Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN CITRA TUBUH

OLEH

KELOMPOK: 2
1. MELDA SUSAN K. Y. KOTA
2. IDIARTI M. L. BANUNAEK
3. CHINDYLIS N. SEUBELAN
4. NOFRI D. KOA
5. YUREX BURAEN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya
yang telah melimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. ASKEP ini merupakan salah satu tugas
kelompok mata kuliah  KEPERAWATAN JIWA.
Dalam menyelesaikan askep ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan
dan masukan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih mata kuliah. Dan kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa ASKEP ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini
kedepannya.

Kupang, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................
1. Latar Belakang..........................................................................................
2. Tujuan.......................................................................................................
3. Manfaat......................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Pengertian..................................................................................................
B. Etiologi ......................................................................................................
C. Patofisiologi................................................................................................
D. Tanda dan gejala........................................................................................
E. Komplikasi...................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang...............................................................................
G. Penatalaksanaan..........................................................................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS .....................................................................................................................
A. Pengkajian................................................................................................................
B. Diagnosa...................................................................................................................
C. Intervensi..................................................................................................................
D. Implementasi....................................................................................................................................
E. Evaluasi............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang Undang No.18 tahun 2014 kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa yang baik bagi individu merupakan kondisi individu
tersebut terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi individu dapat
berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya dalam
menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah yang mungkin ditemui
sepanjang hidupnya.
Masalah kesehatan jiwa dapat diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya karena
masalah fisik seperti karena kecelakaan, fraktur, amputasi, kerusakan penampilan
wajah, ulkus, serta kehilangan fungsi bagian tubuh (Keliat,2013). Hasil penelitian
Putri (2012) diketahui bahwa adanya hubungan antara kesehatan jiwa dan fisik,
dimana pada individu yang sakit secara fisik menunjukkan adanya masalah psikis
hingga gangguan jiwa. Sebaliknya, individu dengan gangguan jiwa juga menunjukkan
adanya gangguan fungsi fisiknya.
Masalah kesehatan jiwa salah satunya yaitu masalah psikososial. Masalah
psikososial merupakan masalah yang bersifat psikologis atau sosial yang timbul
karena adanya tekanan, masalah dan perubahan dalam diri individu yang memberikan
pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi sebagai faktor penyebab gangguan
jiwa (Kemenkes, 2012).
Tanda dan gejala pada pasien yang mengalami fraktur terbuka ekstremitas
bawah yaitu adanya nyeri, deformitas, hematoma yang jelas, edema berat,
terganggunya integritas integumen yang akan berisiko terjadinya infeksi dan waktu
penyembuhannya lebih lama daripada fraktur tertutup. Pada pasien fraktur terbuka
atau kominutif dapat ditangani dengan pemasangan traksi (fiksator) internal atau
eksternal. Dengan adanya pemasangan alat, adanya keterbatasan gerak pada pasien
fraktur, perawatan yang mengharuskan pasien tirah baring dalam waktu lama,
kelemahan fisik, adanya luka akan dapat menimbulkan terjadinya perubahan pada
konsep diri pasien salah satunya citra tubuh, walaupun tidak semua pasien fraktur
terbuka ekstremitas bawah akan mengalami gangguan konsep diri (Brunner, 2017).
Konsep diri terdiri dari harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri dan citra
tubuh. Citra tubuh merupakan sekumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang struktur, bentuk dan fungsi tubuh (Suhron, 2017).
Gangguan citra tubuh merupakan suatu perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek yang
sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam
penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik
(Muhith, 2015).
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh seperti adanya perubahan dan
kehilangan anggota tubuh, baik struktur, bentuk, maupun fungsi tubuh, pasien
mengungkapkan penolakan terhadap perubahan anggota tubuh saat ini, tidak ingin
melihat perubahan pada tubuh, merasa syok, marah, kehilangan, ketakutan, tidak
berdaya, tidak berharga, keputusasaan, dan aktivitas sosial berkurang. Dan jika
gangguan citra tubuh tersebut tidak segera diatasi, maka masalah ini dapat
menimbulkan masalah psikososial yang lebih berat seperti harga diri rendah, isolasi
sosial dan resiko bunuh diri bahkan gangguan jiwa berat (Keliat,2013).
Menurut Keliat (2013) tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar
asuhan keperawatan jiwa mencakup tindakan psikoterapeutik yang dilakukan kepada
pasien dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan
dengan pasien dan keluarga agar pasien tidak lagi mempunyai gangguan citra tubuh.
Standar pelaksanaan yang diberikan untuk pasien yaitu membina hubungan saling
percaya, mendiskusikan tentang citra tubuh, dan cara meningkatkan citra tubuh serta
melatih interaksi secara bertahap. Sedangkan strategi pelaksanaan untuk keluarga
yaitu mendiskusikan tentang gangguan citra tubuh, melatih keluarga cara merawat
pasien dan menyusun rencana tindakan untuk pasien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka ekstremitas
bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma Center RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan pada pasien fraktur terbuka
ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma
Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada
pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh
di ruang Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien fraktur terbuka
ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma
Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.
d. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien fraktur
terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang
Trauma Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien fraktur terbuka
ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma
Center RSUP Dr. M.Djamil Padang.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka
ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh di ruang Trauma
Center RSUP Dr. M.Djamil Padang
C. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk
pembaharuan praktik keperawatan dan pemecahan masalah keperawatan pada
pasien fraktur terbuka ekstremitas bawah dengan gangguan citra tubuh.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Citra Tubuh


1. Pengertian 
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang dirinya sendiri,
merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaan,sikap
dan persepsi baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Konse diri
merupakan representasi psikis individu yang dikelilingi dengan semua
persepsi dan pengalaman yang terorganisir (Potter dan Perry, 2005 dalam
Dermawan dan Deden, 2013).
Menurut Suhron (2017), menyebutkan bahwa konsep diri adalah
keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri,
perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Konsep diri terbagi menjadi 5 yaitu:
1. Identitas diri
Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai
suatu kesatuan yang utuh.
2. Harga diri
Merupakan penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh
mana perilaku memenuhi ideal diri.
3. Ideal diri
Merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai
dengan standar perilaku.
4. Peran diri
Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
yang berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.
5. Citra tubuh
Merupakan sekumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang,
serta perasaan tentang struktur, bentuk dan fungsi tubuh.
Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang
terhadap tubuh sendiri. Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa lalu serta
perasaan tentang ukuran, fungsi, bentuk/penampilan, dan potensi. Citra tubuh
terus berubah saat persepsi dan pengalaman baru terjadi dalam kehidupan.
Eksistensi tubuh menjadi penting dalam mengembangkan citra tubuh
seseorang. (Stuart,2013).
Individu yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya
akan memperlihatkan kemampuan yang baik terhadap realisasi yang akan
memacu sukses dalam kehidupan. Pandangan individu yang realistis terhadap
dirinya dengan menerima segala hal dari dirinya akan membuat individu
tersebut terhindar dari rasa cemas sehingga dapat meningkatkan harga dirinya.
Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya
misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya
(Yusuf, dkk, 2015).
Citra tubuh terbagi menjadi dua macam yaitu:
1. Citra tubuh positif
Citra tubuh yang positif merupakan suatu persepsi individu yang benar
mengenai bentuk tubuh individu tersebut. Individu tersebut melihat dirinya
sendiri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan menghargai tubuhnya
apa adanya. Dan individu tersebut memahami bahwa tubuh atau
penampilan fisik seseorang itu hanya berperan kecil, sehingga ia
menerima bentuk tubuhnya yang memiliki keunikan tersendiri dan tidak
membuang waktu untuk memikirkan bentuk tubuhnya dan merasa nyaman
dengan bentuk tubuhnya walaupun individu tersebut mempunyai
kekurangan dalam segi fisik (Dewi, 2009).
2. Citra tubuh negatif
Citra tubuh yang negatif yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri
dan merasa tidak mampu untuk mencapai sesuatu yang berharga, sehingga
menuntun diri kearah kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan
keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri Contohnya, pada
pasien yang mengalami fraktur terbuka akan tampak jelas bentuk luka
tersebut sehingga dapat menyebabkan pasien tersebut merasa malu dan
cemas yang menandakan citra tubuh pasien negatif (Suhron, 2017).
2. Konsep Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek
yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan
dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya
secara fisik (Muhith, 2015).
Pada pasien yang mengalami ganggguan citra tubuh, ia akan
mempersepsikan tubuhnya tersebut memiliki kekurangan dan ia tidak dapat
menjaga integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan dengan lingkungan
sosial ia akan merasa rendah diri. Misalnya pada pasien yang dirawat dirumah
sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi karena terjadinya
perubahan struktur tubuh karena tindakan invasif, penyuntikan, pemasangan
alat kesehatan dan lainnya (Muhith 2015).
3. Etiologi Gangguan Citra Tubuh
a. Faktor Predisposisi
1) Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti
suhu dingin atau panas, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik,
lingkungan yang tidak memadai.
2) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Stressor lainnya adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
3) Sosio kultural
Faktor sosio kultural yang mempengaruhi seperti peran, gender,
tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok
sebaya dan perubahan struktur sosial.
4) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.
5) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh.
6) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi
7) Faktor predisposisi gangguan harga diri
8) Penolakan dari orang lain
9) Kurang penghargaan
10) Pola asuh yang salah
11) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
12) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan (Stuart,2013).
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari
luar individu terdiri dari:
1) Operasi seperti mastektomi, amputasi, luka operasi
2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa
tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang
bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam
melakukan perannya
3) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
4) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal
5) Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2013)
4. Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh
Berikut tanda dan gejala gangguan citra tubuh menurut Keliat, 2013 yaitu:
a. Data Objektif
Data objektif yang dapat diobservasi dari pasien gangguan citra tubuh
yaitu:
1) Perubahan dan kehilangan anggota tubuh, baik struktur, bentuk,
maupun fungsi
2) Pasien menyembunyikan bagian tubuh yang terganggu
3) Pasien menolak melihat bagian tubuh
4) Pasien menolak menyentuh bagian tubuh
5) Aktivitas sosial pasien berkurang.
b. Data Subjektif
Data subjektif didapatkan dari hasil wawancara, pasien dengan
gangguan citra tubuh biasanya mengungkapkan:
1) Pasien mengungkapkan penolakan terhadap perubahan anggota
tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi, ada
anggota tubuh yang tidak berfungsi, dan menolak berinteraksi
dengan orang lain
2) Pasien mengungkapkan perasaan tidak berdaya,malu, tidak
berharga, dan keputusasaan
3) Pasien mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap
bagian tubuh yang terganggu
4) Pasien sering mengungkapkan kehilangan
5) Pasien merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
Beberapa gangguan pada citra tubuh tersebut dapat menunjukkan tanda dan
gejala sebagai berikut (Muhith, 2015) yaitu:
a. Respon pasien adaptif
1) Syok psikologis
Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertama tindakan. Informasi yang banyak dan
kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan
mekasnisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan
proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2) Menarik diri
Pasien menjadi sadar pada kenyataan, tetapi karena ingin lari dari
kenyataan maka pasien akan menghindar secara emosional. Hal
tersebut menyebabkan pasien menjadi pasif, tergantung pada orang
lain, tidak ada motivasi dalam perawatan dirinya sendiri.
3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap Setelah pasien sadar akan
kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka akan muncul. Dan
setelah fase ini pasien akan mulai melakukan reintegrasi terhadap
gambaran dirinya yang baru.
b. Respon pasien maladaptive
1) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah
2) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
3) Mengurangi kontak sosial sehingga bisa terjadi isolasi social
4) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuhnya
5) Mengungkapkan keputusasaan
6) Mengungkapkan ketakutan akan ditolak
7) Menolak penjelasan mengenai perubahan citra tubuhnya.
5. Psikodinamika Gangguan Citra Tubuh
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS:
Ny. A usia 25 tahun, seorang IRT. Suatu hari saat Ny A sedang memasak
ia lupa mematikan kompor untuk membeli keperluan diwarung. Pada saat
kembali ke rumah Ny A langsung menuju dapur dan melihat api yang
mulai menjalar. Ny A tidak sempat melarikan diri karena ruangan yang
sudah dikepung oleh api. Petugas menyelamatkan Ny A dan langsung
membawa ke IGD RS terdekat. Ny A mengalami lika bakar yang cukup
luas dibagian tangannya sehingga kehilangan fungsi sebagian tangan
kanannya. Saat dirawat di RS Ny A sangat tidak menyangka dengan luka
bakar yang ada ditangannya, Ny A juga tidak percaya diri setelah ada luka
bakar yang membekas pada tangannya. Pada saat dilakukan pengkajian,
Ny A berkata bahwa ia malu dengan keadaannya sekarang. Keluarga Ny A
juga mengatakan tidak mengetahui cara merawat luka ketika Ny A
diperbolehkan pulang.

1. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Ny A
Umur : 25 Tahun
Alamat : Kupang
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen Protestan
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan
No CM : 240300
Alasan Masuk
a. Data Primer
Pasien mengatakan tidak percaya diri setelah ada luka bakar yang
membekas pada tangannya.
b. Data Sekunder
Sejak beberapa jam sebelum masuk RS Pasien mengalami kecelakaan
yang membuat tangannya terkena luka bakar.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan bahwa ia merasa malu dengan keadaannya sekrang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 DS: - Ny A mengatakan Gangguan Citra Perubahan
tidak menyangka dengan Tubuh struktur/bentuk
luka bakar yang ada tubuh
ditangannya.
- Ny A mengatakan
tidak percaya diri
dan malu dengan
kondisinya
sekarang.
DO: Ny A tampak lesu,
lemas, dan tidak
bersemangat.
2 DS: - Ny A mengatakan Defisit Pengetahuan Kurang terpapar
tidak pernah mengalami informasi
luka bakar
- Keluarga Ny A
mengatakan tidak
mengetahui cara
merawat luka bakar
DO: Ny A tampak cemas
dan gelisah
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh b.d perubahan sruktur atau bentuk tubuh d.d Pasien
mengatakan tidak menyangka dengan luka bakar yang ada ditangannya.
Pasien mengatakan tidak percaya diri dan malu dengan kondisinya
sekarang. Pasien tampak lesu, lemas, dan tidak bersemangat.
2. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d Pasien mengatakan
tidak pernah mengalami luka bakar. Keluarga Pasien mengatakan tidak
mengetahui cara merawat luka bakar. Pasien tampak cemas dan gelisah.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan Promosi Citra
perubahan sruktur atau tindakan Tubuh
bentuk tubuh keperawatan Observasi
selama 1x24 jam - Identifikasi
diharapkan citra harapan citra
tubuh meningkat tubuh
dengan kriteria berdasarkan
hasil: tahapan
1. Fokus perkembanga
pada n
bagian - Monitor
tubuh frekuensi
menurun pernyataan
(5) kritik
2. Merasa terhadap diri
malu sendiri
menurun Terapeutik
(5) - Diskusikan
perubahan
tubuh dan
fungsinya
- Diskusikan
presepsi
pasien dan
keluarga
tentang
perubaha
citra tubuh
Edukasi
- Jelaskan
kepada
keluarga
tentang
perawatan
peerubahan
citra tubuh
- Latih
peningkatan
penampilan
diri
2 Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
kurang terpapar informasi tindakan Obsevasi
keperawatan - Identifikasi
selama 1x24 jam kesiapan dan
diharapkan kemampuan
tingkat menerima
pengetahuan informasi
meningkat dengan - Identifikasi
kriteria hasil: factor-faktor
1. Pernyataa yang dapat
n tentang meningkatka
maslah n dan
yang menurunkan
dihadapi motivasi
menurun perilaku
(5) hidup bersih
2. Persepsi dan sehat
yang Terapeutik
keliru - Sediakan
terhadap materi dan
masalah media
menurun pendidikan
(5) kesehatan
- Berikan
kesempatan
untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan
factor resiko

4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi
1 Senin, 10.30 - Mengidentifikasi S: Ny A
03/06/21 harapan citra tubuh mengatakan lebih
berdasarkan tahapan percaya diri dan
perkembangan tidak malu lagi
- Memonitor dengan kondisinya
frekuensi sekarang.
pernyataan kritik O: Ny A tampak
terhadap diri lebih bersemangat.
sendriri A: Masalah teratasi
- Mendiskusikan P: Intervensi di
perubahan tubuh hentikan
dan fungsinya
- Mendiskusikan
presepsi pasien dan
keluarga tentang
perubaha citra tubuh
- Menjelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan
peerubahan citra
tubuh
- Melatih peningkatan
penampilan diri
2. Selasa, 10.30 - Mengidentifikasi S: Ny.A dan
O4/06/21 kesiapan dan keluarga
kemampuan mengatakan lebih
menerima informasi mengetahui cara
- Mengidentifikasi merawat luka bakar
factor-faktor yang O: Ny A tampak
dapat meningkatkan lebih tenang dalam
dan menurunkan menghadapi
motivasi perilaku masalah
hidup bersih dan A: Masalah teratasi
sehat P: Intervensi
- Menyediakan materi dihentikan
dan media
pendidikan
kesehatan
- Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
- Menjelaskan factor
resiko

DAFTAR PUSTAKA

Bararah dan Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka Jakarta.
Brunner dan Suddart. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta :
EGC.
Bulecheck, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification
(NIC). Singapore : Elsevier.
Hamdani, Laura Sri. 2014. Gambaran Citra Tubuh Pasien Paska Operasi
Fraktur Ekstremitas Bawah di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan.
Universitas Sumatera Utara.
Kemenkes. 2015. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat. Jakarta : Badan PPSDM Kesehatan.
Maisyaroh, Seviya Gani, dkk. 2015. Jurnal tentang Tingkat Kecemasan
Pasien Post Operasi yang Mengalami Fraktur Ekstremitas : Universitas
Padjajaran. http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/103
diakses tanggal 29 Mei 2018 pada pukul 20.00 WIB.
utri, dkk. 2012. Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan dan
Keterbukaan Masyarakat Terhadap Kesehatan Mental). Universitas
Padjajaran. [diakses tanggal 13 November 2017 pukul 20.15]
Saryono dan Angraeni D.M. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Stuart, G.W. 2013. Prinsip dan Praktek Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Ed 1. St Louis, Missouri : Mosby Elsevier.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta.
Willianto, Dian Anggraini. 2017. Hubungan Antara Konsep Diri dan Citra
Tubuh Pada Perempuan Dewasa Awal.
https://repository.usd.ac.id/10079/2/129114031_full.pdf diakses pada
tanggal 6 Mei 2018 pada pukul 06.30 WIB
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai