Anda di halaman 1dari 61

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN METAKOGNISI DENGAN KESADARAN


METAKOGNISI PADA SISWA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Sebagai Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Bina Putri Paristu

1113016200045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGIURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
2
3
4
5

ABSTRAK

Bina Putri Paristu (NIM : 1113016200045). Hubungan Pengetahuan


Metakognitif dengan Kesadaran Metakognitif pada Siswa. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Standar kelulusan kurikulum 2013 menuntut ketercapaian metakognitif.


Pengetahuan dan kesadaran metakognitif yang selaras dapat membantu siswa
dalam mencapai tujuan dari kurikulum 2013. Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan
metakognitif dengan kesadaran metakognitif pada siswa. Penelitian ini
menggunakan metode korelasional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes dan
angket. Tes terdiri dari 5 soal digunakan untuk mengukur pengetahuan
metakognitif. Angket Metacognitif Awareness Inventory (MAI) dengan 52
pernyataan digunakan untuk mengukur kesadaran metakognitif. Pengetahuan
metakognitif dan kesadaran metakognitif dapat diukur korelasinya dengan
menggunakan korelasi Product Moment. Temuan dari penelitian ini korelasi yang
terjadi antara pengetahuan metakognitif dengan kesadaran metakognitif cukup
kuat sebesar 0,58. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
pengetahuan metakognitif dengan kesadaran metakognitif.

Kata kunci : kesadaran metakognitif, metakognitif, pengetahuan metakognitif


6

ABSTRACT

Bina Putri Paristu (NIM: 1113016200045). Relationship of Metacognitive


Knowledge with Metacognitive Awareness in Students. Thesis, Chemical
Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

The 2013 curriculum graduation standard requires metacognitive achievement.


Knowledge and metacognitive awareness that are aligned can help students
achieve the objectives of the 2013 curriculum. The purpose of this study is to find
out whether there is a relationship between metacognitive knowledge and
metacognitive awareness in students. This research used the correlational method.
The instrument used consisted of tests and questionnaires. The test consists of 5
questions used to measure metacognitive knowledge. The Metacognitive
Awareness Inventory (MAI) questionnaire with 52 statements was used to
measure metacognitive awareness. Metacognitive knowledge and metacognitive
awareness can be measured correlation using Product Moment Correlation. The
findings from this study the correlation that occurs between metacognitive
knowledge with metacognitive awareness is enough strong at 0.58. These results
indicate that there is a positive correlation between metacognitive knowledge and
metacognitive awareness.

Keywords: metacognitive awareness, metacognitive, metacognitive knowledge,


7

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim
Alhamdulillahirabil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa
Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Metakognitif dengan Kesadaran Metakognitif pada Siswa”.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Sholallahu Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih penulis capkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus,
ikhlas, dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, ilmu serta bimbingan
kepada penulis.
3. Dila Fairusi, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan penuh
keihklasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
4. Dedi Irwandi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis selama
perkuliahan berlangsung.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi
mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Guru-guru di SMA Negeri 87 Jakarta dan SMA Negeri 86 Jakarta yang telah
membantu penulis dalam melakukan validasi dan penelitian di sekolah.
7. Orang tua tersayang yaitu Bapak Tukiman dan Ibu Parsiyem yang selalu
sabar memberi dukungan moril maupun materil.
8

8. Kakak perempuan penulis yang tercinta, Amalia Ika Paristu, S.E dan Deddy
Susantho, S.Kom. yang selalu memberikan nasihat, masukan, motivasi dan
dukungan baik moril maupun materil selama studi penulis, serta senantiasa
menjadi panutan dan penyemangat bagi adik perempuannya.
9. Ponakanku tersayang, Syawal Zaid Izdihar yang selalu menghibur, menjadi
partner makan dan selalu merindukan penulis.
10. Keluarga besar Bapak dan Ibu yang selalu memberikan do’a kepada penulis
agar selalu sukses dan sehat selalu.
11. Sahabat- sahabat penulis, Della, Duanti, Rachma, Leny, Harini, Sella, Dece,
Kubil, Ghina, Anggi, Faaizah, Velda, Siti Fazriah, Lintang, Diana, Amal,
Nurul dan Zahratul Jannah, serta Keluarga Alumni TK Wijaya Mekar II
angkatan 1999-2000, SDN 04 Bintaro Pagi angkatan 2001-2007, SMPN 177
Jakarta angkatan 2007-2010, dan SMA Negeri 86 Jakarta angkatan 2010-
2013 yang selalu membantu dan memberikan semangat juga dukungan
kepada penulis.
12. Kepada keluarga besar OSIS MPK 86 dari pengurus alumni hingga pengurus
sekarang yang telah mendoakan dan memberikan semangat.
13. Kepada keluarga besar FSAR 86, teruntuk Ka Anja, Ka Febi, Ka Emil, Adisti,
Aisyah, dan adik-adik yang lain, jazaakumullah khoiron katsir selalu
memberikan doa yang terbaik untuk penyelesaian penulisan ini.
14. Teman-teman BAJIGUR, Rama, Deni, Dede, Aldi, GM yang telah
memberikan semangat agar segera menyelesaikan penulisan ini.
15. Kepada keluarga Edelweis, Aisyah dan Khadijah yang tak luput untuk saling
menguatkan dan mendoakan.
16. Kepada grup ICON 5 Ka Aji, Ka Andre, Ka Imron, Ka Ulfa, Ka Izan yang
selalu mengingatkan dan memberi semangat agar penulis dapat
menyelesaikan penulisan ini.
17. Keluarga besar LDK Syahid dan Forkat Al Anfaal yang saling mendoakan
dan selalu memberikan semangat.
9

18. Teman-teman di Pendidikan Kimia 2013 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Terimakasih atas kebersamaannya semoga selalu dalam dekapan
ukhuwah until jannah.
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses peyusunan laporan
penelitian, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan,
kritik, dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal
shaleh dan ketaatan kepada-Nya, untuk jasa dan bantuan kebaikan yang telah
diberikan dari semua pihak kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Januari 2020

Penulis

Bina Putri Paristu


10

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................ ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................ iii

ABSTRAK .................................................................................................... iv

ABSTRACT .................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 5
D. Rumusan Masalah .................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 7

A. Metakognitif…….................................................................... 7
B. Pengetahuan Metakognitif....................................................... 8
C. Kesadaran Metakognitif........................................................... 11
1. Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Metakognitif…… 13
2. Strategi Meningkatkan Kesadaran Metakognitif………… 15
D. Mata Pelajaran Kimia................................................................ 17
E. Penelitian Relevan…….......................................................18
11

F. Kerangka Berpikir……............................................................ 20
G. Hipotesis Penelitian ................................................................ 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 24

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 24


B. Metode Penelitian .................................................................. 24
C. Prosedur Penelitian .............................................................. 25
D. Populasi dan Sampel ............................................................27
E. Instrumen Penelitian………................................................... 27
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................31
G. Uji Coba Instrumen ........................................................ 31
1. Uji Validitas ..................................................................... 31
2. Uji Reliabilitas .................................................................. 35
H. Teknik Analisis Data .............................................................. 36
1. Deskriptif Analisis Data……………………………….. 36
2. Hasil Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif dan
Kesadaran Metakognitif ............................................ 36
3. Uji Prasyarat Analisis Data.......................................... 36
a. Uji Normalitas.......................................................... 37
b. Uji Homogenitas...................................................... 37
c. Uji Linieritas......................................................….. 37
4. Uji Regresi....................................................................... 37
5. Uji Hipotesis…………………………………………….. 38
I. Hipotesis Statistik…………………………………………… 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 40

A. Hasil Penelitian........................................................................ 40
1. Data Pengetahuan Metakognitif dan Kesadaran
Metakognitif……………………………………………… 40
2. Data Hasil Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif…..... 40
3. Data Hasil Ketercapaian Kesadaran Metakognitif............. 41
4. Uji Prasyarat…………………………………………… 42
12

a. Uji Normalitas………………………...................... 42
b. Uji Homogenitas…………………………….…….. 43
c. Uji Linieritas……………………………………….. 43
5. Uji Regresi ...................................................................... 44
6. Uji Korelasi.................................................................... 45
7. Uji Koefisien Determinasi.............................................. 46
B. Pembahasan…………………...............................................46
1. Pengetahuan Metakognitif……………………………… 46
2. Kesadaran Metakognitif………………………………… 50
3. Hubungan Pengetahuan Metakogntif dengan
Kesadaran Metakognitif pada Siswa …………..……….. 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 58

A. Kesimpulan ............................................................................. 58
B. Saran ....................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59

LAMPIRAN .................................................................................................. 64
13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ................................................... 22


Gambar 3.1 Desain Penelitian................................................................ 24
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian .............................................................. 26
Gambar 4.1 Pengetahuan Deklaratif……………......................................... 47
Gambar 4.2 Pengetahuan Prosedural……………......................................... 48
Gambar 4.3 Pengetahuan Kondisional……………......................................... 50
Gambar 4.4 Pengetahuan Kondisional dan Pengetahuan Prosedural……….. 52
Gambar 4.5 Strategi Perbaikan dan Strategi Mengolah Informasi………….. 54
14

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penskoran Skala Likert................................................................ 28


Tabel 3.2 Soal Pengetahuan Metakognitif................................................... 29
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Metacognitive Awareness Inventiry.…..... 30
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes setelah dilakukan uji validasi.................................. 33
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket setelah dilakukan uji validitas ......................... 34
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen.................................. 35
Tabel 3.7 Koefisien Korelasi.................................................................. 38
Tabel 4.1 Data Pengetahuan Metakognitif dan Kesadaran Metakognitif….. 40
Tabel 4.2 Hasil Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif………………… 41
Tabel 4.3 Hasil Ketercapaian Kesadaran Metakognitif……………………. 41
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data........ .............................................. 42
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data........ ............................................43
Tabel 4.6 Hasil Uji Linieritas Data............ ............................................. 44
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Data........ .................................................... 44
Tabel 4.8 Hasil Uji Korelasi Data........ ................................................... 45
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi................................................ 46
15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Validasi Instrumen Soal dan Angket oleh Validator
Ahli…………………………………………………………. 65

Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Soal dan Angket untuk Uji Validitas

Siswa…………………………………………………….... 70

Lampiran 3. Lembar Jawaban Soal dan Angket Uji Validitas……….…. 76

Lampiran 4. Tabulasi Data Uji Validitas Pengetahuan Metakognitif ….. 82

Lampiran 5. Tabulasi Data Uji Validitas Kesadaran Metakognitif …… 84

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Pengetahuan


Metakognitif…..……...………...…………………………....87

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Kesadaran


Metakognitif……...………………………………………. 91

Lampiran 8. Lembar Jawaban Soal Pengetahuan Metakognitif…...……. 94

Lampiran 9. Lembar Jawaban Kesadaran Metakognitif………………… 104

Lampiran 10. Tabulasi Data Penelitian Pengetahuan Metakognitif……… 106

Lampiran 11. Tabulasi Data Penelitian Angket Kesadaran Metakognitif .. 107

Lampiran 12. Hasil Analisis Deskriptif Data Pengetahuan Metakognitif dan


Kesadaran Metakognitif …………………………..……… 110

Lampiran 13. Data Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif…………….. 111

Lampiran 14. Data Ketercapaian Kesadaran Metakognitif……………….. 114


Lampiran 15. Hasil Uji Normalitas……………………………………….. 120

Lampiran 16. Hasil Uji Homogenitas…………………………………….. 121

Lampiran 17. Hasil Uji Linieritas……………………………………….. 122

Lampiran 18. Hasil Uji Regresi…………………………………………. 124

Lampiran 19. Hasil Uji Korelasi…………………………………………. 125

Lampiran 20. Hasil Uji Koefisien Determinasi………………………….. 126


16

Lampiran 21. Surat Permohonan Izin Validasi…………………………… 127

Lampiran 22. Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi Instrumen

di Sekolah………………………………………………. 128

Lampiran 23. Surat Izin Penelitian Skripsi…………………………….. 129

Lampiran 24. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

di Sekolah………………………………………………… 130

Lampiran 25. Dokumentasi Penelitian…………………………………. 131

Lampiran 26. Lembar Uji Referensi……………………………………... 133


17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan pengetahuan seorang peserta didik dalam mendapatkan
pendidikan dan pengajaran yang layak merupakan hak sebagai warga negara,
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Dari
dasar falsafah kehidupan di Indonesia tersebut, dapat dimaktubkan untuk
merealisasikan adanya pendidikan dan pengajaran yang layak untuk warga
negara Indonesia. Selanjutnya, sebagai negara yang mayoritas beragama
Islam, dimana Al-Qur’an menjelaskan adanya pendidikan, pertama kali ayat
yang turun adalah QS. Al-Alaq yang berarti “Bacalah!”, dengan demikian
mengisyaratkan umat manusia untuk berpikir dan berpengetahuan.
Undang-Undang Dasar Negara mengamanatkan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-undang (UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31). Atas dasar amanat tersebut
telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menjadi dasar hukum untuk membangun
pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan negara.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
Mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap
warga masyarakat. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.
Untuk melaksanakan pendidikan pada lembaga formal, ada kurikulum
yang dilaksanakan. Kurikulum yang sedang dikembangkan di Indonesia saat
ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurna
18

kurikulum sebelumnya berbasis kompetensi 2006, yang terumus pada empat


standar perubahan. Salah satu standar yang berubah adalah standar kompetensi
lulusan (SKL). Standar kompetensi lulusan (SKL) diatur oleh Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 54 tahun 2013. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan memiliki
tiga dimensi yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dimensi pengetahuan tingkat SMA mencakup pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif (Permendikbud No. 54 Tahun 2013).
Tuntutan terhadap penguasaan metakognitif perlu diterapkan sesuai adanya
Kompetensi Inti ke 3 yang berbunyi:
Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, tekonologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural.
(Kemendikbud, 2013).
Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat
atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena
itu metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir tentang berpikir.
Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kognitif secara
umum, kesadaran akan suatu hal dan pengetahuan mengenai kognitif diri
sendiri. Pengetahuan jenis ini melingkupi pengetahuan strategis; pengetahuan
tentang proses-proses kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan
kondisional serta pengetahuan diri (Peirce, 2003).
Kesadaran metakognitif siswa membantu siswa untuk merencanakan,
mengurutkan, dan memantau proses pembelajaran siswa agar hasil belajar
yang diperoleh lebih baik. Kesadaran metakognitif memiliki peran penting
dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dengan cara meningkatkan
efektifitas penggunaan strategi belajar.
Pengetahuan metakognitif terkait kesadaran tentang kognitif diri sendiri,
cara kognitif bekerja, serta cara mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting
terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif siswa dalam
menyelesaikan masalah. Apabila siswa memiliki kemampuan belajar yang
19

baik, maka siswa mengetahui bagaimana memonitor, mengatur, dan


mengontrol proses berpikir diri sendiri. Ketika siswa mampu merancang,
memantau, dan merefleksikan proses belajar siswa secara sadar, pada
hakikatnya siswa lebih percaya diri dalam proses belajar. Proses pembelajaran
bertujuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pemerintah
mengatur mengenai standar proses melalui Permendikbud nomor 65 tahun
2013.
Pelajaran kimia terdiri dari konsep-konsep konkrit dan abstrak yang
memerlukan kecerdasan metakognitif. Kesadaran metakognitif membantu
siswa menghubungkan konsep-konsep kimia dan memecahkan suatu masalah
berdasarkan konsep tersebut. Kesadaran metakognitif juga diperlukan agar
siswa mengetahui apa yang sudah atau belum dikuasainya, sehingga dengan
pengetahuan tersebut siswa dapat mengatur dirinya dalam belajar. Menurut
Milama, Nurjanah, & Fairusi (2017), soal kimia dapat dipecahkan dengan
keterlibatan metakognitif. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan siswa yang
memiliki kesadaran metakognitif yang baik akan dapat berpengetahuan yang
baik pula, sehingga berimbas terhadap hasil belajarnya.
Banyak guru mata pelajaran sains yang mengajar dengan metode ceramah,
serta menekankan pada transfer ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang hanya
berorientasi pada produk menyebabkan pelajaran cenderung verbal dan kurang
memperhatikan kesadaran metakognitif siswa. Kurangnya kesadaran
metakognitif dapat mengakibatkan siswa menjadi kurang dapat menggunakan
strategi belajar yang sesuai sehingga siswa cenderung belajar dengan cara
menghafal.
Peningkatan kemampuan metakognitif secara signifikan merupakan efek
yang dihasilkan dari pembelajaran, baik pada diri siswa, lembaga, maupun
masyarakat. Dalam kurikulum 2013, pengetahuan metakognitif merupakan
pengetahuan yang perlu dimiliki siswa untuk mencapai tingkat berpikir tinggi.
Karena itu, strategi pembelajaran yang berpotensi mengungkap kemampuan
metakognitif dan meningkatkan pengetahuan metakognitif siswa perlu
dikembangkan.
20

Pengetahuan metakognitif berisikan tentang pengetahuan deklaratif yang


dapat menyatakan keyakinan terhadap apa yang dipelajari, pengetahuan
prosedural mengetahui bagaimana cara pengetahuan itu diolah dan dapat
mempelajari tujuan-tujuan itu sendiri, sedangkan pengetahuan kondisional
mengetahui kapan dan mengapa pegetahuan itu dapat digunakan. Kesadaran
metakognitif terbagi dalam beberapa indikator yaitu: perencanaan, strategi
mengolah informasi, pemantauan terhadap pemahaman, strategi perbaikan dan
evaluasi perlu dilakukan, karena perlu adanya keselarasan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan kesadaran metakognitif dari pengetahuan itu sendiri
(Rinaldi, 2017).
Oleh karena itu, siswa perlu memahami pengetahuan dan kesadaran yang
selaras, sehingga dapat berdampak pada karakter siswa itu sendiri. Banyaknya
permasalahan yang berkembang di Sekolah Menengah Atas, dari ilmu
pengetahuan dan kesadaran, melatarbelakangi penelitian ini dilakukan dengan
judul Hubungan Pengetahuan Metakognitif dengan Kesadaran
Metakognitif Siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan, diantaranya:
1. Kesadaran metakognitif siswa masih kurang untuk menghubungkan
konsep-konsep kimia.
2. Selain pemahaman, faktor lain yang berpengaruh pada kontruksi
pengetahuan siswa adalah metakognisi. Akan tetapi, metakognitif kurang
mendapat perhatian dari guru. Sejauh ini guru lebih banyak terfokus pada
kognisi siswa.
3. Kurangnya kesadaran metakognitif siswa dapat mengakibatkan siswa
menjadi pasif dan kurang dapat menggunakan strategi belajar yang sesuai
sehingga siswa cenderung belajar dengan cara menghafal.
21

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan kondisional.
2. Kesadaran metakognitif meliputi pengetahuan kognisi dan regulasi
kognisi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas,
maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan metakognitif
dan kesadaran metakognitif siswa?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana


hubungan pengetahuan metakognitif dan kesadaran metakognitif pada siswa
dalam pembelajaran kimia.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang bermanfaat bagi banyak
pihak, antara lain:

1. Bagi guru, memberikan informasi kepada guru mengenai hubungan


pengetahuan metakognisi dengan kesadaran metakognisi siswa sebagai
salah satu alternatif yang mampu mengatasi keterbatasan penerapan
metakognisi pada kegiatan pembelajaran kimia.
2. Bagi siswa, sebagai penggunaan kognitif siswa dalam menyelesaikan
masalah. Apabila siswa memiliki kemampuan belajar yang baik, maka
siswa mengetahui bagaimana memonitor, mengatur, dan mengontrol
proses berpikir diri sendiri.
22

3. Bagi sekolah, apabila pengetahuan dan kesadaran metakognitif digunakan


secara bersama-sama dapat berpengaruh kepada kemampuan berpikirnya
dalam pembelajaran kimia.
4. Bagi peneliti, menambah pengalaman dan wawasan mengenai
pengembangan hubungan pengetahuan metakognitif dengan kesadaran
metakognitif yang sangat berkaitan jika ditelisik lebih jauh dalam
pembelajaran kimia.
5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi untuk mengadakan penelitian
lebih lanjut seperti efektifitas metakognitif dengan kesadaran pada
pembelajaran kimia.
23

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metakognitif
Metakognitif menurut Shetty (2014) berasal dari kata meta dan
kognitif. Meta yang artinya sesudah atau di atas dan kognitif yang artinya
untuk mengetahui. Jadi secara harfiah, metakognitif diartikan sebagai
kognitif tentang kognitif, pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir
tentang apa yang dipikirkannya. Meichenbaum, Burland, Gruson, &
Camron dalam Yamin (2013) mengemukakan bahwa metakognitif sebagai
kesadaran orang akan mesin pengetahuan sendiri dan bagaimana mesin itu
bekerja.
Metakognisi sebagai proses di mana seseorang berpikir tentang
berpikir dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah.
Metakognitif adalah pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses
kognitif (Ismael, 2015). Sementara itu, menurut Ozsoy, Memis, & Temur
(2009) metakognisi merujuk pada cara untuk meningkatkan kesadaran
mengenai proses berpikir dan belajar yang dilakukan dan kesadaran ini
akan terwujud apabila seseorang dapat mengawali berpikirnya dengan
merencanakan, memantau, dan mengevaluasi dari aktivitas berpikirnya.
Menurut Munir (2018), seseorang perlu menyadari kekurangan dan
kelebihan yang dimilikinya. Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan
untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat
terkontrol secara optimal. Menurut Huitt (1997), metakognisi merupakan
suatu kemampuan dimana seseorang mencoba memahami cara berpikir
atau memahami proses kognisi yang dilakukan dengan melibatkan
komponen-komponen perencanaan (funtional planning), pengontrolan
(self-monitoring), dan evaluasi (self-evaluation) dalam rangka
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa metakognitif
memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol proses kognitif
24

seseorang dalam belajar dan berpikir lebih efektif dan efisien. Dalam
pembelajaran kimia khususnya dalam pemecahan masalah, metakognitif
mempunyai peranan yang penting (Milama et al., 2017)
Brown dalam Jayapraba & Kanmani (2013) mengemukakan bahwa
metakognitif dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengetahuan tentang
kognisi dan pengetahuan tentang kognisi. Pengetahuan tentang kognisi
mengacu kepada kegiatan yang melibatkan kesadaran refleksi pada suatu
kemampuan kognitif dan kegiatan. Sementara itu, pengaturan tentang
kognisi mengacu pada kegiatan yang menyangkut tentang mekanisme
pengaturan diri selama upaya berkelanjutan untuk belajar.

B. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan mengenai
kognisi seseorang tentang kemampuan, strategi kerja, dan pengaturan diri
bagaimana menggunakan kemampuan dan startegi yang tepat dalam
pembelajaran (Astikasari & Murti, 2011). Pengetahuan tentang proses
berpikir menyangkut seberapa seseorang dalam menyatakan proses
berpikirnya. Sedangkan kesadaran diri atau regulasi diri menyangkut
keakuratan seseorang dalam menjaga dan mengatur apa yang harus
dilakukannya ketika menyelesaikan masalah, dan seberapa akurat
seseorang menggunakan input dari pengamatannya untuk mengarahkan
aktivitas-aktivitas menyelesaikan masalah (Syaiful, 2011).
Krathwohl (2002) menyatakan bahwa pengetahuan metakognisi
adalah pengetahuan tentang kognisi, secara umum sama dengan kesadaran
dan pengetahuan tentang kognisi diri seorang. Pengetahuan metakognitif
mengacu pada bagaimana seseorang memperoleh pengetahuan tentang
proses kognitif, yaitu pengetahuan yang dapat digunakan untuk
mengontrol proses kognitifnya, sedangkan pengalaman metakognitif
adalah hasil langkah dan tahapan pikirnya selama ini dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinya (regulation) (Fauzi, 2015).
25

Pengetahuan metakognitif menyadarkan siswa akan kelebihan dan


kekurangannya dalam belajar. Ketika siswa mengetahui kesalahannya,
mereka sadar untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk
memperbaikinya Muhali (2019).
Menurut Yamin (2019:32) bahwa pengetahuan metakognitif
melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran siswa sekarang.
Pengetahuan ini termasuk ke dalam pengetahuan faktual, seperti
pengetahuan tentang tugas, tujuan atau diri sendiri, dan pengetahuan
strategis, seperti bagaimana dan kapan akan menggunakan prosedur
spesifik untuk menyelesaikan soal.
Pengetahuan Metakognitif menurut Rinaldi (2017) terdiri atas :
1. Pengetahuan Deklaratif adalah pengetahuan tentang diri sendiri
sebagai pembelajar serta strategi, keterampilan dan sumber-sumber
belajar yang dibutuhkan.
2. Pengetahuan Prosedural yaitu mengacu pada pengetahuan tentang
melakukan sesuatu, jenis pengetahuan ditampilkan sebagai strategi.
Sebuah pengetahuan prosedural; dapat memungkinkan individu dapat
melakukan tugas-tugas yang lebih otomatis.
3. Pengetahuan Kondisional merupakan kesadaran kondisi situasi belajar
dan mengetahui alasan mengapa menggunakan atau memiliki suatu
strategi tertentu.
Pengetahuan deklaratif menurut Astikasari,et.al. (2011) pengetahuan
yang dimiliki seseorang mengenai kognisi, isi pikiran dapat didasarkan
secara personal dan impersonal. Pengetahuan deklaratif yang baik dapat
dilihat dari memori jangka panjang siswa dalam menjawab soal.
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang dimiliki siswa untuk
mengetahui apa dan bagaimana siswa dapat menggunakan pengetahuan
tersebut. Siswa merasa lebih luas dan lebih memahami, apa dan bagaimana
pengetahuan secara umum.
26

Faktor-faktor Pengetahuan Metakognitif


Ada enam faktor dalam pengetahuan metakognitif menurut Yamin
(2019 : 40-42) sebagai berikut :
a. Sifat Proses Pembelajaran
Materi yang kompleks akan sangat efektif jika dilakukan
dengan menggunakan proses pengkonstruksian makna dari
informasi dan pengalaman. Siswa dapat bertanggung jawab
terhadap pembelajaran diri sendiri apabila siswa aktif,
mempunyai tujuan, dan dapat mengatur disi sendiri.
b. Tujuan proses pembelajaran
Pada mulanya siswa perlu menciptakan tujuan
pembelajaran jangka pendek. Seiring berjalannya waktu
pemahaman siswa dapat menambah pengetahuan,
memecahkan soal, memperdalam pemahaman sehingga
mencapai tujuan jangka panjang.
c. Konstruksi pengetahuan
Siswa dapat menghubungkan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya. Pengetahuan akan
bertambah luas dan makin mendalam jika siswa terus
membangun hubungan antara informasi baru dengan
pengalaman pengetahuan siswa yang sudah ada.
d. Pemikiran strategis
Siswa mampu menciptakan dan menggunakan berbagai
strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Siswa terus menerus mengembangkan
keterampilan strategis dengan mendalami strategi yang baik,
menerima petunjuk dan tanggapan, serta dengan
mengobservasi untuk memperoleh strategi yang tepat.
27

e. Berpikir tingkat tinggi


Siswa memiliki cara belajar dan berpikir, menentukan
tujuan pembelajaran, memilih strategi yang tepat dan
memantau kemajuan siswa menuju tujuan pembelajaran. Siswa
mampu memberikan metode alternatif untuk mencapai tujuan
atau menilai kembali ketepatan tujuan tersebut.
f. Konteks Pembelajaran
Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
seperti kultur, teknologi, dan praktik. Guru dapat memainkan
peranan penting dalam pembelajaran siswa. Kultur
mempengaruhi banyak aspek pembelajaran, seperti motivasi,
proses belajar, dan cara berpikir. Teknologi dan lingkungan
kelas turut andil dalam konteks pembelajaran, seperti tingkat
pengetahuan, kemampuan, dan strategi pembelajaran siswa.

C. Kesadaran Metakognitif
Kesadaran metakognitif dapat membantu siswa dalam berpikir
tentang berpikirnya sendiri, hal ini dikarenakan tiga jenis kesadaran
metakognitif meliputi, kesadaran prosedural yakni tentang pengetahuan
diri sendiri sebagi pelajar dan faktor yang mempengaruhi kinerja seorang,
pengetahuan prosedural yakni pengetahuan tentang melakukan hal-hal
yang sesuai dengan kehendak dan strategi, dan yang terakhir adalah
pengetahuan kondisional yakni pengetahuan yang mengetahui kapan dan
mengapa menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural. Kesadaran
metakognitif mampu mengenali dirinya mengenai kebiasaan baik dan
tidak baik. Selain itu, kesadaran metakognitif juga mampu menyadari
ketidaktahuannya sehingga terefleksi dalam proses belajar merupakan
bagian penting yang harus dilatihkan kepada siswa agar mendapatkan
pemahaman yang bermakna.
Kesadaran metakognitif dapat diartikan dengan pengetahuan awal
seseorang bagaimana pemikirannya sendiri. Kesadaran metakognitif dapat
28

diartikan dengan pengetahuan awal seseorang bagaimana pemikirannya


sendiri. Siswa harus mampu menyadari perencanaan (planning),
pengawasan (monitoring), dan pengaturan (regulating) pengetahuan,
pembelajaran dan pemikirannya sendiri atau diisitilahkan dengan
kesadaran metakognitif. Kesadaran metakogntif, mampu menggali dirinya
dengan baik, mengetahui apa yang telah diketahui dan belum diketahui,
tahu strategi yang tepat untuk dirinya, dan tahu kapan harus digunakan
strategi tersebut. Kesadaran metakognitif yang tinggi menunjukkan
kemampuan berpikir kritis yang tinggi pula Agustin & Widowati (2017)
Bagaimana seseorang mengatur aktivitas kognisinya secara efektif,
mekanisme pengaturan diri yang digunakan oleh individu yang aktif
selama memecahkan masalah serta mengatur bagaimana individu belajar.
Dalam hal ini terdapat beberapa komponen menurut Schraw & Dennison
(1994) yaitu:
1. Perencanaan : kemampuan siswa merencanakan aktivitas belajarnya
2. Strategi mengelola informasi : strategi mengelola informasi berkenaan
dengan proses belajar yang dilakukan.
3. Pemantauan terhadap informasi : kemampuan dalam memonitor proses
belajarnya dan hal-hal yang berhubungan dengan proses tersebut.
4. Strategi perbaikan : kemampuan menggunakan strategi-strategi
perbaikan yaitu strategi yang digunakan untuk memperbaiki tindakan-
tindakan yang salah dalam belajar.
5. Evaluasi : kemampuan mengevaluasi efektivitas strategi belajar,
apakah akan mengubah strategi, menyerah pada keadaan atau
mengakhiri kegiatan tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kesadaran metakognitif adalah suatu bentuk kesadaran dalam berpikir
untuk mengolah proses berpikirnya sendiri sehingga memunculkan suatu
motivasi untuk memperbaiki kerangka berpikirnya dalam menghadapi
suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan. Menurut Squier (2016)
kesadaran metakognitif melibatkan refleksi diri pada proses pembelajaran
29

ini untuk memahami dan memperbaikinya. Fokus pada metakognisi ini


berbeda dengan penekanan pada pengetahuan konten kognitif yang sampai
saat ini telah mendominasi teori, kebijakan, dan praktik pendidikan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kemampuan kognitif dan
metakognitif sangat penting untuk pembelajaran dan pencapaian siswa.

1. Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Metakognitif


Menurut Winkel dalam Fasikhun (2008), faktor yang mempengaruhi
kemampuan metakognitif yang berkaitan dengan fungsi kognitif seseorang
yaitu:
a. Taraf intelegensi
Salah satu teori intelegensi yang erat kaitannya dengan
metakognisi terbagi menjadi tiga komponen, yakni:
1) Komponen pengatur dan pengontrol seperti mengidentifikasi
suatu masalah yang dihadapi dan merepresentasikan dalam ingatan
kerja, memilih strategi/siasat yang akan diterapkan, serta memonitor
penerapan strategi tersebut.
2) Komponen pelaksanaan yaitu melakukan apa yang telah
diputuskan dan yang akan diperbuat.
3) Komponen memperoleh informasi baru yaitu menambah
pengetahuan deklaratif dan prosedural.
b. Bakat Khusus
Bakat khusus merupakan kemampuan yang menonjol untuk bidang
tertentu, misalnya seseorang lebih menonjol dalam bidang matematika
daripada bahasa asing, atau seseorang lebih menonjol dalam bidang
aljabar daripada geometri. Kognisi dalam pikiran akan teroganisasi
dengan cara merujuk pada tersimpan dalam memori ingatan dengan
secara sistematis atau tidak.
30

c. Taraf Kemampuan Berbahasa


Kemampuan berbahasa mencakup kemampuan untuk menangkap
inti suatu bacaan dan merumuskan pengetahuan dan pemahaman yang
diperoleh itu dalam bahasa yang baik, sekurang-kurangnya bahasa
tertulis. Mengingat kaitan yang ada antara berpikir yang tepat dengan
berbahasa yang benar, maka tidaklah mengherankan bahwa siswa yang
kurang mampu berbahasa akan tertinggal dibandingkan dengan siswa
yang mampu berbahasa dengan baik.
d. Daya Fantasi
Daya fantasi berupa aktivitas kognitif yang mengandung pikiran-
pikiran dan tanggapan-tanggapan, yang bersama-sama menciptakan
sesuatu dalam alam kesadaran. Dalam alam fantasi, orang tidak hanya
menghadirkan kembali hal-hal yang pernah diamati, tetapi
menciptakan sesuatu yang serba baru.
Daya fantasi mempunyai kegunaan kreatif, antisipasi, rekreatif,
dan sosial. Fantasi dapat berguna dalam menciptakan sesuatu yang
baru (kreasi), dalam membayangkan kejadian mendatang dan
mempersiapkan diri menghadapi kejadian itu (antisipatif), dalam
melepaskan diri dari ketegangan hidup sehari-hari (rekreasi), dan
dalam menempatkan diri dalam situasi hidup orang lain (sosial).
e. Gaya Belajar
Gaya belajar visual menitikberatkan pada ketajaman penglihatan,
artinya bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar
mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau
melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada
beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual, yaitu kebutuhan melihat sesuatu
(informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau
memahaminya, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah
artistik, memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, terlalu
31

reaktif terhadap suara, sulit mengikuti anjuran secara lisan, seringkali


salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Gaya belajar auditori mengandalkan pada pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini
benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap
informasi. Mereka memiliki kesulitan untuk menyerap informasi
dalam bentuk tulisan secara langsung, memiliki kesulitan menulis
ataupun membaca. Sedangkan untuk audiovisual merupakan kebiasaan
siswa yang mengandalkan pada melihat dan mendengar, sehingga
karakter yang dimiliki adalah campuran antara karakter visual dan
auditori.
2. Strategi Meningkatkan Kesadaran Metakognitif
Metakognisi merupakan suatu pengetahuan dan keterampilan yang
tentunya dapat diajarkan, dilatihkan atau dikembangan. Huitt dalam
Fasikhun (2008), mengemukanakan dua kriteria untuk mengklasifikasi
strategi-strategi pelatihan metakognitif yaitu :
a. Pendekatan Pelatihan
Pada ahli menggambarkan strategi-strategi pelatihan metakognitif
berdasasrkan pendekatannya, ada yang melekat atau tergabung
dalam isi pelajaran dan ada yang diajarkan secara terpisah dari
materi akademik.
b. Hubungan dengan Isi Pelajaran
Berdasarkan hubungannya dengan konten/isi pelajaran, strategi
mungkin tergantung pada, atau bebas dari konten/isi pelajaran.
Strategi content dependent terfokus secara eksplisit pada konsep-
konsep yang dipelajari dari konten khusus. Sebaliknya strategi
content independent adalah bebas dari konten, yaitu strategi umum
yang tidak spesifik pada materi-materi akademik tertentu.

Kemudian Blakey & Spence (1990) mengemukakan strategi atau


langkah untuk meningkatkan keterampilan metakognitif yaitu :
32

a. Mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui


Memulai aktivitas pengamatan, siswa perlu membuat keputusan
yang disadari tentang pengetahuan mereka. Pertama-tama siswa
menulis apa yang sudah saya ketahui dan apa yang ingin saya pelajari
dengan menyelidiki suatu topik, siswa akan memverifikasi,
mengklasifikasi dan mengembangkan atau mengubah pernyataan awal
mereka dengan infromasi yang akurat.
b. Berbicara tentang berpikir
Selama membuat perencanan dan memecahkan masalah,
pengajar/dosen boleh memberikan pemikiran (think about), sehingga
seswa dapat ikut mendemonstrasikan proses berpikir. Pemecahan
masalah berpasangan merupakan strategi lain yang berguna pada
langkah ini. Seorang siswa membicarakan sebuah masalah,
mendeskripsikan proses berpikirnya, sedangkan pasangannya
mendengarkan dan bertanya untuk membantu mengklarifikasi proses
berpikir.
c. Membuat jurnal berpikir
Cara lain untuk mengembangkan metakognisi adalah melalui
penggunaan jurnal atau catatan belajar. Jurnal ini berupa buku harian
dimana setiap siswa merefleksi berpikir mereka, membuat catatan
tentang kesadaran mereka terhadap kegandaan arti dan
ketidakkonsistenan dan komentar tentang bagaimana mereka
berurusan/menghadapi kesulitan.
d. Membuat perencanaan dan Self regulation
Siswa harus mulai bekerja meningkatkan responbilitas untuk
merencanakan dan meregulasi belajar mereka. Sulit bai pembelajar
menjadi orang yang mamou mengatur dri sneidri ketika belajar
direncanakan dan dimotori oleh orang lain.
e. Melaporkan kembali proses berpikir
Aktivitas terakhir adalah memfokuskan diskusi siswa pada proses
berpikir untuk mengembangkan kesadaran tentang strategi-strategi
33

yang dapat diaplikasikan pada situasi belajar yang lain. Metode tiga
langkah dapat digunakan :
1. Pengajar/guru mengarahkan siswa untuk meriview aktivitas,
mengumpulakan data tentang proses berpikir.
2. Kelompok mengklasifikasikan ide-ide yang terkait,
mengidentifikasi strategi yang digunakan
3. Mereka mengevaluasi keberhasilan, membuang strategi-strategi
yang tidak tepat, mengidentifikasi strategi yang dapat digunakan
kemudian, dan mencari pendekataan alternatif yang menjanjikan.
f. Evaluasi diri
Mengarahkan pengalaman evaluasi diri dapat diawali melalui
pertemuan individual dan hal-hal yang terfokus pada proses berpikir.
Secara bertahap, evaluasi diri akan lebih banyak diaplikasikan secara
independen.
D. Mata Pelajaran Kimia
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan
kompetensi, struktur, dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat.
Mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat
yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan
energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Pembelajaran
kimia dan penilaian hasil belajar kimia tidak dapat dipisahkan untuk
memperhatikan karakteristiknya (Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen
Pendidikan Menengah, 2014 : 2-3).
Konsep kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hidrolisis garam. Hidrolisis garam merupakan penguraian garam oleh air
dimana ion garam tersebut mengalami reaksi dengan air menghasilkan
asam lemah atau basa lemah. Komponen garam (kation atau anion) yang
berasal dari asam lemah atau basa lemah beraksi dengan air (terhidrolisis).
Hidrolisis garam menjelaskan tentang reaksi anion atau kation dari suatu
garam dengan air. pH suatu larutan biasanya dipengaruhi oleh hidrolisis
34

garam (Chang, 2003:119). Hidrolisis hanya terjadi pada ion-ion yang


merupakan asam konjugat dari basa lemah atau basa konjugat dari asam
lemah.
Sifat garam berdasarkan penyusunnya dibedakan menjadi empat,
yaitu garam dari asam kuat dan basa kuat, garam dari asam kuat dan basa
lemah, garam dari asam lemah dan basa kuat, dan garam dari asam leamh
dan basa lemah. Hidrolisis terjadi pada garam yang mengandung
komponen asam lemah atau basa lemah. Sifat garam menentukan nilai pH
larutan hidrolisisnya. Dalam reaksi hidrolisis, tetapan hidrolisis merupakan
hasil kali tetapan kesetimbangan dengan konsentrasi H2O. Tetapan
hidrolisis dinyatakan dengan notasi Kh dan nilainya tergantung nilai Ka
dan Kb. Reaksi hidrolisis berperan dalam kehidupan sehari-hari
diantaranya dalam persitiwa penjernihan air minum, penggunaan pupuk
dan pemutih pakaian.
E. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, di
antaranya adalah :
1. Menurut Herlanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Kesadaran
Metakognitif dan Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik Sekolah
Menengah Atas dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar
Kelulusan Pada Kurikulum 2013 mengemukakan bahwa kesadaran
metakognitif (zona potensial) peserta didik rata–rata berada pada
kisaran 75-83 atau kategori baik, namun pengetahuan metakognitif
(zona aktual) berada pada kisaran 10–15 atau kategori sangat buruk.
Standar proses yang ditawarkan kurikulum 2013 belum dapat menarik
peserta didik pada zona ideal yaitu pengetahuan metakognitif sama
dengan kesadaran metakognitif.
2. Hubungan kesadaran dan regulasi metakognitif terhadap kemampuan
berpikir kritis mahasiswa pendidikan biologi oleh Agustin & Widowati
(2017) mengemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara kesadaran metakognitif dan regulasi
35

metakognitif terhadap kemampuan perpikir kritis mahasiswa


Pendidikan biologi Universitas Muhamadiyah Metro. Jenis penelitian
ini adalah penelitian korelasional untuk melihat hubungan sebab
akibat. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan positif antara kesadaran dan regulasi metakognitif terhadap
kemampuan berpikir kritis dengan nilai ry 1.2 sebesar 0,594.
3. Penelitian Syaiful (2011) dengan judul Metakognisi Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Realistik di Sekolah Menengah Pertama
mengemukakan bahwa metakognisi siswa melibatkan pengetahuan dan
kesadaran siswa tentang aktivitas kognitifnya sendiri atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas kognitifnya. Pengetahuan
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional
sedangkan aktivitas kognitif siswa berkaitan perencanaan, prediksi,
monitoring dan mengevaluasi penyelesaikan suatu tugas tertentu.
Metakognisi siswa memiliki peranan penting dalam menyelesaikan
masalah, khususnya dalam mengatur dan mengontrol aktivitas kognitif
siswa dalam menyelesaikan masalah, sehingga belajar dan berpikir
yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan masalah matematika
lebih efektif dan efisien.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman, F.U., Jumani, N.B.,
Chanudry, M.A., Chisti,S.U.H., & Abbasi,F. (2010) dengan judul
Impact of Metacognitive Awareness on Performance of Students in
Chemistry menjelaskan bahwa kesadaran metakognitif secara
signifikan berkorelasi dengan pengetahuan siswa. Siswa yang mampu
mengerjakan soal metakognitif dengan hasil yang tinggi maka sangat
berhasil dalam ujian. Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam kesadaran metakognitif siswa pria
dan wanita.
36

F. Kerangka Berpikir

Metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif diri sendiri,


bagaimana kognitif bekerja, serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan
metakognitif dapat dibentuk jika siswa secara sadar mengetahui bahwa
siswa terlibat dalam pembelajaran. Kemampuan ini sangat penting
terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif siswa dalam
menyelesaikan soal. Jika siswa memiliki kemampuan belajar yang baik
maka siswa mengetahui bagaimana memonitor, mengatur, dan mengontrol
proses berpikir diri sendiri. Sementara itu, ketika siswa belum mampu
memiliki kemampuan belajar yang baik, bahkan cenderung pasif di dalam
kelas maka, akan berpengaruh pada pemahaman konsep siswa.

Materi kimia yang berhubungan dengan metakognitif dan kehidupan


sehari-hari salah satunya terdapat pada materi hidrolisis garam khususnya
pada kompetensi dasar yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No.69 tahun 2013 yaitu (3.12) menganalisis
garam-garam yang mengalami hidrolisis. Untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan dan kesadaran metakognitif siswa diberikan soal tes
dan non tes.

Tes yang diberikan bentuk essai sedangkan non tes dalam bentuk
angket. Pemberian soal tes dan non tes ini dapat menstimulus siswa agar
dapat memberikan pemahaman tentang apa yang dipelajari dalam proses
pembelajaran.
37

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator pengetahuan tes


berupa pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional. Sedangkan
untuk non tes indikator berupa perencanaan, startegi pengolahan
informasi, pemantauan terhadap pemahaman, strategi perbaikan, dan
evaluasi. Hal ini dapat membuat siswa lebih aktif dan kreatif karena
pembelajaran tidak hanya terpaku pada hafalan dan perhitungan di dalam
percobaan serta dapat mengaitkannya ke kehidupan yang ada di sekitar
dalam pengaplikasiannya. Kerangka berpikir penelitian ini terdapat pada
Gambar 2.1.
38

Siswa cenderung pasif di dalam kelas dan hal ini secara otomatis akan
berpengaruh kepada pemahaman konsep siswa.

Pemberian soal berbasis pengetahuan metakognitif dan angket kesadaran


metakognitif.

Pengetahuan Kesadaran
Metakognitif Metakognitif

Pengetahuan
Pengetahuan
Deklaratif Deklaratif

Pengetahuan
Pengetahuan
Prosedural
Prosedural
Pengetahuan
Pengetahuan
Prosedural
Kondisional
Perencanaan

Startegi Pengolahan
Informasi

Pemantauan Terhadap
Pemahaman

Strategi Perbaikan

Evaluasi

Mengetahui hubungan pengetahuan metakognitif dengan kesadaran


metakognitif pada siswa

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Hubungan Pengetahuan dengan Kesadaran


Metakognitif
39

G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, dapat dirumuskan
hipotesis penelitian adalah pengetahuan metakognitif memiliki
hubungan dengan kesadaran metakognitif pada siswa.
40

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 86 Jakarta yang terletak
di Jalan Bintaro Permai IV No.36, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Provinsi
DKI Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan November sampai Januari
2018.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi, yaitu
penelitian yang melihat hubungan dua variabel atau lebih. Penelitian ini
terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas dalam hal ini adalah
pengetahuan metakognitif dan variabel terikat adalah kesadaran
metakognitif. Apabila dapat dibuktikan adanya hubungan positif yang
signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, maka dapat dikatakan
bahwa pengetahuan metakognitif mempunyai peranan yang bermakna
dalam kesadaran metakognitif.

Desain penelitian variabel bebas (X) dan terikat (Y) ini dijelaskan
pada gambar 3.1.

X Y

X = Pengetahuan Metakognitif Y = Kesadaran Metakognitif

Gambar 3.1 Desain Penelitian


41

C. Prosedur Penelitian
Prosedur (langkah-langkah) yang dilakukan dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
1. Tahap persiapan sebelum penelitian
Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah:
a. Melakukan kajian terhadap indikator pengetahuan dan kesadaran
metakognitif.
b. Menyusun instrumen penelitian.
c. Melakukan validasi instrumen kepada validator ahli.
d. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa untuk pengetahuan
validitas dan reliabilitas instrumen.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian meruapakan tahap kedua setelah tahap
persiapan, tahap pelaksanaan meliputi:
Menyebarkan instrumen penelitian berupa angket dan soal kepada
sampel untuk mengambil data.
3. Tahap penarikan kesimpulan
Tahap penyelesaian penelitian merupakan tahap terakhir, tahap ini
meliputi:
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
b. Menguji hipotesis penelitian.
c. Menarik kesimpulan.
Adapun skema alur penelitian dalam penelitian ini terdapat pada gambar
3.2.
42

Kajian Pengetahuan Metakognitif: Analisis Indikator


Pengetahuan Metakognitif

Kajian Kesadaran Metakognitif: Analisis Indikator


Kesadaran Metakognitif

Tahap Persiapan
Angket Kesadaran Metakoginitif dan Soal Pengetahuan
Metakognitif

Validasi Ahli

Validasi Siswa

Tahap Pelaksanaan
Uji Validitas dan Reliabilitas Soal

Angket dan Soal

Pengumpulan data
Tahap Penarikan Kesimpulan

Analisis data

Temuan dan Pembahasan

Penarikan Kesimpulan

Gambar. 3.2 Skema Alur Penelitian


43

D. Populasi dan Sampel


Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA
Negeri 86 Jakarta. Sementara itu, populasi terjangkaunya adalah siswa
kelas XII-IPA di SMA Negeri 86 Jakarta tahun ajaran 2017/2018.
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang akan diteliti (
Sukardi, 2009:54). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
yaitu suatu cara pengambilan sampel yang berdasarkan pada pertimbangan
atau tujuan tertentu (Arikunto, 2016:97). Adapun pertimbangan yang
dilakukan dalam pengambilan sampel ini berdasarkan nilai akademik
antara kedua kelas yang hampir sama. Sampel pada penelitian ini
menggunakan dua kelas XII- IPA 1 dan XII IPA 3.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam atau disebut dengan variabel penelitian yang
diamati (Arikunto, 2016 :101). Instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa
soal. Sementara itu, instrument non tes berupa angket.
Jenis-jenis dan definisi pengetahuan metakognitif telah
dikembangkan oleh Rompayom, Tambunchong, Wongyounoi, & Dechsri
(2010). Tes yang akan digunakan untuk mengukur pengetahuan
metakognitif menggunakan 5 soal essay. Tiap soal terdiri dari soal
pengetahuan deklaratif, prosedural, kondisional dan soal kimia itu sendiri
dalam hal ini pada materi hidrolisis.
Instrumen kesadaran metakognitif berupa angket telah
dikembangkan oleh Schraw & Dennison (1994). Angket tersebut terdapat
52 pernyataan dengan masing-masing 4 item jawaban, yaitu sangat sesuai,
sesuai, kadang-kadang, dan tidak sesuai. Siswa diminta untuk memilih
44

salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan dirinya dengan
cara memberikan tanda checklist (√) pada salah satu alternatif jawaban
yang terdapat pada angket (Sukardi, 2016:146). Penskoran dalam angket
dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini;

Tabel 3.1 Penskoran Skala Likert


No Alternatif Jawaban Pernyataan Pernyataan
Positif Negatif
1. Sangat Sesuai 4 1
2. Sesuai 3 2
3. Kadang-kadang 2 3
4. Tidak Sesuai 1 4

Adapun kisi-kisi instrumen pengetahuan dan kesadaran


metakognitif terdapat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3.
45

Tabel 3.2 Soal Pengetahuan Metakognitif


Jenis-jenis
No. Pengetahuan Pengertian
Metakognitif
Mengacu pada pengetahuan bahwa peserta didik
memiliki informasi atau sumber yang diperlukan
untuk melakukan tugas-tugas yang diberikan
misalnya pengetahuan tentang :
a. tujuan dari tugas (apa tujuan dalam melakukan
1 Deklaratif tugas yang diberikan?),
b. tuntutan tugas (sumber dan langkah-langkah
yang diperlukan untuk memecahkan masalah
tersebut?),
c. sifat tugas (apa tugas yang diberikan itu
berhubungan?).
Mengacu pada pengetahuan atau keyakinan diri
sendiri mengenai tugas yang diberikan. Sebuah
2 Prosedural
persepsi diri individu tentang bagaimana melakukan
sesuatu.
Mengacu pada pengetahuan tentang kapan dan
mengapa menggunakan strategi untuk memecahkan
3 Kondisional masalah. Pengetahuan tentang situasi di mana siswa
dapat menggunakan subject specific keterampilan,
algoritma, teknik, dan metode.
46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Metacognitive Awareness Inventory

No Indikator Kesadaran Nomor Pernyataan Jumlah


Metakognitif

A . Pengetahuan tentang Kognisi (Knowledge about Cognition)

1 Pengetahuan Deklaratif 5, 10, 12, 16, 17, 20, 8


(declarative knowledge) 32, 46

2 Pengetahuan Prosedural 3, 14, 27, 33 4


(procedural knowledge)

3 Pengetahuan Kondisional 15, 18, 26, 29, 35 5


(conditional knowledge)

B . Regulasi Kognisi (Regulation of Cognition)

4 Perencanaan (planning) 4, 6, 8, 22, 23, 42, 45 7

5 Strategi Mengelola Informasi 9, 13, 30, 31, 37, 39, 10


(information management 41, 43, 47, 48
strategies)

6 Pemantauan terhadap Pemahaman 1, 2, 11, 21, 28, 34, 49 7


(comprehension monitoring)

7 Strategi perbaikan (debugging 25, 40, 44, 51, 52 5


strategies)

8 Evaluasi (evaluation) 7, 19, 24, 36, 38, 50 6

Jumlah 52
47

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
a. Tes yang digunakan adalah soal pengetahuan metakognitif. Tes yang
diberikan dalam bentuk soal essay, untuk mengukur hasil belajar
metakognitif siswa. Tes kognitif memacu siswa dalam pengetahuan
metakognitif yang terdiri dari pengetahuan deklaratif, kondisional dan
prosedural.
b. Angket menurut Arikunto (2010 : 194) adalah suatu daftar pernyataan
yang biasa digunakan oleh seseorang apabila ingin melakukan suatu
penelitian dan mengambil sejumlah data. Angket tersebut diberikan
kepada siswa untuk memberikan respon (responden) sesuai dengan
permintaan peneliti.

G. Uji Coba Instrumen


Dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang
memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh
suatu instrumen penelitian minimal ada dua macam, yaitu validitas dan
reliabilitas.

1. Validitas (Ketepatan/Kesahihan)
Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu
pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Arikunto,
2016:167). Dengan kata lain, validitas berarti suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu
instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi begitupula
sebaliknya. Teknik uji validitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan uji validitas isi dan validitas internal. Validitas isi
berguna untuk mengetahui kesesuaian antara instrument dengan tujuan
48

dan deskripsi masalah yang akan diteliti dan ditentukan melalui


pertimbangan oleh para ahli. (Sukardi, 2009 : 123). Sedangkan
validitas internal instrumen yang berupa non-tes yang digunakan untuk
mengukur sikap, gejala yang didefinisikan, cukup memenuhi validitas
internal (Sukardi, 2009: 124). Pengujian validitas setiap butir
instrumen menggunakan rumus korelasi Product Moment. Pada uji
validitas ini, nilai rhitung dicari dengan menggunakan rumus Pearson
Product Moment dan perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
progam IBM SPSS Statistic 22.
Validitas instrumen penelitian ini diujikan pada kelas XII IPA 3
SMAN 87 Jakarta yang berjumlah 80 siswa. Siswa diberi tes 8 soal
dan angket yang terdiri dari 52 pernyataan. Hasil analisis instrumen tes
menunjukan bahwa dari 8 soal terdapat 5 soal yang valid. Sedangkan
hasil dari angket 52 pernyataan adalah valid. Menurut Riduwan
(2013:234), jika N = 80 maka nilai r tabel pada taraf signifikan 5%
adalah 0,220. Jika rhitung > rtabel maka instrumen yang diujicobakan
bersifat valid dan sebaliknya. Kisi-kisi tes dan angket secara berturut-
turut pada tabel 3.4 dan 3.5.
49

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes setelah dilakukan uji validitas


Indikator Pembelajaran No Soal
3.12.1 Memahami prinsip kesetimbangan ion dalam larutan garam 1,2*,3
3.12.2 Menentukan pH larutan garam berdaskaran sifat larutan garam 4*,5
yang terhidrolisis melalui perhitungan.
3.12.3 Menghubungkan sifat asam atau basa larutan garam yang 6*,7
mengalami hidrolisis dengan reaksi kesetimbangan ion
garamnya.
3.12.4 Menghubungkan nilai pH yang di dapat dari perobaan dan 8
perhitungan dengan kesetimbangan ion dalam larutan.
Jumlah 5

KETERANGAN * = tidak valid


50

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket setelah dilakukan uji validitas

No Indikator Kesadaran Nomor Pernyataan Jumlah


Metakognitif

A . Pengetahuan tentang Kognisi (Knowledge about Cognition)

1 Pengetahuan Deklaratif 5, 10, 12, 16, 17, 20, 8


(declarative knowledge) 32, 46

2 Pengetahuan Prosedural 3, 14, 27, 33 4


(procedural knowledge)

3 Pengetahuan Kondisional 15, 18, 26, 29, 35 5


(conditional knowledge)

B . Regulasi Kognisi (Regulation of Cognition)

4 Perencanaan (planning) 4, 6, 8, 22, 23, 42, 45 7

5 Strategi Mengelola Informasi 9, 13, 30, 31, 37, 39, 10


(information management 41, 43, 47, 48
strategies)

6 Pemantauan terhadap Pemahaman 1, 2, 11, 21, 28, 34, 49 7


(comprehension monitoring)

7 Strategi perbaikan (debugging 25, 40, 44, 51, 52 5


strategies)

8 Evaluasi (evaluation) 7, 19, 24, 36, 38, 50 6

Jumlah 52
51

2. Reliabilitas (Ketetapan/Keajegan)
Setelah item-item tersebut diketahui validitasnya, maka kemudian
dihitung reliabilitasnya. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, artinya apabila tes
kemudian dikenakan pada sejumlah objek yang berbeda maka hasilnya
akan relatif sama (Sukardi,2009).:127-128). Teknik uji realibilitas
dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha. Peneliti
menggunakan rumus ini karena instrumen yang digunakan berbentuk
angket dengan skor skala bertingkat. Menurut Sugiyono (2012:365)
untuk mencari reliabilitas instrumen dalam angket atau soal bentuk
uraian, dapat menggunakan rumus Alpha. Peneliti dalam menguji
reliabilitas menggunakan bantuan SPSS 22. Rumus statistik yang
digunakan untuk menguji reliabel adalah Alpha Cronbach dan
perhitungannya menggunakan program IBM SPSS Statistc 22.
Kriteria penafsiran indeks reliabilitas instrumen menurut Putra,
Sholeh, & Widyastuti (2014) terdapat dalam tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Interval Kelas Interpretasi
˃ 0,90 Reliabel sempurna
0,70 – 0,90 Reliabel tinggi
0,50 – 0,70 Reliabel
< 0,50 Rendah (tidak reliabel)

Instrumen pengetahuan metakognitif didapatkan nilai koefisien


reliabilitas sebesar 0,5, berarti reliabel. Sementara itu, instrumen
kesadaran metakonitif didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,95.
Ini menunjukkan instrumen kesadaran metakognitif reliabel sempurna.
52

H. Teknik Analisis Data


Setelah memperoleh data penelitian, selanjutnya diolah menggunakan
statistik dengan tujuan agar hasilnya dapat menjawab rumusan masalah
penelitian dan menguji hipotesis. Jika data yang didapatkan berdistribusi
normal dan homogen maka teknik analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah uji parametik. Teknik analisis data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Deskriptif Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012 : 29), statistik deskriptif berfungsi untuk
melihat data dari sampel yang diteliti tanpa melakukan analisis dan
menarik kesimpulan yang berlaku secara umum. Pada statistik
deskriptif ini, peneliti menggunakan soal tes pengetahuan metakognitif
dan angket kesadaran metakogntif secara umum terdiri dari rata-rata
(Mean), nilai tertinggi (Max), nilai terendah (Min), standar deviasi,
dan varian dalam bentuk tabel.
2. Hasil Ketercapaian Pengetahuan Metakognitif dan Kesadaran
Metakognitif
Data dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan
dideskripsikan. Pendeskripsian data diperkuat dengan penyajian rata-
rata yang dinotasikan dengan (Kadir, 2015:53 ) :

Dimana ∑ X = total skor jawaban setiap indikator


n = banyaknya siswa

3. Uji Prasyarat Analisis Data


Sebelum pada tahap pengujian hipotesis, untuk memenuhi
persyaratan perlu adanya uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
53

a. Uji Normalitas
Kadir (2015:144) menjelaskan bahwa uji normalitas digunakan
sebagai analisis pendahuluan dan menjadi prasyarat sebelum
pengujian hipotesis. Uji normalitas menentukan jenis uji statistika
yang akan digunakan. Jika data berdistribusi normal maka
digunakan teknik analisis statistik parametik dan jika data tidak
berdistribusi normal maka digunakan teknik analisis data non-
parametik. Uji normalitas yang digunakan dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan program IBM SPSS Statistic 22.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan
adalah uji homogenitas Levene Kadir (2015:167). Uji homogenitas
ini dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistik
22.

c. Uji Linieritas
Salah satu syarat melakukan uji hipotesis adalah garis
persamaan regresi berbentuk linier dengan cara mencari persamaan
garis regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y (Kadir,
2015:179). Pada penelitian ini dilakukan uji linieritas
menggunakan SPSS 22.
4. Uji Regresi
Analisis regresi sederhana untuk melihat apakah antara variable X
dan Y mempunyai hubungan atau tidak, mengukur kuat lemahnya
hubungan tersebut. Pada analisis regresi data variabel X dan Y
menyaratkan data sampel yang terpilih harus random, berdistribusi
normal, dan homogen. (Kadir, 2015:176). Aplikasi yang digunakan
pada penleitian ini adalah SPSS 22.0 (IBM SPSS Statistic).
54

5. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka dapat dilakukan
pengujian hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis yang telah
dikemukakan, data yang telah diperoleh dalam penelitian selanjutnya
diolah dengan menggunakan teknik analisis korelasi. Analisis
digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan
(variabel X) terhadap kesadaran metakognitif (variabel Y).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis korelasi
Product Moment. Budi (2018) mengatakan bahwa Product Moment
adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mencari hubungan
antara dua variabel. Uji korelasi Product Moment ini dilakukan dengan
menggunakan program IBM SPSS Statistic 22.

Selanjutnya, dalam memberikan interpretasi secara sederhana


terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy). Sugiono
(2006:231) mengemukakan pedoman yang umum digunakan.
Pedoman tersebut terdapat pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Koefisien Korelasi (Sugiyono, 2011: 231)

Taraf koefisien Tingkat hubungan

0,00 -0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat


55

Selanjutnya, untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y,


menurut Kadir (2015:182) digunakan perhitungan dengan rumus sebagai
berikut :
KD = r2 X 100%
Keterangan :
KD = kontribusi variabel X terhadap Y
r = koefisien korelasi antara variabel X
Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah sebagai berikut :
a. Jika KD mendekati nol (0), maka pengaruh variabel X terhadap Y
lemah.
b. Jika Kd mendekati satu (1), maka pengaruh variabel X tehadap Y kuat.

I. Hipotesis Statistik
Adapun yang menjadi hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
Ha : r ≠ 0
Ho : r = 0
r : nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
Keterangan :
Ha : Terdapat korelasi positif dan signifikan antara pengetahuan
metakognitif dan kesadaran metakognitif.
Ho : Tidak terdapat korelasi positif dan signifikan pengetahuan
metakognitif dan kesadaran metakognitif.
56

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan metakognitif dengan kesadaran
metakognitif. Temuan dari penelitian ini korelasi yang terjadi antara
pengetahuan metakognitif dengan kesadaran metakognitif cukup kuat sebesar
0,58. Hal ini berarti semakin tinggi pengetahuan metakognitif, maka semakin
tinggi pula kesadaran metakognitif.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas terdapat beberapa
saran yaitu:
1. Guru perlu memperhatikan faktor pengetahuan metakognitif dan
kesadaran metakognitif siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Hasil penelitian ini belum digeneralisasi. Oleh karena itu, penelitian
lain yang dapat mengungkap dari sisi gender, gaya belajar, atau faktor-
faktor lain yang belum peneliti lakukan dalam penelitian ini dapat
dilakukan selanjutnya.
57

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D., & Widowati, H. (2017). Hubungan Kesadaran dan Regulasi


Metakognitif terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan
Biologi. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan.ISSN : 978-602-70313-2-6,
19–24.
Arikunto, S. (2016). Manjemen Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta.
Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta.
Astikasari, H., & Murti, S. (2011). Metakognisi dan Theory of Mind ( ToM ).
Jurnal Psikologi Pitutur. I(2), 53–64.
Blakey, E., & Spence, S. (1990). Developing Metacognition. ERIC Clearing on
Information Resources Syrause NY.
Budi, S. (2018). Modul Pelatihan SPSS. Lampung : Universitas Muhammadiyah
Lampung.
Chang, R. (2003). Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Menengah Atas. (2014).
Kurikulum 2013 Panduan E-Rapor SMA. Jakarta : Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Fasikhun. (2008). Implementasi Pembelajaran Kelompok dengan Pendekatan
Metakognitif yang Berbasis Teknologi Dikemas dalam CD Interaktif Pada
MateriI Geometri Di MAN BABAKAN TEGAL. Tesis : Universitas Negeri
Semarang.
Fauzi, M. A. (2015). The Enhancement of Student’s Mathematical Connection
Ability and Self-Regulation Learning with Metacognitive Learning Approach
in Junior High School. ICREM7 2015 - Proceedings of the 7th International
Conference on Research and Education in Mathematics: Empowering
Mathematical Sciences through Research and Education, 1-6.
Gani, T., Auliah, A., & Faika, S. (2011). Pengetahuan Deklaratif, Berpikir
Tingkat Tinggi, Ilmu Kimia. Jurnal Chemica, 12(2), 1–9.
Hamdani, H. (2016). Meningkatkan Pengetahuan Konseptual dan Pengetahuan
Prosedural Mahasiswa Melalui Pendekatan Diskursus Matematik. Jurnal
Pendidikan Matematika dan IPA, 6(1), 13-25.
Hayati, N. (2016). Peningkatan Kesadaran Metakognitif dan Hasil Belajar Melalui
Penerapan Diagram Roundhouse Dipadu Model Pembelajaran CIRC. Ed-
Humanistics, 01(01), 44–55.
58

Heriyansyah, R. T., Nunaki, J. H., & Damopolii, I. (2017). Pengaruh Kesadaran


Metakognitif terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Pengaruh Kesadaran
Metakognitif terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Biologi Universitas Papua. Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri
Makassar, 212-215.
Herlanti, Y. (2013). Senior High School Students ’ Metacognitive Awareness and
Metacognitive Knowledge in Achieving the Graduate Standard. Cakrawala
Pendidikan, 3(1), 357–367.
Huitt, W. (1997). Metacogntion Educational Psychology Interactive. Valdosta :
Valdosta State University.
Ismael, H.A. (2015). The Role of Metacognitive Knowledge in Enhancing
Learners Autonomy. International Journal of Language and Linguistics,
2(4), 95–102.
Jayapraba, G & Kanmani, M. (2013). Effect of Metacognitive Strategy on Jigsaw
Cooperative Learning Method to Enchance Biology Achievemenet, The
Online Journal of New Horizon in Education, 4(2)47–57.
Jusman, M. J. M. (2018). Pengaruh Kemampuan Penalaran Formal, Motivasi
Berprestasi, dan Kesadaran Metakognitif terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri Di Kota Parepare. Skripsi :
Univeristas Negeri Makassar.
Kadir. (2015). Statistika Terapan : Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan
Program SPSS. Jakarta : Rajagrafindo.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kimia. (2013). Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Khamidah, L. (2017). Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural Siswa
Kelas VIII dalam Penyelesaian Soal Matematika pada Materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel. Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional
Integrasi Matematika Dan Nilai Islami), 1(1), 611–616.
Krathwohl, D. R. (2002). A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview.
Theory into Practice, 41 (4).
Kusumaningrum, G. (2018). Metakognitif Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Berbasis PISA pada Konten Change and Relationship. Skripsi :
Universitas Muhamadiyah Surakarta, 121.
Lastriningsih. (2014). Teori Pemrosesan Informasi. Skripsi : Univeritas Negeri
Yogyakarta.
Lestari, H. N., Suganda, O., & Widiantie, R. (2017). Hubungan antara
Pengetahuan Metakognitif dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui
59

Model Problem Based Learning (PBL) pada Konsep Pencemaran


Lingkungan di Kelas X. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Kuningan, 9(2), 28-37.
Lukum, A., Laliyo, L. A. R., & Sukamto, K. (2015). Metakognisi Mahasiswa
dalam Pembelajaran Kesetimbangan Kimia. Jurnal Ilmu Pendidikan, 21(1),
9–18.
Maonde, F., Bey, A., Anggo, M., Rahim, U., & Tiya, K. (2015). The Discrepancy
of Students’ Mathematic Achievement through Cooperative Learning Model,
and the ability in mastering Languages and Science. 3(1), 141–158.
Milama, B., Nurjanah, A. I., & Fairusi, D. (2017). Students Metacognitive Level
on Solving Chemistry Problems. TARBIYA: Journal of Education in Muslim
Society, 4(1), 63-73.
Muhali, M. (2019). Meningkatkan Kesadaran Metakognisi Melalui Strategi
Pembelajaran Metakognisi pada Pembelajaran Kimia di Sekolah Menengah.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2015, 1430-1435.
Mulyati, Y. S. (2009). Tipe Tipe Pengetahuan. Universitas Pendidikan Indonesia,
1–6.
Munir, N. P. (2018). Pengaruh Kesadaran Metakognitif terhadap Motivasi Belajar
dan Kaitannya dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA
Negeri di Kota Pare-Pare. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 4(2), 118-128.
Nunung, N. (2014). Evaluasi Pembelajaran: Sebuah Kajian Teori. Jurnal
Edueksos, 3(1), 73-86.
Ozsoy, G., Memis, A., & Temur, T. (2009). Metacognition, Study Habits and
Attitudes. International Electronic Journal of Elementary Education, 2(1),
155-156.
Paidi. (2010). Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. 1–10.
Peirce, W. (2003). Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation.
Amerika Serikat: Prince George's Community College.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum.
60

Permata, S.P., Suherman, & Rosha, M. (2012). Penerapan Strategi Metakognitif


dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Padang.
Putra, Z.F.S, Sholeh, M., & Widyastuti, N. (2014). Analisis Kualitas Layanan
Website Btkp-Diy Menggunakan Metode Webqual 4.0. Jurnal JARKOM,
1(2), 174–184.
Rahman, F.U., Jumani, N.B., Chanudry, M.A., Chisti,S.U.H., & Abbasi,F.
(2010). Impact of Metacogntive Awareness on Performance of Students in
Chemistry. Contemporary Issues In Education Research, 3(10), 39-44.
Rinaldi. (2017). Kesadaran Metakognitif. Jurnal RAP UNP.8(1), 79-83.
Riduwan. (2013). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung : Alfabeta.
Rompayom, P., Tambunchong, C., Wongyounoi, S., & Dechsri, P. (2010). The
Development of Metacognitive Inventory to Measure Students’
Metacognitive Knowledge Related to Chemical Bonding Conceptions. Paper
presented at International Association for Educational Assessment (IAEA
2010, 1-7.
Schraw, G., & Dennison, R. S. (1994). Assessing Metacognitive Awareness.
Contemporary Educational Psychology, 19, 460-475.
Shetty, G. (2014). A Study of the Metacognition Levels of Student Teachers on
The Basis of Their Learning Styles. IOSR Journal of Research & Method in
Education (IOSR-JRME), 4(1), 43–51.
Squier, K. L. (2016). Metacognitive Awareness. A Construct-Based Approach
(CBA) to Implementing Comprehensive School Counseling Programs. 1–5.
Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono.(2012). Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung : Alfabeta.
Sunanto, L., & Asyiah, N. (2018). Pengaruh Strategi Metakognitif terhadap
Metakognisi Mahasiswa PGSD. 3(1), 92–98.
Syaiful. (2011). Metakognisi Siswa dalam Pembelajaran Matematika Realistik di
Sekolah Menengah Pertama. Edumatica, 1(2), 1–13.
Toit, S. Du, & Toit, G. Du. (2013). Learner Metacognition and Mathematics
Achievement During Problem-Solving in a Mathematics Classroom. The
Journal for Transdisiplinary Research in Southern Africa, 9(3), 505–518.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31.
61

Yamin, M. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta : GP


Press Group.

Anda mungkin juga menyukai