Anda di halaman 1dari 5

REVIE JURNAL

RECOVERY AMONG PEOPLE WITH MENTAL IIINES (PMI)


AS PERCEIVED BY THE CAREGIYERS IN ISLAMIC BOARDING SCHOLOL
IN INDONESIA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Oleh:
Dody Alpayet :

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
2021
Jum’at, 09 April 2021
Nama Jurnal: Nurse Media Journal of Nursing
Judul Jurnal :Recovery among People with Mental Illness (PMI) as Perceived by the
Caregivers in Islamic Boarding School (IBS) in Indonesia
Volume, Nomor, Halaman : 5 (2), 67- 75
Tahun : 2015
Penulis Jurnal : Widodo sarjana, alifiati fitrikasari, Sri fadma sari

Abstrak
Latar belakang: rumah sakit jiwa sebagai tempat rehabilitas penderita gangguan jiwa dalam
( PMI) di Indonesia jumlahnya terbatas dan tidak sesuai dengan jumlah PMI. Masyarakat
dapat berkontribusi dalam memfasilitasi tempat pemulihan dan rehabilitas PMI termasuk
pesantren. Beberapa pesantren menyediakan PMI untuk membantu proses pemulihan.
Pemulihan merupakan aspek penting untuk menilai keberhasilan rehabilitas PMI. Meski
demikian belum ada Penelitian yang dilakukan pondok pesantren terhadap pemulihan PMI.
Tujuan; penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi presepsi pemulihan dari pengasuh
yang menangani PMI di pesantren dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemulihan.
Metode: data diperoleh dari 3 pondok pesantren memberikan rehabilitasi bagi PMI dengan
focus group discussion (FGD). Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Hasil : memiliki komunikasi yang baik merupakan kriteria pemulihan yang disebutkan dalam
kebanyakan oleh pengasuh ada tiga faktor terbesar yang mempengaruhi pemulihan
berdasarkan pengasuh seperti doa atau agama diikuti dengan dukungan sosial dari keluarga
dan lingkungan dan juga melakukan aktivitas.
Kesimpulan: Hasil PMI mungkin menggambarkan kesembuhan para penyedia layanan
kesehatan dapat memberikan intervensi yang dapat mendukung proses pemulihan di PMI.

A. Pendahuluan
Prevalensi gangguan jiwa termasuk gangguan mental berat seperti skizofrenia
dan gangguan mental emosional tergolong tinggi di di Indonesia. Berdasarkan data
nasional penelitian kesehatan 2013 prevalensi gangguan mental emosional di seluruh
dunia adalah 6% sedangkan gangguan jiwa berat sebesar 1%. Di Jawa tengah
gangguan ji jiwa meningkat dari tahun 2007 hingga 2011 dari 0,409% menjadi 7, 8%.
data dari rumah sakit jiwa (RMH) Dr amino gondohutomo Semarang menyebutkan
jumlah pasien rawat inap sebanyak 3914 dengan 99% menderita skizofrenia dan
gangguan mental emosional.
Orang dengan gangguan jiwa memiliki beberapa gejala bentuk gangguan jiwa
seperti psikosis halusinasi dan delusi gangguan bicara kehilangan motivasi dan
gangguan kognitif. Beberapa gejala tersebut dapat menyebabkan disfungsi sosial dan
kerja kurangnya hubungan interpersonal penurunan perawatan pribadi dan mortalitas
atau morbiditas. Tidak hanya itu orang yang menderita kelainan ini juga mempunyai
penyakit kedua yaitu reaksi lingkungan sosial atau stigma masyarakat sering
melibatkan orang gila sehingga membuat PMI merasa malu kepada masyarakat
memiliki harga diri yang rendah dan tidak adanya harapan. Dengan adanya stigma ini
maka mengakibatkan isolasi sosial ketidak ketiadaan kesempatan kerja dan
diskriminasi sosial terhadap PMI, semua ini berdampak pada menurunnya kualitas
hidup PMI. beberapa orang yang memiliki penyakit mental juga menderita pasung
atau pengetahuan fisik karena perasaan keluarga atau masyarakat terganggu dengan
kehadiran mereka. Ada setidaknya dua terapi yang bisa digunakan untuk PMI yaitu
terapi farmakologi dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis adalah seperti
agen antipsikotik efektif dalam meredakan gejala skizofrenia seperti delusi halusinasi
ucapan dan pengaruh yang tidak pantas sedangkan terapi non farmakologis atau terapi
psikososial pada badak badak badak skizofrenia adalah psiko kognitif
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
fenomenologi. Sedangkan untuk pengumpulan datanya menggunakan kuesioner yang
berisikan identitas diri dan fokus grup diskusi (FGD). Sedangkan analisis pada
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk meninjau secara menyeluruh.

C. Hasil dan Pembahasan


Pemulihan adalah suatu proses yang unik yang terjadi pada setiap individu.
Definisi pemulihan yang terjadi pada penderita gangguan mental atau PMI yang
ditemukan di sebagian besar Penelitian adalah kemampuan berkomunikasi tidak
hanya itu pemulihan ini juga didukung dengan perilaku seperti orang normal dan
kooperatif. Definisi ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan
bahwa pemulihan merupakan hasil dengan tingkat yang rendah psikopatologi dan
keparahan gejala yang ada seperti berbicara dan berperilaku. Pemulihan yang
diterapkan oleh sebagian besar para pengasuh pondok pesantren masih berfokus pada
pemulihan klinis atau psikopatologi tingkat rendah atau kurangnya gejala mental
kekacauan. Menurut para partisipan penelitian faktor yang mempengaruhi
kesembuhan adalah terapi yang dilakukan oleh pesantren seperti salat keluarga dan
dukungan lingkungan melakukan aktivitas keyakinan untuk pulih dan minum obat.
Beberapa pengasuh pada pesantren yakin bahwa terapi yang diberikan kepada
PMI selama tinggal di pesantren berkontribusi besar dalam proses pemulihan PMI
menggunakan metode dan kegiatan keagamaan yang dilakukan di pesantren kepada
PMI. Terapi yang digunakan kan adalah menunjukkan kegiatan keagamaan seperti
Shalat berjamaah, pembacaan AlQuran, review tentang cerita hikmah, permohon ingat
kepada Tuhan, serta belajar dan bimbingan individu, cara ini terbukti efektif untuk
pemulihan.Selain itu doa juga merupakan bagian dari spiritualitas yang bermanfaat
bagi kesembuhan PMI. Dengan menggunakan metode ini maka hasil yang bisa
didapatkan selama tinggal di pesantren adalah sebagai berikut:
1. Definisi spritual tentang kedekatan dengan Allah dan religius dengan
kegiatan yang semakin konsisten
2. Manfaat spiritualitas untuk pemulihan dari penyakit mental,
manajemen gejal,a perubahan perilaku, emosional, serta perubahan dan
perhatian untuk masa depan. Spritualitas berperan penting bagi pasien
termasuk membantu pemulihan PMI
Pengasuh juga meminta dukungan dari keluarga serta lingkungan sebagai
pengaruh penting untuk pemulihan PMI selama tinggal di pesantren. Karena beberapa
pengasuh juga memiliki keluhan yaitu kurangnya dukungan dari keluarga dan
lingkungan, menurut nya dukungan dari orang-orang sekitar dapat meningkatkan
pemulihan dan kualitas hidup PMI.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi, permohonan dan
sebagainya lebih berperan penting dibandingkan dengan obat-obatan. Hal ini justru
bertentangan dengan penelitian sebelumnya di negara lain yang menyatakan bahwa
kepatuhan pengobatan dan jenis pengobatan yang diberikan merupakan prediktor
untuk pemulihan. Beberapa pesantren yang ada di Indonesia menyediakan rehabilitas
PMI tidak dengan menggunakan pengobatan serupa seperti pada penelitian
sebelumnya melainkan hanya menggunakan terapi dan doa yang dianggap bermanfaat
bagi proses pemulihan PMI
D. Kesimpulan
penelitian ini mencerminkan persepsi kesembuhan orang dengan penyakit jiwa
atau PMI menurut para pengasuh yang merawat PMI di pesantren. Mereka pun
berpendapat bahwa pemulihan memiliki beberapa karakteristik diantaranya terdapat
tiga karakteristik yang paling menonjol yaitu berkomunikasi dengan baik diikuti
dengan perilaku seperti orang normal dan kooperatif. Dan menurut para pengasuh IBS
proses penyembuhan adalah dengan doa, keluarga, dan dukungan lingkungan, serta
melakukan aktivitas, keyakinan untuk pulih, dan minum obat. Ada tiga tema yang
didapat dari penelitian ini yaitu definisi spiritual, spiritual pengalaman, dan efeknya.
Hasil dari penelitian ini merekomendasikan agar penyedia perawatan
kesehatan mental dapat berdiskusi tentang edukasi penyakit jiwa kepada pengasuh
iibs mengingat adanya IBS di Indonesia yang memberikan rehabilitas bagi. Selain itu,
penyedia layanan kesehatan atau RS jiwa diharapkan dapat memberikan terapi dan
fasilitas ritual bagi PMI peningkatan spiritual karena permohonan dan kondisi virtual
dapat membantu PMI pada proses pemulihan ini merupakan perspektif pengasuh yang
tinggal di IBS
E. Kelebihan
Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai salah satu metode yang bisa
digunakan untuk proses pemulihan bagi penderita PMI yaitu dengan terapi yang yang
dilakukan melalui pendekatan diri kepada Tuhan dan itu dilakukan di dalam pondok
pesantren metode ini diyakini bisa membantu pemulihan tanpa menggunakan obat-
obatan.
F. Kekurangan
penjelasan diatas sangat bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
terutama penelitian yang ada di luar negeri karena menurut penelitian sebelumnya nya
nya kepatuhan pengobatan dan jenis pengobatan lah berpengaruh untuk pemulihan
penderita PMI.
G. Saran
diharapkan kepada pihak rumah sakit bisa diskusi dengan para pengasuh di IBS untuk
bisa memberikan fasilitas spritual untuk meningkatkan kan pemulihan PMI.

Anda mungkin juga menyukai