Anda di halaman 1dari 23

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PjBL


PADA PEMBELAJARAN IPA

MAKALAH

Oleh:

ASNUL FITRIA, S. Si
NIP. 19750125 200212 2006

SMAN 1 IX KOTO SUNGAI LASI


CABANG DINAS WILAYAH III SOLOK RAYA
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
2022

HALAMAN PENGESAHAN
Makalah tentang “Model-Model Pembelajaran Dan Penerapan Model Pembelajaran PjBL Pada
Pembelajaran IPA” disusun oleh Asnul Fitria, S.Si NIP. 19750125 200212 2 006, disahkan untuk
dapat digunakan sesuai dengansemestinya.

Sungai Lasi, Agustus 2022


Kepala SMAN I IX Koto Sungai Lasi

Syahrial, S.Pd, M.Pd


NIP. 19650321 198602 1 004
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang atas karunia-Nya melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kesehatan juga nikmat sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah berjudul “Model-Model Pembelajaran Dan Penerapan Model Pembelajaran
PjBL Pada Pembelajaran IPA”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat
yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis telah berupaya maksimal, namun menyadari mungkin masih ada kelemahan baik dari
segi isi maupun penulisan dan juga tata bahasa. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran MIPA.

Sungai Lasi, Agustus 2022


Penulis,

Asnul Fitria, S.Si

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .....................................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................6
1.3. Tujuan...................................................................................................................................6
1.4. Manfaat penulisan ................................................................................................................6
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Model Pembelajaran ...........................................................................................7
2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran ...........................................................................................8
2.3 Fungsi Model Pembelajaran .............................................................................................9
2.4 Jenis-jenis Model Pembelajaran .......................................................................................9
2.5 Macam-Macam Model Pembelajaran ............................................................................. 10
2.6 Penerapan Model Pembelajaran PjBL ............................................................................ 13
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................... 20
3.1. KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah saja, tetapi
di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat pendidikan. Tri pusat pendidikan adalah tempat
di mana anak mendapatkan pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kehidupan keluarga (informal), sekolah (fomal) maupun masyarakat (non formal). Seseorang
dikatakan belajar jika dalam dirinya terjadi aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku
dan dapat diamati relatif lama. Proses belajar mengajar yang penting yaitu guru sebagai pengajar
tidak mendominasi kegiatan, tetapi menciptakan atmosfer belajar siswa serta memberikan
motivasi dan bimbingan agar siswa mengembangkan potensi dan kreatifitasnya masing-masing.
Perilaku guru akan berkorelasi positif dengan prestasi siswa jika mampu mengalokasikan dan
menggunakan waktu dalam belajar.
Seorang guru dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar di kelas harusterlebih dahulu
memahami berbagai pendakatan, strategi, dan modelpembelajaran. Hal tersebut dilakukan karena
siswa yang diajar dalam satukelas memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam prakteknya
seorang guru harusingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala
situasidan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepatharuslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitasyang tersedia dan kondisi guru
tersebut. pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran bermula dari pendekatan pembelajaran memilikipandangan yang
berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangantentang guru, dan pandangan
tentang siswa, berdasarkan perbedaan sudutpandang tersebutlah mengakibatkan strategi dan
model pembelajaran yangdikembangkan menjadi berbeda. Sehingga proses pembelajaran akan
berbedawalaupun strategi pembelajaran sama.Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-
gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai
model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran
yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model
pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-
media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Penerapan project based learning (PjBL) dalam pembelajaran sains dari hasil penelitian
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif (Baran dan Maskan, 2010), membentuk sikap dan
prilaku peduli terhadap lingkungan (Kılınç, 2010; Tseng, et al, 2013), keterampilan proses sains
(Özer dan Özkan, 2012), dan pembelajaran yang efektif (Cook et al, 2012; Movahedzadeh et al,
2012). Pembelajaran berbasis proyek lebih cocok untuk pengajaran interdisipliner karena secara
alami melibatkan banyak keterampilan akademik yang berbeda, seperti membaca, menulis, dan
matematika dan cocok untuk membangun pemahaman konseptual melalui asimilasi mata
pelajaran yang berbeda (Capraro, et al, 2013).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran ?
2. Apakah ciri-ciri model pembelajaran yang baik digunakan untuk pembelajaran ?
3. Apa fungsi dari model pembelajaran ?
4. Apa saja jenis-jenis model pembelajaran ?
5. Apa saja macam-macam model pembelajaran ?
6. Apa yang dimaksud model pembelajaran project based learning (PjBL)?
7. Bagaimana deskripsi PjBL terintegrasi STEM dalam pembelajaran MIPA?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi model pembelajaran
2. Mengetahui ciri-ciri model pembelajaran
3. Mengetahui fungsi model pembelajaran
4. Mengetahui jenis-jenis model pembelajaran
5. Mengetahui macam-macam model pembelajaran
6. Mengetahui model pembelajaran project based learning (PjBL)
7. Mengetahui deskripsi PjBL terintegrasi STEM dalam pembelajaran IPA

1.4. Manfaat penulisan


1. Secara teoritis
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam bidang
pendidikan khususnya terkait model-model pembelajaran dan penerapannya dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran IPA
2. Secara praktis
a. Bagi guru
1) Memberikan evaluasi terhadap model pembelajaran yang digunakan untuk
pembelajaran sesuai kondisi siswa.
2) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk lebih menyiapkan pembelajaran yang
tepat untuk mengembangkan kecerdasan pada siswa.
b. Bagi siswa
Menjadikan siswa lebih mengembangkan potensi dan kecerdasan yang dimiliki,
karena evaluasi yang sudah diberikan oleh guru. Tambahan referensi bagi siswa
dan guru dalam upaya reformasi pembelajaran masa kini di abad 21 mengenai
model PjBL.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yangdigunakan sebgai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas ataupembelajaran dalam tutorial. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatanpembelajaran yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan pengajaran,tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran
danpengelolaan kelas. Pengertian lain menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
kerja yang memberikan gambaran sistematis untuk melaksanakan pembelajaran agar membantu
belajar siswa dalam tujuan tertentu yang ingin dicapai. Artinya, model pembelajaran merupakan
gambaran umum namun tetap mengerucut pada tujuan khusus.
Berikut Pengertian Model Pembelajaran menurut Para Ahli:
1. Trianto
Menurut Trianto (2010) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial.”
2. Saefuddin & Berdiati
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Saefuddin & Berdiati, 2014).
3. Sukmadinata & Syaodih
Model pembelajaran merupakan suatu rancangan (desain) yang menggambarkan proses
rinci penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran agar terjadi perubahan atau perkembangan diri siswa (Sukmadinata &
Syaodih, 2012).
4. Joyce & Weil
Joyce & Weil dalam Rusman (2014) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang bahkan dapat digunakan untuk membentuk
8
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau lingkungan belajar lain.

2.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran


Ciri-ciri model pembelajaran yang baik digunakan adalah sebagai berikut:
1) Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa melalui kegiatan mengalami,
menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap.
2) Adanya keikutsertaan siswa secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model
pembelajaran
3) Guru bertindak sebagai fasilisator, coordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar
siswa
4) Penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran.
Selain itu menurut Kardi & Nur dalam Ngalimun (2016) model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri tersebut antara lain:
1) Model pembelajaran merupakan rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta
atau pengembangnya.
2) Berupa landasan pemikiran mengenai apa dan bagaimana siswa akan belajar (memiliki
tujuan belajar dan pembelajaran yang ingin dicapai).
3) Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Sedangkan menurut Hamiyah dan Jauhar (2014) ciri-ciri model pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar tertentu.
2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.
4) Memiliki perangkat bagian model.
5) Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran baik langsung maupun
tidak langsung.

2.3 Fungsi Model Pembelajaran


Fungsi model pembelajaran adalah pedoman dalam perancangan hingga pelaksanaan
pembelajaran. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Trianto (2010) yang
mengemukakan bahwa fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang
pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.Oleh karena itu pemilihan model
sangat dipengaruhi sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan siswa.

2.4 Jenis-jenis Model Pembelajaran


Menurut Joyce & Weil dalam buku Suprihatiningrum (2013) model-model mengajar
(pembelajaran) terbagi menjadi empat kategori sebagai berikut.
1) Information Processing Model (Model Pemrosesan Informasi)
9
Model ini menekankan pada pengolahan informasi dalam otak sebagai aktivitas mental
siswa. Model ini akan mengoptimalkan daya nalar dan daya pikir siswa melalui
pemberian masalah yang disajikan oleh guru. Tugas siswa adalah memecahkan masalah-
masalah tersebut. Model ini menerapkan teori belajar behavioristik dan kognitivistik. Ada
tujuh model yang termasuk dalam rumpun ini, yakni :
1. Inductive thinking model (model berpikir induktif) yang dikembangkan olehHilda Taba;
2. Inquiry training model (model pelatihan inkuiri/penyingkapan/penyelidikan) yang
dikembangkan oleh Richard suchman;
3. Scientific inquiry (penyelidikan ilmiah) yang dikembangkan oleh Joseph J. Schwab;
4. Concept attainment (pencapaian konsep) oleh Jerome Bruner;
5. Cognitive growth (pertumbuhan kognitif) dikembangkan oleh Jean Piaget;
6. Advance organizer model (model pengatur/penyelenggaraan tingkat lanjut) oleh David
Ausubel;
7. Memory (daya ingat) oleh Harry Lorayne).
2) Personal Model (Model Pribadi)
Sesuai dengan namanya, model mengajar dalam rumpun ini berorientasi kepada
perkembangan diri individu. Implikasi model ini dalam pembelajaran adalah guru harus
menyediakan pembelajaran sesuai dengan minat, pengalaman, dan perkembangan mental
siswa. Model-model mengajar dalam rumpun ini sesuai dengan paradigma student
centered atau pembelajaran yang berpusat pada siswa/siswa.
3) Social Interaction Model (Model Interaksi Sosial)
Rumpun model mengajar social interaction model menitikberatkan pada proses interaksi
antar individu yang terjadi dalam kelompok. Model-model mengajar disetting dalam
pembelajaran berkelompok. Model ini mengutamakan pengembangan kecakapan individu
dalam berhubungan dengan orang lain.
4) Behavioral Model (Model Perilaku)
Rumpun model ini sesuai dengan teori belajar behavioristik. Pembelajaran harus
memberikan perubahan pada perilaku si pembelajar ke arah yang sejalan dengan tujuan
pembelajaran

2.5 Macam-Macam Model Pembelajaran


Menurut Hamdayama (2016) macam-macam model pembelajaran adalah sebagai
berikut:
2.5.1 Model Pembelajaran Inquiry
Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan proses berpikir secara kritis serta analitis kepada siswa agar mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan secara mandiri
melalui penyelidikan ilmiah.

2.5.2 Model Pembelajaran Kontekstual


Merupakan model dengan konsep belajar yang membuat guru untuk mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
monoton dan mencatat.
10
Model mengajar ini juga dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa karena
dihadapkan pada situasi dunia nyata. Ada tujuh komponen utama dari
pembelajaran kontekstual yang membuatnya khas jika dibandingkan dengan model
yang lain, yakni:
1. Kontruktivisme, mendorong peserta didik agar bisa mengkonstruksi
pengetahuannya melalui pengamatan dan pengalaman;
2. Inquiry, didasarkan pada penyingkapan, penyelidikan atau pencarian dan
penelusuran;
3. Bertanya, sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu;
4. Learning community, dilakukan dengan membuat kelompok belajar;
5. Modeling, dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
siswa;
6. Refleksi, proses pengkajian pengalaman yang telah dipelajari;
7. Penilaian nyata, proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar siswa.

2.5.3 Model Pembelajaran Ekspositori


Ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa supaya siswa dapat
menguasai materi secara optimal. Dalam model pengajaran ekspositori seorang
pendidik harus memberikan penjelasan atau menerangkan kepada siswa dengan cara
berceramah. Sehingga menyebabkan arah pembelajarannya monoton karena sangat
ditentukan oleh kepiawaian ceramah guru.

2.5.4 Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Nama lainnya dalam bahasa inggris adalah Problem based learning yang dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pemecahan masalah menjadi
langkah utama dalam model ini.

2.5.5 Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah kerangka konseptual rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Kelompok-kelompok tersebut bekerja sama
untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.5.6 Model pembelajaran PAIKEM


Merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Pembelajaran ini dirancang agar membuat anak lebih aktif mengembangkan kreativitas
sehingga pembelajaran bisa berlangsung secara efektif, optimal, dan pada akhirnya
terasa lebih menyenangkan.
11
2.5.7 Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)
Kerangka perencanaan dalam pembelajaran kuantum adalah TANDUR (Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Komponen utama
pembelajaran kuantum dapat berupa:
1. Peta konsep sebagai teknik belajar efektif;
2. Teknik memori, adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai
dengan cara kerja otak;
3. Sistem pasak lokasi;
4. Teknik akrostik, teknik menghafal dengan cara mengambil huruf depan dari
materi yang ingin diingat kemudian menggabungkannya.
Intinya metode pembelajaran ini menggunakan berbagai cara untuk membuat
pembelajaran menerap dan dipahami dengan mudah oleh siswa. Caranya bisa sangat
interaktif dan melibatkan siswa dalam kegiatan langsung untuk mendemonstrasikan
materi diiringi perayaan seperti yel motivasi.

2.5.8 Model pembelajaran kelas rangkap


Pembelajaran kelas rangkap menekankan dua hal utama, yakni penggabungan kelas
secara integrative dan pembelajaran terpusat pada siswa, sehingga Guru tidak harus
mengulang kembali untuk mengajar pada dua kelas yang berbeda dengan program
yang berbeda pula. Efisiensi adalah kunci dari model pembelajaran ini. Merangkapkan
beberaparombongan belajar dapat meningkan efisiensi pembelajaran.
Macam-macam model pembelajaran kelas rangkap atau biasa disingkat PKR meliputi:
1. Model PKR 221: dua kelas, dua mata pelajaran, datu ruangan;
2. Model PKR 222 : berarti memiliki dua kelas dan dua mata pelajaran, pada dua
ruangan;
3. Model PKR 333 : tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan.

2.5.9 Model Pembelajaran Tugas Terstruktur


Pembelajaran ini menekankan pada penyusunan tugas terstruktur yang wajib
diselesaikan oleh siswa guna mendalami dan memperluas penguasaan materi yang
sesuai dengan materi pembelajaran yang sudah dikaji. Bentuk tugas terstruktur
meliputi laporan ilmiah, portofolio (produk ciptaan siswa), makalah individu, makalah
kelompok, dsb.

2.5.10 Model pembelajaran portofolio


Model pembelajaran portofolio menitikberatkan pada pengumpulan karya terpilih dari
satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan
untuk memecahkan masalah. Prinsip dasar model pembelajaran portofolio, yaitu
prinsip belajar siswa aktif dan kelompok belajar kooperatif untuk menghasilkan
produk portofolio secara bersama.
12
2.5.11 Model pembelajaran tematik
Merupakan pembelajaran dengan suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan
materi beberapa pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan sesuai dengan kebutuhan
lingkungan siswa yang akan menjadi lahan dunia nyata bagi dirinya.
Pembelajaran tematik mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu:
1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan;
2. Bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema;
3. Efisiensi (terdiri dari beberapa pelajaran sekaligus).

2.6 Penerapan Model Pembelajaran PjBL


Penerapan project based learning (PjBL) dalam pembelajaran sains dari hasil penelitian dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif (Baran dan Maskan, 2010), membentuk sikap dan prilaku peduli
terhadap lingkungan (Kılınç, 2010; Tseng, et al, 2013), keterampilan proses sains (Özer dan Özkan,
2012), dan pembelajaran yang efektif (Cook et al, 2012; Movahedzadeh et al, 2012). Pembelajaran
berbasis proyek lebih cocok untuk pengajaran interdisipliner karena secara alami melibatkan banyak
keterampilan akademik yang berbeda, seperti membaca, menulis, dan matematika dan cocok untuk
membangun pemahaman konseptual melalui asimilasi mata pelajaran yang berbeda (Capraro, et al,
2013). Definisi Project Based Learning.
Project based learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas dalam sebuah
proyek (Thomas, 2000). Menurut NYC Departement of Education (2009), PjBL merupakan strategi
pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan konten mereka sendiri dan
mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi. Sedangkan George Lucas
Educational Foundation (2005) mendefinisikan pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa
secara aktif mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam (hlm. 1). Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik
kesimpulan bahwa PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan
mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan
masalah di dunia nyata secara mandiri.
Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya merupakan
tujuan dari PjBL. Namun kemandirian dalam belajar perlu dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa
dalam belajar bila menggunakan PjBL. Siswa SD maupun SMP masih perlu dibimbing dalam
menyelesaikan tugas proyek bahkan siswa SMA. Bimbingan guru diperlukan untuk mengarahkan
siswaagar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alur pembelajaran.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
siswa (Kemdikbud, 2014).
Johnson & Lamb (2007) menyatakan bahwa : project based learning focuses on creating a
product or an artifact by using problem-based and inquiry- based learning depending on the depth
of the driving question. Terdapat keterkaitan antara problem based learning (PBL) dan inquiry based
learning (IBL) dalam PjBL. PBL berfokus pada solving real-world, dan pembelajaran inquiry
13
berfokus pada problem-solving skills, sedangkan PjBl berfokus pada penciptaan proyek atau produk
dalam membangun konsep.

A. Karakteristik PjBL
Kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek tidak semuanya disebut sebagai PjBL.
Beberapa kriteria harus dimiliki untuk dapat menentukan sebuah pembelajaran sebagai bentuk PjBL.
Lima kriteria suatu pembelajaran merupakan PjBL adalah sentralitas, mengarahkan pertanyaan,
penyelidikan kontruktivisme, otonomi, dan realistis (Thomas, 2000; Kemdikbud, 2014) :
1. The project are central, not peripheral to the curriculum. Kriteria ini memiliki dua
corollaries. Pertama, proyek merupakan kurikulum. Pada PjBL, proyek merupakan inti
strategi mengajar, siswa berkutat dan belajar konsep inti materi melalui proyek. Kedua,
keterpusatan yang berarti jika siswa belajar sesuatu di luar kurikulum, maka tidaklah
dikategorikan sebagai PjBL.
2. Proyek PjBL difokuskan pada pertanyaan atau problem yang mendorong siswa mempelajari
konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari mata pelajaran. Definisi proyek bagi
siswa harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan
pengetahuan konseptual yang melatarinya. Proyek biasanya dilakukan dengan pengajuan
pertanyaan- pertanyaan yang belum bisa dipastikan jawabannya (ill-defined problem).
Proyek dalam PjBL dapat dirancang secara tematik, atau gabungan topik-topik dari dua atau
lebih mata pelajaran.
3. Proyek melibatkan siswa pada penyelidikan konstruktivisme. Sebuah penyelidikan dapat
berupa perancangan proses, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan
masalah, penemuan, atau proses pengembangan model. Aktivitas inti dari proyek harus
melibatkan transformasi dan konstruksi dari pengetahuan (pengetahuan atau keterampilan
baru) pada pihak siswa. Jika aktivitas inti dari proyek tidak merepresentasikan “tingkat
kesulitan” bagi siswa, atau dapat dilakukan dengan penerapan informasi atau keterampilan
yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud adalah tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan
proyek PjBL yang dimaksud.
4. Project are sudent-driven to some significant degree. Inti proyek bukanlah berpusat pada
guru, berupa teks aturan atau sudah dalam bentuk paket tugas. Misalkan tugas laboratorium
dan booklet pembelajaran bukanlah contoh PjBL. PjBL lebih mengutamakan kemandirian,
pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat kaku, dan tanggung jawab siswa daripada proyek
tradisional dan pembelajaran tradisional.
5. Proyek adalah realistis, tidak school-like. Karakterisitik proyek memberikan keotentikan
pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas, peranan yang dimainkan
siswa, konteks di mana kerja proyek dilakukan, produk yang dihasilkan, atau kriteria di
mana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. PjBL melibatkan tantangan-tantangan
kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik (bukan simulatif), dan
pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.

B. Pembelajaran PjBL
Tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas Education Foundation
dan Dopplet. Sintaks PjBL (Kemdikbud, 2014) yaitu :
14
Fase 1 : Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan
dapat mengarahkan siswa untuk membuat proyek. Pertanyaan seperti itu pada umumnya
bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi (high order thinking), dan terkait dengan kehidupan siswa. Guru berusaha agar
topik yang diangkat relevan untuk para siswa.

Fase 2: Menyusun perencanaan proyek (design project)


Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian
siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting,
dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule)


Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek,
(2) menentukan waktu akhir penyelesaian proyek,
(3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati harus disetujui
bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di
luar kelas.

Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of
project)
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan
proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan
kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses
pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang penting.

Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome)


Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar
kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan
balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.

Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)


Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu
maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
15
pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan
suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pertama pembelajaran.
Menurut Doppelt (2005), PjBL yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa
memungkinkan pembelajaran sains dan teknologi kepada siswa dari berbagai latar belakang.
Doppelt (2005) dalam hasil penelitiannya lebih menekankan pada Creative Design Prosess
(CDP). CDP ini memilki enam tahapan, yaitu:
Tahap 1: Merancang tujuan (Design Purpose)
Langkah pertama dalam merancang proses adalah menentukan rancangan masalah. Tiga
langkah penting dalam langkah pertama ini adalah :
a. The Problem and The Need, siswa mendeskripsikan alasan yang memotivasi mereka untuk
memilih proyek. Mereka juga menetapkan masalah dan menentukan kebutuhan untuk
mendapatkan solusi masalah.
b. The Target Clientele and Restrictions, siswa mendeskripsikan target clientele
dan menetapkan pembatasan yang mereka ambil dalam pertimbangan.
c. The design goals, siswa menetapkan permintaan kebutuhan yang merekaharapkan.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan/ inquiry (Field of Inquiry)
Langkah kedua dalam proses desain adalah untuk menentukan bidang penyelidikan di
mana masalah berada. Berdasarkan definisi masalah dan tujuan dari langkah pertama. Siswa
harus meneliti dan menganalisis sistem yang ada yang mirip dengan apa dikembangkan.
Langkah pada tahap 2 termasuk dalam:
a. Information Sources
b. Identification of Engineering, Scientific, and Societal Aspects
c. Organization of the Information and its Assessment
Tahap 3: Mengajukan alternatif solusi (Solution Alternatives)
Mempertimbangkan solusi alternatif untuk rancangan masalah. Langkah ini
memungkinkan siswa untuk membuat keputusan berbagai macam kemungkinan atau ide
kreatif yang tak pernah dicoba sebelumnya. Siswa diberikan saran dan petunjuk dalam:
a. Ideas Documentation
b. Consider All Factors
c. Consequence and Sequel
d. Other People’s View
Tahap 4: Memilih solusi (Choosing the Preferred Solution)
Memilih salah satu solusi alternatif yang dibuat, pilihan dilakukan dengan
mempertimbangkan gagasan yang didokumentasikan dalam tahap mengajukan solusi alternatif.
Solusi yang dipilih mengikuti kriteria:
a. Mempunyai lebih banyak poin positif dan sedikit poin negatif.
b. Berdasarkan banyak faktor dan pandangan yang mungkin
c. Terlihat solusi yang baik di antara solusi yang lain
d. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan masalah.
Tahap 5: Melaksanakan kegiatan (Operation Steps)
Merencanakan metode untuk implementasi solusi yang dipilih misalnya jadwal,
ketersediaan bahan, komponen, bahan, alat dan menciptakan prototype.
16
Tahap 6: Evaluasi (Evaluation)
Tahap evaluasi terjadi pada akhir proses kegiatan, tujuannya untuk refleksi kegiatan
berikutnya.

C. PjBL Terintegrasi STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)


Project based learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang disarankan dalam
kurikulum 2013, sedangkan STEM lebih pada sebuah strategi besar. Pembelajaran PjBL
memiliki langkah-langkah tersendiri, berbeda dengan langkah-langkah PjBL terintegrasi
STEM (selanjutnya digunakan istilah PjBL STEM). Karakteristik PjBL dengan PjBL STEM
terdapat persamaan, namun PjBL STEM lebih menekankan pada proses mendesain. Design
process adalah pendekatan sistematis dalam mengembangkan solusi dari masalah dengan well-
define outcome (Capraro, et al, 2013).
Proses pembelajaran PjBL STEM dalam membimbing siswa terdiri dari lima langkah,
setiap langkah bertujuan untuk mencapai proses secara spesifik. Berikut ini tahapan dalam
proses pembelajaran PjBL STEM yang efektif (Laboy- Rush, 2010).

Tahap 1: Reflection
Tujuan dari tahap pertama untuk membawa siswa ke dalam konteks masalah dan
memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai menyelidiki/investigasi. Fase ini
juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa yang diketahui dan apa yang perlu dipelajari.

Tahap 2: Research
Tahap kedua adalah bentuk penelitian siswa. Guru memberikan pembelajaran sains,
memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan sumber informasi yang relevan.
Proses belajar lebih banyak terjadi selama tahap ini, kemajuan belajar siswa mengkonkritkan
pemahaman abstrak dari masalah. Selama fase research, guru lebih sering membimbing
diskusi untuk menentukan apakah siswa telah mengembangkan pemahaman konseptual dan
relevan berdasarkan proyek.

Tahap 3: Discovery
Tahap penemuan umumnya melibatkan proses menjembatani research dan informasi
yang diketahui dalam penyusunan proyek. Ketika siswa mulai belajar mandiri dan menentukan
apa yang masih belum diketahui. Beberapa model dari STEM PjBL membagi siswa menjadi
kelompok kecil untuk menyajikan solusi yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi, dan
membangun kerjasama antar teman dalam kelompok. Model lainnya menggunakan langkah ini
dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun habit of mind dari proses
merancang untuk mendesain.

Tahap 4: Application
Pada tahap aplikasi tujuannya untuk menguji produk/solusi dalam memecahkan
masalah. Dalam beberapa kasus, siswa menguji produk yang dibuat dari ketentuan yang
ditetapkan sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki langkah
sebelumnya. Di model lain, pada tahapan ini siswa belajar konteks yang lebih luas di luar
STEM atau menghubungkan antara disiplin bidang STEM.
17

Tahap 5: Communication
Tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan
mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi merupakan langkah
penting dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan
kolaborasi maupun kemampuan untuk menerima dan menerapkan
umpan balik yang konstruktif. Seringkali penilaian dilakukan berdasarkan penyelesaian
langkah akhir dari fase ini.
PjBL menurut ketiga ahli (Lucas, Doppelt, dan Laboy-Rush) dirangkum pada tabel
berikut.
Tabel 2. Perbedaan Tahap PjBL Lucas, CDP Doppelt dan PjBL STEM Laboy-Rush
Ahli
Tahapan PjBL Lucas CDP Doppelt PjBL STEM
Laboy-Rush
Pertama Start with essential Design purpose Reflection
question
Kedua Design project Field of inquiry Research
Ketiga Create schedule Solution alternatives Discovery
Keempat Monitoring the Choosing the preferred Application
students solution
and progress of
project
Kelima Assess the outcome Operation steps Communication
Keenam Evaluation the Evaluation
experience

PjBL Lucas dan Laboy-Rush tidak menjelaskan secara spesifik langkah- langkah dalam
rancangan proyek, sedangkan Doppelt menekankan alternatif pemecahan masalah dengan
memilih prioritas utama dalam menentukan proyek dan memunculkan kreativitas siswa. Lucas
membahas PjBL secara umum, Doppelt mengkaitkan PjBL dengan sains dan teknologi, dan
Laboy-Rush mengintegrasikan science, technology, engineering, and mathematics dalam PjBL.

D. Asesmen dalam PjBL


Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa selama pembelajaran. Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran
tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan (Kemdikbud,
2014) yaitu:
18
1) Kemampuan pengelolaan : kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisanlaporan.
2) Relevansi: Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian: Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta
didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan
penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian. Sumber-sumber data penilaian tersebut meliputi (Kemdikbud, 2014, hlm. 85):
1. Self-assessment (penilaian diri) penting dilakukan untuk merefleksikan diri siswa sendiri,
tidak hanya menunjukkan apa yang siswa rasakan dan apa yang seharusnya siswa berhak
dapatkan. Siswa merefleksikan dirinya seberapa baik mereka bekerja dalam kelompok dan
seberapa baik siswa berkontribusi, bernegosiasi, mendengar dan terbuka terhadap ide-ide
teman dalam kelompoknya. Siswa pun mengevaluasi hasil proyeknya sendiri, usaha,
motivasi, ketertarikan dan tingkat produktivitas.
2. Peer Assessment (penilaian antar siswa) merupakan element penting pada penilaian PjBL:
guru tidak akan selalu bersama semua siswa di setiap waktu dalam proses pengerjaan
proyek, dan peer assessment akan memudahkan untuk menilai siswa secara individu
dalam sebuah kelompok. Siswa menjadi
kritis terhadap kerja temannya dan berupaya untuk saling memberikan umpanbalik.
3. Rubrik penilaian produk, Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan
dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang- barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam
atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3
(tiga) tahap dansetiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
- Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
- Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
- Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta
didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

E. Keunggulan dan Keterbatasan PjBL


Dibandingkan dengan model lain, PjBL mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
siswa dalam materi tertentu dan menjadikan siswa mampu mengaplikasikan satu pengetahuan
tertentu dalam konteks tertentu (Doppelt, 2005, hlm. 10). Siswa harus terlibat secara kognitif
dalam proyek selama waktu tertentu. Keterlibatan dalam tugas yang kompleks adalah salah
satu komponen penting pembelajaran karena kita berasumsi bahwa siswa akan termotivasi
19
untuk menguji ide mereka dan kedalamana pemahaman pada saat menghadapi masalah
autentik.
PjBL pun melibatkan proses inquiry dan dapat memotivasi siswa secara kuat karena
adanya pameran. PjBL dapat meningkatkan semangat untuk belajar antara siswa dan para
pengajar. Juga memunculkan banyak keterampilan (seperti manajemen waktu, berkolaborasi
dan pemecahan masalah). Siswa pun belajar
untuk menyesuaikan dengan berbagai macam kemampuan siswa dan kebutuhan belajar.
Moursund (1997, dalam Wena, 2013) dan Kemdikbud (2014) menyebutkan beberapa
kelebihan penggunaan PjBL adalah:
1. Increased motivation. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka
untuk melakukan pekerjaan penting. Siswa tekun bekerja dan berusaha keras untuk belajar
lebih mendalam dan mencari jawaban atas keingintahuan dan dalam menyelesaikan
proyek.
2. Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar PjBL membuat siswa menjadi
lebih aktif memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Siswa mempunyai pilihan untuk
menyelidiki topik-topik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata, saling bertukar
pendapat antara kelompok yang membahas topik yang berbeda, mempresentasikan proyek
atau hasil diskusi mereka. Hal tersebut juga mengembangkan keterampilan tingkat tinggi
siswa.
3. Increased collaborative. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan berkomunikasi.
4. Improved library research skills. Karena PjBL mensyaratkan siswa harus mampu secara
cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi.
5. Increased resource-management skills. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam
mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya seperti alat
dan bahan menyelesaikan tugas. Ketika siswa bekerja dalam kelompok, mereka belajar
untuk mempelajari keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat
kesepakatan tentang tugas yang akan dikerjakan, siapa yang akan bertanggungjawab untuk
setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.
6. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata
7. Meningkatkan kemampuan berpikir. Laporan PjBL tidak hanya berdasar informasi yang
dibaca saja, tetapi melibatkan siswa untuk belajar mengembangkan masalah, mencari
jawaban dengan mengumpulkan informasi, berkolaborasi dan menerapkan pengetahuan
yang dipahami untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata.
8. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
Berdasarkan berbagai bentuk penelitian, PjBL lebih efektif untuk(Thomas, 2000):
1. Peningkatan prestasi belajar siswa
2. Peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
3. Peningkatan pemahaman siswa dalam materi pelajaran
4. Peningkatan dalam pemahaman yang berhubungan dengan keterampilan khusus dan
strategi pengenalan pada proyek.
5. Adanya perubahan dalam kelompok pemecahan masalah, kebiasaan kerja dan proses PjBL
lainnya.
20
Selain keunggulan/keuntungan PjBL yang telah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan
PjBL juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu (Kemdikbud, 2014):
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Walaupun demikian, pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu alternatif yang
ditawarkan dalam kurikulum 2013. Ada banyak macam proyek yang dapat dilakukan oleh
guru dan siswa. Proyek dapat meningkatkan ketertarikan siswa karena keterlibatan siswa dalam
memecahkan masalah autentik, bekerja sama dengan kelompok, dan membangun solusi atas
masalah yang nyata.
Proyek masih dianggap memiliki potensi untuk meningkatkan pemahaman secara
mendalam karena siswa perlu mendapatkan dan menerapkan informasi, konsep, dan prinsip-
prinsip selama pembelajaran. Siswa pun memiliki potensi untuk meningkatkan kompetensi
dalam berpikir (belajar dan metakognisi) karena siswa ditugaskan untuk memformulasi
rencana, kemajuan dan mengevaluasi solusi.
Keberadaan teknologi termutakhir sangat diperlukan dalam menciptakan proyek yang
kreatif. Keterkaitan antara sains dan teknologi maupun ilmu lain tidak dapat dipisahkan dalam
pembelajaran sains. Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM) yang
terintegrasi dalam PjBL akan mampu membangun keterampilan abad 21 dalam
mempersiapkan generasi emas Indonesia. Pendekatan STEM mempersiapkan siswa untuk
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam berkompetisi pada abad ke-21
(Sanders, 2009; Becker & Park, 2011), seperti keterampilan teknologi, mahir berkomunikasi
dan pemecahan masalah (Bell, 2010).
21
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang
siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan
tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga
memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tiap-tiap model pembelajaran
membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda.
Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru
(konvensional). Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus dimiliki atau
dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan lebih hidup dan
bermakna. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai
terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran merupakan salah satu penunjang
akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.
Model project based learning (PjBL) dikembangkan oleh tiga ahli, yaitu: Lucas,
Doppelt, dan Laboy-Rush. PjBL Lucas dan Laboy-Rush tidak menjelaskan secara spesifik
langkah-langkah dalam rancangan proyek, sedangkan Doppelt menekankan alternatif
pemecahan masalah dengan memilih prioritas utama dalam menentukan proyek dan
memunculkan kreativitas siswa. Lucas membahas PjBL secara umum, Doppelt mengkaitkan
PjBL dengan sains dan teknologi, dan Laboy- Rush mengintegrasikan science, technology,
engineering, and mathematics dalam PjBL.

3.2. Saran
Sebaiknya guru menggunakan model pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi
dan kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan supaya diperoleh pembelajaran yang
bermakna, menyenangkan dan berpusat pada siswa.
Setelah mendeskripsikan model project based learning menurut ketiga ahli, guru IPA
hendaknya:
1. Menggunakan model PjBL sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat
diimplementasikan dalam proses belajar mengajar dengan menyesuaikan karakteristik
materi ajar.
2. Mengintegrasikan STEM ke dalam PjBL untuk membekali siswa keterampilan abad 21.
22

DAFTAR PUSAKA

Baran, M. & Maskan, A. (2010). The Effect of Project-Based Learning On Pre-


Service Physics Teachers’ Electrostatic Achievements. Cypriot Journal of
Educational Sciences vol 5 : 243-257
Becker, K. & Park, K. (2011). Effects of integrative approaches among science,
technology, engineering, and mathematics (STEM) subjects on students’
learning: A preliminary meta-analysis. Journal of STEM Education
Bell, S. (2010). Project Based Learning for the 21th Century: Skills for the Future.
The Clearing House, 83: 39-43
Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Capraro, et al. (2013). STEM Project-Based Learning : An Integrated Science,


Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Approach (second ed).
Rotterdam : Sense Publishers
Cook, et al. (2012). Preparing Biology Teachers to Teach Evolution in a Project-
Based Approach. Winter vol. 21 no. 2 : 18-30
Daryanto, 2012. Model Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta: Gava Media,
Doppelt, Y. (2005). Assessment of project based learning in a mechatronics
context. Journal of Technology Education. Vol 16 no.2: 7-24
Hamdayama, Jumanta. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamiyah, N., Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta:


Prestasi PustakaPublisher
Kemdikbud. (2014). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun
ajaran 2014/2015: Mata pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Laboy-Rush, D. (2010). Integrated STEM education through project-based
learning. www.learning.com/stem/whitepaper/ integrated-STEM-through
Project-based-Learning.
Ngalimun (2016). Strategi model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo.

Rusman. (2014). Model-model pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru).


Jakarta :Raja Grafindo Persada.
Saefuddin, A. & Berdiati, I. (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sanders, M. (2009). STEM, STEM education, STEM mania. The Technology
Teacher, 68 (4), hlm. 20-26.
Sukmadinata, N.S. & Syaodih, E. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.
Bandung:PT Refika Aditama.
Suprihatiningrum, Jamil (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Trianto (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Thomas, J.W. (2000). A Review of Research on Project Based Learning.


California : The Autodesk Foundation.
Wena, M. (2013). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan
konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara
23

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH III AROSUKA
SMA NEGERI 1 IX KOTO SUNGAI LASI
Alamat : Jln. Taruang-Taruang Web: www.sman1sungailasi.sch.id
e-mail: smansaseila@yahoo.co.id (0755) 3212008

SURAT REFERENSI PERPUSTAKAAN


Nomor : 800/ /Din.Pdk.04/SMA-01/TU-2022

Yang bertanda tangan di bawah ini K e p a l a Perpustakaan SMAN 1 IX


KotoSungai Lasi Kabupaten Solok:
Nama : Desnimarwanti, S.Pd
NIP : 19751226 200212 2 002
Pangkat/Gol : Pembina / IV.a
Jabatan : Kepala Perpustakaan SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi
Unit Kerja : SMAN 1 IX Koto Sungai Lasi
Dengan ini menerangkan bahwa Makalah di bawah ini yang berjudul:
Judul : “Model-Model Pembelajaran Dan Penerapan Model
Pembelajaran PjBL Pada Pembelajaran IPA”
Penulis : Asnul Fitria, S.Si
Tahun : 2022
Adalah benar merupakan referensi di perpustakaan SMAN 1 IX Koto Sungai
LasiKabupaten Solok.

Demikianlah surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Mengetahui : Sungai Lasi, 25 Agustus 2022


Kepala SMAN1 IX Koto Sungai Lasi

Syahrial, S.Pd, M.Pd Maiyatifiora, S.Pd


NIP. 19650321 198602 1 004 NIP. 196805052013021002

Anda mungkin juga menyukai