Anda di halaman 1dari 18

Tugas Individu

Mata Kuliah
Pengembangan Model Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen: Dr. Ramly, M.Hum.

“ANALISIS KEBUTUHAN”

(NEED ASSESMENT)

OLEH :
SITTI SULAEHA
KELAS “E” PAREPARE

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2015
KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
"Analisis Kebutuhan" dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu Ilmu yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan semua pihak yang telah ikut serta
memberikan dukungan baik dukungan moril maupun spritual, sehingga makalah ini dapat selesai.
            Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas individu. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai analisis kebutuhan yang berkaitan dengan kurikulum 2013 yang saat ini
diterapkan.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini,
dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca yang
budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan
segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Parepare, November 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Implementasi Kurikulum 2013..................................................................................... 3
B. Problematika Kurikulum 2013 pada Pelajaran Bahasa Indonesia................................ 5
C. Kesenjangan antara fakta dan konsep ideal.................................................................. 9
D. Solusi implementasi kurikulum 2013, khusunya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia 12
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan................................................................................................................... 14
B. Saran............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada suatu kegiatan pendidikan tidak lepas dari kurikulum. Adapun kurikulum digunakan
sebagai pedoman oleh pelaku pendidikan guna meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah.
Dengan adanya kurikulum maka diharapkan dunia pendidikan di Indonesia semakin bermutu dan
berkarakter.
Kurikulum saat ini dirasakan mempunyai peran dan fungsi yang kompleks. Hal tersebut
karena kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik
formal maupun non formal, sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam
kurikulum tersebut. Sejalan dengan tuntutan zaman, perkembangan masyarakat dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi, saatnya dunia pendidikan memasuki masa
inovasi dan berjalan mencapai sasarannya. Maka dalam hal ini analisis kebutuhan kurikulum
sangat urgen, demi tercapainya rencana dan sasaran pengajaran dan pembelajaran.
Salah satu asumsi dasar pengembangan kurikulum dalam bidang pendidikan harus
didasarkan pada analisis kebutuhan siswa. Prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi tentang kebutuhan siswa dikenal dengan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan
sebagai tahap awal yang perlu dibedakan dalam perencanaan program bidang pendidikan.
Analisis kebutuhan ini dilakukan agar bagaimana dapat merangcang prosedur yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan peserta didik. Namun seiring
dengan perkembangannya, kurikulum masih saja mengalami perubahan sehingga tidak jarang
terdapat kesenjangan di dalam pelaksanaannya. Untuk itu dengan adanya analisis kebutuhan
kurikulum, maka akan dapat diketahui mengenai jarak atau kesenjangan, solusi dan penilaian
kurikulum pendidikan di Indonesia.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang dilaksanakan di pendidikan
Indonesia saat ini. Implementasi kurikulum 2013 sudah mulai dilakukan di sekolah-sekolah di
Indonesia., khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia juga sudah mulai diterapkan
kurikulum 2013. Mengingat banyaknya kendala yang terjadi pada implementasi kurikulum 2013
membuat pelaksanaan kurikulum 2013 tidak selalu berjalan mulus.
Implementasi kurikulum 2013 dikenal lebih sulit untuk diterapkan mengingat sosialisasi
yang dilakukan oleh pemerintah terasa kurang. Meskipun begitu, para guru mata pelajaran

1
berusaha mengatasinya sehingga kurikulum 2013 tetap terlaksana. Sekalipun terdapat masalah,
namun dapat untuk ditindaklanjuti dengan efektif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka, rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ?
2. Apa sajakah problematika kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ?
3. Apa saja kesenjangan antara fakta dan konsep ideal ?
4. Bagaimankah solusi dari masalah kurikulum, khususnya pada pembelajaran Bahasa
Indonesia ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang akan dibahas
pada makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui problematika kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui kesenjangan antara fakta dan konsep ideal .
4. Untuk mengetahui solusi dari masalah kurikulum, khususnya pada pembelajaran Bahasa
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Implementasi Kurikulum 2013


Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan pembelajaran berbeda-
beda, demikian pada kurikulum sekarang ini.  Scientific approach (pendekatan ilmiah) adalah
pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran kurikulum 2013.
Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya.pada setiap langkah
inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
pendekatan ilmiah.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya.Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis
pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas
pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji
hipotesis (Kemendikbud, 2013).
Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sani (2014: 50-51) bahwa “pendekatan
saintifik berkaitan erat dengan metode ilmiah yang pada umumnyamelibatkan kegiatan
pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan
data.Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan.Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan
memperoleh informasi dari berbagai sumber”.
Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah
sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik “tahu apa.”Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan
untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan (Kemendikbud, 2013).
3
Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Sani (2014 : 26) bahwa” pembelajaran yang
dilakukan harus dapat melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter
melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi”. Seperti pada gambar
di bawah ini:

Sikap
(Tahu
Mengapa)

Produktif
Kreatif
Inovatif
Keterampilan Afektif Pengetahuan
(Tahu
Bagaimana) (Tahu Apa)

Gambar 2.1 Dimensi Pembelajaran yang Harus diterapkan


Sumber : (Kemendikbud, 2013)
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta
untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini,
tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah (Kemendikbud, 2013).
Pendekatan saintifik model kurikulum 2013 diharapkan guru terlebih dahulu dapat
memahami langkah-langkah dan tata cara penggunaan pendekatan saintifik ini dengan baik agar
dalam kegiatannya nanti dapat berjalan dengan sempurna. Dalam Salinan Permendikbud Nomor
81 A Tahun 2013, langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok, yaitu:
a. Mengamati
b. Menanya
c. Mengumpulkan informasi
d. Mengasosiasi
e. Mengkomunikasikan

4
Pendekatan Saintifik ini paling tidak dilaksanakan dengan melibatkan tiga model
pembelajaran, diantaranya problem based learning, project based learning, dan discovery based
learning. Ketiga model ini akan menunjang how to do yang dielu-elukan dalam kurikulum 2013.
Pada dasarnya, ketiga model pembelajaran yang diharapkan terlaksana dalam kurikulum 2013
tersebut, sudah dijalankan sebagian guru dalam pembelajaran selama ini. Namun tidak semua
siswa memiliki kemampuan yang sama. Maka dari itu pelaksanaan kurikulum 2013 akan
mengalami hal yang serupa di kurikulum terdahulu jika paradigma masyarakat kita khususnya
pelajar masih beranggapan bahwa guru adalah segalanya. Pelaksanaan kurikulum 2013 dilakukan
melalui Pendekatan Scientific yang menakankan pada lima aspek penting yaitu, mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dak komunikasi. Lima aspek ini harus benar-benar terlihat pada
pelaksanaan pembelajaran di lapangan. Namun demikian, dalam penerapan kurikulum ini bukan
tanpa hambatan. Pihak sekolah mengakui amat banyak hambatan yang dihadapi dalam
menyiapkan penerapan K 13 ini. Mulai dari buku ajar yang baru tersedia sekitar akhir agustus
sampai guru sebagai pelaksana penerapan K 13 yang belum begitu memahami secara detil
penerapan K 13. Hal ini disebabkan kurangnya pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah
dalam menyiapkan para pendidik. Bahkan masih banyak guru yang sampai saat ini belum sempat
mengikuti pelatihan intensif mengenai kurikulum 2013. Permasalahan-permasalahan ini tentu
akan mengurangi efektivitas penerapan kurikulum di sekolah.

B. Problematika Kurikulum 2013 Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia

“Ganti menteri ganti kurikulum”. Itulah perkataan yang sering muncul di kalangan guru.
Sejak lahirnya kurikulum, pembelajaran bahasa Indonesia tidak pernah lepas dari berbagai
macam problema. Dalam kurikulum 1968 (kurikulum yang mengacu pada materi) pembelajaran
berdasarkan materi sebagai bahan ajarnya. Sehingga, proses belajar mengajar tidak jelas arah dan
tujuannya.

Menyadari pentingnya tujuan pembelajaran dalam kurikulum, kurikulum 1968 yang


bertumpu pada meteri sudah tidak relevan lagi. Oleh karena itu, kurikulum tersebut
disempurnakan menjadi kurikulum 1975 yang menitikberatkan pada tujuan pembelajaran. Dalam
kurikulum 1975 pun, pembelajaran bahasa juga tidak bebas dari permasalahan pembelajaran.
Kurikulum yang menginstruksikan berbagai macam tujuan. Mulai dari tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus menimbulkan kebingungan
5
guru dalam merumuskan tujuan khusus. Kenyataan itu, mengakibatkan perlunya menyiapkan
guru sebagai pelaksana kurikulum di depan kelas.

Permasalahan yang muncul dalam kurikulum 1975 melahirkan kurikulum 1984. Kurikulum
ini tetap bertumpu pada tujuan, akan tetapi ada perbedaan yang agak menonjol, di samping
memfokuskan pada kemampuan berbahasa yang harus dimiliki peserta didik juga
menitikberatkan pada fungsi bahasa. Dari sinilah, akhirnya tujuan kurikuler dalam kurikulum ini
sudah semakin jelas dan baik.

Kurikulum 1994 merupakan penyempurnaan kurikulum 1984. Dalam kurikulum ini masih
berorientasi pada tujuan. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah
(1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indosesia sebagai bahasa Nasional dan bahasa
Negara, (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta
menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3)
siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, kematangan emosional, dan sosial, (4) siswa mampu menikmati, menghayati,
memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga masih banyak persoalan berkaitan
dengan pembelajaran bahasa. KTSP pada prinsipnya sangat terbuka adanya muatan lokal dalam
pengembangannya sehingga pengembangan dan implementasi kurikulum muatan lokal
mendukung dan melengkapi KTSP.

KTSP yang mengisyaratkan pembelajaran sepenuhnya diserahkan kepada pihak satuan


pendidikan, realisasinya pemerintah masih memberlakukan ujian nasional sebagai penentu
kelulusan. Malpraktik pendidikan juga akibat kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Dalam
KTSP memberikan keleluasaan kepada sekolah utamanya guru dalam membuat skenario
pembelajaran mulai dari rencana pembelajaran sampai dengan evaluasi. Tetapi, realitas kelulusan
diambil alih oleh pemerintah dengan mengharuskan sekolah melaksanakan ujian nasional.

Kurikulum 2013  memiliki perubahan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dibandingkan
dengan kurikulum sebelumnya yakni pembelajaran berbasis teks. Adapun beberapa masalah yang
timbul dari penerapan kurikulum 2013 antara lain :
6
1. Terjadi polemik dalam pembuatan kurikulum bahasa Indonesia pada K13 disebabkan
terdapat dua kubu pembuat kebijakan yang seringkali tak searah yakni antara pusat bahasa
dan pusat kurikulum. Sehingga menghasilkan kurikulum Bahasa Indonesia yang banyak
permasalahan.
2. Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah mengenai pemahaman
tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
3. Tidak diberlakukannya ujicoba sebelumnya terhadap kurikulum 2013 sehingga guru
merasa kurang dilatih untuk melaksanakan kurikulum 2013 dalam Kegiatan
Pembelajarannya, khususnya Bahasa Indonesia yang dipaksa mempelajari konsep baru
tentang pembelajaran berbasis teks.
4. Pengembangan kurikulum dan silabus dalam kurikulum 2013 tidak memperhatikan
relevansinya dengan karakteristik daerah sehingga seharusnya jika memperhatikan hal
tersebut maka silabus tidak akan bersifat terpusat.
5. Penghapusan mata pelajaran TIK (teknologi informasi dan komputer) di SMP
berimplikasi besar terhadap kemampuan siswa menggunakan TIK. Guru Bahasa
Indonesia selain mengajarkan Bahasa Indonesia juga harus diiringi kemampuannya
dengan TIK yang mengikuti perkembangan zaman.
6. Kurang memperhatikan aspek psikologi belajar dilihat dari pengurutan materi pelajaran
tiap jenjang kelas yang tidak sesuai.
7. Pendekatan saintific dirasakan kurang sesuai dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang
merupakan ilmu humaniora.
8. Teks yang dipelajari dalam buku pegangan siswa masih banyak materi-materi kebahasaan
terpilah-pilah sehingga Bahasa Indonesia dirasakan sebagai pelajaran yang sulit.
9. Materi pembelajaran Bahasa Indonesia membuat muatan Kurikulum 2013 penuh struktur
teks.
10. Kurikulum 2013 melakukan reduksi secara besar-besaran terkait dengan jenis teks sastra.
Dari sejumlah kekayaan yang ada dalam khazanah sastra Indonesia, hanya sebagian kecil
yang dimasukkan dalam kurikulum.

7
Dari segi guru, kendala yang dihadapi dalam impelementasi kurikulum 2013, diantaranya:
1. RPP
RPP bagi seorang guru merupakan hal yang wajib bukan hanya untuk melengkapi
administrasi saja, tetapi juga guna memperlancar proses pembelajaran maka setiap pembelajaran
menggunakan RPP sebagai bahan perencanaan bagi pembelajaran yang akan berlangsung.
Sebagaimana ketentuan, maka RPP yang dibuat mengacu pada silabus yang telah disediakan oleh
pemerintah serta mempertimbangkan prota promes guna mengefektifkan pembelajaran yang akan
dilangsungkan.
Mengenai sistematis, karena tahun ini kurikulum 2013 mulai diberlakukan secara efektif
maka RPP yang dibuatpun mengacu pada sistematis yang telah disesuaikan dengan K 13 ini.
Adapun dalam hal perancangannya biasanya selain berdasarkan pengetahuan yang dimiliki juga
dilakukan konsultasi dengan guru-guru lain terutama dengan guru yang sama-sama mengapu
pelajaran bahasa Indonesia.

2. Pelaksanaan RPP
Sebagaimana tujuan RPP yang merupakan sebagai pegangan guru pada saat mengajar,
RPP merupakan sebagai dasar bagi pelaksanaan pembelajaran meskipun selanjutnya lebih
fleksibel dan berfokus pada buku ajar siswa. Karena siswa yang kami ajar termasuk bukan siswa
yang memiliki semangat belajar tinggi karena memang latar belakang serta lingkungan yang
memengaruhi mereka. Maka dari itu, fleksibilitas lebih diperlukan guru disana guna membawa
siswa pada tujuan pembelajaran yang diinginkan serta membuat siswa lebih nyaman dan kondusif
dalam belajar.
Selain itu, terkadang RPP harus disisihkan dengan mempertimbangkan daya tangkap
siswa terhadap materi yang diajarkan. Berdasarkan pengakuan beberapa guru Bahasa Indonesia
sebagai narasumber bahwa jika mereka pakem pada RPP siswanya masih banyak yang tidak
dapat mengikuti materi yang diajarkan. Sehingga mereka lebih memilih menyesuaikan ketika
siswanya telah paham dengan pelajaran yang ia sampaikan baru materinya ia lanjutnya. Akan
tetapi konsekuensinya RPP yang telah disiapkan tidak sepenuhnya terlaksana.

3. Bahan Ajar
Buku guru serta buku siswa. Adapun untuk melengkapi bahan ajar tersebut biasanya guru
mencari bahan tambahan di internet serta lembar kerja yang biasanya disesuaikan dengan

8
lingkungan siswa. Artinya tidak sepenuhnya mengikuti bahan yang ada di buku guru serta buku
siswa.
Dari segi siswa, kendala yang dihadapi pada implementasi kurikulum 2013, diantaranya:
a. Terdapat siswa yang mengalami kebingungan tentang materi yang diajarkan. Apalagi jika
siswa dituntut untuk mencari sendiri bahan ajarnya, maka terdapat beberapa siswa yang
memang masih memerlukan bimbingan dan belum sepenuhnya dapat mengikuti pelajaran
dengan baik.
b. Terdapat siswa yang belum siap dengan tuntutan yang ada pada kurikulum 2013. Setiap
siswa memiliki keterampilan dan kemampuan yang berbeda. Misalnya siswa yang biasa
menulis maka ketika dituntut untuk berbicara akan tidak siap. Begitu pun sebaliknya, ketika
siswa yang mampu berbicara di depan tetapi dituntut untuk menulis maka biasanya ia akan
menagalami kesulitan pula

C. Kesenjangan antara fakta dan konsep ideal


Kurikulum di Indonesia telah mengalami pergantian sebanyak 7 kali.Jika diamati,
perubahan kurikulum dari tahun 1947 hingga 2006 yang menjadi faktor atas perubahan itu
diantaranya:

1. Menyesuaikan dengan perkembangan jaman, hal ini dapat dilihat pada awal perubahan
kurikulum dari Rencana Pelajaran 1947 menjadi Rencana Pelajaran Terurai 1952. Awalnya
hanya mengikuti atau meneruskan kurikulum yang ada kemudian dikembangkan lagi dengan
lebih menfokuskan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
2. Kepentingan politis semata, hal ini sangat jelas terekam dalam perubahan kurikulum 2004
(KBK) menjadi kurikulum 2006 (KTSP). Secara matematis masa aktif kurikulum 2004
sebelum diubah menjadi kurikulum 2006 hanya bertahan selama 2 tahun. Hal ini tidak sesuai
dengan perkembangan sebelum-sebelumnya. Dalam kurun waktu yang singkat ini, tidak bisa
dibuktikan baik tidaknya sebuah kerikulum. Hal senada juga diungkapkan bahwa lahirnya
kurikulum 1968 hanya bersifat politis saja, yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama.

Kurikulum yang selama ini mengalami pergantian tidak lain adalah untuk dikembangkan
dan diperbaiki. Sedangkan pengembangan kurikulum dilakukan karena adanya empat faktor,
yaitu:

9
1. Falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru.
2. Harapan dan kebutuhan masyarakat.
3. Hakekat anak yang masing-masing mempunyai perkembangan fisik, mental, psikologi,
emosional, sosial dan cara belajar yang berbeda.
4. Hakekat pengetahuan atau disiplin ilmu yang disajikan adalah sebagai bahan pelajaran.

Adanya kurikulum pendidikan di Indonesia tidak selalu berjalan sesuai dengan tujuan dan
harapan. Seiring dengan perubahan kurikulum dari tahun ketahun masih terdapat kesenjangan
antara fakta dan idealnya. Identifikasi kesenjangan kurikulum seperti pada tabel di berikut ini

Aspek yang
No Kondisi saat ini Konsep Ideal
ditinjau
Belum sepenuhnya menekankan Berkarakter mulia
pendidikan berkarakter
Kompetensi Belum menghasilkan keterampilan sesuai Keterampilan yang relevan
1.
Lulusan kebutuhan
Pengetahuan-pengetahuan lepas Pengetahuan-pengetahuan
yang terkait
Belum relevan dengan kompetensi yang Relevan dengan
dibutuhkan kompetensi yang
Materi
2. dibutuhkan
pembelajaran Beban belajar terlalu berat Materi yang esensial
Terlalu luas, kurang mendalam Sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
Berpusat pada guru (teacher centerd Berpusat pada peserta
learning) didik (student centered
active learning)
Sifat pembelajaran berorientasi pada Sifat pembelajaran yang
Proses
3. buku teks kontekstual
pembelajaran Buku teks hanya memuat materi Buku teks memuat materi
bahasan dan proses pembelajaran,
sistem penilaian serta
kompetensi yang
diharapkan

Pada masa sekarang siswa tidak hanya diharapkan unggul diranah kognitif saja, akan
tetapi juga diranah afektif dan psikomotorik. Selain dari identifikasi di atas, apabila kembali
menyimak naskah akademik Komite Reformasi Pendidikan Nasional, maka dapat diketahui

10
tentang alasan yang mendasari amandemen UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menjadi RUU Sistem Pendidikan yang baru. Ada beberapa argumen yang memaparkan
kelemahan mendasar dalam UU No. 2 Tahun 1989 apabila ditinjau dari pengamatan saat ini,
yaitu adanya politisasi pendidikan. Pendidikan menjadi alat pemerintah yang berkuasa dan
merupakan bagian dari birokrasi, sehingga program-programnya harus direstui pemerintah. Hal
ini mengakibatkan matinya berbagai kreativitas dan inovasi dalam bidang pendidikan. Serta
adanya sistem pendidikan sentralistik, sehingga UU disusun sedemikian rupa sebagai acuan besar
yang mengatur segala bentuk kegiatan dalam sistem pendidikan. Idealnya kurikulum tidak
ditetapkan secara kaku, maksudnya sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum
di sekolah, sehingga kepala sekolah dan guru memiliki kebebasan dalam menerapkannya di
kelas..

Adapun perbedaan yang mendasar pada pembelajaran Bahasa Indonesia dalam


pembelajaran terpadu KTSP 2006 dan Tematik Integratif kurikulum 2013 ialah :

1. KTSP 2006 Bahasa Indonesia sejajar dengan mapel dan pembelajaran secara terpisah
Sedangkan pada kurikulum 2013 bersifat tematik integratif Pembelajaran tematik
integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema mata pelajaran. Bahasa
Indonesia sebagai penghela mata pelajaran  lain yaitu pengantar kemata pelajaran lain 
2. Contohnya pada setiap mata pelajaran atau setiap pembelajaran semuanya menggunakan
keterampilan membaca, menanya, menulis dan mengkomunikasikan semuanya tentu
menggunakan Bahasa Indonesia.
3. Di dalam KTSP 2006, mata pelajaran Bahasa Indonesia dirancang berdiri sendiri dan
memiliki kompetensi dasar sendiri dan mata pelajaran Bahasa Indonesia, diajarkan
dengan pendekatan berbeda. Tiap jenis konten pembelajaran pun diajarkan terpisah.
Sedangkan pada kurikulum 2013, mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain
dan memiliki kompetensi dasar yang diikat Kompetensi Inti tiap kelas. Tiap mata
pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan). Pada
Kurikulum 2013 ini, pengurangan mata pelajaran sekolah akan terjadi di tingkat SD dan
SMP. SMP yang semula mempunyai 12 mata pelajaran, pada tahun 2013 hanya akan
mempunyai 10 mata pelajaran. 10 mata pelajaran tersebut yakni Pendidikan Agama,
Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa

11
Inggris, Seni Budaya dan Muatan Lokal, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan
Prakarya. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge.
atau pengantar ilmu pengetahuan.
4. Pada KTSP 2006 setiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda sedangkan
pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama
(saintifik) contohnya melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar,
mengkomunikasikan dll.

D. Solusi dari masalah implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia

Kurikulum yang berlaku saat ini (Kurikulum 2013) dirancang terkait satu sama lain dan
memliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti pada setiap mata pelajaran. Ada tiga
ranah yang harus dinilai yaitu ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan).

Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang berbasis teks. Kompetensi dasar
yang selalu ada dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu:

a. Kegiatan berbicara
b. Kegiatan menulis
c. Kegiatan membaca
d. Kegiatan mendengarkan
Kegiatan tersebut selalu ada dalam materi pelajaran yang akan diajarkan. Tidak semua materi
pelajaran dalam mata pelajaran Bahasa indonesia dapat menggunakan langkah-langkah
pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan). Agar
dapat terlaksana sesuai dengan kurikulum, maka guru Bahasa Indonesia diharapkan mampu
berinovasi dalam memilih media yang tepat pada setiap materi pelajaran. Media-media yang telah
dipilih akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Misalnya. Pada pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media pemutaran film.
Berikut-berikut langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan media audio visual
berdasarkan pendekatan saintifik.

Kegiatan mengamati : Dengan menggunakan media audio visual (LCD dan proyektor), siswa
mengamati film yang diputar.
12
Kegiatan menanya : dengan tanya jawab, guru bersama siswa mengidentifikasi unsur-unsur
cerpen yang terdapat pada film yang sudah ditonton.

Kegiatan mencoba: siswa diberi kesempatan untuk menulis cerpen berdasarkan unsur-unsurnya.

Kegiatan mengasosiasi : siswa diminta untuk menyimpulkan isi cerpen yang ditulis dengan
mengidentifikasi unsur-unsur cerpen yang ada di dalamnya.

Kegiatan Mengkomunikasikan : siswa diberi kesempatan untuk membacakan cerpen yang ditulis
di depan kelas

Adapun secara umum, solusi yang ditawarkan dalam mengatasi masalah implementasi
kurikulum 2013, sebagai berikut:

1. Mengadakan lebih banyak kegiatan sosialisasi kurikulum 2013 kepada guru, mengingat
masih banyak guru-guru yang kesulitan memahami kurikulum 2013. Kemudian instruktur
sosialisasi hendaknya juga berkomunikasi dengan guru mengenai masalah atau hambatan
yang masih terjadi pada guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.
2. Memperbaiki atau merefisi buku ajar kurikulum 2013 yang sudah beredar di sekolah.
Terutama para guru harus pandai-pandai menyesuaikan buku ajar kurikulum 2013 dengan
kondisi siswanya.
3. Guru hendaknya memberikan orientasi atau pengenalan dulu kepada siswa terhadap materi
yang akan disampaikan sehingga siswa dapat memahami nantinya ia akan mempelajari
mengenai apa.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Seiring analisis kebutuhan kurikulum merupakan suatu proses formal untuk menentukan
jarak atau kesenjangan antara seperti apa yang ada dan bagaimana seharusnya dari suatu
kurikulum, diambil prioritas masalah utamanya lalu diselesaikan masalahnya. Analisis kebutuhan
adalah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan yang didasarkan atas logika
yang bersifat rasional, perubahan yang bersifat fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan
warga negara, kelompok dan individu.

Karena kurikulum adalah bagian dari pendidikan, maka tujuan kurikulum hanya untuk
kepentingan tujuan pendidikan. Adapun tujuan dari analisis kebutuhan kurikulum adalah untuk
mencari solusi yang tepat untuk memecahkan masalah kurikulum. Salah satu asumsi dasar
pengembangan kurikulum dalam bidang pendidikan harus didasarkan pada analisis kebutuhan
siswa. Prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan siswa
dikenal dengan analisis kebutuhan. Metode analisis kebutuhan dalam pengembangan kurikulum
dibuat untuk bisa mengukur tingkat kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran siswa dari apa
yang diharapkan dan apa yang sudah didapat. Dalam pengukuran kesenjangan seorang analisis
harus mampu mengetahui seberapa besar masalah yang dihadapi.

B. Saran

Pemerintah masih harus membenahi dan merefesi kurikulum 2013 dan mencari solusi
secara makro mengenai problema yang dialami oleh sekolah, guru dan tentunya para siswa.
Kemudian sebaiknya para guru mata pelajaran saling berkomunikasi tentang perkembangan
kurikulum 2013 sehingga apabila terjadi suatu masalah dalam penerapan di dalam mata pelajaran
dapat segera bersama-sama mencari pemecahannya

14
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Agus. 2014. Perbedaan kurikulum 2013 dengan Kurikulum KTSP [Online]
(http://agusakbar25.blogspot.co.id/2014/09/perbedaan-bahasa-indonesia-dalam-
ktsp.html, di akses pada tanggal 25 November 2015).

Anwar, 2003. Analisis Kebutuhan Dalam Kurikulum, [Online]


(http://smpnempatbbt.blogspot.com/2013/05/analisis-kebutuhan-dalam-kurikulum.html, di
akses pada tanggal 25 November 2015).

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam


Pembelajaran. Dalam Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013;
Konsep Pendekatan Scientific.Bandung: Kemendikbud.
Kuniasih, Imas. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013, Memahami Berbagai
Aspek Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Kata Pena
Sani, R. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum.

https://pangeransastra.wordpress.com/2015/05/12/problematika-pembelajaran-bahasa-indonesia-
kaitannya-dengan-kurikulu/

15

Anda mungkin juga menyukai