KONSEP RECORVERY
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Assalamualaikum wr.wb
Syukur Alhamdulillah Kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas berkat rahmat
dan Inayah-Nya terutama rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga Kami dapat menyusun
makalah tentang “ Konsep Recovery”
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain adalah untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban pada mata kuliah “Keperawatan Jiwa II” serta merupakan bentuk
tanggung jawab langsung penulis pada tugas yang diberikan. Makalah ini akan membahas
tentang Konsep Recovery,Karakteristik recovery, model recovery, dan supportive environment
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, terdapat banyak hambatan yang
dihadapi, namun dengan ketabahan dan kerja keras serta dengan bantuan dari teman- teman
sehingga Alhamdulillah segala sesuatu dapat teratasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan kita semua.
Kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..….. I
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. MODEL RECORVERY
B. KARAKTERISTIK RECORVERY
C. MODEL RECORVERY
D. SUPPORTIVE ENVIRONMENT
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Balai kesehatan jiwa yang dibentuk direncanakan bertujuan untuk memberikan
wadah transisi bagi penderita gangguan jiwa sebelum dapat benarbenar kembali ke
tengah-tengah masyarakat. Para penderita ini diberdayakan dan diberi bekal untuk hidup
di masyarakat sebagai mantan penderita gangguan jiwa. Selain itu, balai kesehatan jiwa
ini juga menyediakan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat umum. Sejauh ini,
masyarakat umum mengetahui pelayanan kesehatan jiwa hanya pada rumah sakit jiwa,
dan tempat-tempat praktek psikiatri yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat itu
sendiri. Gangguan jiwa dapat menyerang siapa saja, karena pada dasarnya setiap manusia
memiliki perbedaan faktor psikologis dimana pada titik tertentu dapat dikatakan
mengalami gangguan atau abnormal. (Zhafran et al., 2017) .
Menanggapi masalah-masalah tersebut, balai kesehatan jiwa yang dirancang ini
berupaya untuk mendekatkan dan memberi wadah bagi masyarakat umum dan penderita
gangguan jiwa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa serta berinteraksi dengan
tujuan pengurangan dan menghilangkan stigma negatif yang melekat diantara kedua
belah pihak. Pola Perilaku pengguna juga dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan
diterima dari lingkungan (Joyce Marcella Laurens, 2004).
Beberapa kasus telah membuktikan bahwa pasien gangguan jiwa kembali kambuh
setelah dipulangkan kerumahnya karena kondisi lingkungan rumahnya dianggap tidak
kondusif dan justru memberikan rangsangan buruk. Untuk mendukung upaya penciptaan
kesehatan jiwa dan kesejahteraan hidup masyarakat, Healing Environment diterapkan
guna menciptakan lingkungan yang kondusif dan supportive bagi kesehatan jiwa
manusia.
Menurut (Suhermi & Fatma, 2019) Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang
mendapatkan dukungan tepat, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang
memuaskan serta produktif. Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem
recovery yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari
recovery didefinisikan oleh individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan
jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam kehidupannya Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang
bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kemampuan diri.
B. Rumusan Masalah
Orang dengan gangguan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam sekumpulan gejala dan/atau
perubahan perilaku yang bermakna.(Rinawati, 2017).
3) Karakteristik Recorvery
Selanjutnya muncul redefinisi tentang recovery yang lebih humanistic yang
memiliki 10 kharakteristik seperti yang dikemukakan oleh Bellack (2006) dengan ciri
tertentu yaitu;
1. Self direction
2. Individualized and person centered
3. Empowerment
4. Holistic
5. Non linier
6. Strengths-based
7. Peer support
8. Respect
9. Responsibility
10. Hope
4) Model Recovery
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila
ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata
tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya
penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak
tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar
berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada
fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada
masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa
mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam
keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah
sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal
ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang
khusus.
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami
seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun
rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin
hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain
sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan
perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu
munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which
cause anxiety and symptom).Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep
model ini adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial)Peran perawat dalam memberikan terapi
menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber
yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.
Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di
kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki
kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-
image-nya. Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang
dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship),
memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan
kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima
jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain
(encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan
mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana
yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks
meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus
penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim
medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist
berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan
diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunak.
5) Supportive Environment
Defenisi Supportive Terapi suportif merupakan bentuk terapi yang dapat
dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada individu dengan
masalah isolasi sosial di tatanan rumah sakit. Hasil penelitian mengindikasikan
peer support (dukungan kelompok) berhubungan dengan peningkatan fungsi
secara psikologis dan beban keluarga, sedangkan mutual support (dukungan yang
bermanfaat) adalah suatu proses partisipasi dimana terjadi aktifitas berbagi
berbagai pengalaman (sharing experiences), situasi dan masalah yang difokuskan
pada prinsip memberi dan menerima, mengaplikasikan keterampilan swabantu
(self help) dan pengembangan pengetahuan (Purwanti, 2017).
Environment atau lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang
mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral,
serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. (Nabila, 2017).
Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh
terhadap penyembuhan pasien ganguan jiwa Terapi lingkungan(terapi Milleu)
didefinisikan sebagai tujuan penggunaan lingkungan untuk tujuan terapeutik.
setiap interaksi dengan pasien terlihat memiliki hasil yang berpotensi
menguntungkan dalam mempromosikan fungsi optimal.
4. Plant therapy
BAB III
PENUTUP
1) Kesimpulan
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna
di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya. Aspek terpenting
dari recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan
kesehatan jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam kehidupannya. Recovery
gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan
kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan
diri. Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi :
tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan
penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan
penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Keperawatan
termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan menggabungkan
banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan
jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat
hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan.
2) Saran
Sebagai masyarakat hendaklah kita menerima kembali orang dengan gangguan jiwa yang
telah sehat dan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial agar mereka merasa
berarti kembali dan sebagai seoarang perawat hendakalah kita memberiakan yang aman dan
nyaman pada pasien saat pemberian terapi agar yang diberiakan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ods, S., Ruang, D. I., & Inap, R. (2018). Gambaran recovery pada orang dengan
skizofrenia (ODS) di ruang rawat inap RSJD DR. Amino Gondohutomo Semarang (Issue
April).
Miranti, D., Pratikno, H., & Pumpungan. (2019). Supportive Therapy Sebagai Media
Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Pada Pasien Skizofrenia Paranoid. 2, 173–179.
Suhermi, & Fatma, J. (2019). Dukungan Keluarga dalam Proses Pemulihan Orang
dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Jurnal Kesehatan Suara Forikes, 10(April), 109–111.
Tania, M., Suryanti, & Hernawaty, T. (2019). Pengalaman Hidup Kader Kesehatan dalam
Mendukung Proses Recovery di Melong Kota Cimahi. Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No.
1, VII(1), 100–110.