Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS JURNAL PENGARUH TERAPI

KOGNITIF DAPA PASIEN DENGAN MASALAH


HARGA DIRI RENDAH

KEPERAWATAN JIWA MINGGU KE-4

DISUSUN OLEH :
SITI MARIATUL KIFTI’AH
071202028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan kegiatan
keperawatan jiwa dengan baik dan lancar. Laporan ini disusun untuk mendokumentasikan
kegiatan praktik klinik keperawatan jiwa oleh Mahasiswa Ners di Universitas Ngudi Waluyo
Tahun Pembelajaran 2021. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan berkat bimbingan dan dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan kali ini
penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung,
memotivasi, serta membimbing dalam menyelesaikan laporan ini. Terima kasih penulis haturkan
kepada :

1. Selaku Dosen Pembimbing Abdul Wahid,S.Kep,.M.Kep.,SP.Kep.,Jiwa yang yang


telah memberikan pengarahan ,bimbingan dan dukungan kepada penulis.
2. Kepada kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa untuk kelancaran
tugasnya
3. Kepada teman teman kelompok 2 dan rekan rekan Ners 32 yang telah mendukungan
kegiatan ini
4. para sahabat sahabat saya yang selalu momotivasi saya untuk semangat
menyelesaikan kulia Ners
Laporan kegiatan komunitas ini jauh dari kata sempurna ,oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis,Penulis berharap semoga tulisan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya kepada para pembaca. Untuk kebaikan dan
kesempurnaan tulisan ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun.

Rembang ,30 Agustus 2020

DAFTAR ISI
I. COVER…………………………………………………………………………………
II. KATA PENGANTAR………………………………………………………………….
III. DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..
A. BAB 1 : PENDAHULUAN……………………………………………………………….
1. Latar Belakang…………………………………………………………………….
2. Tujuan………………………………………………………………………………
3. Manfaat…………………………………………………………………………….
B. BAB II :ISI JURNAL………………………………………………………………………
1. Judul Artikel……………………………………………………………………….
2. Penulis /Penelitian…………………………………………………………………...
3. Nama Jurnal…………………………………………………………………………..
4. Ringkasan Jurnal ……………………………………………………………………
C. BAB III: PEMBAHASAN…………………………………………………………………..
1. Analisis Jurnal……………………………………………………………………….
2. Implikasi Keperawatan……………………………………………………………..
3. Kelebihan dan Kekurangan………………………………………………………..
D. BAB IV :PENUTUP…………………………………………………………………………
1. Kesimpulan …………………………………………………………………………
2. Saran…………………………………………………………………………………
E. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..

BAB 1

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Menurut Undang Undang No.18 tahun 2018 kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kesehatan jiwa yang baik bagi individu merupakan kondisi individu tersebut terbebas
dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi individu dapat berfungsi secara normal
dalam menjalankan hidupnya khususnya dalam menyesuaikan diri untuk menghadapi
masalah-masalah yang mungkin ditemui sepanjang hidupnya. Kesehatan jiwa masih
menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di
Indonesia. Menurut data WHO tahun 2017, terdapat sekitar 300 juta orang terkena
depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
orang terkena demensia. Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi gangguan jiwa berat
di Indonesia yaitu 1,7 per mil dan prevalensi ganggunan mental emosional dengan gejala
depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau
6% dari jumlah penduduk Indonesia.
Masalah kesehatan jiwa dapat diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya karena
masalah fisik seperti karena kecelakaan, fraktur, amputasi, kerusakan penampilan wajah,
ulkus, serta kehilangan fungsi bagian tubuh (Keliat,2013). Hasil penelitian Putri (2012)
diketahui bahwa adanya hubungan antara kesehatan jiwa dan fisik, dimana pada individu
yang sakit secara fisik menunjukkan adanya masalah psikis hingga gangguan jiwa.
Sebaliknya, individu dengan gangguan jiwa juga menunjukkan adanya gangguan fungsi
fisiknya. Masalah kesehatan jiwa salah satunya yaitu masalah psikososial. Masalah
psikososial merupakan masalah yang bersifat psikologis atau sosial yang timbul karena
adanya tekanan, masalah dan perubahan dalam diri individu yang memberikan pengaruh
timbal balik dan dianggap berpotensi sebagai faktor penyebab gangguan jiwa (Kemenkes,
2012).
Penyebab terjadinya masalah psikososial salah satunya akibat masalah fisik
seperti fraktur ekstremitas bawah. WHO (2011), mencatat kejadian fraktur ekstremitas
akibat kecelakaan lalu lintas tahun 2011 sebanyak 1,3 juta jiwa. Sebanyak 67%
merupakan penduduk usia produktif. Estimasi kecelakaan lalu lintas di Indonesia per
100.000 populasi mencapai 17,7%. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, tercatat
sebanyak 4.888 jiwa (5,8%) mengalami fraktur.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan akibat fraktur masih cukup
besar. Menurut Kemenkes RI (2011), dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia,
fraktur pada ekstremitas bawah memiliki prevalensi yang paling tinggi diantaranya
sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan,
16.629 orang mengalami fraktur femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775
orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil
dikaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami fraktur terbuka ekstremitas bawah
yaitu adanya nyeri, deformitas, hematoma yang jelas, edema berat, terganggunya
integritas integumen yang akan berisiko terjadinya infeksi dan waktu penyembuhannya
lebih lama daripada fraktur tertutup. Pada pasien fraktur terbuka atau kominutif dapat
ditangani dengan pemasangan traksi (fiksator) internal atau eksternal. Dengan adanya
pemasangan alat, adanya keterbatasan gerak pada pasien fraktur, perawatan yang
mengharuskan pasien tirah baring dalam waktu lama, kelemahan fisik, adanya luka akan
dapat menimbulkan terjadinya perubahan pada konsep diri pasien salah satunya citra
tubuh, walaupun tidak semua pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah akan mengalami
gangguan konsep diri (Brunner, 2017).
Konsep diri terdiri dari harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri dan citra
tubuh. Citra tubuh merupakan sekumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang struktur, bentuk dan fungsi tubuh (Suhron, 2017). Gangguan citra tubuh
merupakan suatu perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek yang sering kontak dengan tubuh.
Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi
yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik (Muhith, 2015).
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh seperti adanya perubahan dan kehilangan
anggota tubuh, baik struktur, bentuk, maupun fungsi tubuh, pasien mengungkapkan
penolakan terhadap perubahan anggota tubuh saat ini, tidak ingin melihat perubahan pada
tubuh, merasa syok, marah, kehilangan, ketakutan, tidak berdaya, tidak berharga,
keputusasaan, dan aktivitas sosial berkurang. Dan jika gangguan citra tubuh tersebut
tidak segera diatasi, maka masalah ini dapat menimbulkan masalah psikososial yang lebih
berat seperti harga diri rendah, isolasi sosial dan resiko bunuh diri bahkan gangguan jiwa
berat (Keliat,2013).
Hasil penelitian Hariana, Sugi dan Yessi Ariani (2017), tentang respon adaptasi
klien dengan fraktur ekstremitas bawah selama masa rawatan di RSUP H. Adam Malik
Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan dari 12 orang responden, terdapat 50% responden
merasa kurang percaya diri bila berhadapan dengan orang lain, 33,4% responden merasa
sesuatu yang buruk akan terjadi pada kakinya yang patah, dan 41,7% responden mudah
tersinggung dan murah marah. Hasil penelitian Hamdani (2019), tentang gambaran citra
tubuh pasien paska operasi fraktur ekstremitas bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau
Medan menunjukkan bahwa dari 42 orang responden terdapat 24 orang (57%) yang
mengalami gangguan citra tubuh dan 18 orang (43%) yang tidak mengalami gangguan
citra tubuh. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dibutuhkan peran perawat dengan
melakukan pengkajian secara psikologis (respon emosi) pasien selain melakukan
pengkajian kondisi fisik pasien dengan kemungkinan adanya perasaan cemas dan malu
melalui penilaian pasien terhadap kondisi tubuhnya.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri pasien dengan memperhatikan
tingkat persepsi pasien terhadap dirinya, menilai gambaran citra tubuh dan ideal diri
pasien, serta adanya gangguan penampilan peran dan gangguan identitas dengan
meninjau persepsi pasien terhadap perilaku pasien (Nurhalimah, 2016). Menurut Keliat
(2013) tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan jiwa
mencakup tindakan psikoterapeutik yang dilakukan kepada pasien dengan menggunakan
teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan pasien dan keluarga agar
pasien tidak lagi mempunyai gangguan citra tubuh. Standar pelaksanaan yang diberikan
untuk pasien yaitu membina hubungan saling percaya, mendiskusikan tentang citra tubuh,
dan cara meningkatkan citra tubuh serta melatih interaksi secara bertahap. Sedangkan
strategi pelaksanaan untuk keluarga yaitu mendiskusikan tentang gangguan citra tubuh,
melatih keluarga cara merawat pasien dan menyusun rencana tindakan untuk pasien
2. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengaruh “ Terapi Kognitif pada pasien dengan masalah

Harga Diri Rendah” dengan metode systematic review.

b. Tujuan khusus

1) Untuk menganalisis harga diri rendah pada pasien sebelum dilakukan terapi

kognitif

2) Untuk menganalisis masalah harga diri rendah pada pasien setelah dilakukan

terapi kognitif

3) Untuk menganalisis pengaruh “ Terapi Kognitif pada pasien dengan masalah

Harga Diri Rendah” dengan metode systematic review.

3. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis
a. Bagi pengembangan keilmuan
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembanding
keperawatan,sebagai bahan kajian lebih mendalam dan dapat menjadi referensi
penelitian serta dapat digunakan sebagai literature terapi kognitif dapada masalah
HDR
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Peneliti dapat meningkatkan wawasan pengetahuan serta
pengalaman,keterampilan dalam menganalisa apakah ada pengaruh Pengaruh Terapi
Kognitif dapa masalah HDR
b. Bagi institusi
Menambah pustaka dan kurikulum serta referensi bagi dosen dalam
pengembangan ilmu keperawatan ,dan pengembangan materi keperawatan jiwa
dalam pemberian asuhan keperawatanpada masalah HDR.
c. Bagi layanan kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan intervensi


dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan HDR dengan terapi kognitif

BAB II
ISI JURNAL

N JUDUL PENULIS/ NAMA RINGKASAN(PICO)


O ARTIKEL PENELITI JURNAL
1 Pengaruh Zulian Journal P:
Terapi Effendi1 , Sri Keperawa perubahan hidup, hilangnya kebebasan dan hak-
Kognitif Poeranto , n Jiwa hak yang semakin terbatas, hingga perolehan
Terhadap Lilik Supriati label “panjahat” yang melekat pada dirinya.Oleh
Peningkatan sebab itu, dibutuhkan terapi untuk meningkatkan
Harga Diri harga diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan
Remaja melihat pengaruh terapi kognitif terhadap
peningkatan harga diri remaja
I : Terapi kognitif untuk remaja
C:
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suerni dkk.
(2013) yang meneliti tentang Penerapan Terapi
Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada Klien
Harga Diri Rendah didapatkan hasil
Berdasarkan penurunan tanda dan gejala,
peningkatan kemampuan klien maka terapi
kognitif direkomendasikan
O:
Pemberian terapi generalis dan terapi kognitif
memiliki pengaruh yang lebih terhadap
peningkatan harga diri remaja dibandingkan
dengan pemberian tindakan generalis kognitif

2 Perubahan Septirina Journal P:


Tanda Rahayu1 , Education Harga diri rendah merupakan evaluasi diri yang
Gejala Dan Mustikasari, al Of negatif, berhubungan dengan perasaan tidak
Kemampuan Novy H.C Nursing berdaya, putus asa,rapuh dan tidak berharga.
Pasien Daulima (Jen) I : Terapi kognitif dan psikoedukasi
Harga Diri C:
Rendah Hal ini sesuai dengan pendapat Stuart (2016)
Kronis yang mengatakan menilai dapat terlihat dari
Setelah aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan
Latihan sosial budaya.
Terapi O:
Kognitif Dan Proses output setelah pasien mendapat terapi
Psikoedukasi kognitif menunjukan perubahan tanda dan gejala
Keluarga positif pada respon kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku, dan sosialnya, dimana kelima aspek
respon tersebut mengalami penurunan secara
signifikan
3 Penerapan Titik Suerni, JOURNA P:
Terapi Budi Anna L Data menunjukkan bahwa dari 60 klien
Kognitif Dan Keliat Dan KESEHA skizofrenia mengalami masalah harga diri
Psikoedukasi Novy Helena TAN rendah, halusinasi dan perilaku kekerasan yang
Keluarga C.D3 MASENC terjadi pada keluarga
Pada Klien EPHALO I: Terapi kognitif dan psikoedukasi
Harga Diri N C:-
Rendah Di O:
Ruang Berdasarkan penurunan tanda dan gejala,
Yudistira peningkatan kemampuan klien dan keluarga serta
Rumah Sakit lama hari rawat maka terapi kognitif dan
Dr. H. psikoedukasi keluarga direkomendasikan pada
Marzoeki klien dengan harga diri rendah.
Mahdi Bogor
4 Pengaruh Lailatul Jurnal P:
Terapi Fadilah Medikes( penyakit gagal ginjal memiliki dampak terhadap
Kognitif Media aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Terhadap Informasi Perubahan ini memberikan perasaan tidak
Peningkatan Kesehatan berdaya dan tidak mampu karena kelemahan
Harga Diri ) atau keterbatasan fisik yang dialaminya,
Pasien sehingga pasien merasa malu/ minder, enggan
Gagal Ginjal untuk bertemu dengan orang lain, menarik diri
Kronik Di dari lingkungan sosial. bila pasien tidak
Rsu memiliki mekanisme koping dan sumber koping
Kabupaten yang adekuat, maka dapat mengakibatkan pasien
Tangerang mengalami harga diri rendah, dimana hal ini
dapat memperburuk kondisi kesehatan dan
menurunkan kualitas hidupnya
I: Terapi kognitif
C:
Blecke dan Renfrow (2006) menyatakan bahwa
terapi kognitif efektif untuk mengatasi depresi
dan memiliki efektifitas yang sama dengan
antidepresan dan terapi interpersonal atau
psikodinamik, kombinasi terapi kognitif dengan
antidepresan sangat efektif untuk mengatasi
depresi kronik.
O:
Ada perbedaan bermakna antara kecenderungan
peningkatan harga diri pada pasien GGK yang
Jurnal Medikes, Volume 5, Edisi 1, April 2018
46 menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa
RSU Kabupaten Tangerang pada kelompok
sebelum dan sesudah dilakukan terapi kognitif
dengan kata lain ada perbedaan yang signifikan
bahwa terapi kognitif dapat meningkatkan rata-
rata kecenderungan peningkatan harga diri pada
pasien
BAB III

PEMBAHASAN

1. ANALISIS ISI JURNAL

NO NAMA ARTIKEL METODE HASIL


1 Pengaruh Terapi Quasi Experimental Pre-Post Hasil penelitian ini
Kognitif Terhadap Test with Control Group. menunjukkan terdapat
Peningkatan Harga Jumlah sampel sebanyak 28 perbedaan peningkatan
Diri Remaja responden yang terdiri dari 14 harga diri remaja antara
kelompok perlakuan dan 14 sebelum dan sesudah
kelompok kontrol dengan teknik diberikan terapi generalis
purposive sampling. Instrument HDR dan terapi kognitif
pengukuran harga diri pada kelompok perlakuan
menggunakan kuesioner yang di (nilai p-value = 0,000).
modifikasi dari Roserberg Self- Pada kelompok kontrol
Esteem Scale.. terdapat perbedaan
peningkatan harga diri
antara sebelum dan
sesudah diberikan terapi
generalis HDR (nilai p-
value= 0,000), sedangkan
untuk harga diri remaja
sesudah diberikan
intervensi antara
kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol
terdapat perbedaan
peningkatan harga diri
antara kelompok
perlakuan dengan
kelompok kontrol setelah
diberikan intervensi (nilai
p-value
=0,006).Pemberian terapi
generalis dan terapi
kognitif memiliki
pengaruh yang lebih
bermakna terhadap
peningkatan harga diri
remaja dibandingkan
dengan pemberian
tindakan generalis saja
2 Perubahan Tanda Metode yang digunakan adalah Hasil penanganan kasus
Gejala dan studi kasus, pasien yang menunjukan terjadinya
Kemampuan Pasien dikelola sebanyak 20 orang penurunan tanda gejala
Harga Diri Rendah dengan karakteristik pasien serta peningkatan
Kronis Setelah berjenis kelamin wanita,berusia kemampuan pasien (80%)
Latihan Terapi 25 sampai 60 tahun. Pendekatan setelah diberikan tindakan
Kognitif dan teori adaptasi Roy digunakan keperawatan ners dan ners
Psikoedukasi oleh penulis karena penerapan spesialis berupa terapi
Keluarga intervensi pada teori ini kognitif dan peningkatan
berfokus pada mengubah kemampuan keluarga
stimulus yang dialami oleh (72%) setelah pemberian
pasien dan bukan pasiennya, terapi psikoedukasi
sehingga perawatlah yang keluarga
meningkatkan interaksi antara
manusia dengan lingkungannya,
sehingga pasien dapat
meningkatkan kesehatan,
memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dan menciptakan
perubahan pada lingkungannya.
3 Penerapan Terapi Metode yang dipakai adalah Hasil penerapan pada
Kognitif Dan studi kasus. Pada 15 klien kelompok klien dengan
Psikoedukasi diberikan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
Keluarga Pada Klien generalis dan terapi kognitif generalis dan terapi
Harga Diri Rendah serta pada 20 klien diberikan kognitif menunjukkan
Di Ruang Yudistira tindakan keperawatan generalis, penurunan tanda dan
Rumah Sakit Dr. H. terapi kognitif dan psikoedukasi gejala rata-rata 54,94%;
Marzoeki Mahdi keluarga. peningkatan kemampuan
Bogor Tahun 2013 rata-rata 89,57%; lama
rawat ratarata 37 hari.
Hasil penerapan pada
kelompok klien dengan
tindakan keperawatan
generalis, terapi kognitif
dan psikoedukasi keluarga
menunjukkan penurunan
tanda dan gejala rata-rata
71,2%; peningkatan
kemampuan klien rata-rata
100%; peningkatan
kemampuan keluarga rata-
rata 98%; lama rawat rata-
rata 26 hari
4 Pengaruh Terapi Analisa yang digunakan yaitu Hasil penelitian
Kognitif Terhadap analisa univariat dan analisa menunjukkan bahwa pada
Peningkatan Harga bivariat menggunakan uji t - kelompok sebelum dan
Diri Pasien Gagal dependent dengan tingkat sesudah dilakukan terapi
Ginjal Kronik Di Rsu kemaknaan (α = 0,05). Sampel kognitif dengan kata lain
Kabupaten penelitian berjumlah 23 ada perbedaan yang
Tangerang responden yaitu pasien GGK signifikan bahwa terapi
yang menjalani hemodialisa kognitif dapat
yang mengalami harga diri meningkatkan rata- rata
rendah dengan teknik kecenderungan
consecutive sampling peningkatan harga diri
pada pasien GGK
kelompok intervensi
sebesar 6,78 (p value =
0,000 dengan α = 0,05)

Pada artikel artikel maupun jurnal jurnal yang telah ditemukan dari ke4 jurnal tersebut
telah dibandingkan antara jurnal yang satu dengan jurnal yang lainnya menunjukkan bahwa
T”erapi kognif yang diberikan pada pasien harga diri rendah memiliki pengaruh yang
bermakna terhadap peningkatan harga diri” pada populasi tertentu.
Terapi kognitif merupakan terapi yang didasarkan pada kesalahan berfikir klien dengan
muncul pikiran otomatis negatif yang mendorong pada penilaian negatif terhadap diri
sendiri dan orang lain (Varcarolis, 2013). Terapi kognitif berfokus pada pemrosesan pikiran
dengan segera yaitu bagaimana individu mempersepsikan atau menginterpretasi
pengalamannya dan menentukan bagaimana cara dia merasakan dan berperilaku
Hal ini sesuai dengan penelitian Pasaribu (2012) yang menyatakan bahwa terapi kognitif
dan terapi penghentian pikiran secara bermakna dapat meningkatkan kemampuan
mengontrol pikiran negatif pasien kanker.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa adanya peningkatan skor harga diri pada
kelompok intervensi secara bermakna dibandingkan dengan pada kelompok kontrol di
mana pada kelompok intervensi didapat selisih peningkatan harga diri yang bermakna, yang
berarti harga diri pada remaja pada kelompok intervensi dapat meningkat setelah diberikan
terapi generalis dan terapi kognitif.
Hal ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Townsend (2014) yang menerangkan
bahwa proses pelaksanaan terapi kognitif merupakan suatu terapi yang berorientasi pada
tujuan penyelesaian masalah pasien. Di awal pertemuan, terapis harus mengidentifikasi
masalahmasalah yang dihadapi pasiennya. Kemudian bersama-sama menetapkan tujuan dan
hasil yang diharapkan dalam terap
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suerni dkk.
(2013) yang meneliti tentang Penerapan Terapi Kognitif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada
Klien Harga Diri Rendah didapatkan hasil penerapan pada 15 klien dengan tindakan
keperawatan generalis dan terapi kognitif menunjukkan penurunan tanda dan gejala harga
diri rata-rata 54,94%; peningkatan kemampuan rata-rata 89,57%. Berdasarkan penurunan
tanda dan gejala, peningkatan kemampuan klien maka terapi kognitif direkomendasikan
pada klien dengan harga diri rendah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Farahmand et al
(2013) menemukan bahwa terjadi peningkatan harga diri yang signifikan pada pasien
depresif dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah diintervensi dengan terapi kognitif
di Iran. Temuan lainnya pada remaja perempuan yang memiliki masalah berat.

2. IMPLIKASI KEPERAWATAN

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat ditemukan beberapa implikasi secara teoritis


dari hasil penelitian pengaruh Terapi Kognitif dapat digunakan sebagai intervensi
keperawatan pada gangguan harga diri rendah (HDR) untuk menerapkan intervensi atau
pengobatan bagi orang dengan ganggua harga diri rendah,terapi kognitif ini dapat
dilakukan secara berkelompok sesui usia dan kemampuan kognitif berdasarkan usia masing
masing,Keberhasilan terapi ini dapat didukung oleh lingkungan klien,motivasi dan
dukungan keluarga,teman sebayaa ,dll .Keberhasilan terapi ini sendiri dipengaruhi oleh
keingin pasien maupun motivasi diri sendiri, terapi ini diterapkan sebagai asuhan
keperawatan pada intervensi pasien dengan gangguan Harga diri rendah (HDR) hal ini
dapat menekan serta mengurangi angka kesakitan pada gangguan harga diri rendah serta
intervensi pendukung pada pasian gangguan jiwa maupun masalah psiko sosial di
Indonesia .

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARTIKEL /JURNAL


Dalam analisis yang relah dicermati dan dibaca ke 4 jurnal yang disajikan mempunya
kelebihan diantanya yaitu Abstrax ,Abstrak yang ditampilkan sangat jelas sudah meliputi
masalah,Tujuan,Metode,Alat ukur ,Kesimpulan dll sehingga memudahkan pembaca saat
melakukan analisis jurnal.

Dalam beberapa artikel yang telah direview ini mempunya beberapa kekurangan maupun
batasan meliputi: Sulitnya peneliti menemukan artikel internasional dengan tahun publikasi
terbaru yang dapat didownload dengan gratis,untukk mendapatkan artikel /jurnal yang
memiliki hasil yang sama sendiri sangat sulit kareana tingkat keberhasilan terapi pada pasien
HDR sendiri depengaruhi berbagai macam faktor, setiap artikel maupun jurnal dengan
metode serta populasi yang berbeda sendiri dapat mempengaruhi tingkat keefektifan terapi.

Dari ke 4 artikel salah satu artikelmya sendiri tidak membandingkan atau tidak ada hasil
yang dapat mempekuat hasil penelitian yang dilakukan peneliti tersebut atau tidak ada hasil
Comparation,Selanjutnya jurnal jurnal tersebut tidak memaparkan manfaat/ implikasi dari
jurnal tersebut, Abstrak yang disajikan sulitnya menemukan artikel yang sudah terindex
yang sesuai dengan populasi sehingga peneliti harus membaca populasi sampel dari dalam
artikel tidak bisa hanya dilihat dari judul dan abstrak, untuk mengetahui pengaruh terapi
kognituf secara efektif dibutuhkan banyak artikel artikel literature review tahun terbaru serta
index jurnal yang valid.

BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
a. Dari hasil analisis jurnal diatas dapat ditari kesimpulan bahwa terapi kognitif dapat
menerunkan masalah harga diri rendah
b. keberhasilan terapi kognif pada pasien harga diri rendah sendiri dapt dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya motivasi diri sendiri,dukungan keluarga dll

2. SARAN
Pelayanan kesehatan jiwa di lembaga pembinaan khusus perlu dikembangkan
sebagai upaya promotif, preventif dan kuratif untuk dapat meningkatkan kesehatan jiwa
di lembaga pembinaan khusus dengan mengadakan kerja sama dengan pihak institusi
pendidikan tinggi. Ke depan, perlu dikembangkan penelitian lanjutan sebagai model
terapi yang dikolaborasikan dengan terapi kognitif untuk upaya meningkatkan harga diri
di lembaga pembinaan .

DAFTAR PUSTAKA
Armeliza, V. (2013). Gambaran konsep diri remaja di lembaga pemasyarakatan. PSIK
UNRI: Pekanbaru.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2012). Fenomena Kenakalan
Remaja di Indonesia.http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/ Artikel/

Farahmand V, Hassanzadeh R, Mirzaian B, Fayyazi, Bordbar MR, Feizi J. (2014) The


efficacy of group metacognitive therapy on self-esteem and mental health of
patients suffering from major depressive disorder. Iran Journal Psychiatry
Behavior Sci 2014; 8(2): 4-10.
Fossati, M., rieker,A& golay. (2004). Therapie cognitive en groupe de l’estime de
soi chez de patients obezes . Aftcc, paris .Journal de therapy comportementale et
cognitive. 14:1, 29-34. Frisch, N.C. & Frisch, L.E. (2006). Psychiatric Mental
Health Nursing. (3th ed). New York: Thomson Delmar LearningHarter, S. (2006).
The development of self-representations in childhood and adolescence(6thed.).
New York:Wiley
Alligood, M.R, Achir Yani, S.H, Kusman I. (2017), Pakar Teori Keperawatan dan Karya

Mereka, Edisi Indonesia ke-8 vol 1, Singapore, Elsevier.

Atalay, F. & Atalay, H. (2006). Gender Differences is Patients With Schizofrenia in Terms of

Sociodemographic and Clinical Charactersitic. German Journal Psychiatric.9.41-47.

Badan Litbang KemenKes RI. (2008). Riset kesehatan dasar tahun 2007. Jakarta.

KemenKes RI.Bulechek, G.M, Butcher, H.K., Dochterman, J.M, Wagner,C.M. Nursing


Interventions

Anda mungkin juga menyukai