Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No.

1 / Juni 2015

HUBUNGAN STRES DENGAN KOPING ORANG TUA PADA


ANAK TUNAGRAHITA USIA SEKOLAH DI YAYASAN
DARMA ASIH SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BAGIAN C
DAN C1 Depok
Evi. Andelia1 , Duma Lumban Tobing2

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Jl. Limo Raya, Cinere Depok, Telp 7656971 ext 175. Fax : 7656904
evie_cliquers@yahoo.com

Abstrak
Keberadaan anak tuna grahita (retardasi mental) membawa stres tersendiri bagi kehidupan keluarga,
termasuk didalamnya trauma psikologik, masalah dalam pengasuhan anak, beban finansial, dan
isolasi sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres dengan koping orangtua
pada anak retardasi mental usia sekolah (6 – 12 tahun). Desain penelitian ini menggunakan metode
Cross-Sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara Total Sampling. Sampel dalam penelitian
ini adalah ibu yang memiliki anak retardasi mental di Yayasan Dharma Asih SLB yang berjumlah
30 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan
pernyataan mengenai stres dan koping keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
bermakna antara stres dengan koping orangtua pada anak tunagrahita (p = 0,013).

Kata Kunci : anak tuna grahita, koping orangtua, stres

Abstrac

Presence of children tuna grahita (mental retardation) bring its own stress to family life, including
psychological trauma, problems in child care, financial burden, and social isolation. The purpose of
this study was to determine the correlation between stress and coping tuna grahita parents on school-
age children (6-12 years). This study design using the Cross-Sectional. Sampling was done by total
sampling. The sample in this study were mothers of children with mental retardation in Yayasan
Dharma Asih SLB totaling 30 respondents. The research instrument was a questionnaire that
includes demographic data and statements regarding stress and coping families. The results showed
that there was a significant relationship between stress and coping parents on child mental
retardation (p = 0.013).

Keywords : coping parents, tuna grahita children, stres

Pendahuluan (21,42%) diantaranya adalah anak

Sensus Nasional Biro Pusat Statistik cacat usia sekolah (5-18 tahun).

tahun 2006, dari 222.192.572 Sedangkan populasi anak dengan

penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% tunagrahita (ADTG) menempati angka

atau 2.810.212 jiwa adalah paling besar dibanding jumlah anak

penyandang cacat, 601.947 anak dengan kecacatan lainnya. Sementara

1
1
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

itu, menurut data Sekolah Luar Biasa (Hallahan & Kauffman, dalam Akbar
tahun 2006/2007 jumlah peserta didik 2008).
penyandang cacat yang mengeyam
pendidikan baru mencapai 27,35% Perry (2004 dalam Ekantari, 2010)
atau 87.801 anak. Dari jumlah itu mengungkapkan, bahwa salah satu
populasi anak dengan tunagrahita beban fisik penyebab stres pada
(ADTG) menempati paling besar yaitu orangtua dari anak retardasi mental
66.610 anak dibanding jumlah anak berkaitan dengan ketidakmampuan
dengan kecacatan lainnya. Sekitar anak dalam melakukan aktivitas
57% dari jumlah itu adalah ADTG sehari-hari membuat orangtua
ringan dan sedang (Depkes, 2006). khususnya ibu harus selalu membantu
Dari jumlah penduduk di Indonesia dan mendampingi anak. Hal itu tentu
yang menyandang anak dengan saja menyebabkan kelelahan fisik.
tunagrahita menempati paling besar. Sedangkan psikis yang dirasakan
orangtua berkaitan dengan proses
Anak dengan tunagrahita yaitu “anak penerimaan mulai dari rasa kaget,
yang diidentifikasi memiliki tingkat kecewa, rasa bersalah atas kondisi
kecerdasan yang sedemikian rendah anak, serta tidak adanya dukungan
atau di bawah rata-rata, sehingga keluarga. Ditambah lagi dengan beban
untuk mengerjakan tugas sosial di mana respon yang negatif dari
perkembangannya memerlukan masyarakat membuat orangtua
bantuan atau layanan secara khusus, menjadi malu dan menarik diri dari
termasuk kebutuhan program kehidupan sosial.
pendidikan dan bimbingan“ (Efendi,
2006). Anak-anak dengan kecacatan, Memiliki anak yang normal baik fisik
kebutuhan khusus, atau pun anak luar maupun mental adalah harapan bagi
biasa yang seterusnya akan disebut semua orangtua, akan tetapi pada
anak berkebutuhan khusus adalah kenyataannya tidak semua pasangan
anak-anak yang membutuhkan dikaruniai anak yang normal, dalam
pendidikan khusus dan pelayanan hal ini mengalami retardasi mental.
terkait agar mampu mengembangkan Penantian akan hadirnya anak dapat
segenap potensi yang mereka miliki berubah menjadi suatu kekecewaan

2
2
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

dan kehilangan bila anak yang selama sering kali mencari pendapat orang
ini mereka dambakan lahir dengan lain selama tahap ini. Dalam tahap ini
sehat ternyata lahir dengan biasanya orangtua sering menyalahkan
keterbelakangan mental. Orangtua Tuhan dan mengatakan kenapa saya
menunjukkan perasaan-perasaan harus menerima semua ini dan saya
kehilangannya seperti sedih, denial, sangat rela apabila saya kehilangan
depresi marah dan menerima keadaan semua milik saya dari pada saya
anaknya. memiliki anak ini.

Hal ini diperkuat oleh Kubler Ross Tahap keempat depresi terjadi ketika
(1969 dalam Potter & Perry, 2005) kehilangan disadari dan timbul
yang mengungkapkan bahwa tahap dampak nyata dari makna kehilangan
kehilangan mencakup lima tahapan. tersebut timbul. Seseorang merasa
Pada tahap pertama individu sangat kesepian dan menarik diri.
menyangkal seperti tidak terjadi Tahapan depresi ini memberi
sesuatu dan dapat menolak untuk kesempatan untuk berupaya melewati
mempercayai bahwa terjadi kehilangan dan mulai memecahkan
kehilangan. Pada tahap ini reaksi masalah. Pada tahap kelima, dicapai
orangtua menghadapi keadaan bahwa suatu penerimaan. Reaksi fisologis
anaknya berkebutuhan khusus. menurun dan interaksi sosial berlanjut.
Pernyataan orangtua seperti “Tidak, Kubler Ross mendefinisikan
tidak mungkin seperti ini,” atau “saya penerimaan lebih sebagai situasi
tidak percaya itu terjadi,” umumnya menyerah atau putus asa.
pernyataan tersebut terlontarkan oleh
orangtua. Tinjauan Teori
A. Anak Tunagrahita
Pada tahap kedua marah, individu Pedoman Penggolongan Diagnosis
melawan kehilangan dan dapat Gangguan Jiwa (PPDGJ) III (dalam
bertindak sesuatu di lingkungan Rusdi 2002), retardasi mental ialah
sekitarnya. Pada tahap ketiga tawar suatu keadaan perkembangan jiwa
menawar, terdapat penundaan realitas yang terhenti atau tidak lengkap, yang
kehilangan. Pada tahap ini orangtua terutama ditandai oleh terjadinya

3
3
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

kendala keterampilan selama masa orangtuanya. Sebagai orangtua


perkembangan, sehingga berpengaruh sangatlah berat untuk menerima
pada tingkat kecerdasan secara anak ini. Dalam hal ini rasa
menyeluruh, misalnya kemampuan penolakkanpun akan tinggi.
kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
1. Dampak Ketunagrahitaan 2. Tahapan Kehilangan dan Berduka
Hendriani, dkk (2006) Kerangka yang diberikan oleh
mengemukakan dampak Kubler Ross (1969) berfokus pada
ketunagrahitaan dilihat dari derajat perilaku dan mencakup lima
kecacatan anak tunagrahita yaitu tahapan, yaitu :
dari anak tunagrahita ringan a. Pada tahap pertama individu
dampak orangtua adalah tidak menyangkal seperti tidak
begitu buruk, hal ini dikarenakan terjadi sesuatu dan dapat
anak tunagrahita masih cukup menolak untuk mempercayai
baik, mereka masih bisa bermain bahwa terjadi kehilangan.
dengan anak normal lainnya. Pada tahap ini reaksi orangtua
Dampak anak tunagrahita sedang menghadapi keadaan bahwa
pada orangtua mengalami masalah anaknya berkebutuhan
pada kemampuan sosialnya. khusus. Pernyataan orangtua
Kemampuan mereka untuk seperti “Tidak, tidak
bersosialisasi sangat kurang. mungkin seperti ini,” atau
Kebanyakan orangtua yang baru “saya tidak percaya itu
mengalami atau baru menerima terjadi,” umumnya
keadaan awal dengan tambahan pernyataan tersebut
anggota baru yang memiliki terlontarkan oleh orangtua.
kekurangan (anak tunagrahita) b. Pada tahap kedua marah,
mengalami suatu tekanan atau rasa individu melawan kehilangan
penolakan terhadap keberadaan dan dapat bertindak sesuatu
anak. Pada dampak di lingkungan sekitarnya.
ketunagrahitaan berat pada c. Pada tahap ketiga tawar
keluarga, anak ini sangat menawar, terdapat
ketergantungan dengan penundaan realitas

4
4
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

kehilangan. Pada tahap ini B. Konsep Stres


orangtua sering kali mencari Stres adalah segala sesuatu yang
pendapat orang lain selama dimana tuntutan non spesifik
tahap ini. Dalam tahap ini mengharuskan seseorang individu
biasanya orangtua sering untuk berespon atau melakukan
menyalahkan Tuhan dan tindakan (Potter & Perry, 2005).
mengatakan kenapa saya 1. Tingkatan Stres
harus menerima semua ini Menurut Selye (1983 dalam
dan saya sangat rela apabila Monintja, 2003) menggolongkan
saya kehilangan semua milik stres menjadi 2 golongan
saya daripada saya memiliki berdasarkan persepsi individu
anak ini. terhadap stress yang dialami:
d. Tahap keempat depresi a. Stres Berat
terjadi ketika kehilangan Situasi ini dapat berlangsung
disadari dan timbul dampak beberapa minggu sampai
nyata dari makna kehilangan beberapa tahun. Selye
tersebut timbul. Seseorang menyebutkan distre
merasa sangat kesepian dan merupakan stres yang
menarik diri. Tahapan depresi merusak. Stres dirasakan
ini memberi kesempatan sebagai suatu keadaan dimana
untuk berupaya melewati individu mengalami rasa
kehilangan dan mulai cemas, ketakutan, khawatir
memecahkan masalah. atau gelisah. Sehingga
e. Pada tahap kelima, dicapai individu mengalami keadaan
suatu penerimaan. Reaksi psikologis yang negatif,
fisologis menurun dan menyakitkan dan timbul
interaksi sosial berlanjut. keadaan untuk
Kubler Ross mendefinisikan menghindarinya.
penerimaan lebih sebagai b. Stres Ringan
situasi menyerah atau putus Situasi seperti ini biasanya
asa. berlangsung beberapa menit
atau jam. Hanson (dalam

5
5
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Monintja, 2003) a. Mekanisme Adaptif


mengemukakan frase joy of Adalah mekanisme koping
stress untuk mengungkapkan yang mendukung fungsi
hal-hal yang bersifat positif integrasi, pertumbuhan, belajar
yang timbul dari adanya stres. dan mencapai tujuan. Cirinya
Stres ringan dapat adalah berbicara dengan orang
meningkatkan kesiagaan lain, memecahkan masalah
mental, kewaspadaan, kognisi secara efektif, teknik relaksasi,
dan performansi individu. latihan seimbang dan aktivitas
Stres ringan juga dapat konstruktif.
meningkatkan motivasi b. Mekanisme Maladaptif
individu untuk menciptakan Adalah mekanisme koping
sesuatu, misalnya menciptakan yang menghambat fungsi
karya seni. integrasi, memecah
menurunkan otonomi dan
C. Konsep Koping cenderung menguasai
Menurut Lazarus (1984, dalam Safaria lingkungan. Cirinya adalah
dan Saputra, 2009) koping merupakan makan berlebihan/ tingkat
strategi untuk memanajemen tingkah makan, bekerja berlebihan,
laku pada pemecahan masalah yang menghindar.
paling sederhana dan realistis, Jadi, karakteristik mekanisme
berfungsi untuk membe baskan diri koping adalah:
dari masalah yang nyata atau tidak
nyata, dan koping merupakan semua 1) Adaptif jika memenuhi
usaha secara kognitif dan perilaku kriteria sebagai berikut:
untuk mengatasi, mengurangi dan a) Masih mengontrol
tahan terhadap tuntutan-tuntutan emosi pada dirinya
(distress demands). b) Memiliki kewaspadaan
yang tinggi, lebih
1. Penggolongan Mekanisme Koping perhatian pada masalah
Penggolongan mekanisme koping c) Memiliki persepsi yang
dibagi 2 (Stuart & Sundeen, 2002): luas

6
6
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

d) Dapat menerima penelitian pengukurannya atau


dukungan dari orang pengamatannya dilakukan
lain secara simultan pada satu saat
2) Maladaptif jika memenuhi atau sekali waktu (Hidayat,
kriteria sebagai berikut: 2007). Pada penelitian ini akan
a) Tidak mampu berfikir melihat apakah ada hubungan
apa-apa atau antara variabel bebas stres
disorientasi orang tua dengan variabel
b) Tidak mampu terikat yaitu koping orangtua
menyelesaikan pada anak tunagrahita.
masalah
c) Perilakunya cenderung B. Populasi dan Sampel
merusak
Populasi dalam penelitian ini
Ketika mengalami stres, adalah ibu-ibu yang mempunyai
individu menggunakan anak tunagrahita usia 6–12 tahun,
berbagai mekanime koping sebanyak 30 orang. Teknik
untuk mencoba mengatasinya, pengambilan sampel digunakan
dan ketidakmampuan dalam penelitian ini adalah Total
mengatasi stres secara Sampling jadi semua populasi
konstruktif merupakan menjadi sampel penelitian.
penyebab utama terjadinya Jumlah orang tua yang
perilaku patologis. mempunyai anak tunagrahita usia
(6-12 tahun) adalah 30 anak.
Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian Hasil Penelitian
A. Hasil Univariat
Jenis penelitian ini merupakan Tabel. 1 Distribusi Karakteristik
jenis kuantitatif dengan Responden (umur ibu, pendidikan ibu,
menggunakan desain pekerjaan ibu, penghasilan orangtua,
penelitian cross-sectional yang usia anak, dan jenis kelamin anak) di
merupakan rancangan atau Yayasan

7
7
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Dharma Asih Sekolah Luar Biasa B. Analisis Bivariat


(SLB) N=30 1. Hubungan umur ibu dengan
koping orangtua anak
Variabel Frekuensi Persentase tunagrahita usia sekolah (6-
(%) 12tahun) di Yayasan Dharma
Usia ibu Asih Sekolah Luar Biasa (SLB)
15-32 tahun 16 53,3%
33-49 tahun 14 46,7%
Hasil analisis hubungan antara
Pendidikan
umur ibu dengan koping orang
Rendah 7 23,3%
tua diperoleh bahwa sebanyak 5
Tinggi 23 76,7%
(35,7%) responden yang
Pekerjaan
Bekerja 13 43,3%
berumur antara 33-49 tahun

Tidak 17 56,7% memiliki koping yang adaptif,


bekerja sedangkan responden yang
Penghasilan berumur antara 15-32 tahun
Perbulan 19 63,3% memiliki koping yang adaptif
≥ Rp. 11 36,7% yaitu sebanyak 12 (75%)
1.424.797 responden. Dari hasil uji statistik
< Rp.
ternyata menunjukkan tidak
1.424.797
adanya hubungan bermakna
Usia anak
antara umur ibu dengan koping
6-8 tahun 14 46,7%
orang tua, dimana nilai p > alpha
9-12 tahun 16 53,3%
(0,05) yaitu sebesar 0,072.
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 70%
Perempuan 9 30% 2. Hubungan pendidikan dengan
Stres koping orangtua anak
Ringan 18 60% tunagrahita usia sekolah (6-
Berat 12 40% 12tahun) di Yayasan Dharma
Koping orang Asih Sekolah Luar Biasa (SLB)
tua 17 56,7% Hasil analisis hubungan antara
Adaptif 13 43,3%
pendidikan dengan koping
Maladaptif
orangtua diperoleh bahwa

8
8
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

sebanyak 12 (66,7%) responden antara pekerjaan dengan koping


yang berpendidikan tinggi orangtua, dimana nilai p > alpha
memiliki koping yang adaptif, (0,05) yaitu sebesar 0,084.
sedangkan responden yang
berpendidikan rendah memiliki 4. Hubungan penghasilan orangtua
koping yang adaptif yaitu dengan koping orangtua anak
sebanyak 5 (41,7%) responden. tunagrahita usia sekolah (6-
Dari hasil uji statistik ternyata 12tahun) Di Yayasan Dharma
menunjukkan tidak adanya Asih Sekolah Luar Biasa (SLB)
hubungan bermakna antara
pendidikan dengan koping Hasil analisis hubungan antara
orangtua, dimana nilai p > alpha penghasilan dengan koping
(0,05) yaitu sebesar 0,328. orangtua diperoleh bahwa
sebanyak 8 (44,4%) responden
3. Hubungan pekerjaan ibu dengan yang berpenghasilan besar UMR
koping orangtua anak 1.424.797,00 memiliki koping
tunagrahita usia sekolah (6-12 yang adaptif, sedangkan
tahun) di Yayasan Dharma Asih responden yang berpenghasilan
Sekolah Luar Biasa (SLB) rendah memiliki koping yang
adaptif yaitu sebanyak 9 (75%)
Hasil analisis hubungan antara responden. Dari hasil uji statistik
pekerjaan dengan koping ternyata menunjukkan tidak
orangtua diperoleh bahwa adanya hubungan bermakna
sebanyak 7 (41,2%) responden antara penghasilan dengan
yang bekerja memiliki koping koping orangtua, dimana nilai p
yang adaptif, sedangkan > alpha (0,05) yaitu sebesar
responden yang tidak bekerja 0,201.
memiliki koping yang adaptif 5. Hubungan stres dengan koping
yaitu sebanyak 10 (76,9%) orangtua pada anak tuangrahita
responden. Dari hasil uji statistik usia sekolah (6-12tahun) di
ternyata menunjukkan tidak Yayasan Dharma Asih Sekolah
adanya hubungan bermakna Luar Biasa (SLB)

9
9
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Hasil analisis hubungan antara stres yaitu sebesar 53,3%. Pendidikan


dengan koping orangtua diperoleh responden kebanyakan
bahwa sebanyak 3 (25%) responden berpendidikan tinggi 76,7%,
yang stres berat memiliki koping yang mayoritas responden bekerja yaitu
adaptif, sedangkan responden yang sebasar 56,7 %, dan penghasilan
stres ringan memiliki koping yang responden rata-rata diatas UMR
adaptif yaitu sebanyak 14 (77.8%) Depok sebesar 63,3%. Mayoritas
responden. Dari hasil uji statistik dari usia anak yaitu yang berusia 6-
ternyata menunjukkan tidak adanya 8 tahun sebanyak (46,7%).
hubungan bermakna antara stres Sedangkan jenis kelamin responden
dengan koping orangtua, dimana nilai rata-rata laki-laki sebanyak (70%).
p > alpha (0,05) yaitu sebesar 0,013. 2. Hasil penelitian tentang stres
Pada nilai OR (Odds Ratio) orangtua bahwa ada sebanyak 18
didapatkan sebesar 10,500 yang responden (60%) yang memiliki
artinya antara responden yang stres stres ringan dan sebanyak 12
ringan mempunyai peluang 10,500 responden (40%) memiliki stres
kali memiliki koping yang adaptif yang berat.
dibandingkan responden yang stres 3. Hasil penelitian menunjukkan
berat. bahwa ada sebanyak 17 (56.7%)
responden yang memiliki koping
Kesimpulan yang adaptif dan sebanyak 13

Sesuai dengan pembahasan hasil (43.3%) responden memiliki

penelitian terhadap 30 responden di koping yang maladaptif.

Yayasan Dharma Asih Sekolah Luar 4. Hasil uji statistik diperoleh bahwa

Biasa (SLB) tentang hubungan stres ada hubungan bermakna antara

dengan koping orangtua pada anak stres dengan koping orangtua pada

tunagrahita usia sekolah (6-12tahun), anak tunagrahita usia sekolah (6-12

maka dapat diambil kesimpulan tahun).

sebagai berikut:
1. Hasil penelitian pada karakteristik Saran
responden diketahui bahwa Berdasarkan penelitian ini ada
mayoritas usia ibu 15-32 tahun beberapa saran yang perlu dijadikan

10
10
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

pertimbangan antara lain sebagai variabel lainnya selain stres


berikut: dan koping orangtua seperti
1. Bagi Profesi Keperawatan dukungan sosial atau
Diharapkan dengan adanya dukungan suami.
penelitian ini dapat d. Dalam kuesioner sudah
memberikan masukan dalam valid dan dapat dilakukan
mengembangkan ilmu penelitian lain.
keperawatan jiwa untuk Keterbatasan kuesioner
mengurangi stres pada orangtua peneliti di mekanisme
yang memiliki anak tunagrahita koping untuk peneliti lain
dan cara menanggulangi stres agar menambahkan
orangtua tersebut. kuesioner mekanisme
2. Bagi Peneliti koping dilihat dari aspek
a. Hasil penelitian ini dapat spiritual, sosial, kognitif dan
digunakan sebagai konsep kehilangan.
perbandingan dalam 3. Bagi Yayasan Dharma Asih
pembuatan penelitian yang Sekolah Luar Biasa
sama, baik dalam hal jumlah Diharapkan penelitian ini dapat
sampel yang kurang memberikan masukan kepada
banyak, dan tempat sekolah agar pihak sekolah
penelitian yang berbeda. mengadakan penyuluhan untuk
b. Penelitian selanjutnya orangtua murid agar orangtua
diharapkan untuk dapat tahu bagaimana cara
menghubungkan menanggulangi stres yang baik.
karakteristik anak dengan
koping orangtua. Daftar Pustaka
c. Bila peneliti lain yang ingin
membuat penelitian yang Akbar, Arista, M. “Gambaran Stres dan
sama dengan penelitian ini, Strategi Koping pada Orangtua
dengan Anak Tunaganda”.
diharapkan Universitas Indonesia. 2008
mempertimbangkan Amelia, Rizki, “Hubungan Tingkat Stres
penambahan variabel- dengan Strategi Koping Keluarga
dalam Merawat Anggota Keluarga

11
11
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

dengan Penyakit TB Paru di RW 01 Frances, H, Rona, N. & Lesley, L. (2007).


Kelurahan Aren Jaya Kecamatan Subjective Perceptions of Stress &
Bekasi Timur”. Fikes UPN Jakarta. Coping by Mothers of with
2011 Intelektual Disability a Needs
Assessment, Jurnal. Vol 18, No 1
Arianti, Thantina, Rini. “Tingkat Stres
dan Strategi Koping Ibu pada Friedman, Marilyn, M. (2003). Family
Keluarga dengan Anak Retardasi nursing: Research, Theory, &
Mental”. Institut Pertanian Bogor. Practice Fifth Edition, New Jersey :
2002 Pearson Education, Inc

Atikah, Noer, Asiyah. “Strategi Koping Hastono, Priyo, Sutario. (2007). Analisa
Orang Tua yang Memilki Anak Data Kesehatan : Universitas
dengan Cacat Mental Indonesia
(Tunagrahita) Di Sekolah Luar
Biasa (SLB) Yayasan Pembinaan Hamid, Achir, Yani. S. Pengalaman
Anak Cacat (YPAC) Semarang”. keluarga dan Nilai Anak
Universitas Diponogoro Semarang. Tunagrahita.
2008 http://pusdiknakes.or.id/FikUI/?sho
w=detailnew&kode=25&tbl=pusta
Darusman. “Faktor-faktor yang ka
mempengaruhi Strategi Koping
Keluarga dengan Anggota keluarga Hidayat, A, Aziz, Alimul. (2007). Riset
menderita Stroke di RSUD keperawatan dan Teknik Penulisan
Penembahan Senopati Bantul Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
Yogyakarta”. Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan. Universitas Hendriani, dkk. Jurnal (InsanVol. 8.
Muhammadiyah Yogyakarta. 2010 2006). Penerimaan keluarga
terhadap Individu yang mengalami
Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Keterbelakangan Mental.
Anak Tunagrahita. Bandung: Surabaya: Fakultas Psikologi
Refika Aditama Universitas Airlangga

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Ikhsan, Muh. (2007). Analisis Hubungan


Anak Berkebutuhan Khusus. Karakteristik Dengan Mekanisme
Bandung: Refika Aditama Koping Keluarga Yang Anggota.
Keluarganya Dirawat Di Instalasi
Durand, M & Barlow. (2007). Psikologi Rawat Darurat BLU RS Dr Wahidin
Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Sudirohusodo. Makassar:
Pelajar Universitas Hasanuddin

Efendy, Mohammad. (2006). Pengantar Jayanthi, Putu, Desak. “Hubungan stres


Psikopedagogik Anak Berkelainan. dan mekanisme koping keluarga
Jakarta: Bumi Aksara dengan dukungan sosial keluarga
di unit hemodialisa RSPAD Gatot
Ekantari, Paramitha. “Hubungan antara Soebroto”. Fikes UPN Jakarta.
Kepribadian Tangguh dengan Stres 2008
Pengasuhan pada Ibu yang
memiliki Anak Retardasi Mental”. Kira, C.S. (2004). Autism Spectrum
Fkultas Psikologi. Universitas Disorders. New York: A Perigee
Muhammadiyah Surakarta. 2010 Book

12
12
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Vol. 2, No. 1 / Juni 2015

Lam, W. L, & Mackenzie, E. A. (2002). Safaria, T dan Saputra, Eka, N. (2009).


Coping with a Child with Down Manajemen Emosi. Yogyakarta :
Syndrome: the Experiences of Bumi Aksara
Mother in Hong Kong. Qualitative
Health Research, Vol 12, No. 2, Sarafino, E.P. (2006). Health
223-237 Psychology: Biopsychosocial
Interactions. (5th ed.). United
Liliweri, Alo. (2007). Dasar-dasar State: The College of New Jersey
Komunikasi Kesehatan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sariful. (2012). Umr Depok tahun 2012.
http://sariful.com/umr-2012-untuk-
Maramis, W. F. (2005). Catatan Ilmu daerah-dki-jakarta-depok-bogor-
Kedokteran Jiwa. Airlangga tangerang-bekasi-dan-daerah-
University Press: Surabaya lainnya-di-indonesia.html
Monintja. (2003). “Mekanisme Koping Setiadi. (2007). Konsep Penulisan Riset
Orangtua yang Anaknya Keperawatan. Jogyakarta : Graham
menyandang Tunawicara”. Ilmu
Psikologi UI
Somantri, T. Sutjihati. (2006), Psikologi
Muslim, Rusdi. (2003). Rujukan Ringkas Anak Luar Biasa, Bandung, Refika
PPDGJ-III Diagnosis Gangguan Aditama
Jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya
Sundari, Siti. (2005), Kesehatan Mental
Mu’tadin, Zainal. (2002). Strategi dalam Kehidupan, Jakarta, Rineka
Coping. www.e-psikologi.com Cipta
diakses 2 April 2012, 15.45 Wib
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005), Keluarga. Jakarta : EGC
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : PT Rineka Cipta Stuart, G. W, & Laraia, M. T. (2005).
Pricilples and Practice of
Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Psychiatric Nursing, 8th edition. St
Metodologi Penelitian Ilmu Louis: Mosby Book Inc
Keperawatan-Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Triani, Yunida, N & Andriany, Megah.
Instrumen Penelitian Keperawatan, “Stres dan Koping Keluarga
Edisi I, Jakarta : Salemba Medika. dengan Anak Tunagrahita di SLB C
dan SLB C1 Widya Bhakti
Patricia, A Potter & Anne Griffin Perry, Semarang. 2005
alih bahasa. (2005), Buku Ajar
Fundamental Kerawatan. Jakarta : Wong, L, Donna. alih bahasa. (2008).
EGC Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Ed.6. Jakarta: EGC
Pramadi, A & Lasmono, H.K. (2003).
Koping Stres pada Etnis Bali, Jawa
dan Sunda. Anima: Indonesia Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa.
Psychological Jurnal. 18, (4). 326- Bandung: Refika Aditama
340
Yusnitus, Semiun. (2006). Kesehatan
Priyatno, Dwi. (2009). 5 jam Belajar Olah Mental 2. Yogyakarta: Kasini
Data dengan SPSS 17. ANDI,
Yogyakarta

13
13

Anda mungkin juga menyukai