Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH METODE SAMPLING

PURPOSIVE
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistika Bisnis Semester 3 (Tiga)
Tahun Ajaran 2021/2022

Dosen : Dra. Euis Sartika, M.Si

Disusun oleh :

Azhar Nur Fadhilah 205231006

Nabilla Syafa’at Wahyuddy 205231018

PROGRAM STUDI D3 MANAJEMEN PEMASARAN

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 09 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Populasi dan Sampel ............................................................................................ 6
2.2 Pengertian Purpossive Sampling ............................................................................................. 6
2.3 Tujuan dan Rumus Purposive Sampling .................................................................................. 8
2.4 Hubungan antara puposive sampling dan populasi ................................................................ 8
2.5 Syarat dan Langkah-langkah Purposive Sampling................................................................. 10
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling ................................................................... 10
2.7 Contoh Kasus Pada Purposive Sampling ............................................................................... 11
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 12
3.2 Saran ..................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program
doktor, dan program profesi, sertap rogram spesialis, yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Tugas pokok yang
diemban pada setiap perguruan tinggi baik berstatus negeri maupun swasta yang
lebih dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilakukan
oleh seluruh sivitas akademika. Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya
disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UU No. 12 Tahun
2012, Pasal 1 Ayat 9)
Pada bidang penelitian, baik mahasiswa maupun dosen dituntut untuk
melakukan penelitian secara ilmiah. Adapun bentuk penelitian yang dilaksanakan
disesuaikan dengan jenjang dan bidang kajian masing-masing. Bentuk penelitian
yang dilakukan mahasiswa dapat berupa makalah, skripsi dan sebagainya.
Sedangkan penelitian yang dilakukan dosen dapat berupa penelitian
pengembangan keilmuan dan teknologi, supaya dapat meningkatkan mutu
pendidikan, serta memungkinkan penerapan dan pemanfaatan hasilnya bagi
kepentingan dan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bagi
seorang dosen, penelitian merupakan salah satu syarat mutlak untuk kenaikan
pangkat.
Proposal atau usulan penelitian sangat dibutuhkan untuk dirancang
sedemikian rupa sebelum seseorang akan melakukan penelitiannya. Proposal
penelitian ini termuat di dalamnya mengenai masalah, ruang lingkup, metode
penelitian yang dipakai, populasi dan sampel penelitian, perencanaan tempat dan
waktu penelitian, instrument penelitian dan juga perencanaan anggaran yang
berguna sebagai pedoman rencana awal yang akan dilakukan oleh peneliti
tersebut. Dalam melakukan penelitian, tidak semua penelitian dapat dilakukan
secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran
populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll.
Maka pada kebanyakan penelitian menggunakan sampel pada populasi untuk
diteliti. Dalam menentukan sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek
penelitian tidaklah mudah, karena sampel yang kita ambil harus dapat mewakili
semua karakteristik dari populasinya. Jika sampel yang kita jadikan tidak dapat

4
mewakili semua karakteristik populasinya, maka hasil penelitian tersebut tidak
dapat dibuatkan generalisasinya.
Penarikan sampel terbagi menjadi yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling. Probability sampling terdiri atas acak sederhana (simple
random sampling), sistematik (systematic random sampling), sampel strata
(stratified random sampling), klaster (cluster random sampling) dan bertingkat
(multistage sampling). Sedangkan pada non-probability sampling terdapat
purposive sampling, incidental samping, quota sampling dan lainnya (Sumantri,
2011: 188).
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini disusun untuk menguraikan lebih
mendalam terkait sampel dan cara penarikannya terkhusus dengan Purposive
sampling, terkait bagaimana langkah-langkah pada metode ini serta kelebihan dan
kekurangannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
a. Apa pengertian sampel?
b. Apa pengertian Purposive sampling?
c. Apa hubungan antara purposive sampling dan populasi? Gambarkan grafiknya!
d. Apa Tujuan dan Rumus Purposive Sampling
e. Bagaimana syarat dan langkah-langkah Purposive sampling?
f. Apa kelebihan dan kekurangan Purposive sampling?
g. Sebutkan contoh kasus pada purposive sampling?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pada makalah ini adalah
1. Mengetahui pengertian dari sampel
2. Mengetahui pengertian Purposive sampling
3. Mengetahui langkah-langkah Purposive sampling
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Purposive sampling

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Populasi dan Sampel


Populasi adalah kumpulan dari satuan atau unit subyek (yang mencakup
semua makhluk hidup maupun benda mati) yang mempunyai kecenderungan sama
serta memiliki sifat-sifat yang serupa. Penentuan perlu untuk memperhatikan
terkait relevansi subyek di dalam populasi dengan permasalahan penelitian yang
dihadapi dan apakah variable penelitian dapat diperoleh dari subyek dalam
populasi tersebut (Gahayu, 2019: 78).
Sumantri (2011) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian populasi yang
ciri-cirinya diselidiki atau diukur. Unit sampel dapat sama dengan populasi, tetapi
dapat juga berbeda. Sebagai contoh, unit analisis atau populasi suatu penelitian
adalah bayi berumur di bawah tiga tahun, hal yang akan diteliti adalah kebiasaan
makannya, unit sampelnya adalah ibu yang mempunyai anak berumur di bawah
tiga tahun karena tidak mungkin pertanyaan tentang makanan ditanyakan
langsung kepada bayi tersebut.
Berikut ini adalah alasan mengapa di dalam suatu penelitian lebih sering
dilakukan penarikan sampel menurut Sumantri (2011) :
1. Adanya populasi yang sangat besar di dalam populasi yang sangat besar dan
tidak terbatas serta tidak mungkin seluruh populasi diperiksa atau diukur
karena memerlukan waktu yang lama.
2. Homogenitas, tidak perlu semua unit populasi yang homogeny diperiksa
karena akan membuang waktu serta tidak akan ada gunanya karena variable
yang akan diteliti terwakili oleh sebagian populasi tersebut.
3. Penarikan sampel menghemat biaya dan waktu.
4. Ketelitian atau ketepatan pengukuran, meneliti yang sedikit (sampel) tentu
akan lebih teliti jika dibandingkan dengan meneliti jumlah yang banyak
(populasi).
5. Adanya penelitian untuk melakukan objek penelitian tersebut harus
dihancurkan (destruktif), misalnya darah yang sudah diambil dari orang yang
menjadi objek penelitian tidak mungkin akan dipakai lagi.

2.2 Pengertian Purpossive Sampling


Purposive Sampling atau Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
keterwakilannya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang-orang
yang telah berpengalaman. Cara ini lebih baik dari pengambilan sampel seadanya
(Accidental Sampling) dan Pengambilan Sampel Berjatah (Quota Sampling)
karena dilakukan berdasarkan pengalaman berbagai pihak (Budiarto, 2001).

6
Apabila penelitian memerlukan syarat khusus, maka metode purposive sampling
tepat untuk digunakan. Metode ini mengambil sampel berdasarkan tujuan dari
penelitian itu snedir (Mufarriqoh, 2020). Misalnya penelitian terkait narkoba, atau
penelitian kemampuan membaca huruf braile pada tunanetra ataupun penelitian
khusus lainnya.
Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel di mana peneliti mengandalkan penilaiannya sendiri ketika
memilih anggota populasi untuk berpartisipasi dalam suatu penelitian. Purposive
sampling adalah metode pengambilan sampel non-probability dan itu terjadi
ketika elemen yang dipilih untuk sampel dipilih oleh penilaian peneliti. Para
peneliti sering percaya bahwa mereka dapat memperoleh sampel yang
representatif dengan menggunakan penilaian yang baik, yang akan menghemat
waktu dan uang (Black, 2010).
Metode purposive sampling dapat terbukti efektif ketika hanya sejumlah kecil
orang dapat berfungsi sebagai sumber data primer karena sifat desain penelitian
dan tujuan dan sasaran. Misalnya, untuk penelitian yang menganalisis pengaruh
tragedi pribadi seperti kehilangan keluarga atas kinerja manajer tingkat senior,
peneliti dapat menggunakan penilaiannya sendiri untuk memilih manajer tingkat
senior yang dapat berpartisipasi dalam wawancara mendalam.

Dalam purposive sampling, penilaian pribadi perlu digunakan untuk memiliki kasus
yang membantu menjawab pertanyaan penelitian atau mencapai tujuan penelitian.
Menurut jenis kasus (Saunders, 2012), pengambilan sampel secara purposive dapat
dibagi menjadi enam kategori berikut :

a) Kasus khas : Menjelaskan kasus yang rata-rata dan normal.


b) Kasus ekstrem atau menyimpang : Mengambil sampel dari kasus-kasus
yang dianggap tidak biasa atau langka seperti menjelajahi alasan kegagalan
perusahaan dengan mewawancarai eksekutif yang telah dipecat oleh
pemegang saham.
c) Pengambilan sampel kasus kritis berfokus pada kasuskasus spesifik yang
dramatis atau sangat penting.

7
d) Sampling variasi heterogen atau maksimum bergantung pada penilaian
peneliti untuk memilih peserta dengan karakteristik yang beragam. Ini
dilakukan untuk memastikan adanya variabilitas maksimum dalam data
primer.
e) Pengambilan sampel homogen berfokus pada "fokus pada satu
subkelompok tertentu di mana semua anggota sampel serupa, seperti
pekerjaan atau tingkat tertentu dalam hierarki organisasi (Saunders, 2012).
f) Sampling Teoritis adalah kasus khusus pengambilan sampel purposive yang
didasarkan pada metode induktif Grounded Theory

Selain itu, terdapat beberapa syarat yang perlu digunakan dalam penggunaan
teknik purposive sampling, yaitu penetapan kriteria atau batasan sampel dilakukan
dengan teliti dan sampel yang diambil tersebut sebagai subjek penelitian harus
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Hidayat, 2017).

2.3 Tujuan dan Rumus Purposive Sampling


Tujuan
1. Berfokus pada karakteristik tertentu dari suatu populasi yang menarik,
yang akan memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
2. Sampel yang diteliti diharpakan tidak mewakili populasi, tetapi bagi
peneliti yang mengejar desain penelitian metode kualitatif atau
campuran, hal ini tidak dianggap sebagai kelemahan.

Rumus

1. Pengambilan sampel pada teknik pengambilan sampel ini


menggunakan sampel yang banyak menjadi makin baik hasil yang
didapatkan.
2. Ukuran banyak dari sampel bergantung pada alasan yang digunakan
oleh seorang peneliti tersebut, sudahkah sesuai dengan kriteria, ciri-
ciri, dan sebagainya
3. Latar belakang sampel dalam populasi memiliki karakteristik yang
sesuai dengan penelitian

2.4 Hubungan antara puposive sampling dan populasi

8
Semua individu yang terdapat pada lingkaran adalah anggota populasi, dimana
hasil penelitian akan diterapkan. Pemilihan populasi ini dilakukan atas dasar
demografi dan keterjangkauan terhdapat subjek penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan pada sampel akan diterapkan pada populasi
yang lebih luas, sehingga sampel yang terpilih harus representative mewakilli
populasinya. Berdasarkan hal ini muncul istilah validitas internal dan eksternal
dalam penelitian.

Validitas internal bukan hanya terkait dengan validitas hasil pengukuran,


tetapi juga berkaitan dengan pertanyaan apakah subyek actual dapat
mempresentasikan atau mewakili sampel. Validitas eksterna 1 menunjukan sejauh
mana sampel yang dikehendaki memrepresentasikan atau mewakili populasi
terjangkau, pengambilan sampel yang dilakukan secara random dengan jumlah
sampel yang dihitung berdasarkan rumus statistic. Sedangkan validitas eksterna 2
berhubungan dengan sejauh mana populasi terjangkau dapat mewakili populasi
target sebagai tujuan akhir diterapkannya hasil penelitian, validitas eksternal 2
tidak ditentukan berdasarkan perhitungan statistik tetapi berdasarkan
pertimbangan rasional peneliti. Untuk dapat mewakili sebanyak mungkin
karakteristik populasi, maka sampel yang baik memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Akurasi
Akurasi adalah tingkat ketepatan atau keakuratan dalam penentuan sampel.
Semakin akurat penentuan sampel maka bias dalam penentuan sampel
akan berkurang.sampel yang diambil secara akurat akan menunjukkan
karakteristik populasi yang diwakilinya. Untuk mendapatkan sampel yang
dapat mewakili dan memprediksi populasinya, tidak cukup hanya dengan
memenuhi jumlah minimal sampel namun sampel terpilih juga harus
mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi.
2. Presisi
9
Tingkat presisi berhubungan dengan sejauh mana data yang dihasilkan
oleh sampel terpilih menyamai data pada populasinya. Semakin dekat data
hasil pengukuran/penilaian yang diperoleh dari sampel ddengan data
sebenarnya pada populasi yang diwakilinya, maka semakin besar tingkat
presisi dan semakin baik suatu metode penentuan sampel yang digunakan.

2.5 Syarat dan Langkah-langkah Purposive Sampling


Syarat Purposive Sampling
a. Kriteria atau batasan ditetapkan dengan teliti.
b. Sampel yang diambil sebagai subjek penelitian adalah sampel yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

Langkah-Langkah Purposive Sampling


Berdasarkan penjelasan di atas, pengambilan sampel dengan metode purposive
sampling dilakukan dengan kehendak peneliti berdasarkan syarat atau kriteria
sampel yang diinginkan peneliti. Oleh karena itu, langkah-langkah pengambilan
sampel dengan teknik purposive sampling adalah sebagai berikut (Cahyono,
2018):
a) Buat Sampling frame atau kerangka sampel atau list atau daftar unit
populasi.
b) Tentukan persayaratan untuk menjadi sampel
c) Lakukan pemilihan sampel dari sejumlah anggota populasi yang ada sesuai
persyaratan
d) Buat daftar anggota sampel yang dipilih

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling


Kelebihan
1. Pengambilan sampel Purposive adalah salah satu metode pengambilan
sampel yang paling hemat biaya dan efektif waktu.
2. Pengambilan sampel Purposive mungkin satu-satunya metode yang
tepat tersedia jika hanya ada sejumlah sumber data primer yang dapat
berkontribusi untuk penelitian ini.
3. Teknik pengambilan sampel ini bisa efektif dalam mengeksplorasi
situasi antropologis di mana penemuan makna dapat mengambil
manfaat dari pendekatan intuitif.
Kekuarangan
1. Kerentanan terhadap kesalahan dalam penilaian oleh peneliti.
2. Tingkat keandalan yang rendah dan tingkat bias yang tinggi.
3. Ketidakmampuan untuk menggeneralisasi temuan penelitian.

10
2.7 Contoh Kasus Pada Purposive Sampling
 Contoh 1
Banyak suku di dunia yang memiliki kepercayaan agama masing-masing,
misalnya masyarakat Bali menganut paham sinkretisme yang dianggap sebagai
campuran Hindu dan Budha. Bagi peneliti yang berencana mempelajari budaya
negara-negara Asia Tenggara, disarankan agar mereka memilih strata
menggunakan judgemental sampling karena keyakinan agama dianggap sangat
sensitif di belahan dunia ini.

Karena kepekaan topik, jika sampel dari mereka yang memiliki pengetahuan yang
sesuai dibuat dan penelitian dilakukan dengan sampel tersebut, hasilnya akan
sangat akurat. Teknik pengambilan sampel probabilitas sering kali menghasilkan
hasil yang berubah dalam kasus seperti itu.

 Contoh 2

Contoh lain misalnya reporter TV yang menghentikan orang-orang tertentu di jalan


untuk menanyakan pendapat mereka tentang perubahan politik tertentu merupakan
contoh paling populer dari metode pengambilan sampel ini.

Namun, penting untuk menentukan bahwa reporter TV harus menerapkan penilaian


tertentu saat memutuskan siapa yang harus berhenti di jalan untuk mengajukan
pertanyaan; jika tidak, itu akan menjadi kasus teknik pengambilan sampel acak.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang dikemukakan dapat dikatakan bahwa alternatif metode
purposive sampling mungkin terbukti efektif ketika hanya sejumlah orang yang dapat
berfungsi sebagai sumber data primer karena sifat desain penelitian, maksud dan
tujuan penelitian. Misalnya, untuk penelitian yang menganalisis pengaruh tragedi
pribadi seperti kehilangan keluarga terhadap kinerja manajer tingkat senior, peneliti
dapat menggunakan penilaiannya sendiri untuk memilih manajer tingkat senior yang
dapat berpartisipasi dalam wawancara mendalam. Sebaliknya dengan adanya
tujuannya berbeda-beda tergantung pada jenis teknik pengambilan sampel dengan
tujuan tertentu yang digunakan. Misalnya, dalam pengambilan sampel homogen, unit
dipilih berdasarkan kesamaan karakteristiknya karena karakteristik tersebut menjadi
minat khusus peneliti. Sebaliknya, pengambilan sampel kasus kritis sering digunakan
dalam penelitian eksplorasi dan kualitatif untuk menilai apakah fenomena yang
menarik itu ada (di antara alasan lain).

3.2 Saran
Untuk meningkatkan cara belajar mahasiswa maka kami bermaksud memberi saran,
yaitu :
1. Mahasiswa seharusnya tidak melakukan tindakan plagiat atau copy paste dari
materi yang ada, tpi mahasiswa diharapkan mampu memahami materi yang
diberikan dengan baik kemudian menuliskannya dalam bentuk makalah sesuai
dengan pemahannya mengenai materi yang telah di berikan.
2. Mahasiswa sebaiknya membaca buku yang sudah diakui kebenarannya bukan
hanya mengambil materi dari blog.
3. Dosen pengajar seharusnya lebih tegas lagi dalam memberikan tugas sehingga
mahasiswa tidak berani untuk melakukan copy paste pada materi yang ada di blog
internet.
4. Mahasiswa juga seharusnya mampu mengamalkan materi yang telah dibuat dalam
kehidupan sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Black, K. (2010) “Business Statistics: Contemporary Decision Making” 6th edition,


John Wiley & Sons

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Cahyono, Tri. 2018. Statistika Terapan dan Indikator Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish

Gayahu, Sri Asih. 2019. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Sleman: Deepublish

Hidayat, Anwar. 2017. “Penjelasan Teknik Purposive Sampling Lengkap Detail”


https://www.statistikian.com/2017/06/penjelasan-teknik-purposivesampling. html diakses
pada 23 Maret 2020 pukul 00.15.

Mufarriqoh, Zainatul. 2020. Statistika Pendidikan. Surabaya: Jakad Media


Publishing Research Metodology. 2019. “Purpossive Sampling” https://researchmethodology.
net/sampling-in-primary-data-collection/purposive-sampling/ diakses pada 17 Maret 2020
pukul 6.50.

Saunders, M., Lewis, P. & Thornhill, A. (2012) “Research Methods for Business Students”
6th edition, Pearson Education Limited

13

Anda mungkin juga menyukai