Anda di halaman 1dari 155

PENGARUH PARENTING SELF-EFFICACY DAN

DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARENTING


STRESS PADA ORANGTUA DENGAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Disusun Oleh :
SITI FATIMAH
109070000174

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PERNYATAAN

()engan ini say a menj atakan batts a:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
sala)i satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif H idayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya unakan dalam penulisan ini telah saya
cantrimkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain. maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, 4 Agiistus 2015

/ ñ
, 17 SOAD F4334744 11

R 81J RR P A H

Siti Fatimah
NIM: 109070000174
PENGARUH PIPZNG SELF-EFFICACY DAN
DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PENTING STRESS
PADA ORANGTUA DENGAN ANAK
BERKEBUTUITAN KYIUSUS

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:
Siti Fatimah
NIM: 109070000174

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Zahrotun Nih vah, M.Si Zulfa Indira Wahvnni, MPsi


NIP. 19620724 198903 2001 NIP. 19810509 200901 2 012

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF BIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi vang berjudul PENGARUH PARENTING SELF-EFFICA CY DAN


DL'KUNG.IN SOSIAL TERHADAP PARENTING STRESS PADA
OiL4NGTUA DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ” telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 4 Agustus 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas
Psikologi.

Jakarta, 4 Agustus 2015


Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua \Vaki1 Dekan/Seki eta

Prof. Dr. Abdul ñJuii Dr. Abdul Rahman Shaleh, AJ.Si


NIP. 19680614 199704 NIP. 19720823 199903 1 002
1001

Anggota

La inah S.Psi Soli a, N.Si


NIP. 19770101201101 2 001 NIP. 19720415 199903 2 001

Zulfa Indira V'ahvuni, M.Psi


NIP. 198105090 200901 2
012
Dra. Zahrotun avah, II.Si
NIP. 19620724 198903
2001

lV
RASA SYUKUR
ALLAH S.W.T, The Lord Of The Word
MUHAMMAD S.A.W, Our Beloved Prophet

Karya ini ku persembahkan untuk: (Alm) Abah & ibuku yang sela
mendoakan anakmu ini
dan keluarga kecilku yang selalu mendukungku

Motto
Tiada kata lelah untuk
Belajar Belajar Bersyukur, Bersabar dan
Introspeksi Diri

v
ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(B) Juli 2015
(C) Siti Fatimah
(D) Pengaruh Parenting Self-Efficacy dan Dukungan Sosial Terhadap Parenting
Stress Pada Orangtua dengan Anak Berkebutuhan Khusus
(E) Xiii + 110 halaman + 23 lampiran
(F) Penelitan ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
parenting stress pada orangtua dengan anak berkebutuhan khusus. Penulis
berteori bahwa parenting self-efficacy (task-spesific & domain spesific dan
domain general), dukungan sosial (attachment, social integration,
reassurance of worth, reliable alliance, guidance dan opportunity for
nurturance) dan jenis kelamin mempengaruhi parenting stress pada orangtua
dengan anak berkebutuhan khusus.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi


berganda. Sampel berjumlah 150 orangtua dari siswa SLB Nur Abadi dan
SLB A Pembina Lebak Bulus yang diambil dengan teknik nonprobability
sampling. Dalam penelitian ini, penulis memodifikasi instrumen
pengumpulan data yaitu: Parenting Stress Index Short-Form (PSI-SF),
Parenting Sense of Competence (PSOC), Self-Efficacy Parenting Tasks Index
(SEPTI) dan Sosial Provision Scale (SPS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parenting self-efficacy, dukungan sosial


dan jenis kelamin memberikan pengaruh signifikan terhadap parenting stress
pada orangtua dengan anak berkebutuhan khusus sebesar 35,8%. Sedangkan
dilihat dari tabel koefisien regresi terdapat tiga variabel yang menunjukkan
pengaruh secara signifikan yaitu task spesific & domain spesific, attachment
dan reassurance of worth. selanjutnya dari hasil analisi proporsi varians
diketahui bahwa task-spesific & domain spesific, reassurance of worth,
domain general dan reliable alliance memberikan sumbangan signifikan
sebesar 20,4%, 7,3%, 6,1% dan 1,9%. Dengan hasil penelitian ini, diharapkan
pada orangtua dengan anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan
kepercayaan diri dan mendapat dukungan sosial agar berkurangnya parenting
stress.

(G) Daftar Bacaan: 58: buku: 11+ jurnal: 33 +disertasi: 5 + thesis: 3 + skripsi: 2 +
artikel: 4

vi
KATA PENGANTAR

yang berjudul “Pengaruh Parenting Self- Efficacy dan Dukungan sosial Terhadap Parenting Stress pada Orangtua dengan
pada:

Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Kepala SLB Nur Abadi Jagakarsa beserta guru, Kepala SLB A Pembina

Jakarta beserta guru dan juga seluruh orangtua siswa. Terima kasih

banyak untuk kalian yang telah memberikan kemudahan dan waktu

dalam pengambilan data.

3. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, dan Ibu Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi,

Dosen pembimbing skripsi penulis. Terima kasih atas kesabaran,

bimbingan, nasehat, waktu serta ilmu pengetahuan yang telah diberikan


selama penyelesaian skripsi ini. Terima kasih ibu yang telah

mengenalkan lebih dekat akan kehidupan parenting dan keluarga.

4. Ibu Solicha, M.Si, Dosen Pembimbing Akademik kelas D 2009, terima

kasih atas bimbingan dan dukungan yang telah diberikan selama

membantu penulis selama menjadi mahasiswi.


as segala doa yang tak pernah henti dan segala pengorbanan yang abah dan ibu berikan pada anakmu ini. Terima kasih juga

Isni, Ziya, Santi, Wisti, Nia RJ, Hanifah, Naili, Dini, Ayu, Riska, Titi,

Indah, Ori, Zizi, Indah, Hanim, Dila, Emi, Emir, Syifa, Rani, Ais, Hani,

Adis, Uus, Tia, Lina, Bonie, KM Sukma, Adi, Rida Dayat, Khoir, Rizki,

Jazran, Mukhtar, Deden, Aziz, Tiar, Fajar, Arif, Nafisa dan Findo.

8. Untuk sahabat-sahabat penulis: Hana, Kiyah, Twins, Mba Faiq, Nuris,

Bebeb Fitri, De Fika, Cengceremen group dan Antabena yang telah

menemani hari-hari penulis dengan kebersamaan.


9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas dukungan dan bantuan yang diberikan.

Penulis sangat berterima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat

Amin.
ata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa yang m

Jakarta, 4 Agustus 2015

Siti Fatimah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................v
ABSTRAK........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.....................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................x
DAFTAR TABEL..........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Pembatasan dan Perumusan masalah...........................................8
1.2.1 Pembatasan masalah..........................................................8
1.2.2 Perumusan masalah............................................................9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................10
1.3.1 Tujuan penelitian.............................................................10
1.3.2 Manfaat penelitian...........................................................10
1.4 Sistematika Penulisan................................................................11

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1 Parenting Stress.........................................................................13
2.1.1 Definisi parenting stress..................................................13
2.1.2 Aspek-aspek parenting stress..........................................15
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi parenting stress.......18
2.1.4 Pengukuran parenting stress...........................................21
2.2 Parenting Self-Efficacy.............................................................24
2.2.1 Definisi parenting self-efficacy........................................24
2.2.2 Aspek- aspek parenting self-efficacy...............................25
2.2.3 Pengukuran parenting self-efficacy..................................26
2.3 Dukungan Sosial........................................................................27
2.3.1 Definisi dukungan sosial..................................................27
2.3.2 Aspek- aspek dukungan sosial.........................................28
2.3.3 Pengukuran dukungan sosial...........................................29
2.4 Anak Berkebutuhan Khusus......................................................30
2.4.1 Definisi anak berkebutuhan khusus..................................30
2.4.2 Klasifikasi anak berkebutuhan khusus..............................31
2.4.2.1 Tunanetra.............................................................31
2.4.2.2 Tunarungu............................................................37
2.4.2.3 Tunagrahita..........................................................41
x
2.5 Kehidupan Orangtua Anak Berkebutuhan Khusus....................46
2.6 Kerangka berpikir......................................................................47
2.7 Hipotesis penelitian...................................................................52

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel..................54
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.............55
3.2.1 Varibel penelitian............................................................55
3.2.1 Definisi operasional variabel...........................................55
3.3 Instrumen Pengumpulan Data....................................................57
3.3.1 Alat ukur parenting stress...............................................58
3.3.2 Alat ukur parenting self-efficacy.....................................60
3.3.3 Alat ukur dukungan sosial...............................................62
3.4 Uji Validitas Konstruk...............................................................63
3.4.1 Uji validitas alat ukur parenting stress............................65
3.4.2 Uji validitas alat ukur parenting self-efficacy.................69
3.4.3 Uji validitas alat ukur dukungan sosial...........................72
3.5 Teknik Analisis Data.................................................................78
3.6 Prosedur Penelitian...................................................................81

BAB 4 HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian..........................................83
4.1.1 Deskripsi data subjek penelitian......................................84
4.1.2 Deskripsi hasil penelitian.................................................86
4.2 Kategorisasi Variabel penelitian................................................88
4.3 Uji Hipotesis Penelitian.............................................................90
4.3.1 Uji regresi berganda.........................................................90
4.3.2 Pengujian proporsi varian................................................97

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN


5.1 Kesimpulan..............................................................................101
5.2 Diskusi.....................................................................................102
5.3 Saran........................................................................................107
5.3.1 Saran metodologis..........................................................108
5.3.2 Saran praktis...................................................................108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring item favorable dan unfavorable............................................58


Tabel 3.2 Blue Print Parenting Stress Index – Short Form (PSI-SF)................59
Tabel 3.3 Blue Print alat ukur Parenting Self-Efficacy.....................................62
Tabel 3.4 Blue Print Social Provision Scale (SPS)............................................63
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item parent distress....................................................66
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item parent-child dysfunctional interaction..............67
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item child difficult......................................................69
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item domain general..................................................70
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item task spesific & domain spesific.........................71
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item attachment.........................................................73
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item social integration...............................................74
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item reassurance of worth.........................................75
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item reliable alliance.................................................76
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item guidance............................................................77
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item opportunity for nurturance................................78
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan kategori disabilitas anak......83
Tabel 4.2 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin.......................84
Tabel 4.3 Deskripsi data berdasarkan kategori disabilitas.................................84
Tabel 4.4 Deskripsi data berdasarkan jenis kelamin..........................................85
Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian...............................................87
Tabel 4.6 Norma skor variabel...........................................................................88
Tabel 4.7 Kategorisasi skor parenting stress, parenting self-efficacy dan dukungan
sosial....................................................................................................89
Tabel 4.8 Model Summary Analisis Regresi.....................................................91
Tabel 4.9 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV................................92
Tabel 4.10 Koefisien Regresi...............................................................................93
Tabel 4.11 Proporsi Varians Independent Variable (IV)....................................98

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Parenting Stress Abidin..........................................................17


Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian.............................................................51

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat Izin Penelitian


Lampuran B Kuesioner
Lampiran C Path Diagram
Lampiran D Syntax

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal. Di antaranya: fenomena
an.

enjadi orangtua merupakan perjalanan yang sulit yang melibatkan kekhawatiran terhadap anak mereka, perubahan ikatan

emosional yang disebut parenting stress (Lauer & Lauer, 2007).

Menurut Abidin (dalam Ahern, 2004) parenting stress adalah kecemasan atau

ketegangan berlebihan yang dialami orangtua terhadap peran mereka sebagai

orangtua dan interaksi dengan anak mereka. Dalam penelitiannya, Abidin

menemukan bahwa tingkat parenting stress yang tinggi akan menyebabkan

peningkatan disfungsi pengasuhan. Akan tetapi, parenting stress dapat dijadikan

sebagai variabel motivasi yang mendorong orangtua untuk menggunakan sumber

daya yang ada dalam proses parenting (Abidin, 1992).

1
2

Walker (2000) mengungkapkan bahwa parenting stress secara negatif

memiliki hubungan yang signifikan terhadap peranan orangtua dan fungsi

keluarga bagi orangtua yang memiliki anak normal dan berkebutuhan khusus.

Meskipun demikian, sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

h tinggi dibandingkan dengan orangtua yang memiliki anak normal. Begitu pula, Jenaabadi (2013) yang meneliti parenting st

Fenomena parenting stress yang terjadi pada orangtua dengan anak

berkebutuhan khusus disebabkan oleh keadaan kronis atas kecacatan pada anak

baik secara klinis dan emosi. Hal ini membuat orangtua tertuntut dan merasa

tanggung jawab parenting dirasakan melebihi kemampuan yang dimiliki,

sehingga membuat orangtua kesulitan untuk berperan sebagai orangtua (Cherly,

2012). Selain itu, orangtua akan mengalami parenting stress yang disertai

ketidakseimbangan dalam sistem keluarga, ketika mengasuh anak yang memiliki

kekurangan. Karena harapan orangtua akan menjadi kekecewaan ketika anak yang
dinantikan memiliki perbedaan dan keterbatasan serta ketidaksempurnaan

sebagaimana anak-anak normal lainnya yang disebut anak berkebutuhan khusus

(Burrell dalam Boyd, 2002).

Definisi anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami


pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (Peraturan Menteri Negara Pemberd
memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan tingkah laku yang sulit diatur (Frey dalam Erjuna, 2013). Siegel, Sedey dan

interaksi orangtua dengan anak mereka. Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian

Quitnerr (dalam Ledberg & Golbach, 2002) yang menunjukkan bahwa orangtua

anak berkebutuhan khusus dengan jenis disabilitas tunarungu akan mengalami

tingkat parenting stress yang lebih tinggi daripada orangtua yang memiliki anak

yang normal pendengarannya.

Penelitian Peer dan Hilman (2012) mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan

khusus jenis disabilitas tunagrahita mengalami parenting stress yang lebih tinggi

daripada orangtua anak normal. Orangtua yang memiliki anak normal dapat
mengharapkan anaknya mandiri dengan bertambahnya usia sehingga beban dan

tanggung jawabnya akan berkurang. Sebaliknya orangtua yang memiliki anak

tunagrahita tidak dapat memprediksi tanggung jawab mereka dalam parenting.

Oleh karena itu, tuntutan pelayanan dan pengawasan khusus yang harus
da orangtua (Martin & Colbert dalam Erjuna, 2013). Selain itu, tingkat pendapatan orangtua memiliki pengaruh terhadap tin

parenting stress. Abidin (1992) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor utama

yang mempengaruhi parenting stress, yaitu: karakteristik anak, karakteristik

orangtua dan karakteristik lingkungan. Karakteristik anak terdiri dari; kurangnya

adaptasi anak, tuntutan anak terhadap orangtua, mood dan tingkah laku anak yang

hiperkatif. Karakteristik orangtua terdiri dari tingkat depresi, peran orangtua,

kesehatan yang dimiliki orangtua, hubungan dengan pasangan, kepercayaan diri

yang dimiliki orangtua dan dukungan sosial. Sedangkan karakteristik lingkungan


terdiri dari; attachment orangtua dan anak, kesesuaian harapan orangtua terhadap

anak.

Raikes dan Thompson (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Self-Efficacy

and Social Support as Predictors of Parenting Stress Among Families In Poverty


enelitian Bloomfield dan Kendal (2012) yang menunjukkan bahwa orangtua yang memiliki self-efficacy yang rendah akan m
h tingginya self- efficacy yang dimiliki orangtua dan self-efficacy dalam domain parenting disebut parenting self-efficacy. Pa

ini.

Parenting self-efficacy merupakan unsur kognitif yang penting dalam

parenting, yang memiliki definisi sebagai persepsi orangtua terhadap

kemampuannya untuk menjalankan perannya sebagai orangtua yang dapat

membantu perkembangan anak secara positif (Coleman & Karraker, 2000).

Tingkat parenting self-efficacy yang dimiliki orangtua berhubungan dengan usaha

orangtua untuk mempelajari parenting. Oleh karena itu, orangtua yang memiliki

parenting self-efficacy yang tinggi secara kognitif dan emosional akan lebih
memperhatikan pertumbuhan, perkembangan dan kepribadian anak secara

maksimal (Ryff dalam Maclnnes, 2006).

Sebaliknya orangtua yang tidak memiliki self-efficacy maka dalam

kemampuannya sebagai orangtua tidak menempatkan pengetahuan dalam


k (Grusec dalam Coleman, 1998). Selain itu, orangtua akan mengalami stres, depresi, perasaan negatif dan kemungkinan un
elitiannya mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh dari keluarga dapat dijadikan sebagai sumber daya bagi

memudahkan orangtua untuk menghasilkan parenting yang positif.

Penelitian lainnya yang meneliti pengaruh dukungan sosial terhadap parenting

stress adalah penelitian Boyd (2002) yang mengungkapkan bahwa orangtua yang

mendapat dukungan sosial akan mengalami parenting stress yang rendah dan

memiliki hubungan yang lebih positif dengan anak mereka. Sebaliknya, jika

orangtua tidak mendapatkan dukungan sosial, maka orangtua akan kesulitan

menghadapi anak.
Alasan peneliti memilih dukungan sosial sebagai sebagai variabel yang diteliti

karena dukungan sosial dipercaya dapat membantu orangtua untuk mengatasi

kesulitan yang mereka alami saat membesarkan anak-anak disabilitas (Kraus

dalam Walker, 2000). Dengan adanya dukungan sosial yang diperoleh orangtua,

yang diketahui berdasarkan enam aspek. Di antaranya: attachment (ikatan emosional), social integration (integrasi sosial),

berdasarkan jenis kelamin orangtua. Meskipun secara historis ibu menjadi

informan utama dalam studi tentang perkembangan anak-anak dan kehidupan

keluarga. Akan tetapi, saat ini ayah telah banyak diteliti karena telah disadari

betapa pentingnya keterlibatan ayah dalam keluarga (Davis & Carter, 2008).

Penelitian yang meneliti perbedaan parenting stress yang dialami ayah dan

ibu adalah penelitian Sharpley (1997) yang menunjukkan bahwa ibu mengalami

parenting stress yang lebih tinggi daripada ayah. Hal ini dikuatkan oleh Maclnnes

(2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu lebih merasakan kelelahan,


pikiran lebih terganggu dan mengalami depresi yang lebih tinggi daripada ayah.

Sebaliknya, hasil penelitian Walker (2000) yang menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap parenting stress.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan dalam parenting anak


da orangtua anak berkebutuhan khusus dapat dipengaruhi oleh parenting self-efficacy, dukungan sosial dan jenis kelamin o
in mengetahui “Pengaruh Parenting Self-Efficacy dan Dukungan Sosial terhadap Parenting Stress pada Orangtua dengan A

Dalam karya ilmiah sangat diperlukan adanya pembatasan dan perumusan

masalah. Tujuannya adalah agar dalam penulisan tidak menyimpang dari sasaran

yang dikehendaki, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu:

a. Parenting Stress yang dimaksud adalah kecemasan atau ketegangan

berlebihan yang secara khusus terkait dengan peran orangtua dan interaksi

antara orangtua dan anak (Abidin dalam Ahern, 2004).


b. Parenting Self-Efficacy yang dimaksud adalah persepsi orangtua terhadap

kemampuannya untuk menjalankan perannya sebagai orangtua yang dapat

membantu perkembangan anak secara positif (Coleman, 2000)

c. Dukungan sosial pada penelitian ini mengacu pada pengertian Weis (dalam
pek, yaitu: kedekatan emosional (attachment), integrasi sosial (social integration), pengakuan orang lain (reassurance of wo
etra, tunarungu dan tunagrahita.

dari penelitian ini adalah :

a. Apakah parenting self-efficacy, dukungan sosial dan jenis kelamin

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap parenting stress pada

orangtua dengan anak berkebutuhan khusus?

b. Apakah dimensi-dimensi dari parenting self-efficacy dan dukungan sosial

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap parenting stress pada

orangtua dengan anak berkebutuhan khusus?

c. Berapa proporsi varian dari masing-masing variabel?


d. Apakah ada perbedaan tingkat parenting stress pada tiga jenis disabilitas

dalam penelitian ini?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian


masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:
ruh yang signifikan parenting self-efficacy, dukungan sosial dan jenis kelamin terhadap parenting stress pada orangtua deng
el manakah yang paling berpengaruh terhadap

ngtua dengan anak berkebutuhan khusus.

dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pengembangan bidang keilmuan psikologi dan memperkaya literatur penelitian

mengenai parenting self-efficacy dan dukungan sosial serta jenis kelamin terhadap

parenting stress pada orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

1.3.2.2 Manfaat praktis

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan

informasi serta wawasan kepada orangtua mengenai faktor-faktor parenting

stress dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus.


b. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pada orangtua yang memiliki anak

berkebutuhan khusus untuk meningkatkan parenting self-efficacy dan untuk

lingkungan sekitarnya agar memberikan dukungan sosial pada orangtua yang

memiliki anak berkebutuhan khusus.

penulisan skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengacu pada American Psych

penelitian parenting stress pada orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, pembatasan dan perumusan masalah,

Dalam bab ini, peneliti menuliskan teori-teori yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian di antaranya parenting stress, parenting self-

efficacy, dukungan sosial dan klasifikasi anak berkebutuhan khusus.

Uraian ini meliputi definisi-definisi, aspek-aspek, faktor-faktor yang

mempengaruhi, instrumen alat ukur variabel dan disertai kerangka

berfikir, diagram penelitiannya dan hipotesis penelitian.


BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, peneliti memaparkan prosedur yang digunakan saat

dilakukannya penelitian. Di dalamnya mencakup populasi, sampel dan

teknik penelitian. Selanjutnya membahas variabel penelitian, definisi


men pengumpulan data, uji validitas instrumen pengumpulan data prosedur penelitian dan analisis data.

berikan gambaran tentang hasil dari analisis yang telah dilakukan. Hasil yang akan dibahas di antaranya: deskripsi data, ana
SI DAN SARAN

ikan kesimpulan hasil penelitian, diskusi dan saran-saran yang terkait penelitian ini hingga diharapkan dapat bermanfaat un
BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab kedua ini dipaparkan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
finisi, aspek- aspek dan pengukurannya. Ketiga, pembahasan mengenai dukungan sosial meliputi definisi, aspek-aspek dan

serta kemampuan yang sesuai untuk merencanakan masa depan, melahirkan,

membesarkan dan merawat keturunan (Morison dalam Hammer & Turner, 1932).

Sedangkan Brooks (2003) mendefinisikan parenting sebagai proses dari

serangkaian tindakan dan interaksi orangtua untuk meningkatkan perkembangan

yang dipengaruhi oleh budaya dan sosial.

Sebagian besar orangtua merasakan parenting sebagai pengalaman yang

menyenangkan dan membahagiakan. Menjadi orangtua membutuhkan komitmen

untuk melindungi, mengasuh dan merawat anak-anak mereka selama bertahun-

13
14

tahun. Selain itu, menjadi orangtua harus memiliki jiwa pantang menyerah dan

tahan banting dalam setiap cobaan. Akan tetapi, sebaliknya ada sebagian kecil

orangtua yang tidak memiliki ketekunan dan kurangnya keterampilan yang

memadai dalam parenting sehingga orangtua merasakan parenting sebagai hal

an, hubungan dengan teman, orang tua, saudara kandung, pasangan dan masalah keuangan. Sedangkan parenting stress se

parenting stress sebagai kecemasan dan ketegangan yang berlebihan dan secara

khusus berhubungan dengan peran orangtua dan interaksi antara orangtua dan

anak. Parenting stress ini akan mendorong orangtua ke arah tidak berfungsinya

dalam pengasuhan sehingga menimbulkan ketidaksesuaian respon orangtua dalam

menanggapi konflik yang berasal dari anak maupun dari diri orangtua tersebut.

Deater dan Deckard (2004) mendefinisikan parenting stress sebagai bentuk

proses reaksi psikologis dan fisiologis terhadap tuntutan menjadi orangtua, hal ini

diidentifikasi sebagai hal yang paling sering dihadapi orangtua. Munculnya


parenting stress ini ketika harapan orangtua akan sumber daya yang dibutuhkan

tidak sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Sementara itu, Cheryl (2012)

mendefinisikan parenting stress sebagai fenomena psikologis terhadap keadaan

kronis atas kecacatan baik secara klinis dan emosi yang membuat orangtua
ga membuat orangtua kesulitan untuk berperan sebagai orangtua.
gai dasar teori dalam penelitian ini yang yang mendefinisikan parenting stress sebagai kecemasan dan ketegangan yang ber

eori ini menggunakan stres sebagai konstruk utama yang mengarah kepada disfungsi parenting sehingga menimbulkan keti

respon orangtua dalam menanggapi konflik dengan anak mereka (Abidin, 1992).

Komponen model tersebut adalah:

1. The parent distress

Aspek yang menunjukkan pengalaman stres yang dialami orangtua dalam

kehidupannya dan dalam pengasuhan anaknya. Di antaranya:

a. Depression; gejala depresi yang dialami orangtua yang dapat

menyebabkan tidak semangatnya dalam parenting. Misalnya: rasa

bersalah.
b. Sense of competence; kurangnya kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki orangtua dalam parenting.

c. Restriction of role; pembatasan pada kebebasan pribadi yang disebabkan

perannya sebagai orangtua.


dukungan secara emosional dan material dari pasangan untuk memenuhi peran sebagai orangtua dan untuk menghadapi k
atan orangtua yang dapat mempengaruhi peran sebagai orangtua.
al yang diperoleh orangtua dari keluarga dan teman.

eristik anak yang dapat meningkatkan parenting stress. Di antaranya:


mpuan anak dalam beradaptasi dengan

perubahan fisik dan lingkungan.

b. Demandingness; tuntutan anak terhadap orangtua berupa perhatian dan

bantuan.

c. Mood; sikap menarik diri dan menangis berlebihan pada anak sehingga

membuat orangtua marah.

d. Hyper/Distract; perilaku anak yang terlalu aktif dan sulit mengikuti

perintah orangtua.
3. The parent-child dysfunctional interaction

Aspek yang menujukkan interaksi orangtua dan anak yang tidak baik serta tingkat

harapan orangtua terhadap anak. Di antaranya:

a. Child reinforces parent; orangtua tidak menganggap anak sebagai penguat

positif.

Acceptability; kesesuaian karakteristik anak dengan harapan orangtua.

Attachment; kedekatan emosional orangtua dengan anak

Gambar 2.1 Teori parenting stress Abidin (1992)

Webster dan Stratton (dalam Theulu, 2010) mengungkapkan bahwa parenting

stress memiliki tiga aspek, yaitu:

1. Extrafamilial Stressor (stressor yang berasal dari keluarga). Antara lain:

pengangguran dan status ekonomi yang rendah.


2. Interpersonal Stressors (stressor yang berasal dari pribadi). Antara lain:

tekanan dalam pernikahan dan perceraian.

3. Child Stressor (stressor yang berasal dari anak) yang paling berpengaruh

adalah gangguan perilaku.

pat tiga faktor yang dapat mempengaruhi parenting stress orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, yaitu:

dan adaptasi dari keadaan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Krauss (1993) menyebutkan bahwa rendahn

ngtua dapat

mengurangi parenting stress (Krauss, 1993). Selain itu, dukungan sosial

dipercaya dapat membantu orangtua untuk mengatasi kesulitan saat

membesarkan anak berkebutuhan khusus. Dukungan sosial ini dapat

diperoleh dari pasangan, keluarga, kerabat dan profesional.

3. Locus of control

Folkman (dalam Krauss, 1993) meneliti bahwa locus of control dan

problem solving skills adalah strategi koping yang sangat penting untuk

mengurangi stres.
Selanjutnya, Mash dan Johnson (dalam Theule, 2010) menyebutkan bahwa

karakteristik anak dan faktor lingkungan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

parenting stress. Dimana pengaruh anak dan lingkungan dimediasi oleh

karakteristik orangtua, di antaranya:

bagai orangtua yang berdampak pada koping dan kesehatan mental orangtua. Meskipun adanya keraguan terhadap keterli

yang sehat. Hal ini membuat tugas parenting menjadi lebih sulit yang

disebabkan bahwa orangtua dalam keadaan tidak sehat (Sharpley, Bitsika

& Eferemedis, 1997).

3. Self-efficacy

Orangtua yang memiliki self-efficacy yang rendah akan merasakan tekanan

stres yang lebih tinggi sedangkan orang tua yang memiliki self-efficacy

yang tinggi akan merasakan tekanan stres yang rendah (Bloomfield &

Kendal, 2012).
4. Disabilitas anak

Perbedaan orangtua yang memiliki anak normal, orangtua anak

berkebutuhan khusus akan lebih rentan terhadap parenting stress.

Penelitian disabilitas terhadap parenting stress menggambarkan dampak


ngguhnya hubungan parenting stress dan disabilitas tergantung dengan gejala dan kesulitan yang dihadapi orangtua terhad
ng dapat mempengaruhi parenting stress. Di antaranya:

rlihatkan hasil yang berbeda. Penelitian Kraus (1993) menyatakan bahwa ayah dan ibu anak berkebutuhan khusus merasaka

perbedaan tingkat parenting stress yang dirasakan antara ayah dan ibu.

2. Tingkat pendidikan orangtua

Tingkat pendidikan orangtua dapat meningkatkan efektifitas peran sebagai

orangtua (Hammer & Tunner, 1932). Indriyani (2011) menyatakan bahwa

pendidikan orangtua secara signifikan mempengaruhi parenting stress.

3. Jenis kelamin anak

Beberapa penelitian menyatakan bahwa sikap orangtua berbeda terhadap

anak laki-laki dan anak perempuan mereka. Akan tetapi, hal ini tidak
berarti jenis kelamin secara biologis yang dapat mempengaruhi parenting

stress. Perbedaan jenis kelamin ini disebabkan adanya kemungkinan anak

laki- laki lebih rentan menunjukkan masalah perilaku (misalnya; tidak

patuh, agresif dan hiperaktif) dibanding anak perempuan (Deater &

5) menyebutkan bahwa pendapatan orangtua yang rendah berhubungan dengan kurangnya ekspresi kasih sayang dan min

bagai macam skala untuk mengukur

a, di antaranya sebagai berikut:

elstein pada tahun 1983.

Instrument ini membahas pengukuran global untuk mengetahui perasaan

tertekan pada individu di dalam kehidupannya. Kelebihan instrument ini

adalah dapat mengetahui sumber stres yang ada dalam kehidupannya dan

sumber koping saat mengalami stres. Instrument ini terdiri 14 item dan

mengukur keyakinan individu akan kejadian yang dapat membuat stres.

2. Family inventory of live events and changes

Disusun oleh Mc Cubbin dan Patterson pada tahun 1983. Instrument ini

disusun untuk mengetahui kejadian dan perubahan yang dijadikan sebagai


sumber stres dalam keluarga. Instrument ini terdiri dari 171 item dan

delapan subskala, yaitu: family development dan relationships, family dan

extended family relationships, family dan work, family management dan

decisions, family dan helath, family dan social activities, family dan

asan orangtua dalam parenting. Instrumen ini terdiri dari 10 item dan lima subskala, yaitu: dukungan pasangan, hubungan o

si dan tingkat kepuasan orangtua dalam parenting. Instrument ini terdiri dari 18 item yang menguraikan hubungan anak

dengan orangtua dan perasan orangtua, di antaranya: kebahagiaan, optimis,

kedekatan dan kepuasan dalam parenting.

5. Parenting stress index (PSI)

Dikembangkan oleh Abidin pada tahun 1983. Parenting stress index

adalah salah satu alat ukur yang memiliki banyak item sejumlah 120 dan

dalam asesmen membutuhkan waktu yang lama. Kemudian Abidin

menjadikan parenting stress index (PSI) menjadi parenting stress index


short-form (PSI-SF) yang lebih ringkas terdiri dari 36 item (Ahern &

Haskett, 2006)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan parenting stress index – short form

(PSI- SF) yang dikembangkan Abidin. PSI-SF sering digunakan untuk mengukur
h tinggi daripada orangtua anak normal saat memenuhi kebutuhan anak mereka. Orangtua anak berkebutuhan khusus mem

Seringkali saya merasa tidak bisa menangani permasalahan anak dengan baik.

2. The difficult child

Subskala yang terdiri dari 12 item dan menggambarkan karakteristik anak

yang dapat meningkatkan parenting stress. Contoh: Anak saya mudah

marah terhadap hal sepele.

3. The parent child dysfunctional interaction

Subskala yang terdiri dari 12 item dan menujukkan interaksi orangtua dan

anak serta tingkat harapan orangtua terhadap anak. Contoh: Anak saya

tersenyum kepada saya lebih sedikit dari yang saya harapkan.


2.2 Parenting Self-Efficacy

2.2.1 Definisi parenting self-efficacy

Definisi parenting self-efficacy adalah keyakinan yang dimiliki orangtua terhadap

kemampuannya untuk menjalankan perannya sebagai orangtua secara efektif


untuk menjalankan perannya sebagai orangtua yang dapat membantu perkembangan anak secara positif.
untuk mencapai perkembangan anak yang baik. Selain itu, Jonez dan Prinz (2005) berpendapat bahwa parenting self-effica

Parenting self-efficacy adalah unsur kognitif yang penting dalam pengasuhan.

Umumnya, orangtua yang memiliki parenting self-efficacy yang tinggi akan

berdampak positif dalam parenting (Coleman dan Karraker, 2000). Sebaliknya,

orangtua yang memiliki parenting self-efficacy yang rendah akan berdampak

negatif, di antaranya; pembelaan diri, perasaan yang negatif, depresi, stres dan

adanya kemungkinan untuk menarik diri dari situasi yang melelahkan dan

kepekaan terhadap perilaku anak yang sulit (Maclnnes, 2006).


Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka peneliti memilih teori Coleman

dan Karraker (2000) sebagai dasar teori dalam penelitian ini yang mendefinisikan

parenting self-efficacy sebagai persepsi orangtua terhadap kemampuannya untuk

menjalankan perannya sebagai orangtua yang dapat membantu perkembangan

konseptualisasi dan pengukuran konstruk tersebut (Coleman, 1998). Dalam penelitian ini, ada tiga pendekatan parenting se

rkaitan dengan tugas yang berbeda dalam domain parenting. Misalnya, merawat anak disaat demam dan mengadakan rekr

2. Domain Spesific

Pendekatan yang merupakan kombinasi pengukuran dari task specific.

Misalnya, orangtua diminta untuk menilai atas persepsi kompetensi

mereka terkait dengan kedisiplinan, pengasuhan emosional dan perilaku

pembentukan fisik.

Selanjutnya, informasi yang diperoleh dari task specific orangtua

digabungkan untuk membuat indeks multidemensi domain dari parenting

self-efficacy.
3. Domain General

Pendekatan yang yang memandang parenting self-efficacy sebagai konsep

yang berbeda dari domain self-efficacy lainnya. Namun penilaian ini

didasarkan pada ekspektasi efficacy secara umum yang tidak terkait

si pengukuran parenting self-efficacy berdasarkan konsep yang berkaitan dengan orangtua dan tingkah laku anak (Coleman
h Gibaud-Wallston dan Wandersman pada tahun 1978 (Mash & Johnson 1989). Alat ukur ini terdiri dari

dengan aspek afektif dalam parenting. Ex: kecemasan dan frustasi) dan parent

efficacy (berkaitan dengan aspek instrumental dalam parenting. Ex: kemampuan

yang dimiliki orangtua dan problem solving).

Untuk mengukur domain spesific dan task spesific, peneliti mengunakan alat

ukur yang diadaptasi dari self-efficacy parenting task indeks (SEPTI). SEPTI ini

dikembangkan karena sulitnya ditemukan alat ukur untuk mengukur domain

spesific yang sesuai dengan kerangka teori Bandura tentang multidimensional dari

task spesific (Coleman, 1998). Secara spesifik, alat ukur ini di dalam
penelitiannya terdiri dari 53 item dan tujuh subskala, yaitu: emotional availability,

nurturance, protection from harm or injury, discipline dan limit setting; play,

teaching, dan instrumental care.

2.3 Dukungan Sosial

bantuan instrumental dan dukungan secara psikis dan emosional. Dukungan sosial juga berkenaan tentang bantuan yang di
-orang yang membiarkan kita tahu bahwa mereka peduli, menghargai serta mencintai kita. Selain itu, Sarafino (2002) meny

Dukungan sosial merupakan adanya bantuan yang didapatkan dari orang lain.

Hal ini dapat diketahui berdasarkan enam aspek, yaitu: bimbingan dan informasi

(guidance), bantuan nyata (reliable alliance), kedekatan emosional (attachment),

pengakuan kemampuan oleh orang lain (reassurance of worth), integrasi sosial

(social integration), perasaan dibutuhkan oleh orang lain (opportunity for

nurturance) (Weis dalam Cutrona, 1994).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka peneliti memilih teori Weis

(dalam Cutrona, 1987) sebagai dasar teori dalam penelitian ini yang
mendefinisikan dukungan sosial sebagai bantuan yang didapatkan dari orang lain

yang diketahui beradasarkan enam aspek, yaitu: guidance, reliable alliance,

attachment, reassurance of worth, social integration, dan opportunity for

nurturance.
spek dukungan sosial

(1983) menyatakan dukungan sosial mencakup dua komponen penting, yaitu:


bahwa ada sejumlah orang yang dapat diandalkan oleh individu pada saat ia membutuhkan bantuan.
kepuasaan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya terpenuhi.
api, dalam penelitian ini penulis berpacu pada enam aspek yang dikembangkan oleh Weiss (dalam cutrona, 1987) dalam du
hment (kedekatan emosional)

an sosial berupa kedekatan emosional yang menjadikan invidu

memiliki rasa aman dan nyaman. Sumber dukungan ini biasanya diperoleh

dari pasangan, teman dekat atau hubungan keluarga.

2. Social integration (integrasi sosial)

Dukungan sosial ini berupa peran dan perasaan individu dalam suatu

kelompok yang memungkinkan individu untuk berbagi minat, perhatian

serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama.

Dukungan ini memberikan rasa aman, kenyamanan, kesenangan, adanya

identitas diri dan biasanya diperoleh dari teman.


3. Reassurance of worth (penghargaan atau pengakuan)

Dukungan sosial ini berupa pengakuan atas kemampuan dan keahlian serta

penghargaan dari orang lain atau lembaga terhadap kompetensi,

keterampilan dan nilai yang dimiliki seseorang.


ng dapat diandalkan)

inan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan tersebut. Sumber dukung
asi)

ehat yang diperoleh dari orang yang dpaat dipercaya dan berwibawa. Dukungan ini berasal dari guru, mentor atau sosok or
sempatan untuk membantu)
asaan bahwa individu dibutuhkan oleh orang lain. Aspek ini merupakan aspek penting dalam hubungan

interpersonal.

2.3.3 Pengukuran dukungan sosial

Para ilmuwan telah mengembangkan berbagai macam skala untuk mengukur

dukungan sosial. Beberapa skala yang ada, di antaranya adalah:

1. Social support qustionnaire (SSQ)

SSQ dikembangkan oleh Sarason pada tahun 1983 yang terdiri dari enam

item. Ada dua aspek dukungan sosial dalam instrumen ini, yaitu:

a. Persepsi, jumlah dukungan sosial yang dirasakan individu


b. Derajat kepuasan, sejauh mana individu terpuaskan secara personal.

2. Multidemensional scale perceived social support (MSPSS)

MSPSS dikembangkan oleh G.D. Zimet, Dahlem, S.G. Zimet dan Farley

pada tahun 1988 yang terdiri dari 12 item. Instrumen ini didesain untuk
kecukupan dukungan emosi dan instrumental dari tiga sumber spesifik; keluarga, teman dan significant other.

un 1987. Instrumen ini terdiri dari 24 item. Yang terdiri dari enam hal, attachment, social intergration, reassurance of worth
ovisions scale (SPS) instrumen yang disusun oleh Cutrona dan Russell. Tujuan menggunakan
an teman, keluarga dan

komunitas.

2.4 Anak Berkebutuhan Khusus

2.4.1 Definisi anak berkebutuhan khusus

Berdasarkan batasan para ahli, telah dikemukakan bahwa anak berkebutuhan

khusus adalah anak yang signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting

dari fungsi kemanusiannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau

sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/ kebutuhan dan potensinya secara

maksimal, meliputi yang tuli, buta, mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh,
retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan

intelegensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus karena

memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suran & Rizzo

dalam Mangunsong, 2009)


butuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan/ keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial maupun em

dengan hambatan perkembangan (child with development impairmental), (2) kesulitan belajar (learning disabilities), (3) tu

tunadaksa (physical disabilities), (5) gangguan komunikasi (disorder of

communication), (6) autis (autism), (7) tunarungu (impaired hearing), (8)

tunanetra (impaired sight) dan (9) anak berbakat (special gifts or talent).

Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil tiga jenis disabilitas anak

berkebutuhan khusus, yaitu tunanetra, tunarungu dan tunagrahita.

2.4.2.1 Tunanetra

Seseorang dapat dikatakan tunanetra jika setelah dilakukan berbagai upaya

perbaikan terhadap kemampuan visualnya, ternyata ketajaman visualnya tidak


melebihi 20/200 atau setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan terhadap

kemampuan visualnya ternyata pandangannya tidak melebihi 20 derajat (Hallahan

& Kauffman, 1944).

Adapun definisi anak tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya
Republik Indonesia, 2011). Sedangkan menurut Soemantri (2006) mendefinisikan anak tunanetra sebagai individu yang ind
malannya dapat dilihat sebagai berikut (Mangunsong, 2009):

dapat di atasi dengan menggunakan kacamata ataupun lensa kontak.

2. Medan penglihatan yang terbatas, misalnya hanya jelas melihat tepi/perifer

atau sentral.

3. Medan penglihatan yang terbatas, misalnya hanya jelas melihat tepi/perifer

atau sentral.

4. Adaptasi terhadap terang dan gelap terhambat. Banyak terjadi pada proses

penuaan.

5. Sangat sensitif/peka terhadap cahaya atau ruang terang.


Selanjutnya, Soemantri (2006) mengungkapkan ada dua faktor yang

menyebabkan anak mengalami tunanetra. Di antaranya:

1. Faktor Internal

Faktor- faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama dalam

ya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem syaraf terjadi kerusakan, kurang gizi a

1. Total blind (Buta), jika anak sama sekali tidak memiliki kemampuan

untuk menerima rangsang cahaya dari luar.

2. Low vision, bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar,

tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu

membaca headline surat kabar.

Selain dua klasifikasi besar tersebut, tunanetra juga dapat diklasifikasikan

berdasarkan waktu terjadinya ketunetraan (Agustyawati & Solicha, 2009), yaitu:


1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka yang sama sekali tidak

memiliki pengalaman penglihatan.

2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, mereka telah memiliki kesan-

kesan serta pengalaman visual tapi belum kuat dan mudah terlupakan.

si dan penglihatan yang diobservasi dari lingkungannya (Efendi, 2006). Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa intelektu

awas. Kecenderungan IQ anak tunenetra pada batas atas sampai batas bawah, jadi

ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan yang kurang pintar.

Selanjutnya, anak tunanetra akan mengalami kesulitan untuk memperoleh

informasi tentang situasi sekitar lingkungannya yang menyebabkan anak tunanetra

kesulitan menyelaraskan tindaknnya pada situasi yang ada. Keterbatasan ini akan

membuat mereka merasa terisolasi dari orang normal, atau dapat menimbulkan

perasaan bimbang, ragu, tidak percaya diri jika berada dalam situasi yang tidak

dikenalnya (Efendi, 2006). Oleh karena itu, perkembangan sosial anak tunanetra
sangat bergantung pada bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan

terutama keluarga terhadap anak tunanetra itu sendiri (Agustyawati & Solicha,

2009).

Orangtua adalah pihak yang paling berat yang merasakan dampak lahirnya
ian orangtua tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra tersebut. Soemantri (2006) menyebutkan lima reaksi orangtua
ketunanetraannya

yang yang wajar serta pemberian perlakuan yang sama dengan anak lainnya. Orangtua terbuka terhadap permasalahan yan

n sikap yang terbuka tetapi disertai dengan berbagai alasan yang tidak realistis terhadap kecacatannya terutama terhadap k

orangtua seringkali tidak percaya bahwa anaknya perlu layanan secara

khusus dan menyangkal bahwa akhirnya prestasi rendah.

3. Perlindungan yang berlebihan (Overprotection)

Biasanya dilakukan orangtua sebagai kompensasi karena ketunanetraan

anaknya dirasakan sebagai akibat dari perasan bersalah atau berdosa.

Sikap ini cenderung tidak menguntungkan bagi anak, karena akan

menghambat perkembangan dan kematangan anak terutama dalam aspek

kemandirian.
4. Penolakan secara tertutup

Biasanya ditunjukkan dengan sikap menyembunyikan anaknya dari

masyarakat. Orangtua tidak ingin diketahui memiliki anak tunanetra.

Selain itu, orangtua tidak peduli, tidak menyayangi dan cenderung

kan pernah merasa bersalah dan tidak mau menerima kenyataan tersebut. Orangtua hanya ingin mengetahui penyebab kek

berperan penting dalam meningkatkan kehidupan bagi anak yang memiliki

gangguan penglihatan. Oleh karena itu, orangtua anak berkebutuhan khusus lebih

baik menerima secara realistis tanpa adanya sikap overprotecting atau sebaliknya

yang menunjukkan harapan yang tinggi. Untuk menuju proses keseimbangan ini,

orangtua membutuhkan konseling dengan penilaian akurat tentang kemampuan

anak.

Peranan penting orangtua anak berkebutuhan khusus selanjutnya adalah

menyediakan anak dengan berbagai pengalaman yang membantu perkembangan


indera lainnya, seperti mendengar, menyentuh, merasa dan mencium. Selain itu,

orangtua memberikan intervensi secara medikal, pendidikan, dan sumber sumber

psikologi sedini mungkin untuk memberikan pelatihan dan pengobatan yang

dibutuhkan. Orangtua menekankan kekuatan anak daripada kekurangannya dan


ng positif.

kasikan gangguan pendengaran, yang tingkat keparahannya dari ringan sampai berat. Di antaranya tuli dan kesulitan untuk
ilan memproses informasi bahasa melalui pendengaran dengan maupun tanpa alat bantu dengar. Sementara itu, orang yan

pendengaran (Brill, MacNeil & Newman dalam Hallahan & Kaufmann, 1944).

Sedangkan, Soemantri (2006) mendefinisikan tunarungu bagi mereka yang

kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya

(deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional

didalam kehidupan sehari-hari. Adapun faktor-faktor terjadinya ketunarunguan

pada anak (Soemantri, 2006), yaitu:

1. Pada saat sebelum dilahirkan

a. Orangtua memiliki gen sel pembawa sifat abnormal.


b. Ibu menderita penyakit pada saat kehamian tri semester pertama yaitu

saat pembentukan ruang telinga

c. Keracunan obat- obatan pada saat kehamilan.

2. Pada saat kelahiran


Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan (tang)
Prematuritas, yakni bayi yang lahir belum waktunya.

Pada saat setelah kelahiran

Ketulian yang terjadi karena infeksi (meningitis, difteri, morbili)

Pemakaian obat-obatan otoksi pada anak-anak

Terjadinyakecelakaanyangmengakibatkankerusakanalat pendengaran (ex: jatuh).


Selanjutnya, Mangunsong (2009) membuat kategorisasi dari ketulian tampak sebagai berikut:
1. Kelompok 1: Hilangnya pendengaran yang ringan (20-30 dB). Orang-

orang dengan kehilangan pendengaran sebesar ini mampu berkomunikasi

dengan menggunakan pendengarannya. Gangguan ini merupakan ambang

batas (borderline) antar orang yang sulit mendengar dengan orang normal.

2. Kelompok 2: Hilangnya pendengaran yang marginal (30-40 dB). Orang-

orang dengan gangguan ini sering mengalami kesulitan untuk mengikuti

suatu pembicaraan pada jarak beberapa meter. Pada kelompok ini, orang-

orang masih bisa menggunakan telinganya untuk mendengar, namun harus

dilatih.
3. Kelompok 3: Hilangnya pendengaran yang sedang (40-60 dB). Dengan

bantuan alat bantu dengar dan bantuan mata, orang-orang ini masih bisa

belajar berbicara dengan mengandalkan alat-alat pendengaran.

4. Kelompok 4: Hilangnya pendengaran yang berat (60-75 dB). Orang-orang


eknik-teknik khusus. Pada gangguan ini mereka sudah dianggap sebagai “tuli secara edukatif”. Mereka berada pada ambang
75 dB). Orang-orang dalam kelompok ini tidak bisa belajar bahasa hanya semata-mata dengan mengandalkan telinga, mesk
yang besar dalam berbahasa sehingga tak jarang dijuluki “tuli” dan “bisu”, yaitu mereka tidak bisa mendengar dan berbic
ara (Mangunsong, 2009). Pada

umumnya dari segi bahasa anak tunarungu mempunyai ciri khas (Agustyawati &

Solicha, 2009), di antaranya:

1. Miskin dalam kosakata

2. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti

kiasan.

3. Sulit mengartikan kata-kata abstrak

4. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa


Dan pada dasarnya kondisi kecerdasan anak tunarungu dilihat dari

distribusinya tidak berbeda dengan anak normal, tetapi untuk menggambarkan

secara nyata akan keragaman kecerdasan anak tunarungu mengalami kesulitan.

Hal ini disebabkan kemiskinan bahasa dan kesulitan berkomunikasi merupakan


fungsi intelektual anak tunarungu juga sulit diukur karena kebanyakan alat ukurnya berbentuk verbal, dimana sangat berga
tu, kecemasan akan menghampiri anak tunarungu saat menghadapi lingkungan yang beraneka ragam, disebabkan minimny

memiliki pendengaran yang normal. Sehingga orangtua menilai mereka terlalu

bergantung, gelisah, cerewet dan tidak patuh kepada orangtua (Hummer & Turner

1932).

Oleh karena itu, orangtua anak tunarungu akan lebih protektif daripada

orangtua yang memiliki anak normal dalam usaha mereka untuk menjaga anak

mereka dari bahaya. Sikap protektif ini terjadi karena ketidakmampuan anak

mendengar panggilan orangtua, sehingga orangtua harus mengetahui metode

untuk membantu anaknya ketika terkena bahaya (Hummer & Turner 1932).
Selanjutnya, Agustyawati dan Solicha (2009) menyebutkan empat masalah

penting yang merupakan kesulitan orangtua anak tunarungu, di antaranya:

1. Pemahaman akan apa yang salah pada anaknya yang tunarungu.

2. Masalah-masalah praktis dalam mengatur dan membimbing anak,


a serta latihan dan pembiasaan dalam kehidupan dan pergaulan luas.
hadiran anaknya.
is dan ekonomis.

k yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam kepustakaan asing digunakan istilah-istilah mental ret

Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama menjelaskan kondisi

anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan

intelegensi atau ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau

dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya

mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan disekolah luar

biasa secara klasikal. Oleh karena itu, anak terbelakang mental membutuhkan

layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak

tersebut (Soemantri, 2006).


Anak tunagrahita memiliki banyak keragaman dalam tingkah laku, dimana hal

ini menunjukkan keunikan dirinya. Mangunsong (2009) menyebutkan defisit yang

dialami anak tunagrahita mencakup beberapa area utama, yaitu:

1. Atensi (perhatian) sangat diperlukan dalam proses belajar. Seseorang


anak tunagrahita mengalami kesulitan belajar disebabkan karena masalah dalam memusatkan perhatiannya. Anak tunagra
ngingat suatu informasi.
a dengan anak yang normal, tetapi perkembangan bahasa mereka biasanya terlambat muncul, lambat

rendah.

4. Self regulation. Adalah kemampuan seseorang untuk mengatur tingkah

lakunya sendiri. Self regulation merupakan salah satu alasan utama

mengapa penderita keterbelakangan mental memiliki masalah dalam daya

ingatnya. Jadi bila seseorang diberikan sejumlah daftar kata-kata yang

perlu diingat, maka kebanyakan orang akan mengulanginya dengan cara

mengahafal dan menyaimpannya dalam ingatan. Akan tetapi, mereka yang


keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam menentukan self-

regulation nya seperti mengulang suatu materi.

5. Perkembangan sosial. Anak tunagrahita cenderung sulit mendapat teman

dan mempertahankan teman disebabkan mereka tidak tahu bagaimana


eka tidak sedang berusaha untuk berinteraksi dengan orang lain melainkan menampilkan tingkah laku yang membuat tema
agalan maka dapat berisiko mengembangkan kondisi learned helplesness, dimana munculnya perasaan bahwa seberapa be
t dalam semua prestasi akademisnya dibandingkan dengan mereka yang normal. Performa anak- anak cacat mental pada se

Adapun faktor penyebab tunagrahita dapat dibedakan dalam faktor

lingkungan maupun faktor yang bersumber dari dalam. Faktor lingkungan pada

masa prenatal berpengaruh pada perkembangan anak. Malnutrisi pada ibu,

keracunan atau efek obat-obatan saat kehamilan, radiasi (sinar X-rays atau nuklir),

kerusakan pada otak waktu kelahiran, panas yang terlalu tinggi, infeksi pada ibu

seperti rubella (campak jerman), gngguan pada otak, gangguan fisiologis dan

pengaruh lingkungan pada anak-anak yang dibesarkan di lingkungan buruk.

Sementara itu, faktor bersumber dari dalam yaitu faktor keturunan yang dapat
berupa gangguan pada plasma inti atau chromosome abnormality (Mangunsong,

2009).

Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya, yang

terdiri dari tiga macam (Soemantri, 2006). Di antaranya:

dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan memperoleh penghasilan untuk dirinya sendi

Weschler (WISC) memiliki IQ 54-40. Anak tunagrahita sedang snagat

sulit bahakan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis,

membaca dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara

social, misalnya menulis namanya sendiri, alamat rumahnya, dll.

Meskipun demikian, mereka dapat didik mengurus diri sendiri, melindungi

diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan dijalan

raya, berlindung dari hujan dan sebagainya.


3. Tunagrahita berat (idiot)

Kelompok ini dapat dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan

sangat berat. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ 32-20 menurut Binet,

sedangkan menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 39-25.


ah 24 menurut skala Weschler. Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian,
n keluarga anak tersebut. Soemantri (2006) menyebutkan bahwa perasaan dan tingkah laku orangtua itu berbeda-beda da

menolak kehadiran anak dengan memberikan sikap dingin, menolak

dengan rasionalisasi yaitu menahan anaknya dengan mendatangkan

orang yang terlatih untuk mengurusnya, merasa berkewajiban untuk

memelihara tetapi melakukan tanpa memberikan kehangatan dan

memeliharanya dengan berlebihan sebagai kompensasi terhadap

perasaan menolak.

2. Ada perasaan bersalah melahirkan anak berkelainan, kemudian terjadi

praduga yang berlebihan dalam hal:


a. Merasa ada yang tidak beres tentang urusan keturunan, perasaan ini

mendorong timbulnya depresi

b. Merasa kurang mampu mengasuhnya.

3. Kehilangan kepercayaan akan mempunyai anak yang normal.


kepercayaan tersebut orangtua cepat marah dan memiliki tingkah laku agresif
ut dapat mengakibatkan depresi

mereka segera menyesuaikan diri sebagai orangtua anak tunagrahita, akan tetapi mereka terganggu lagi saat menghadapi p
angan kepercayaan diri, kemudian berkonsultasi untuk mendapat berita-berita yang lebih baik
malu, yang mengakibatkan orangtua kurang suka bergaul dengan tetangga dan lebih suka menyendiri.
angtua Anak Berkebutuhan Khusus

Setiap orangtua mengharapkan kesehatan dan kebahagiaan anak. Akan tetapi,

kelahiran anak berkebutuhan khusus akan membuat orangtua dalam kebingungan

dan memiliki masalah yang berkepanjangan sehingga akan mengalami tekanan

yang mendalam yang kita sebut stres (Christensen dan DeBlassie dalam Hammer

& Turner 1932).

Orangtua anak berkebutuhan khusus melihat ada perbedaan perkembangan

dalam setiap tahapan perkembangan anaknya dibandingkan anak yang lainnya.

Oleh karena itu, mereka merasa cemas dan mental yang tertekan. Selain itu,
orangtua anak berkebutuhan khusus melihat perkembangan anaknya dengan

cemas dan memikirkan yang akan mengurus anak mereka setelah mereka

meninggal (Tavakol, 2008).

Klaus (dalam Hummer & Turner 1932) menyebutkan reaksi awal orangtua
einginan untuk pergi dari situasi tersebut. Penolakan ini terjadi karena orangtua membutuhkan sedikit waktu untuk meneri
kurangnya pengetahuan akan sebab kelahiran anak

1932). Begitu pula dengan Halahan dan Kaufman (1944) menyebutkan bahwa

rasa bersalah adalah perasaan yang paling dirasakan oleh ibu dari anak

berkebutuhan khusus.

2.6 Kerangka berpikir

Bagi orangtua anak adalah harapannya dimasa mendatang, maka kehadiran anak

dalam keluarga merupakan hal yang ditunggu bagi semua orangtua dimuka bumi

ini. Akan tetapi, harapan itu akan menjadi kekecewaan ketika anak yang ditunggu

memiliki keterbatasan dan ketidaksempurnaan seperti anak-anak yang lain.


Karena, orangtua harus menghadapi penerimaan, kompetensi pengasuhan dan

ketidakpastian mengenai masa depan anak.

Pada kenyataannya, mengasuh anak dapat menghadirkan pengalaman yang

menegangkan bagi orangtua dan menuntut secara emosional (Lauer dan Lauer,
han khusus akan mengalami stres yang disertai ketidakseimbangan dalam sistem keluarga (Boyd, 2002). Jeenabadi (2013) da
raksi orangtua dan anak. Stres tersebut mendorong ke arah tidak berfungsinya pengasuhan orangtua dalam menanggapi ko

parenting stres antara lain: karakteristik anak, peran orangtua dalam parenting,

hubungan dengan pasangan, kesehatan orangtua, interaksi orangtua dan anak,

dukungan sosial dan kemampuan/kepercayaan diri yang dimiliki orangtua

(Abidin, 1992).

Pada penelitian ini, peneliti mengambil dua variabel dari variabel-variabel

diatas yang dapat mempengaruhi parenting stress yaitu kemampuan yang dimiliki

orangtua dan dukungan sosial yang diperoleh orangtua.


Persepsi orangtua terhadap kemampuannya untuk menjalankan perannya

sebagai orangtua yang dapat membantu perkembangan anak secara positif disebut

parenting self-efficacy. Orangtua yang memiliki parenting self-efficacy yang

tinggi secara kognitif dan emosional akan lebih memperhatikan pertumbuhan,


f dalam parenting dan akan lebih mengetahui kebutuhan anak (Small, 2010).
ngan tingkat parenting self-efficacy yang secara signifikan mempengaruhi tingkat parenting stress orangtua dalam parenting

tekanan stres yang rendah sesuai.

Selain parenting self-efficacy, dukungan sosial juga berkontribusi untuk

menetralkan stres. Dukungan sosial berkembang dari hubungan dan interaksi

antara individu, keluarga, teman sebaya dan sistem sosial yang lebih besar (Boyd,

2002). Dukungan sosial dalam penelitian ini berbentuk attachment, integrasi

sosial, pengakuan kemampuan oleh orang lain, hubungan yang dapat diandalkan,

bimbingan dan perasaan dibutuhkan oleh orang lain.


Orangtua yang mendapat dukungan sosial akan mengalami parenting stress

yang rendah dan memiliki hubungan yang lebih positif dengan anak mereka.

Sebaliknya, jika orangtua tidak mendapatkan dukungan sosial, maka orangtua

akan kesulitan menghadapi anak mereka (Boyd, 2002). Peer dan Hilman (2012)

hasil penelitiannya menunjukan bahwa dukungan sosial mempengaruhi tingkat


parenting stress yang dialami oleh orangtua dan perawat anak berkebutuhan khusus.

memudahkan ibu untuk menghasilkan parenting yang positif (Sipal & Sayin, 2013). Oleh karena itu, dukungan sosial dipercay

Selanjutnya, hal lain yang memiliki pengaruh terhadap parenting stress adalah

jenis kelamin. Berbagai penelitian jenis kelamin orangtua terhadap parenting

stress memperlihatkan hasil yang berbeda. Kraus (1993) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa ayah dan ibu anak berkebutuhan khusus mengalami tingkat

parenting stres yang sama.

Akan tetapi, berbeda halnya dengan hasil penelitian Sharpley (1997) yang

menunjukkan bahwa ibu mengalami parenting stress yang lebih tinggi daripada

ayah. Dikuatkan oleh darvis (2008) yang menyatakan adanya perbedaan tingkat

parenting stress yang dialami di antara ayah dan ibu. Dari penjelasan di atas,

peneliti mencoba menggambarkan kerangka penelitian ini melalui bagan berikut:


Parenting
Self-Efficacy

Domain General

Domain Spesific
dan task spesific

Dukungan Sosial

Attachment
Parenting Stress orangtua ABK
Social Integration

Reassurance of Worth

Relliable Alliance

Guidance

Opportunity for
Nurturance

Jenis Kelamin Orangtua

Gambar 2.2 Kerangka berpikir penelitian


2.7 Hipotesis penelitian

Untuk melengkapi teori-teori di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis

penelitian secara terperinci sebagai berikut:

1. Hipotesis mayor
nting self-efficacy Attachment, social integration, reasuurance of worth, relliable alliance, guidance, opportunity for nurturan

ng stress pada orangtua anak berkebutuhan khusus.

berkebutuhan khusus.

H3: Ada pengaruh yang signifikan Attachment dari dukungan sosial

terhadap parenting stress pada orangtua anak berkebutuhan khusus.

H4: Ada pengaruh yang signifikan Social Integration dari dukungan sosial

terhadap parenting stress pada orangtua anak berkebutuhan khusus.

H5: Ada pengaruh yang signifikan Reassurance of Worth dari dukungan

sosial terhadap parenting stress pada orangtua anak berkebutuhan

khusus.
H6: Ada pengaruh yang signifikan Reliable Alliance dari dukungan sosial

terhadap parenting stress pada orangtua anak berkebutuhan khusus.

H7: Ada pengaruh yang signifikan Guidance dari dukungan sosial terhadap

parenting stress pada orangtua anak berkebutuhan khusus.


ngaruh yang signifikan Opportunity for Nurturance dari dukungan sosial terhadap parenting stress pada orangtua anak berk
ngaruh yang signifikan jenis kelamin orangtua terhadap

parenting stress pada orangtua anak berkebutuhan khusus.


BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ketiga ini akan dipaparkan prosedur yang digunakan saat dilakukannya
riabel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas instrumen pengumpulan data, pro

ulus Jakarta Selatan dan SLB BC Nur Abadi Jagakarsa Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan se

nonprobability sampling dengan accidental sampling atau penentuan sampel

berdasarkan kebetulan. Teknik ini dilakukan dengan pengambilan sampel yang

dilakukan tiba-tiba berdasarkan siapa yang ditemui peneliti. Siswa dari dua

sekolah tersebut memiliki jenis disabilitas yang akan diteliti, yaitu tunanetra,

tunarungu dan tunagrahita. Pada SLB A Pembina Jakarta ditentukan 50 orangtua

siswa yang dijadikan sampel dan SLB BC Nur Abadi Jagakarsa ditentukan 100

orangtua siswa yang dijadikan sampel.

54
55

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Parenting stress (dependent variable)


Parenting self-efficacy (independent variable)

Domain general (X1)

Task spesific dan domain spesific (X2)

Dukungan sosial (independent variable)

Attachment (X3)

Social integration (X4)

Reassurance of worth (X5)

Reliable alliance (X6)

Guidance (X7)

Opportunity for nurturance (X8)

Jenis kelamin (X9)

3.2.2 Definisi operasional variabel

Berikut definisi operasional untuk variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini:

1. Parenting stress adalah kecemasan dan ketegangan yang berlebihan terhadap

perannya sebagai orangtua yang disebabkan interaksi antara orangua dengan

anak dan minimnya sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi kewajiban

sebagai orangtua, yang meliputi tiga aspek, yaitu:

a. The parent distress (pengalaman stress yang dialami orangtua dalam

kehidupannya dan dalam pengasuhan anaknya).


b. The parent-child dysfunctional interaction (interaksi orangtua dan anak

yang tidak baik serta tingkat harapan orangtua terhadap anak)

c. The difficult child (karakteristik anak yang dapat meningkatkan parenting

stress).
gkin yang berpacu pada tiga aspek yang dikemukakan oleh Coleman (2000), yaitu:
domain-spesific (kombinasi pengukuran dari task-specific, yang mencerminkan pengukuran self-efficacy dalam domain yang

3. Dukungan sosial adalah bentuk bantuan yang diterima dari orang lain yang

disayang dan dihargai kepada individu yang sedang mengalami tekanan

dalam kehidupannya. Dalam penelitian ini, dukungan sosial memiliki enam

aspek, yaitu:

a. Attachment adalah kedekatan emosional yang menjadikan invidu

memiliki rasa aman dan nyaman.


b. Social integration adalah peran dan perasaan dalam suatu kelompok yang

memungkinkan individu untuk berbagi minat, perhatian serta melakukan

kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama.

c. Reassurance of worth adalah pengakuan atas kemampuan dan


serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga terhadap kompetensi, keterampilan dan nilai yang dimiliki seseo
nce adalah hubungan yang dapat diandalkan ketika individu membutuhkan bantuan tersebut.
alah saran dan informasi yang diperoleh dari orang yang dapat dipercaya dan berwibawa.
for nurturance adalah adanya perasaan dibutuhkan oleh orang lain.
min orangtua adalah variabel yang diukur dengan cara meminta subjek untuk mengisi identitas diri mereka yang telah
enis kelamin diketahui dengan mencentang pilihan jenis kelamin,

yaitu laki-laki (disandikan satu) dan perempuan (disandikan nol).

3.3 Intrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala model likert dengan empat

kategori jawaban, yaitu:

1. STS (sangat tidak setuju)

2. TS (tidak setuju)

3. S (setuju)

4. SS (sangat setuju)
Pada skala penelitian ini terdapat pernyataan positif (favorable) dan

pernyataan negatif (unfavorable). Untuk pernyataan favorable jawaban sangat

setuju memiliki nilai tertinggi dan nilai terendah pada jawaban sangat tidak setuju.

Sedangkan dalam pernyataan unfavorable jawaban sangat setuju memiliki nilai

dan jawaban sangat tidak setuju memiliki nilai jawaban yang tertinggi. Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya

m favorable dan unfavorable

Pernyataan STS TS S SS
(Sangat Tidak (Tidak (Setuju) (Sangat
Setuju) Setuju) Setuju
Favorable 1 2 3 4

Unfavorable 4 3 2 1

3.3.1Alat ukur parenting stress

Untukmengukurparentingstresspadaorangtuayangmemilikianak

berkebutuhan khusus, peneliti menggunakan alat ukur baku yang dikembangkan

oleh Abidin (1995) yang dinamakan parenting stress index- short form (PSI-SF).

PSI-SF ini mengukur tiga aspek yaitu: the parent distress, the difficult child, dan

the parent-child dysfunctional interaction.

Peneliti melakukan pengadaptasian PSI-SF ini dengan menterjemahkan

sendiri alat ukur tersebut ke bahasa Indonesia. Tujuan dilakukannya adaptasi

adalah untuk mempermudah partisipan dalam pengisian kuesioner. Di samping

itu, peneliti mengurangi jumlah item yang asal mulanya 36 item menjadi 31 item.

Dalam pengisiannya alat ukur ini menggunakan skala model likert dengan
rentangan lima poin (sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).

Akan tetapi, peneliti mengubah rentangan menjadi empat poin (sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) dengan pertimbangan agar tidak ada

jawaban skala ragu-ragu. Adapun blue print dari skala parenting stress index -

short form dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

Blue Print Parenting Stres Index – Short Form (PSI-SF)

No Aspek Indikator FavorableJumlah


1. The Parent Kemampuan orangtua 1,2,3 3
Distress Keterbatasan peran orangtua 4,5 2
Gejala depresi orangtua 6,11,12 3
Tingkat kesehatan orangtua 7 1
Hubungan dengan pasangan 8 2
Dukungan sosial yang 9,10 1
diperoleh orangtua
2. The Parent- Penguatan positif bagi 13,15,22 3
Child orangtua dari anak
Dysfunctional Kedekatan emosional orangtua 14,21 2
Interaction dan anak
Kesesuaian karakteristik anak 16,17,18, 5
dengan orangtua 19,20
3. The Difficult Perilaku anak yang terlalu aktif 23,27 2
Child Mood anak 24,25,28 3
Tuntutan anak terhadap 26,31 2
orangtua
Karakteristik anak yang sulit 29,30 2
diatur
Jumlah Item 31
3.3.2 Alat ukur parenting self-efficacy

Untuk mengukur parenting self-efficacy orangtua anak berkebutuhan khusus,

peneliti menggunakan dua skala baku untuk mengukur tiga aspek yang ada dalam

parenting self-efficacy. Skala pertama yang digunakan oleh peneliti adalah


cy. Skala ini disusun oleh Gibaud-Wallston & Wandersman pada tahun 1978. Skala ini terdiri dari 16 item yang mengukur du
fficacy (tingkat perasaan akan kemampuan dan kepercayaan orangtua untuk mengurus anak).
donesia. Selain itu, pengadaptasian lain yang dilakukan peneliti adalah peneliti hanya mengambil tujuh item yang mengukur

setuju, agak setuju, agak tidak setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju), namun

peneliti mengubah rentangan skala menjadi empat poin (sangat setuju, setuju,

tidak setuju, sangat tidak setuju).

Selain PSOC, peneliti menggunakan self-efficacy parenting task index

(SEPTI) yang disusun oleh Coleman untuk mengukur domain-spesific dan task-

spesific dari parenting self-efficacy. Skala ini terdiri dari 53 item yang memiliki

tujuh subdimensi, yaitu: (1) Emotional availability (2) Nurturance (3) Protection
from harm or injury (4) Discipline & limit setting (5)Play (6) Teaching (7)

Instrumental care.

Sama halnya dengan PSOC, SEPTI juga menggunakan enam poin (sangat

setuju, setuju, agak setuju, agak tidak setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju),
vorable, pilihan “Sangat Setuju” memiliki nilai empat poin dan pilihan “Sangat Tidak Setuju” memiliki nilai satu poin. Dan seb
m mengisi kuesioner ini. Selain itu, peneliti hanya mengambil 39 dari 53 item dalam skala SEPTI, dengan pertimbangan re

banyak. Adapun blue print dari skala yang mengukur parenting self-efficacy-

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


Tabel 3.3

Blue Print Alat ukur parenting self-efficacy

Aspek Indikator Item


Favorable Unfavorable
1 Domain general Tidak terkait dengan 1,2,3,4
tugas-tugas pengasuhan 5,6,7
tertentu
2 Task-spesific & Ketersediaan emosi 1,2,3 3,5
Domain Pengasuhan, menghargai 6,7,8,10, 9
spesific anak, empati 11
Melindungi dari bahya dan 13,14,15 12,16
cedera
Disiplin dan pembatasan 19 17,18,20,21
Bermain 22,24,25 23,26
Pengajaran 27,29,32,33 28,30,31
Peduli dan membentuk 34,35,39 36,37,38
struktur rutinitas

3.3.2Alat ukur dukungan sosial

Dukungan sosial yang diukur dalam penelitian ini menggunakan the social

provisions scale yang dikembangkan oleh Cutrona pada tahun 1987. Sebagaimana

alat ukur sebelumnya, peneliti juga melakukan pengadaptasian dengan

menterjemahkan sendiri alat ukur ini ke bahasa Indonesia.

Skala ini terdiri dari 24 item yang mengukur enam aspek dukungan sosial,

yaitu: attachment, social integration, reassurance of worth, relliable alliance,

guidance dan opportunity for nurturance.


Tabel 3.4

Blue Print Social Provision Scale (SPS)

No Aspek Indikator Item


Fav Unfav
1. Attachment Kedekatan emosional 11,17 2,21
Adanya rasa aman
2. Social Berbagi minat dan kesenangan 5,8 14,22
Integration dengan orang lain
3. Reassurance of Pengakuan kemampuan dan 13,20 6,9
Worth keahlian
4. Reliable Hubungan yang dapat 1,23 10,18
Alliance diandalkan
5. Guidance Mendapatkan nasihat dan saran 12,16 3,19
dari orang lain
6. Opportunity Perasaan dibutuhkan orang lain 4,7 15,24
for Nurturance
dengan SEPTI, SPS juga menggunakan empat poin skala likert. Untuk penilaian item favorable poin empat mewakili pilihan “

poin satu mewakili penilaian pilihan “Sangat Tidak Setuju”. Dan sebaliknya

penilaian item unfavorable adalah pilihan “Sangat Setuju” memilki poin satu dan

pilihan “Sangat Tidak Setuju” memiliki poin empat.

3.4 Uji Validitas Konstruk

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis statistik yang

disebut confirmatory factor analysis (CFA) dengan bantuan lisrel 8.7. Adapun

logika dasar CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012):


1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pernyataan untuk mengukurnya.

Kemampuan ini disebut faktor. Sedangkan pengukuran terhadap faktor ini

dilakukan melalui analisis terhadap respon (jawaban) atas item-itemnya.


sifat undimensional.
dimensional. Matriks korelasi disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris yang disebut m

dengan menggunakan chi square. Jika chi square yang dihasilkan tidak

signifikan (nilai p>0,05), maka hipotesis nihil tersebut dapat diterima bahwa

item atau subtes instrumen hanya mengukur satu faktor saja.

5. Jika teori diterima (model fit), langkah selanjutnya, adalah menguji hipotesis

tentang signifikan tidaknya masing-masing item dalam mengukur apa yang

hendak diukur. Uji hipotesis ini dilakukan dengan t-test. Jika nilai t signifikan

( > 1,96), berarti item yang bersangkutan signifikan dalam mengukur apa

yang hendak diukur. Dengan cara seperti ini, dapat dinilai butir item mana
yang valid dan yang tidak valid dalam konteks validitas kontruk. Dengan kata

lain, analisis faktor konfirmatori dalam hal ini adalah pengujian terhadap

hipotesis nihil (H0): s - ∑ = 0. Artinya tidak ada perbedaan antar matriks

korelasi yang diharapkan oleh teori dengan matriks korelasi yang diperoleh

CFA terdapat item yg koefisien muatan faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai denga
nya berkorelasi terlalu banyak dengan kesalahan pengukuran pada item lain, maka item seperti ini pun dapat di drop karena
enting stress

belas item dari parenting stress index short-form

artinya benar hanya mengukur parenting stress dari

dimensi parent distress. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 402,88, df = 54, P-value =

0.00000, dan nilai RMSEA = 0.208.

Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-square = 47,14, df = 34, P-value =

0.06640, RMSEA = 0.051. Dari hasil tersebut menunjukkan P-value > 0,005

(tidak signifikan), artinya model satu faktor dapat diterima yang menunjukkan
bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu parent distress dari parenting

stress.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut

u didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel di
l 3.5
tan faktor item dimensi parent distress dari parenting stress

No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan


1 0.49 0.08 6.15 V
2 0.59 0.08 7.43 V
3 0.62 0.08 8.15 V
4 0.76 0.07 10.63 V
5 0.78 0.07 11.28 V
6 0.51 0.08 6.12 V
7 0.69 0.07 9.29 V
8 0.69 0.07 9.19 V
9 0.68 0.07 9.20 V
10 0.82 0.07 11.63 V
11 0.59 0.08 7.40 V
12 0.72 0.08 9.63 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96), X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.5 di atas, seluruh item memiliki nilai t >1.96, artinya 12

item dari PSI-SF signifikan mengukur dimensi parent distress. Hasil yang

signifikan ini juga menunjukkan tidak ada item yang perlu di-drop sehingga dapat

digunakan untuk analisis berikutnya.

2. The parent-child dysfunctional interaction

Selanjutnya peneliti menguji apakah sepuluh item dari parenting stress index

short-form telah bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur parenting

stress dari dimensi parent-child dysfunctional interaction. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

379,14, df = 35, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.257.

Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama


Dari hasil tersebut menunjukkan P-value > 0,005 (tidak signifikan), artinya model satu faktor dapat diterima yang menunjuk
an sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi s

stress
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
13 0.54 0.08 6.82 V
14 0.77 0.07 10.74 V
15 0.84 0.07 12.03 V
16 0.76 0.07 10.49 V
17 0.39 0.08 4.64 V
18 0.68 0.07 9.16 V
19 0.58 0.08 7.39 V
20 0.38 0.09 4.42 V
21 0.76 0.07 10.33 V
22 0.64 0.08 7.78 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96), X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, seluruh item memiliki nilai t >1.96, artinya

sepuluh item dari PSI-SF signifikan mengukur dimensi parent-child dysfunctional


interaction. Hasil yang signifikan ini juga menunjukkan tidak ada item yang perlu

di-drop sehingga dapat digunakan untuk analisis berikutnya.

3. The difficult child dari parenting stress

Selanjutnya peneliti menguji apakah sembilan item dari parenting stress index
del satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 170,53, df = 27, P- value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.189.
iperoleh model fit, dengan Chi-square = 30,10, df = 19, P-value = 0.05052, RMSEA = 0.063. Dari hasil tersebut menunjukkan

Kemudian, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel dibawah ini:


Tabel 3.7

Muatan faktor item dimensi child difficult dari parenting stress

No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan


23 0.66 0.08 8.76 V
24 0.81 0.07 11.49 V
25 0.85 0.07 12.67 V
26 0.42 0.07 10.49 V
27 0.67 0.08 8.68 V
28 0.78 0.08 10.32 V
29 0.66 0.07 8.93 V
30 0.58 0.08 7.67 V
31 0.63 0.08 8.33 V

a sembilan item dari PSI-SF signifikan mengukur dimensi difficult child. Hasil yang signifikan ini juga menunjukkan tidak ada

but bersifat unidimensional mengukur satu faktor. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 76,52, df = 14,

P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.173. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-

square = 6,88, df = 4, P-value = 0.54944, RMSEA = 0.000.

Kemudian, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti pada tabel dibawah ini

Tabel 3.8
Muatan faktor item dimensi domain general dari parenting self-efficacy
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.74 0.07 10.01 V
2 0.75 0.07 10.65 V
3 0.86 0.07 12.43 V
4 0.73 0.07 9.99 V
5 0.76 0.07 10.41 V
6 0.70 0.07 9.56 V
7 0.56 0.08 6.77 V
n

i t >1.96, signifikan mengukur dimensi domain general. Hasil yang signifikan ini juga menunjukkan tidak ada item yang perlu
spesific & domain spesific apakah bersifat unidimensional mengukur satu faktor. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

square = 2875,89, df = 702, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.144.

kemudian peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit, dengan Chi-square = 511,42, df = 463, P-value = 0.05932,

RMSEA = 0.026. Kemudian, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah

item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai

t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.9

Muatan faktor item task-spesific & domain spesific dari parenting self-efficacy

No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan


1 0.69 0.08 9.12 V
2 0.66 0.08 8.65 V
3 0.20 0.08 2.50 V
4 0.64 0.08 8.16 V
5 0.35 0.08 4.14 V
6 0.24 0.08 3.01 V
7 0.62 0.07 7.77 V
8 0.47 0.08 5.64 V
9 0.15 0.08 1.84 X
10 0.30 0.08 3.60 V
11 0.59 0.08 7.64 V
12 0.31 0.08 3.79 V
13 0.51 0.08 6.46 V
14 0.48 0.08 5.91 V
15 0.53 0.08 6.64 V
16 0.21 0.08 2.57 V
17 0.44 0.08 5.26 V
18 0.41 0.08 4.92 V
19 0.46 0.08 5.57 V
20 0.06 0.09 0.76 X
21 -0.27 0.09 -310 V
22 0.67 0.07 9.10 V
23 0.26 0.08 3.09 V
24 0.33 0.08 3.87 V
25 -0.17 0.09 -1.95 X
26 -0.01 0.09 -0.14 X
27 0.55 0.08 6.91 V
28 0.23 0.09 2.68 V
29 0.65 0.08 8.43 V
30 0.22 0.08 2.63 V
31 0.08 0.09 0.93 X
32 0.45 0.08 5.48 V
33 0.76 0.07 10.33 V
34 0.84 0.07 11.89 V
35 0.85 0.07 12.01 V
36 0.18 0.09 1.99 V
37 0.45 0.08 5.59 V
38 0.51 0.08 6.22 V
39 0.55 0.08 6.57 V
Keterangan : tanda V = signifikan (t >1,96) ; X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9 di atas, terdapat lima item yang memiliki nilai t <1.96.

Temuan ini menandakan bahwa lima item tersebut harus di–drop. Dengan

demikian ada 34 item yang bobot nilainya akan diikutsertakan dalam analisis uji

hipotesis.

kungan sosial beserta dimensi-dimensinya. Dukungan sosial merupakan salah satu variabel independen dalam penelitian ini

item-item tersebut mampu menggambarkan attachment. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, t

p model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-square = 0,00, df = 0, P-value =

1.00000, RMSEA = 0.000. Dari hasil tersebut menunjukkan P-value > 0,005

(tidak signifikan), artinya model satu faktor dapat diterima yang menunjukkan

bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu attachment dari dukungan sosial.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti tabel di bawah ini:


Tabel 3.10
Muatan faktor item dimensi attachment dari dukungan sosial
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
11 0.97 0.29 3.35 V
17 0.60 0.19 3.15 V
2 0.19 0.10 1.93 X
21 2.03 1.10 1.84 X

us di–drop. Dengan demikian ada dua item yang bobot nilainya akan diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis.

sis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 29,91, df = 2, P-value = 0.00000, da

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-

square = 0,48, df = 1, P-value = 0.48676, RMSEA = 0.000.

Dari hasil tersebut menunjukkan P-value > 0,005 (tidak signifikan), artinya

model satu faktor dapat diterima yang menunjukkan bahwa seluruh item

mengukur satu faktor yaitu social integration dari dukungan sosial. Selanjutnya,

peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara

signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak,
pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan

faktor, seperti tabel dibawah ini:

Tabel 3.11
Muatan faktor item dimensi social integration dari dukungan sosial
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
5 1.10 0.32 3.48 V
8 0.48 0.16 3.06 V
14 0.05 0.08 0.62 X
22 0.24 0.11 2.29 V

emiliki nilai t <1.96. Temuan ini menandakan bahwa satu item tersebut harus di–drop. Dengan demikian ada tiga item yang

m-item tersebut mampu menggambarkan reassurance of worth. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu fa

P-value = 0.00003, dan nilai RMSEA = 0.253. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-

square = 14,34, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000.

Dari hasil tersebut menunjukkan P-value > 0,005 (tidak signifikan), artinya

model satu faktor dapat diterima yang menunjukkan bahwa seluruh item

mengukur satu faktor yaitu reassurance of worth dari dukungan sosial.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak
diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap

koefisien muatan faktor, seperti tabel dibawah ini:

Tabel 3.12
Muatan faktor item dimensi reassurance of worth dari dukungan sosial
No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
12 0.79 0.34 2.30 V
20 0.53 0.21 2.49 V
6 0.42 0.17 2.38 V
9 0.31 0.14 2.19 V

nya keempat item signifikan mengukur dimensi reassurance of worth. Hasil yang signifikan ini juga menunjukkan tidak ada i

but mampu menggambarkan reliable alliance. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 15,95, df = 2, P-value

= 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.216. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-

square = 0,00, df = 1, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000.

Dari hasil tersebut menunjukkan P-value > 0,005 (tidak signifikan), artinya

model satu faktor dapat diterima yang menunjukkan bahwa seluruh item

mengukur satu faktor yaitu reliable alliance dari dukungan sosial. Selanjutnya,
peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara

signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak,

pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan

faktor, seperti tabel dibawah ini:

Tabel 3.13
Muatan faktor item dimensi reliable alliance dari dukungan sosial

No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan


1 0.32 0.09 3.39 V
23 -0.01 0.09 -0.08 X
10 0.89 0.15 5.91 V
18 0.63 0.12 5.20 V

emiliki nilai t <1.96. Temuan ini menandakan bahwa satu item tersebut harus di–drop. Dengan demikian ada tiga item yang

m-item tersebut mampu

menggambarkan guidance. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model

satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 26,31, df = 2, P-value =

0.00003, dan nilai RMSEA = 0.286. Oleh sebab itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-

square = 0,00, df = 0, P-value = 1.00000, RMSEA = 0.000.

Dari hasil tersebut menunjukkan P-value > 0,005 (tidak signifikan), artinya

model satu faktor dapat diterima yang menunjukkan bahwa seluruh item
mengukur satu faktor yaitu guidance dari dukungan sosial. Selanjutnya, peneliti

melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara

signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak,

pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan

faktor, seperti tabel dibawah ini:

Tabel 3.14
Muatan faktor item dimensi guidance dari dukungan sosial

No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan


12 0.40 0.10 4.14 V
16 0.29 0.12 2.52 V
3 0.63 0.12 5.50 V
19 0.79 0.13 6.09 V

6, artinya keempat item signifikan mengukur dimensi guidance. Hasil yang signifikan ini juga menunjukkan tidak ada item ya

Sebanyak empat item diuji untuk mengetahui apakah item-item tersebut mampu

menggambarkan opportunity for nurturance. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

44,96, df = 2, P-value = 0.00000, dan nilai RMSEA = 0.380. Oleh sebab itu,

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit, dengan Chi-square = 2,10, df = 1, P-value = 0.14769, RMSEA = 0.086.


Dari hasil tersebut menunjukkan P-value > 0,005 (tidak signifikan), artinya

model satu faktor dapat diterima yang menunjukkan bahwa seluruh item

mengukur satu faktor yaitu opportunity for nurturance dari dukungan sosial.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak

menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefis

for nurturance dari dukungan sosial

No Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan


4 1.01 0.20 5.16 V
7 0.35 0.10 3.44 V
15 0.60 0.16 3.64 V
24 0.51 0.12 4.29 V
ifikan
ki nilai t >1.96, artinya keempat item signifikan mengukur dimensi opportunity for nurturance. Hasil yang signifikan ini juga

dapat digunakan untuk analisis berikutnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh

parenting self-efficacy, dukungan sosial dan jenis kelamin terhadap parenting

stress pada orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus adalah

menggunakan Multiple Regression Analysis (analisis regresi berganda). Teknik

analisis regresi berganda ini digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil

yang ada pada bab dua. Dalam penelitian ini dependent variable sebanyak satu
buah dan independent variable sebanyak delapan buah. Sehingga susunan

persamaan garis regresi penelitian adalah:

Y= a + b₁X₁ + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + e

Keterangan:

Y = Dependent variabel (DV) yaitu parenting stress

a = intercept (konstan)

b = Koefisien regresi untuk masing-masing X X1= parenting self efficacy (domain general)
X2= parenting self efficacy (task spesific & domain spesific)

X3= dukungan sosial (attachment)

X4= dukungan sosial (social integration) X5= dukungan sosial (reassurance of worth) X6= dukungan sosial (reliable allianc
X7= dukungan sosial (guidance)

X8= dukungan sosial (opportunity for nurturance)

X9= jenis kelamin

e = residual

Dalam menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang

paling sesuai (memiliki eror/residu terkecil), maka diperlukan beberapa pengujian

dan analisis, yaitu:


1. R² (koefisien korelasi berganda)

R² merupakan proporsi varian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Dengan kata lain, akan terlihat

besarnya pengaruh parenting self-efficacy (domain general, task spesific &


assurance of worth, reliable alliance, guidance dan opportunity for nurturance) dan jenis kelamin terhadap parenting stress
SSreg
R² =
SSy
2. Uji F

hadap Y signifikan atau tidak maka digunakanlah uji F. Adapun rumus untuk uji F terhadap R² adalah :
R²/k
𝐹𝐹 =
(1 − R²)/ (N − k − 1)

3. Uji t

Uji t digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh yang diberikan variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Oleh karena itu, sebelum

diperoleh nilai t dari setiap IV harus diperoleh dahulu nilai standar eror estimate

dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar mean square dibagi SS.

Setelah diperoleh nilai Sb barulah dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien

regresi) dengan Sb itu sendiri. Adapun rumus t-test yang digunakan adalah :

b
𝑡𝑡 =
Sb
3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Peneliti merumuskan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian.

Setelah merumuskan masalah, peneliti mengumpulkan materi penelitian


ri untuk menguatkan penelitian. Ketika sudah dipastikan bahwa teori dan hasil penelitian sebelumnya telah dikumpulkan se

provisions scale).

2. Peneliti mencari informasi melalui internet, beberapa teman, guru dan terapis

mengenai sekolah dan yayasan ABK (tunanetra, tunarungu dan tunagrahita).

Setelah nama dan alamat instansi berhasil dikumpulkan peneliti membuat surat

izin penelitian kepada pihak fakultas psikologi dan membuat surat izin

melakukan penelitian yang ditujukan untuk SLB A Pembina Jakarta dan SLB

Nur Abadi Jagakarsa pada bulan januari 2015.


3. Selanjutnya, peneliti mulai melakukan penelitian. Penelitian pertama dilakukan

di SLB Nur Abadi di jagakarsa untuk anak berkebutuhan khusus tunarungu dan

tunagrahita yang disambut hangat oleh ibu kepala sekolah dan dibantu oleh

bagian TU yaitu ibu yanti. Penelitian kedua dilakukan di SLB A Pembina

u, peneliti menganalisis data melalui uji validitas menggunakan sistem komputerisasi Lisrel 8.70 dan menguji hipotesis pene
BAB IV

HASIL PENELITIAN

dibahas diantaranya; deskripsi data, analisis data dan pengujian hipotesis penelitian.

karsa. Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan tiga jenis disabilitas yaitu kategori A (tunanetra), B (tunarungu) dan C (tunag

Subjek Berdasarkan kategori disabilitas anak


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tunanetra 50 33,3 33,3 33,3
Tunarungu 50 33,3 33,3 66,7
Tunagrahita 50 33,3 33,3 100,0
Total 150 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diatas terlihat bahwa subjek dalam penelitian ini adalah 150

orangtua dengan anak berkebutuhan khusus yang terdiri dari 50 orangtua (33,3%)

dengan anak kategori A, 50 orangtua (33,3 %) dengan anak kategori B dan 50

orangtua (33,3 %) dengan anak kategori C.

83
84

Selain itu, peneliti juga menguraikan distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin,

seperti halnya pada tabel berikut.

Tabel 4.2
Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Perempuan 91 60,7 60,7 60,7
Laki-Laki 59 39,3 39,3 100,0
Total 150 100,0 100,0

jumlah subjek perempuan yang lebih besar dibanding jumlah subjek laki-laki, dengan perolehan jumlah subjek perempuan seb
penelitian

ingin melihat perbedaan parenting stress orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dengan tiga jenis disabilitas, y
beldibawahinimenunjukkandeskripsidata

berdasarkan jenis disabilitas.

Tabel 4.3
Deskripsi data berdasarkan jenis disabilitas
JENIS_DISABILITAS Mean N Std. Deviation
Tunanetra 47,6945 50 8,68083
Parenting Stress Tunarungu 49,7516 50 9,46055
Tunagrahita 52,5539 50 10,29596
Total 50,0000 150 9,64727

Dari tabel 4.3 diatas, diketahui bahwa nilai mean parenting stress yang paling

tinggi dalam penelitian ini adalah nilai mean parenting stress yang dimiliki oleh
orangtua anak tunagrahita sebesar (52,5539). Hal ini menunjukkan bahwa parenting

stress yang dialami oleh orangtua anak tunagrahita lebih besar daripada orangtua

anak tunarungu dan tunanetra. Tingginya parenting stress yang dialami orangtua
pleks (Peer & Hilman, 2012). Penelitian lain yang menunjukkan tingkat keterbatasan fungsional fungsional anak secara signifika
uji pendahuluan untuk kemudian melihat nilai signifikansinya. Berikut ini disajikan tabel yang menujukkan deskripsi data berdas

JENIS_KELAMIN Mean N Std. Deviation


Parenting stress Laki-laki 49,4011 59 9,13662
Perempuan 50,9237 91 10,39846
Total 50,0000 150 9,64727

Dari tabel 4.4 diatas, diketahui nilai mean parenting stress yang dimiliki oleh

subjek laki-laki sebesar (49,4011) sedangkan nilai mean parenting stress yang

dimiliki oleh subjek perempuan sebesar (50,9237). Berdasarkan hal ini dapat

disimpulkan bahwa nilai mean parenting stress subjek perempuan lebih besar

daripada subjek laki-laki.


4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Sebelum dijelaskan secara detail tentang beberapa subbab selanjutnya, perlu


is oleh maximum likehood adalah item yang bermuatan positif dan signifikan. Adapun true score yang dihasilkan oleh maximu

mean, median, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan minimal dari masing-masing

variabel. Nilai tersebut ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:


Tabel 4.5
Deskripsi statistik variabel penelitian
Variabel N Minimum Maximum Mean Std Deviation
PARENTING_STRESS 150 30,36 76,61 50,0000 9,64727
DOMAIN_GENERAL 150 17,14 65,37 50,0000 9,25457
DOMAIN_SPESIFIC 150 20,08 70,08 50,0000 9,54283
ATTACHMENT 150 20.54 65.12 50,0000 8,77384
SOCIAL_INTEGRATION 150 18,28 70,99 50,0000 9,34167
REASSURANCE_OF_WORTH 150 32,78 66,83 50,0000 7,72385
RELIABLE_ALLIANCE 150 26,44 63,77 50,0000 8,64952
GUIDANCE 150 27,53 65,78 50,0000 8,13907
OPPORTUNITY_FOR_NURTURANCE 150 26,18 67,18 50,0000 7,73630
Valid N (listwise) 150

umlah subjek penelitian berjumlah 150 orang dengan skor parenting stress yang terendah adalah 30,36 sedangkan skor parenti
nsi domain general memiliki skor terendah 17,14 dan skor tertinggi 65,37. sedangkan dimensi domain spesific & task spesific d

skor tertinggi 70,08.

Skor dukungan sosial pada dimensi attachment memiliki skor terendah 20,54 dan

skor tertinggi 65,12, dimensi social integration memiliki skor terendah 18,28 dan

skor tertinggi 70,99, dimensi reassurance of worth memiliki skor terendah 32,78 dan

skor tertinggi 66,83, dimensi reliable alliance memiliki skor terendah 26,44 dan skor

tertinggi 63,77, dimensi guidance memiliki skor terendah 27,53 dan skor tertinggi

65,78, dimensi opportunity for nurturance memiliki skor terendah 26,18 dan skor

tertinggi 67,18.
4.2. Kategorisasi variabel penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok–

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan


ti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian.
penulis terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.3 dan

Kategori Norma
Rendah X<M-1SD
Tinggi X>M+1SD

Berdasarkan norma kategorisasi tersebut, diperoleh persentase kategori untuk

variabel parenting stress, parenting self-efficacy (domain general, task spesific &

domain spesific) dan dukungan sosial (attachment, social integration, reassurance of

worth, reliable alliance, guidance, opportunity for nurturance).


Tabel 4.7
Kategorisasi skor parenting stress, parenting self-efficacy dan dukungan sosial
Kategori & Persentase Skor
No Variabel Rendah % Tinggi % Total
1. Parenting stress 77 51.3 73 48.7 150
2. Domain general 76 50.7 74 49.3 150
3. Task spesific& domain spesific 83 55.3 67 44.7 150
4. Attachment 105 70.0 45 30.0 150
5. Social integration 28 18.7 122 81.3 150
6. Reassurance of worth 94 62.7 56 37.3 150
7. Reliable alliance 96 64.0 54 36.0 150
8. Guidance 86 57.3 64 42.7 150
9. Opportunity for nurturance 70 46.7 80 53.3 150

ak berkebutuhan khusus mengalami parenting stress pada kategori yang rendah yaitu sebesar 51,3% (sebanyak 77 orangtua). s
s dalam penelitian ini memiliki tingkat parenting self-efficacy yang rendah.

Hasil ini dapat dilihat dari persentasi dimensi domain general orangtua sebesar 50,7%

(sebanyak 76 orangtua). Begitu pula dengan persentasi dimensi task spesific &

domain spesific sebesar 55,3% (sebanyak 83 orangtua). Hal ini menunjukkan

bahwasanya orangtua anak berkebutuhan khusus belum seutuhnya percaya dan yakin

terhadap kemampuannya untuk mengasuh anak berkebutuhan khusus dengan baik.

Selanjutnya, pada variabel dukungan sosial ada empat dimensi yang berada pada

kategori rendah, di antaranya: persentasi dimensi attachment sebesar 70% yang

berarti sebanyak 105 orangtua anak berkebutuhan khusus memiliki kedekatan


emosional yang rendah terhadap orang sekitarnya. Dimensi selanjutnya adalah

reassurance of worth yang memiliki persentasi sebesar 62,7% yang berarti sebanyak

94 orangtua anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pengakuan ataupun


64% dan dimensi guidance memiliki persentasi sebesar 57.3%. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua anak berkebutuhan khusu
yang berarti 122 orangtua anak berkebutuhan khusus memiliki peran dalam kelompok untuk berbagi kegiatan. Selanjutnya dim

4.3 Uji Hipotesis Penelitian

4.3.1 Uji regresi berganda

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis regresi

berganda yang penghitungannya menggunakan software SPSS 16. Ada tiga hal yang

perlu diperhatikan dalam analisis regresi:

1. Melihat besaran R square untuk mengetahui besaran sumbangan (persentase)

keseluruhan aspek-aspek IV terhadap varian pada DV.

2. Melihat apakah IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV


3. Melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV

terhadap DV.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis besaran R square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians pada DV yang dijelaskan oleh IV. Untuk tabel R square bisa dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.8
Model Summary Analisis Regresi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


1 ,598a ,358 ,317 7,97422
a. Predictors: (Constant), JENIS_KELAMIN, REASSURANCE_OF_WORTH, DOMAIN_GENERAL,

OPPORTUNITY_FOR_NURTURANCE, SOCIAL_INTEGRATION, RELIABLE_ALLIANCE, DOMAIN_SPESIFIC,

GUIDANCE, ATTACHMENT

eroleh adalah 0.358. Hal ini berarti domain general parenting self-efficacy, task spesific & domain spesific parenting self-efficac
lamin. dalam penelitian ini

memberikan sumbangan sebesar 35.8% terhadap proporsi varian parenting stress,

sedangkan 64.2% lainnya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Langkah kedua, peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variabel

terhadap parenting stress. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Anova
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 4965,048 9 551,672 8,676 ,000a
Residual 8902,347 140 63,588
Total 13867,394 149
a. Predictors: (Constant), JENIS_KELAMIN, REASSURANCE_OF_WORTH,
DOMAIN_GENERAL, OPPORTUNITY_FOR_NURTURANCE, SOCIAL_INTEGRATION,
RELIABLE_ALLIANCE,
DOMAIN_SPESIFIC, GUIDANCE, ATTACHMENT
b. Dependent Variable: PARENTING_STRESS
ng signifikan seluruh variabel independen terhadap parenting stress diterima. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari paren

parenting stress orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independent variabel. Jika

nilai t >1.96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV

tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap parenting stress orangtua anak

berkebutuhan khusus. Adapun penyajiannya ditampilkan pada table dibawah ini:


Tabel 4.10
Coefficients regression
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients

B Std.Error Beta
1 (Constant) 82,033 6,561 12,503 ,000
DOMAIN_GENERAL ,066 ,086 ,063 ,768 ,444
DOMAIN_SPESIFIC -,471 ,088 -,465 -5,361 ,000
ATTACHMENT -,414 ,155 -,376 2,671 ,008
SOCIAL_INTEGRATION ,064 ,082 ,062 ,790 ,431
REASSURANCE_OF_WORTH -,515 ,196 -,412 -2,625 ,010
RELIABLE_ALLIANCE -,185 ,096 -,116 -1,921 ,057
GUIDANCE -,039 ,105 -,033 -,369 ,713
OPPORTUNITY_FOR_NURTURANCE ,027 ,101 ,022 ,270 ,788
JENIS_KELAMIN -,389 1,372 -,020 -,283 ,777
a. Dependent Variable: PARENTING_STRESS

Didasarkan pada koefisien regresi pada tabel 4.9 peneliti merumuskan persamaan regresi berikut.
Parenting Stress =82.033 + 0.066 Domain_General – 0.471 Domain_Spesific* -
0.414 Attachment* + 0.064 Social_Integration - 0.515
Reassurance_Of_Worth* - 0,185 Reliable_Alliance - 0,039

Guidance + 0,027 Opportunity_For_Nurturance - 0,399


Jenis_Kelamin

Tanda bintang (*) pada persamaan diatas menandakan bahwa konstruk task

spesific & domain spesific, attachment dan reassurance of worth memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap parenting stress. Selain dilihat dari nilai t-score (t > 1.96)

suatu dimensi dapat diketahui signifikan atau tidak diketahui dari kolom sig. Syarat

yang harus dipenuhi adalah “jika konstruk memiliki nilai (sig < 0.05), maka konstruk
tersebut dinayatakan signifikan mengukur variabel dependennya”. Penting diketahui,

baik nilai t maupun nilai Sig adalah indikator suatu dimensi dapat dikatakan

signifikan atau tidak. Kaitan yang terjadi adalah nilai t tertentu akan menghasilkan

anya ada tiga hipotesis saja yang berkolerasi secara signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masin

gan signifikansi sebesar 0.444 (p > 0.05) yang berarti bahwa secara positif tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

Variabel task spesific & domain spesific

Diperoleh nilai koefisien regresi variabel task spesific & domain spesific

sebesar -0,471 dengan signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05) yang berarti

bahwa secara negatif terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel task

spesific & domain spesific terhadap parenting stress orangtua anak

berkebutuhan khusus. Jadi semakin tinggi task spesific & domain spesific

maka semakin rendah parenting stress orangtua anak berkebutuhan khusus.


3. Uji H3

Variabel attachment

Diperoleh nilai koefisien regresi variabel attachment sebesar -0,414 dengan


h yang signifikan dari attachment terhadap parenting stress orangtua anak berkebutuhan khusus. Jadi semakin tinggi attachmen

nsi sebesar 0.429 (p > 0.05) yang berarti bahwa secara positif tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel social integr

5. Uji H5

Variabel reassurance of worth

Diperoleh nilai koefisien regresi variabel reassurance of worth sebesar -0,519

dengan signifikansi sebesar 0.009 (p < 0.05) yang berarti bahwa secara negatif

terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel reassurance of worth terhadap

parenting stress orangtua anak berkebutuhan khusus. Jadi semakin tinggi

reassurance of worth yang diperoleh maka semakin rendah parenting stress

orangtua anak berkebutuhan khusus.


6. Uji H6

Variabel reliable alliance

Diperoleh nilai koefisien regresi variabel reliable alliance sebesar -0,189


ra positif tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel reliable alliance terhadap parenting stress orangtua anak berkeb

gan signifikansi sebesar 0.776 (p > 0.05) yang berarti bahwa secara positif tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

Diperoleh nilai koefisien regresi variabel opportunity for nurturance sebesar

0,027 dengan signifikansi sebesar 0.794 (p>0.05) yang berarti bahwa secara

positif tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel opportunity for

nurturance terhadap parenting stress orangtua anak berkebutuhan khusus.

9. Uji H9

Variabel jenis kelamin

Diperoleh nilai koefisien regresi variabel jenis kelamin sebesar -0,256 dengan

signifikansi sebesar 0.777 (p>0.05) yang berarti bahwa secara positif tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel jenis kelamin terhadap

parenting stress orangtua anak berkebutuhan khusus.

Melalui pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat tiga

kan disajikan tabel dimana dalam tabel tersebut terdiri atas kolom pertama (model) adalah IV yang dianalisis satu persatu, kolo

kolom df ialah derajat kebebasan atau taraf nyata bagi IV yang bersangkutan dan df

terdiri atas numerator dan denumerator. Kolom terakhir adalah kolom Sig. F Change

yang fungsinya untuk mengetahui signifikansinya. Apabila p<0.05 maka IV memiliki

sumbangan yang signifikan. Jika signifikan artinya bahwa penambahan (incremented)

proporsi varians dari IV yang bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya

proporsi varians pada parenting stress dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.11

Proporsi Varians Parenting Stress dari masing-masing Variabel Independen

Model R R Change Statistics


Adjuste Std. Error
d
Square R Square of the R Square F Sig. F
Estimate Change Change df1 df2 Change
a
1 ,247 ,061 ,055 9,37907 ,061 9,643 1 148 ,002
b
2 ,515 ,265 ,255 8,32843 ,204 40,696 1 147 ,000
c
3 ,515 ,265 ,250 8,35672 ,000 ,007 1 146 ,936
d
4 ,515 ,265 ,245 8,38460 ,000 ,031 1 145 ,861
e
dimensio n0
5 ,582 ,338 ,315 7,98323 ,073 15,947 1 144 ,000
f
6 ,597 ,357 ,330 7,89719 ,019 4,155 1 143 ,043
g
7 ,598 ,357 ,326 7,92262 ,000 ,084 1 142 ,773
h
8 ,598 ,358 ,321 7,94817 ,000 ,089 1 141 ,767
i
9 ,598 ,358 ,317 7,97422 ,000 ,080 1 140 ,777
a. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL
b. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL, DOMAIN_SPESIFIC
c. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL, DOMAIN_SPESIFIC, ATTACHMENT
d. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL, DOMAIN_SPESIFIC, ATTACHMENT,
SOCIAL_INTEGRATION
e. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL, DOMAIN_SPESIFIC, ATTACHMENT,
SOCIAL_INTEGRATION, REASSURANCE_OF_WORTH
f. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL, DOMAIN_SPESIFIC, ATTACHMENT,
SOCIAL_INTEGRATION, REASSURANCE_OF_WORTH, RELIABLE_ALLIANCE
g. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL, DOMAIN_SPESIFIC, ATTACHMENT,
SOCIAL_INTEGRATION, REASSURANCE_OF_WORTH, RELIABLE_ALLIANCE,
GUIDANCE
h. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL, DOMAIN_SPESIFIC, ATTACHMENT,
SOCIAL_INTEGRATION, REASSURANCE_OF_WORTH, RELIABLE_ALLIANCE,
GUIDANCE, OPPORTUNITY_FOR_NURTURANCE
i. Predictors: (Constant), DOMAIN_GENERAL, DOMAIN_SPESIFIC, ATTACHMENT,
SOCIAL_INTEGRATION, REASSURANCE_OF_WORTH, RELIABLE_ALLIANCE,
GUIDANCE, OPPORTUNITY_FOR_NURTURANCE, JENIS_KELAMIN

Dari tabel 4.10 di atas dapat dijelaskan informasi sebagai berikut:

1. Variabel domain general memberikan sumbangan sebesar 6.1% dalam varians

parenting stress. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan (F(1. 148)

= 9.643; sig<0.05).
2. Variabel task spesific & domain spesific memberikan sumbangan sebesar

20.4% dalam varians parenting stress. Sumbangan ini signifikan secara

statistik dengan (F(1. 147) = 40.696; sig<0.05)


emberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians parenting stress. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan (F(1. 1
on memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians parenting stress. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan
worth memberikan sumbangan sebesar 7.3% dalam varians parenting stress. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan
e memberikan sumbangan sebesar 1.9% dalam

. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan

(F(1. 143) = 4,155; sig<0.05)

7. Variabel guidance memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians

parenting stress. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan (F(1.

142) = 0.084; sig>0.05)

8. Variabel opportunity for nurturance memberikan sumbangan sebesar 0%

dalam varians parenting stress. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik

dengan (F(1. 141) = 0.089; sig>0.05)


9. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians

parenting stress. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan (F(1.

140) = 0.080; sig>0.05)


silkan setiap kali dilakukan penambahan variabel bebas (sumbangan: proporsi varian yang diberikan). Dari keempat variabel be

sebesar 20.4% dilanjutkan oleh reassurance of worth memberikan sumbangan

sebesar 7.3% dan domain general memberikan sumbangan sebesar 6.1% serta yang

terakhir reliable alliance memberikan sumbangan sebesar 1.9%.


BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN

SARAN

parenting self-efficacy, attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance, opportunity for nurtura

koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh hanya tiga variabel yang

signifikan pengaruhnya terhadap parenting stress yaitu task spesific & domain

spesific parenting self-efficacy, attachment dan reassurance of worth.

Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan proporsi varians masing-masing variabel,

terdapat empat variabel yang signifikan diantarnya adalah domain general parenting

self-efficacy, task spesific & domain spesific parenting self-efficacy, reassurance of

worth, reliable alliance.


101
102

5.2 Diskusi

Penelitian ini menunjukkan bahwa 51,3% (lebih dari setengah total subjek penelitian)

orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus mengalami parenting stress yang
nya parenting self-eficacy yang dimiliki orangtua anak berkebutuhan khusus.
uhi individu untuk menghadapi yang sulit dan memiliki pengaruh yang positif atau negatif dalam tumbuh kembang anak (Macln

dimensi task-spesific & domain spesific. Rendahnya parenting self-efficacy yang

dimiliki orangtua berdampak negatif pada parenting, di antaranya: stres, depresi,

perasaan negatif, menarik diri dari situasi yang melelahkan dan kurangnya kepekaan

terhadap perilaku anak yang sulit (Maclness, 2006). Sebaliknya, orangtua yang

memiliki self-efficacy yang tinggi dalam parenting, maka akan lebih memperhatikan

perkembangan anaknya, memiliki interaksi yang positif dan tidak menunjukkan

tingkah laku yang negatif (Coleman & Karraker, 2003), serta lebih siap untuk

menghadapi tuntutan-tuntutan dalam parenting (Raikes & Thompson, 2005).


Parenting self-efficacy merupakan sumber daya untuk mengatasi stres, karena

parenting self-efficacy dapat mengontrol atas ancaman dan tuntutan yang berlebihan.

Misalnya, ketika merawat anak berkebutuhan khusus dengan parenting self-efficacy


ra efektif, di antaranya: kurangnya keterampilan komunikasi dan sosial anak, kemandirian anak dan tingkah laku anak) maka m
t meningkatkan kompetensi dan berkurangnya

mengungkapkan bahwa salah satu sumber koping parenting stress pada orangtua

yang memiliki anak tunagrahita adalah kepercayaan diri. Rasa percaya diri pada

individu akan menentukan dalam melakukan pengambilan keputusan dalam situasi

yang penuh tekanan. Penelitian lainnya oleh Astriamitha (2012) yang

mengungkapkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara parenting

stress dan parenting self-efficacy pada ibu yang memiliki anak dengan tunagrahita

Faktor lain yang dapat mengurangi parenting stress adalah dukungan sosial.

Dukungan sosial dipercaya dapat membantu orangtua untuk mengatasi kesulitan


mereka saat membesarkan anak-anak disabilitas (Abidin, 1992). Misalnya, Peer dan

Hillman (2012) dalam penelitiannya pada orangtua yang memiliki anak tunagrahita

menemukan bahwa dukungan sosial mempengaruhi tingkat parenting stress yang

cara signifikan berpengaruh terhadap parenting stress. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fick dan Mc
besar -0,519 (0,009 < 0,05). Pengaruh pada dimensi reassurance of worth bernilai negatif, artinya jadi

rendah tingkat parenting stress yang dialami oleh orangtua.

Reassurance of worth adalah dukungan yang didapatkan dari keluarga maupun

lembaga. Bentuk dukungan ini berupa pengakuan atas kemampuan dan keahliannya

serta penghargaan yang diberikan oleh orang lain baik keluarga maupun lembaga

terhadap kompetensi, keterampilan dan nilai yang dimiliki seseorang (Cutrona, 1987).

Dalam penelitian ini menunjukan bahwasanya pengakuan kemampuan dan

penghargaan kompetensi yang diperoleh orangtua dalam mengasuh anak

berkebutuhan khusus dapat mengurangi tingkat parenting stress. Dengan adanya


dukungan ini, orangtua akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas parenting

pada anak berkebutuhan khusus yang dimilikinya.

Dimensi selanjutnya adalah attachment, yang memiliki nilai koefisien regresi


makin rendah tingkat parenting stress yang dialami oleh orangtua anak berkebutuhan khusus.
pasangan, teman dekat atau hubungan keluarga (Cutrona, 1987). Dengan adanya kedekatan emosional orangtua anak berkebu

Variabel lain yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis kelamin. Dari hasil uji

beda jenis kelamin, telah diperoleh mean parenting stress yang dimiliki perempuan

lebih besar daripada mean laki-laki. Hal ini disebabkan karena jumlah persentase

yang tidak seimbang antara perempuan dan laki-laki dalam mengsisi kuesioner

penelitian ini. Sementara hasil uji statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin secara

signifikan tidak mempengaruhi parenting stress dan jika melihat proporsi varian,

jenis kelamin tidak sumbangan dalam varian parenting stress.


Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kraus (1993) yaitu tidak

adanya perbedaan parenting stress yang dialami oleh laki-laki dan perempuan.

Adapun penelitian yang bertentangan dengan hasil penelitian ini adalah penelitian
aki. Selanjutnya hasil penelitian Lindsey (2006) adalah tingkat parenting stress yang dialami oleh perempuan lebih tinggi daripa
ngu dan diakhiri orangtua anak tunanetra. Hal ini terjadi karena memiliki anak tunagrahita berdampak terhadap waktu yang dih

terhadap parenting stress yang dialami oleh orangtua. Oleh karena itu, orangtua anak

tunagrahita mengalami parenting stress yang tinggi yang disebabkan kebutuhan dan

perawatan anak tunagrahita yang lebih kompleks sehingga orangtua yang memiliki

anak tunagrahita tidak dapat memprediksi tanggung jawab mereka dalam parenting

(Peer & Hilman, 2012).

Selain itu, orangtua anak tunagrahita akan kehilangan kepercayaan diri dalam

pengasuhannya sehingga menyebabkan depresi pada orangtua, tingkah laku agresif,

malu dan merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengasuh anak tunagrahita
(Soemantri, 2006). Oleh karena itu, pentingnya parenting self-efficacy dalam

parenting anak tunagrahita.

Selanjutnya, tingkatan kedua parenting stress dalam penelitian ini adalah orangtua
gtua yang memiliki anak normal dalam usaha mereka untuk menjaga anak mereka dari bahaya. Sikap protektif ini terjadi karen
rangtua tetap akan mengalami parenting stress karena orangtua adalah pihak yang paling berat yang merasakan dampak lah

(Soemantri, 2006)

5.3 Saran

Pada bagian ini, saran dibagi menjadi dua bagian yaitu saran metodologis dan saran

praktis. Peneliti memberikan saran secara metodologis dengan harapan dapat

memberikan kontribusi untuk penelitian selanjutnya, terutama dalam ranah psikologi

klinis dan psikologi keluarga. Selain itu, peneliti juga menguraikan saran secara

praktis dengan harapan dapat memberikan informasi tambahan, terutama bagi


pembaca yang berniat melakukan penelitian mengenai parenting stress orangtua anak

berkebutuhan khusus.

5.3.1 Saran Metodologis


l lainnya yang dapat mempengaruhi parenting stress, diantaranya: lokus dan kontrol, family functioning, tingkat pendidikan or
selanjutnya untuk memilih alat ukur yang dapat melengkapi teori yang digunakan dan juga dapat mengadaptasi alat ukur dari
tian kuantitatif atau mix methode agar hasil penelitian lebih valid.

1. Penting bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk

meningkatkan parenting self-efficacy dalam parenting anak berkebutuhan

khusus. Diantaranya dengan sebagai berikut: mengikuti seminar yang

diadakan di sekolah, membaca literatur berkaitan parenting anak

berkebutuhan khusus dan konsultasi dengan para profesional tentang

penilaian akurat kemampuan yang dimiliki anak. Karena sesungguhnya

parenting self-efficacy yang dimiliki orangtua memberikan dampak positif

terhadap perkembangan anak


2. Dalam parenting, sebaiknya orangtua menekankan kekuatan anak

daripada kekurangan yang dimilikinya serta memberikan pengalaman

orangtua agar anak dapat mengembangkan konsep diri yang positif.


ng menjadikannya hitam maupun putih.
miliki anak berkebutuhan khusus baik secara emosional dan dukungan nyata. Hal ini dapat mengurangi beban dan membantu p
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, R.R. (1992). The determinants of parenting behavior. Journal of Clinical Child
Psychology, 21 (4), 407-412.doi:10.1207.s15374424jccp2104.12.

enting stress index – short form.

nak berkebutuhan khusus. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN.


ental efficacy beliefs and promotive parenting strategies on inner city youth. Journal of Family Issues, 22(8), 944-972.
s dan parenting self-efficacy pada ibu yang memiliki anak dengan tunagrahita taraf ringan dan sedang usia kanak- kanak madya
terjemahan). Jakarta: Erlangga.
cale: initial psychometric evidence. Journal of Social and Personal Relationship, 12(3), 463-472. doi:10.1177/026540759512300
cacy, parenting stress and child behaviour before and after a parenting programme. Primary Health Care Research & Developm

Boyd, B.A. (2002). Examining the relationship between stress and lack of social support
in mothers of children with autism. Focus on Autism and Other Development
Disabilities, 17 (4), 208-215.doi: 10.1177/10883576020170040301.
Brooks, J.B. (2003). The process parenting, sixth edition. McGraw-Hill Company.
Cheryl, M.S. (2012). Parenting Stress in Mothers of Preschool Children Recently
Diagnosed with Autism Spectrum Disorder. Dissertation. Newark: New Jersey
State University.
Cohen, S., Kamarck, T., & Mermelstein, R. (1983). A global measure of perceived stress.
Journal of Health and Social Behavior, 24 (4), 385-396.
http://www.jstor.org/stable/584685
Coleman, P.K,. & Karraker, K.H. (1997). Self efficacy and parenting quality: findings
and future applications. Developmental review, 18, 47-85.
Coleman, P.K. (1998). Maternal self-efficacy beliefs as predictors of parenting
competence and toddlers’ emotional, social and cognitive development.
Dissertation: Life-Span Development Psychology. West Virginia University.
Coleman, P.K. & Karraker, K.H. (2000). Parenting self-efficacy among mothers of
school age children: conceptualization, measurement and correlates. Family
Relations, 49(1), 13-24.
Coleman, P.K. & Karraker, K.H. (2003). Maternal self-efficacy beliefs, competence in
parenting and toddlers behavior and developmental status. Infant Mental
Health Journal, 24(2), 126-148.doi:10.1002/imhj.10048.
Cutrona, C.E. & Russell, D.E. 1987. The provisions of social relationship and adaption to
stress. Advances in personal relationship, 1, 37-67.
Cutrona, C.E., Cole, V., Colangelo, N., Assouline., S.G., Russell, D.W. (1994). Perceived
parental sosial support and academic achievement an attachment: an
attachment theory perspective. Journal of Personality and Social Psychology,
66 (2), 369-378.doi:0022.3514.94.
Davis, N.O. & Carter, A.S. (2008). Parenting Stress in Mothers and Fathers of Toddlers
with Autism Spectrum Disorders: Associations with Child Characteristics.
Journal Autism Dev Disord, 38, 1278-1291.doi:10.1007/s10803.007.0512.z.
Deckard, K.D. (2004). Parenting stress. London: Yale University Press.
Efendi, M. (2006). Pengantar psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.
Erjuna. (2013). Parental stress in families of children with disabilities: a literature review.
Journal of Educational and Social Research,3 (7), 579-584.doi:10.5901.
Fick, M.N. & McMahon, C.A. (2009). Psychosocial Correlates of parenting stress in
australian parents with a daughter from china. Australian Journal of Adoption,
1 (2).
Folkman, S., Lazarus, R.S., Gruen, R.J., & DeLongis, A. (1986). Appraisal, coping,
health sttus and psychological symptomps. Journal of Personality and Social
Psychology, 50 (3), 571-579.doi:0022-3514/86/800.75.
Guidubaldi, J. & Cleminshaw, H.K. (1985). The development of the Cleminshaw-
Guidubaldi parent satisfaction scale. Journal of Clinical Child Psychology.
retrieved
from:http://pdfserve.informaworld.com/29213_740385036_783757539.pdf.
Gupta, V.B., Mehrotra, P., Mehrotra, N. (2012). Parental stress in raising a child with
disabilities in india, 23(2),41-52.doi:10.5463.
Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (1944). Exceptional children: introduction to special
education. Sixth edition. University of Virginia.
Hammer, T.J. & Turner, P.H. (1932). Parenting in contemporary society (second
edition). New Jersey: Prentice Hall.
Haskett, M.E., Ahern, L.S., Ward, C.S., Allaire, J,C. (2006). Factor structure and validity
the parenting stress index-short form. Journal of Clinical Child and Adolescent
Psychology, 35(2), 302-312.
Indriyani, I. (2011). Pengaruh kepuasan pernikahan terhadap parenting stress: studi pada
ibu dengan anak usia 2-5 tahun. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN.
Jeenabadi, H. (2013). The study and comparison of stress level and coping strategies in
parents of exceptional (mentally retarded, blind and deaf) and normal children
in Zahedan. Procedia; Social and Behavioral Sciences, 114, 197-202.
Jusmine, F. (2013). The relationship between parenting stress, child characteristics,
parenting self-efficacy and social support in parents of children with autism in
taiwan. Dissertation. Columbia university.
Johnson, C. & Mash, E.J. (1989). A measure of parenting satisfaction and efficacy.
journal of Clinical Child Psychology, 18(2), 167-175. doi: 10.1207/
s15374424jccp1802.8.
Jones, T.L. & Prinz, R.J. (2005). Potential roles of parental self-efficacy in parent and
child adjusment: A review. Clinical Psychology Review, 25, 341-363.
Krauss, M.W. (1993). Child-related and parenting stress: similarities and differences
between mothers and fathers of children with disabilities. American Journal on
Mental Retardation, 97 (4), 393-404.
Lauer, R.H. & Lauer, J.C. (2007). Marriage & family: the quest for intimacy (second
edition). New York: McGraw Hill.
Lederberg, A.R., & Golbach, T. (2002). Parenting stress and social support in hearing
mothers of deaf and hearing children: a longitudinal study. Journal of Deaf
Studies and Deaf Education. George: State University.
Levendosky, A.A. & Bermann, S.A.G. (1998). The moderating effects of parenting stress
on children’s adjusment in woman-abusing families. Journal of Interpersonal
violence, 13 (3), 383-397. doi: 10.1177/088626098013003005.
Maclnnes, L.K. (2006). Parenting self-efficacy and stress in mothers and fathers of
children with down syndrome. Thesis. Simon Fraser University.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus, jilid
kesatu. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3).
Patterson, J.M. & McCubbin, H.I. (1983). The impact of family life events and changes
on the health of a chronically ill child. National Council on Family Relations, 32
(2), 255-264. retrieved from http://www.jstor.org/stable/584685
Peer, J.W., Hillman, S.B. (2012). The mediating impact of coping style on stress
perception for parents of individuals with intelectual disabilities. Journal of
Intelectual Disabilities, 16(1), 45-59.doi:10.177/1744629512440783.
Peraturan menteri negara pemberdayaan perempuan & perlindungan anak republik
indonesia. Nomor 10 tahun 2011.
Prasa., B.M. (2013). Stres dan koping orangtua dengan anak retardasi mental.
Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Raikes, H.A. & Thompson, R.A. (2005). Efficacy and social support as predictors of
parenting stress among families in poverty. Infant Mental Health Journal,
26(3), 177-190.doi:10.1002/imhj.20044.
Small., R.P. (2010). A comparison of parental self-efficacy, parenting satisfaction, and
other factors between single mother with and without children with
developmental disabilities. Dissertation. Michigan: Wayne State University.
Sarafino, E.P. (1994). Health psychology: Biopsychosocial interaction (second edition).
Trenton: State College.
Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., Sarason, B.R. (1983). Assesing social
support: the social support questionnaire. Journal of Personality and Social
Psychology, 44 (1), 127-139.
Sharpley, C.F., Bitsika, V., & Efremidis, B. (1997). Influence of gender, parental health
and perceived expertise of assistance upon stress, anxiety and depression
among parent of children with autism. Journal of Intellectual and
Developmental Disability, 22 (1), 19-28. doi: 10.180/13668259700033261.
Shyam, R., & Kavita. (2014). Stress and family burden in mothers of children with
disabilities. International Journal of Interdisciplinary and Multidisciplinary
Studies (IJIMS), 1 (4), 152-159.
Siegel, S.P., Sedey, A.L., Itano, C.Y. (2002). Predictors of parental stress in mother of
young children. Journal of Deaf Studies and Deaf Education. Boulder:
University of Colorado.
Sipal, R.F., & Sayin, U. (2013). Impact of perceived social support and depression on the
parental attitudes of mother children who are deaf. Journal Child Family
Study, 22, 1103-1111.doi:10.1007/s10826.012.9672.3.
Soemantri, S. (2005) Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Tavakol, K., Dehi, M., Naji, H., Nasiri, M. (2008). Parental Anxiety and Quality of Life
in Children with Blindness in Ababasire institution: IJNMR, 13 (4), 141-144.
Teti, D.M., Connell, M.A., Reiner, C.A. (1996). Parenting sensitivity, parental depression
and child health: the mediational role of parental self-efficacy. Early
Development and Parenting, 5(4), 237-250.
Theule, J. (2010). Predicting parenting stress in families of children with ADHD (thesis).
Ontario: University of Taronto.
Walker, A.P. (2000). Parenting stress : A Comparison Of Disable And Non Disabled
Children. (Doctoral Disertation). Texax: University of North Texax.
Zimet, G.D., Dahlem, N.W., Zimet, S.G. & Farley, G.K. (1988). The multidimensional
scale of perceived social support. Journal of Personality Assessment, 52, 30-
41. doi:10.1207/s15327752jpa5201_2.
LAMPIRAN
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS PSIKOLOGI
JI. Kerta Muhti No-5 Cirendeu Jaha rta Sclatan 15-119
Tclp. (021) 7433060 Fax. 7J714714
e-mail:fakgsi_uinjkt@yahoo.com

FORMULIR PERMOHONAN
IZIN PENELITIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini


Nama

Tempat/Tgl.Lahir : ... $..........!.. ..........$. ...... . ....................

NIM

Judul Skripsi

fi•i••9° b?"°! !+!*•Wi P e°Y °*'^°

dengan ini bermaksud mengajukan permohonan izin pendahuluan/penelitian skrip°i.

Jakart

Pemohon

Menyetujui,

Pembi igI PembiiI I

Catatan :
Untuk izin penelitian mclampirkan data kuesioner penelitian
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
FAKULTASPSIKOLOGI
JAKARTA
Telp. (02 I) 7433060 Fax. (021) 747.1 fi714
e-mail : ipsiâi uiujkl .ac, icl
Noiiioi“ Un.0 1/F7/KPI.013/ 3 e'20l 5 Jakarta, Januari 2015
Lamp
Permoltonifll full Penc•litian

Kepada â"t!i.
SLB A Pembina Jakarta
.11. Pertani.a.n flay a, Lebak Brilus
.Jakarta Selatan

Denda ii hornsat kanti sarn{aaikan bahwa

: Nama : Siti Fatimah


NIM 109070000174
Semester : XI (Sebelas)
Tahun Akadeniik : 2014 / 2015
Program : Strata 1 (SI)

inahasiswa lci sebut sedang menulis skripsi berjudul: “Penparuh Piirentiftp Self-Efficacv
dan Dukungan Sosial terhadap Piirenting Stress pada Orangtua dengan Anak
Berkebutuhan Khusus”. sehingga perlu melakukan penelitian di sekolah yang Bapak /1 but

Sehubungan dengan itu kami mengharapkan kesediaan Rapak/lbu untuk memberikan


data maupun informasi ang diperlukan oleh mahasiswa tersebut.

Demikian atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terinia kasih.

a.n.Dekan
Wakil n i A emik

Dr. Abdul Rahman Shaleh.


M.Si NIP. 1972082
199903.1.002

Feirbusan
Dekan I akultas Psikologi
1 IN Syari f Flidayatullaii .Jakarta
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
F A K U L T A S P S I K O L. O G I
JAKARTA
11. Kerta M ukti No.5 C irendeu Jakarta Selatan 15419 Telp. (021 ) 7433060 Fax. (021 ) 74714714
Website : ›s’ u'.u injkt.ac. id e-mail : lpsii uin jkt.ac. icl

Nomor Un.01/F7/KM.013/ /2015 Jakarta, Januari 2015


Lamp
Hal Permohonan Izin Penelitia zt

Kepada Yth.
Kepala SLB Nur Abadi
JI. Jagakarsa 1 No 17
.Iakarta Selatan

Dengan hormat kami sanipaikan bahwa :

Siti Fatimah
1090700(30174
: XI (Sebelas)
2014 / 2015
Pi ograrn 5trata 1 (S1)

rnnliasisw a tersebut seda 8 Il efltl lis skripsi berjudul: “ Pen aruh Parenting Self-Efficricv
dan Dukungan Sosial terhadap Parenting Stress pada Orangtua dengan Anak
Berkebutuhan Khusus”. sehing ga pCrlu melakukan penelitian di sekolah yang Bapak / Ibn
pimpin.

Sehubungan denuan itu kami naengharapkan kesediaan Bapak/lbu untuk memberikan


cJata maupun informasi yang diperlukan oleh mahasiswa tersebut.

Demikian atas perliatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.

a.n.Dckan
id. Akadeik

Si 1 002
Rahman Shaleh, M. 19720823 199903

Tembusan :
Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarit Hidayatullah Jakarta
Lembar Kesediaan

Assalamualai’kum Wr Wb

Kepada Para Orangtua Hebat...

Saya adalah mahasiswi psikologi UIN Jakarta, saat ini saya sedang melakukan
penelitian mengenai pengasuhan orangtua dengan anak berkebutuhan khusus.
Dalam penelitian ini, saya membutuhkan data mengenai aspek yang terkait dengan
pengalaman anda sebagai orangtua anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, saya sangat
mengaharapkan kesediaan anda untuk memberikan beberapa informasi dengan cara mengisi
kuesioner berikut. Dalam menjawab kuesioner, anda diminta untuk menjawab dengan kondisi
yang menggambarkan kondisi anda dan bukan situasi umum ataupun ideal. Tidak ada
jawaban salah dan benar dalam kuesioner ini, akan tetapi jawaban yang sesuai dengan kondisi
anda yang sebenarnya.
Data yang diberikan akan dijamin kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan anda bersedia membaca
petunjuk pengisian dan memeriksa kembali kelengkapan jawaban kuesioner ini sehingga
tidak ada yang terlewati.
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih atas waktu dan informasi yang
anda sediakan untuk mengisi kuesioner ini.

Jakarta, 22 Desember 2014

Hormat Saya

Siti Fatimah
Biodata Responden

Nama / Inisial :

Jenis Kelamin :

*Pendidikan Terakhir : a. SD d. S1

b. SMP e. Lainnya

c. SMA

*Jenis Disabilitas Anak : a. Tunanetra

b. Tunarungu

c. Tunagrahita

Usia Anak :

(*) Lingkari yang Sesuai

Petunjuk Pengisian

Tandai jawaban yang paling menggambarkan perasaan Bapak/Ibu dari pernyataan


dibawah ini. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban adalah benar asalkan sesuai
dengan diri Bapak/Ibu. Terdapat empat pilihan jawaban, yaitu:

Keterangan:
SS : SANGAT SETUJU TS : TIDAK SETUJU
S : SETUJU STS : SANGAT TIDAK SETUJU

Contoh
NO Pernyataan SS S TS STS
Saya merasa terbebani oleh tanggung jawab saya X
sebagai orangtua
Skala 1

No Pernyataan SS S TS STS
1 Seringkali saya merasa tidak bisa menangani segala
permasalahan dengan baik.
2 Saya merasa menyerah untuk memenuhi kebutuhan anak
saya yang tidak sesuai harapan.
3 Saya merasa terbebani oleh tanggung jawab saya sebagai
orangtua
4 Sejak memiliki anak ini, saya sudah tidak dapat melakukan
hal-hal yang baru dan berbeda.
5 Sejak memiliki anak, saya merasa tidak bisa melakukan hal-
hal yang saya suka lakukan.
6 Saya tidak senang dengan pembelian pakaian terakhir untuk
diri saya.
7 Ada beberapa hal yang menganggu kehidupan saya.
8 Kehadiran anak menyebabkan masalah yang lebih besar
antara saya dan pasangan saya.
9 Saya merasa sendiri tanpa teman
10 Ketika pergi ke suatu acara, biasanya saya tidak
menikmatinya.
11 Saya tidak tertarik dengan orang lain seperti dulu.
12 Saya tidak menikmati berbagai hal seperti yang dulu saya
lakukan
13 Anak saya jarang melakukan hal yang membuat saya merasa
baik.
14 Kadang-kadang saya merasa anak saya tidak menyukai saya
dan tidak ingin dekat dengan saya
15 Ketika saya berbuat sesuatu untuk anak saya, saya merasa
bahwa usaha saya tidak dihargai.
16 Ketika bermain, anak saya jarang tertawa
17 Anak saya sepertinya belajar tidak secepat anak pada
umumnya.
18 Anak saya sepertinya tidak tersenyum sebanyak anak pada
umumnya.
19 Anak saya tidak bisa melakukan banyak hal seperti yang
saya harapkan.
20 Anak saya kesulitan dan membutuhkan waktu lama untuk
terbiasa dengan hal baru
21 Saya berharap adanya perasaan dekat dan hangat dengan
anak saya, tetapi saya kesulitan dan ini menganggu saya.
22 Terkadang anak saya melakukan hal yang mengganggu saya
untuk mendapatkan perhatian
23 Anak saya tampaknya lebih sering menangis dan rewel
daripada anak-anak pada umumnya.
24 Anak saya biasanya bangun dalam suasana hati yang buruk
25 Saya merasa anak saya mudah murung dan marah
No Pernyataan SS S TS STS
26 Anak saya melakukan beberapa hal yang menganggu saya.
27 Anak saya bersikap berlebihan ketika tidak menyukai
sesuatu.
27 Anak saya mudah marah terhadap hal sepele
29 Jadwal tidur dan makan anak saya sulit ditentukan dari yang
saya harapkan.
30 Anak saya menjadi masalah besar bagi saya, diluar harapan
saya.
31 Anak saya menuntut saya lebih banyak daripada anak-anak
pada umumnya.

Skala 2
No Pernyataan SS S TS STS
1 Masalah pengasuhan anak mudah diatasi, setelah saya
mengetahui bahwa apa yang saya lakukan mempengaruhi
anak. Inilah pemahaman saya.
2 Saya akan menjadi teladan bagi anak saya untuk
mempelajari bagaimana menjadi orangtua yang baik.
3 Menjadi orangtua adalah masalah pengelolaan, dan setiap
masalah dapat diatasi dengan mudah.
4 Saya memenuhi harapan pribadi saya untuk memiliki
keahlian dalam perawatan anak
5 Jika ada yang bisa menemukan jawaban atas apa yang
mengganggu anak saya, maka sayalah orangnya
6 Mengingat berapa lama saya menjadi orangtua, saya
merasa benar-benar akrab dengan peran sebagai orangtua.
7 Saya benar-benar percaya bahwa saya memiliki semua
keterampilan yang diperlukan untuk menjadi orangtua yang
baik bagi anak saya.

Skala 3
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya percaya bahwa saya dapat memenuhi kebutuhan
anak saya untuk merasakan aman dan diterima
2. Ketika anak saya membutuhkan saya, saya dengan mudah
menyingkirkan semua hal yang sedang saya lakukan
3. Saya kesulitan untuk selalu memberikan anak saya
kenyamanan yang dibutuhannya dalam menghadapi
frustrasi dan kekhawatiran setiap harinya.
4. Saya akan selalu menghentikan apa yang saya lakukan
dan memeluk anak saya ketika ia membutuhkan kasih
sayang
5. Saya sering sibuk dengan masalah saya sendiri untuk
menjaga emosi anak saya yang berubah.
6. Saya bisa merasakan ketika anak saya mulai tertekan
No Pernyataan SS S TS STS
7. Anak saya merasa sangat dicintai oleh saya
8. Saya pikir saya toleran dan memahami Ketika anak saya
menunjukkan emosi negatif
9. Saya merasa sangat tertekan ketika suasana hati anak saya
tidak baik
10. Saya pasti memenuhi tugas saya sebagai orangtua untuk
memberikan dukungan emosional bagi anak saya
11. Ketika anak saya memiliki masalah, ia tahu saya akan
membantunya
12. Menyediakan keamanan dari bahaya lingkungan bebas
untuk anak saya adalah hal sangat sulit bagi saya
13. Ketika saya menitipkan anak saya dengan orang lain, saya
memastikan bahwa orang tersebut dapat melindungi anak
saya dari bahaya
14. Saya tidak pernah meninggalkan anak saya tanpa
pengawasan
15. Saya selalu memastikan keadaan anak saya dengan
melihat keaadaan anak saya bahwa ia tidak terluka
16. Saya mengalami kesulitan untuk menentukan hal aman
dan tidak aman yang anak saya lakukan
17. Saya mengalami kesulitan untuk membuat anak saya
mendengarkan saya
18. Orangtua lain lebih sukses untuk menetapkan aturan bagi
anak-anak mereka daripada yang saya lakukan kepada
anak saya
19. Menetapkan aturan terhadap anak saya adalah hal relatif
mudah bagi saya.
20. Ketika anak saya melewati aturan yang saya tentukan,
saya merasa sangat putus asa.
21. Mengatakan"TIDAK" untuk keselamatan anak saya
adalah hal yang mudah bagi saya
22. Saya adalah teman bermain yang menyenangkan bagi
anak saya
23. Saya kesulitan untuk meluangkan waktu dan hanya
bermain dengan anak saya
24. Saya terlibat secara aktif bermain dengan anak saya
25. Bermain merupakan bagian dari hubungan saya dengan
anak saya dan saya memiliki sedikit kesulitan
26. Saya harus belajar bagaimana untuk bersenang-senang
dengan anak saya
27. Saya percaya bahwa anak saya banyak belajar dari usaha
saya untuk menunjukkan hal-hal kepadanya
28. Membantu anak saya belajar berbicara dan memahami
kata-kata merupakan bagian dari pengasuhan yang saya
serahkan kepada orang lain
29. Duduk secara rutin dengan anak saya untuk membaca
atau melakukan satu kegiatan adalah hal mudah bagi saya
No Pernyataan SS S TS STS
30. Saya memiliki kesulitan untuk menggunakan instruksi
yang tepat ketika saya mencoba untuk menjelaskan
sesuatu kepada anak saya
31. Membantu anak saya belajar warna, nama benda dan
sejenisnya,bukanlah salah satu kelebihan saya
32. Anak saya lebih banyak belajar dari saya daripada orang
lain dalam hidupnya
33. Saya dengan mudah menemukan kesempatan untuk
menunjukkan hal-hal tentang dunia selama saya
berinteraksi dengan anak saya
34. Saya mampu membangun rutinitas sehari-hari dengan
anak saya dan kenyamanan telah kami rasakan
35. Saya memberikan kenyamanan kepada anak saya setiap
harinya.
36. Saya tidak bisa membuat anak saya untuk bertahan
dengan jadwal kegiatan yang teratur
37. Meskipun saya mencoba untuk melatih anak saya untuk
makan dengan baik, tetapi usaha saya kurang berhasil
38. Sepertinya saya tidak dapat menetapkan waktu tidur yang
teratur pada anak saya
39. Saya telah menyusun rutinitas pagi yang cukup teratur
dengan anak saya

Skala 4
No Pernyataan SS S TS STS
1 Ada orang yang dapat saya andalkan ketika saya sangat
membutuhkan bantuan.
2 Saya merasa saya tidak memiliki hubungan yang dekat
dengan orang lain.
3 Tidak ada satu orangpun yang bisa saya minta nasihat
ketika saya mengalami tekanan.
4 Ada beberapa orang yang mengandalkan saya.
5 Ada beberapa orang yang menikmati kegiatan sosial
bersama saya.
6 Orang lain melihat saya sebagai orang yang tidak
kompeten
7 Saya merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang
lain.
8 Saya merasa menjadi bagian dari sekelompok orang yang
berbagi keyakinan dengan saya
9 Saya tidak berfikir orang lain menghargai keahlian dan
kemampuan saya.
10 Jika ada sesuatu yang tidak sesuai, tidak ada seorangpun
yang datang membantu saya.
11 Saya memiliki hubungan dekat yang memberikan saya
rasa senang dan aman secara emosional.
No Pernyataan SS S TS STS
12 Ada seseorang yang dapat saya ajak bicara tentang
keputusan penting dalam kehidupan saya.
13 Saya mempunyai hubungan yang mana kemampuan dan
ketrampilan saya diakui.
14 Tidak ada tempat bagi saya untuk berbagi kesenangan
dan kekhawatiran
15 Tidak seorangpun yang mempercayai saya untuk
kebahagian mereka
16 Ada orang yang dapat saya percayai untuk dimintai
nasihat jika saya memiliki masalah
17 Saya merasakan ikatan emosional yang kuat meskipun
hanya dengan satu orang.
18 Tidak seorangpun yang dapat saya andalkan ketika saya
sangat membutuhkan bantuan
19 Tidak seorangpun yang membuat saya nyaman untuk
membicarakan masalah saya.
20 Ada beberapa orang yang mengagumi bakat dan
kemampuan saya.
21 Saya merasa tidak dekat dengan orang lain
22 Tidak seorangpun yang menyukai hal-hal yang saya
lakukan
23 Ada orang yang dapat saya andalkan dalam keadaan
darurat
24 Tidak seorangpun yang membutuhkan perhatian saya

Terima Kasih
Mohon Periksa Kembali Agar Tidak Ada Pernyataan Yang Terlewat
1.1. Diagram Path Parenting Stress (Aspek Parent Distress)

8
.
4
3 IT
1

IT
2
8
.
3
6
IT
3 6
.
1
5
7
.
4
3
IT 8
.
1
5
8
.
0
6 4 10.63

IT
5 11.28
6
.
1
2 parent 0
.
0
8
.
4
8 9
.
2
9
IT6
9
.
1
9
9
.
2
0
11.63
7
.
4
0
7
.
3
1 9
.
6
3
IT7

8
.
1
IT9
IT8

7
.
9
4
I
T
1
0

8
.
2
9 7.28
I
T
1

Chi-Square=47.14,df=34,P-value=0.06640,RMSEA=0.051

8
.
1
4
I
T
1
2

1.2. Diagram Path Parenting 7Stress


.
2
0
(Aspek Parent-Child Dysfunctional Interaction)

7
.
9
8

8.29 IT13

7.40
IT14
6.82
5.97 10.74
IT15

7.12 12.03
IT16 10.49
pc 0.00
8.92 4.64
IT17 9.16

8.51
IT18 7.39
4.42

8.21
IT19 10.33
7.78
8.86
IT20

7.33
IT21

7.07
IT22
Chi-Square=31.38,df=21,P-value=0.06763,RMSEA=0.058
1.3.Diagram Path Parenting Stress (Aspek Difficult Child)

8.05

IT23

6.47 IT24
8.76

IT25
11.49
6.65
IT26 child 0.00
12.67

IT27 5.03
8.41
8.93
IT28 8.68
7.67

7.68
10.32
IT29 8.33
IT30 IT31

6.41

8.13
8.33
Chi-Square=30.10,df=19,P-value=0.05052,RMSEA=0.063

8.40

2.1. Diagram Path Parenting Self-Efficacy (Domain General)

7.35 IT1

7.93
IT2 10.01

10.65
5.16
IT3
12.43 pse 0.00
9.99
7.57
IT4
10.41

6.99 9.56
IT5
6.77

8.24
IT6

7.71
IT7

Chi-Square=6.88,df=8,P-value=0.54944,RMSEA=0.000
2.2. Diagram Path Parenting Self-Efficacy (Domain Spesific)

9 . 2 4 I T 1

8 . 7 8 I T 2

9 . 8 2 I T 3

8 . 9 0 I T 4

9 . 1 4 I T 5

1 0. 20 I T 6

1 0. 43 I T 7

9 . 9 3 I T 8

1 0. 03 I T 9

9 . 9 5 I T 1 0 9 . 1 2
8 . 6 5
9 . 2 4 I T 1 1 2 . 5 0
8 . 1 6
9 . 5 5 I T 1 2 4 . 1 4
3 . 0 1
1 0. 40 I T 1 3 7 . 7 7
5 . 6 4
9 . 8 7 I T 1 4 1 . 8 4
3 . 6 0
9 . 3 0 I T 1 5 7 . 6 4
3 . 7 9
9 . 3 2 I T 1 6 6 . 4 6
5 . 9 1
1 1. 27 I T 1 7 6 . 6 4
2 . 5 7
1 0. 14 I T 1 8 5 . 2 6
4 . 9 2
5 . 5 7
s e p t i 0 . 0 0
9 . 0 4 I T 1 9
0 . 7 6
9 . 5 5 I T 2 0 - 3.
10
9 . 1 9 I T 2 1
9 . 1 0
3 . 0 9
9 . 3 2 I T 2 2
3 . 8 7
- 1.
95
9 . 4 1 I T 2 3
- 0.
14
8 . 8 7 I T 2 4
6 . 9 1
2 . 6 8
9 . 9 0 I T 2 5
8 . 4 3
2 . 6 3
8 . 9 7 0 . 9 3
5 . 4 8
9 . 2 6 1 0.
I T 2 6
33
9 . 7 7 1 1.
I T 2 7
89
9 . 2 7 1 2.
01
1 . 9 9
I T 2 8 5 . 5 9
6 . 2 2
I T 2 9 6 . 5 7

9 . 3 2 I T 3 0

9 . 8 6 I T 3 1

9 . 5 4 I T 3 2

9 . 3 5 I T 3 3

8 . 8 6 I T 3 4

8 . 1 0 I T 3 5

9 . 6 6 I T 3 6

9 . 7 6 I T 3 7

9 . 0 9 I T 3 8

9 . 9 0 I T 3 9

C h i - S q u a r e = 5 1 1 . 4 2 , d f = 4 6 3 , P - v a l u e = 0 . 0 5 9 3 2 ,R M S E A = 0 . 0 2 6
3.1. Diagram Path Dukungan Sosial (Aspek Attachment)

IT11
0.12

3.35
IT17
2.91
3.15 attachme 0.00

1.93

8.49 IT2
1.84

-0.70 IT21

Chi-Square=0.00,df=0,P-value=1.00000,RMSEA=0.000

3.2. Diagram Path Dukungan Sosial (Aspek Social Integration)

-0.31 IT5

3.48
IT8
4.94
3.06 integrat 0.00

0.62
IT14
8.63

2.29

IT22
8.27

Chi-Square=0.48,df=1,P-value=0.48676,RMSEA=0.000
3.3. Diagram Path Dukungan Sosial (Aspek Reassurance Of Worth)

IT12
0.70

2.30
IT20
3.18
2.49 worth 0.00

2.38

5.13 IT6
2.19

7.19 IT9

Chi-Square=14.34,df=0,P-value=1.00000,RMSEA=0.000

3.4. Diagram Path Dukungan Sosial (Aspek Reliable Alliance)

8.24 IT1

3.39

8.63 IT23
-0.08
reliable 0.00

5.91

0.88 IT10
5.20

4.27 IT18

Chi-Square=0.00,df=1,P-value=1.00000,RMSEA=0.000
3.5. Diagram Path Dukungan Sosial (Aspek Guidance)

IT12
7.84

4.14
IT16
8.07

2.52
guidance 0.00

5.50

4.51 IT3 6.09

2.02 IT19

Chi-Square=0.00,df=0,P-value=1.00000,RMSEA=0.000

3.6. Diagram Path Dukungan Sosial (Aspek Opportunity For Nurturance)

-0.12 IT4

5.16

7.97
IT7
3.44
nurtur 0.00

3.64

3.37
IT15
4.29

5.94 IT24

Chi-Square=2.10,df=1,P-value=0.14769,RMSEA=0.086
1. PARENTING STRESS
A. Parent Distress

UJI VALIDITAS PARENT


DA NI=12 NO=150 MA=KM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12
PM SY FI=parent.cor
SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12/
MO NX=12 NK=1 TD=SY , FI
LK
parent
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10
TD 11 11 TD 12 12
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1
LX 11 1 LX 12 1
FR TD 5 4
FR TD 12 11
FR TD 4 3
FR TD 2 1
FR TD 12 5
FR TD 10 6
FR TD 12 6
FR TD 9 8
FR TD 10 3
FR TD 8 2
FR TD 8 3
FR TD 8 4
FR TD 7 1
FR TD 12 2
FR TD 12 1
FR TD 11 2
FR TD 11 1
FR TD 10 7
FR TD 11 6
FR TD 3 2
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS

B. Parent Child Interaction

UJI VALIDITAS PC
DA NI=10 NO=150 MA=KM
LA
IT13 IT14 IT15 IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22
PM SY FI=pc.cor
SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10/
MO NX=10 NK=1 TD=SY , FI
LK
pc
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1
FR TD 6 4
FR TD 7 5
FR TD 10 4
FR TD 5 1
FR TD 8 5
FR TD 8 7
FR TD 9 8
FR TD 9 6
FR TD 10 9
FR TD 6 1
FR TD 10 3
FR TD 5 3
FR TD 10 5
FR TD 10 8
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS

C. Child Difficult

UJI VALIDITAS CHILD


DA NI=9 NO=150 MA=KM
LA
IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30 IT31
PM SY FI=child.cor
SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9/
MO NX=9 NK=1 TD=SY , FI
LK
child
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1
FR TD 5 4
FR TD 5 2
FR TD 6 2
FR TD 9 6
FR TD 6 1
FR TD 6 4
FR TD 6 5
FR TD 8 3
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS

2. PARENTING SELF EFFICACY


UJI VALIDITAS PSE
DA NI=7 NO=150 MA=KM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 IT7
PM SY FI=pse.cor
SE
1 2 3 4 5 6 7/
MO NX=7 NK=1 TD=SY , FI
LK
pse
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1
FR TD 7 6
FR TD 6 2
FR TD 4 1
FR TD 5 3
FR TD 7 1
FR TD 7 3
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS
UJI VALIDITAS SEPTI
DA NI=39 NO=150 MA=KM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15 IT16 IT17
IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26 IT27 IT28 IT29 IT30 IT31 IT32
IT33 IT34 IT35 IT36 IT37 IT38 IT39
PM SY FI=septi.cor
SE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39/
MO NX=39 NK=1 TD=SY , FI
LK
septi
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10
TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 TD 17 17 TD 18 18 TD
19 19 TD 20 20 TD 21 21 TD 22 22 TD 23 23 TD 24 24 TD 25 25 TD 26 26 TD 27
27 TD 28 28 TD 29 29 TD 30 30 TD 31 31 TD 32 32 TD 33 33 TD 34 34 TD 35 35
TD 36 36 TD 37 37 TD 38 38 TD 39 39
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1
LX 11 1 LX 12 1 LX 13 1 LX 14 1 LX 15 1 LX 16 1 LX 17 1 LX 18 1 LX 19 1 LX
20 1 LX 21 1 LX 22 1 LX 23 1 LX 24 1 LX 25 1 LX 26 1 LX 27 1 LX 28 1 LX 29
1 LX 30 1 LX 31 1 LX 32 1 LX 33 1 LX 34 1 LX 35 1 LX 36 1 LX 37 1 LX 38 1
LX 39 1
FR TD 15 6
FR TD 38 37
FR TD 25 12
FR TD 11 10
FR TD 23 17
FR TD 30 16
FR TD 17 7
FR TD 33 23
FR TD 38 28
FR TD 37 17
FR TD 27 1
FR TD 27 26
FR TD 22 7
FR TD 13 10
FR TD 20 18
FR TD 22 3
FR TD 18 10
FR TD 32 19
FR TD 39 32
FR TD 12 9
FR TD 36 9
FR TD 27 9
FR TD 12 11
FR TD 16 12
FR TD 28 10
FR TD 36 6
FR TD 9 8
FR TD 13 9
FR TD 8 6
FR TD 34 33
FR TD 19 8
FR TD 35 19
FR TD 3 1
FR TD 31 21
FR TD 39 18
FR TD 29 15
FR TD 37 14
FR TD 38 14
FR TD 28 13
FR TD 33 4
FR TD 30 18
FR TD 39 1
FR TD 8 1
FR TD 36 25
FR TD 13 2
FR TD 24 6
FR TD 31 3
FR TD 34 14
FR TD 18 14
FR TD 39 37
FR TD 29 18
FR TD 39 15
FR TD 39 5
FR TD 35 7
FR TD 23 9
FR TD 13 7
FR TD 38 11
FR TD 23 3
FR TD 17 3
FR TD 25 24
FR TD 35 12
FR TD 19 9
FR TD 32 13
FR TD 20 12
FR TD 16 6
FR TD 16 15
FR TD 31 7
FR TD 18 7
FR TD 19 7
FR TD 31 14
FR TD 14 13
FR TD 30 4
FR TD 30 25
FR TD 30 12
FR TD 17 16
FR TD 37 16
FR TD 39 8
FR TD 33 9
FR TD 9 7
FR TD 26 5
FR TD 25 6
FR TD 13 6
FR TD 26 13
FR TD 10 9
FR TD 20 2
FR TD 20 8
FR TD 18 15
FR TD 26 20
FR TD 20 5
FR TD 14 6
FR TD 14 4
FR TD 33 27
FR TD 21 20
FR TD 39 33
FR TD 29 25
FR TD 28 17
FR TD 33 1
FR TD 13 3
FR TD 24 13
FR TD 31 19
FR TD 22 17
FR TD 10 5
FR TD 25 4
FR TD 32 15
FR TD 38 2
FR TD 25 8
FR TD 6 1
FR TD 35 34
FR TD 29 11
FR TD 36 32
FR TD 32 5
FR TD 38 3
FR TD 28 23
FR TD 22 5
FR TD 32 21
FR TD 32 31
FR TD 35 32
FR TD 32 6
FR TD 16 3
FR TD 27 4
FR TD 28 6
FR TD 30 28
FR TD 25 13
FR TD 25 5
FR TD 27 21
FR TD 11 6
FR TD 36 11
FR TD 28 26
FR TD 35 27
FR TD 10 7
FR TD 21 1
FR TD 26 21
FR TD 39 31
FR TD 11 7
FR TD 29 24
FR TD 31 8
FR TD 31 9
FR TD 31 30
FR TD 31 18
FR TD 12 7
FR TD 29 8
FR TD 29 9
FR TD 24 22
FR TD 18 6
FR TD 11 5
FR TD 11 2
FR TD 23 22
FR TD 19 5
FR TD 35 31
FR TD 29 26
FR TD 32 25
FR TD 35 25
FR TD 32 23
FR TD 38 35
FR TD 37 35
FR TD 34 17
FR TD 34 29
FR TD 34 10
FR TD 34 22
FR TD 30 14
FR TD 15 13
FR TD 20 9
FR TD 39 20
FR TD 24 20
FR TD 2 1
FR TD 36 17
FR TD 17 4
FR TD 30 17
FR TD 33 17
FR TD 32 7
FR TD 18 12
FR TD 21 10
FR TD 21 11
FR TD 38 1
FR TD 34 19
FR TD 34 7
FR TD 5 1
FR TD 34 20
FR TD 24 1
FR TD 16 9
FR TD 38 8
FR TD 35 21
FR TD 38 27
FR TD 19 16
FR TD 21 27
FR TD 21 7
FR TD 21 4
FR TD 7 5
FR TD 28 3
FR TD 30 23
FR TD 36 22
FR TD 22 9
FR TD 26 11
FR TD 31 12
FR TD 13 12
FR TD 23 12
FR TD 12 3
FR TD 9 3
FR TD 36 3
FR TD 36 31
FR TD 36 10
FR TD 10 6
FR TD 31 11
FR TD 11 3
FR TD 33 16
FR TD 27 25
FR TD 26 25
FR TD 27 13
FR TD 31 16
FR TD 18 16
FR TD 31 28
FR TD 28 21
FR TD 39 28
FR TD 36 16
FR TD 36 15
FR TD 39 19
FR TD 18 3
FR TD 30 3
FR TD 30 19
FR TD 23 11
FR TD 11 9
FR TD 38 30
FR TD 38 15
FR TD 15 12
FR TD 20 15
FR TD 30 20
FR TD 37 8
FR TD 39 35
FR TD 37 25
FR TD 37 12
FR TD 36 12
FR TD 39 7
FR TD 24 3
FR TD 6 3
FR TD 13 11
FR TD 37 9
FR TD 10 8
FR TD 28 24
FR TD 28 25
FR TD 11 8
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS

3. DUKUNGAN SOSIAL

UJI VALIDITAS ATTACHMENT


DA NI=4 NO=150 MA=KM
LA
IT11 IT7 IT2 IT21
PM SY FI=attachment.cor
SE
1 2 3 4/
MO NX=4 NK=1 TD=SY , FI
LK
attachment
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
FR TD 4 1
FR TD 4 2
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS

UJI VALIDITAS INTEGRATION


DA NI=4 NO=150 MA=KM
LA
IT5 IT8 IT14 IT22
PM SY FI=integration.cor
SE
1 2 3 4/
MO NX=4 NK=1 TD=SY , FI
LK
integration
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
FR TD 4 3
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS
UJI VALIDITAS WORTH
DA NI=4 NO=150 MA=KM
LA
IT12 IT20 IT6 IT9
PM SY FI=worth1.cor
SE
1 2 3 4/
MO NX=4 NK=1 TD=SY , FI
LK
worth
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
FR TD 2 1 TD 3 1
PD
OU AD=OFF IT=OFF FS TV MI SS

UJI VALIDITAS RELIABLE


DA NI=4 NO=150 MA=KM
LA
IT1 IT23 IT10 IT18
PM SY FI=reliable.cor
SE
1 2 3 4/
MO NX=4 NK=1 TD=SY , FI
LK
reliable
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
FR TD 2 1
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS

UJI VALIDITAS GUIDANCE


DA NI=4 NO=150 MA=KM
LA
IT12 IT16 IT3 IT19
PM SY FI=guidance.cor
SE
1 2 3 4/
MO NX=4 NK=1 TD=SY , FI
LK
guidance
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
FR TD 2 1
FR TD 4 2
PD
OU AD=OFF IT=500 FS TV MI SS
UJI VALIDITAS NURTUR
DA NI=4 NO=150 MA=KM
LA
IT4 IT7 IT15 IT24
PM SY FI=nurtur1.cor
SE
1 2 3 4/
MO NX=4 NK=1 TD=SY , FI
LK
nurtur
FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
FR TD 3 1
PD
OU AD=OFF IT=OFF FS TV MI SS

Anda mungkin juga menyukai