Anda di halaman 1dari 30

HAKIKAT MODEL, PENDEKATAN, METODE, STRATEGI,

TEKNIK DAN TAKTIK PEMBELAJARAN IPA SD

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-


Model Pembelajaran IPA SD

Dosen Pengampu : Romi Laspita, M.Pd

Putri Salma 2086206073


Fidyatul Husnah 2086206033
Sindi Silvitri 2086206084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang mana ia telah
memberikan kita nikmat dan karunia-Nya, sehingga kita bisa mempermudah dalam
menyelesaikan pembuatan atau penyusunan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “Hakikat Model, Pendekatan, Metode, Teknik dan
Taktik pembelajaran IPA SD”, dengan tujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Model-model pembelajaran IPA SD, dengan dosen pengampu Romi Laspita, M.Pd.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini terutama kelompok kami
yakni kelompok 1, semoga Allah maha pemurah membalas dengan kebaikan yang
berlipat ganda.
Penulis menyadari berbagai kekurangan dan kelemahan dalam penulisan makalah
ini. Oleh karena itu berbagai masukan sangat penulis harapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
Akhirnya dengan segala kesederhanaan makalah ini, penulis berharap semoga
makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dan ilmu bagi pembaca.

Bangkinang, 03 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar belakang masalah...........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................1
C. Tujuan penulisan.....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Pendekatan pembelajaran IPA SD.........................................................................2
1. Pengertian pendekatan pembelajaran IPA SD................................................2
2. Macam-macam pendekatan pembelajaran IPA SD........................................3
B. Strategi Pembelajaran IPA SD...............................................................................4
1. Pengertian strategi pembelajaran IPA SD......................................................4
2. Macam-macam strategi pembelajaran IPA SD...............................................4
C. Metode Pembelajaran IPA SD...............................................................................5
1. Pengertian metode pembelajaran IPA SD......................................................5
2. Macam-macam metode pembelajaran IPA SD...............................................5
D. Model Pembelajaran IPA SD................................................................................6
1. Pengertian Model pembelajaran IPA SD........................................................6
2. Macam-macam Model pembelajaran IPA SD................................................6
E. Penerapan pendekatan, Strategi, Metode dan Model dalam pembelajaran
IPA SD...................................................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP......................................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pembelajaran IPA secara terpadu, sebagaimana dituntut dalam pembelaran IPA di


tingkat sekolah menengah pertama, merupakan pembelajaran IPA yang disajikan sebagai
satu kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya siswa tidak belajar ilmu fisika, biologi, dan
kimia secara terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua di
desain dalam satu kesatuan. Menurut Fogarty (1991) pembelajaran terpadu meliputi
pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antarmata pelajaran, serta terpadu
dalam dan lintas peserta didik. Fogarty (1991) mengemukakan beberapa model
pembelajaran terpadu seperti model jaring laba-laba (webbed), model terhubung
(connected), dan model terintegrasi (integrated). Ketiga model tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda. Untuk materi yang saling umpang tindih dan menyebabkan
pemahaman yang tidak utuh bila dipisahkan, maka sesuai apabila menggunakan model
terintegrasi, untuk materi yang konsep-konsepnya saling bertautan dapat dikembangkan
menggunakan model terhubung, sedangkan untuk materi yang tidak beririsan akan
tetapi bila dipadukan ke dalam satu tema dapat memberikan pemahaman yang lebih
utuh dapat menggunakan model jaring laba-laba. Agar pembelajaran dapat berlangsung
efektif, pemilihan model pembelajaran.
B. Rumusan masalah
1. Apa konsep dasar dari pendekatan pembelajaran IPA SD?
2. Apa konsep dasar dari strategi pembelajaran IPA SD?
3. Apa konsep dasar dari metode pembelajaran IPA SD?
4. Apa konsep dasar dari model pembelajaran IPA SD?
5. Apa konsep dasar dari teknik pembelajaran IPA SD?
6. Apa konsep dasar dari taktik pembelajaran IPA SD?

C. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dari pendekatan pembelajaran IPA SD
b. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dari metode pembelajaran IPA SD.
c. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dari teknik pembelajaran IPA SD.
PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, MODEL, TEKNIK DAN
TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

A. Pendekatan Pembelajaran IPA di SD


1. Pengertian Pendekatan
Menurut DR. Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan (2006) (dalam Nurjannah, 2015)pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum. Menurut Drs. Asep Jihad, M.Pd dan Dr. Abdul Haris, M.Sc dalam bukunya
Evaluasi Pembelajaran (2008) (dalam Nurjannah, 2015) pendekatan adalah suatu antar usaha
dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu atau
kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif. Pendekatan juga bisa
diartikan suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru juga siswa untuk
mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pengajaran
atau materi pengajaran itu dikelola.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah
sudut pandang atau titik tolak kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi dengan penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.
2. Macam-Macam Pendekatan yang dapat digunakan dalam Pembelajaran IPA SD
a. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber
belajar (dalam Irianti, 2014). Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran
akan menarik siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang
dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan sehingga dapat
dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang
dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.
Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.Lingkungan sebagai salah
satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat
berhargadalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan
memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan
pada kondisi yang sebenarnya sehingga dapat memecahkan masalah lingkungan, dan
menanamkan sikap cinta lingkungan.
b. Pendekatan Inkuiri
Kuslan dan Stone (dalam Dahar dan Liliasari, 1986 dalam Nurjannah, 2015)
mendefinisikan pendekatan inkuiri sebagai pengajaran dimana guru dan murid
mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Arti
inkuiri adalah proses penemuan dan penyelidikan masalah-masalah, menyusun hipotesa,
merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang hasil
pemecahan masalah sehingga anak melakukan eksperimen sendiri, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
Secara operasional, Kuslan dan Stone (dalam Dahar dan Liliasari, 1986 dalam
Nurjannah, 2015) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1) Menggunakan keterampilan-keterampilan proses IPA.
2) Tidak ada keharusan untuk menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu.
3) Jawaban-jawaban yang dicari tidak diketahui lebih dulu, dan tidak ada dalam buku
pelajaran. Buku-buku petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran-
saran untuk menentukan jawaban, bukan memberi jawaban.
4) Murid-murid bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan mereka sendiri.
5) Proses pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan “mengapa” dan
“bagaimana kita mengetahui”, serta “betulkah kesimpulan kita ini”.
6) Suatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu
dapat dipecahkan oleh murid.
7) Hipotesa dirumuskan oleh murid-murid.
8) Murid-murid mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen,
pegadaan pengamatan, membaca dan menggunakan sumber-sumber lain.
9) Semua usul ini dinilai bersama, bila ditentukan pula asumsi-asumsi, keterlibatan-
keterlibatan dan kesukaran-kesukaran.
10) Murid-murid melakukan penelitian, secara individu atau kelompok, untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesa.
11) Murid-murid mengolah data dan mereka sampai kepada kesimpulan sementara, juga
diusahakan untuk memberikan penjelasan-penjelasan secara ilmiah.

c. Pendekatan Keterampilan Proses


Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan
belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992 dalam Solikhin, 2014).
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang
mengarahkan kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa Usman &
Lilis Setiawati (dalam Solikhin, 2014 ). Pendekatan keterampilan proses sebagai
pendekatan yang menekankan pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah
keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi sehingga
ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun
pengembangan sikap dan nilai. Sebagai konsekuensi dari pendekatan keterampilan proses
ini, maka siswa berperan selaku subjek dalam belajar. Siswa bukan sekadar penerima
informasi, tetapi sebaliknya sebagai pencari informasi. Oleh karena itu, siswa harus aktif
dan terampil untuk mampu mengelola perolehannya, hasil belajarnya atau
pengalamannya.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (dalam Solikhin, 2014) menyatakan adanya berbagai
keterampilan proses. Keterampilan tersebut terdiri atas:
a) Keterampilan dasar (basic skill), menjadi landasan untuk keterampilan terintegrasi
yang lebih kompleks, diantaranya :
1) Mengamati
Merupakan tanggapan kita terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan
menggunakan panca indera. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan
paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal
terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lain.
2) Mengklasifikasikan
Merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis
dari peristiwa yang dimaksud.
3) Mengkomunikasikan
Dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan
prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual.

4) Mengukur
Dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran
tertentu yang telah ditetapkan.
5) Memprediksi
Dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal
yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau
kecenderungan tertentu atau hubungan antara fakta, konsep dan prinsip ilmu
pengetahuan.
6) Menyimpulkan
Dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan terhadap suatu
objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan.
b) Keterampilan terintegrasi (integrated skills), keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan penelitian, diantaranya:
1) Mengenali variabel
Sebelum melakukan penelitian, mengenal variabel merupakan hal yang perlu
dilakukan terlebih dahulu. Ada variabel termanipulasi dan variabel terikat.
Pengenalan terhadap variabel berguna untuk merumuskan hipotesis penelitian.
2) Membuat tabel
Keterampilan membuat tabel dapat diartikan sebagai kemampuan menyajikan
data yang diperlukan pada penelitian.
3) Membuat grafik
Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk disajikan
dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi
selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal.
4) Menggambarkan hubungan antar-variabel
Keterampilan menggambarkan hubungan antar-variabel dapat diartikan sebagi
kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel termanipulasi dengan
variabel hasil atau hubungan antara variabel-variabel yang sama.
5) Mengumpulkan dan mengolah data
Kemampuan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh
informasi/data dari orang atau sumber informsi lain dengan cara lisan, tertulis,
atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif
sebagi dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan.
6) Menganalisis penelitian
Keterampilan menganalis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan
penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur
penelitian.
7) Menyusun hipotesis
Menyusun hipotesis dapat diartikan sebagi kemampuan untuk menyatakan dugaan
yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu
situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul.
8) Mendefinisikan variabel
Keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional dapat diartikan sebagai
kemampuan mendeskripsikan variabel beserta atribut sehingga tidak
menimbulkan penafsiran ganda.
9) Merancang penelitian
Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam
penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel, hipotesis yang
diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang
dilaksanakan.
10) Bereksperimen
Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk megadakan pengujian
terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan
sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide itu.
Usman & Lilis Setiawati (dalam Riyadus Solikhin, 2014) menyatakan bahwa ada
tujuh kemampuan yang dikembangkan dalam pendekatan keterampilan proses
antara lain:
a) Pengamatan, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui
penerapan dengan indera.

b) Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan


benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat
penggolongan perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda,
kenyataan, konsep sebagai dasar penggolongan.
c) Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu
berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang telah
dikumpulkan melalui pengamatan, penghitungan, penelitian atau eksperimen.
d) Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan
terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecendrungan
pola tertentu, hubungan antardata atau informasi.
e) Menerapkan (aplikasi), yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi,
kesimpulan, konsep, hukum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan, hasil
belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
f) Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena
menentukan berhasil tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu
dilatih karena selama ini pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang
dibina
g) Mengomunikasikan, yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil
belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau
penampilan.
d. Pendekatan SETS/SLTM (Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat)
Istilah SETS (Science Environment Technology and Society) dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan sebutan “salingtemas” yang merupakan sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat. Asyari (dalam Tristanti, 2011:12 dalam Solikhin, 2014)
mengartikan pendekatan SETS sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran sains yang
mengaitkan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat sekitar. Pendekatan SETS
ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui sains,perkembangan dan aplikasi
konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini membahas tentang hal-hal
yang bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas, dan dapat dilihat.

Menurut Podjiaji (dalam Tistanti, dalam Solikhin, 2014) pembelajaran Sains Lingkungan
Teknologi dan Masyarakat pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitanantara
sains teknologi dan masyarakat sekitar serta merupakan wahana untuk melatihkepekaan
siswa terhadap lingkungan sebagai akibat perkembangan sainsdan teknologi. Berdasarkan
hal tersebut siswa diharapkan dapat menerapkan pembelajaran sains dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar untuk membuat teknologi yang bermanfaat bagi
masyarakat.
Dengan pendekatan ini siswa dikondisikan dan diharapkan mampu menerapkan
prinsip-prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi
pemikiran untuk mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya
produk teknologi. Dengan demikian dapat menggunakan pendekatan sains teknologi
masyarakat untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk
kemaslahatan masyarakat.
e. Pendekatan Konseptual
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikankonsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itudiperoleh (dalam Irianti, 2014). Konsep merupakan buah pemikiran
seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi sehingga menjadi
pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari
fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berpikir abstrak. Konsep dapat
mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan
kegunaan konsep adalah menjelaskan.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi
simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung
konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang
kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat. Contoh :
Kalau guru menjelaskan konsep “mata”, maka siswa dapat memperlihatkan mata mereka
secara konkret. Guru bertanya, “Dimana matamu?”, “Apa gunanya mata?”, “Berapa
matamu?”. Dengan pertanyaan-pertanyaan ini siswa dapat menghubungkan benda
konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru.
Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan dari beberapa hal, antara
lain:
1) Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama menjadi bernama.
2) Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan unsur lain. Contoh :
Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil,
besar), Berduri (lunak, keras).
3) Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang diperlihatkan.
4) Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan bukan contoh.

f. Pendekatan Faktual
Pendekatan faktual adalah suatu cara mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil
penemuan IPA kepada siswa, dimana pada akhir suatu intruksional siswa akan
memperoleh informasi tentang hal-hal penting (dalam Ira Irianti, 2014). Terkadang
menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran tentang sifat IPA sendiri.
Biasanya, siswa tidak dapat mengingat tentang fakta dalam waktu lama karena tidak
mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh. Metode yang digunakan dalam
pendekatan ini adalah membaca, mengulang, latihan, demonstari, memberikan tes dan
lain-lain.

g. Pendekatan Discovery / Penemuan Terbimbing


Pendekatan Discovery merupakan pendekatan dimana siswa di arahkan untuk
mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga siswa
seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut (dalam Siti Nurjannah, 2015).
Dalam pendekatan penemuan, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa
sehinggasiswa dapat menemukan konsep, prinsip, hukum atau pun teori mentalnya
sendiri. Artinyasiswa tidak diberi konsep, prinsip, hukum maupun teori yang jadi tetapi
mereka diarahkanuntuk “menemukan” sendiri konsep, prinsip, hukum maupun teori yang
dikaji.

h. Pendekatan Saintifik

Pendekatan Saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi Langkah-langkah saintis


dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Penerapan pendekatan
saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran ini akan menghasilkan pembelajaran yang
lebih bermakna bila diterapkan dalam pembelajaran secara terpadu.

Ada 5 tahapan yang harus dilakukan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik,
yaitu :

1. Mengamati

Mengamati berarti melihat, membaca, mendengar, dan menyimak hal-hal atau fenomena
yang ada di sekitar kehidupan. Dengan mengamati, siswa akan menemukan berbagai
masalah untuk dipecahkan dalam pembelajaran. Agar tahapan mengamati ini berjalan
efektif, maka guru harus jeli dalam menyediakan objek yang akan diamati siswa sesuai
konteks materi yang akan diajarkan. Sebagai contoh, misalnya ketika ingin mengajarkan
tentang materi virus, maka sebaiknya guru menyiapkan gambar virus, data perkembangan
virus, video pertumbuhan virus, dll, untuk diamati siswa.

2. Menanya

Menanya berarti mempertanyakan sesuatu yang menjadi masalah dari apa yang telah
diamati. Dalam konteks menanya, siswa harus didorong untuk bertanya dan/atau
membuat rumusan masalah-bahkan kalau perlu membuat hipotesa. Sebagai contoh,
setelah mengamati berbagai media tentang virus, maka siswa akan mengajukan
pertanyaan yang terkait dengan proses pertumbuhan virus, dampak virus bagi manusia,
hewan, dan tumbuhan. Peran guru dalam tahap menanya ini adalah menyemangati dan
tidak mendesak siswa untuk bertanya serta memberikan pujian terhadap pertanyaan
sesuai ukuran bahasa siswa.
3. Mencoba

Mencoba berarti melakukan sesuatu untuk memecahkan masalah sekaligus menemukan


kebenaran hipotesa. Cara mencoba bisa dengan melakukan eksperimen, dan
menggunakan rumus dalam menghitung. Bekerja secara kolaboratif merupakan hal
terbaik dalam tahap mencoba. Sebagai contoh, ketika siswa akan memecahkan masalah
tentang bagaimana proses pertumbuhan virus, maka dapat dilakukan eksperimen atau
percobaan bagaimana virus tumbuh dalam media protein. Dalam tahap mencoba ini, guru
harus berperan sebagai mentor yang proaktif dalam membantu siswa bereksperimen.

4. Menalar

Menalar berarti memahami, menganalisis, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang
lain. Dalam menalar siswa didorong untuk mencari berbagai sumber referensi-baik secara
manual maupun digital Sumber referensi yang ada digunakan untuk mengolah data hasil
percobaan. Pada akhirnya akan diperoleh sebuah kesimpulan dari rumusan masalah dan
hipotesa yang sebelumnya sudah dibuat. Peran guru pada tahap menalar ini sebagai
pemantau dari satu kelompok ke kelompok siswa yang lain untuk memberikan
scaffolding.

5. Mempresentasikan

Mempresentasikan berarti mengkomunikasikan hasil kerja kelompok yang telah diolah


dan disimpulkan. Dalam mempresentasikan, siswa dapat menggunakan produk teknologi,
seperti lcd projektor laptop, dan powerpoint. Peram guru dalam tahapan ini adalah
memberikan penghargaan serta memperkuat konsep yang telah ditemukan siswa.

Meskipun kelima tahapan tersebit di atas terurut sesuai 5M (Mengamati, Menanya


Mencoba Menalar, dan Mengkomunikasikan ), namun dalam pelaksanaannya boleh
dikondisikan.

Artinya bahwa bisa bertukar urutannya sesuai kebutuhan dalam pembelajaran. Sekadar
contoh, pada pertemuan pertama digunakan 3M,. Selanjutnya 2M di pertemuan kedua.

Dengan memahami dan menerapkan 5 tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran


secara baik dan benar, diharapkan pembelajarsn akan semakin bermakna bagi siswa,
terutama dalam menyonsong abad 21.
B. Strategi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Pengertian Strategi
Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai pola umum atau
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Sebelum menentukan strategi pembelajaran, perlu dirumuskan tujuan
yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya. Namun, kita perlu mengingat bahwa tidak
semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua
keadaan (dalam Nurjannah, 2015).

2. Macam-Macam Strategi yang dapat digunakan dalam Pembelajaran IPA SD


a. Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi ini yang paling banyak digunakan oleh guru. Strategi ini efektif untuk
menentukaninformasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Kelebihan
strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan oleh guru. Sedangkan
kelemahannya adalah siswa dituntut memiliki sikap yang diperlukan untuk pemikiran
kritis (dalam Nurjannah, 2015).
b. Strategi Pembelajaran Tak Langsung
Strategi ini berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung. Strategi
pembelajaran taklangsung biasanya berpusat pada siswa. Pada strategi ini guru berperan
sebagai fasilitator,yang mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Kelebihan strategi ini adalah
mendorong kreativitasdan pengembangan keterampilan interpersonal dan memberikan
pemahaman yang lebih baik kepada siswa. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan
waktu yang panjang dalam penerapannya (dalam Nurjannah, 2015).
c. Strategi Pembelajaran Interaktif
Strategi ini menekankan pada diskusi dan sharing diantara peserta didik. Kegiatan
seperti ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat saling berbagi pengalaman
yang mereka miliki dalam mengerjakan suatu tugas. Kelebihan strategi ini adalah siswa
dapat belajar dari temannya dan gurunya dan belajar menghargai pendapat temannya.
Sedangkankekurangannya adalah bahwa pembelajaran sangat bergantung pada
kecakapan guru dalammenyusun dan mengembangkan dinamika kelompok (dalam
Nurjannah, 2015).
d. Strategi Pembelajaran Empirik
Strategi ini berpusat pada siswa dan berbasis aktivitas. Kelebihan strategi ini adalah
meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan sifat kritis siswa. Sedangkan
kelemahannya adalah penekanan hanya pada proses bukan pada produk dan memerlukan
waktu yang panjang (dalam Nurjannah, 2015).

e. Strategi Pembelajaran Mandiri


Strategi ini bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan
peningkatan diri. Stratgi ini kurang cocok sebenarnya untuk anak SD tapi tidak salah
apabila digunakan. Kelebihan strategi ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri
dan bertanggungjawab. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemikiran yang
kritis dan pemikiran yang dewasa, sehingga sulit menggunakannya untuk anak usia SD
(dalam Nurjannah, 2015).
C. Metode Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Pengertian Metode
Metode sering diartikan cara yang digunakan oleh guru untuk mengaplikasikan strategi
belajaryang sudah ditentukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Macam-Macam metode yang dapat digunakan dalam Pembelajaran IPA SD
a. Metode Diskusi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 28 (dalam Kumala, 2016), metode diskusi adalah
metode dimana guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, kemudian memberikan
suatu persoalan atau masalah untuk dipecahkan secara bersama-sama dengan teman satu
kelompoknya. Ciri-ciri metode ini adalah :
1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok;
2) Ada permasalahan yang sedang dicarikan solusinya;
3) Ada yang menjadi pemimpin;
4) Ada proses tukar pendapat; dan
5) Ada hasil diskusi.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 28 (dalam Kumala, 2016 ) kelebihan metode
diskusi yaitu sebagai berikut :
1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan
pendapat secara konstruktif.
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya sendiri.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 28 (dalam Kumala, 2016 ), kekurangan metode
diskusi yaitu sebagai berikut
1. Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal

b. Metode Demonstrasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2000: 28 (dalam Kumala, 2016 ), metode demonstrasi
adalah metode mengajar yang digunakan guru dengan menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian ataupun konsep-konsep IPA kepada siswa. Metode
mengajar yang seperti ini sangat disukai oleh siswa karena adanya pergerakan pada
proses belajar- mengajar.Langkah-langkah melakukan metode demonstrasi :
1) Guru menyiapkan bahan demonstrasi yang akan dilakukan dan harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
2) Guru mencoba alat terlebih dahulu.
3) Guru memberi penjelasan serta ilustrasi kepada siswa tentang demonstrasi yang
dilakukan.
4) Kegiatan demonstrasi ditindak lanjuti dengan berdiskusi antar siswa dan kemudian
siswa mencobakan alat demonstrasi.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2008:211 (dalam Gopur, 2017) kelebihan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut :
1. Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru
sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian
siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada
yang lainya.
2. Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran
yang sama.
3. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang
dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca


atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil
pengamatannya.
5. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-
keterangan yang banyak.
6. Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas
waktu proses demonstrasi.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2008:211 (dalam Gopur, 2017),kekurangan metode


demonstrasi adalah sebagai berikut:
1. Visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan
benda atau peristiwa yang didemonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubahan yang
tidak terkontrol.
2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat
itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.
3. Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan
pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh peserta didik.
4. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas.
5. Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.
6. Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu
didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.
7. Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran.
c. Metode Tanya Jawab
Menurut Hendayat Soetopo (dalam Khakam, 2013), metode tanya jawab adalah cara
penyajian bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Hendayat Soetopo (dalam Khakam, 2013) keunggulan atau keuntungan dari
metode tanya jawab, yaitu:
1. Lebih mengaktifkan siswa.
2. Memberikan kesempatan kepada untuk mengemukakan hal-hal yang belum jelas.
3. Dapat mengetahui perbedaan pendapat siswa, sehingga bisa dicari titik temunya.
4. Dapat mengurangi verbalisme.
5. Memberikan kesempatan pada guru untuk menjelaskan kembali konsep yang masih
belum jelas.

Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (dalam Khakam, 2013) kelemahan metode
tanya jawab ini adalah:
1. Apabila terjadi perbedaan pendapat akan sulit untuk menyelesaikannya.
2. Kemungkinan akan terjadi penyimpangan perhatian siswa, terutama apabila
terdapat jawaban-jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya, tetapi bukan
sasaran yang dituju.
3. Dapat menghambat cara berpikir, apabila guru kurang pandai dalam penyajian
materi pelajaran.
4. Situasi persaingan bisa timbul, apabila guru kurang pandai/ menguasai teknik
pemakaian metode ini.

d. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi
dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Cara ini kadang membosankan,
maka dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan tertentu, agar penyajiannya tidak
membosankan dan dapat menarik perhatian siswa.
Menurut Wina Sanjaya, 2006: 148 (dalam Andrean Perdana Yuwono Putra: 2014)
kelebihan metode ceramah diantaranya:
1. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah, murah maksudnya ceramah
tidak memerlukan peralatan yang lengkap, sedangkan mudah karena ceramah hanya
mengandalkan suara guru dan tidak memerlukan persiapan yang rumit.
2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, artinya materi pelajaran yang
banyak dapat dijelaskan pokok-pokoknya saja oleh guru.

3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, artinya


guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang perlu ditekankan sesuai kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Ceramah membantu guru dalam mengontrol keadaan kelas, karena kelas merupakan
tanggung jawab guru yang ceramah.
5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.

Kelemahan metode ceramah menurut Wina Sanjaya, 2006:148 (dalam Andrean


Perdana Yuwono Putra, 2014) adalah :
1. Materi yang dikuasai siswa dari hasil ceramah akan terbatas pada yang dikuasai guru.
2. Ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering
dianggap sebagai metode yang membosankan.
4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah
mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

e. Metode Eskperimen
Metode pembelajaran eksperimen adalah cara pengelolaan pembelajaran dimana siswa
melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri konsep IPA
yang dipelajarinya. Langkah-langkah melakukan metode eksperimen :
1) Guru menyiapkan alat untuk percobaan, dan harus sesuai dengan tujuan.
2) Sebelumnya guru menguji coba alat yang akan digunakan.
3) Guru memberikan lembar kegiatan siswa, dan menjelaskan apa yang harus dilakukan
oleh siswa.
4) Guru membantu dan membimbing siswa saat melakukan percobaan.
5) Percobaan ditindak lanjuti dengan diskusi antar siswa.
Menurut Roestiyah, 2012:82 (dalam Elli Kurniatiningsih, 2016) teknik
eksperimen kerapkali digunakan karena memiliki keunggulan sebagai berikut:

1. Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi


segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti
kebenarannya.
2. Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan
mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri
dengan bimbingan guru.
3. Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping memperoleh ilmu
pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam
menggunakan alat-alat percobaan.
4. Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran siuatu teori, sehingga akan
mengubah sikap mereka yang takhayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk
akal.

Menurut Sagala, 2012: 221 (dalam Elli Kurniatiningsih, 2016) metode


eksperimen ini memiliki kekurangan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasillitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah
2. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin
ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau
pengendalian.
3. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas pralatan dan bahan
mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dulu mengenal dan menggunakn alat bahan
tertentu dari pada guru.
D. Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Pengertian Model
Model pembelajaran adalah suatu pola belajar yang diterapkan oleh guru mulai dari
awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran (dalam Ayu, 2016). penerapan
model pembelajaran di SD agar pola atau struktur pembelajaran lebih terarah dan tak
melenceng dari tujuan pembelajaran. ada begitu banyak model pembelajaran yang biasa
diterapkan oleh guru dalammendidik dan mengajar siswanya termasuk siswa sekolah
dasar (SD) (Rijal, 2016)
2. Macam-Macam Model yang dapat digunakan dalam Pembelajaran IPA SD
a. Model Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI)
Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI) menurut Dewiyani 2012 (dalam Rijal, 2016)
berasal dari bahasa Yunani yaitu soma yang berarti tubuh. Jika dikaitkan dengan belajar
maka dapat diartikan belajar dengan indera peraba, kinestetik, praktis melibatkan fisik
dan menggunakan serta mengerakkan tubuh ketika belajar atau bergerak dan berbuat.
langkah- langkah model pembelajaran Somatic Auditory Visual Intelectual (SAVI)
memiliki empat tahap yaitu :
1) Persiapan.
Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat peserta didik, memberi mereka
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan
mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
2) Penyampaian Tujuan
Tahapan ini adalah membentuk peserta didik menentukan materi belajar yang baru
dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan dan melibatkan pancaindera.
3) Pelatihan.
Tujuan tahap ini untuk membantu peserta didik mengintagrasikan dan menyerap
pengetahuan serta ketempilan baru dengan berbagai cara.
4) Penampilan hasil.
Tujuan tahap ini, membentuk peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan
atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat
dan terus meningkat.
b. Model Pembelajaran Kontekstual
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan,
konteks, suasana dan keadaan. Sehingga contextual diartikan yang berhubungan dengan
suasana (konteks). Jadi, dapat diartikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang
berhubungan dengan suasana tertentu (Legawa, 2001 dalam Durg, 2014). Pendekatan
Contextual Teaching and Learning menurut Depdiknas (2003:5 dalam Durg, 2014) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunianyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

c. Model Pembelajaran Kolaboratif


Menurut Rijal, 2016 Ciri-ciri dari Model Pembelajaran Kolaboratif yaitu adanya kerja
sama dua orang atau lebih, memecahkan masalah bersama, serta mencapai tujuan
tertentu. Bentuk Belajar Kolaboratif dapat berupa Student Teams Achievement Divisions
(STAD) yang mencakup :
1) Sajian Guru
2) Diskusi Kelompok siswa
3) Tes/Kuis/Silang tanya antar kelompok
4) Penguatan Guru

d. Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Scott B.Watson dari School of Education, Faculty Publications and
Presentations Liberty University dalam makalahnya yang berjudul The Essential
Elements ofCooperative Learning, 1992 (dalam Alfi 2014) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah lingkungan belajar kelas yang memungkinkan siswa
bekerja sama untuk mengerjakan tugas-tugas akademiknya dalam suatu kelompok kecil
heterogen (Rijal,2016).

e. Model Pembelajaran Quantum Teaching


Porter dan Hernacki (2001 dalam Agus, 2010) berpendapat bahwa Model Pembelajaran
Kuantum adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar yang
meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan
perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan yang
dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka
untuk belajar.
Dengan demikian, Model Pembelajaran Kuantum dapat dipandang sebagai sebuah cara
baru yang memudahkan proses belajar dan memadukan unsur seni dan pencapaian yang
terarah dalam pembelajaran.
f. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari suatu
materi guna mencapai kompetensi tertentu.. Menurut Rusman (2015: 92 dalam Rijal
2015) beberapa kelebihan pendekatan pembelajaran tematik, diantaranya:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan anak.
2) Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar
akan dapat bertahan lebih lama.
4) Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial anak.
5) Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis. Dengan
permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.
6) Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan kerja sama antar
guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta
didik, peserta didik/guru dengan narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan,
belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
g. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada
lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar
melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan
dengar (West & Pines, 1985 dalam Febria, 2013). Dalam belajar sains/IPA menurut
Piaget (Dahar, 1996 dalam Febria, 2013 ) merupakanh proses konstruktif yang
menghendaki partisipasi aktif dari siswa sehingga peran guru berubah, dari sumber dan
pemberi informasi menjadi pendiagonsis dan fasilitator belajar siswa.
h. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experimential Learning)
Model Experimential Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang
mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui
pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experimential Learning menggunakan
pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas
dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Prosedur pembelajaran dalam
experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu; 1) tahapan pengalaman nyata, 2) tahap
observasi refleksi, 3) tahap konseptualisasi, dan 4) tahap implementasi. Keempat tahap
tersebut oleh David Kolb (1984. dalam Rijal, 2016).
i. Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)
Siklus belajar ( learning cycle ) merupakan model pembelajaran yang berorientasi
pada teori Piaget dan teori pembelajaran kognitif serta aplikasi model pembelajaran
konstruktivis. Model ini dikembangkan oleh Robert Karplus dan koleganya dalam rangka
memperbaiki kurikulum sains SCIS ( Science Curriculum Improvement Study) dengan
tahapan-tahapannya : exploration, invention dan discovery, namun kemudian
dikembangkan oleh Charles R. Barman dengan tahapan-tahapannya : exploration phase,
concept introduction, dan concept application. Selanjutnya model ini kemudian
dikembangkan lagi dan dewasa ini lebih dikenal dengan model siklus belajar sains 4-E
(4- E science learning cycle ), dengan tahapan-tahapan : exploration phase
(penyelidikan), explanation phase (pengenalan), expansion phase (perluasan), evaluation
phase (evaluasi) (Carin 1993:87 dalam Rijal, 2016).

j. Model Pembelajaran Mind Mapping


Mind mapping atau peta pikiran adalah suatu tekhnik pembuatan catatan-catatan yang
dapat digunakan pada situasi, kondisi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan,
penyelesaian masalah, membuat ringkasan, membuat struktur, pengumpulan ide-ide,
untuk membuat catatan, kuliah, rapat, debat dan wawancara.(Svantesson, 2004 : 1 dalam
Rijal, 2016).

E. Teknik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.


Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.

F. Taktik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan


metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat
dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat
berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung
banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing
guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga
seni (kiat).

G. Penerapan Pendekatan, Strategi, Metode dan Model dalam Pembelajaran IPA SD


Sistem atau benda dikatakan mempunyai energi bila sistem atau benda tersebut
mempunyaikemampuan untuk melakukan usaha. Sebagai contoh air dapat mengerak-
gerakan baling-baling (kincir). Dari peristiwa tersebut dapat di simpulkan bahwa air
memiliki energi. Adabeberapa bentuk energi antara lain : Energi kinetic (gerak), energi
potensial, energi panas danenergi listrik (Rijal, 2016).

Sesuai dengan hukum kekekalan energi, maka energi tidak dapat di musnahkan atau di
ciptakan. Namun, dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain Berikut merupakan contoh
praktikum IPA kelas 4 SD tentang perubahan energi.
a. Tujuan Praktikum
Untuk membuktikan bahwa energi dapat berubah, energi panas menjadi energi kinetik
(gerak).
b. Alat dan Bahan
1) Lilin satu buah
2) Korek Api
3) Kertas Berbentuk Sepiral
4) Benang kurang lebih sepuluh meter
5) Kayu atau Peganggan
6) Gunting
c. Cara Kerja
1) Buatlah kertas berbentuk spiral menggunakan gunting.
2) Lubangi ujung sisi kertas spiral dan ikat dengan benang
3) Ikatkan sisi benang yang satunya pada kayu atau peganggan untuk memegang pada saat
percobaan
4) Nyalakan lilin dan letakkan kertas sepiral di atas lilin namun beri jarak minimal 5 cm.
5) Berilah keteranggan apa yang terjadi pada tabel pengamatan dibawah ini

Lilin Mati Lilin Menyala

6) Pertanyaan
(a) Sebutkan energi apa saja yang ada pada percobaan tadi ?
(b) Dari percobaan tadi perubahan energi apa ke apa ?
(c) Apa yang terjadi pada kertas sepiral pada percobaan di atas? jelaskan!

Praktikum di atas menerapkan pendekatan keterampilan proses yakni melakukan


eksperimen dengan strategi pembelajaran empirik. Metode pembelajaran yang diterapkan pada
praktikum di atas yaitu metode eksperimen dengan model pembelajaran Kooperatif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keberhasilan suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dipengaruhi langsung oleh guru
sebagai pendidik. pendekatan, strategi, metode serta model pembelajarn dalam proses belajar-
mengajar adalah berbeda baik pengertian maupun penerapannya. Namun dalam penerapannya,
ketiga hal tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainya.Penggunaan pendekatan, strategi,
metode serta model pembelajarn di kelas harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Sehingga dengan menggunakan pendekatan, strategi, metode dan model yang tepat dan sesuai
dengan keadaan kelas akan sangat membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran
yang ingin di sajikan sehingga murid akan mudah memahami materi tersebut.
Pada pembelajaran IPA terdapat banyak pendekatan, strategi, metode serta model pembelajarn
yang dapat digunakan dalam menjelaskan materi ataupun konsep-konsep IPA di SD. Perlu
diketahui bahwa tidak ada metode yang dapat diserap 100% oleh siswa, namun dengan
menggunakan metode yang tepat akan sangat membantu siwa dalam mencapai tujuan belajarnya
dengan optimal.

B. Saran

Sebagai seoarang pendidik, untuk mengetahui pendekatan, metode, model, teknik dan taktik
pembelajaran IPA sangat penting. Sehingga, diharapkan pada pembaca makalah ini terutama
calon pendidik untuk dapat memahami dari pendekatakan, metode, model, teknik dan taktik
pembelajaran IPA sehingga dapat mengambil langkah atau cara yang paling tepat untuk
menghadapi perkembangan dalam dunia pendidikan yang terus mengalami perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Asrori. (2015). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik,.


Dan Model Pembelajaran. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Astuti, Wahyu & Firosalia Kristin (2017). Penerapan Model Pembelajaran


Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar
IPA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. Vol.1 (3) pp. 155-162.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif


dan. Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Isjoni. (2015). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Igati.(2017).Penerapan model pembelajaran Team Games Tournament


(TGT) untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Peserta
Didik. Jurnal Panrita, 10(3), 680-693.

Anda mungkin juga menyukai