentan mempunyai indikasi yang tinggi memiliki resiko FoMO dan adiksi. Dan juga

selaras dengan apa yang dikatakan Przybylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell (dalam

Dossey, 2014) menemukan beberapa fakta mengenai Fear of Missing Out (FoMO)

diantaranya adalah merupakan kekuatan pendorong dibalik penggunaan internet dan

media sosial khususnya, tingkat Fear of Missing Out (FoMO) tertinggi dialami oleh

remaja dan dewasa awal (emerging adulthood), rendahnya kepuasaan dalam hidup dapat

mendorong Fear of Missing Out (FoMO) yang tinggi dan Fear of Missing Out (FoMO)

yang tinggi disebabkan karena terlalu sering mengakses internet ketika sedang menjalani

aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi maupun sedang

belajar didalam kelas.

Pada tabel 4.2 menjelaskan bahwa jenis media yang paling berkontribusi terhadap

Fear of Missing Out dan Social Media Addiction adalah Instagram yang mempunyai nilai

presentase 53,8% kemudian media sosial WhatsApp yang memiliki presentase sebesar

27,7%, hal ini terkait dengan aspek aspek yang terdapat dalam Fear of Missing Out

dimana responden terdorong untuk terus membagikan status di media sosial (update
69

status) setiap kali mereka bersenang senang atau memiliki momen tertentu, ataupun

keinginan untuk terus terhubung dengan orang lain atau teman mereka sendiri. Sehigga

memunculkan perilaku untuk menggunakan media sosial lagi dan lagi. Hal itu selaras

dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Andreassen (2015) Social Media Addiction

sebagai perilaku terlalu peduli dengan media sosial dan mencurahkan begitu banyak

waktu dan upaya untuk media sosial, sehingga merusak kegiatan sosial lainnya,

studi/pekerjaan, hubungan antar pribadi, dan/atau kesehatan psikologis dan

kesejahteraan.

Berdasarkan uraian tersebut maka bisa diperkuat dengan keterangan pada tabel

4,4, yang memiliki arti bahwa responden memiliki dorongan untuk menggunakan media

sosial lagi dan lagi, dan terdorong untuk menggunakan media sosial untuk mengetahui

informasi apa yang sedang terjadi atau untuk melupakan masalah pribadi. Dalam tabel

4,4, disebutkan bahwa 47,7% responden menggunakan sosial media selama 1 jam secara

intens.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

kontribusi fear of missing out terhadap social media addiction pada mahasiswa angkatan

2017 fakultas psikologi Unjani, maka kesimpulan yang dapat peneliti ambil diantaranya:

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka terdapatnya kontribusi Fear of

Missing Out terhadap Social Media Addiction yakni sebesar 54,9% yang mana dalam

kategori sedang, yang terjadi pada mahasiswa angkatan 2017 fakultas psikologi

Unjani. Karena tingkat kontribusinya sedang artinya terdapat faktor lain yang

mempengaruhi atau berkontribusi terhadap Social Media Addiction selain FoMO

2. Semakin besar FoMO maka semakin besar kontribusinya terhadap Social Media

Addiction. Artinya semakin besar tingkat FoMO dari mahasiswa angkatan 2017

fakultas psikologi Unjani maka akan semakin besar tingkat Social Media Addiction-

nya.

5.2 Saran

Adapun yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Perlu adanya kontrol terhadap penggunaan media sosial berlebih, seperti

untuk membuat schedule pembelajaran mandiri untuk mengontrol tingkat

penggunaan media sosial. Terlebih lagi bila hal itu sudah mengganggu

70
71

aktifitas akademik yang bersangkutan. Aktivitas penggunaan media sosial

secara terkontrol akan membuat seseorang lebih bijak dalam menggunakan

media sosial, dan juga tidak terjadinya keinginan untuk terus terhubung di

media sosial.

2. Mahasiswa angkatan 2017 diharapkan agar leabih meningkatkan kesadaran

mengenai penggunaan media sosial dalam segala situasi. Seperti berhenti

sejenak dalam penggunaan media sosial apabila sedang berada dalam kegiatan

belajar dan mengajar.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih mencermati variabel atau faktor

lain yang dapat mempengaruhi Social Meddia Addiction. Juga dalam segi

sampel diharapkan dalam menggunakan sampel yang lebih banyak,

dikarenakan akan semakin terlihat jelas kontribusinya.

71
DAFTAR PUSTAKA

Alt, D. 2015. “College students academic motivation, media engagement and fear
of missing out”. Computers in Human Behavior, 49, 111-119.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.02.057

Andreassen, C. S. et. all. 2016. “The relationship between addictive use of social
media and video games and symptoms of psychiatric disorders: A large-scale
crosssectional study”. Psychology of Addictive Behaviors, 30(2), 252.

Andreassen, C. S. 2015. “Online social network site addiction: A comprehensive


review”. Current Addiction Reports, 2(2), 175-184.

Andreas, Kaplan M., Haenlein Michael 2010. "Users of the world, unite! The challenges
and opportunities of social media". Business Horizons 53 (1). p. 61.

APJII, & PUSKAKOM UI. 2015. Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. Jakarta:
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.
Abel, J. P., Nut, B., & Buf, C. L. (2016). Social Media and the Fear of Missing Out:
Scale Development and Assessment. Journal of Business & Economics
Research – First Quarter 2016 Volume 14, Number 1, 1-12.

Alt, D. (2016). Students’ Wellbeing, Fear of Missing out, and Social Media
Engagement for Leisure in Higher Education. Curr Psychol, 1-11.

Blackwell, D., & Leaman, C. (2017). Extraversion, neuroticism, attachment style and
fear of missing out as predictors of social media use and addiction. Personality
and Individual Differences 116 (2017) 69–72, 69-72.
Brogan, C. 2010. Social media 101: Tactics and tips to develop your business
online. John Wiley & Sons.

xii
xiii

Blackwell, D., & Leaman, C. (2017). Extraversion, neuroticism, attachment style and
fear of missing out as predictors of social media use and addiction. Personality
and Individual Differences 116 (2017) 69–72, 69-72.
Dan Zarella. 2010. The Social Media Marketing Book. Oreilly Media. USA

Franchina, V., Abeele, M. V., antonius, & Coco, G. l. (2018). Fear of Missing Out as a
Predictor of Problematic Social Media Use and Phubbing Behavior among
Flemish Adolescents. International Journal of Environmental Research, 1-18.

Fuster, H., Chamarro, A., & Oberst, U. (2017). Fear of Missing Out, online social
networking and mobile phone addiction: A latent profile approach. Revista de
Psicologia, Ciències de l’Educació i de l’Esport ISSN: 1138-3194 Copyright ©
2017, 1-23.
Grhiffiths. (2017). Social Networking Addiction, Attachment Style. Journal of
Behavioral Addictions DOI: 10.1556/2006.6.2017.023.
Hartaji, Damar A. (2012). Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa yang Berkuliah
Dengan Jurusan Pilihan Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Hetz, P. R., Dawson, C. L., & Theresa , C. A. (2015). Social Media Use and the Fear of
Missing Out(FoMO) While Studying Abroad. ournal of Research on
Technology in Education, SSN: 1539-1523 (Print) 1945-0818 (Online) Journal
homepage: http://www.tandfonline.com/loi/ujrt20.
Jong, D., & Rompay, V. (2017). Fighting FoMO : A study on implications for solving
the phenomenon of the fear of missing out. communication science - Marketing
communication, 1-56.
Milyavskaya, M. M., & Koestner, R. (2018). Fear of missing out: prevalence, dynamics,
and consequences of experiencing FOMO. Motivation and Emotion, 1-13.
Przybylski, A. K. (2013). Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of
missing out. Com puters in Human Behavior, 1841–1848.
Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, & R. D. (2008). Human Development (terjemahan
A. K. Anwar). Jakarta: Prenada Media Group.
Papalia, E. D. (2009). Human Development : Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba
Humanika.

xiii
xiv

Rice, P. F., Dolgin, G. K. 2008. The Adolescent: Development, Relationships, and


Culture. Twelfth Edition. Pearson education. USA. (Hal 267-277)
Santrock, W. J. (2003). Life span development : Perkembangan masa hidup. Jakarta :
Erlangga
Sianipar, N. A., & Kaloeti, D. V. (2019, Januari). HUBUNGAN ANTARA REGULASI
DIRI DENGAN FEAR OF MISSING OUT (FoMO) PADA MAHASISWA
TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
DIPONEGORO. Jurnal Empati, Volume 8, Nomor 1, Januari 2019, Halaman
136-143, 136-143.
Subathra, V., Nimisha & Hakeem, 2013. A Study on the Level of Social Network
Addiction Among College Students. Indian Journal Of Applied Research,
pp.355-57.
Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Syamsu Yusuf.(2002). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung. Remaja
Rosdakarya.

xiv
DAFTAR WEB

We Are Social Indonesia. 2017. Digital in 2017 Global Overview.

Datareportal.com. Dikutip Mei 9, 2020. https://datareportal.com/reports/digital

2017-indonesia.

We Are Social Indonesia. 2018. Digital in 2018 Global Overview.

Datareportal.com. Dikutip Mei 9, 2020. https://datareportal.com/reports/digital

2018-indonesia.

We Are Social Indonesia. 2019. Digital in 2019 Global Overview.

Datareportal.com. Dikutip Mei 9, 2020. https://datareportal.com/reports/digital-

2019-indonesia.

Kurniawan. (3 Mei 2020). Pengertian Mahasiswa Menurut Para Ahli Dan

Fungsinya.. Dikutip 4 Agustus 2020. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-

mahasiswa/.

xv
LAMPIRAN

xvi
Skoring Fear Of Missing Out

Jenis Total
Nama Kelamin item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 Skor
AI Pria 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 28
RS Wanita 1 3 2 2 1 2 1 1 2 3 18
Ks Wanita 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 33
W Wanita 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 31
Sarah Wanita 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 29
Rima Wanita 1 2 2 1 1 2 1 1 3 2 16
MAL Wanita 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 37
NFR Wanita 5 1 3 4 4 3 2 3 1 2 28
AF Wanita 4 3 3 3 3 3 2 5 3 3 32
Wan Pria 4 4 5 3 3 3 2 5 3 3 35
Sheila Wanita 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 35
L Wanita 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 31
DSA Wanita 3 4 3 4 2 2 4 4 3 1 30
p Wanita 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 29
V Wanita 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 35
Anl Wanita 4 4 3 3 3 3 4 5 2 3 34
M Wanita 4 4 4 3 4 4 4 5 2 3 37
A Wanita 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 37
RM Pria 4 3 3 2 2 2 2 1 2 4 25
Kw Wanita 1 3 1 2 2 3 4 3 5 3 27
FFR Wanita 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32
RXA Wanita 3 3 3 3 2 3 3 2 4 4 30
GT Pria 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
PMA Pria 2 3 4 1 1 2 2 2 4 4 25
Ajeng Triani Putri Wanita 4 4 3 3 3 4 3 3 2 2 31
Ydc Pria 4 5 5 5 2 3 4 4 4 2 38
ad Pria 4 3 4 3 4 3 3 4 4 2 34
sarah Wanita 4 2 3 3 3 3 3 4 2 2 29
shaffa Wanita 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 32
SNH Wanita 1 4 2 3 2 3 1 3 2 4 25
winda Wanita 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 31
gita Wanita 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 32
DA Wanita 4 3 3 3 3 3 4 5 2 2 32
Amalia Wanita 4 4 3 4 3 2 2 4 3 3 32
KH Wanita 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 32
Adhi Pria 2 3 2 4 3 1 3 4 2 4 28
firda Wanita 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22
bunga Wanita 4 3 4 3 4 2 2 2 2 2 28
MA Pria 2 2 1 2 1 3 2 4 4 3 24
putri Wanita 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 32
FFR Wanita 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22
Nu Wanita 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 32
I Pria 3 4 2 5 5 3 3 3 3 3 34
Rully Pria 4 2 2 2 3 3 3 1 2 2 24
YFR Pria 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3 32
Radja Pria 4 3 3 3 4 5 2 1 3 1 29
V Pria 2 2 1 3 5 3 3 2 1 4 26
AL Pria 3 4 3 4 5 2 2 4 3 2 32
Deni Pria 1 2 3 3 5 4 4 2 3 2 29
OWL Wanita 4 5 3 4 4 3 4 3 3 2 35
SM Wanita 3 3 3 4 5 4 4 3 3 3 35
TG Pria 2 3 2 2 5 4 3 4 3 3 31
SR Wanita 4 5 4 3 5 3 4 4 2 5 39
NAD Wanita 3 4 3 3 3 4 3 4 5 5 37
Satrio Pria 4 3 3 4 4 2 2 3 4 3 32
IM Pria 3 3 3 4 5 5 5 4 3 3 38
M Pria 5 3 3 4 5 5 3 3 3 2 36
Yasmin Wanita 2 3 4 5 5 3 4 4 4 3 37
P Wanita 3 3 4 3 5 3 4 4 4 3 36
FZ Pria 3 3 2 3 4 4 4 3 3 2 31
R Wanita 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 35
Ar Wanita 4 4 5 5 5 3 5 5 4 5 45
Feb Wanita 3 4 3 4 5 3 3 4 3 2 34
Maulana Pria 5 5 3 3 5 3 3 3 4 3 37
MFN Pria 3 4 3 4 4 4 3 4 2 2 33

FoMO Sangat Tinggi > 30


FoMO Sedang 23 - 29
Beresiko FoMO 15 - 22
Tidak ada FoMO 0 - 14
Skoring Social Media Addiction

Total
Nama Jenis Kelamin item11 item12 item13 item14 item15 item16 Skor
AI Pria 3 3 4 3 2 2 17
RS Wanita 3 3 3 4 2 3 18
Ks Wanita 3 4 4 4 3 2 20
W Wanita 3 4 4 3 3 4 21
Sarah Wanita 2 3 4 3 3 4 19
Rima Wanita 1 1 2 2 3 2 11
MAL Wanita 3 3 4 4 4 4 22
NFR Wanita 4 3 3 3 2 3 18
AF Wanita 4 3 4 3 4 4 22
Wan Pria 4 4 4 4 5 2 23
Sheila Wanita 4 3 3 2 5 3 20
L Wanita 4 4 3 4 3 3 21
DSA Wanita 4 3 4 4 4 4 23
p Wanita 2 3 3 3 2 3 16
V Wanita 2 3 4 4 3 4 20
Anl Wanita 4 4 3 4 4 3 22
M Wanita 4 4 4 5 3 4 24
A Wanita 3 3 3 4 3 3 19
RM Pria 3 3 3 3 4 2 18
Kw Wanita 5 5 4 5 4 2 25
FFR Wanita 4 3 3 3 3 2 18
RXA Wanita 3 3 3 4 3 2 18
GT Pria 4 4 3 3 3 2 19
PMA Pria 3 4 2 2 4 3 18
Ajeng Triani
Putri Wanita 3 3 3 2 3 3 17
Ydc Pria 4 4 4 2 2 4 20
ad Pria 3 3 3 2 3 3 17
sarah Wanita 2 3 4 2 2 4 17
shaffa Wanita 3 4 3 4 3 3 20
SNH Wanita 3 4 2 4 4 4 21
winda Wanita 3 4 3 4 2 3 19
gita Wanita 3 3 3 3 3 3 18
DA Wanita 4 4 3 4 2 3 20
Amalia Wanita 3 3 3 2 4 3 18
KH Wanita 5 4 2 3 3 3 20
Adhi Pria 4 4 2 4 4 3 21
firda Wanita 2 2 2 2 2 2 12
bunga Wanita 2 2 3 4 4 3 18
MA Pria 4 4 3 4 5 3 23
putri Wanita 4 3 3 4 4 3 21
FFR Wanita 2 2 2 2 2 2 12
Nu Wanita 3 4 3 4 3 3 20
I Pria 3 4 3 4 3 3 20
Rully Pria 3 2 3 3 2 3 16
YFR Pria 3 2 2 3 2 3 15
Radja Pria 2 4 4 3 5 4 22
V Pria 2 3 2 2 1 3 13
AL Pria 4 4 4 3 3 4 22
Deni Pria 5 4 3 4 4 5 25
OWL Wanita 4 5 4 5 3 5 26
SM Wanita 4 4 5 4 2 4 23
TG Pria 4 5 4 5 3 4 25
SR Wanita 4 3 4 4 3 3 21
NAD Wanita 4 4 3 4 3 4 22
Satrio Pria 4 5 4 5 4 4 26
IM Pria 4 4 3 4 3 4 22
M Pria 5 4 4 4 3 4 24
Yasmin Wanita 4 4 4 5 4 5 26
P Wanita 4 4 5 4 4 4 25
FZ Pria 3 3 4 4 4 5 23
R Wanita 4 4 3 4 4 5 24
Ar Wanita 3 4 3 5 2 5 22
Feb Wanita 4 5 4 5 4 5 27
Maulana Pria 4 5 3 4 4 5 25
Mfn Pria 3 4 5 5 1 4 22

Adiksi 19 - 30
Tidak Adiksi 6 -18
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas FoMO
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas BSMAS
Social Media Addiction

No Aspek Pernyataan 1 2 3 4 5

1. Saliance Seberapa sering anda

berencana

menghabiskan waktu

menggunakan media

sosial.

2 Tolerance Seberapa sering anda

terdorong menggunakan

media sosial lagi dan

lagi.

3. Mood Seberapa sering anda

modification menggunakan media

sosial untuk melupakan

maslah pribadi.

4 Relapse Seberapa sering anda

mencoba untuk berhenti

menggunakan media

sosial, tapi tidak

berhasil.
5 Withdrawal Seberapa sering anda

Syptoms cemas atau gelisah jika

Anda dilarang

menggunakan media

sosial.

6 Conflict Seberapa sering anda

menggunakan media

sosial sampai

mengganggu studi dan

pekerjaan.
Fear of Missing Out

No Aspek Indikator Pernyataan 1 2 3 4 5

1 Tidak Cemas akan Saya takut orang lain

Terpenuhinya pengalaman dan memiliki lebih

kebutuhan apa yang dilakukan pengalaman

psikologis akan teman/orang lain berharga daripada

Relatedness. lebih baik dari diri saya.

individu Saya takut teman

saya memiliki

pengalaman lebih

berharga daripada

saya.

Cemas akan Saya khawatir ketika

pengalaman dan menemukan teman


apa yang dilakukan saya sedang

teman/orang lain bersenang senang

ketika tidak ada tanpa saya.

individu Saya menjadi cemas

ketika saya tidak

tahu apa yang

sedang dilakukan

teman saya

Sangat penting bagi

saya untuk

memahami teman

teman saya, walau

mengenai obrolan

tentang lelucon.
Saya sangat

terganggu ketka saya

ketika saya

kehilangan

kesempatan untk

bertemu dengan

teman teman.

Saya sangat kecewa

ketika tidak bisa

menghadiri janji

untuk berkumpul

dengan teman teman.

2 Tidak Merasa terlalu lama Terkadang saya

Terpenuhinya mencari tahu apa selalu berfikir

kebutuhan yang sedang terjadi apakah saya terlalu


psikologis dengan teman menghabiskan waktu

competence didunia maya saya untuk

mengikuti trend

yang sedang terjadi

3 Tidak Tetap update untuk Ketika saya sedang

Terpenuhinya memberitahukan bersenang senang

kebutuhan kabar diri sendiri penting bagi saya

psikologis ke dunia maya untuk membagikan

autonomy status di media sosial

(Update status).

Ketika saya sedang

berlibur, saya terus

mengawasi apa yang

dilakukan teman

saya.
Perizinan Menggunakan Alat Ukur FoMO
Perizinan Menggunakan Alat Ukur BSMAS
Perizinan Menggunakan Validitas dan Reliabilitas
Penelitian Syifa Khairunnisa
Matriks Revisi Seminar

Dosen Penguji 1 : Ibu Afini Freudewi M,Psi.

No Muatan Revisi Hasil Revisi

1 Judul terbalik Sudah diperbaiki bisa dilihat di halaman


paling depan Fear of Missing Out sudah
menjadi variabel dependen dan Social
Media Addiction menjadi variabel
independen.

2 Judul untuk penelitian kontibusi Sudah diperbaiki di judul yang tertera di


harus menggunakan kata cover maupun bab 1
“Terhadap”

3 Kaya gimana prediktor itu Prediktor itu adalah variabel yang apat
seberapa besar kontribusinya? dimanipulasi untuk mempengaruhi variabel
independen, sudah dijelaskan di bab 2 di
pembahasan FoMO

4 Penjabaran data awal semuanya Sudah diperbaiki di LBM


dijabarin

5 Konisten di karakteristik Sudah diperbaiki di bab 2 yang memuat


perkembangan jangan mengenai tugas perkembangan remaja akhir
diceritakan langsung ke secara sfesifik merujuk pada teori Santrock
mahasiswa sebelum menjelaskan mahasiswa

6 Nanya harus ke orang yang Sudah diperbaiki di LBM peneliti


sama melakukan wawancara dengan orang yang
sama setelah melakukan penyebaran data
awal menggunakan google form

7 Manfaat penelitian lebih di Sudah diperbaiki di bab 1 mengenai


spesifikan manfaat penelitian yang tadinya terlalu luas
yakni ke masyarakat, menjadi lebih khusus
ke mahasiswa secara umum dan mahasiswa
yang terkait didalam penelitian dan bagi
sumbangsih terhadap ilmu psikologi
khususnya mengenai varabel FoMO dan
Socia media addiction
8 Keluaran adiksi seperti apa Untuk keluaran adiksi sudah tercantum di
bab 2 dan 3

9 Teknik penga,bilan sampel gak Sudah diperbaiki di bab 3 yang tadinya


bertingkat statified random sampling menjadi
acidental

10 Lengkapin pengolahan data Sudah dilengkapi dengan pengujian


hipotesis, analisa regresi serta validitas dan
reliabilitas

Dosen Penguji2 : Ibu Linda ErnawatiM,Psi.

No Muatan Revisi Muatan Hasil Revisi

1 Pelagianism Hal itu karena peneiti melakukan


kesalahan dengan adanya typo pada
sampel puspen terhadap mahasiswa
kesehatan lingkungan, dan sudah
diperbaiki semuanya.

2 Cek IV DP Sudah diperbaiki di cover, bab 1, bab 3

3 Lakukan meta analisa Sudah diperbaiki, kelebihan dari


penelitian ini adalah dalam segi demografi
yang secara spesifik memperhitungkan
usia, jenis kelamin, media sosial yang
digunakan, lama menggunakan media
sosial, serta segi subjek yang spesifik di
suatu angkatan. Penelitian sebelumnya
terlalu luas subjeknya.

4 Konsisten kajian jurnal Sudah diperbaiki di bab 1 dan 2 peneliti


merujuk pada kajian jurnal sebelumnya
yang mengarah ke penelitian Anndaersen
dan Przybliski

5 Kenapa angkatan 2017 jelaskan Sudah direvisi di bab 1 bagian latar


lebih jelas belakang masalah, identifikasi masalah
sama kerangka pikir
6 Kerangka berpikir tidak repetisi Sudah diperbaiki di kerangka pikir yang
sebelumnya banyak merepetisi kalimat di
identifikasi masalah

7 Hipotesa statistik Sudah dicantumkan di BAB 3

8 Tambahin data demografi Sudah ditambahkan yang tadinya hanya


usia ditambahkan jenis kelamin, media
sosial yang digunakan, lama penggunaan
media sosial.

9 Kenapa di validitas ada kefisien Sudah diperbaiki di bab 3 dengan


regresi, seharusnya itu berbeda menghapus tabel regresi di validitas dan
dan dipisahkan dipindahkan ke sub bab analisa regresi.

10 Judulnya menarik tapi tambahin Belum direvisi


alasan ilmiah agar meminat
pembaca.

11 Apakah angkatan 2017 semuanya sudah direvisi dengan lebih memfokuskan


memiliki kecenderungan FoMO apa yang sedikit terlihat di data awal
dengan menggunakan purpossive
sampling

Pembahas 1 : Fauzan Dimas

No Muatan Revisi/Pertanyaan Jawaban

1 Kenapa tidak mencoba populasi Salah satu faktornya adalah jika populasi
yang lebih luas lebih luas memang sangat baik bagi hasil
dari perhitungan kontribusinya, semakn
banyak dan bervariasi sample semakin
terlihat kontribusi atau tidaknya, akan tetapi
itu sudah banyak dilakukan dalam
penelitian sebelumnya walaupun hanya
sebatas korelasi, akan tetapi yang menjadi
faktor utamanya adalah situasi dan kondisi
yang sukar dilakukan untuk saat ini
mengingat tidak kondusifnya semua elemen
dalam menghadapi bencana covid-19, dan
peneliti banyak melihat anak anak 2017
yang bermain sosial media saat pelajaran
berlangsung,terlebih itu terjadi di fakultas
psikologi, akhirnya peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut dengan penelitian
ini.

2 Jika bab 1 menggunakan teori Hal itu karena alat ukur baku yang peneliti
Andreasson maka di bab 3 harus gunakan untuk mengukur kontribusi FoMO
konsisten. dan S.M.A adalah alat ukur yang
dikembangkan Andreasson yang awalnya
hanya fokus ke salahsatu media sosial
facebook menjadi lebih umum
menggunakan BSMAS, dan Andreasson
sendiri mengukur aspek S.M.A dari
Grffiths. Maka dari tiu Do yang digunakan
peneliti adalah Do yang dikemukakan
Griffiths dan menggunakan alat ukur
BSMAS dari Andreasson. Dan rata rata
penelitian sebelumnya menggunakan
metode yang serupa.

Pembahas 2 : Tri Ajinoto

No Muatan Revisi/Pertanyaan Muatan Hasil Revisi/Jawaban

1 Masih terdapat banyak kata puspen Sudah diperbaiki secara keseluruhan di


seharusnya up bab 1,2,dan 3

2 Fomo ga dicetak miring? Melihat dari penulisan singkatan FoMO


dari jurnal dan skripsi sebelumnya tidak
di cetak miring terkecuali ditulis secara
utuh, untuk kalimat berbahasa inggris
dicetak miring.

3 Google Form jadi Goofel Chrome? Itu adalah salah satu typo pas meng input
di power point, di draft gaada sudah
benar
4 Hipotesa statistik? Sudah ditambahkan di bab 3

Anda mungkin juga menyukai