Anda di halaman 1dari 27

ASKEP SEHAT JIWA

SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN DEWASA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Jiwa I
Dosen Pembimbing : Ns. Bunga Permata Wenny, M. Kep

Oleh Kelompok 3:

Gina Fayzah Zein (1911311005)


Berliana Sintya Putri (1911311008)
Monika Diara Putri (1911311014)
Apriannur (1911311017)
Herma Desmillenia Bintari Lijang (1911311020)
Westy Ayuningtyas (1911311023)
Dinda Yunisel (1911311032)
Rotua Lastri Manurung (1911311035)
Siti Masitah (1911311041)
Nur Afni Eka Fitri (1911312059)
Khairunnisa Hazira (1911313001)
Fajar Audio (1911313028)
Kelas : 2A’2019
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa I. Makalah ini memuat
tentang “Askep Sehat Jiwa Sepanjang Rentan Kehidupan Dewasa”. Makalah ini tidak akan
selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak..
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkaitan dalam
proses penyelesaian makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu ada kurang dan
salahnya, sehingga penulis memiliki harapan besar kepada pembaca agar memberikan kritik
dan saran yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

Padang, 22 Februari 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................4
1. Latar belakang...............................................................................................................4
2. Tujuan penulisan............................................................................................................6
3. Manfaat Penulisan.........................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................................7
2.1 Konsep Usia Dewasa.....................................................................................................7
2.1 Perkembangan Psikososial Erikson................................................................................8
2.3 Perubahan Fisik Usia Dewasa Awal.............................................................................10
2.4 Perubahan Pada Dewasa Menengah.............................................................................13
BAB III..................................................................................................................................17
3.1 Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa..................................17
3.2 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa (Dewasa).................................................................23
BAB IV...................................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................25
4.2 Saran............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Dewasa ini sering kita jumpai masalah- masalah yang harus kita hadapi, masalah
tersebut bisa berasal dari faktor- faktor internal dan eksternal. dan respon seorang
individu terhadap setresor berfariasi sesuai dengan kondisi masing-masing. salah satu
respon perilaku yang muncul adalah isolasi sosial yang merupakan salah satu gejala
negatife pasien psikotik. (Keliat. 2002).

Gangguan jiwa adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yg disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari
fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan ketegangan-ketegangan sehingga
muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, suatu organ, atau
sistem kejiwaan mental (Erlinafsiah, 2010).

Menurut WHO, jika 10 persen dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa
maka harus mendapat perhatian karena termasuk rawan kesehatan jiwa. Sejalan dengan
paradigma sehat yang dicanangkan Departemen Kesehatan yang lebih menekankan
upaya proaktif-melakukan pencegahan daripada menunggu di rumah sakit- kini orientasi
upaya kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Upaya itu
melibatkan banyak profesi, selain psikiater/dokter juga perawat, psikolog, sosiolog,
antropolog, guru, ulama, jurnalis, dan lainnya. Penanganan kesehatan jiwa bergeser dari
hospital base menjadi community base.

Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan


menggunakan diri sendiri sebagai alat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien. Strategi dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan
sikap dan perilaku klien. Perawat yang konstruktif pada klien dan membantu klien
berespons secara adaptif dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya
(Riyadi & purwanto, 2009)

4
Center for mental health services (CMHS) secara resmi mengakui keperawatan
kesehatan jiwa adalah salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. American nurses
association (ANA) sependapat dengan CMHS, yang menjelaskan bahwa keperawatan
kesehatan jiwa merupakan area khusus dalam praktik keperawatan yang menggunakan
ilmu perilaku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri (ekspresi, gerak
tubuh, bahasa, tatapan mata, sentuhan, dan nada suara) secara terapeutik sebagai kiatnya
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental pasien dan masyarakat
dimanapun berada.

Caroline (dalam Prabowo,2014) memperjelas bahwa keahlian keperawatan


kesehatan jiwa adalah merawat seseorang dengan penyimpangan mental dimana perawat
harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan (peka, mau mendengar, tidak
menyalahkan, dan memberikan dorongan) untuk menemukan kebutuhan dasar pasien
yang terganggu seperti kebutuhsn fisik, aman dan nyaman, kebutuhan mencintai dan
dicintai, harga diri, dan aktualisasi diri.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus pasien
dengan judul: “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada pasien dewasa”.

2. Tujuan penulisan

1) Tujuan umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan jiwa terhadap pasien

2) Tujuan khusus
a) Melakukan pengkajian pada kasus kesehatan jiwa pasien dewasa
b) Menetapkan diagnosa keperawatan pada kasus kesehatan jiwa pasien dewasa
c) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan kasus kesehatan jiwa
pasien dewasa
d) Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien pada kasus kesehatan
jiwa pasien dewasa
e) Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien pada kasus
kesehatan jiwa pasien dewasa

5
3. Manfaat Penulisan

1) Bagi institusi
Menjadi tambahan wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar
terhadap pemberian pada kasus asuhan keperawatan jiwa dengan pada kasus
kesehatan jiwa pasien dewasa

2) Bagi lahan praktik


Dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan pelayanan di
bidang keperawatan khususnya pada kasus kesehatan jiwa pasien dewasa

3) Bagi masyarakat
Menjadikan wacana dan sumber pengetahuan dalam proses memberikan perawatan
jiwa

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usia Dewasa

2.1.1 Pengertian Usia Dewasa


Istilah dewasa berasal dari bahasa Latin, yaitu adultus yang berarti tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Seseorang
dikatakan dewasa adalah apabila dia mampu menyelesaikan pertumbuhan dan
menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang dewasa lainnya
(Pieter & Lubis, 2010). Seseorang dikatakan dewasa apabila telah sempurna
pertumbuhan fisiknya dan mencapai kematngan psikologis sehingga mampu hidup
dan berperan bersama-sama orang dewasa lainnya (Mubin & Cahyadi, 2006).

2.1.2 Pembagian Usia Dewasa

Menurut Erikson dalam Upton (2012), usia dewasa dibagi menjadi tiga tahap
antara lain: 1) Masa dewasa awal (19 hingga 40 tahun), 2) Masa dewasa
menengah (40 hingga 65 tahun), 3) Masa dewasa akhir (65 hingga mati).

2.1.3 Ciri-ciri Usia Dewasa

Menurut Anderson dalam Mubin & Cahyadi (2006), seseorang yang sudah
dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego


2. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang
efisien
3. Dapat mengendalikan perasaan pribadinya
4. Mempunyai sikap yang objektif
5. Menerima kritik dan saran
6. Bertanggung jawab
7. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistis dan yang baru
2.2 Perkembangan Psikososial Erikson

Ada tiga tahapan perkembangan psikososial pada usia dewasa antara lain:

1. Keintiman vs isolasi (intimacy versus isolation) adalah tantangan pada usia dewasa
7
muda, hal terpenting pada tahap ini adalah adanya suatu hubungan (Erikson 1902-
1994 dalam Wade & Tavris, 2008). Masa dewasa awal (young adulthood) ditandai
adanya kecenderungan intimacy dan isolation. Pada tahap ini individu sudah mulai
selektif membina hubungan yang intim, hanya dengan orang-orang tertentu yang
sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang
intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan orang
lainnya.

Pemahaman dalam kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya


kerjasama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki
pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai
kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan
tumbuh sifat merasa terisolasi. Adanya kecenderungan maladaptif yang muncul
dalam periode ini ialah rasa cuek, dimana seseorang sudah merasa terlalu bebas,
sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memedulikan dan merasa
tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan sahabat,
tetangga, bahkan dengan orang kekasih kita. Sementara dari segi lain (malignansi)
akan terjadi keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi atau
menutup diri sendiri dari cinta, persahabatan, dan masyarakat, selain itu dapat juga
muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang
dirasakan.

Orang dewasa muda perlu membentuk hubungan dekat dan cinta dengan orang
lain. Cinta yang dimakdsud tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih
namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain. Ritualisasi
yang terjadi pada tahap ini yaitu adanya afilisiasi dan elitism. Afilisiasi
menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk
mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, dan kekasih. Sedangkan
elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan selalu menaruh curiga
terhadap orang lain. Keberhasilan memunculkan hubungan kuat, sedangkan
kegagalan menghasilkan kesepian dan kesendirian (Erikson dalam Sumanto, 2014).

2. Generativitas vs stagnasi (generativity versus stagnation) adalah tantangan pada


masa paruh baya. Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan (Erikson
1902- 1994 dalam Wade & Tavris, 2008). Pada tahap ini salah satu tugas untuk

8
dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan
sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnansi).

Orang dewasa perlu menciptakan atau memelihara hal-hal yang akan menjadi
penerus hidup mereka, kerap dengan memiliki anak atau menciptakan suatu
perubahan positif yang memberi manfaat bagi orang lain. Melalui generativitas
akan dapat dicerminkan sikap memerdulikan orang lain, sedangkan stagnasi yaitu
pemujaan terhadap diri sendiri atau digambarkan dengan tidak perduli dengan siapa
pun.

Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu perduli, sehingga


mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang
ada adalah penolakan, dimana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam
lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya di tengah-tengah area
kehidupannya kurang mendapat sambutan yang baik.

Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara
generativitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif. Ritualisasi dalam tahap ini
meliputi generasional dan otoritisme. Generasional ialah suatu interaksi/hubungan
yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-orang yang berada pada
usia dewasa dan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu apabila orang dewasa
merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami
serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa,
sehingga hubungan di antara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung
dengan baik dan menyenangkan (Erikson dalam Sumanto, 2014). Keberhasilan
mendorong perasaan kebergunaan dan pencapaian, sedangkan kegagalan
menghasilkan keterlibatan yang rendah di dunia (Upton, 2012).

3. Integritas ego vs keputusasaan (ego integrity versus despair) adalah tantangan akhir
dari masa lanjut usia (Erikson 1902-1994 dalam Wade & Tavris, 2008). Hal
terpenting pada masa ini ialah adanya refleksi atas kehidupan. Saat beranjak tua,
orang berusaha mencapai tujuan akhir yaitu kebijaksanaan, ketenangan spiritual,
dan penerimaan dalam hidup. Orang dewasa akhir perlu melihat ke belakang dalam
kehidupan mereka dan merasakan suatu rasa pemenuhan. Keberhasilan tahap ini
mendorong perasaan arif, sedangkan kegagalan menghasilkan penyesalan,

9
kepahitan, dan keputusasaan (Upton, 2012).

2.3 Perubahan Fisik Usia Dewasa Awal

2.3.1 Perubahan fisik

Pada fase dewasa awal kesehatan fisik mencapai puncaknya terutama pada
usia 23-27 tahun. Kesehatan fisik berada dalam keadaan baik serta kekuatan tenaga
dan motorik mencapai masa puncak (Mubin & Cahyadi, 2006). Menurut potter &
Perry (2009), orang dewasa awal biasanya sangat aktif, jarang mengalami penyakit
parah (jika dibandingkan kelompok usia tua), cenderung mengabaikan gejala fisik,
dan sering menunda pencarian pelayanan.

2.3.2 Perubahan Kognitif

Kemampuan berpikir kritis meningkat secara teratur selama usia dewasa awal
dan pertengahan. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup,
dan kesempatan untuk bekerja dapat meningkatkan konsep diri, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan keterampilan motorik individu. Mengenali bidang
pekerjaan yang sesuai merupakan tugas utama individu dewasa awal. Saat individu
mengetahui keterampilan, bakat, dan karakteristik personal mereka, maka pilihan
pendidikan dan pekerjaan akan menjadi mudah dan lebih memuaskan. Proses
pengambilan keputusan dalam masa dewasa awal harus bersifat fleksibel. Hal ini
disebabkan karena masa dewasa awal terus berkembang dan harus terlibat dalam
perubahan dalam perubahan rumah, tempat kerja. Dan tempat tinggal pribadi. Orang
muda meresa lebih aman dengan perannya serta lebih fleksibel dan terbuka terhadap

perubahan. Individu yang merasa tidak aman cenderung mengalami kesulitan dalam
membuat keputusan (Potter & Perry, 2009 ).

2.3.3 Perubahan Psikososial

Kesehatan emosi pada masa dewasa awal berhubungan dengan kemampuan


individu untuk menempatkan dan memisahkan antara tugas pribadi dan tugas sosial.
Dewasa awal biasanya terperangkap antara keinginan untuk memperpanjang rasa
tidak tanggung jawabnya sewaktu remaja, tetapi juga ingin dianggap sebagai orang
dewasa. Di antara usia 23-28 tahun, individu mulai memperbaiki persepsi diri dan

10
kemampuannya untuk akrab dengan orang lain. Di usia 29-34 tahun, individu
mengarahkan banyak energi pada pencapaian dan penguasaan dunia sekitar.
Sedangkan usia 35-43 tahun merupakan waktu ujian terkuat dalam mencapai tujuan
dan hubungan hidup. Individu membuat perubahan dalam diri sosial, dan tempat
kerjanya. Biasanya stres akibat ujian yang berulang bisa menyebabkan krisis paruh
baya atau midlife crisis, dimana terjadi perubahan pada pasangan pernikahan, gaya
hidup, dan pekerjaan. Perubahan psikososial yang terjadi pada usia dewasa awal
dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:

1. Karier

Keberhasilan dalam pekerjaan merupakan hal penting bagi kehidupan pria


dan wanita. Keberhasilan kerja tidak hanya berupa keamanan segi ekonomi, tapi
juga hubungan pertemanan, kehidupan sosial , dan penghargaan terhadap rekan
kerja.

Jumlah keluarga dengan dua karir (two-career families) saat ini mengalami
peningkatan. Jenis keluarga seperti ini memiliki keuntungan sekaligus tanggung
jawab. Selain adanya peningkatan keuangan keluarga, individu yang bekerja di luar
rumah juga dapat mengembangkan hubungan pertemanan, kegiatan, dan keinginan.
Namun, kondisi tersebut juga dapat menimbulkan stress yang disebabkan oleh
perpindahan ke kota yang baru, peningkatan biaya, mental, atau emosional,
kebutuhan perawatan anak atau kebutuhan rumah tangga. Untuk menghindari stres
ini pasangan harus berbagi tanggung jawab. Bagi beberapa keluarga,
penyelesaiaannya adalah membatasi biaya rekreasi dan menggantinya dengan
membayar seorang pembantu untuk melakukan pekerjaan rumah.

2. Seksualitas

Perkembangan karakteristik seksual sekunder terjadi selama usia remaja.


Perkembangan fisik biasanya disertai dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas
seksual. Pada individu dewasa awal, kemampuan fisik biasanya juga dilengkapi
dengan kematangan emosional, sehingga lebih dapat membangun keakraban dan
kematangan hubungan seksual. Individu dewasa awal yang gagal mencapai tugas
perkembangan integrasi personal biasanya hanya dapat membangun hubungan yang
tidak mendalam dan sementara (Fortinash dan Holoday Worrer, 2004 dalam Potter &
11
Perry, 2009).

3. Masa Lajang

Tekanan sosial untuk menikah tidak sebesar zaman dulu. Banyak individu
dewasa awal yang tidak menikah sampai akhir usia 20-an, awal usia 30-an, bahkan
ada yang tidak sama sekali. Bagi individu yang memutuskan untuk hidup melajang,
maka yang menjadi bagian penting dalam hidupnya adalah orang tua dan saudara
kandungnya. Beberapa individu menjadikan teman dekat dan kerabatnya sebagai
keluarga. Salah satu penyebab meningkatnya populasi individu yang hidup melajang
adalah karena semakin luasnya kesempatan berkarier bagi wanita. Sebagian besar
individu lajang memilih untuk hidup bersama di luar pernikahan, menjadi orang tua
biologis, atau melakukan adopsi.

4. Masa Menjadi Orang Tua

Ketersediaan alat kontrasepsi saat ini memudahkan pasangan untuk


memutuskan kapan akan memulai membentuk sebuah keluarga. Salah satu faktor
yang mempengaruhi keputusan ini adalah alasan untuk memiliki anak. Tekanan sosial
dapat mendorong pasangan untuk membatasi jumlah anak yang mereka miliki.
Pertimbangan ekonomi seringkali mempengaruhi proses pengambilan keputusan
karena memiliki dan membesarkan anak-anak membutuhkan biaya mahal. Status
kesehatan umum dan lansia juga mempengaruhi keputusan untuk menjadi orang tua,
karena pasangan menunda pernikahan dan kehamilan.

2.3.4 Kesehatan Psikososial

Masalah kesehatan psikososial pada individu dewasa awal biasanya


berhubungan dengan pekerjaan dan stressor dari keluarga. Stres dapat berguna karena
dapat memotivasi klien untuk berubah. Namun, jika stres berkepanjangan dan klien
tidak mampu beradaptasi dengan stresor, maka akan menimbulkan masalah
kesehatan.

Stres Pekerjaan. Stres pekerjaan dapat terjadi tiap hari atau dari waktu ke
waktu. Sebagian besar individu dewasa awal dapat mengatasi krisis tersebut. Stres
pekerjaan dapat terjadi saat datangnya seorang bos baru, batas waktu (deadline) sudah
dekat, mendapatkan tanggung jawab menjadi lebih besar. Stres individu juga dapat
terjadi saat individu merasa tidak puas dengan pekerjaan atau tanggung jawab yang
12
diberikan. Karena individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tipe stresor
pekerjaan yang dihadapi tiap klien juga berbeda.

Stres Keluarga. Karena perubahan hubungan dan struktur dalam keluarga


individu muda yang beragam, maka frekuensi terjadinya stres juga meningkat. Stresor
situasional terjadi pada peristiwa seperti kelahiran, kematian, sakit, pernikahan, dan
kehilangan pekerjaan. Stres biasanya terkait dengan beberapa variabel, termasuk
pilihan karier suami/ istri dan penyebab disfungsi dalam keluarga individu dewasa
awal.

Setiap keluarga memiliki peran atau tugas tertentu bagi anggotanya. Peran
tersebut membuat keluarga dapat berfungsi dan menjadi bagian yang efektif dalam
masyarakat. Saat peran tersebut berubah akibat penyakit, maka krisis situasional
dapat terjadi (Potter & Perry, 2009).

2.4 Perubahan Pada Dewasa Menengah

2.4.1 Perubahan fisik

Banyak dari para dewasa madya mengalami kecemasan pada penampilan


fisik yang pada akhirnya akan mengganggu relasi dengan pasangannya (Pieter &
Lubis, 2010). Perubahan yang paling terlihat adalah rambut memutih, kulit keriput,
dan penebalan pinggang. Sering sekali perubahan fisiologis selama masa dewasa
menengah berdampak pada konsep diri dan bentuk tubuh (Potter & Perry, 2009).
Badan yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat disembuhkan atau ditutup-tutupi
sama berbahayanya bagi penyesuaian diri pribadi dan sosial pada masa dewasa dini
seperti masa kanak-kanak dan remaja.

Orang dewasa yang mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk tidak
dapat mencapai keberhasilan maksimum mereka dalam pekerjaan atau pergaulan
sosial. Sebagai akibatnya mereka selalu frustasi, semakin sering mereka melihat
orang yang sebenarnya berpotensi kurang dari mereka berhasil, semakin besar rasa
frustasi mereka (Hurlock, 1980). Beberapa perubahan lainnya dapat terjadi antara
lain; mulai terjadinya proses menua secara gradual, mulai menurunnya kekuatan
fisik, fungsi motorik dan sensoris, terjadinya perubahan-perubahan seksual. Kaum
laki-laki mengalami climacterium dan wanita mengalami menopause (Mubin &

13
Cahyadi, 2006).

2.4.2 Perubahan Kognitif

Perubahan fungsi kognitif pada individu dewasa menengah jarang terjadi, kecuali
jika ada penyakit atau trauma (Potter & Perry, 2009).

2.4.3 Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial pada individu dewasa menengah melibatkan peristiwa


yang diharapkan, seperti anak-anak yang keluar dari rumah, sampai peristiwa yang
tidak diharapkan, seperti perceraian atau kematian seorang teman dekat. Perubahan
psikososial yang terjadi pada usia dewasa menengah dapat dilihat dari beberapa aspek
antara lain:

1. Transisi Karier

Perubahan karier terjadi karena pilihan atau perubahan di tempat kerja atau
masyarakat. Pada dekade terakhir, individu dewasa menengah cenderung berganti
pekerjaan karena berbagai alasan, antara lain keterbatasan pergerakan, penurunan
peluang kerja, atau mencari pekerjaan yang lebih menantang. Pada beberapa kasus
pengurangan tenaga kerja, kemajuan teknologi atau perubahan lainnya mendorong
individu dewasa menengah untuk mencari pekerjaan baru. Bila tidak diantisipasi,
perubahan tersebut dapat menyebabkan stres yang mempengaruhi kesehatan,
hubungan dengan keluarga, konsep diri, dan dimensi lainnya.

2. Seksualitas

Setelah kepergian anak terakhir dari rumah, pasangan akan membangun


kembali hubungan mereka, mencari cara untuk meningkatkan kehidupan pernikahan
dan kepuasan seksual selama usia pertengahan.

3. Psikososial Keluarga

Beberapa faktor psikososial keluarga yang terkait pada dewasa menengah


antara lain:

3.1 Masa lajang

Beberapa individu dewasa menengah memilih untuktetap lajang, tetapi ada


juga yang memilih untuk menjadi orang tua baik secara biologis ataupun adopsi.
Banyak individu dewasa menengah lajang yang memiliki sanak keluarga tapi untuk
14
membentuk sebuah keluarga dengan teman dekat atau teman sekerja.

3.2 Perubahan Status Pernikahan

Terjadinya perubahan status pernikahan selama usia pertengahan adalah


karena kematian istri/suami, perpisahan, perceraian, dan pilihan untuk menikah atau
tidak menikah lagi. Klien yang berstatus janda, akibat perpisahan atau perceraian,
mengalami periode berduka dan kehilangan yang diperlukan untuk beradaptasi
terhadap perubahan status pernikahan. Kesedihan yang normal berlansung melalui
serangkaian fase, dan resolusi kesedihan bisanya menghabiskan waktu hingga
setahun atau lebih.

3.3 Transisi Keluarga

Kepergian anak terakhir dari rumah merupakan suatu stresor. Beberapa orang
tua merasa senang karena bebas dari tanggung jawab mengasuh anak, sedangkan
sebagian lain merasa kesepian atau kehilangan arah karena perubahan ini.

3.4 Perawat Orang Tua yang Berusia Lanjut

Banyak individu dewasa menengah terjepit antara tanggung jawab merawat


anak-anak dan merawat orang tua yang berusia lanjut dan sakit-sakitan. Selanjutnya
individu dewasa menengah menemukan diri mereka berada dalam generasi
campuran, di mana tantangan untuk memberikan perawatan menjadi penuh tekanan.
Kebutuhan keluarga akan pemberi layanan kini terus meningkat. Individu dewasa
menengah dan orang tua berusia lanjut sering mengalami konflik prioritas berkaitan
dengan hubungan mereka, sedangkan individu lanjut usia berusaha untuk tetap tidak
bergantung.

Sebagian besar orang dewasa paruh baya dan orang tua mereka memiliki
hubungan yang dekat dan saling mengasihi didasarkan kepada kontak yang sering
terjadi dan bantuan yang bersifat mutual (Antonucci & Akiyama, 1997; Bengtson,
2001 dalam Papalia, et al., 2013).

2.2.4 Kesehatan Psikososial


Ansietas. Ansietas adalah fenomena krisis kematangan yang berhubungan dengan
perubahan, konflik, dan kontrol terhadap lingkungan. Individu dewasa sering mengalami
ansietas dalam merespon perubahan fisiologis dan psikososial yang terjadi pada usia
15
pertengahan. Ansietas memotivasi individu dewasa untuk meninjau ulang tujuan hidup
dalam menstimulasi produktivitas. Namun, bagi beberapa individu dewasa, ansietas dapat
memicu penyakit psikosomatik dan kematian. Pada kasus ini, individu dewasa menengah
memandang kehidupan sebagai waktu hidup yang tersisa. Secara jelas, penyakit yang
mengancam kehidupan, transisi pernikahan, atau stresor pekerjaan dapat meningkatkan
ansietas klien dan keluarganya.

Depresi. Depresi adalah gangguan suasana hati yang dimanifestasikan dalam


berbagai cara. Meskipun lebih sering ditemukan pada usia antara 22-44 tahun, tetapi dapat
ditemukan juga pada individu dewasa pada usia pertengahan dan ditimbulkan oleh banyak
faktor. Faktor resiko depresi adalah menjadi wanita, kegagalan atau kehilangan di pekerjaan,
sekolah, atau dalam hubungan keluarga, kepergian anak terakhir dari rumah, dan riwayat
keluarga.

Individu yang mengalami depresi ringan menunjukkannya dengan perasaan sedih,


murung, putus asa, jatuh dalam kesedihan, dan penuh dengan air mata. Gejala lainnya adalah
gangguan pola tidur seperti sulit tidur (insomnia) atau tidur yang berlebihan (hipersomnia),
iritabilitas, perasaan tidak berguna, dan penurunan kewaspadaan. Perubahan fisik seperti
penurunan atau penambahan berat badan, sakit kepala, atau selalu merasa lelah walaupun
telah beristirahat juga merupakan gejala depresi. Individu yang mengalami depresi pada usia
pertengahan biasanya mengalami ansietas dengan intensitas sedang sampai berat dan
mengalami keluhan fisik. Perubahan suasana hati dan depresi biasanya terjadi saat
menopause. Penyalagunaan alkohol atau obat dapat membuat depresi semakin berat.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA (DEWASA)

3.1 Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Usia Dewasa

1. Pengertian
Perkembangan tahap dewasa terdiri dari 2 tahap yaitu dewasa muda dan dewasa. Tahap
dewasa muda (intimasi vs isolasi) merupakan tahap perkembangan manusia yang berada
pada 20-30 tahun dan pada usia ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan orang
lain (Erickson, 1963). Pada masa ini penekanan utama dalam perkembangan identitas diri
untuk membuat ikatan dengan oranglain yang menghasilkan hubungan intim. Orang dewasa
mengembangkan pertemanan abadi dan mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam
tugas awal sebuah keluarga. Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini seseorang
berada pada puncak intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk mencari
kepuasan diri tinggi.
Perkembangan tahap dewasa (Generativity Versus Self-Absorption And Stagnation)
adalah tahap perkembangan manusia usia 30 – 60 tahun dimana pada tahap ini merupakan
tahap dimana individu mampu terlibat dalam kehidupan keluarga, masyarakat, pekerjaan,
dan mampu membimbing anaknya. Individu harus menyadari hal ini, apabila kondisi
tersebut tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketergantungan dalam pekerjaan dan keuangan.
2. Pengkajian
2.1 Pengkajian Ners
2.1.1 Dewasa muda
1) Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan orang lain
2) Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertenti (pacar,sahabat)
3) Membentuk keluarga
4) Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi
5) Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
6) Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional
7) Mempunyai konsep diri yang realistis
8) Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
9) Berinteraksi baik dengan keluarga
10) Mampu mengatasi strss akibat perubahan dirinya
11) Menganggap kehidupan sosialnya bermakna

17
12) Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupnya
2.1.2 Dewasa
1) Menilai pencapaian hidup
2) Merasa nyaman dengan pasangan hidup
3) Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
4) Membimbing dan menyiapkan generasi di bawah usianya secara arif dan
bijaksana
5) Menyesuaikan diri dengan orang tuanya yang sudah lansia
6) Kreatif : mempunyai inisiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang
bermanfaat
7) Produktif : mampu menghasilkan sesuatu yang berarti bagi dirinya dan
orang lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan bermanfaat
8) Perhatian dan peduli dengan orang lain : memperhatikan kebutuhan
orang lain.
9) Mengembangkan minat dan hobi.
2.2 Pengkajian Ners Spesialis
2.2.1 Faktor Protektor dan Risiko Biologis
1) Tidak ada riwayat penyakit keturunan
2) Tidak ada riwayat alergi
3) Riwayat status nutrisi baik
4) Tidak mempunyai riwayat penyakit kronik
5) Riwayat imunisasi lengkap
6) Gaya hidup sehat (tidak mengkonsumsi rokok, makan makanan bergizi,
olah raga teratur dll)
7) Tidak mempunyai riwayat penggunaan NAPZA
8) Tidak terpapar mercury, tidak terpapar insektisida, radiasi atau zat kimia
lain
2.2.2 Faktor Protektor dan Risiko Psikologis
1) Mempunyai IQ normal
2) Mempunyai kemampuan komunikasi verbl dan nonverbal yang optimal
3) Mampu membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk
4) Mempunyai pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran untuk
kematangan diri

18
5) Konsep diri positif
6) Mempunyai motivasi tinggi
7) Kebiasaan koping adaptif
8) Mampu menahan diri dari dorongan negatif
9) Tidak ada riwayat gangguan dalam proses tumbuh kembang
2.2.3 Sosial budaya
1) Telah menempuh pendidikan formal
2) Memiliki pendapatan dan mandiri dalam ekonomi
3) Memisahkan diri dari autokritas keluarga
4) Tidak mempunyai nilai budaya yang bertentangan dengan nilai kesehatan
5) Mempunyai nilai religi yang baik
6) Berpartisipasi dalam kegiatan politik yang sehat
7) Mampu berhubungan secara dekat dengan lawan jenis
8) Membentuk keluarga baru, mandiri dan bertanggung jawab sosial
9) Berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
2.3 Tanda dan gejala
2.3.1 Motorik
1) Mengembangkan minat dan hobby
2) Melakukan aktifitas mandiri
3) Berbagi aktifitas dengan pasangan
4) Mengembangkan kemampuan ke arah yang lebih baik
2.3.2 Kognitif
1) Menilai pencapaian hidup
2) Inisiatif tinggi
3) Mempunyai ide-ide yang bermanfaat
4) Menerima perubahan fisik dan psikologis (proses penuaan)
2.3.3 Bahasa
1) Mampu menyampaikan pendapat dengan sopan
2) Mampu mengkritik dengan cara yang baik
3) Mampu menyampaikan penolakan dengan cara yang baik
4) Mampu menyampaikan perasaan (isi hati) kepada orang lain dengan cara
yang baik

19
2.3.4 Emosi
1) Arif
2) Bijaksana
3) Mempunyai kebiasaan koping adaptif
4) Mempunyai motivasi tinggi
5) Nyaman dengan pasangan hidup
6) Mampu menahan diri dari dorongan negative
2.3.5 Kepribadian
1) Mengenal kelebihan dan kekurangan diri
2) Mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya
3) Mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki
4) Memanfaatkan sarana dan prasarana dalam menunjang bakat/ potensi/
karir
5) Percaya diri
2.3.6 Perilaku
1) Mengisi waktu luang dengan hal positif
2) Membimbing dan menyiapkan generasi berikutnya
3) Menyesuakan dengan orang tua yang sudah lansia
4) Melakukan hal-hal yang disenangi
2.3.7 Moral
1) Puas menjalani kehidupan
2) Mampu membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk
3) Suka berbuat baik
4) Menolong orang lain yang mengalami kesulitan
5) Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
6) Berperilaku sesuai norma yang ada
7) Mempunyai sopan santun sesuai norma di lingkungan
2.3.8 Spiritual
1) Menganut salah satu agama
2) Mempunyai nilai religi yang baik
3) Rajin menjalankan ibadah
4) Berusaha menghindari perbuatan yang dilarang agamanya

20
2.3.9 Sosial
1) Perhatian terhadap orang lain
2) Peduli dengan kesulitan orang lain
3) Memperhatikan kebutuhan orang lain
4) Bermanfaat bagi lingkungan
5) Mampu berhubungan secara dekat dengan lawan jenis
6) Berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
7) Membina hubungan baik dengan pasangan dan keluarga
2.3.10 Fisiologis
1) Adanya perubahan fisik yang menurun
2) Adanya perubahan psikologis yang menurun
3. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan usia dewasa
4. Tindakan Keperawatan
4.1 Tindakan Keperawatan Ners untuk Klien
4.1.1 Tujuan
1) Individu dewasa mampu memahami karakteristik perkembangan
psikososial yang normal dan menyimpang
2) Individu dewasa mampu memahami cara mencapai perkembangan
psikososial yang normal.
3) Individu dewasa mampu melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial yang normal
4.1.2 Tindakan
1) Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan
menyimpang
2) Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal :
a) Menetapkan tujuan hidup
b) Berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis
c) Berperan serta/ melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat
d) Memilih calon pasangan hidup
e) Menetapkan karier/pekerjaan
f) Mempunyai pekerjaan

21
g) Motivasi dan berikan dukungan pada individu untuk melakukan
tindakan yang dapat memenuhi perkembangan psikososialnya.
4.2 Tindakan Keperawatan Ners untuk Keluarga
4.2.1 Tujuan
1) Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan
perkembangan dewasa yang normal dan menyimpang.
2) Keluarga mampu memahami cara menstimulasi perkembangan dewasa.
3) Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan dewasa.
4) Keluarga mampu merencanakan cara menstimulasi perkembangan
dewasa.
4.2.2 Tindakan
1) Jelaskan kepada keluarga tentang perkembanga dewasa yang normal dan
menyimpang.
2) Diskusikan dengan keluarga mengenai cara memfasilitasi perkembangan
psikososial dewasa muda yang normal.
3) Latih keluarga untuk memfasilitasi perkembangan psikososial dewasa
muda yang normal.
4.3 Tindakan Keperawatan Ners Spesialis
TKT Dewasa: Stimulasi perkembangan Intimasi dan generativity, Hasil penelitian
Agustine (2012) menyatakan terapi kelompok terapeutik; dewasa muda
berpengaruh
terhadap perkembangan intimasi.
Sesi TKT Dewasa terdiri dari 6 sesi antara lain:
a) Sesi 1 : Pengkajian dan diskusi perkembangan Dewasa
b) Sesi 2 : Stimulasi perkembangan biologis dan psikoseksual
c) Sesi 3 : Stimulasi perkembangan kognitif, bahasa, bakat dan kreatifitas
d) Sesi 4 : Stimulasi perkembangan moral dan spiritual
e) Sesi 5 : Stimulasi perkembangan emosi dan psikososial
f) Sesi 6 : Sharing pengalaman setelah latihan stimulasi perkembangan

22
3.2 Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa (Dewasa)

KASUS
Di sebuah klinik x, Seorang klien tn. F umur 24 tahun yang baru saja menikah 1
tahun yang lalu, istrinya sedang mengandung dan usia kandungan istrinya sekarang sudah 7
bulan, klien mengeluh tentang bagaimana dia akan menjadi seorang ayah (kepala keluraga),
dia merasa belum siap menjadi seorang ayah, klien juga merasa cemas dan bingung akan
penghasilannya dari pekerjaanya sebagai karyawan di sebuah perusahaan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.

No Pengkajian Diagnosa
1. Data subjektif : Kesiapan meningkatkan menjadi orangtua
a. Klien mengatakan merasa belum
siap menjadi seorang ayah

Data objektif :
a. Klien tampak bingung akan
perannya sebagai orangtua

Luaran :
a. Klien mampu mengatasi, menerima dan menjalankan perannya sebagai seorang ayah
( kepala keluarga)
Intervensi :
Peningkatan Efikasi Diri
a. Eksplorasi persepsi individu mengenai keuntungan melaksanakan perilaku-perilaku
yang diinginkan
b. Identifikasi persepsi individu mengenai resiko tidak melaksanakan perilaku-perilaku
yang diinginkan
c. Berikan penguatan kepercayaan diri dalam membuat perubahan perilaku dan
mengambil tindakan
d. Berikan contoh atau tunjukan perilaku yang diinginkan
e. Berikan penguatan positif dan dukungan emosi selama proses pembelajaran dan saat
mengimplementasikan perilaku

23
f. Dukung interaksi dengan individu lain yang telah berhasil mengubah perilaku
(misalnya, dukungan kelompok atau berpartisipasi pada pendidikan kelompok).

Implementasi :

a. Mengksplorasi persepsi individu mengenai keuntungan melaksanakan perilaku-


perilaku yang diinginkan
b. Mengidentifikasi persepsi individu mengenai resiko tidak melaksanakan perilaku-
perilaku yang diinginkan
c. Memberikan penguatan kepercayaan diri dalam membuat perubahan perilaku dan
mengambil tindakan
d. Memberikan contoh atau tunjukan perilaku yang diinginkan
e. Memberikan penguatan positif dan dukungan emosi selama proses pembelajaran dan
saat mengimplementasikan perilaku
f. Mendukung interaksi dengan individu lain yang telah berhasil mengubah perilaku
(misalnya, dukungan kelompok atau berpartisipasi pada pendidikan kelompok).

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fase


pertumbuhan dan perkembangan pada dewasa memiliki 2 fase yaitu dewasa muda
dan dewasa. Dari masing-masing fase tersebut terdapat tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu yang terlibat. jika individu tidak
dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik maka tugasnya
dalam tahap perkembangan selanjutnya akan terganggu. peran seorang perawat
disini sangat penting, perawat harus memahami setiap proses perkembangan
manusia, terutama pada fase dewasa ini. Perawat juga harus bisa melakukan
pengkajian terhadap perkembangan serta promosi kesehatan untuk setiap fasenya.

4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis memberi ingin memberi saran
antara lain sebagai berikut : Agar perawat dapat memahami setiap
proses pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing fase orang
dewasa. Pada teman-teman mahasiswa keperawatan agar dapat
menggali pengetahuan lebih dalam lagi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan pada fase dewasa ini sehingga dapat memiliki pedoman
pengajaran lebih  banyak lagi dalam menerapkan penegetahuan kita di lapangan
nantinya.

25
DAFTAR PUSTAKA
SAK Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, (2016). Workshop
Keperawatan Jiwa ke-X, Depok 23 Agustus 2016 Program Studi Ners Spesialis
Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

26
27

Anda mungkin juga menyukai