Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Judul The Role of a Supportive Environment in Recovery From Schizophrenia: A Literature


Review
Penulis Nurul Hidayah, Nadia Rahmawati , and Nisma Nisma
Publikasi 3 June 2022
Tanggal Telaah 7-03-2023
Tujuan Penelitian Tujuan dari tinjauan literatur non-sistematis ini adalah untuk mendapatkan yang lebih
baik pemahaman tentang peran lingkungan yang mendukung dalam setiap tahap
kesehatan mental pemulihan.
Metode Penelitian Metode penulisan menggunakan metode literature review non sistematik yaitu
membandingkan berbagai literatur terkait ”Peran Lingkungan Pendukung dalam Setiap
Tahap Pemulihan”.
Pembahasan/ Tahapan pemulihan setiap individu berbeda dan dalam setiap tahapan peran, seperti
Hasil Penelitian butuhnya dukungan keluarga, lingkungan, dukungan teman sebaya dan petugas
kesehatan. Pengalaman individualistik penyintas skizofrenia dalam proses pemulihan
dapat secara langsung berkontribusi pada pemulihan orang lain. Adanya keterlibatan
teman sebaya dikaitkan dengan layanan inovatif yang berorientasi pada proses
pemulihan.

Dalam artikel berjudul Creating a Supportive Environment: Peer Support Group For
Psychotic Disorder, bahwa 76% pasien skizofrenia dapat sembuh dengan dukungan
tenaga kesehatan. Cara yang digunakan dalam mewujudkan pemulihan bagi para
penyintas adalah dengan berbagi pengalaman. Petugas kesehatan juga berperan dalam
berbagi pengalaman dengan penyintas. Pengalaman petugas kesehatan dapat menjadi
pendukung kuat dalam proses pemulihan karena penyintas merasa dihargai ketika ada
yang mendengar pengalamannya.

Dalam layanan berorientasi pemulihan, pengguna layanan (penyintas) adalah pengambil


keputusan utama. Dalam penanganan kasus skizofrenia tidak hanya dilakukan oleh
dokter saja, tetapi juga dibutuhkan peran perawat untuk melakukan perawatan dari
rumah guna mempercepat penyembuhan. Tidak hanya itu, tenaga kesehatan lain seperti
psikolog yang selalu mendampingi saat melakukan kunjungan rumah dapat lebih
menyentuh sisi psikologis pasien skizofrenia. Selain itu, peran apoteker juga penting
dalam memberikan edukasi terkait penggunaan obat psikofarmasi yang dikonsumsi
pasien. Apabila seluruh tenaga kesehatan mampu memberdayakan seluruh tenaganya
sesuai dengan kemampuannya dalam proses pemulihan dan tidak sombong dan merasa
bahwa profesinya adalah yang terbaik, maka tujuan utama dalam proses pemulihan
pasien skizofrenia di masyarakat akan tercapai.

Peran perawat sangat dibutuhkan baik oleh individu, keluarga maupun masyarakat sesuai
dengan posisinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Peran perawat profesional adalah
menyediakan asuhan keperawatan holistik yang meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural-
spiritual. Asuhan keperawatan dilakukan kepada klien melalui pendekatan multidisiplin.
Peran perawat sangat dirasakan oleh klien terutama bagi klien yang tidak memiliki
teman dekat atau keluarga. Klien merasa bahwa perawat jiwa memfasilitasi
kebutuhannya sehingga merasa dihargai dan ketika rasa saling percaya terbangun, klien
akan lebih menghargai pendapat perawat dan lebih mudah mengintervensi.
Dukungan yang dapat diberikan oleh lingkungan dalam proses pemulihan adalah dengan
menciptakan lingkungan sosial yang nyaman bagi para penyintas. Realisasi nyaman
lingkungan sosial dapat dilakukan dengan memiliki penerimaan positif dari penduduk
setempat keberadaan ODGJ di lingkungannya dan tidak melakukan perilaku
diskriminatif. Dukungan yang sangat dibutuhkan hanyalah penerimaan, tetangga bisa
melakukannya dengan melibatkan ODGJ setiap kegiatan di lingkungan seperti gotong
royong, organisasi kepemudaan, pengajian, dll. Tetangga juga bisa mengundang ODGJ
kerumah untuk sekedar makan bersama dan ngobrol. Dukungan lain yang dapat
diberikan oleh lingkungan khususnya tokoh masyarakat atau RT/RW adalah dengan
memberikan informasi terkait pelayanan rujukan jika suatu saat ODGJ pengalaman.

Kesimpulan Dari 15 artikel yang terkumpul, bentuk lingkungan yang mendukung di masing-masing
Penelitian tahap pemulihan bagi penderita skizofrenia meliputi Supporting Peer Relationships
terdiri dari Kelompok Gotong Royong, Spesialis Dukungan Sebaya (Tenaga Kesehatan),
Sejawat, dan menjalankan program, selain Mendukung Hubungan Sebaya, jenis
dukungan lainnya dalah Relasi dengan Profesional (peran pembuat kebijakan) dan
Mendukung hubungan lain yang terdiri dari komponen keluarga dan lingkungan (Kader,
Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat).(Hidayah et al., 2022)
Jurnal

Judul INDIVIDUAL PLACEMENT AND SUPPORT UNTUK ORANG DENGAN


GANGGUAN JIWA: STUDI LITERATUR
Penulis Wildan Akasyah, Winanda Rizki Bagus Santosa
Publikasi Volume 7 Nomor 1 Tahun 2022 Halaman : 82-90
Tanggal Telaah 7 maret 2023
Metode Metode yang digunakan adalah scoping review atau tinjauan literatur mengikuti
Penelitian Arksey and O’Malley framework. Pengumpulan data sekunder dari artikel ilmiah.
Pencarian literatur dilakukan di database internet yaitu Scopus, Science Direct,
Medline, SAGE journal, dan Google Scholar.
Tujuan Tujuan penelitian ini mensintesis beberapa jurnal untuk mengetahui dan
Penelitian mendeskripsikan Supported Environment (Penempatan dan Dukungan Individu )
untuk Orang dengan Gangguan Jiwa di Indonesia berdasarkan studi literatur.
Pembahasan Berdasarkan Studi literatur review jurnal ditemukan 5 langkah program dukungan
bekerja, Output Balai Kerja Terlindung (IPS), rentang waktu evaluasi/ follow up,
efektifitas kerja pasien di Balai Kerja Terlindung IPS, dan adaptasi individu.

1. Program Dukungan Bekerja untuk penderita gangguan jiwa


Terdapat 5 langkah program IPS yaitu penilaian, konseling, jaringan dan
penghubung, pelatihan dan penempatan, layanan tindak lanjut. Penilaian pada
partisipan dilakukan secara interview dengan bantuan kuesioner terstruktur
yang sudah baku sebagai panduan profesional kesehatan jiwa
(Psikiater/Perawat Jiwa/Ketenagakerjaan). Pada tahap kedua dilakukan
konseling tentang penjelasan vokasi selama 1 bulan sampai maksimal 6 bulan.
Tahap ketiga yaitu menghubungkan partisipan dengan pemberi kerja. Hal ini
berbeda pada tiap partisipan kaerena tergantung kemampuan dan kebutuhan.
Tahap keempat adalah pelatihan dan penempatan kerja. Pelatihan ini
dilakukan oleh pemberi kerja di tempat kerja dengan pendampingan diwaktu
awal.
2. Waktu efektif bekerja bagi penderita gangguan jiwa
Studi menujukkan rentang waktu efektif bagi ODGJ dalam bekerja bervariasi.
Produktivitas efektif berkisar antara 3-4 jam dalam sehari, dan 18-20 jam
selama 1 minggu. Jam kerja tersebut merupakan akumulasi dalam 1 hari
3. Output vokasinal dan non vokasional balai kerja erlindung
Terdapat 2 garis besar output penderita gangguan jiwa yang mengikuti
program dukungan bekerja. Yang pertama berupa output vokasi dan output
non vokasi. Studi menunjukkan penderita gangguan jiwa yang mengikuti
program dukungan bekerja mendapatkan kesempatan bekerja lebih tinggi
(66%) dibandingkan yang tidak mengikuti program (33%)
4. Rentang waktu evaluasi
Dari tinjauan litaratur yang diperoleh rentang waktu evaluasi/ follow up
penderita gangguan jiwa bervariasi antara 2 minggu, 1 bulan, 6 bulan, 12
bulan, 18 bulan, 24 bulan. Namun secara umum evaluasi dan follow up
dilakukan setelah 6 bulan bekerja dengan hasil prosentase 50% ODGJ berada
pada competitive job . Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
status kesehatan jiwa penderita, hasil assessment awal, minat, motivasi,
tingkat kesulitan dari jenis pekerjaan, jaringan integrasi pekerjaan pada
komunitas
5. Adaptasi individu
Kurangnya produktivitas menjadi kendala utama bagi ODGJ. Namun bagi
ODGJ yang telah mendapatkan kesempatan di IPS (individual Placement and
support) menunjukkan kemampuan adaptasi yang baik berupa peningkatan
kemampuan bersosialisasi, koping yang semakin baik, peningkatan
produktivitas kegiatan sehari hari, kesembuhan dari gangguan jiwa, semakin
memahami kelemahan dan kekuatan, peningkatan motivasi dan harga diri

Kesimpulan Kesimpulan dari Tinjauan literatur ini mendeskripsikan program IPS (Individual
Penelitian Placement and Support), output vokasional dan non vokasional pada penderita
gangguan jiwa. Sebagian besar lliteratur yang berfokus mengenai IPS antara tahun
berupa studi kualitatif, original research dan scoping review. Hasilnya ditemukan 5
tahap program dukungan bekerja, output balai kerja terlindung (IPS), rentang
waktu evaluasi, efektifitas kerja pasien di balai kerja terlindung IPS, dan adaptasi
individu. Proses kesembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa juga tidak
terlepas dari kegiatan yang terdapat dalam program rehabilitasi dan vokasi di IPS.
Harapannya program dukungan bekerja ini dapat dioptimalkan di Indonesia dan
meginspirasi terbentukan balai kerja terlindung sebagai jembatan antara penderita
gangguan jiwayang sudah stabil dengan dunia kerja UMKM. (Akasyah & Santosa,
2022)

Sumber:

Akasyah, W., & Santosa, W. R. B. (2022). Individual Placement And Support Untuk Orang
Dengan Gangguan Jiwa: Studi Literatur. Journal of Nursing and Health (JNH), Volume 7 N,
82–90.
Hidayah, N., Rahmawati, N., & Nisma, N. (2022). The Role of a Supportive Environment in
Recovery From Schizophrenia: A Literature Review. KnE Medicine, 2022, 277–288.
https://doi.org/10.18502/kme.v2i2.11091

Anda mungkin juga menyukai