Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH MODEL SINEKTIK BERBASIS DONGENG TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ANAK


Studi Kuantitatif Pre-Eksperimen pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kertaungaran
2023/2024

Diajukan sebagai memenuhi salah satu syarat mengikuti usulan proposal


program studi Pendidikan guru sekolah dasar

DISUSUN OLEH :

Azmi Fauzan
(20201510030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KUNINGAN

2024
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


nikmat serta karunia-Nya sehingga penulisan dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Model Sinektik Berbasis Dongeng Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Anak”.

Proposal ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan di program studi S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Kuningan. Sejak
awal kuliah hingga selesainya penyusunan skripsi ini penulisan mendapat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulisan ingin menyampaikan
terima kasih kepada :

1. Ibu Ndaru Mukti Oktaviani, M.Pd., selaku Kepala Program Studi


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Kuningan.
2. Ibu Mia Zultrianti, M.Pd., selaku dosen pembimbing 1 atas waktu, saran,
bimbingan serta arahan yang selalu diberikan selama bimbingan.
3. Ibu Dita Herdiyanti, M.Pd., selaku dosen pembimbing 2 atas waktunya,
saran, bimbingan serta arahan yang selalu diberikan selama bimbingan.
4. Seluruh pihak yang dengan tulus memberikan kontribusi dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini tidak luput


dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan agar peneliti dapat menyajikan karya
yang lebih baik. Semoga hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya dan peneliti khususnya.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
A. Latar belakang................................................................................................1
B. Identifikasi masalah........................................................................................4
C. Pembatasan masalah......................................................................................4
D. Rumusan masalah...........................................................................................5
E. Tujuan penelitian............................................................................................5
F. Manfaat penelitian..........................................................................................5
H. LANDASAN TEORI...................................................................................6
I. Kajian Teori....................................................................................................6
1. Kreativitas....................................................................................................6
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).........................................9
3. Dongeng......................................................................................................15
J. Kerangka Pemikiran....................................................................................21
K. HIPOTESIS...............................................................................................23
L. PENELITIAN RELEVAN...........................................................................23
M. METODE PENELITIAN.........................................................................33
1. Metode Penelitian......................................................................................33
2. Subjek Penelitian.......................................................................................35
3. Waktu dan Tempat...................................................................................35
4. Variabel dan Pengukuran........................................................................35
N. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................36
1. Teknik pengumpulan data...........................................................................36
2. Instrument Pengumpulan Data....................................................................37
O. Pengujian Instrumen Penelitian..............................................................37
1. Pengujian Validitas Instrumen................................................................38
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen............................................................39
3. Pengujian Tingkat Kesukaran Soal........................................................40

ii
4. Penguji Daya Pembeda.............................................................................41
P. Teknik Analisis Data....................................................................................41
1. Uji Normalitas Data..................................................................................41
2. Uji Hipotesis...............................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42

iii
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MODEL SINEKTIK BERBASIS DONGENG TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ANAK

(Studi Kuantitatif Pre-Eksperimen pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1


Kertaungaran 2023/2024)

SIDANG PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti

Seminar Usulan Penelitian (SUP)

Oleh:

Azmi Fauzan

NIM. 20201510030

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Mia Zultrianti Sari, M.Pd Dita Hardiyanti, M. Pd


NIK.410107900201 NIK.410101930241

Mengetahui,
Kepala Program Studi PGSD

Ndaru Mukti Oktaviani, M. Pd


NIK. 410110890202

iv
A. Latar belakang

Dalam perjalanan abad ke 21 di era milenial ini mengharuskan manusia untuk


terus mengikuti perkembangan dan perubahan zaman. Revolusi 4.0 memaksa
manusia untuk lebih cepat dalam ranah berfikir agar tidak ada ketertinggalan oleh
kemajuan yang ada. Berbanding lurus dengan perubahan yang terjadi di lingkungan
sekitar. Pendidikan dituntut untuk mengimbangi perubahan-perubahan yang ada. Hal
ini biasanya tercermin dari banyaknya kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang
Pendidikan sehingga ada ruang gerak disitu pada insan Pendidikan Indonesia untuk
terus berinovasi dan membangun Pendidikan yang sesuai dengan harapan yang
nasional Dewi (Sari & Hermawati, 2020)

Pada era globalisasi ini Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk
generasi yang memiliki keterampilan berfikir kreatif untuk menghadapi tantangan
masa depan. Sekolah dasar (SD) menjadi pondasi pertama dalam membentuk
karakter dan kemempuan intelektual anak-anak. Namun, metode pembelajaran yang
konvensioanal sering kali tidak cukup efektif dalam merangsa potensi kreatif anak.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan inovatif, dan salah satu model yang menarik
adalah model sinektik berbasis dongeng.

Pendidikan sekolah dasar merupakan Pendidikan formal yang mengajarkan


keterampilan berbahasa sebagai upaya pengembangan diri siswa. Penerapan
keterampilan berbahasa yang dilakukan oleh siswa ini bertujuan agar siswa dapat
berkomunikasi baik secara langsung, tidak langsung, tertulis, maupun lisan.
menuliskan terdapat empat komponen keterampilan berbahasa yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lainnya yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional
Pendidikan pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa belajar merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

1
Pendidikan di negara kita sekarang ini ditekankan pada peningkatan mutu
pendidikan. Konsekuensinya, perlu ditingkatkan keseluruhan komponen sistem
pendidikan, baik yang bersifat human resources maupun yang bersifat material
resources (Imron, 2011: 1). Komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat
human resources sebenarnya dapat digolongkan menjadi tenaga kependidikan guru
dan non guru. Berbagai upaya peningkatan kualitas komponen sistem pendidikan
secara keseluruhan mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan
merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan harkat dan
martabat suatu bangsa. Melalui pendidikan seseorang diharapkan mampu
membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan keterampilan yang perlu
dan berguna bagi kelangsungan dan kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa, dan
negara.

Dalam beberapa tahun terakhir, paradigma Pendidikan telah mengalami


penggeseran menuju penggunaan model pembelajaran yang inovatif yang
mendorong kemampuan berfikir kreatif. Model sinektik menonjol sebagai suatu
pendekatan menarik karna menggabungkan unsur-unsur yang sebelumnya tidak
terikat, membuka ruang untuk pemikiran dan solusi kreatif. Pengintegrasian dongeng
sebagai medium natarif dalam model ini menambah dimensi yang mendalam dan
dapat menarik perhatian anak-anak dengan lebih efektif.

Model ini mengintegrasikan elemen-elemen dongeng dengan konsep-konsep


kreatif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang membangkitkan imajinasi anak-
anak. Namu, penelitian terkait dampak konkret dari model sinektik berbasis dongeng
pada kemampuan berfikir kreatif anak-anak sekolah dasar yang masih terbatas.

Berdasarkan pengamatan yang ada di lapangan, yaitu hasil analisis dan observasi
yang telah dilakukan pada pembelajaran IPS. Bisa terukur dalam pembelajaran IPS
IV di SDN 1 Kertaungaran menunjukan rendahnya tingkat berfikir kreatif siswa
dalam proses pembelajaran IPS. Hal ini terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran Ips
di kelas, siswa kurang belajar dengan aktif, kreatif dan tidak mandiri. Sebagian dari
jumlah siswa yang ada di kelas IV itu tidak melakukan sesuatu untuk

2
mengembangkan dirinya dan rasa inginn tahu siswa tersebut sangat rendah, peristiwa
tersebut dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan di kelas, Adapun sikap siswa
yang acuh ketika mengikuti proses pembelajaran seperti tidak mendengarkan
bercanda dengan teman semeja, Adapun yang asik bermain sendiri, sehingga Ketika
guru mengulas materi dengan bertanya kepada siswa, siswa itu tidak menjawab
Adapun yang menjawab itu tidak tidak sesuai yang di harapkan oleh guru. Ketika hal
tersebut terus-terusan seperti itu, maka bisa mengakibatkan daya berfikir siswa
menjadi rendah yang membuat siswa tidak mampu untuk mengembangkan dirinya
untuk lebih kreatif dalam berfikir.

Berdasarkan kejadian yang ada di kelas tersebut, maka untuk mengatasi kejadian
tersebut bisa di lakukan perubahan dari segi model pembelajarannya yang sehingga
bisa menciptakan sisiwa berpikir kreatif yaitu menggunakan model pembelajaran
sinektik berbasis dongeng.

Dongeng, sebagai media yang bersifat, imajinatif, mampu membangkitkan daya


piker kreatif anak-anak dan membantu mereka memahami konsep-konsep abstrak
dengan cara yang menyenangkan. Oleh karena itu, penggabungan model sinektik
dengan dongeng diharapkan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang
merangsang kreativitas siswa SD. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan
wawasan mendalam tentang bagaimana penggunaan model sinektik berbasis
dongeng dapat memengaruhi kemampuan berfikir kreatif anak Sd. Memberikan
kontribusi pada pemahaman kita tentang trategis pembelajaran yang efektif, dan
menawarkan inflikasi praktis bagi pengembangan kurikulum dan pengajaran di
tingkat Pendidikan dasar. Model pembelajaran ini merupakan kerangka konseptual
yang merupakan pola prosedur sistematis yang dikembangkan yan berdasarkan teori
dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan belajar. Ada juga proses belajar mengajar terjadi interaksi dua arah antara
pengajar dan peserta didik (Sani, 2014 : 89)

Model sinektik mendorong siswa berfikir kreatif dengan menghubungkan dengan


berbagai informasi dan konsep. Dalam konsep IPS, ini dapat membantu siswa untuk
melihat keterkaitan antara sebagai aspek dalam ilmu pengetahuan sosial, seperti

3
sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi. Dengan memadukan informasi dari
berbagai sumber dan melibatkan siswa dalam proses pemikiran kreatif, model
sinektik dapat membantu siswa memhami konsep pembelajaran ips ini secara
mendalam. Hal ini karena siswa tidak menghafal fakta-fakta tetapi juga mengaitkan
dan memahami keterkaitan antara konsep-konsep. Ips sering melibatkan pemahaman
tentang sosial, politik, dan ekonomi. Dengan menggunkan model sinektik, siswa
dapat mengembangkan berfikir sistematis, yaitu kemampuan untuk melihat
hubungan antara berbagai elemen dan bagaimana elemen-elemen tersebut saling
mengaruhui.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis sangat ingin mengkaji dan


menganalisi terkait penerapan model sinektik berbasis dongeng ini berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa. Oleh karena itu, penulis melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Sinektik Berbasis Terhadap
Kemampuan Berfikir Kreatif Anak”.

B. Identifikasi masalah
Adapun identifikasi masalah dari penilaian ini adalah :
1. Metode pembelajaran konvensional di sekolah dasar cenderung kurang efektif
dalam merangsang potensi kreatif anak-anak.
2. Penelitian terdahulu tentang dampak konkret dari model sinektik berbasis
dongeng pada kemampuan berpikir kreatif anak-anak sekolah dasar masih
terbatas
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak nyata dan potensi
model dalam meningkatkan kreativitas siswa.
C. Pembatasan masalah
1. Subjek pada penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri 1 Kertaungaran
Kecamatan Sindangagung
2. Mata pelajaran yang dijadikan objek penelitian adalah mata pelajaran IPS
3. Mengukur model pembelajaran sinektik berbasis dongeng dalam tercapainya
berpikir kreatif siswa.

4
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang peneliti tentukan:
1. Apakah terdapat pengaruh dalam penerapan model sinektik berbasis dongeng
terhadap pola pikir kreatif siswa kelas IV SDN 1 Kertaungaran.
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang di ingin di
capai dalam penelitian ini :
1. Mengetahui apakah model ini berpengaruh terhadap berpikir kreatif anak pada
kelas IV di SD Negeri 1 Kertaungaran Kecamatan Sindangagung Kabupaten
Kuningan.
F. Manfaat penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini, ada manfaat yang dapat kita ambil, baik itu secara
teoritis maupun secara peraktis. Adapun manfaat dari peneliti ini yaitu seperti berikut

1. Manfaat secara teoritis


a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi mengenai model
pembelajaran sinektik berbasis dongeng.
b. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu Pendidikan anak sekolah dasar,
yaitu membuat sebuah inovasi penggunaan model sinektik berbasis dongeng
terhadap kemampuan berpikir kreatif anak.
c. Sebagai acuan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan peningkatan berpikir kreatif pada anak sekolah dasar
serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat secara praktis
a. Manfaat bagi sekolah
Peneliti ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
masukan dalam rangka usaha perbaikan dan peningkatan kegiatan
pembelajaran di sekolah
b. Manfaat bagi guru

5
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru untuk lebih bisa
membiasakan diri melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan
model sinektik.
c. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan dan
pengalaman baru khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran
sinektik berbasisi dongeng
d. Bagi sisiwa
Siswa diharapkan dapat menjadikan sebuah pengalaman langsung mengenai
pembelajaran secara aktif, kreatif dan menyenangkan dengan pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif.
H. LANDASAN TEORI

Dalam penulisan ini untuk menggali informasi dari peneliti-peneliti


sebelumnya sebagai bahan perbandingan, naik mengenai kekurangan dan
kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali informasi dari
buku-buku maupun skripsi dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang
sudah ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang
digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmilah.

I. Kajian Teori
1. Kreativitas
a. Pengertian kreativitas

Kreativitas itu bukan saja terbatas pada penerimaan atau


penciptaan yang benar-benar baru dialami. Sesuatu yang baru
bukan berarti harus sama sekali baru tetapi bisa juga disebut
kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya, tetapi
dapat juga baru bagi individu itu sendiri walaupun orang lain telah
menciptakannya.

6
Kreativitas itu merupakan kekuatan atau kemampuan untuk
menciptakan sesuatu, yang terwujud melalui pola pikr secara
spontan dan imajinatif. Dengan demikian siswa yang kreatif sudah
tentu akan lebih produktif dalam segala gerak usaha yang
dilakukannya. Kreativitas merupakan istilah yang banyak
digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Pengertian kreatif yaitu mengenai hal yang menghasilkan sesuatu
yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada, misalnya
seorang siswa menciptakan untuk dirinya sendiri suatu hubungan
baru dengan siswa (ZIFARMA, 2022).

Berpikir kreatif itu ada di kategori kegiatan berpikir tingkat


tinggi dan salah satu kemampuan yang penting untuk bisa di kuasai
oleh peserta didik untuk menangani problem dalam pembelajaran
dan keseharian. Menurut (Hanifah & Subiyanto,2020) berpikir
kreatif peserta didik dapat menghasilkan ide atau gagasan sehingga
bisa menemukan terkait Bahasa dan perspektif yang baru. Pada
lingkup kemampuan berfikir kreatif itu ada indikator yang di
jabarkan oleh (Torrance) dan dijadikan sebuah patokan sebagai
pengukur bahwasannya peserta didik itu bisa di sebut berfikir
kreatif yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
(originality), dan elaboratif (elaboration) (dalam Lestari &
Yudhanegara, 2017)

Adapun indikator dari berfikir kreatif menurut (Putri &


Mustadi, 2021) kreatif yaitu kelancaran (banyak ide yang
disampaikan), fleksibelitas (jumlah variasi ide), dan keaslian
(keunikan ide). Bahkan peneliti ini bisa menyebutkan bahwasannya
dalam rentang usia 7-11 tahun, anak-anak suka menceritakan
tentang petualangan, sehingga mereka dapat menggunakan
imajinasi, dongeng tidak hanya menjadi panutan untuk berfikir

7
kreatif melalui prilaku tokoh dalam cerita tetapi juga menangtang
siswa untuk mempraktikan tugas dengan cara yang menyenangkan.

Ketiga indikator kreativitas yang di pilih dan di adaptasi


oleh peneliti ini untuk masalah terbuka. Indikator seperti (1)
kelancaran, (2) fleksibelitas dan (3) keaslilan itu sudah di
adaptasikan dengan permasalahan yang ada di cerita dongeng,
masalah pertama, untuk meningkatkan kelancaran siswa dalam
menangkap sebuah pemahaman konsep dan situasi nyata. Masalah
kedua dan ketiga, diberikan untuk mengembangkan keaslian dalam
penciptaan design. bahkan bisa dikatakan beberapa siswa
mempunyai kesulitan Ketika tidak di biasakan untuk mandiri
membagikan idenya, masalh keempat, untuk membantu kelancaran
dalam penyelesaian masalah.

b. Ciri – ciri kreativitas


Karakteristik kreativitas menurut Slameto dalam (Oktiani,
2017), secara individu yang dapat dikatakan memiliki potensi
kreatif dapat didefinisikan dari ciri – ciri sebagai berikut :
(Inventa: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Profil Berpikir
Kreatif Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika SD Kelas 4, n.d.)
1. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
2. Terbuka untuk pengalaman baru
3. Kesabaran
4. Rasa ingin tahu (eksplorasi)
5. Biasanya menyukai pekerjaan yang berat (sulit)
6. Selalu mencoba mencari jawaban yang lengkap dan
memuaskan
7. Professionalisme, proaktif, aktif melaksanakan tugas
c. Tujuan Kreativitas
(Inayah & Sya, 2022) menyimpulkan tujuan kreativitas sebagai
berikut :

8
1. Anak yang kreatif cenderung aktif
2. Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain –
main, mengajukan pertanyaan, menebak.
3. Menggunakan imajinasinya Ketika bermain peran, bermain
bahasa, bercerita.
4. Berkonsentrasi untuk tugas tunggal dalam waktu cukup.
5. Menata sesuatu sesuai selera.
6. Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa
7. Mengulang untuk tahu lebih jauh.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Ilmu Pengetahuan Sosial
Pendidikan IPS merupakan interdisiplin ilmu yang
menuangkan sebuah problem yang ada pada keseharian di
masyarakat mencakup berbagai aspek ilmu-ilmu sosial. Proses
pembelajaran ini di harapkan bisa menumbuhkan rasa empati di
lingkungan sekitar dan mempunyai sifat lebih peka terhadap
keadaan di sekeliling sang anak. tujuan dari IPS bisa dilihat dari
beberapa istilah yang biasanya digunakan di negaranya,
contohnya “studi sosial” dan “Pendidikan Kewarganegaraan”
(Hilmi,2017). Pembelajaran IPS mempunyai peran sebagai
acuan yang penting bagi siswa, karena mereka mempelajari
berbagai isu sosial dan aspek kehidupan manusia. Hal seperti ini
bertujuan agar individu yang menjalani Pendidikan IPS
mempunyai pemikiran yang rasional., Obyektif, dan mempunyai
informasi atau fakta yang kuat.
Peneliti mengutip dari (Wahyuni et al., 2024) Proses
pembelajaran adalah bagian yang harus diberikan perhatian
khusus, menurut Purwanto, karena dalam proses ini terbentuk
perilaku belajar yang sangat memengaruhi hasil belajar (Arta,
2021). Hal ini menunjukkan bahwa peran guru dalam proses
pembelajaran sangat strategis karena kualitas proses

9
pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru, yang
pada gilirannya memengaruhi kemampuan lulusan sekolah.
Untuk meningkatkan pembelajaran yang efektif dan efisien,
guru dan tenaga pendidik harus berperan aktif untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan, yaitu pemahaman yang
lebih baik siswa.
3. Model Pembelajaran Sinektik
a. Pengertian Model Pembelajaran
Pengetahuan mengenai model pembelajaran, seharusnya
lumrah diketahui oleh para pendidik. Sayangnya masih banyak
pendidik secara teoritis belum mampu membedakan antara model
pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran,
strategi pembelajaran, dan Teknik pembelajaran. Walaupun
secara praktik hal tersebut di atas di praktikkan namun, tentunya
praktik tersebut harus dilandasi oleh pengetahuan yang kuat atas
teorinya.
Saya mengutip dari jurnal (Ramadhika Dwi Poetra, 2019)
Aris Shoimin menyatakan model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukisakan prosedur yang sistematis untuk
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar.
Model pembelajaran adalah sebuah bentuk pembelajaran
yang terkonsepkan mulai pendahuluan sampai akhir yang
tersajikan secara khas oleh pendidik (Helmati, 2018). Dengan
istilah lain, model pembelajaran ialah sebuah model yang
membikai implementasi mulai dari pendekatan pembelajaran,
metode pembelajaran, strategi pembelajaran, dan Teknik
pembelajaran. (Nauli & Mario, 2022)

10
Trianto (Ramadhika Dwi Poetra, 2019) “Model
pembelajaran adalah perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku film,
komputer, kurikulum, dan lain-lainya”
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, bahwasanya
penelitian ini bisa di simpulkan, model pembelajaran yaitu
merupakan kesatuan teratas yang menaungi setiap Langkah
pembelajaran atau rancangan dalam kegiatan pembelajaran untuk
menciptakan belajar yang efektif, menarik, mudah dipahami dan
sesuai dengan urutan yang jelas. Artiyna para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dengan efisien untuk mencapai
tujuan pendidikannya, adapun beberapa model pembelajaran salah
satunya model pembelajaran sinektik.
b. Model Pembelajaran Sinektik
1) Pengertian Model Pembelajaran Sinektik
Suatu pendekatan baru yang sedikit berbeda daalam
melakukan pengembangan kreativitas telah dirancang oleh
Gordon dengan nama sinektik. Model sinektik ini
merupakan salah satu strategi yang baik sekali untuk
mengembangkan kemampuan kreatif dalam pembelajaran
berbasisi dongeng. Pembelajaran model sinektik
berorientasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah. Ekspresi kreatif empati. Dan wawasan dalam
hubungan sosial, sehingga kreativitas siswa akan muncul
beragam terutama dalam pembelajaran berbasis dongeng.
Oleh karena itu, peran guru dalam proses pembelajaran
diharapkan mampu menumbuhkan rasa hormat,
menghargai, dan toleransi antar teman (Ilmiah &
Pendidikan, 2023).

11
Model sinektik telah diujikan pada pembelajaran IPS
di tingkat Madrasah Ibtidayiah Sun Suntini dan Figiati
Indra Dewi (2020) Yang menyimpulkan bahwa model
sinektik yang digunakan efektif untuk meningkatkan
pembelajaran menulis puisi pada mahasiswa PBSI. Dengan
adanya dua penelitian in, menunjukan bahwa model
sinektik masih perlu dibuktikan dan dikembangkan untuk
berbagai macam mata pelajaran. Pada penelitian ini, model
sinektik ditujukan untuk meningkatkan kreatif siswa
dengan model pembelajaran brbasisi sinektik berbasis
dongeng.
Bahkan ada peneliti yang sudah menguji coba
mengenai model pembelajaran sinektik. Data yang di
peroleh setelah penelitian dianalisis secara statistik
deskriptif gambaran kemampuan menulis puisi siswa.
Indikator kemampauan menulis puisi yang digunakan yaitu
menganalisis tema puisi dengan isi, menganalisis amanat
dengan isi puisi mampu membuat diksi dalam isi puisi, dan
mampu memperindah tulisan rima. Pada indikator
menganalisis amanat dalam puisi siswa belum mampu
membuat teks amanat dalam bait puisi. Pada memperindah
tulisan siswa belum mampu menuliskan puisi yang baik
dengan sesuai rima (Maf’ula et al., 2022)
2) Langkah Langkah Model Pembelajaran Sinektik
Adapun Langkah-langkah pemelajaran model
sinektik menurut (Mutmainnah & Aquami, 2016) sebagai
berikut :
1) strategi satu : menciptakan sesuatu yang baru
Fase 1 : Deskripsi kondisi sekarang Guru meminta
peserta didik mendeskripsikan situasi atau topik yang
dilihatnya pada saat ini.

12
Fase 2 : analogi langsung
Peserta didik menyarankan analogi langsung, memilih,
dan mengekspolrasinya.
Fase 3 : analogi personal Peserta didik “menjadi”
analogi yang dipilih pada fase 2
Fase 4 : penekanan konflik Peserta didik
mengambil deskripsi pada fase 2 dan fase 3,
menyarankan beberapa penekanan konflik.
Fase 5 : analogi langsung Mengembangkan dan
meimilih analogi langsung ynag lainnya berdasarkan
penekanan konflik.
Fase 6 : memeriksa Kembali ke tugas awal Guru
meminta siswa Kembali ke tugas atau permasalahan
awal dan menggunakan analogi terakhir untuk
pengalaman sinektik.
2) strategi kedua : membuat sesuatu yang asing menjadi
kenal
Fase 1 : menyediakan input Guru menyediakan
informasi atau topik menjadi dikenal
Fase 2 : analogi langsung Guru menyarankan
analogi langsung dan meminta peserta didik
mendeskripsikan analogi.
Fase 3 : analogi personal Guru meminta peserta
didik “menjadi” analogi langsung
Fase 4 : membandingkan analogi Peserta didik
mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan antara
bahan yang baru dengan analogi langsung
Fase 5 : menjelaskan perbedaanPeserta didik
menjelaskan letak ketidaksesuaian analogi.

13
Fase 6 : ekspolari Peserta didik mengeksplorasi
Kembali topik awal dengan menggunakan bahasanya
sendiri
Fase 7 : mengembangkan analogi Peserta didik
memberikan analogi sendiri dan mengeksplorasi
kesamaan serta perbedaannya
3) Sintaks Model Pembelajaran Sinektik
Para ahli psikologi mengembangkan beberapa proses
sinektik dalam pembelajaran, pertama yaitu
mengembangkan kreatifitas dengan bantuan-bantuan dari
luar dengan membawanya menuju kesadaran pada peserta
didik dapat secara langsung meningkatkan dan
mengembangkan kreatifitasnya baik secara individu
maupun secara berkelompok. Asumsi kedua yaitu ranah
rasional, dan ranah kecerdasan lebih penting daripada ranah
emosional. Asumsi ketiga menyebutkan bahwa komponen-
komponen irasional dan emosional dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik
(Pramusinta, 2021).
4) Kekurangan dan Kelebihan Model Sinektik
(Mutmainnah & Aquami, 2016)
Kelebihan dari model sinektik ini :
1. model ini bermanfaat untuk mengembangkan
pengertian baru pada diri peserta didik tentang suatu
masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah
laku dalam situasi tertentu.
2. Model ini bermanfaat karena dapat mengembangkan
kejelasan pengertian dan internalisasi pada setiap
peserta didik mengenai materi baru.

14
3. Model ini dapat mengembangkan dalam ranah
berpikir kreatif, baik untuk peserta didik dan untuk
guru.
4. Model ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan
intelektualitas dan kesamaan martabat antar peserta
didik.
5. Model ini membantu peserta didik menemukan cara
berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.

Kekurangan

1. Sulit dilakukan oleh guru dan peserta didik yang


sudah terbiasa menggunakan cara lama yang
menekamkam pada penyempaian informasi.
2. Model ini menitik beratkan pada berfikir relative dan
imajinatif dalam situasi tertentu, maka kemungkinan
besar peserta didik kurang menguasai fakta-fakta dan
prosedur pelaksanaan atau keterampilan.
3. Kurang memadainya sarana dan prasarana Pendidikan
di sekolah-sekolah.
3. Dongeng
a. Pengertian Dongeng

Dongeng sebagai salah satu dari sastra anak, berfungsi


untuk memberikan hiburan, juga sebagai sarana untuk
menurunkan nilai-nilai yang di percaya kebenarannya oleh
masyarakat pada masa lampau, dan untuk masyarakat lama itu
dapat di lihat sebagai satu-satunya cara. Dengan kebenarannya
misi tersebut, dongeng mengandung ajaran moral. Anak
membutuhkan perkembangan imajinasi, dan dongeng juga bisa
menjadi sarana yang di Yakini bisa untuk hal itu. Tanpa imajinasi,
akal tidak aktif, sulit berkembang, bahkan tidak berkembang sama

15
sekali. Dengan imajinasi anak bisa memecahkan sebuah maslah.
Kreatif anak juga berasal dari berimajinasi.

Menurut Huck, Hepler, dan Hickman dongeng adalah


segala bentuk narasi baik itu yang terulis atau oral, yang sudah
ada pada tahun ke tahun. “forms of narration written or oral,
which have come to be handed, down thourgh the years” (1987).
Jadi dongeng adalah bentuk narasi atau cerita yang ada sejak
zaman lampau dan disampaikan secara turun-temurun dari
generasi ke generasi. Adapun cerita-cerita dalam dongeng
seringkali mengandug unsur-unsur khayalan, keajaiban, dan
moralitas. Bahkan pengertian dongeng tidak hanya terbatas pada
cerita-cerita fiksi (Ardini, 2015).
Adapun menurut menurut dudung, dalam (Prastya et al.,
2021) dongeng adalah bentuk sasta lama yang bercerita tentang
kejadian luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) dan tidak benar-
benar terjadi. Selain itu Kamisa (dalam Rosidah dan Rumisnati)
menjelaskan bahwa pengertian dongeng adalah cerita yang
dituturkan atau dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya
tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan.Dongeng merupakan
suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar terjadi
atau fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral
yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa dongeng adalah cerita fiktif yang bertujuan
untuk menghibur dan mengandung nilai-nilai budi pekerti
didalamnya.
Hakikat mendongeng adalah untuk melakukan kegiatan
Bersama anak. menumbuhkan komunikasi dan sosial dengan
baik secara perlahan. Agar dalam kegiatan ini bisa berlangsung
secara menyenangkan, harus bisa di mengerti sebuah kebutuhan
dan karakter anak. kita dituntut untuk bisa mengikuti kebutuhan

16
mencerna kebutuhan dan karakter anak. kita di haruskan untuk
mengikuti kebutuhan karakter anak. sehingga anak-anak akan
antusias terhadap kegiatan yang dilakukan, termasuk dalam
kegiatan mendongeng (Kurniawati, 2019)
b. Tujuan Media Dongeng
Tujuan media dongeng menurut (Dirgahayu dkk.,2020) yaitu :
1. Dengan mendongeng siswa mengetahui lingkungannya,
mengenal karakter dan budi pekerti baik buruk.
2. Memperkaya pengalaman batin dan imajinasi siswa.
3. Dapat merangsang dan menumbuhkan imajinasi.
c. Manfaat Mendongeng
Ada beberapa manfaat dongeng salah satunya yaitu untuk
mengembangkan daya sosialisasi anak dan sarana komunikasi
anak dengan pendongeng. Rukiyah menyebutkan Sembilan
manfaat dongeng sebagai berikut (Keseimbangan et al., 2023):
1. Menumbuhkan sikap proaktif
Anak akan terlatih untuk bersikap proaktif yang
akan terus dikembangkan dalam hidupnya. Hal ini akan
membantu perkembangan dan pertumbuhan jiwa serta
kreativitas anak.
2. Mempererat hubungan dengan guru/orang tua
Mendongeng dapat mempererat hubungan
emosional antara pendongeng (orang tua maupun guru)
dan anak.
3. Menambah pengetahuan
Cerita di setiap dongeng selalu memberikan sebuah
pengetahuan baru bagi sisw, misalkan cerita legenda
suatu tempat misalnya, memberikan pengetahuan
tentang nama-nama tokoh dan tempat. Cerita tentang
binatang akan mengenalkan nama—nama binatanag.
4. Melatih daya konsentrasi

17
Dongeng bisa disebut sebagai sarana informasi dan
komunikasi yang banyak diminati anak-anak untuk
melatih dalam memusatkan perhatian terhadap objek
tertentu. Ketika mendongeng anak-anak mendengarkan
sebuah kalimat, gambar, atau media yang lainnya yang
di sampaikan oleh guru atau orang tua biasanya si anak
Ketika di posisi itu tidak mau di ganggu. Hal itu
menunjukan bahwa anak sedang berkonsentrasi
mendengarkan dongeng.
5. Menambahkan perbendaharaan kata
Saat siswa membacakan sebuah dongeng dengan
menemukan kata-kata baru yang ada di dalam dongeng
tersebut. Dengan demikian, akan banyak sekali
bertambahnya kosa kata brau yang di dapat. Semakin
banyak dongeng yang di baca dan di dengar, maka
akana banyak sekali kata-kata yang di dapat oleh siswa
tersebut.
6. Memicu daya pikir kritis
Seorang anak cenderung akan lebih banyak bertanya
mengenai hal-hal yang baru di ketahuinya. Ketika di
perkenalkan dengan hal baru, merekan akan cenderung
banyak bertanya. Hal ini justru akan melatih anaka
untuk mengungkapakan apa yang ada di dalam
pikirannya dan akan menumbuhkan pemikiran yang
keritis.
7. Menumbuhkan minat baca
Jika mendongeng menggunakan buku cerita, dengan
metode membaca berarti seorang guru ataupun orang
tua telah memperkenalkan alat peraga yang dinamakan
buku. Jika anak itu tertarik maka itu kita sudah

18
menanamkan rasa cinta anak kepada buku, sehingga
minat baca anak semakin tinggi.
8. Merangsang imajinasi, fantasi, dan kreativitas
Anak-anak memiliki sifat ingin tahu yang tinggi
terhadap sesuatu yang menurut mereka menarik. Rasa
ingin tahu tersebut dapat menghasilkan daya imajinasi,
fantasi, maupun kreativitas anak. maka dongeng yang
disajikan dalam konteks olah logika akan dapat
mencakup ketiga hal tersebut.
9. Memberi pelajaran tanpa kesan menggurui
Saat mendengarkan dongeng, anak akan cenderung
menerima sebuah makna yang terkandung di dalamnya.
Maka pendongeng (guru atau orang tua) tidak terlihat
menggurui Ketika menyampaikan makna itu kepada
anak (Shofwan, 2022)
c. Jenis-jenis Dongeng
Cerita atau dongeng tidak hanya ditujukan untuk hiburan
semata, tetapi banyak sekali pelajaran yang bisa di ambil,
nasihat, dan hikmah yang ada di dalam dongeng. Dongng dapat
memberikan pegaruh yang besar untuk pemikiran dan emosional
anak. apalagi jika dongng tersebut menceritakan tentang kisah
perjalanan hidup seseorang yang penuh dengan tantangan (Latif,
2012).
Adapun jenis-jenis dongeng.
1. Legenda
Legenda merupakan keajaiban cerita yang
kebenarannya di anggap nyata karena kisah tentang asal
muasal terjadinya suatu tempat, tradisi, dan lain
sebagainya.
2. Fabel

19
Fabel yaitu yang menceritakan sebuah keajaiban yang
berisi tokoh-tokoh binatang yang berprilaku layaknya
manusia.
3. Mite
Mite yaitu yang menceritakan tentang kepercayaan
masyarakat yang tidak ditandai dengan bukti
kebenaranya.
4. Cerita rakyat
Cerita rakyat merupakan keajaiban cerita yang telah
diceritakan secara turun-temurun dan merupakan di
anggap Sebagian dari kebudayaan.
5. Sage
Sage yaitu sebuah dongng yang menceritakan tokoh
yang berkaitan dengan sejarah. Sage biasanya menyebar
dari orang ke orang sehingga menjadi sebuah khayalan.
6. Jenaka
Dongeng jenaka ini sebuah dongeng lelucon meski
demikian, dongeng ini banyak sekali pesan moral yang
akan di dapat oleh anak dan dapat di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Dongeng Tradisional
Dongeng tradisisonal adalah dongeng yang mengambil
sumbernya dari ide masyarakat atau asal-usulnya terjadi
di suatu daerah.
8. Dongeng Futuristik
Dongeng futuristic ini menceritakan dari ilusi anak
mengenai masa depannya. Karna anak-anak sangat
menyukai cerita tentang situasi di masa depan.
9. Dongeng Pendidikan
Dongeng juga bisa bersumber dari masalah yang ingin
diatasi dengan memberikan suatu isyarat agar yang

20
membaca dapat berubah perilakunya. Dongng ini
biasanya berisi pesan moral yang berupa untuk
mengubah perilaku anak.
10. Dongeng terapi
Dongeng ini merupakan dongeng yang di buat untuk
menghilangkan trauma yang dirasakan oleh orang-orang
terhadap sesuatu yang sedang dirasakannya.
J. Kerangka Pemikiran

Salah satu dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD


Negeri 1 kertaungaran adalah rendahnya kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal di mata pelajaran IPS yang di kemas oleh dongeng.
Penggunaan model pembelajaran sinektik untuk menimbulkan pemikiran
yang kreatif pada peserta didik selama proses pembelajaran, yang
membuat Pendidikan lebih mudah menerima materi yang guru ajarkan.

Hal ini menunjukan bahwa model pembelajran ini sangat


berpengaruh pada keberhasilan proses pembelajaran, dan model
pembelajaran yang tepat akan menghasilkan keberhasilan. Dalam
penelitian ini, model pembelajaran sinektik ini sering digunakan untuk
melihat pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kreatif dalam
pembelajaran IPS dengan berbasis dongeng. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam memecahkan
permasalahan dalam pembelajaran IPS

Model pembelajaran sinektik ini dalam pembelajarannya ini


menekankan pada pada penguasaan dan pemahaman serta kemampuan
peserta didik untuk mengungkapkan Kembali kosep, penjelasan ataupun
rumus yang disampaikan oleh pendidik. Metode ini dapat meningkatkan
sistem penyimpanan informasi peserta didik terhadap konsep – konsep
dasar materi pembelajaran sampai dengan keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat

21
melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan
mengembanhkan tanggapannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka penelitian dengan


pengaruh model pembelajaran sinektrik berbasis dongeng di tinjau dari
kepribadiannya peserta didik dapat di paparkan sebagai berikut :

Input Proses Output

1 . M e la k u k a n
.
O b se rv a si H a s il y a n g
2 . M en y u su n d ih a r a p k a n a d a la h
p e la k s a n a a n . in s tr u m e n t te rd a p a t
p e m b e la ja r a n d i . p e n g a r u h d a la m
k e la s b e lu m p e n e litia n p e n e ra p a n m o d e l
m enggunakan 3. s in e k ti k b e r b a s is
m o d e l s in e k tik d i P e la k s a n a a n . d o n g e n g te rh a d a p
SDN 1 p e n e litia n d a n . p o la p ik ir k r e a ti f
K e r ta u n g a r a n . s is w a d e n g a n
d o k u m e n ta s i m enggnakan
4 . M e n g o la h d a ta m o d e l s in e k tik .
. dan
k e s im p u la n

Gambar Tabel 1 Kerangka Berfikir

Berdasarkan bagan kerangka berfikir diatas, maka penulis


menjadikan kelas eksperimen meliputi pembelajaran menggunakan model
pembelajaran sinektik. Kemudian, pembelajaran IPS ini bertujuan untuk
mengembangkan aspek sosial, serta mengembangkan potensi melalui
pengamatan pada lingkungan sekitar dan isinya. Siswa diajarkan untuk
melakukan pengamatan dan penemuan, yang dilakukan secara mandiri dan
kreatif oleh sisiwa sendiri. Kelas yang kondusif dalam proses
pembelajaran akan menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran sinektik berbasis
dongeng sehingga terciptanya siswa berfikir kreatif.

Dalam proses pembelajaran menggunakan model sinektik dapat


dilakukan dengan upaya melakukan penerapan model sinektik agar proses

22
pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan harapannya siswa bisa lebih
memahami dengan menggunakan model tersebut.

K. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan dimana
rumusan – rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan
pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Hipotesis juga penting peranannya karena dapat menunjukan harapan dari
penelitian yang direfleksikan dalam hubungan ubahan variabel dalam
permasalahan penelitian
Pernyataan hubungan berdasarkan penjelasan di atas, maka
hipotesis dalam nilai penelitian adalah :
H0 : Tidak terdapat pengaruh penerpan model pembelajaran
sinektik berbasisi dongeng.
H1 : Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran sinektik.

L. PENELITIAN RELEVAN

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 2 Penelitian Relevan

No Penulisan, Tahun, Hasil Penelitain Persamaan Perbedaan


Judul Penelitian
1 Yulia Pramusinta Hasil penelitian Persamaan dalam Perbedaan
dan Farah Destria menunjukkan penelitian ini pada peneliti
Rifanah (2020) adanya peningkatan terlihat dari ini adalah
berjudul “Pengaruh hasil belajar varibael X terletak pada
Model Sinektik kreatifitas siswa (variabel bebas) variabel
Dalam setelah belajar yaitu sama-sama dependent (Y)
Mengembangkan menggunakan model menggunakan pada penelitian

23
Kreatifitas Peserta sinektik pada model ini yaitu
Didik” pembelajaran bahasa pembelajaran menggunakan
Indonesia. Dari data sinektik. dongeng dalam
pengujian pembelajarannya,
independent sample t sedangkan dalam
test diperoleh penelitian oleh
signifikansi Yulia Pramusinta
yang berbeda dan Farah Destria
yaitu nilai sig Rifanah (2020)
berada di bawah yaitu hanya
0,05. Nilai sig (2- pengembangan
tailed) sebesar 0.000, modelnya saja.
dan hipotesis
diterima dengan kata
lain bahwa
kreatifitas siswa
pada kelas
eksperimen
lebih baik
daripada kelas
kontrol.
2 Veni Saputri (2019) hasil perhitungan Persamaan dalam Perbedaan
Berjudul rerata skor penelitian ini pada peneliti ini
“Kemampuan kemampuan terlihat dari adalah terletak
Pemecahan Masalah pemecahan masalah varibael X pada variabel
Matematis Dan Self- matematis kelas (variabel bebas) dependent (Y)
Confidence Siswa pembelajaran yaitu sama-sama pada penelitian
SMK Melalui sinektik yang menggunakan ini yaitu
Pembelajaran awalnya 2,12 model kemampuan
Sinektik Dan meningkat menjadi pembelajaran berpikir kritis
Pembelajaran 8,67 setelah sinektik. siswa, sedangkan

24
Berbasis Masalah” pembelajaran dalam penelitian
dengan rerata N-gain oleh Veni Saputri
adalah (2019)
0,47. Sedangkan kemampuan
hasil perhitungan Pemecahan
rerata skor masalah
kemampuan matematis dan
pemecahan masalah sel-confidence
matematis kelas
PBM adalah 1,97
sebelum
pembelajaran dan
7,58 setelah
pembelajaran
dengan rerata N-gain
adalah
0,40. Hal ini
berarti bahwa model
pembelajaran
sinektik dan PBM
sama-sama
memberikan
pengaruh positif
terhadap
kemampuan
pemecahan masalah
matematis siswa di
kedua kelas dengan
rerata N-gain yang
hampir sama, yaitu
tergolong kategori

25
cukup. Sehingga
tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
peningkatan
kemampuan
pemecahan masalah
matematis siswa
pada kelas
pembelajaran
sinektik dengan
siswa pada kelas
PBM.
3 Amidatum Milati Hasil penelitian Persamaan dalam Perbedaan
(2019) Berjudul mengungkapkan penelitian ini dalam
“Pengaruh Model bahwa kemampuan adalah sama-sama penelitian ini
Pembelajaran berpikir kritis menggunakan yaitu terletak
Sinektik Terhadap matematis siswa model pada
Kemampuan yang diajarkan pembelajaran variabelnya
Berpikir Kritis dengan model sinektik dependent (Y),
Matematis Siswa” pembelajaran pada penelitian
sinektik lebih ini yaitu terhadap
tinggi daripada kemampuan
siswa yang diajarkan berpikir kritis
dengan siswa, sedangkan
pembelajaran pada penelitian
konvensional. Amidatum Milati
Kesimpulan (2019) Berpikir
penelitian ini adalah Kritis Matematis
penggunaan model Siswa.
pembelajaran

26
sinektik
berpengaruh
terhadap
kemampuan
berpikir kritis
matematis siswa.
4 Mia Zultrianti Sari Hasil penelitian Persamaan dalam Perbedaan dalam
dan Eli Hermawati yang dilakukan penelitian ini penelitian ini
(2020) yang berjudul oleh Mia terlihat dari yaitu terletak
“Pengembangan Zultrianti Sari varibael Y yaitu pada di cara
Metode & Eli sama-sama mengajarnya.
Pembelajaran Hermawati menggunakan Mia Zultrianti
Berbasis Sinektik (2020) model Sari & Eli
Analogi Personal menunjukkan pembelajaran Hermawati (2020)
Dalam bahwa metode sinektik. Dan ada Berbasis sinektik
Meningkatkan pembelajaran juga mengenai analogi personal.
Kemampuan sinektik yang berfikir kreatif.
Berpikir Kreatif dikembangkan
Siswa Sekolah Dasar terbukti efektif
Di Kabupaten dalam
Kuningan” meningkatkan
kemampuan
berpikir kretaif
siswa, hal ini
menunjukan
pada saat
pembelajaran
siswa lebih
antusias dalam
mengikuti
kegiatan

27
pembelajaran
sehingga siswa
dapat
berdiskusi
secara aktif
dan aktifitas
bertanya lebih
berkembang
5 Indra Nur Hilal Hasil penelitian Penelitian Perbedaan
(2013) berjudul yang dilakukan Indra relevan dalam
“Keefektifan oleh Indra dengan penelitian penelitian ini
Pembelajaran (2013) ini karena yaitu terletak
Menulis Cerpen menunjukkan memiliki pada
Dengan bahwa kesamaan variabelnya
Menggunakan pembelajaran pendekatan model dependent
Model Problem menggunakan pembelajaran (Y), pada
Based Instruction model sinektik yaitu model penelitian ini
(PBI) dan Model lebih efektif pembelajaran yaitu terhadap
Sinektik Pada Siswa dibandingkan sinektik. kemampuan
SMA” dengan hasil berpikir kreatif
pembelajran siswa, sedangkan
menulis cerpen pada penelitian
menggunakan Indra Nur
model Problem Hilal (2013)
Based Keefektifan
Instruction (PBI). pembelajaran
menulis
cerpen .
6 Suratno, Nurul Hasil tujuan Persamaan Perbedaan
Komaria, Yushardi, penelitian ini dalam penelitian pada peneliti
Dafik & Iwan adalah untuk ini terlihat dari ini adalah terletak

28
Wicaksono (2019) mengetahui varibael X pada variabel
Yang Berjudul “The pengaruh (variabel bebas) dependent (Y)
Effect of Using model sinektik yaitu sama-sama pada penelitian
Synectics Model on terhadap menggunakan ini yaitu
Creative Thinking berpikir kreatif, model kemampuan
and Metacognition untuk pembelajaran berpikir kritis
Skills of Junior High mengetahui sinektik siswa, sedangkan
School Students” pengaruh dalam penelitian
model sinektik oleh Suratno, Dkk
terhadap (2019) Berpikir
keterampilan kreatif dan
metakognisi keterampilan
mengetahui metakognisis
hubungan siswa.
antara berpikir
kreatif dan
keterampilan
metakognisi.
Penelitian ini
menggunakan
tipe quasieksperimen
dengan one group
pretest posttest
design. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa model
sinektik berpengaruh
terhadap pemikiran
kreatif dan
keterampilan

29
metakognisi. Itu
hasil analisis
korelasi
menunjukkan R
sebesar 0,873.
Berdasarkan garis
regresi persamaan Y
= 12,27 + 0,8847x,
bahwa setiap
kenaikan 1 poin
maka skor
Keterampilan
Metakognisi
menghasilkan
peningkatan
keterampilan
berpikir kreatif
sebesar 0,8847.
7 Thoufanie Barikly Hasil penelitian Persamaan Penelitian ini
(2013) yang berjudul yang dilakukan dengan Memiliki
“Kefektifan Model Thoufanie penelitian ini perbedaan dengan
Pembelajaran menunjukkan yaitu samasama penelitian yang
Sinektik Berbantuan uji-t pretest dan menggunakan dilakukan oleh
Media Film Pendek posttest kelompok model Thoufanie (2013).
dalam Pembelajaran eksperimen pembelajaran Perbedaannya
Menulis Puisi pada diketahui nilai sinektik terletak pada
Siswa kelas VIII di hitung sebesar media yang
SMPN 2 Depok, 9,985 dengan digunakan.
Sleman” db 34 dan nilai Penelitian
p sebesar 0,000 pada Thoufanie
taraf signifikansi menggunakan

30
(0,000 < 0,05). model
Berdasarkan pembelajaran
hasil tersebut sinektik dengan
dapat dikatakan berbantuan
pembelajaran media film
menulis puisi dengan pendek sedangkan
menggunakan model penelitian ini
pembelajaran dilakukan dengan
sinektik berbantuan pemberian model
media film pendek pembelajaran
lebih efektif tanpa bantuan
dibandingkan media.
dengan
pembelajaran
menulis puisi tanpa
menggunakan
model pembelajaran
sinektik berbantuan
media film pendek
8 Halimah Dwi Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
Cahyani, Agnes dengan penelitian ini penelitian ini
Herlina Dwi menerapakan model dengan penelitian yaitu terletak
Hadayanti & pembelajaran Halimah Dwi pada model
Albertus Saptoro Problem Based Cahyani, pembelajaran
(2021) yang berjudul Learning pada Agnes Herlina yang digunakan,
“Peningkatan Sikap pembelajaran Dwi Hadayanti & pada penelitian
Kedisiplinan dan matematika siswa Albertus Saptoro ini menggunakan
Kemampuan kelas VD semester II (2021) terletak model sinektik
Berpikir Kritis Siswa SD 1 Bantul pada variable sedangkan
dengan Penerapan mencapai berpikir kritis. penelitian
Model Pembelajaran keberhasilan Halimah Dwi

31
Problem Based dalam kemampuan Cahyani, Agnes
Learning” berpikir kritis. Pada Herlina Dwi
penelitian ini jelas Hadayanti &
terdapat peningkatan Albertus Saptoro
dari siklus I rerata (2021)
57,5 dan siklus II menggunakan
bertambah rerata model
menjadi 70,25. pembelajaran
problem based
learning.
9 Mandana Aiamy & Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
Fariba Haghani menunjukkan penelitian ini penelitian ini
(2012) yang berjudul bahwa sinektik dengan yaitu terletak
“The effect of adalah metode penelitian pada model
synectics & terbaik dan Mandana Aiamy dan hasil yang di
brainstorming on 3rd brainstorming & Fariba Haghani harapkan.
grade lebih efisien (2012) yaitu ama- Penelitian ini
students‟developmen dibandingkan sama Hanya
t of creative thinking metode tradisional menggunakan menggunakan
on science” metode model sinektik model sinektik
pengajaran dan hasil yang
sejauh diharapkan,
menyangkut sedangkan
pengembangan pada penelitian
pemikiran Mandana
kreatif. Aiamy & Fariba
Haghani (2012)
menggunakan
model sinektik
dan
brainstorming,

32
dan hasil dari
yang diharapkan
yaitu berpikir
kreatif
10 Hamidreza Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
Fatemipour, Ph.D & menunjukkan penelitian ini penelitian ini
Masoumeh bahwa teknik dengan yaitu pada hasil
Kordnaeej (2014) sinektik efektif penelitian yang diharapkan,
yang berjudul (The dalam Hamidreza penelitian ini
Effect Of Synectics meningkatkan Fatemipour terhadap berpikir
And Journal Creative kreatifitas & Masoumeh kritis sedangkan
Weitting Techniques peserta didik. Kordnaeej penelitian yang
On EFL Students‟ Hasilnya (2014) yaitu dilakukan oleh
Creativity) menunjukkan sama-sama Hamidreza
bahwa terdapat menggunakan Fatemipour &
perbedaan yang model sinektik Masoumeh
signifikan Kordnaeej
secara statistik (2014) yaitu
pada kelompok kreatifitas.
sinektik
kinerja mereka pada
tes kreativitas
sebelum dan sesudah
perlakuan
pembelajaran
(t= 15.97, p<0.05).

M. METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah upaya untuk mendeskripsikan gejala-gejala

33
dengan menggunakan angka-angka, yang berasal dari kata Quantum, yang
dalam Bahasa latin berarti jumlah. Oleh sebab itu menggunakan angka-
angka, maka pendekatan kuantitatif mensyaratkan adanya pengukuran
(measurement) terhadap tingkatan ciri-ciri tertentu dari suatu gejala yang
diamati. Pengamatan kuantitatif berupaya menemukan ciri-ciri tersebut,
untuk di ukur berdasarkan kriteria-kriteria pengukuran yang telah
ditentukan. Hasil pengukuran itu adalah angka-angka yang
menggambarkan kuantitas atau drajat kualitas dari kenyataan dan
eksistensi gejala yang diukurnya. Data-data angka hasil pengukuran dari
gejala-gejala yang diamati itulah yang kemudian dianalisis, dicari derajat
kuantitas, atau kualitasnya, dipelajari hubungannya antara gejala yang satu
dengan yang lainnya. Pendekatan kata analisis sesuai dengan tujuan
penelitian kuantitatif bisa juga diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada positivisme, yang dapat digunakan untuk meneliti
populasi atau stemple tertentu, mengumpulkan data menggunakan
instrument penelitian, menganalisis data kuantitatif, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah disampaikan sugiyono (Prayogi, 2022).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode
eksperimen dengan bentuk pre-Experimen Design. dalam desain
eksperimen ini tidak adanya variabel variabel control (kelas kontrol) dan
tidak dipilih secara random. Secara lebih terperinci, peneliti menggunakan
metode penelitian ini pre-experimen design dengan bentuk One Group
Pretest Posttest Design.
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran pre-
experimen Designh dengan bentuk One Group pretest-posttest design.
Menurut sugiyono (2016:110) desain penelitian ini terdapat pretest
sebelum diberi perlakuan/treatment untuk mengetahui kondisi awal.
Dengan demikian, hasil perlakuan dapat lebih akurat karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Alur yang akan di gunakan dalam penelitian ini (kelas eksperimen)
diberi pretest (O1) kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan (O2)

34
yaitu menggunakan model sinektik setelah itu diberi postest . secara
sederhana desain penelitian ini dapat dilihat pada table ini :
Tabel 3 tes

Pretest Treatmen Posttest


O1 X O2
Keterangan :

O1 : Tes awal (pretest)

X : Perlakuan (treatment)

O2 : Tes Akhir (posttest)

2. Subjek Penelitian
Subjek dalam ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1
Kertaungaran dengan jumlah sisswa 30 siswa. Kelas IV dipilih
subjek penelitian karena proses pembelajaran kurang
mengembangkan keterampilan berfikir kreatif siswa.
3. Waktu dan Tempat
Waktu penelitian ini dilakukan selama semester genap yang
dilaksanakan kurang lebih 3 minggu. Untuk mengetahui hasil
pembelajaran dari penerapan model sinektik berbasisi dongeng.
Penelitian ini di lakukan di kelas IV yang berada di SDN 1
Kertaungaran, Kecamatan Sindangagung, kabupaten Kuningan.
4. Variabel dan Pengukuran
1. Variabel

Variabel berasal dari Bahasa inggris Variable dengan arti :


“Ubahan, “factor tak tetap”. Atau “gejala yang dapat di rubah”.
Jadi variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti sehingga peneliti nantinya bisa
mempelajari dan diperoleh informasi tentang hal tersebut, bahkan
bisa disimpulkan, untuk menemukan variabel yang baik ditentukan
oleh landasan teoritis, bahkan ditegaskan oleh hipotesis dan

35
tergantung dari rumitnyya dan sederhana rancangan penelitian
(Purwanto, 2019).

a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan
adanya perubahan di bagian variabel terikat. Variabel
bebas dari penelitian ini adalah “model pembelajaran
sinektik berbasis dongeng” (diberikan symbol X)
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
yang menjadi akibat, karena bisa terjadinya variabel
bebas. Variabel terikat dari penilaian ini yaitu
“kemampuan berfikir kreatif anak” (diberi symbol Y)
2. Pengukuran Variable
Pengukuran yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
instrument untuk pengumpulan data yang dibutuhkan.
Instrumen penelitian menurut Sugiyono (2016:133) adalah
suatu alat untuk mengukur variable yang diteliti. Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes dan
observasi.
N. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data
yang diperlukan. Dalam melaksanakan penelitian ini ada beberapa
teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti, antara lain:
a. Tes
Tes merupakan salah satu cara yag digunakan untuk
memperoleh data penelitian. Menurut Arikunto (2015:66)
tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Penelitian ini
menggunakan tes berupa soal esai. Tes dilaksanakan pada

36
saat pretest dan posttest. Pretest atau test awal diberikan
dengan tujuan mengetahui kemampuan awal subjek
penelitian. Sementara posttest atau test akhir diberikan
dengan tujuan untuk melihat perubahan atau peningkatan
dalam pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran sinektik berbasisi dongeng.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang sangat kompleks,
diantaranya adalah mengamati. Menurut Sugiyono
(2016:203) observasi merupakan pengumpulan data
digunakan berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala alam dan bila respon yang diamati tidak terlalu
besar. Penelitian ini mengobservasi mengenai kemampuan
berpikir kritis siswa saat pemberian treatment.
2. Instrument Pengumpulan Data
a. Instrumen Tes
Instrument yang digunakan untuk mengukur keterampilan
berpikir kreatif adalah tes, berupa soal esai. Soal yang
diberikan disusun berdasarkan indicator berpikir kratif menurut
(Putri & Mustadi, 2021) kreatif yaitu kelancaran (banyak ide
yang disampaikan), fleksibelitas (jumlah variasi ide), dan
keaslian (keunikan ide).. Sub aspek yang digunakan dalam
mengembangkan keterampilan berfikir kreatif.
O. Pengujian Instrumen Penelitian

Teknik pengolahan data digunakan untuk menilai keampuhan instrumen


penelitian. Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mengukur nilai variabel yang diteliti dan mengumpulkan data-data
selama penelitian dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam
pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan tes. Tes yang
digunakan yaitu berupa soal esai pretest (tes awal sebelum mendapat
perlakuan) dan soal esai posttest (tes akhir setelah mendapat perlakuan).

37
Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan
pengujian soal agar data yang diperoleh baik dan dapat membuktikan
hipotesis yang diajukan. Instrumen yang baik harus memenuhi dua
persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Menurut Sugiyono (2016:173)
instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrumen
yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
1. Pengujian Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, artinya berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Menurut Arikunto (2015:87) untuk mengetahui
tingkat validitas dari butir soal, digunakan rumus korelasi Product
Moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson:
rxy = nΣΧΥ – (ΣΧ)(ΣΥ)

{ nΣΧ2 – (ΣΧ)2}{nΣΥ2 – (ΣΥ)2 }

Keterangan:

rxy :Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua


variabel yang dikorelasikan

ΣΧ : Jumlah skor tiap siswa pada setiap item soal

ΣΥ : Jumlah skor total tiap siswa

n : Banyaknya siswa

Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi yang


menunjukkan nilai validitas dengan mengacu pada tabel harga
kritik dari r Product- Moment. Selanjutnya apakah nilai koefisisen
korelasi valid atau tidak, maka harus dilakukan uji signifikasi. Uji

38
signifikasi dihitung melalui ujit pada taraf nyata tertentu dengan
derajat bebas n-2. Rumusnya sebagai berikut:

t= r√n-2

√1-2

Keterangan:

T : thitung

r : Koefisien korelasi

n : Banyaknya siswa

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf


signifikansi 0,05 dan hasil dibandingkan dengan r tabel. Kriteria
pengujiannya adalah jika r-hitung > r-tabel maka soal dinyatakan
valid. Sedangkan jika r-hitung <r tabel maka soal dinyatakan tidak
valid. Berikut ini adalah hasil validitas uji coba
instrumen penelitian.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan,
menurut arikunto (2015:100) suatu tes dapat dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut jika tes tersebut
memberikan hasil yang tepat. Sugiyono (2016:185) menunturkan
bahwa penguji reliabilitas dapat dilakukan dengan berbagai teknik
yaitu dengan teknik belah dua dari Spearman brown, KR 20 KR
21, Anova Hyot dan Alpha Cronbach. Teknik yang digunakan
dalam penelitia ini adalah teknik Alpha Cronchbach.

Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
n = jumlah item

39
∑oi2 = jumlah varians skor tiap – tiap item
2
oi = varians total
Adapun interprestasi derajat reliabilitas instrument ditunjukan oleh
table berikut :
Table 4
Kriteria Reliabilitas Soal

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas


0,00 – 0,20 sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,60 Cukup
0,61 – 0,80 Tinggi
0,81 – 1,00 Samgat tinggi

Instrumen penelitian yang baik, disamping harus valid juga


harus reliable (dapat dipercaya) artinya nilai ketepatan yang bila
diteskan pada kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda
akan menghasilkan nilai yang sama pula. Harga reliabilitas yang
diperoleh dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach,
sebagai berikut.
3. Pengujian Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sukar. Menurut Daryanto (2012:179) soal yang terlalu
mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Taraf
kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui taraf kesukaran soal
yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Untuk
menghitung tingkat kesukaran soal esai menurut Majid dan Firdaus
(2014:302) maka menggunakan rumus:

40
jumlah skor siswa peserta tes pada suatu soal
Mean =
jumlah peserts didik yang mengikuti tes

4. Penguji Daya Pembeda


Daya pembeda soal menurut Daryanto (2012:183) adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang
pandai/berkemampuan tinggi dengan kemampuan rendah. Angka
yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut dengan indeks
diskriminasi, untuk mencari daya pembeda pada soal uraian.
P. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari keseluruhan
responden atau sumber data lain terkumpul. Data dalam penelitian ini
berupa data kuantitatif, maka cara pengelolaannya dengan teknik statistic.

1. Uji Normalitas Data


Uji normalitas data pada dasarnya bertujuan untuk melihat normal
atau tidaknya data yang diperoleh dari hasil penelitian. Normal atau
tidaknya distribusi dapat dilakukan menggunakan persamaan Chi-
kuadrat. Pengujian normalitas data menggunakan chi-kuadrat.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
statistic inferensial. Pada statistic ini parametrik dan non parametrik.
Jika data ynag di analisis berdistribusi normal dan homogen, maka
digunakan statistic non parametrik. Uji hipotesis penelitian in
dilakukan berdasarkan data peningkatan kemampuan kreatif.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, P. P. (2015). Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap


Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun. Jurnal Pendidikan Anak,
1(1). https://doi.org/10.21831/jpa.v1i1.2905

Ilmiah, J., & Pendidikan, W. (2023). 1 , 2 , 3. 9(September), 570–583.

Inayah, Y., & Sya, M. F. (2022). Kreatifitas Berfikir Siswa dalam Pembelajaran
Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Karimah Tauhid, 1, 339–345.
https://ojs.unida.ac.id/karimahtauhid/article/view/7822%0Ahttps://
ojs.unida.ac.id/karimahtauhid/article/download/7822/3510

Keseimbangan, H., Hasil, T., Sila, S., Sepak, P., Pada, T., & Penjaskesrek, M.
(2023). Jurnal edukasi. 11(1), 1–8.

Maf’ula, L., Nasrullah, & Aivi, N. (2022). Pinisi Journal PGSD. Pinisi Journal
PGSD, 2(1), 196–203.

Mutmainnah, U., & Aquami, A. (2016). Penerapan Model Sinektik (Synectics)


Terhadap Kreativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Hijriyah II Palembang.
JIP Jurnal Ilmiah PGMI, 2(1), 69–82.
https://doi.org/10.19109/jip.v2i1.1067

Nauli, P., & Mario, J. (2022). Model-Model Pembelajaran (Nomor July 2023).

Pramusinta, Y. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Sinektik Dalam


Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik Pendahuluan Sumber daya
manusia yang berkembang sangat di butuhkan di Negara Indonesia
sebagai penyumbang kesejahteraan bangsa pada umumnya dan juga
dapat memberikan sumban. 04(01), 47–58.

42
Prastya, C., Ida Bagus Putrayasa, & I Nyoman Sudiana. (2021). Membentuk
Karakter Anak Melalui Habituasi Dongeng pada Pembelajaran di Sekolah
Dasar. Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 8(2), 68–77.
https://doi.org/10.21067/jibs.v8i2.6259

Prayogi, A. (2022). Telaah Konseptual Pendekatan Kuantitatif Dalam Sejarah.


Kalpataru: Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah, 8(1).
https://doi.org/10.31851/kalpataru.v8i2.8970

Purwanto, N. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik,


6115, 196–215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554

Putri, A. R., & Mustadi, A. (2021). Efektivitas Masalah Terbuka dalam Buku
Dongeng Sainsmatika terhadap Perkembangan Kreativitas Matematika
Siswa Sekolah Dasar. 1(1), 177–192.

Ramadhika Dwi Poetra. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Stad Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada MATA Pelajaran Matematika
Kelas V SD Negeri 067246 Medan Tuntungan Tahun Pelajaran
2022/2023. Gastronomía ecuatoriana y turismo local., 1(69), 5–24.

Sari, M. Z., & Hermawati, E. (2020). Pengembangan Metode Pembelajaran


Berbasis Sinektik Analogi Personal Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Kuningan. Attadib:
Journal of Elementary Education, 4(2), 58.
https://doi.org/10.32507/attadib.v4i2.827

Wahyuni, D., Kholillah, M. K., & Rustini, T. (2024). Analisis Muatan Konten
IPAS Terkait Berbagai Jenis Pekerjaan dan Kegiatan Ekonomi pada Buku
IPAS Kelas 4 Sekolah Dasar Berbasis HOTS. 2, 1–9.

ZIFARMA, Z. (2022). Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Kemampuan Berfikir


Kreatif Terhadap Prestasi Belajar Ipa. SCIENCE : Jurnal Inovasi
Pendidikan Matematika dan IPA, 2(4), 438–446.
https://doi.org/10.51878/science.v2i4.1771

43
Suntiani, Sun, Figiati Indra Dewi 2020, Penggunaan Model Sinektik Untuk
Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Dalam Menulis Puisi, Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 16 Nomor 1 Tahun
2020 Halaman 39-46

Hilmi, M. Z. (2017). Implementasi Pendidikan IPS dalam Pembelajaran IPS


diSekolah. JIME, 3(2), 164–172

Inventa: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Profil Berpikir Kreatif Siswa
pada Mata Pelajaran Matematika SD Kelas 4. (n.d.).
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_inventa jurnal kreatif. (n.d.)

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakti.


Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Dirgahayu, Marlika, & Putri, H. D. (2020). Rameng: Hologram Dongeng 3S


sebagai Media Pembelajaran Penanaman Nilai-nilai Budaya pada Siswa
Kelas IV SD dalam Mewujudkan Revolusi Industri 4.0. Jurnal Penelitian
Dan Penalaran, 7(1), 72–82

Majid, A, Firdaus, A. 2014. Penilaian Autentik Proses dan hasil Belajar.

Bandung: Interes Media

Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2002). Metodologi Penelitian. PT. Rineka Cipta, Cet.XII)an


Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, Cet.XII), 107.

Imron., Ali. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

44
Kurniawan, H. (2019). Mendongeng Kreatif Untuk Anak Usia Dini. Penerbit
Bhuana Ilmu Komputer

Hanifah, W., & Subiyanto, S. (2020). Creative Thinking Skills in Science Lessons
in Elemntary schools.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2017). Penelitian Pendidikan Matematika.


PT Refika Aditama.

45

Anda mungkin juga menyukai