Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN METODE PENELITIAN KUALITATIF B

GAMBARAN PROKASTINASI AKADEMIK SELAMA PEMBELAJARAN


DARING SAAT PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA SEMESTER 5
PRODI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ANDALAS

Dosen Pengampu:
Dr. Rozi Sastra Purna, M. Psi., Psikolog
Yantri Maputra. M.Ed, PhD

Disusun Oleh:
Maharani Syarifah Syafe’i
1910322005
Metode Penelitian Kualitatif Kelas B

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

i
2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr, wb

Puji syukur atas rahmat dan karunia dari Allah SWT yang telah dilimpahkan
kepada penulis, serta shalawat beriringan salam untuk Rasulullah SAW yang telah
membuka jalan bagi kita semua untuk mendalami ilmu pengetahuan. Sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Peran Peer Groups pada Wanita
Dewasa Awal Dalam Memilih Pasangan”, ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah semester 5 yaitu Metode Penelitian Kualitatif di Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada segala pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, kepada
Bapak Yantri Maputra, M.Ed., PhD dan Bapak Dr. Rozi Sastra Purna, M. Psi., Psikolog
selaku dosen pembimbing mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif.

Penulis menyadari bahwa ada kekurangan di dalam proposal penelitian ini. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kedepannya
penulis dapat memperbaiki proposal penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Demikian
proposal penelitian ini dibuat, semoga penelitian ini bisa bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan penulis dan pembaca.

Wassalammu’alaikum wr. wb

Padang, 13 November 2021

ii
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................................6

2.1 Prokrastinasi.........................................................................................................................6

2.1.1 Aspek Prokrastinasi.......................................................................................................7

2.1.2 Faktor-Faktor Prokrastinasi...........................................................................................8

2.2 Pengertian Pembelajaran Daring...........................................................................................9

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................................10

3.1 Desain Penelitian................................................................................................................10

3.2 Informan Penelitian............................................................................................................10

3.2.1 Karakteristik Penelitian................................................................................................10

3.2.2 Prosedur Pengambilan Informan Penelitian.................................................................11

3.3. Metode Pengambilan Data.................................................................................................11

3.4 Alat Pengumpul Data..........................................................................................................12

3.5 Prosedur Penelitian.................................................................Error! Bookmark not defined.


iii
3.5.1 Tahap Awal penelitian.................................................................................................13

3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian......................................................................................14

3.6 Prosedur Analisis Data............................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus


tantangan. Bagaimana tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang dipikul mahasiswa
begitu besar. Sering kali kita mendengar mahasiswa sebagai agent of change, agen
perubahan dalam menjalani rentetan kehidupan sebagai pelajar perguruan tinggi.
Mereka harus berpikiran kritis dan berani menyatakan fakta serta realita yang ada.
Mahasiswa juga harus berwawasan yang luas dalam mengatasi permasalahan atau
berbagai peristiwa yang memiliki kaitan besar pada perkembangan serta kemajuan
bangsa dan negara. Peran kampus juga sangat penting, bukan hanya sebagai wadah
pemapar ilmu, teori, dan praktik akademik kepada mahasiswa namun juga mengasah
otak-otak muda mahasiswa untuk memiliki pemikiran kritis dan bernalar tinggi.

Penalaran yang tinggi merangsang keinginan mahasiswa untuk mencari ilmu


pengetahuan setinggi-tingginya dan haus akan ilmu. Sering kali harapan dari tenaga
pendidik agar mahasiswa tidak hanya mengamini tuturan ceramah pengantar dari
dosen, namun juga diharapkan dapat mencari informasi lainnya dari internet, televisi,
sosial media, dan berbagai platform yang amat bervariasa pada abad saat ini.
Banyaknya media pembelajaran ini diharapkan dapat digunakan sebagaimana
mestinya dan dapat memuaskan rasa haus akan keingin tahuan mahasiswa.

Mahasiswa harus mampu memanfaatkan seluruh media untuk menunjang


pembelajarannya, terutama dikondisi pandemic seperti sekarang ini yang harus
memaksa mahasiswa untuk dapat tetap belajar walaupun hanya melalui media
elektronik. Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda 215
negara di dunia, memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan,
khususnya Perguruan Tinggi. Untuk melawan Covid-19 Pemerintah telah melarang
untuk berkerumun, pembatasan sosial (social distancing) dan menjaga jarak fisik
(physical distancing), memakai masker dan selalu cuci tangan.

1
Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah telah melarang
perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka (konvensional) dan
memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau pembelajaran secara
daring (Surat Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun 2020). Perguruan tinggi
dituntun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran secara daring atau on line
(Firman, F., & Rahayu, S., 2020). Tidak sedikit universitas dengan cepat merespon
intruksi pemerintah, tidak terkecuali Universitas Andalas dengan mengeluarkan surat
instruksi tentang pencegahan penyebaran corona virus diesease (Covid-19) di
lingkungan Universitas Andalas

Pembelajaran online ini tak jarang menimbulkan masalah baru pada


mahasiswa, tidak hanya karena media pembelajaran saja tetapi juga terhadap tugas
pembelajaran yang diperoleh mahasiswa. Dengan pembelajaran online ini banyak
mahasiswa yang mengeluh sulit memahami materi pembelajaran karena sering
terkendala sinyal yang akhirnya dapat menurunkan semangat belajar dan motivasi
dalam mengerjakan tugas. Penelitian yang dilakukan oleh livana PH dkk (2020)
menunjukkan bahwa Tugas pembelajaran merupakan faktor utama penyebab stres
mahasiswa selama pandemi Covid-19. Stres mahasiswa semakin meningkat bisa jadi
karena ia tidak mampu memahami pembelajaran yang ada tetapi tetap dituntut untuk
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan yang akhirnya berujung kepada penundaan
tugas yang disebut dengan prokastinasi akademik.

Prokrastinasi sendiri bearti suatu keadaan dimana seseorang menunda-nunda


kegiatan yang dilakukannya pada tugas formal yang berhubungan dengan tugas
akademik (Ghufron, 2011:156). Solomon dan Rothblum (Ghufron, 2011:157)
menyebutkan terdapat enam area akademik untuk melihat jenis-jenis tugas yang
sering diprokrastinasi oleh pelajar diantaranya tugas mengarang, tugas belajar
menjelang ujian, tugas membaca, kinerja tugas administratif, menghadiri pertemuan
dan penundaan dalam kinerja akademik secara keseluruhan. Semakin sering mahasisa
tersebut mendapatkan tugas yang sulit maka cenderung tugas tersebut ditunda terlebih
dahulu.

2
Pada bidang akademik, kita sering melihat secara tidak langsung maupun
langsung perilaku prokrastinasi di kalangan mahasiswa. Terdapat beberapa indikator
penentu dari perilaku prokrastinasi yang dapat diamati melalui ciri-ciri berupa: 1)
Penundaan untuk memulai menyelesaikan tugas yang dihadapi; 2) Keterlambatan
dalam menyelesaikan tugas, karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan; 3)
Kesenjangan waktu antara rencana yang ditetapkan dan kinerja aktual; 4) Melakukan
aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus dikerjakan (seperti
ngobrol, nonton, mendengarkan musik, jalan-jalan, dll).

Tingginya tingkat prokrastinasi mahasiswa saat kuliah daring menimbulkan


dampak negatif bagi semua pihak, baik oleh mahasiswa yang bersangkutan maupun
oleh keluarga dan instansi tempatnya mengikuti perkuliahan. Selain hal-hal yang
telah dijelaskan diatas Milgram (Ghufron, 2011:153) mengungkapkan bahwa
prokrastinasi menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya
perasaan cemas dan panik. Prokrastinasi juga menyebabkan buruknya kinerja pada
individu dan menyebabkan hasil yang tidak memuaskan.

Berdasarkan penjabaran diatas mengenai fenomena perilaku prokastinasi ini,


penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola prokastinasi akademik pada
Mahasiswa Universitas Andalas selama Pembelajaran Daring saat pendemi Covid-19.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini ingin
mengetahui bagaimana gambaran pola perilaku prokastinasi mahasiswa pada
pembelajaran daring saat pemdemi covid-19?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari dilaksanakanya penelitian ini adalah untuk mengetahui Pola Perilaku
Prokastinasi Mahasiswa Pada Pembelajaran Daring saat pendemi Covid-19.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

3
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru terkait
dengan Pola Perilaku Prokastinasi Mahasiswa Pada Pembelajaran Daring
saat pendemi Covid-19.
b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi pada penelitian-
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Pola Perilaku
Prokastinasi Mahasiswa pada Pembelajaran Daring saat Pademi Covid-19

1.4.2 Manfaat Praktis


Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:
a. Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan
bagi penulis mengenai Pola Perilaku Prokratinasi Mahasiswa pada
Pembelajaran Daring saat Pandemi Covid-19
b. Penelitian ini dapat berguna bagi pihak yang terlibat seperti instansi terkait
maupun juga mahasiswa

1.5 Sistematika Penulisian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam
penelitian, antara lain mengenai definisi prokastinasi, factor-faktor penyebab
prokastinasi dll.

BAB III: METODE PENELITIAN

4
Bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang berisikan tentang metode
penelitian kualitatif, karakteristik sampel, metode pengumpulan data, alat bantu
pengumpulan data, responden penelitian dan prosedur penelitian

BAB IV: PEMBAHASAN

Bab ini berisi deskripsi data responden, analisa dan pembahasan data yang diperoleh
dari hasil wawancara yang dilakukan dan pembahasan data-data penelitian sesuai
dengan teori yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah
ditentukan sebelumnya.

BAB V: KESIMPULAN

Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan, diskusi dan saran-saran praktis sesuai
hasil dan masalah-masalah penelitian, serta saran-sarat metodologis untuk
penyempurnaan penelitian lanjutan.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Prokrastinasi
Menurut Tuckman dan Sexton (1989), prokrastinasi adalah kecendrungan
untuk menunda atau menghindari suatu aktivitas atau tugas oleh individu secara
sadar. Salah satu hal yang mendorong seseorang untuk melakukan prokrastinasi yaitu
karena adanya dukungan kognitif untuk menunda-nunda dalam menghadapi deadline
dengan menggunakan rasionalisasi pemikiran yang dapat membenarkan perilaku
penundaan (Tuckman, Abry, & Smith; 2002).

Berdasarkan Ghufron (2011, dalam Soegiyanto dkk, 2017) prokrastinasi


akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada bentuk tugas formal
berhubungan dengan tugas akademik. Selain itu, Solomin dan Rothblum (dalam
Soegiyanto dkk, 2017) menyatakan adanya enam area akademis yang sering
diprokrastinasi pelajar, diantaranya tugas mengarang, tugas belajar menjelang ujian,
tugas membaca, kinerja tugas administrative, menghadiri pertemuan dan penundaan
dalam kinerja akademik secara keseluruhan. Biasanya, tugas paling sulit akan
diprokrastinasi dan tugas yang lebih mudah akan dikerjakan terlebih dahulu.

Harriot dan Ferrari (1996, dalam Saman, 2017) kemudian membagi dua
bentuk dari prokrastinasi, yaitu:

a. Functional procrastination, merupakan penundaan mengerjakan tugas yang


bertujuan memperoleh informasi lebih lengkap serta akurat. Artinya, pada tahap
ini pelajar akan mengerjakan tugasnya apabila sudah mendapatkan informasi yang
cukup untuk menuntaskan penugasan yang diberikan.
b. Disfunctional procrastination, berupa penundaan yang tidak bertujuan, berakibat
buruk dan menimbulkan masalah.

Kemudian dixfuntional procrastination kembali dibagi dua oleh Harriot dan


Ferrari (1996, dalam Saman, 2017):

6
a. Decisional procrastination berupa penundaan dalam pengambilan keputusan.
Prokrastinasi ini berupa sebuah anteseden kognitif dalam menunda untuk
mulai melakukan suatu kerja dalam menghadapi situasi yang dipersepsikan
penuh stress. Jenis prokrastinasi ini terjadi karena gagal dalam
mengidentifikasi tugas sehingga menimbulkan konflik dalam individu dan
akhirnya menunda untuk memutuskan masalah. Jenis prokrastinasi ini
berhubungan dengan kelupaan, kegagalan proses kognitif, akan tetapi tidak
berkaitan dengan kurangnya tingkat inteligensi seseorang.
b. Avoidance procrastination atau behavioral procrastination yaitu penundaan
dalam perilaku yang terlihat. Penundaan dilakukan sebagai cara untuk
menghindari tugas yang dirasa tidak menyenangkan dan sulit untuk dilakukan.
Prokrastinasi dilakukan untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan
pekerjaan yang akan datang. Tipe prokrastinasi ini berhubungan dengan tipe
selfpresentation, kehendak untuk menjauhkan diri dari tugas sulit dan
menantang, serta impulsiveness.

2.1.1 Aspek Prokrastinasi


Menurut Tuckman (1990) terdapat 3 aspek prokrastinasi yaitu:

1. Tendency to delay or put off doing things/pembuang waktu. Ini merupakan


kecenderungan untuk membuang waktu secara sia-sia dalam menyelesaikan
tugas yang perlu diprioritaskan demi melakukan hal-hal lain yang kurang
penting.
2. Tendency to have difficulty doing unpleasant things and when possible to
avoid or circumvent the unpleasantness/kesulitan dan penghindaran dalam
melakukan sesuatu yang tidak disukai. Ini merupakan kecenderungan untuk
merasa berkeberatan mengerjakan hal-hal yang tidak disukai dalam tugas
yang harus dikerjakannya tersebut atau jika memungkinkan akan menghindari
hal-hal yang dianggap mendatangkan perasaan tidak menyenangkan.

7
3. Tendency to blame others for one’s own plight/menyalahkan orang lain.
Merupakan kecenderungan untuk menyalahkan pihak lain atas penderitaan
yang dialami diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang ditundanya.

2.1.2 Faktor-Faktor Prokrastinasi


Menurut Burka & Yuen (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi
dapat berasal dari luar diri individu (eksternal), dan juga berasal dari dalam diri
individu (internal). Faktor eksternal meliputi:

1. pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas.


2. pengalaman dalam suatu kelompok.
3. Model-model sukses maupun kegagalan.

Faktor internal meliputi:

1. Fear of Failure, adanya ketakutan akan terjadinya suatu kegagalan sehingga


menunda pekerjaan untuk menghindari rasa takut gagalnya
2. Fear of success, adanya ketakutan akan akibat yang mungkin didapat dari
keberhasilan yang dicapai.
3. Fear losing of the battle, menunda pekerjaan karena adanya rasa takut
terhadap penilaian yang akan diterima
4. Fear of attachment atau adanya ketakutan akan menjadi terkungkung,
terbatasi apabila individu membiarkan orang lain menjalin hubungan yang
dekat dengannya.
5. Fear of separation, Ketakutan akan perpisahan mencegah mereka untuk
memutuskan hubungan yang pada akhirnya mungkin menguntungkan mereka
sendiri.

Sedangkan Bernard (dalam Catrunada & Puspitawati, 2008)


mengungkapkan sepuluh wilayah magnetis yang menjadi faktor-faktor
dilakukannya prokrastinasi. Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) kecemasan
(Anxiety), (2) pencelaan terhadap diri sendiri (self-depreciation) atau pencelaan
terhadap diri sendiri, (3) rendahnya toleransi terhadap ketidaknyamanan (low
8
discomfort tolerance), (4) pencarian kesenangan atau kenyamanan (pleasure-
seeking), (5) kurang dalam pengaturan waktu (time disorganization), (6)
lingkungan yang kurang teratur dan mendukung (environmental disorganization),
(7) pendekatan yang lemah terhadap tugas (poor task approach), (8) kurang
mampu memberikan ketegasan (lack of assertion), (9) permusuhan dengan orang
lain (hostility with others), (10) kondisi tertekan dan kelelahan (stress and
fatigue).

2.2 Pengertian Pembelajaran Daring


Pengertian pembelajaran daring menurut Dickson-Deane & Galyen (dalam
Sadikin, A., & Hamidah, A. 2020) adalah embelajaran yang menggunakan media
internet edngan tujuan untuk memiliki aksesibilitas, fleksibilitas, dapat terus
berkoneksi untuk memunculkan berbagai interaksi selama pembelajaran
berlangsung. Sedangkan menurut Kuntarto (2017) pembelajaran daring adalah
pembelajaran yang memiliki kemampuan untuk mempertemukan mahasiswa dengan
dosen untuk melaksanakan pembelajaran dan menggunakan banuan internet.

Selain itu menurut Moore et al (dalam Firman dan Sari, 2020) menyebutkan
bahwa pembelajaran online merupakan suatu kegiatan belajar yang membutuhkan
jaringan internet dengan konektivitas, aksesibilitas, fleksibilitas, serta kemampuan
untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran.

Pada pelaksanaanya, pembelajaran daring ini menggunakan dukungan alat-


alat komunikasi yang lebih sering dibandingkan perkualihan tatap muka, hal tersebut
didukung oleh Gikas & Grant (dalam Sadikin, A., & Hamidah, A. 2020) yang
mangatakan bahwa pada pelaksanaannnya pembelajaran daring membutuhkan
dukungan perangkat mobile seperti smartphone, laptop, komputer, dan diakses
dimana saja. Sehingga pembelajaran daring juga dapat diartikan sebagai bentuk
pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi
pada saat ini.

9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian yaitu metode


penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sendiri menurut Denzin & Lincoln (dalam
Anggito, A., & Setiawan, J. 2018) bearti penelitian yang menggunakan latar alamiah
dengan tujuan untuk menafsirkan fenomena yang terjadi. Sedangkan menurut
Erikson (dalam Anggito, A., & Setiawan, J. 2018) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif
kegiatan yang dilakukaan dan dampak dari kegiatan tersebut.

Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dan


mendapatkan pemahaman yang bersifat umum dan kenyataan sosial dari perspektif
partisipan. Pemahaman tersebut didapatkan melalui analisis yang nantikan akan
dilakukan terhadap fokus penelitian, berdasarkan analisis tersebut nantinya akan
ditarik kesimpulan mengenai fokus penelitian tersebut. Tujuan lainnya dari penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek secara holistik dengan menggunakan bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan menggunakan berbagai
macam metode alamiah (Moleong, 2017).

Berdasarkan tujuan penelitian kualitatif diatas dapat menjadi alasan peneliti


menggunakan desain penelitian kualiatif ini yaitu dikarenakan desain penelitian
kualitatif lebih cocok dan mudah untuk menggambarkan dan menjelaskan
Prokratistinasi Akademik pada Mahasiswa Semester 5 Psikologi Universitas
Andalas.

3.2 Informan Penelitian


3.2.1 karakteristik Penelitian

Informan penelitian dipilih berdasarkan kriteria dan ciri-ciri yang telah


dintetukan. Adapun ciri atau kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

10
a. Merupakan mahasiswa semester lima Program Studi Psikologi Universitas
Andalas
b. Mahasiswa yang menggunakan pembelajaran daring
c. Melakukan pengunduran dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen
d. Bersedia sebagai subjek penelitian
e. Mampu berkomunikasi dengan baik

3.2.2 Prosedur Pengambilan Informan Penelitian

Teknik pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik


purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
menggunakan pertimbangan berdasarkan tujuan tertentu. Pengambilan partisipan
dengan menggunakan purposive sampling direkrut sesuai dengan kriteria yang telah
dipilih sebelumnya yang relevan dengan pertanyaan penelitian tertentu.

3.2.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kota Padang, karena sebagian besar mahasiswa
semester 5 program studi psikologi fakultas kedokteran universitas Andalas berada di
padang karena sedang menjalani perkuliahan luring.

3.3. Metode Pengambilan Data


Dalam penelitian ini metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara
dan observasi yang dilakukan selama proses wawancara berlangsung.

3.3.1 Wawancara

Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, karena peneliti melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Selain itu wawancara
dilakukan karena peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan.

11
Dalam wawancara, terdapat tiga kelompok yaitu wawancara terstruktur,
wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview). Pada
penelitian ini, peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, dengan pertanyaan
terbuka dan semi terstruktur yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap,
dan pengalaman pribadi, Sulistyo-Basuki (2006). Pokok-pokok yang dirumuskan, tidak
ditanyakan secara berurut, penyampaian pertanyaan disesuaikan dengan kondisi
responden ketika wawancara berlangsung.

3.3.2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpul data esensial dalam memberikan data


yang akurat dan bermanfaat. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke
obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi yang
diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul,
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari,
2005).

Adapun hal-hal yang akan diobservasi pada penelitian ini adalah, sikap subjek
terhadap pasangan, interaksi sosial di lingkungan tempat kerja atau tempat tinggal subjek
saat wawancara dilakukan, serta hal penting lainnya yang muncul ketika proses
wawancara. Hasil observasi ditulis pada lembar observasi (narrative record) yang telah
disediakan, kemudian catatan ini digabung dengan hasil wawancara dalam bentuk
transkrip. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses analisa data.

3.4 Alat Pengumpul Data


3.4.1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara, berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka, dengan


harapan subjek dapat memperluas dan memperdalam jawabannya. Pedoman ini
membantu peneliti dalam memastikan bahwa semua hal yang ingin digali dalam
wawancara sesuai dengan tujuan penelitian dan tidak ada yang terlewati.
Pedoman wawancara digunakan untuk membantu pewawancara agar dapat
12
merencanakan pertanyaan baru berikutnya, membantu pewawancara dalam
mencari pokok-pokok penting dalam hasil wawancara sehingga analisanya dapat
dilakukan dengan mudah (Moelong, 2004). Pedoman wawancara disusun tidak
hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.

3.4.2. Alat Perekam

Alat perekam, dipergunakan untuk merekam proses wawancara sehingga peneliti


dapat memperoleh hasil wawancara yang akurat dan lengkap dalam menganalisa
data. Penggunaan alat perekam dalam wawancara perlu meminta persetujuan dari
informan, apakah bersedia atau tidak (Sugiyono, 2008). Alat perekam yang
digunakan dapat berupa Handphone maupun audiotape, namun tidak mengganggu
dalam proses wawancara tersebut.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Tahap Awal Penelitian


Pada tahap ini, peneliti mendatangi informan dan membangun rapport agar dalam
komunikasiantara peneliti dan informan tidak kaku, sehingga proses penggalian data
terhadap informan dapat berjalan dengan lancar. Selanjutnya peneliti akan
memberitahukan kepada informan mengenai hak dan kewajiban informan dalam
penelitian ini. Hak informan berupa kenyamanan fisik, maupun psikologis dalam
proses penelitian. Kewajiban informan yaitu memberitahukan informasi kepada
peneliti, mengenai perilaku prokratinasi yang dilakukan pada pembelajaran daring
saat pandemi covid-19. Dalam pemberian informasi, tidak ada unsur pemaksaan, hal
ini dibuktikan dalam informconcent yang diberikan peneliti kepada informan, hal ini
menandakan bahwa informan setuju menjadi subjek penelitian tanpa paksaaan dan
terjamin asas kerahasiaannya.

13
3.5.2 Tahap pelaksanaan Penelitian
1. Pemilihan informan, dengan tujuan untuk memilih informan yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan sekaligus mengetahui kesediaan informan untuk
terlibat lebih jauh pada permasalahan yang akan diteliti.

2. Mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan menggunakan


panduan pertanyaan yang bersifat terbuka.

3. Melakukan analisis hasil wawancara.

4. Setiap hasil wawancara akan dikonfirmasikan ulang pada tujuan penelitian.

5. Dilakukan review terhadap hasil sementara untuk dikaji mana yang akan
dipertajam.

3.6 Prosedur Analisis Data

Melakukan analisis data pada penelitian kualitatif artinya mengolah data


mentah baik itu dari wawancara, observasi, atau kuesioner dimana data yang
didapatkan belum terorganisasi. Maka dengan melakukan analisis data peneliti dapat
megnorganisasikan data tersebut sehingga terorganisir, rinci, dan dapat disimpulkan.
Hal ini selaras dengan pernyataan Bogdan dan Biklen (1982, dalam Helaluddin &
Wijaya, 2019) bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemuka apa yang
penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.

3.6.1 Reduksi Data (data reduction)

Bentuk analisis yang dilakukan berupa teknik reduksi data (data


reduction). Dimana data yang didapatkan kemudian dirangkum, dipilih hal yang
penting, dan data diorganisasikan sehingga terdapat sumpulan final dan
didapatkan verifikasi. Reduksi data merujuk pada pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data mentah yang didapat pada
14
catatan lapangan yang tertulis. Langkah yang dilakukan dalam reduksi data
seperti menajamkan analisis, menggolongkan atau mengaktegorisasikan ke dalam
tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, serta mengorganisasikan data (Umrati & Wijaya, 2020)

3.6.2 Penyajian Data (display data)

Berbeda dengan penyajian data penelitian kuantitatif seperti menggunakan tabel,


grafik, pictogram, dan sebagainya, pada penelitian kualitatif bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Penyajian data
memudahkan memahami apa yang terjadi, serta merencanakan langkah
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3.6.3 Kategorisasi Data (coding)

Dalam melakukan kategorisasi data, peneliti melakukan pengkategorisasian data


sesuai dengan masalah penelitian. Kategorisasi ini sesuai dengan domain yang
akan dianalisis. Dalam kategorisasi data perlu mempertimbangkan aspek
kesamaan dan perbedaan dalam masalah penelitian.

3.8.4 Interpretasi data (meaning)

Pada langkah ini peneliti melakukan kegiatan menghubungkan, membandingkan,


dan mendeskripsikan data sesuai fokus masalah untuk diberi makna. Pada
pemberian makna ini juga dilakukan konseptualisasi pernyataan ilmiah yang akan
menjadi bahan pada simpulan penelitian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak


Publisher).

Burka, J. B., & Yuen, L. M. 2008. Procrastinatiom: why you do it, what to do with it
now. New York: Da Capo Press A Member of The Perseus Book Groups.

Catrunada, L., & Puspitawati, I. 2008. Perbedaan kecenderungan prokrastinasi tugas


skripsi berdasarkan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert. Skripsi (Tidak
Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. (2016). Comparison of convenience


sampling and purposive sampling. American journal of theoretical and applied
statistics, 5(1), 1-4.

Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study
From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), 8(3), 496–503.

Helaluddin & Wijaya, H. (2019). Analisis Data Kualitatif. Makassar: Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray

Karlinger,Fred,N.(1973) .Foundation of Behavior Scienc Research.New


york:Holt,Rinehart.

Kuntarto, E. (2017). Keefektifan Model Pembelajaran Daring dalam Perkuliahan Bahasa


Indonesia di Perguruan Tinggi. Indonesian Language Education and
Literature, 3(1), 99-110.

Moleong, J. Lexy. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-
19:(Online Learning in the Middle of the Covid-19 Pandemic). Biodik, 6(2), 214-
224.
16
Saman, A. (2017). Analisis Prokrastinasi Akademik Mahasiswa (Studi Pada Mahasiswa
Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurnal
Psikologi Pendidikan & Konseling, 3 (2) 55-62

Soegiyanto, Setiawan, I, Abdulaziz, M. F., Dharmawan, D. B., & Parista, V. S. (2017).


Behavior Patterns of Academic Procrastination in Doing Final Projects.
Cakrawala Pendidikan, 3, 486-501.

Sutriyono, S., Riyani, R., & Prasetya, B. E. (2012). Perbedaan prokrastinasi akademik
dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa fakultas psikologi UKSW
berdasarkan tipe kepribadian A dan B. Satya Widya, 28(2), 127-136.

Tuckman, B. W. 1990. Measuring procrastination atitudinally and behaviorally. Paper


Presented at the Annual Meeting of The American Educational Research
Association.

Tuckman, B. W. (1991). The development and concurrent validity of the procrastination


scale. Educational and psychological measurement, 51(2), 473-480.

Tuckman, B. W. (2002). Academic Procrastinators: Their Rationalizations and


WebCourse Performance.

Umrati & Wijaya, H. (2020). Analisis Data Kualitatif. Makassar: Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray

17

Anda mungkin juga menyukai