PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Rafif Nugraha Muadz
1910801077
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Rafif Nugraha Muadz
1910801077
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Rafif Nugraha Muadz
1910801077
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
Rafif Nugraha Muadz
1910801077
Oleh:
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
Rafif Nugraha Muadz
1910801077
Pada tanggal:
PERSEMBAHAN
Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT. Yang telah memberikan jalan dan
mempermudah serta menguatkan saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan hasil karya saya
disini ingin berterimaksih dan dipersembahkan kepada orang-orang yang sudah memberikan
Do’a, semangat dan motivasi secara lahir maupun batin. Saya persembahkan skripsi ini kepada :
1. Kepada keluarga saya di Pandeglang Banten Bapak Muchlis dan Mamah Muslichah,
kakak dan adik ku tersayang Ulfah Nursyifa Muadz beserta suami Sandy dan Mu’afa
Dzulfiqar Muadz Berkat dukungan merekalah skripsi ini terselesaikan. Berbagai macam
rintangan dan ujian yang datang dapat memudar semangat saya akan tetapi karena
limpahan kasih sayang, perhatian serta doa yang selalu diberikan oleh mereka. Tiada kata
yang dapat tergambarkan atas rasa syukur diberikan keluarga seperti mereka.
2. Pembimbing akademik dan juga dosen pembimbing skripsi saya Ibu Zahro Varisna
arahan, masukkan dan dukungan selama menempuh pendidikan S1 dan yang berperan
3. Almaida Mutia Sadina yang selalu mendukung dan mensupport saya dikala sedang lelah
dan cape dengan tugas-tugas dan begitu sabar serta mengerti menghadapi sikap saya.
terimakasih atas kebersamaan dan selalu memberikan semangat satu sama lain. Do’a
terbaik dari saya untuk kalian semoga Allah senantiasa memberikan kelancaran dan
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk penelitian lain atau untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada perguruan
tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan penelitian juga tidak terdapat karya orang lain atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
Yogyakarta, 2023
ABSTRAK
Latar Belakang : Mahasiswa pada umumnya bisa dikatakan sudah matang dari segi emosinya
ketimbang pada anak SMP dan SMA ketika menyelesaikan masalahnya dengan emosi yang
terkontrol sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dengan berfikir dua kali dan tenang
terlebih dahulu untuk mencari atau menemukan solusinya. Kematangan emosi adalah
kemampuan seseorang dalam mengekspresikan emosi secara tepat dan wajar dengan
pengendalian diri. Tujuan: Untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara variable
kematangan emosi dengan problem solving pada mahaiswa. Manfaat : Adapun manfaat dari
penelitian ini yaitu peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir kuliahnya dan dengan melakukan
penelitian ini peneliti dapat menunjukan dan membantu para pembaca atau peneliti yang sedang
mencari hubungan antara kematangan emosi dengan problem solving pada mahasiswa. Metode
ABSTRACT
Background : Students in general can be said to have matured in terms of their emotions than
middle and high school children when solving problems with controlled emotions so that they
can make the right decisions by thinking twice and calmly first to find or find a solution.
Emotional maturity is a person's ability to express emotions appropriately and naturally with
self-control. Objective: To find out whether there is a relationship between emotional maturity
variables and problem solving in students. Benefit : The benefits of this research are that
researchers can complete their final lectures and by doing this research researchers can show and
help readers or researchers who are looking for a relationship between emotional maturity and
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
Penelitian skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
pada Program Studi Psikologi S1 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Judul yang peneliti ajukan
adalah “Kematangan Emosi Ditinjau Dari Kemampuan Problem Solving Pada Mahasiswa”.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti berupaya semaksimal mungkin agar dapat
memenuhi harapan semua pihak, namun peneliti menyadari tentunya penulisan skripsi ini tidak
lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang
disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatsan yang dimiliki peneliti sehingga peneliti
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan Ilmu Psikologi.
Dalam kesempatan ini, peneliti menyampaikan terimakasih kepada Orang tua, keluarga
besar dan teman-teman yang selalu memberikan dorongan baik moril, materil maupun
memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga tak lupa peneliti menyampaikan ucapan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan, motivasi, didikan dan
bimbingan yang diberikan kepada peneliti selama ini, Oleh karena itu penulis mengucapkan
1. Ibu Warsiti, S.Kp., M. Kep., Sp. Mat. selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Ibu Mega Ardina, S.P M.Sc. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Ilmu Sosial dan Humaniora
3. Ibu Annisa Warastri, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku Ketua Prodi Psikologi Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Ibu Zahro Varisna Rohmadani, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pembimbing skripsi
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Dan sebagai dosen pembimbing akademik yang sudah
5. Ibu Ratna Yunita Setiytani S.,S.Psi, M.Psi, Psikolog, ibu Andhita Dyorita
Komrudin.,S.Psi, M.Psi, Psikolog dan juga pak Mustaqim Setyo Ariyanto.,S.Psi, M.Psi
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik atas kekurangan skripsi ini masih akan sangat membantu.
Yogyakarta, 2023
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN.................................................................................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN................................................................... vi
ABSTRAK.............................................................................................................................................. vii
ABSTRACT.......................................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ ix
BAB I......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................... 5
D. Manfat Penelitian.......................................................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................................................ 6
F. Keaslian Penelitian....................................................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan tinggi disebuah sekolah perguruan tinggi atau biasa kita sebut universitas
yang terdiri mulai dari poltekes, akdemi, institute dan yang lainnya. Menurut Siallagan
yang mempunyai tugas utama berupa belajar, membaca buku yang relevan dengan materi
merupakan masa akhir dari remaja dan masa awal untuk fase dewasa, sehingga dapat
disebut bahwa usia mahasiswa adalah fase dimana individu dapat memantapkan
disebut sebagai kaum intelektual. Hal ini dikarenakan mahasiswa memiliki keistimewaan
yaitu berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi, yang mungkin tidak dapat dinikmati
oleh sebagian besar individu lainnya. Maka dari itu, mahasiswa yang dielu-elukan dapat
Mahasiswa pada umumnya bisa dikatakan sudah matang dari segi emosinya
ketimbang pada anak SMP dan SMA ketika menyelesaikan masalahnya dengan emosi
yang terkontrol sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dengan berfikir dua kali
dan tenang terlebih dahulu untuk mencari atau menemukan solusinya. Di samping itu,
mahasiswa juga memiliki tugas lain yakni sebagai penggerak perubahan dan pengontrol
1
sosial masyarakat. Nah, tugas inilah yang nantinya dapat menjadikan seorang mahasiswa
sebagai harapan bangsa di masa depan kelak dengan mencari solusi dari berbagai
Di era yang sangat modern ini dan digitalisasi semakin berkembang sangat pesat
dimana hampir kebanyakan yang lebih mengerti dan paham adalah Mahasiswa yang
notabenenya sangat mudah untuk belajar sesuatu hal dan dapat mengikuti zaman.
Mahasiswa merupakan masa transisi dari sekolah menengah atas ke masa perkuliahan,
dimana mahasiswa harus mampu beradaptasi kembali dengan peraturan serta kegiatan
yang ada di perkuliahan. Masa kuliah sangatlah berbeda dengan masa waktu sekolah,
dimana masa kuliah mahasiswa harus dituntut menjadi lebih mandiri dan mampu
permasalahan yang kompleks. Oleh karena itu perlunya kemampuan salah satunya adalah
problem solving.
persoalan akademik maupun non akademik. Kematangan diri secara emosional (maturing
emotional self) menunjuk pada emosi yang menyangkut semua wilayah perilaku afektif
secara tepat dan wajar dengan pengendalian diri, memiliki kemandirian, memiliki
2
konsekuensi diri, serta memiliki penerimaan diri yang tinggi. Pengendalian diri adalah
kemampuan remaja dalam mempertahankan dorongan emosi, serta memahami emosi diri
intens, tidak terkontrol, dan irasional dapat meningkat menjadi gangguan emosional di
masa mendatang, salah satunya adalah depresi. Mahasiswa sangat rentan terkena gejalan
atau penyakit depresi. Depresi yang terjadi pada remaja seringkali tidak disadari karena
remaja ragu untuk menyatakan perasaannya dan jarang mencari bantuan dari tenaga
profesional. Selain itu, perubahan perilaku yang terjadi pada remaja juga sering diartikan
sebagai perubahan hormonal yang normal (Nagendra, Sanjay, Gouli, Kalappanavar, &
VinodKumar, 2012).
Di satu sisi lain juga mengapa peneliti mengambil judul ini, karena ketika kita
sudah menginjak masa-masa kuliah dan menjadi mahasiswa, itu pasti adanya
permasalahan-permasalahan yang akan muncul entah itu masalah kecil ataupun besar.
Disini singkatnya kematangan emosi itu bisa juga dilihat dari kita menyelesaikan suatu
permasalahan mana yang lebih prioritas dan lebih didahulukan atau diselesaikan.
Pemecahan masalah adalah suatu proses. transformasi dari satu situasi ke situasi
lain untuk mencapai tujuan. Individu mencoba mencapai tujuan mulai dari keadaan awal
(Eskin, 2013). Beberapa penelitian yang mengatakan bahwa dampak dari kurangnya
kemampuan problem solving khususnya pada bidang akademik adalah siswa yang
3
Oleh karena itu berdasarkan dari dampak-dampak di atas pentingnya peneliti
untuk memperdalam kajian mengenai problem solving. Mahasiswa yang tidak mampu
mengatasi stres dan tekanan akan cenderung menghindar dari kegiatan yang
menimbulkan stres dan tekanan tersebut. Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah
mencapai kematangan emosi apabila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan”
emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat
Kematangan emosi berkaitan erat dengan umur seseorang, yang mana diharapkan
emosinya akan lebih matang dan individu akan dapat lebih menguasai atau
mengendalikan emosinya. Namun, ini tidak berarti bahwa bila seseorang telah bertambah
umurnya akan dengan sendirinya dapat mengendalikan emosinya secara otomotis, begitu
pula dengan remaja. Terlepas dari umur yang memang dari teori dan pembahasan diatas
menujukan pada masa remaja yang rentan untuk mengendalikan emosinya, akan tetapi itu
semua kembali kepada dirinya sendiri dan mungkin ada factor pendukung agar emosinya
bisa terkontrol.
Seperti yang sudah peneliti amati pada dunia media social yang diamana hampir
seperti Instagram, twitter, dan aplikasi yang sedang digandrungi oleh kaum mileniel yaitu
tiktok. Pada dasarnya media social merupakan suatu alat komunikasi dan berupa sumber
Akan tetapi masih banyak yang masih belum mengerti terkait penggunaan media
social secara baik danbenar menurut kode etiknya dengan menyalah gunakan media
social sebagai ajang pamer, curhat, dan bahkan lebih parahnya sampai menggunakan
4
media social sebagai uajran kebencian dan saling cekcok serta berantem sehingga
terjadinya kesinggungan dan konflik akibat salah gunaan media social ini yang mirisnya
hampir kebanyakan kasus dilakukan oleh mahasiswa yang notabene merupakan contoh
Hal ini diakibatkan emosi yang melonjak dan pana sehingga dapat dikatakan
kematangan emosi pada mahasiswa masih kurang baik serta untuk penyelesaian suatu
social.
Dengan melakukan observasi secara singkat oleh peneliti pada kurang lebih 10
mahasiswa, masih banyak yang belum dapat dan tidak bisa mengendalikan emosi ketika
mereka dihadapkan oleh berbagai masalah, Dimana dalam hal ini menunjukan
kematangan emosi yang belum matang atau stabil pada mahasiswa dan perlu memiliki
Teknik ini sangat berkaitan dengan kematangan emosi diaman seseorang jika
emosinya matang yang tidak mengambil keputusan begitu cepat dan meledak-ledak
dihadapan orang lain disitu mulai bekerjanya system otak dan perasan yang tenang
sehingga dapat mencari solusi dan menyelesaikan sautu permasalahan dengan tepat tanpa
harus emosi.
5
2 Inisial AM Poltekes Jogja Subjek ketika mengahadi permasalahan
praktikum dan PKL moodnya tidak baik dan
dampaknya bias keteman sendirinya serta
tergesa-gesa.
Dari hasil observasi dan wawancara diatas ini menunjukan adanya keselarasan
dengan pendapat Rossiana (2011) menemukan bahwa masih banyak mahasiswa yang
terkejut dengan rentang waktu belajar yang panjang dan berbeda, serta tidak dapat
yang komplek dan belum matang emosinya melainkan setelah melewati masa remaja
yang seharusnya bisa dikatakan dewasa atau matangnya ketika emosi pada masa
peralihan atau sudah menginjak Mahasiswa yang diamana dipandang oleh masyarakat
adalah seseorang yang sudah mulai dewasa dan mampu mengatasi emosinya yang sudah
mengontrol emosi ketika di hadapkan suatu masalah yaitu memiliki tugas dateline
praktikum dan dengan masalah keluarga yang manjadi pikiran kurang tenang dan kadang
dalam satu waktu itu bentrokan antara acara satu dengan acara yang lain yang
6
Holyoak dalam Eskin (2013) mengemukakan bahwa individu dengan kestabilan
emosi yang baik mampu untuk mengelola situasi yang tidak terduga dan mempunyai
Senada dengan itu Hurlock (dalam Lely Dian Sari, 2014:11) mengemukakan tiga
karakteristik dari kematangan emosi, yaitu: (a) Kontrol diri adalah individu tidak
mengeluarkan emosinya dihadapan orang lain dan mampu menunggu saat dan tempat
yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang dapat diterima, (b)
Pemahaman diri adalah individu memilki reaksi emosional yang lebih stabil, tidak
berubah dari satu emosi ke emosi lain. Individu tersebut dapat memahami hal yang
dirasakan dan mengetahui penyebab dari emosi yang dihadapi. (c) Penggunaan fungsi
krisis mental adalah individu mampu menilai situasi terlebih dahulu sebelum bereaksi
Kinney (dalam Rhanies, 2011) menyatakan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri
kematangan emosi yaitu : dapat berdiri sendiri dimana individu tidak terus menerus
membutuhkan dukungan dari keluarga dan tidak tergantung pada nasehat dan
menerima sikap dan perilaku orang lain dimana cara berpikir, berperilaku dan berpakaian
mirip teman sebaya, ia memiliki saluran sosial untuk energinya, jika ia berada dengan
orang lain maka ia mampu menerima perbedaan itu.mampu merespon dengan peka
keadaan orang lain, memiliki kapasitas untuk seimbang secara emosional ( Naimah
2015).
kebanyakan meneliti terkait kesetabilan emosi dengan problem solving pada remaja,
7
mahasiswa dan jarang juga ditemukan hubungan variable kematagan dengan problem
solving pada mahasiswa, melainkan hanya salah satu dari variable tersebut seperti contoh
Dan walaupun ada yang hampir sama yaitu “Hubungan Antara Kestabilan Emosi
Dan Berpikir Kreatif Dengan Kemampuan Problem Solving Pada Siswa Kelas Xi Sma
Negeri 2 Kebumen Tahun Pelajaran 2018/2019” oleh Ukky Riana Sari (2019) akan tetapi
peneliti sebelumnya menggunakan 3 variabel yaitu kesetabilan emosi, berfikir kreatif dan
problem solving. Dari contoh judul penelitian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
bahwa judul yang diajukan atau penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti ini
berbeda dan belum ada penelitian sebelumnya sama seperrti judul peneliti yaitu
Dari penjelasan kasus-kasus dan fenomena di atas peneliti menjadi tertarik untuk
mendalami dan meneliti dengan judul “Kematangan emosi Ditinjau Dari Kemampuan
Problem Solving Pada Mahasiswa”. Dari sekian penjelasan di atas mengenai kedua
variabel adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar keduanya dimana pada
variabel kematangan emosi yang menunjukan bahwa adanya aspek serta ciri atau
karakteristik yang menunjukan seseorang ketika kematangan emosinya itu stabil dan baik
permasalahan yang pada variabel tersebut juga terdapat aspek dan ciri-ciri dimana
seseorang dapat menyelsaikan suatu permasalahan atau mencari solusi itu dengan
pemikiran yang tenang dan tanpa tergesa-gesa serta melibatkan emosinya. Jadi dengan
8
kata lain anatar kedau variabel tersebut menunjukan adanya keterikatan satu dengan yang
lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
Mahasiswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah:
D. Manfat Penelitian
Dari hasil penelitian ini yang nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
Adanya manfaat bagi para pembaca yang dapat membantu dan mendapatkan
suatu ilmu serta pembelajaran dari materi atau topic yang saya bahas pada jurnal
ini.
9
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Materi
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini termasuk materi Psikologi, yaitu
Terhadap Mahasiswa.
3. Subyek
4. Tempat
5. Waktu
Penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan
10
F. Keaslian Penelitian
11
kematangan emosinyanya tergolong
sangat tinggi dan tinggi secara berturut-
turut sebagai berikut 7 orang atau
sekitar 5,78% dan 29 orang dengan
persentase 23,97%.
3 Ramadhana Fitri, Rinald 2019 penelitian kuantitatif disimpulkan bahwa subjek dari Dari judul bisa terlihat bahwa
(Hubungan Antara korelasi penelitian ini memiliki kematangan variable Y nya berbeda pada
Kematangan Emosi emosi dan penyesuaian diri yang tinggi penelitiaan ini yaitu
Dengan Penyesuaian Diri dari populasi pada umumnya. Dari penyesuaian diri pada remaja
Pada Remaja) hasil penelitian ditemukan bahwa sedangkan saya problem
variabel kematangan emosi dan solving terhadap mahasiswa
penyesuaian diri berdistribusi normal.
mhasil dari penelitian dapat dilihat
bahwa skor empiris kematangan emosi
adalah sebesar 154,22, dan skor
hipotetiknya adalah 122,5. Kemudian
skor empiris penyesuaian diri sebesar
132,64, dan skor hipotetiknya sebesar
107,5
4 Ukky Riana Sari 2019 Deskriptif kuantitatif Adanya hubungan yang hal ini berarti Perbedaan dengan penelitian
(Hubungan Antara korelasional semakin tinggi kemampuan kestabilan saya yaitu dimana pada judul
Kestabilan Emosi Dan emosi siswa, maka semakin tinggi juga jurnal ini variabelnya 3 yaitu
Berpikir Kreatif Dengan kemampuan problem solving yang kesetabilan emosi dan berfikir
Kemampuan Problem dimiliki siswa. 5.1.2 kreatif dengan kemampuan
Solving Pada Siswa problem solving.
Kelas Xi Sma Negeri 2
Kebumen Tahun
Pelajaran 2018/2019)
5 Dinayanti Afian 2016 Peneliti menggunakan Berdasarkan hasil analisis diketahui Perbedaan dengan judul yang
12
(Hubungan Antara metode kuantitatif variabel gaya hidup hedonis akan saya teliti terdapat mulai
Kematangan Kepribadian mempunyai rerata empirik (RE) dari judul dimana pad judul
Dengan Gaya Hidup sebesar 137,25 dan rerata hipotetik ini variabelnya kematangan
Hedonis Pada (RH) sebesar 122,5 yang berarti kepribadian dengan gaya
Mahasiswi) perilaku gaya hidup hedonis subjek hidup hedonis pada
penelitian tergolong tinggi. mahasiswa, sedangkan pada
judul saya sendiri kematangan
emosi dengan problemsolving
pada mahasiswa.
6 Miwa Patnani (Upaya 2013 Analisis dan deskriptif Kemampuan memecahkan masalah Perbedaanya mulai dari judul
Meningkatkan sangat diperlukan dalam rangka dan isi pada jurnal ini tidak
Kemampuan Problem menyiapkan mahasiswa untuk tersantum sampel, dan
Solving Pada menghadapi persaingan global, variable yang terikat
Mahasiswa) sehingga mahasiswa akan lebih siap
untuk terjun dan berpartisipasi dalam
dunia kerja. Dengan demikian
diharapkan mahasiswa akan menjadi
pribadi yang lebih siap jika
menghadapi masalah, terutama jika
sudah terjun langsung mengabdikan
ilmunya di masyarakat.
7 Amalia Nur Aisyah 2018 Analisis regresi Menunjukkan bahwa kematangan Perbedaan dari penelitian ini
Tuasikal & Sofia berganda emosi dan emotion-focused coping terdapat pada metode dan
Retnowati (Kematangan berperan sebesar 19% pada depresi judul yang membahas
Emosi, Problem-Focused mahasiswa tahun pertama (R² = 0,19; p Kematangan Emosi, Problem-
Coping, Emotion- < 0,05). Kematangan emosi terbukti Focused Coping, Emotion-
Focused Coping dan berkorelasi negatif dengan Focused Coping dan
Kecenderungan Depresi kecenderungan depresi (t = -6,026; p < Kecenderungan Depresi pada
pada Mahasiswa Tahun 0,05), sedangkan emotion-focused Mahasiswa Tahun Pertama.
Pertama) coping berkorelasi positif dengan
13
kecenderungan depresi (t = 2,265; p <
0,05) pada mahasiswa tahun pertama.
Hasil penelitian menemukan bahwa
problem-focused coping tidak
berkorelasi dengan kecenderungan
depresi pada mahasiswa tahun pertama
(t = -0,557; p > 0,05).
8 Nia Febbiyani Fitri & 2017 Analisis dan deskriptif Kematangan emosi remaja dalam Perbedaan dari penelitian ini
Bunga Adelya pengambilan keputusan dipengaruhi terdapat pada metode dan
(Kematangan Emosi oleh beberapa faktor, yaitu keluarga, judul yang membahas
Remaja Dalam orangtua dengan berbagai pola yang Kematangan Emosi remaja
Pengentasan Masalah) diterapkan dalam mendidik anaknya, dalam pengentasan masalah.
usia juga secara tidak langsung dapat Adanya perbedaan dari
mempengaruhi kematangan emosi variabelnya dan subjek.
anaknya, dan lingkungan. Sehingga
kematangan emosi remaja akan
dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri
dan luar diri remaja.
14
Deskripsi :
Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas dengan penelitian yang peneliti lakukan
“Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Kemampuan Problem Solving Pada Mahasiswa”.
tentu ada perbedaan yang mana dari semua keaslian penelitian atau referensi dari berbagai jurnal
dan literatur lainnya terletak pada variablenya, serta dari keseluruhan itu belum adanya kesamaan
persis seperti judul yang peneliti gunakan, maka dari itu peneliti melakukan penelitian yang
terbaru.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kematangan Emosi
secara tepat dan wajar dengan pengendalian diri. Kematangan emosi yakni ekspresi
dari emosi yang sifat Individu yang matang secara emosi memiliki kontrol penuh
sosial yang berlaku (Rani, Kamboj, Malik, & Kohli, 2015). Malkappagol (2018)
emosi, merespons kondisi, serta bertingkah dewasa pada saat menghadapi individu
lain.
mengarahkan dan mengendalikan emosi yang kuat agar dapat diterima oleh diri
sendiri dan orang lain. Yusuf (dalam Susanto, 2018) kematangan emosi adalah
suasana atau respon emosional yang terhindar dari sifat-sifat impulsif atau bertingkah
laku berdasarkan dorongan sesaat tanpa pertimbangan yang matang, atau kekanak-
kanakan.
mempunyai batasan umur, artinya kematangan emosi seseorang tidak bisa dilihat.
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stress, tidak mudah khawatir atau
16
Menurut Morgan (dalam Susanto, 2018) kematangan emosi merupakan keadaan
emosi yang dimiliki seseorang dimana apabila mendapatkan stimulus emosi tidak
baik serta dapat menyalurkan emosinya pada hal-hal yang bermamfaat dan bukannya
dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional
yang pantas bagi anak-anak. Kaplan dan Baron (dalam Mahmoudi, 2012)
perencanaan jangka panjang, dan mampu menunda atau merevisi harapan terkait
tuntutan situasi.
Reber dan reber (2010) menjelaskan kematangan emosi yakni kondisi saat
reaktifitas emosi individu dikatakan normal serta tepat untuk kategori dewasa lain
dalam masyarakat. Singh dan Bhargava (Joshi & Thomar, 2010) menjelaskan
kematangan emosi dapat dipahami sebagai kemampuan pengendalian diri pada emosi
yang merupakan hasil dari berpikir dan belajar. Seseorang yang mampu menjaga
kontrol emosi untuk menunda dan bertahan pada respon emosi tanpa harus
mengasihani diri sendiri (Singh & Bhargava, 1989; dalam Kaur, 2013).
Kematangan emosi ini merupakan dasar bagi penyesuaian dalam kehidupan anak
17
dalam porsi yang tepat akan mengakibatkan tidak terkendalinya emosi sehingga
remaja mudah terlibat dalam tindak kekerasan dan kejahatan serta tindakan lain yang
Kematangan emosi yakni ekspresi dari emosi yang sifatnya interaktif serta
realistis, serta bisa mampu menampilkan emosi yang positif ditempat seta waktu yang
Sementara itu Suntrock (2011) menjelaskan, emosi yakni efek atau perasaan yang
timbul pada saat individu ada pada sebuah situasi ataupun tengah terlibat pada
interaksi penting. Emosi dapat diperlihatkan dengan bagaimana tingkah laku yang
sehat dengan lingkungan sosialnya. Dalam hubungan yang sehat ini, remaja akan
dapat mengelola emosinya , berusaha menyesuaikan diri dengan suasana orang lain,
dan mencari keharmonisan dalam menjalin hubungan dengan orang lain (Mahmoudi,
2012).
adalah berkaitan erat dengan usia seseorang di mana seseorang diharapkan akan lebih
matang emosinya dan individu akan lebih menguasai atau mengendalikan emosinya,
namun tidak berarti bahwa seseorang bertambah usianya berarti dapat mengendalikan
18
2. Aspek dan ciri – ciri
1. Kemandirian
Individu dengan emosi matang mampu menerima segala realita mulai dari positif
lainnya.
3. Kemampuan Beradaptasi
individu lain artinya ia bisa berhubungan pada individu lain secara mudah.
bisa memahami hal apa sajakah yang bisa memicu timbulnya amarah, dimana
membuatnya bisa mengutarakan rasa amarah dengan cara yang lebih positif.
19
Aspek-aspek kematangan emosi menurut Walgito (dalam Naimah 2015)
ekpresi emosinya secara baik, walaupun seseorang dalam keadaan marah tetapi
marah itu tidak ditampakkan keluar, karena dia dapat mengatur kapan
berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustasi dan akan menghadapi masalah
Kinney (dalam Rhanies, 2011) menyatakan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri
dukungan dari keluarga dan tidak tergantung pada nasehat dan perlindungan
20
b. Kemudian mampu menerima sikap dan perilaku orang lain dimana cara
c. Memiliki saluran sosial untuk energinya, jika ia berada dengan orang lain
( Naimah 2015).
B. Problem Sloving
Secara bahasa problem soving berasal dari dua kata yaitu problem dan solves.
Makna bahasa dari problem yaitu suatu hal yang sulit untuk melakukannya atau
memahaminya, dapat juga diartika sebagai suatu pertanyaan yang butuh jawaban
atau jalan keluar. Sedangkan solves dapat diartika sebagai mencari jawaban untuk
suatu masalah. Sedangkan secara terminologi problem solving adalah suatu cara
berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah (Djamarah & Aswan,
Problem solving juga diartikan sebagai suatu proses mental dan intelektual dalam
menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat,
sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. (Sanjaya : 2011) Problem
kejadian, upaya pemilihan salah satu dari beberapa alternatif atau option yang
Pemecahan masalah adalah suatu proses transformasi dari satu situasi ke situasi
lain untuk mencapai tujuan. Individu mencoba mencapai tujuan mulai dari keadaan
21
awal (Eskin, 2013). Beberapa penelitian yang mengatakan bahwa dampak dari
kronis) yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari (Nezu, Christine Maguth Nezu, &
proses. transformasi dari satu situasi ke situasi lain untuk mencapai tujuan. Individu
individu-individu menggunakan informasi, sumber daya, dan bantuan dari orang lain
untuk membangun dan meningkatkan model mental dan strategi problem solving
22
Problem Solving, menurut istilah adalah proses penyelesaian suatu permasalahan
atau kejadian, upaya pemilihan salah satu dari beberapa alternatif atau option yang
mendekati kebenaran dari suatu tujuan tertentu. Problem solving sendiri sejalan
konflik dari aspek-aspek individu tersebut (Keens, 2006 skripsi Ukky Riana, 2019).
merupakan suatu perilaku kognitif individu dengan tujuan terarah untuk menemukan
suatu cara yang efektif agar dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam
jalan keluar
proses evaluasi ide, sebab yang akhir ini menghambat yang pertama
h. Situasi masalah kadang perlu diubah menjadi situasi pilihan. Tujuan situasi
23
i. Pemecahan masalah yang diusulkan oleh pemimpin sering dievaluasi secara
kurang obyektif
1. Aspek kognitif
memahami masalah dengan benar atau tidak. Untuk dapat memecahkan masalah,
individu perlu melihatnya dengan benar sejak awal. Persepsi ini terkait erat dengan
adalah :
solusi alternatif untuk masalah tersebut agar dapat memecahkan masalah dengan
cara yang diinginkannya. Individu harus dapat memilih solusi yang paling sesuai
dengan tuntutan pribadi dan situasional. Agar dapat membuat pilihan ini,
individu harus dapat berpikir tentang berbagai aspek masalah dan dapat
melihat masalah yang ada secara terbatas dan tidak dapat melihat aspek lain dari
24
b. Kemampuan mengkonsepkan langkah untuk mencapai target
diperlukan untuk mencapai tujuan adalah proses kognitif yang rumit. Individu
yang memiliki keterampilan ini harus dapat terlibat dalam kegiatan kognitif dari
kecil, ia harus mampu merancang tugas secara kognitif secara keseluruhan dan
terlibat dalam reaksi, tindakan motorik, dan mengatur emosi yang diperlukan
jawab seperti itu, individu harus dapat menilai keuntungan dan kerugian dari
tindakan atau tidak bertindaknya untuk diri dan lingkungannya. Salah satu
konsekuensi dari tindakan seseorang yang berkaitan dengan diri dan lingkungan.
mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dengan cara yang
sehat.
25
Peristiwa sosial mengandung hubungan sebab-akibat yang kompleks. Satu
peristiwa dapat menjadi penyebab dan hasil dari peristiwa lain. Oleh karena itu,
seseorang harus dapat mengaitkan konsekuensi dengan penyebab yang benar dan
harus dapat berpikir tentang sifat hubungan yang kompleks secara fleksibel.
sebagai kemampuan untuk memandang diri sendiri dan orang lain sebagai subjek
peristiwa dan masalah dari perspektif pihak lain. Akar semua masalah
komunikasi terletak pada desakan orang pada sudut pandang mereka sendiri dan
ketidakmampuan mereka untuk melihat peristiwa dari sudut pandang orang lain.
2. Aspek Metakognitif
26
dalam pemecahan masalah. Selain itu, individu harus dapat mentransfer pengetahuan
dapat mengambil informasi ini dan menerapkannya pada resolusi masalah baru.
3. Aspek Motivasi
berusaha atau tidak berusaha memecahkan masalah. Ini dapat diartikan sebagai
apakah individu ingin atau tidak ingin berurusan dengan masalah tersebut. Hal
Ketertarikan orang tersebut pada masalah juga terkait dengan persepsi bahwa
Orang-orang tertarik pada masalah yang mereka anggap penting secara pribadi,
sedangkan mereka tetap acuh tak acuh terhadap masalah yang tidak penting.
27
Tertarik pada suatu masalah secara langsung berkaitan dengan keyakinan bahwa
Dari perspektif klinis, pengetahuan tentang kualitas dan tingkat minat klien
terhadap situasi masalah dapat berdampak pada proses perawatan. Seorang klien
yang tidak tertarik pada masalah yang dia alami tidak akan mau mengambil
b. Self-efficacy
suatu tugas atau pekerjaan adalah penting untuk penyelesaian tugas atau pekerjaan
tersebut.
seseorang memandang diri sendiri dan hubungannya dengan masalah itu sangatlah
penting. Seseorang akan melakukan suatu tindakan jika dia menganggap dirinya
c. Atribusi
Atribusi meliputi fisik dan mental seseorang, gaya atribusi memberi arahan dan
gaya seseorang yang mengikuti upaya mereka untuk menyelesaikan masalah yang
28
mereka hadapi akan berdampak pada kondisi psikologis mereka. Pengetahuan
tentang atribusi sebab akibat orang dan penjelasan tentang suatu masalah dapat
diambil sebagai faktor prediktif yang mungkin untuk keberhasilan atau kegagalan
penilaian dan kesimpulan yang dibuat orang sehubungan dengan apakah mereka
akan berhasil atau tidak dalam memecahkan masalah. Atribusi meliputi fisik dan
mental seseorang.
Pemecahan masalah adalah suatu proses atau transformasi dari satu situasi ke
situasi lain untuk mencapai tujuan. Individu mencoba mencapai tujuan mulai dari
tindakan. Menurut Westen dalam Eskin (2013) tahapaannya adalah sebagai berikut :
masalahnya mudah atau sulit serta penting atau tidak. Beberapa orang mungkin tidak
solusi yang diinginkan untuk masalah tersebut. Cara dia 17 berjuang dengan masalah
29
serangkaian tindakan tersebut untuk menyelesaikan masalah, dan untuk mencapai
tersebut mengikuti tindakan yang dia yakini akan menghilangkan situasi masalah
menggunakan teknik dan strategi yang tepat. Apakah orang itu akan mencapai tujuan
yang diinginkan tergantung pada dimana dia membuat pilihan tindakan yang tepat atau
yaitu :
1. Motivasi
3. Kebiasaan dan
4. Emosi
Selain faktor yang mempengaruhi, dalam proses pemecahan masalah juga terdapat
30
3. Perceptual Added Frame : bingkai tersamar ini membatasi gerak langkah
4. Informasi yang tidak relevan : penemuan fakta-fakta yang tidak penting membuat
fakta yang relevan menjadi vercampur aduk dengan fakta yang tidak relevan
5. Masalah yang tidak jelas : beberapa masalah yang tidak jelas seperti ill defined
Di era yang modern dan digitalisasi yang dimana teknologi berkembang sangat
pesat yang hampir semua akses dapat mudah di dapatkan. Dalam hal ini tidak
berkembang terutama pada mahasiswa yang mudah untuk belajar sesuatu yang baru.
Namun tidak semua dapat mengelola dalam artian dengan kemajuan teknologi juga
perlu dibarengi dengan kesiapan diri ketika mendapat suatu masalah dapat
problem solving, Problem solving adalah penyelesaian masalah sebagai proses yang
atau mengembangkan solusi koping adaptif untuk permasalahan (baik akut maupun
kronis) yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari (Nezu, Christine Maguth Nezu, &
31
proses. transformasi dari satu situasi ke situasi lain untuk mencapai tujuan. Individu
diselesaikan melalu proses oleh individu dalam artian dapat mengidentifikasikan dan
menemukan suatu solusi atau bisa juga mengembangkan solusi untuk suatu
oleh Sigmund Freud yang mengutamakan unsur-unsur motivasi, emosi, dan aspek-
Dalam hal ini kemampuan problem solving setiap individu itu sangatlah berbeda
dan tentunya setiap individu memiliki problem atau masalahnya masing-masing serta
emosi, merespons kondisi, serta bertingkah dewasa pada saat menghadapi individu
lain. Hal ini selaras dengan pendapat Chaplin (2011) mengungkapkan bahwa
kematangan emosi ialah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan
dari perkembangan emosional dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi
32
Kemudian kematangan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk
lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan
emosinya dan seseorang yang matang emosinya juga mampu menilai situasi secara
kritis sebelum bereaksi secara emosional, memiliki reaksi emosi yang stabil, tidak
berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain.
mempunyai batasan umur, artinya kematangan emosi seseorang tidak bisa dilihat.
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stress, tidak mudah khawatir atau
kematangan emosi dengan problem solving yang dimana adanya korelasi atau
keterikatan antara kematangan emosi dengan problem solving. Hal ini telah
dijelaskan pada baisan atas bahwa seseorang dapat dikatakan matang emosinya
Dengan kata lain, sama halnya dengan penyelesaian masalah atau problem
memikiran suatu solusi agar tebebas atau setidaknya masalah dapat berkurang.
33
Masih banyak seseorang yang masih belum matang secara emosinya yang
mahasiswa itu sendiri merupakan dapat katakan sebagai generasi penerus bangsa,
namun masih banyak beberapa yang dalam mengontrol emosinya belum matang dan
juga kurangnya kemampuan dalam problem solving atau pemecahan suatu masalah.
Aspek
Kematangan
Emosi
Ciri-ciri
Definisi
Umum
Aspek
Problem
Solving
Faktor
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
korelasional dengan dua variabel (satu variabel bebas yaitu problem solving dan satu
variabel terikat yaitu kematangan emosi). Penelitian kuantitaif ini merupakan suatu
metode yang digunakan pada kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan dari suatu permasalahan dan hasilnya itu berupa fakta yang terkonsep dan
memuat teori.
menekankan pada analisis data-data numerik (angka) yang diolah dengan metode
hubungan antar variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan
B. Variabel Penelitian
Menurut Sudaryono (2018) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
35
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini
b. Variabel Independen
yang menjelaskan atau memengaruhi variabel yang lain. Variabel independen atau
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah
problem solving.
c. Variabel Dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen.
dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini
a. Problem Solving
kronis) yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari (Nezu, Christine Maguth Nezu, &
proses. transformasi dari satu situasi ke situasi lain untuk mencapai tujuan. Individu
36
Problem solving merupakan pemecahan masalah dengan suatu keadaan yang
menuntut kognitif pada prilaku individu dengan tujuan untuk menemukan suatu cara
Dimana dari problem solving ini dapat kita ketehui bagaimana setiap individu
dalam menemukan solusi atau pemecahan masalah berdasarkan data dan informasi
yang akurat, sehingga dapat diambilnya kesimpulan dan terselesainya suatu masalah
Sehingga tidak hanya kemampuan cara berfikir saja dalam patokan, melainkan
problem solving sendiri merupakan suatu proses mental dan intelektual yang dimiiki
oleh individu. Adapun skala yang digunakan yaitu skala problem solving yang terdiri
dari Aspek problem solving mengacu pada sifat keterampilan dan kemampuan yang
motivasi.
b. Kematangan Emosi
Kematangan emosi yakni merupakan gambaran ekspresi dari emosi yang sifatnya
dapat dilihat dari cara mengendalikan emosi positif dalam segala kondisi yang
menunjukan adanya suasana atau respon emosional yang terhindar dari tingkah
lakunya tanpa pertimbangan yang matang sebelumnya. Selain itu kematangan emosi
juga merupakan suatu keadaan emosi yang dimiliki dan dirasakan oleh individu
berupa adanya stimulus emosi yang tidak menunjukan gangguan kondisi emosi.
37
Malkappagol (2018) menjelaskan, kematangan emosi merupakan tingkatan
sebaik apakah seseorang bisa mengontrol emosi, merespons kondisi, serta bertingkah
dewasa pada saat menghadapi individu lain. Hal ini selaras dengan pendapat Chaplin
(2011) mengungkapkan bahwa kematangan emosi ialah suatu keadaan atau kondisi
mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional dan karena itu pribadi
yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang pantas bagi anak-
anak.
pada emosi yang merupakan hasil dari berpikir dan belajar. Seseorang yang mampu
menjaga kontrol emosi untuk menunda dan bertahan pada respon emosi tanpa harus
pada diri individu terlihat dari perilakunya yang dapat menyesuaikan diri, tidak
mudah khawatir, dan tidak mudah marah dalam kondisi apapun. Dalam hal ini
kematangan emosi tidak dapat diukur dan tidak memiliki batasan usia.
Skala yang digunakan yaitu skala kematangan emosi yang terdiri dari beberapa
aspek kematangan emosi menurut Walgito (dalam Naimah 2015) ada enam, yaitu:
38
c. Emosi terkontrol, dapat mengontrol emosinya atau dapat mengontrol
ekpresi emosinya secara baik, walaupun seseorang dalam keadaan marah tetapi
marah itu tidak ditampakkan keluar, karena dia dapat mengatur kapan
berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustasi dan akan menghadapi masalah
1. Populasi
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang akan
diteliti, yang dapat berupa orang, benda, institusi, peristiwa, dan lain-lain yang di
dalamnya dapat diperoleh atau dapat memberikan informasi (data) penelitian yang
yang dilihat dari kematangan emosinya terhadap problem solving yang dari semester
1- semester 8.
2. Sampel
39
Sampel adalah wakil atau sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan
dianggap dapat mewakili semua populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel
populasi yang diwakili. Menurut Sugiyono (2013), sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini sampel
2. Semester 1-8
E. Etika Penelitian
tindakan yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip
tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang diperoleh responden, dan
resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar persetujuan jelas dan
2. Anonimitas
40
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama responden,
3. Confidentiality ( Kerahasiaan )
kelompok.
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa instrumen pengumpulan data
seperti lembar cheklist, kuisioner, pedoman wawancara, dan angket. Sedangkan metode
pengumpulan data merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data.
Dan pada penelitian ini menggunakna dua skala yaitu kematangan emosi dan problem
solving, yang dimana dari keduanya menggunakan skala sebagai acuan panjang
pendeknya interval.
Pada penelitian ini terdiri dari 4 skala alternatif jawaban yaitu : Sangat Sesuai (SS),
Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Kemudian pada pernyataan
favorable yaitu Sangat Sesuai (SS) = 4, Sesuai (S) = 3, Tidak Sesuai (TS) = 2, Sangat
Tidak Sesuai (STS) = 1 dan untuk unfavorable Sangat Sesuai (SS) = 1, Sesuai (S) = 2,
2 Sesuai (S) 3 2
41
4 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
a. Menerima apa adanya, dapat menerima dengan baik keadaan dirinya maupun orang
b. Tidak bersifat impulsive, yaitu individu akan merespon stimulus dengan cara
yang mengenainya, orang yang bersifat impulsive yang segera bertindak suatu
emosinya secara baik, walaupun seseorang dalam keadaan marah tetapi marah itu
tidak ditampakkan keluar, karena dia dapat mengatur kapan kemarahan itu perlu
dimanifestasikan .
e. Bertanggung jawab, mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri,
tidak mudah mengalami frustasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh
pertimbangan.
42
Favorable Unfavorab
le
stimulus
43
4 Berfikir a. Tidak mudah terpancing 4, 14, 24, 9, 19, 29, 10
tersinggung
pertimbangan.
Jumlah 50
1. Aspek kognitif
memahami masalah dengan benar atau tidak. Untuk dapat memecahkan masalah,
44
individu perlu melihatnya dengan benar sejak awal. Persepsi ini terkait erat dengan
2. Aspek Metakognitif
dalam pemecahan masalah. Selain itu, individu harus dapat mentransfer pengetahuan
3. Aspek Motivasi
berusaha atau tidak berusaha memecahkan masalah. Ini dapat diartikan sebagai
apakah individu ingin atau tidak ingin berurusan dengan masalah tersebut.
Favorable Unfavorable
dirasakan
b. Mampu
memikirkan solusi
45
alternatif
c. Dapat
mengkosep suatu
rencana untuk
mencapai target
permasalahan
b. Memiliki
keterampilan dalam
memantau untuk
penyelesaian
masalah baru
c. Memahami
tepat untuk
menggunakan
keterampilan
terhadap suatu
46
permasalahan
b. Dapat
menentukan suatu
perilaku tertentu
c. Mampu
mengarahkan
dirinya atau
seseorang
berprilaku dalam
proses pemecahan
masalah.
Jumlah 54
1. Validitas
menguatkan suatu variabel yang diukur memang bener-bener variabel yang hendak
diteleti oleh peneliti. Menurut Azwar (2014) validitas itu mengacu sejauh mana
(karyatulisku.com, 2022)
2. Reliabilitas
47
Menurut Azwar (2011) reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti
keajegan, konsistensi, kesetabilan yang dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama
dilakukannya analisis data. Analisis data ini merupakan penijauan ulang atau penggalian
data-data yang sudah terkumpul sebelumnya yang suatu bentuk upaya untuk mengolah
data menjadi sebuah informasi yang berguna berupa menginformasikan suatu kesimpulan
dan mendukung ketika peneliti sedang pengambilan keputusan terkait dari hasil
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan studi pendahuluan atau mencari dan
mengidentifikasi masalah yang telah diangkat pada penelitiannya guna untuk sebagai
acuan atau bahan untuk menentukan judul dan mengutakan judul serta pembahasan
yang akan di angkat pada masalah. Kemudian peneliti konsultasi dan bimbingan
2. Tahap pelaksanaan
peneliti melakukan penyebaran skala atau kuesioner melalui media google form yang
sudah dibuat berupa pernyataan-pernyataan yang perlu diisi oleh responden atau
48
target penelitian. Jika sudah terisi oleh responden dan memenuhi dan lengkap,
kemudian tahap berikutnya dilakukan peneliti yaitu pengelolaan data dari skala atau
kuesioner.
3. Tahap akhir
Daftar Pustaka
Ayu. 2022. Apa itu mahasiswa? Ini pengertian dan perannya. Gramedia.
https://www.gramedia.com/best-seller/apa-itu-mahasiswa/
Citra Melati Putri dan Abdurrohim.2015. Hubungan Antara Kematangan Emosi dengan Perilaku
Agresi pada Siswa SMK Dinamika Kota Tegal. Semarang. jurnal psikologi proyeksi.
file:///C:/Users/User/Downloads/3296-7609-1-SM.pdf
Fitri, Rinaldi. 2019. Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Penyesuaian Diri Pada
Remaja.Padang.jurnalrisetpsikologi.
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/psi/article/view/6324/3234
DosenPendidikan.Com (2014)
49
Muawanah dan Pratikto. 2012. Kematangan Emosi, Konsep Diri Dan Kenakalan Remaja.
Riana Sari. 2019. Hubungan Antara Kestabilan Emosi Dan Berpikir Kreatif Dengan Kemampuan
Problem Solving Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 2 Kebumen Tahun Pelajaran
Wahyuningsih. 2017. Kematangan Emosi Dan Kecemasan Menghadapi Persalinan Pertama Pada
Nashukah dan Darmawanti.2013. Perbedaan Kematangan Emosi Remaja Ditinjau Dari Struktur
https://katadata.co.id/iftitah/ekonopedia/6295749c7fdd7/pengertian-penelitian-kuantitatif-
karakteristik-dan-jenisnya
50
Skala kematangan emosi
N Pertanyaan 1 2 3 4
51